0. ipt skenario 3 - menggigil disertai demam

28

Click here to load reader

Upload: muchlis-ismail-taufik

Post on 19-Dec-2015

53 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

TRANSCRIPT

Page 1: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

Nama: M. Muchlis Ismail Taufik

NPM : 110 2013 160

Kelompok: A-18

SKENARIO 3

1. Plasmodium1.1 Definisi

Parasit malaria, genus protozoa koksidian subordo Haemosporina, ordo Eucoccidiida.

Beberapa spesies bersifat parasit dalam eritrosit mamalia, burung dan reptil. Sporozoit

protozoa terkonsentrasi dalam kelenjar air liur Anopheles betina dan ditularkan\ke

dalam darah mamalia melalui gigitan nyamuk tersebut (Dorland, 2007)

1.2 Klasifikasi

Terdapat 4 spesies Plasmodium penyebabpenyakit malaria, yaitu :

a. Plasmodium vivaxme nyebabkan penyakit malaria vivaks/ malaria tertian/malaria tertian

benigna

b. Plasmodium falciparum menyebabkan penyakit malaria falsiparum/malaria tertian

maligna/malaria subtertiana/malaria pernisiosa

c. Plasmodium malariae menyebabkan penyakit malaria malariae/malaria kuartana

d. Plasmodium ovale menyebabkan penyakit malaria ovale/malaria tertiana

Plasmodium falciparum

Plasmodium vivax

Plasmodium ovale

Plasmodium malariae

Daur praeritrosit

5,5 hari 8 hari 9 hari 10-15 hari

Hipnozoit - -Jumlah merozoit hati

40.000 10.000 15.000 15.000

Skizon hati 60 mikron 45 mikron 70 mikron 55 mikronDaur erotrosit 48 jam 48 jam 50 jam 72 jamEritrosit yang dihinggapi

Muda dan normosit

Retikulosit & normosit

Retikulosit & normosit muda

Normosit

Pembesaran eritrosit

- ++ + -

Titik-titik eritrosit

Maurer Schuffner Schuffner(James)

Ziemann

1

Page 2: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

Siklus aseksual 48 jam 48 jam 48 jam 72 jam

Pigmen Hitam Kuning tengguli

Tengguli tua Tengguli hitam

Jumlah merozoit eritrosit

8-24 12-18 8-10 8

Daur dalam nyamuk pada 27°C

10 hari 8-9 hari 12-14 hari 26-28 hari

Keterangan :

= ada stadium hipnozoit pada siklus hidupnya

+ = eritrosit agak besar

+ + = eritrosit sangat besar

1.3 Morfolog

Spesies-spesies Plasmodium yang terdapat didalam sel darah merah, dapat dibedakan

Morfologi bentuk-bentuk stadiumnya yang khas bentuknya, yaitu bentuk trofozoit, skizon dan

dan bentuk gametosit.

Plasmodium vivax

2

Page 3: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

Tropozoit Muda : bentuk cincin (1/3 dari eritrosit), eritrosit membesar, titik

Schuffner mulai tampak

Tropozoit Matang : sitoplasmanya berbentuk amoeboid, pigmen makin nyata

berwarna kuning tengguli, eritrosit membesar, dan titik Schuffner

jelas

Skizon Muda : inti membelah, jumlah inti 4-8, eritrosit membesar, titik

Schuffner jelas

Skizon Matang : mengandung 12-18 inti dan mengisi seluruh eritrosit dengan

pigmen kuning tengguli berkumpul di tengah atau dipinggir, titik

Schuffner masih tampak dibagian pinggir eritrosit, eritrosit

membesar

Makrogametosit : protoplasma berwarna biru dengan inti kecil, padat, dan

berwarna merah, pigmen disekitar inti, eritrosit membesar, titik

Schuffner masih tampak dipinggir

Mikrogametosit : berbentuk bulat, protoplasma biru kemerahan pucat, intinya

besar,tidak padat, dan pucat, pigmen tersebar, eritrosit membesar,

titik Schuffner masih tampak dipinggir

Plasmodium malariae

Tropozoit Muda : berbentuk cincin dan eritrositnya tidak membesar.

