pengertian istinja (autosaved)

21
A. ````````````````PENGERTIAN ISTINJA 1. Istinja`secara istilah Istinja’ bermakna menghilangkan najis dengan air. Atau menguranginya dengan semacam batu. Atau bisa dikatakan sebagai penggunaan air atau batu. Atau menghilangkan najis yang keluar dari qubul (kemaluan) dan dubur (pantat). 2. Istijmar adalah menghilangkan sisa buang air (BAB/BAK) dengan menggunakan batu atau benda-benda yang semisalnya. 3. Istibra adalah menghabiskan, yakni menghabiskan sisa kotoran atau air seni hingga yakni sudah benar-benar keluar semua. B. HUKUM ISTINJA Para ulama berpendapat tentang hokum istinja’ menjadi dua hokum. a. Pertama : Istinja’ hukumnya wajib Sebahagian ulama berpendapat bahwa istinja’ tersebut hukumnya wajib ketika ada sebabnya. Sebabnya utama adalah adanya sesuatu yang keluar dari tubuh lewat dua lubang (anus atau kemaluan). Hadits Rasulullah SAW berikut ini : Dari aisyah raberkata bahwa Rasulullah SAW bersabda.”Bila kamu pergi ke tempat buang air, maka bawalah tiga batu untuk membersihkan. Dan cukuplah batu itu untuk membersihkan.(HR. Ahmad dan Nasa’i).

Upload: tata

Post on 19-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

agaman islam

TRANSCRIPT

Page 1: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

A. ````````````````PENGERTIAN ISTINJA

1. Istinja`secara istilah Istinja’ bermakna menghilangkan najis dengan air. Atau

menguranginya dengan semacam batu. Atau bisa dikatakan sebagai penggunaan air atau

batu. Atau menghilangkan najis yang keluar dari qubul (kemaluan) dan dubur (pantat).

2. Istijmar  adalah menghilangkan sisa buang air (BAB/BAK) dengan menggunakan batu

atau benda-benda yang semisalnya.

3. Istibra adalah menghabiskan, yakni menghabiskan sisa kotoran atau air seni hingga yakni

sudah benar-benar keluar semua.

B. HUKUM ISTINJA

Para ulama berpendapat tentang hokum istinja’ menjadi dua hokum.

a. Pertama : Istinja’ hukumnya wajib

Sebahagian ulama berpendapat bahwa istinja’ tersebut hukumnya wajib ketika ada

sebabnya. Sebabnya utama adalah adanya sesuatu yang keluar dari tubuh lewat dua

lubang (anus atau kemaluan).

Hadits Rasulullah SAW berikut ini :

Dari aisyah raberkata bahwa Rasulullah SAW bersabda.”Bila kamu pergi ke tempat

buang air, maka bawalah tiga batu untuk membersihkan. Dan cukuplah batu itu untuk

membersihkan.(HR. Ahmad dan Nasa’i).

b. Kedua : Istinja’ hukumnya sunnah

Pendapat ini didukung oleh Al-Hanafiyah dan sebagian riwayat dari Al Malikiyah.

Maksudnya adalah beristinja’ dengan menggunakan air itu hukumnya bukan wajib tetapi

sunnah. Yang penting najis bekas buang air itu sudah bias dihilangkan meskipun dengan

batu.

Page 2: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

C. PRAKTEK ISTINJA DAN ADABNYA

1. Disunnahkan beristinja` dengan menggunakan air, karena dia lebih menyucikan dan

lebih membersihkan tempat keluarnya najis. Inilah yang ditunjukkan dalam kebanyakan

hadits tentang istinja` Nabi -shallallahu alaihi wasallam- dan ini juga yang merupakan

sebab Allah memuji para sahabat di masjid Quba dalam firman-Nya, “Di dalamnya ada

orang-orang yang senang untuk bersuci.” (QS. At-Taubah: 108) (HR. Abu Daud dari

Abu Hurairah)

2. Dianjurkan masuk ke wc dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan. Telah tsabit dari

Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bahwa beliau masuk masjid dengan kaki kanan dan

keluar dengan kaki kiri, dari sini para ulama mengkiaskan bahwa memasuki tempat yang

kotor adalah dengan kaki kiri dan keluar darinya dengan kaki kanan. Jadi dalil

permasalahan ini dan yang semisalnya adalah dengan kias, karenanya kalau ada

seseorang yang masuk ke wc dan keluar darinya dengan kaki kanan karena berdalil

bahwa Nabi -shallallahu alaihi wasallam- senang memulai dengan yang kanan (HR.

