skenario 1 demam thypoid

Upload: aldora-oktaviana

Post on 14-Apr-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Skenario 1 Demam Thypoid

    1/4

  • 7/30/2019 Skenario 1 Demam Thypoid

    2/4

    2.4 Cara penyebaran

    Salmonella adalah penyebab dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases). Pada

    umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang

    disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah

    diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi

    oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe

    utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan

    penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan

    gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi

    demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan

    tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan

    kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang

    menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan

    makanan yang dikonsumsi.

    Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah satunya adalah mediaHektoen Enteric Agar (HEA). Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar,

    brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media selektif-

    diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat

    pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang

    tumbuh hanya Salmonella. Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan

    bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media,

    yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat

    memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari

    fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena

    asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam danbromtimol blue.

    LO 3 MM Thypoid

    3.1 Definisi

    Demam tifoid : infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi.

    Demam paratiroid : penyakit sejenis yang disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, C.

    Gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hampir sama, tetapi manifestasi llinis paratiroid lebih ringan.

    3.2 Epidemiologi

    Insiden demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan.

    Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadaiserta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan

    lingkungan. Indonesia merupakan negara endemik demam tifoid. Seranagn penyakit lebih bersifat

    sporadik dan bukan epidemik. Dalam suatu daerah terjadi kasus berpencar-pencar dan tidak

    mengelompok. Sangat jarang ditemukan beberapa kasus pada satu keluarga pada saat yang bersamaan.

    3.3 Etiologi

  • 7/30/2019 Skenario 1 Demam Thypoid

    3/4

    Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Salmonella adalah bakteri gram negative, tidak

    berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora. Bakteri ini akan mati pada pemanasan 570C

    selama beberapa menit. Kuman ini mempunyai 3 antigen yang penting untuk pemeriksaan

    laboratorium:

    Antigen O (somatik/badan). Antigen H (flagella), Antigen K (selaput)

    3.4 Patogenesis

    Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia terjadi melalui

    makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos

    masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA)

    usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina

    propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama makrofag. Kuman dapat

    hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal dan

    kemudian ke kelenjar getah bening mesentrika. Selanjutnya melalui duktis torasikus kuman yang

    terdapat dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (disebut bacteremia pertama) dan

    menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman

    meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudia berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan

    selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bacteremia kedua dengan disertai

    tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.

    Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kantung empedu, berkembang biak, dan bersama cairan empedu

    diekskresikan secara intermiten ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan

    sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali,

    berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi

    pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi

    sistemik seperti demam,malaise,myalgia,sakit kepala,sakit perut,instabilitas vaskular,gangguan mental,

    dan koagulasi.

    Di dalam plak Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan. Perdarahan slauran

    cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague Peyeri yang sedang mengalami nekrosis

    dan hiperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses ini dapat berkembang

    hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi. Endotoksin dapat menempel di

    reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik,

    kardiovaskular, pernafasan, dan gangguan organ lainnya.

    3.5 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

    Diagnosis tifoid karier ditegakkan atas dasar ditemukannya kuman Salmonella typhipada biakan feses

    ataupun urin pada seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau pada seseorang setelah 1 tahun pasca

    demam tifoid. Dinyatakan kemungkinan besar bukan sebagai tifoid karier bila setelah dilakukan biakan

    secara acak serial minimal 6 kali pemeriksaan tidak ditemukan Salmonella typhi.

    Pemeriksaan penunjang : Uji Widal, uji Tubex, uji Typhidot, uji IgM Dipstick, kultur darah3.6 Manifestasi Klinik

    Demam lebih dari seminggu, lidah kotor, mual berat samapi muntah, diare/mencret, lemas, pusing, dan

    sakit perut, pingsan

    3.7 Penatalaksanaan

    Istirahat dan perawatan

  • 7/30/2019 Skenario 1 Demam Thypoid

    4/4

    Diet dan terapi penunjang

    Pemberian antimikroba : kloramfeniko, Tiamfenikol, Kotrimoksazol, Ampisilin dan Amoksasilin,

    Sefalosporin Generasi Ketiga, golongan Fluorokuinolon, Azitromisin.

    3.8 Komplikasi

    Komplikasi Intestinal : perdarahan intestinal, perforasi usus

    Komplikasi Ekstra intestinal : komplikasi hematologi, hepatitis tifosa, pankreatitis tifosa, miokarditis,

    manifestasi neuropsikiatrik/tifoid toksik

    3.9 Prognosis

    3.10 Pencegahan

    a. Identifikasi dan eradikasi Salmonella typhipada pasien tifoid asimtomatik, karier, dan akut.

    b. Pencegahan transmisi langsung dari penderita terinfeksi Salmonella typhiakut maupun karier.

    c. Proteksi pada orang yang berisiko tinggi tertular dan terineksi