Tropozoit Matang : bentuk yang khas seperti pita (band-form) dan terdapat titik

3

Page 4: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

Ziemann.

Skizon Muda : Sangat mirip P. vivax kecuali parasitnya yang lebih

kecil

Skizon Matang : Dapat dijumpai dalam jumlah yang banyak dan biasanya

bersama tropozoit atau skizon muda atau kedua-duanya

Makrogametosit : bentuk bulat, pigmen padat dan gelap, lebih sering

mengumpul kadang – kadang memancar

Mikrogametosit : Ukuran lebih kecil daripada eritrosit, bentuk bulat padat,

sitoplasma biru pucat, kromatin seperti P. vivax

Plasmodium ovale

Tropozoit Muda : Trofozoit P.ovale bentuknya mirip dengan trofozoit P. vivax

Tropozoit Matang : sel darah merah membesar dan berbentuk lonjong, satu atau

kedua ujung sel darah merah berbatas serta tidak teratur, pinggir

eritrosit bergerigi, dan terdapat titik james

Skizon Muda : ukuran 6 mikron, mengisi tiga perempat bagian dari eritrosit

yang terinfeksi dan agak membesar ukurannya. Terdapat 8 buah

merozoit yang susunannya tidak teratur

Makrogametosit : berbentuk bulat, mempunyai inti kecil, dan sitoplasma

berwarna biru pucat

Mikrogametosit : Ukuran besar eritrosit, berbentuk bulat padat, sitoplasma biru

4

Page 5: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

pucat, kromatin dan pigmen seperti P. vivax

Plasmodium falciparum

Tropozoit Muda

- Bentuk accole : eritrosit normal, parasit ditepi eritrosit seperti melekat pada

eritrosit

- Bentuk cincin : eritrosit normal, titik maurer, cincin agak besar,

sitoplasma lebih tebal

- Infeksi Multiple : eritrosit normal, parasitnya halus dan berbentuk cincin,

tampak lebih dari satu parasit dalam sebuah eritrosit.

Skizon Muda : eritrosit tidak membesar, parasit jumlah inti 2-6,

pigmen menggumpal dan berwarna hitam

Skizon Matang : eritrosit tidak membesar, jumlah inti 8-24, pigmen

menggumpal, warna hitam

Makrogametosit : eritrosit normal, parasit berbentuk pisang, agak lonjong,

plasma biru, inti padat, kecil, pigmen disekitar inti

Mikrogametosit : eritrosit normal, parasit berbentuk sosis, plasma berwarna

merah mudah, pucat, inti tidak padat dan pigmen tersebar

1.4 Siklus Hidup

5

Page 6: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

Daur hidup keempat spesies Plasmodium pada manusia umumnya sama. Proses tersebut terdiri atas fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebrata.

Fase aseksual mempunyai 2 daur, yaitu:

1) daur eritrosit dalam darah (skizogoni eritrosit)

2) daur dalam sel parenkim hati (skizogoni eksoeritrosit) atau stadium jaringan dengan a) skizogoni praeritrosit (skizogoni eksoeritrosit primer) setelah sporozoit masuk dalam sel hati dan b) skizogoni eksoeritrosit sekunder yang berlangsung dalam hati.

Pada infeksi P. falciparum dan P. malariae hanya terdapat satu generasi aseksual dalam hati sebelum daur dalam darah dimulai; sesudah itu daur dalam hati tidak dilanjutkan lagi. Pada infeksi P. vivax dan P. ovale daur eksoeritrosit berlangsung terus sampai bertahun-tahun melengkapi perjalanan penyakit yang dapat berlangsung lama (bila tidak diobati) disertai banyak relaps.

Dalam Tubuh Nyamuk

Didalam tubuh hospes definitif nyamuk Anopheles betina (vektor) terjadi pembiakan seksual (sporogoni) yang disebut juga fase ekstrinsik.