Muslim dari Aisyah) maka insya Allah hal tersebut juga tidak mengapa. Lihat Asy-

Syarhul Mumti (1/108)

3. Sebelum masuk ke wc, disunnahkan membaca doa: “Bismillah, Allahumma inni a’udzu

bika minal khubutsi wal khobaits (Bismillah, Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari

setan lelaki dan setan wanita).”

Dari Ali -radhiallahu anhu- secara marfu’, “Penghalang antara jin dengan aurat anak

Adam -ketika dia masuk ke dalam wc- adalah dengan membaca ‘bismillah’.” (HR. Ibnu

Majah) Adapun doa “Allahumma inni …,” sampai akhir maka dari hadits Anas riwayat

Al-Bukhari dan Muslim.

Kalau seseorang membuang air di selain bangunan (misalnya di hutan atau padang pasir),

maka doa ini dibaca ketika awal kali dia membuka auratnya. Lihat Subulus Salam: 1/289

dan Manarus Sabil: 1/38-39

4. Diwajibkan untuk menjaga aurat ketika istinja, jangan sampai auratnya terlihat oleh orang

lain, selain istri dan budaknya. Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, “Jagalah

auratmu kecuali dari istrimu dan budakmu.” (HR. Abu Daud dari Muawiah bin Haidah).

Karenanya Nabi -shallallahu alaihi wasallam-, kalau beliau ingin buang air maka beliau

Page 3: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

pergi menjauh sampai tidak ada seorang pun yang melihat beliau. (HR. Abu Daud dari

Jabir). Tapi setelah dibangunnya wc di rumah beliau, maka beliau pun buang air di

dalamnya, sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits Ibnu Umar .

5. Diwajibkan untuk menjaga tubuh dan pakaian dari najis ketika buang air. Al-Bukhari dan

Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pernah

melewati dua kubur yang kedua penghuninya tengah disiksa. Maka beliau bersabda,

“Adapun salah satu dari keduanya, maka dia tidak berbersih ketika buang air.”

6. Disunnahkan menggosokkan tangan kiri ke tanah atau mencucinya dengan sabun setelah

melakukan istinja`. Abu Hurairah berkata, “… Lalu beliau beristinja` dengannya (air)

kemudian menggosokkan tangannya ke tanah.” (HR. Abu Daud).

Imam Ibnul Mundzir berkata, “Maka disunnahkan bagi orang yang telah beristinja`

dengan air untuk mencuci tangannya dengan asynan (pembersih tangan) atau selainnya,

atau menggosokkannya ke tanah, untuk membersihkannya dan menghilangkan bau najis

kalau bau itu masih tersisa di tangannya. ” Lihat Al-Isyaf (1/186-187) dan As-Subul

(1/291)

Hal-hal yang dilarang dalam istinja`:

1. Dimakruhkan berbicara dengan pembicaraan yang berhubungan dengan keagamaan. Hal

ini berdasarkan keumuman firman Allah Ta’ala, “Demikianlah bagi yang memuliakan

syiar-syiar Allah, maka itu termasuk dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 22) Juga ada

seorang sahabat yang pernah memberi salam kepada Nabi -shallallahu alaihi wasallam-

dalam keadaan beliau kencing, maka beliau tidak menjawab salamnya (HR. Muslim dari

Ibnu Umar) Maka ini menunjukkan makruhnya hal tersebut, dan ini merupakan pendapat

Ibnu Abbas, Ma’bad Al-Jubani, Atha` dan Mujahid. Ikrimah berkata, “Jangan dia berzikir

dengan lisannya di dalam wc, akan tetapi dengan hatinya.” Lihat: Nailul Authar (1/91-92)

dan Asy-Syarhul Mumti’ (1/117-118)

2. Berdasarkan dalil-dalil di atas, maka dimakruhkan juga membawa mushaf atau buku

atau yang semisalnya, kalau di dalamnya terdapat ayat Al-Qur`an atau zikir kepada Allah.