Saat nyamuk menghisap darah manusia, semua stadium masuk kedalam lambungnya namun yang dapat bertahan dan melanjutkan siklusnya hanya bentuk gametosit (makrogametosit dan mikrogametosit)

Terjadi pematangan gametosit menjadi gamet (mikrogamet dan makrogamet). Mikrogametosit mengalami pembelahan inti menjadi inti multiple yang matang dengan

exfalgellasi. Lalu keluar dari eritrosit dan motil. Makrogametosit menjadi makrogamet yang intinya bergeser ke permukaan yang merupakan

tempat masuknya mikrogamet pada waktu fertilisasi. Makrogamet yang telah mengalami feritilisasi disebut zigot Kurang lebih 20 menit setelah fertilisasi terbentuk ookinet, semacam pseudopodi yang dapat

bergerak. Ookinet bergerak dan menembus dinding usus untuk menempel pada permukaan luar

dinding usus tsb. Ookinet kemudian berubah menjadi ookista Terjadi pematangan ookista dengan pembelahan inti dan transformasi sitoplasma

membentuk beribu-ribu sporozoit yang berada didalam ookista. Ookista matang 4-15 hari setelah nyamuk menghisap gametosit

Ketika ookista matang pecah, sporozoit akan berhamburan ke dalam rongga tubuh nyamuk, diantaranya ada yang sampai ke kelenjar liur nyamuk. Nyamuk infektif adalah nyamuk yang siap mengeluarkan sporozoit bersama air liurnya.

6

Page 7: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

Dalam Tubuh Manusia Dengan tusukan nyamuk Anopheles betina sporozoit masuk ke peredaran darah perifer. Setelah setengah jam sporofit masuk ke dalam sel hati dan tumbuh menjadi skizon hati

namun sebagian menjadi hipnozoit. Skizon hati ini masih dalam daur eksoeritrosit primer yang berkembangbak secara aseksual dan prosesnya disebut skizogoni hati.

Hipnozoit tetap beristirahat dalam sel hati selama beberapa waktu dan mulai aktif kembali dengan daur eksoeritrosi sekunder.

Skizon hati pecah mengeluarkan merozoit. Mulailah daur eritrosit dengan masuknya merozoit ke peredaran darah dan menginfeksi eritrosit (skizogoni darah).

Kemudian merozoit hati pada eritrosit tumbuh menjadi trofozoit muda yang berbentuk cincin (sitoplasmanya berwarna biru, inti merah, mempunyai vakuol besar). Eritrosit muda yang dihinggapi parasit P.vivax ukurannya lebih besar dari eritrosit lain dan terdapat titik Schuffner yang halus dan berwarna merah.

Trofozoit muda kemudian menjadi trofozoit tua. Sebagian merozoit berubah menjadi trofozoit yang dapat membentuk sel kelamin yaitu

makrogametosit dan mikrogametosit (gametogoni). Daur eritrosi berlangsung selama 48 jam

2. Malaria

2.1 Definisi

Malaria adalah penyakit demam infeksi yang endemik di banyak daerah beriklim hangat di

dunia, disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, yang merupakan parasit pada sel darah

merah; malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles dan ditandai dengan adanya serangan

menggigil, demam, dan berkeringat, yang terjadi dalam interval yang bergantung pada waktu

yang diperlukan untuk berkembangnya generasi baru parasit didalam tubuh. (Dorland,2011)

2.2 Epidemiologi

Epidemiologi malaria adalah pengetahuan yang menyangkut studi tentang kejadian (insidensi, prevalensi, kematian) karena malaria, penyebaran atau penularannya pada penduduk yang tinggal di suatu wilayah pada periode waktu tertentu, beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.Tujuan studi epidemiologi malaria adalah untuk digunakan sebagai dasar rasional dalam pemberantasan, pengendalian penularan dan pencegahannya.

Materi studi epidemiologi malaria, secara garis besar, menyangkut 3 hal utama yang saling berkaitan:1. Inang (host): manusia sebagai inang antara, dan nyamuk vektor sebagai inangdefinitif

parasit malaria.

7

Page 8: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

2. Penyebab penyakit (agent) : parasit malaria (Plasmodium). 3. Lingkungan (environment)

Faktor lingkungan suhu udara geografis (ketinggian dari permukan laut, musim) bisa berpengaruh pada kemampuan hidup parasit dalam nyamuk vektor.Plasmodium tidak bisa hidup dan berkembang pada suhu < 16ºC. Kelembaban udara 60-80% optimal untuk hidup nyamuk dengan umur panjang

Malaria merupakan penyakit endemis atau hiperendemis di daerah tropis maupun subtropis dan menyerang negara dengan penduduk padat. Diperkirakan prevalensi malaria di seluruh dunia berkisar antara 160-400 juta kasus.

Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai dari daerah yang beriklim dingin, subtropik sampai ke daerah tropis, kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat. Plasmodium falcifarum tertama menyebabkan malaria di Afrika dan daerah-daerah tropis lainnya.

Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua wilayah. Pada tahun 1996 ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak 2.341.401 orang. Angka prevalensi malaria di provinsi Jawa Tengah terus menurun dari tahun ke tahun, mulai dari 0,51 pada tahun 2003, menurun menjadi 0,15 dan berkurang lagi menjadi 0,07 pada tahun 2005. Plasmodium malaria ditemukan di Indonesia Timur, sedangkan Plasmidium ovale ditemukan di Papua dan NTT. (Widoyono, 2011)

2.3 Etiologi

8

Page 9: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Amopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk mengigit pada waktu senja atau malam hari,

pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar. Selain

melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke

anak, yang disebabkan pada kelainan sawar plasenta yang menghalangi penularan infeksi

vertikal. Metode penularan lainnya adalah dengan jarum suntik misalnya ketika transfusi darah

dan parasit langsung memasuki siklus eritrositer. (Widoyono,2011)

2.4 Patogenesis

Setelah sporozoit dilepaskan sewaktu nyamuk anopheles betina menggigit manusia selanjutnya

akan masuk kedalam sel-sel hati (hepatosit) dan kemudian terjadi skizogoni

ekstraeritrositer.skizon hati yang matang selanjutnya akan pecah (rupture) dan selanjutnya

merozoit akan menginvasi sel eritrosit dan terjadi skizogoni intra eritrositer, menyebabkan

eritrosit yang mengandung parasite (EP) mengalami perubahan struktur dan biomolekuler sel

untuk mempertahankan kehidupan parasite. Skizon yang matang akan pecah, melepaskan toksin

malaria yang akan menstimulasi system RES dengan dilepaskannya sitokin pro inflamasi seperti

TNF alfa dan sitokin lainnya dengan mengubah aliran darah local dan endothelium vascular,

mengubah biokimiasistemik, menyebabkan anemia, dan hipoksia jaringan. (Sudoyo, 2006)

Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasite.Gejala yang paling

mencolok adalah demam yang diduga di sebabkan oleh pirogen endogen, yaitu TNF dan

interleukin-1. Akibat demam terjadi vasodilatasi perifer yang mungkin disebabkan oleh bahan

vasoaktif yang di produksi oleh parasite. Pembesaran limpa disebabkan oleh terjadinya

peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit, teraktivasinya system retikuloendotelial

untuk memfagositosit eritrosit yang terinfeksi parasite dan sisa eritrosit akibat hemolysis juga

terjadi penurunan jumlah trombosit dan leukosit neutrofil akibat hemolysis.Terjadi kongesti pada

organ lain meningkatkan resiko terjadinya ruptur limpa.

2.5 Manifestasi Klinis

9

Page 10: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

1. Demam Demam Periodik, berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang

(sporulasi): P. vivax, P. ovaledan P. falciparum : 3 hari sekali. P. malariae : 4 hari sekali.

Stadium Demam: Rigoris (Mengigil) : (15 mnt - 1 jam) Akme (Puncak Panas) : (2 - 6 jam) Sudoris (Suhu turun dan berkeringat) : (2 - 4 jam)

2. Splenomegali dan Hepatomegali Terjadinya kongesti aliran darah serta hipertrofi dan hiperplasia sistem

retikuloendotelial (RES) menyebabkan pembesaran limpa (splenomegali) terkadang disertai pembesaran hati (hepatomegali.

3. Anemia Derajat anemia tergantung spesies penyebab, yang paling parah adalah

spesies P. Falciparum. Anemia disebabkan oleh: Penghancuran eritrosit berlebihan Eritrosit normal tidak bisa hidup lama Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam

sum-sum tulang(Natadisastra, 2005)

2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, dan

pemeriksaan penunjang.