3. Diharamkan menghadap dan membelakangi kiblat (Ka’bah) dalam buang air secara

mutlak, baik di luar bangunan maupun di dalam bangunan. Nabi -shallallahu alaihi

wasallam- bersabda, “Kalau kalian mendatangi wc, maka janganlah kalian menghadap

Page 4: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

kiblat dalam buang air besar dan kencing, dan jangan pula membelakanginya.” (HR. Al-

Bukhari dan Muslim dari Abu Ayyub) Dan dalam hadits Salman, “Rasulullah melarang

kami untuk menghadap kiblat ketika buang air besar dan kencing.” Ini adalah pendapat

Abu Ayyub Al-Anshari, Abu Hurairah, Ibnu Mas’ud dan Suraqah bin Malik dari

kalangan sahabat, dan juga pendapat Mujahid, Ibrahim An-Nakhai, Ats-Tsauri, Abu

Tsaur, Ahmad -dalam sebuah riwayat-, Atha`, Al-Auzai dan selainnya. Dan inilah yang

dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, Asy-Syaukani dalam An-Nail dan Al-

Albani dalam Tamamul Minnah.

Adapun keberadaan Ibnu Umar -secara tidak sengaja- melihat Nabi -shallallahu alaihi

wasallam- buang air sambil membelakangi kiblat, maka ketidaksengajaan tersebut

menunjukkan bahwa beliau -shallallahu alaihi wasallam- melakukan hal tersebut bukan

untuk dicontoh dan tidak ingin diketahui oleh siapa pun, sehingga perbuatan

membelakangi Ka’bah ketika buang air adalah khususiah (kekhususan) beliau yang tidak

boleh dicontoh oleh umatnya. Berbeda halnya ketika beliau melarang kencing berdiri lalu

beliau ’sengaja’ memperlihatkan kepada Huzaifah kalau beliau kencing berdiri, maka ini

bertujuan untuk dicontoh sehingga kencing berdiri ini bukanlah kekhususan beliau.

Di antara dalil yang menguatkan pendapat ini adalah sabda Nabi -shallallahu alaihi

wasallam-, “Barangsiapa yang meludah ke arah kiblat maka dia datang pada hari

kiamat dalam keadaan ludahnya berada di antara kedua matanya.” (Dishahihkan oleh

Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 222, 223) Kalau meludah ke arah kiblat di dalam

bangunan (masjid dan selainnya) saja diharamkan, maka bukankah buang air menghadap

kiblat di dalam ruangan -apalagi diluar- lebih pantas untuk diharamkan?! Berfikirlah

wahai orang-orang yang mempunyai hari nurani.

Lihat pembahasan lengkap dan bantahan kepada yang membedakan antara dalam

bangunan dengan di luar bangunan dalam: Nailul Authar (1/95-99), Sailul Jarrar (1/69),

Tamamul Minnah (hal. 59-60) dan Asy-Syarhul Mumti’ (1/125-126) Dan lihat juga

masalah hukum melakukan jima’ menghadap dan membelakangi kiblat dalam Ihkamul

Ahkam (hal. 44, 46-47).

Page 5: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

D. ISTIJIMAR

Beristinja’ dengan menggunakan batu atau benda lain selain air sering disebut

dengan istijmar. Jumlah batu yang digunakan untuk mensucikan/membersihkan

sisa/bekas-bekas yang menempel saat buang air. Batu yang digunakan untuk beristijmar

adalah batu yang berbeda, artinya tidak boleh menggunakan satu batu lalu dipakai tiga

kali.

Rasulullah bersabda : “ siapa yang beristijmar (bersuci dengan batu) maka hendaklah

berwitir (menggunakan batu sebanyak bilangan ganjil). Siapa yang melaksanakannya

maka dia telah berbuat ihsan dan siapa yang tidak melakukannya tidak masalah.” (HR.

Abu daud dan Ibnu Majah).

Rasulullah bersabda : “ bila seorang kamu dating ke WC maka bawalah tiga buah batu,

karena itu sudah cukup untuk menggantikannya.” (HR. Abu daud , Baihaqi, Syafi’i)

Selain batu yang bias digunakan adalah semua benda yang memang memenuhi ketentuan

dan tidak keluar dari batas.

1. Batu tersebut dapat digunakan untuk membersihkan bekas najis.

2. Benda itu tidak kasar seperti batu bata dan juga tidak licin seperti batu akik, karena

tujuannya untuk membersihkan najis.

3. Benda itu bukan sesuatu yang bernilai atau terhormat seperti emas, perak, permata dan

uang kertas.

4. Benda itu bukan sesuatu yang bias mengotori seperti arang, abu, debu atau pasir.

5. Benda itu tidak melukai manusia seperti, potongan kaca beling , kawat, logam yang tajam

dan paku.