1. Gejala Klinisa) Anamnesis

Keluhan utama yang sering kali muncul adalah demam lebih dari dua hari, menggigil, dan berkeringat (trias malaria). Demam pada keempat jenis malaria berbeda sesuai dengan proses skizogoninya. Demam pada malaria falsiparum dapat terjadi setiap hari. Pada malaria vivax atau ovale demamnya berselang satu hari. Pada malaria malariae demam berselang dua hari.Sumber penyakit harus ditelusuri, apakah pernah berpergian dan bermalam didaerah endemik malaria dalam satu bulan terakhir atau apakah pernah tinggal didaerah endemik.

b) Pemeriksaan Fisik Pasien mengalami demam 37,5º C– 40ºC anemia yang dibuktikan dengan konjungtiva palpebra yang pucat.

10

Page 11: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

Adanya pembesaran limpa (splenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegali).

Bila terjadi serangan malaria berat, gejala dapat disertai dengan syok yang ditandai dengan menurunnya tekanan darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas meningkat.

2. Pemeriksaan Laboratoriuma) Pemeriksaan Mikroskopis

Melalui pemeriksaan darah tepiini dapat dilihat jenis plasmodium dan stadiumnya serta kepadatan parasitnya. Kepadatan parasit dapat dilihat dengan dua cara yaitu semi kuantitatif dan kuantitatif.

b) Tes diagnostik cepat (RDT)Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah dengan cara imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifisitas dan sesitivitasnya.

3. Pemeriksaan Penunjang meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT, SGPT, tes fungsi ginjal), serta pemeriksaan foto toraks, EKG, dan pemeriksaan lainnya sesuai indikasi. (Widoyono,2012)

2.7 Tatalaksanaan

Berdasarkan kerjanya pada tahapan perkembangan plasmodium, antimalaria dibedakan

atas skizontosid jaringan dan darah; gametosid dan sporontosid. Dengan klasifikasi ini

antimalaria dipilih sesuai dengan tujuan pengobatan.

1. Skizontosid jaringan dan darahA. Skizontosid darah, bekerja terhadap merozoit pada eritrosit (fase eritrosit).

Skizontosid digunakan untuk mengendalikan serangan klinik. Obat ini bekerja terhadap merozoit di eritrosit (fase eritrosit). Dengan demikian tidak terbentuk skizon baru dan tidak terjadi penghancuran eritrosit yang menimbulkan gejala klinik. Contoh obat dari golongan ini yaitu:

klorokuin, kuinin, meflokuin, halofantrin, dan artemisinin.

11

Page 12: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

B. Skizontosid jaringan, bekerja pada skizon yang baru memasuki jaringan

hati. Sehingga, tahap infeksi eritrosit dapat dicegah dan transmisi lebih lanjut

dapat dihambat. Contoh obat : pirimetamin dan primakuin. Namun primakuin

tidak bisa untuk profilaksis karena waktu paruhnya pendek.

2. GametositosidGametositosid membunuh gametosit yang berada dalam eritrosit sehingga

transmisinya ke nyamuk dihambat. Klorokuin dan kina memperlihatkan efek gametosidal pada P. vivax, P. ovale dan P.malariae, sedangkan gametosit P. falciparum dapat dibunuh oleh primakuin

3. Sprorontosid Sporontosid menghambat perkembangan gametosit lebih lanjut di tubuh

nyamuk yang mengisap darah pasien, dengan demikian rantai penularan terputus. Kerja seperti ini terlihat dengan primakuin dan kloroguanid. Obat antimalaria biasanya tidak dipakai secara klini untuk tujuan ini.

4. Kemoprofilaksis

Bertujuan untuk mengurangi risiko terinfeksi malaria, sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Ditunjukan bagi orang yang berpergian ke daerah endemik malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama seperti turis,peneliti, pegawai kehutanan dll.

Kemoprofilaksis terhadap P. falciparum pemberian doksisiklin setiap hari dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu Doksisiklin tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil dan anak berusia <8 tahun.