6. Jumhur ulama mensyaratkan harus benda yang padat bukan benda cair. Namun ulama

Hanafiyah menbolehkan dengan benda cair lainnya selain air seperti air mawar atau cuka.

Page 6: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

7. Benda itu harus suci, sehingga beristijmar dengan menggunakan tahi/kotoran binatang

tidak diperkenankan. Tidak boleh juga menggunakan tulang, makanan atau roti, karena

merupakan penghinaan.

Page 7: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

Pengertian

Wudhu (Arab: الوضوء al-wuḍū', Persian:آبدست ābdast, Turkish: abdest, Urdu: وضو

wazū') adalah salah satu cara mensucikan anggota tubuh dengan air. Seorang muslim dwajibkan

bersuci setiap akan melaksanakan shalat. Berwudhu bisa pula menggunakan debu yang disebut

dengan tayammum.

Air yang boleh digunakan

Air hujan

Air sumur

Air terjun, laut atau sungai

Air dari lelehan salju atau es batu

Air dari tangki besar atau kolam

Air yang tidak boleh digunakan

Air yang tidak bersih atau ada najis

Air sari buah atau pohon

Air yang telah berubah warna, rasa dan bau dan menjadi pekat karena sesuatu telah

direndam didalamnya

Air dengan jumlah sedikit (kurang dari 1000 liter), terkena sesuatu yang tidak bersih

seperti urin, darah atau minuman anggur atau ada seekor binatang mati didalamnya

Air bekas Wudhu

Air bekas wudhu apabila sedikit, maka tidak boleh digunakan, dan termasuk sebagai air

musta'mal, sebagaimana hadits: Abdullah bin Umar ra. Mengatakan, “Rasulullah SAW telah

bersabda: “Jika air itu telah mencapai dua qullah, tidak mengandung kotoran. Dalam lafadz

lain:”tidak najis”. (HR Abu Dawud, Tirmidhi, Nasa’i, Ibnu Majah)

Page 8: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

Menurut pendapat 4 Mahzab:

1. Ulama Al-Hanafiyah

Menurut mazhab ini bahwa yang menjadi musta’mal adalah air yang membasahi tubuh saja dan

bukan air yang tersisa di dalam wadah. Air itu langsung memiliki hukum musta’mal saat dia

menetes dari tubuh sebagai sisa wudhu` atau mandi. Air musta’mal adalah air yang telah

digunakan untuk mengangkat hadats (wudhu` untuk shalat atau mandi wajib) atau untuk qurbah.

Maksudnya untuk wudhu` sunnah atau mandi sunnah. Sedangkan air yang di dalam wadah tidak

menjadi musta’mal. Bagi mereka, air musta’mal ini hukumnya suci tapi tidak bisa mensucikan.

Artinya air itu suci tidak najis, tapi tidak bisa digunakan lagi untuk wudhu` atau mandi.

2. Ulama Al-Malikiyah

Air musta’mal dalam pengertian mereka adalah air yang telah digunakan untuk mengangkat

hadats baik wudhu` atau mandi. Dan tidak dibedakan apakah wudhu` atau mandi itu wajib atau

sunnah. Juga yang telah digunakan untuk menghilangkan khabats (barang najis). Dan

sebagaimana Al-Hanafiyah, mereka pun mengatakan ‘bahwa yang musta’mal hanyalah air bekas

wudhu atau mandi yang menetes dari tubuh seseorang. Namun yang membedakan adalah bahwa

air musta’mal dalam pendapat mereka itu suci dan mensucikan. Artinya, bisa dan sah digunakan

digunakan lagi untuk berwudhu` atau mandi sunnah selama ada air yang lainnya meski dengan

karahah (kurang disukai).

3. Ulama Asy-Syafi`iyyah

Air musta’mal dalam pengertian mereka adalah air sedikit yang telah digunakan untuk

mengangkat hadats dalam fardhu taharah dari hadats. Air itu menjadi musta’mal apabila

jumlahnya sedikit yang diciduk dengan niat untuk wudhu` atau mandi meski untuk untuk

mencuci tangan yang merupakan bagian dari sunnah wudhu`. Namun bila niatnya hanya untuk

menciduknya yang tidak berkaitan dengan wudhu`, maka belum lagi dianggap musta’mal.

Termasuk dalam air musta’mal adalah air mandi baik mandinya orang yang masuk Islam atau

Page 9: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

mandinya mayit atau mandinya orang yang sembuh dari gila. Dan air itu baru dikatakan

musta’mal kalau sudah lepas atau menetes dari tubuh. Air musta’mal dalam mazhab ini

hukumnya tidak bisa digunakan untuk berwudhu` atau untuk mandi atau untuk mencuci najis.

Karena statusnya suci tapi tidak mensucikan.

4. Ulama Al-Hanabilah

Air musta’mal dalam pengertian mereka adalah air yang telah digunakan untuk bersuci dari

hadats kecil (wudhu`) atau hadats besar (mandi) atau untuk menghilangkan najis pada pencucian

yang terakhir dari 7 kali pencucian. Dan untuk itu air tidak mengalami perubahan baik warna,

rasa maupun aromanya. Selain itu air bekas memandikan jenazah pun termasuk air musta’mal.

Namun bila air itu digunakan untuk mencuci atau membasuh sesautu yang di luar kerangka

ibadah, maka tidak dikatakan air musta’mal. Seperti menuci muka yang bukan dalam rangkaian

ibadah ritual wudhu`. Atau mencuci tangan yang juga tidak ada kaitan dengan ritual ibadah

wudhu`.

Air yang tersisa setelah binatang haram meminumnya seperti anjing, babi atau binatang

mangsa

Air yang tersisa oleh seseorang yang telah mabuk karena anggur

Hukum

Wudhu wajib dilakukan ketika hendak melakukan ibadah sholat dan thawaf. Sebagaimana

firman Allah SWT dan hadits berikut:

Page 10: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka

basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu serta

basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki." (Q.S. Al-Maidah : 6).

"Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Salat salah seorang di antara kalian

tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudu." (H.R. Abu Hurairah

ra).

Berwudhu sebelum membaca Al-Qur'an, saat hendak tidur, dan perbuatan baik lainnya

hukumnya adalah sunnat, dan makruh saat akan tidur atau hendak makan dalam keadaan junub.

Syarat

Ada 5 (lima) syarat untuk berwudhu;

1. Islam

2. Sudah Baliqh

3. Tidak berhadas besar

4. Memakai air yang mutlak (suci dan dapat dipakai mensucikan)

5. Tidak ada yang menghalangi sampainya kekulit

Rukun

Rukun berwudhu ada 6 (enam);

1. Berniat untuk wudhu, dan melafadzkan :

"Nawaitul wudluua liraf'il hadatsil ashghari fardlallillaahi ta'aalaa.", artinya : "Aku niat

berwudlu' untuk menghilangkan hadats kecil fardu karena Allah"

1. Membasuh muka (dengan merata)

2. Membasuh tangan hingga sampai dengan kedua siku (dengan merata)

3. Mengusap sebagian kepala

4. Membasuh kaki hingga sampai dengan kedua mata kaki (dengan merata)

Page 11: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

5. Tertib (berurutan)

Sempurna

Dalam mencapai kesempurnaan wudhu, Rasulullah SAW telah memberikan contoh yang

selayaknya kita ikuti, sebagaimana kutipan hadits berikut:

Selesai salat Subuh, Rasulullah SAW bertanya kepada Bilal: "Wahai Bilal! Ceritakan

kepadaku tentang perbuatan yang paling bermanfaat yang telah kamu lakukan setelah

memeluk Islam. Karena semalam aku mendengar suara langkah sandalmu di depanku

dalam surga". Bilal berkata: "Aku tidak pernah melakukan suatu amalan yang paling

bermanfaat setelah memeluk Islam selain aku selalu berwudu dengan sempurna pada

setiap waktu malam dan siang kemudian melakukan salat sunat dengan wudhuku itu

sebanyak yang Allah kehendaki". (H.R. Abu Hurairah ra).

Berikut ini adalah cara menyempurnakan wudhu, yang mana termasuk hal-hal yang

disunnahkan:

Mendahulukan bagian tubuh yang sebelah kanan

Mengulagi masing-masing anggota wudhu sebanyak 3 (tiga) kali

Tidak berbicara

Menghadap kiblat

Membaca basmalah (dalam hati atau melafadzkannya)

Berniat untuk wudhu, dan melafadzkan:

"Nawaitul wudluua liraf'il hadatsil ashghari fardlallillaahi ta'aalaa" artinya : "Aku niat

berwudlu' untuk menghilangkan hadats kecil fardu karena Allah."