Kemoprofilaksis terhadap P. vivax adalah pemberian klorokuin dengan dosis 5mg/kgBB setiap minggu.Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah endemik sampai 4 minggu setelah kembali. Dianjurkan tidak menggunakan klorokuin lebih dari 3-6 bulan

5. Pengobatan ACT

WHO telah resmi menetapkan obat ACT (Artemisinin base Combination Therapy) sebagai pengobatan malaria. Golongan artemisinin (ART) dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi Plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Artemisinin (ART) juga bekerja membunuh Plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit. ART juga efektif untuk terhadap spesies, P. falciparum, P. vivax, dan lain-lain.

12

Page 13: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

PRIMAKUIN KLOROKUINFarmakodinamik

Hanya berupa antimalaria; untuk penyembuhan radikal malaria vivax dan ovale; primakuin → elektrofil (mediator oksidasi-reduksi); beberapa P.vivax resisten terhadap primakuin

Antimalaria; efek antiradang; klorokuin hanya efektif terhadap parasit dlm fase eritrosit, tdk pada fase jaringan; efektivitasnya sangat tinggi pada P. vivax, P. ovale, dan P. malariae; dpt mengendalikan gejala klinis dan parasitemia malaria

Farmakokinetik Pemberian per oral→ diabsorpsi → distribusi luas ke jaringan; tidak pernah diberikan parenteral → hipotensi nyata

Absorpsi klorokuin terjadi cepat dan lengkap; kaolin dan antacid mengganggu absorpsi klorokuin krn mengandung Ca dan Mg; metabolisme klorokuin lambat

Efek samping anemia hemolitik akut krn defisiensi G6PD; spasme usus dan gangguan lambung pd dosis tinggi); metheglobinemia dan sianosis (pd dosis lebih tinggi); granulositopenia dan agranulositosis (jarang terjadi)

Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, dan gatal-gatal;Klorokuin 250 mg/hari → ototoksisitas dan retinopati yg menetap;Dosis tinggi parenteral → toksisitas system kardiovaskular;Klorokuin parenteral sebaiknya diberikan dgn cara infus lambat atau IM dan SK dosis kecil.

Kontraindikasi Pada penyakit sistemik berat (artritis rheumatoid dan lupus eritematosis); tdk bersamaan obat yg menimbulkan hemolisis dan depresi sumsum

Penyakit hati, gangguan sal. cerna, neurologic, dan darah yg berat; defisiensi G6PD → hemolisis; klorokuin

13

ACT

Artesunat

Artemeter

Artemisinin

Dihidroartemisinin

Artheether

Asam artelinik

Page 14: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

tulang; tdk dianjurkan utk wanita hamil

+ fenilbutazon → dermatitis; klorokuin + meflokuin → risiko kejang

Dosis - Primakuin fosfat : tablet setara dgn 15 mg basa.- Profilaksis terminal : primakuin 15 mg/hari selama 14 hari sebelum atau sesudah dari daerah endemik.- Penyembuhan radikal P.vivax dan P. ovale : setelah serangan akut, 3 hari diberi klorokuin, hari ke 4 dgn dosis 15 mg/hari selama 14 hari.- Penggunaan primakuin jangka lama hrs dihindari krn toksik,

- garam klorokuin fosfat : tablet 250 dan 500 mgMalaria- Dosis awal : 10 mg/kgBB klorokuin basa;Pada 6, 12, 24, dan 36 jam selanjutnya dosis 5 mg/kgBB sampai dosis total 30 mg/kgBB dlm 2 hari

2.8 PencegahaanI. Berbasis Masyarakat

Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun kampanye masal untuk mengurangi sarang nyamuk (pemberantasan sarang nyamuk). Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air kotor, dengan mengalirkan air atau menimbun atau mengeringkan barang/wadah yang memungkinkan sebagai tempat air tergenang

Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah penularan

Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomik Anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak terbang dan resistensi terhadap insektisida

II. Berbasis pribadi Pencegahan gigitan nyamuk antara lain

Tidak keluar rumah antara senja-malam hari, bila terpaksa keluar, sebaiknya menggunakan kemeja dan celana panjang berwarna terang karena nyamuk lebih menyukai warna gelap