Membasuh telapak tangan sampai pergelangan

Menggosok gigi (bersiwak)

Berkumur

Membersihkan hidung (memasukkan air kehidung kemudian dibuang kembali)

Membasuh muka (dengan merata)

Page 12: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

Membasuh tangan hingga sampai dengan kedua siku (dengan merata)

Mengusap sebagian kepala

Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam

Membasuh kaki hingga sampai dengan kedua mata kaki (dengan merata)

Membaca doa sesudah berwudhu.

"Asyhadu an laa ilaaha illalaahu wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuuluh,

Allahummaj'alnii minat tawwaa biinaa waj'alnii minal mutathahhiriin.", artinya: "Aku

bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya

Muhammad itu adalah hamba-Nya dan rasul-Nya. Ya allah, masukkanlah aku ke dalam

golongan orang-orang yang bertaubat, dan masukkanlah ke dalam golongan orang-

orang yang suci."

Kemudian dilanjutkan dengan sholat sunnat wudhu sebanyak 2 (dua) raka'at.

Bahwa Ia (Usman ra.) minta air lalu berwudu. Ia membasuh kedua telapak tangannya

tiga kali lalu berkumur dan mengeluarkan air dari hidung. Kemudian membasuh

wajahnya tiga kali, lantas membasuh tangan kanannya sampai siku tiga kali, tangan

kirinya juga begitu. Setelah itu mengusap kepalanya, kemudian membasuh kaki kanannya

sampai mata kaki tiga kali, begitu juga kaki kirinya. Kemudian berkata: "Aku pernah

melihat Rasulullah saw. berwudu seperti wuduku ini, lalu beliau bersabda: Barang siapa

yang berwudu seperti cara wuduku ini, lalu salat dua rakaat, di mana dalam dua rakaat

itu ia tidak berbicara dengan hatinya sendiri, maka dosanya yang telah lalu akan

diampuni." (H.R. Usman bin Affan ra).

Tertib (berurutan)

Page 13: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

Batal

Ada beberapa perkara atau hal yang dapat membatalkan sah nya wudhu, diantaranya adalah:

1. Keluar sesuatu dari dua pintu (kubul dan dubur) atau salah satu dari keduanya baik

berupa kotoran, air kencing , angin, air mani atau yang lainnya.

2. Hilangnya akal, baik gila, pingsan ataupun mabuk.

3. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim.

4. Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan bathin telapak tangan, baik milik sendiri

maupun milik orang lain. Baik dewasa maupun anak-anak.

5. Tidur, kecuali apabila tidurnya dengan duduk dan masih dalam keadaan semula (tidak

berubah kedudukannya).

Pengertian Wudhu/Wudu dan Tata Cara Wudhu - Agama

Islam

Wudhu adalah mensucikan diri dari segala hadast kecil sesuai dengan aturan syariat islam.

Niat Wudhu :

NAWAITUL WUDHUU-A LIROF'IL HADATSIL ASGHORI FARDHOL LILLAHI

TA'AALAA.

Artinya :

Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil karena Allah Ta'ala.

Yang dapat membatalkan wudhu anda :

a. mengeluarkan suatu zat dari qubul (kemaluan) dan dubur (anus). Misalnya buang air kecil, air

besar, buang angin/kentut dan lain sebagainya.

b. kehilangan kesadaran baik karena pingsan, ayan, kesurupan, gila, mabuk, dan lain-lain.

c. Bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya tanpa tutup.

d. tidur dengan nyenyak, kecuali tidur mikro (micro sleep) sambil duduk tanpa berubah

kedudukan.

Page 14: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

Cara Berwudhu :

a. membaca bismillah

b. membasuh tangan

c. niat wudhu

d. berkumur dan membesihkan gigi (3x)

e. membasuh seluruh muka/wajah sampai rata (sela-sea janggut bila ada) (3x)

f. membasuh tangan hinnga siku merata (3x yang kanan dulu)

g. membasuh rambut bagian depan hingga rata (3x)

h. membasuh daun telinga/kuping hinnga merata (3x sebelah kanan dulu)

i. membasuh kaki hingga mata kaki sampai rata (3x kanan dahulu)

j. membaca doa setelah wudhu

Page 15: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)

Istinja’ dan Adabnya serta Wudhu’

Nama Kelompok:

Putri Ayu Rahmadani 09-125

Vera Masari 09-126

Novi Dwi Rumani 09-127

Pegy Soraya 09-128

Sri Wahyuni 09-129

Hesti Indah Suzeta 09-130

Aulia Taufik Akbar 09-131

Prima Suci Anggraini 09-132

Riki Frinando 09-2….

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

2010

Page 16: PENGERTIAN ISTINJA (Autosaved)