Menggunakan repelan yang mengandung dimetilftalat atau zat anti-nyamuk lainnya

Membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi pintu dan jendela

Menggunakan kelambu yang mengandung insektisida (insecticide treated mosquito net)

14

Page 15: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

Menyemprotkan kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan obat nyamuk bakar

Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemi meliputi Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitif terhadap klorokuin,

diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk org dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk daerah sampai 4 minggu setelah meninggalkan tempat tersebut

Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan pengobatan supresif, yaitu dengan meflokuin 5mg/kgBB/minggu atau doksisiklin 100 mg/hari atau sulfadoksin 500 mg/pirimetamin 25 mg, 3 tablet sekali minum

Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil meliputi Klorokuin, bukan kontraindikasi Profilaksis dengan klorokuin 5 mg/kgBB/minggu dan proguanil 3

mg/kgBB/hari untuk daerah yang masih sensitif klorokuin Meflokuin 5mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan keempat kehamilan untuk

daerah dimana plasmodiumnya resisten terhadap klorokuin Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan

Informasi tentang donor darah. Banyak penilitian melaporkan bahwa donor dari daerah daerah endemik malaria merupakan sumber infeksi. (Widoyono, 2011)

Vaksin Malaria

Vaksin malaria merupakan tindakan yang diharapkan dapat membantu mencegah penyakit ini, tetapi adanya bermacam-macam stadium pada perjalanan penyakit malaria menimbulkan kesulitan pembuatannya. Penelitian pembuatan vaksin malaria ditujukan pada 2 jenisvaksin, yaitu :

1. Proteksi terhadap ketiga stadium parasite : sporozoit yang berkembang dalam nyamuk dan menginfeks imanusia, merozoit yang menyerang eritrosit dan gametosit yang menginfeksi nyamuk.

2. Rekayasa genetik aatau sintesis polipeptida yang relavan. Jadi, pendekatan pembuatan vaksin yang berbeda-beda mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing tergantung tujuan mana yang akan dicapai. Vaksin sporozoit P. falciparum merupakan vaksin yang pertama kali diuji coba, dan apabila telah berhasil, dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas malaria tropika terutama pada anak dan ibu hamil. Dalam waktu dekat akan diuji coba vaksin dengan rekayasa genetika.

2.9 Komplikasi

15

Page 16: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

Plasmodium vivaxa. gangguan pernapasan sampai acute respiratory distress syndrome,b. gagal ginjal, c. ikterusd. anemia berate. rupture limpaf. kejang yang disertai gangguan kesadaran.

(Sutanto, 2011)

Plasmodium malariaea. Sindrom nefrotik berat dengan hipertensi sebagai gejala akhirb. gagal ginjal kronikc. sclerosis glomerulus yang fokal atau segmental.

(Sutanto, 2011)

Plasmodium ovaleAnemia berat, demam tinggi.

Plasmodium falciparuma. Malaria berat/ malaria serebral b. Anemia beratc. Gagal ginjald. Edema parue. Hipoglikemiaf. Syok/gangguan sirkulasi darah/ malaria algidag. Hiperparasitemia

2.10. Prognosis3. Malaria Vivax

Prognosis malaria vivax biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Bila tidak diberi pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau lebih. Rata-rata infeksi malaria vivax tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun, tetapi pada beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama, terutama karena relapsnya.

4. Malaria MalariaeTanpa pengobatan, malaria malariae dapat berlangsung sangat lama rekurens pernah tercatat 30-50 tahun sesudah infeksi.

5. Malaria OvaleMalaria Ovale penyakitnya ringan dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

16

Page 17: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

6. Malaria FalciparumPenderita Malaria Falciparum berat prognosisnya buruk, sedangkan penderita Malaria Falciparum tanpa komplikasi prognosisnya cukup baik bila dilakukan pengobatan dengan segera dan dilakukan observasi hasil pengobatan.

(Sutanto,2011)

3. Gebrak Malaria

Gebrak Malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen masyarakat untuk memberantas Malaria secara intensif melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan badan-badan internasional serta penyandang dana, mengingat masalah Malaria merupakan masalah yang komplek karena berhubungan dengan berbagai aspek seperti penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis) dan nyamuk sebagai vektor penular.

Strategi dalam Pemberantasan Malaria antara lain adalah dengan sistem kewaspadaan dini dan upaya penanggulangan epidemi agar tidak semakin menyebar; intensifikasi pengawasan, diagnosis awal dan pengobatan yang tepat, dan kontrol vektor secara selektif. Kebijakan-kebijakan yang diambil dalam pemberantasan malaria antara lain penekanan pada desentralisasi, keterlibatan masyarakat dalam pemberantasan malaria, dan membangun kerja sama antarsektor, NGO, dan lembaga donor. Gerakan Berantas Kembali Malaria atau Gebrak Malaria yang dimulai pada 2000 adalah bentuk operasional dari Roll Back Malaria (RBM). Gebrak Malaria memprioritaskan kemitraan antara pemerintah, swasta/sektor bisnis, dan masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit malaria.

Program pemberantasan malaria di Indonesia saat ini terdiri atas delapan kegiatan, yaitu: diagnosis awal dan pengobatan yang tepat; program kelambu dengan insektisida; penyemprotan; pengawasan deteksi aktif dan pasif; survei demam dan pengawasan migran; deteksi dan kontrol epidemik; langkah-langkah lain seperti larvaciding; dan peningkatan kemampuan (capacity building). Untuk menanggulangi galur yang resisten terhadap klorokuin, pemerintah pusat dan daerah akan menggunakan kombinasi baru obat-obatan malaria untuk memperbaiki kesuksesan pengobatan. Karena kombinasi obat-obatan itu sangat mahal, penggunaannya akan ditargetkan di daerah dengan prevalensi resistensi yang tinggi.

Dalam rangka merealisasikan Gebrak Malaria ini telah disusun Rencana Kegiatan Pengendalian Malaria melalui Rencana Strategi Pembebasan (Eliminasi) Malaria di Indonesia, yang akhirnya dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia dengan sasaran wilayah Eliminasi yang dilaksanakan secara bertahap, yaitu:

1) Eliminasi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Kepulauan Seribu), Bali dan Batam pada tahun 2010.

2) Eliminasi Jawa, Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau pada tahun 2015.3) Eliminasi Sumatera, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi pada tahun

2020.

17

Page 18: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

4) Eliminasi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur pada tahun 2030.

Kegiatan Eliminasi Malaria harus dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan mitra kerja lainnya. Dari berbagai pengalaman Eliminasi Malaria pada masa lalu, telah terbukti bahwa tanpa keterlibatan dan dukungan legislatif, pemerintah daerah, masyarakat termasuk organisasi sosial, keagamaan dan pihak swasta, maka hasil yang dicapai belum optimal.

Kegiatan Eliminasi Malaria lebih banyak terfokus kepada kegiatan promotif dan preventif. Oleh karena itu peranan Promosi Kesehatan akan semakin besar agar pelaksanaannya lebih optimal. Strategi promosi kesehatan untuk Eliminasi Malaria adalah Advokasi, Bina Suasana, Pemberdayaan Masyarakat yang didukung dengan Kemitraan (Kemenkes RI, 2010).

Daftar Pustaka

18

Page 19: 0. IPT Skenario 3 - Menggigil Disertai Demam

Depkes. Epidemiologi Malaria di Indonesia. 2011. Buletin Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta, Pusat Data dan Informasi Kesehatan

Natadisastra,D & Agoes, R..2005. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang diserang. Penyakit oleh sporozoa darah dan jaringan (hlm:209-212). Jakarta: EGC

Sudoyo, et al. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed.IV. Jakarta: FKUI

Sutanto, et al. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FKUI

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Ed.2. Malari hlm:157-172. Jakarta: Erlangga

www.depkes.go.id/_asset/_download/Vektor_malaria_1.pdf [Diakses pada 16 April 2013 pukul

21:00]

http://www.rph.wa.gov.au/malaria/diagnosis.html [Diakses pada 16 April 2013 pukul 20:00]

http://www.malaria.com [Diakses pada 17 April 2013 pukul 19:00]

http://www.who.int/topics/malaria/en/ [Diakses pada 17 April 2013 pukul 19:25]

19