meningitis tuberkulosa
DESCRIPTION
keperawatanTRANSCRIPT
MENINGITIS TUBERKULOSA
Pendahuluan
Biarpun kuman mikobakterium tuberkulosa paling sering menyebabkan infeksi
pada paru-paru, tetapi infeksi pada susunan saraf pusat adalah yang paling
berbahaya. Kekerapan meningitis tuberkulosa sebanding dengan prevalensi infeksi
mikobakterium tuberkulosa pada umumnya, jadi bergantung pada keadaan sosial
ekonomi dan kesehatan masyarakat.
Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, tetapi jarang dibawah 6 bulan.
Yang tersering adalah pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun.
Pada anak, meningitis tuberkulosa biasanya merupakan komplikasi infeksi
primer dengan atau tanpa penyebaran milier. Pada orang dewasa penyakit ini dapat
merupakan bentuk tersendiri atau bersamaan dengan tuberculosis di tempat lain.
Penyakit ini dapat menyebabkan kematian dan cacat bila pengobatan terlambat.
Etiologi
Kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis
Patogenesis
Kuman mencapai susunan saraf pusat melalui aliran darah dan membentuk
tuberkel di selaput otak dan jaringan otak dibawahnya. Kemudian tuberkel akan
pecah dan bakteri masuk ke ruang subaraknoidea.
Patologi
Tampak tuberkel kecil berukuran beberapa millimeter sampai 1 cm, berwarna
putih dan tersebar pada dasar otak, permukaan otak serta kadang-kadang pada
selaput otak. Eksudat yang kental dan berwarna putih terdapat sebagian besar pada
ruang subaraknoidea di dasar otak dan sebagian kecil di permukaan otak serta
medulla spinalis. Mungkin terjadi penyumbatan foramen Magendi dan foramen
Luschka serta penyebaran ventrikel. Terdapat pembendungan pembuluh-pembuluh
darah yang superfisial. Pembuluh darah mengalami radang dan dapat tersumbat
sehingga terjadi infark otak tuberkel mengalami nekrosis pada bagian tengahnya
mengandung sel-sel epiteloid, limfosit, sel plasma, sel raksasa serta kumannya.
Manifestasi Klinis
Penyakit ini mulainya pelan. Terdapat panas yang tidak terlalu tinggi, nyeri
kepala dan nyeri kuduk. Disamping itu juga terdapat rasa lemah, berat badan yang
menurun, nyeri otot, nyeri punggung, mungkin dijumpai kelainan jiwa seperti
halusinasi, waham.
Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda-tanda rangsangan selaput otak seperti
kaku kuduk, tanda kernig dan tanda brudzinsky. Dapat terjadi hemiparesis dan
kerusakan saraf otak yaitu N.III, N.IV, N.VI, N.VII, N.VIII. Akhirnya kesadaran
akan menurun. Pada funduskopi akan tampak sembab papil. Sering juga dijumpai
tuberculosis di tempat lain seperti paru dan kelenjar limfe di leher.
Diagnosis Banding
1. Meningitis purulenta
2. Meningitis virus
3. Meningitis jamur
Diagnosis
Pemeriksaan cairan otak
Tekanan : meningkat
Warna : jernih atau santokrom
Protein : meningkat
Gula : menurun
Klorida : menurun
Leukosit : meningkat sampai 500/mm3 dengan sel mononuklear yang dominan
Bila didiamkan beberapa jam akan terbentuk pelikula yang berbentuk sarang
labah-labah. Pada pengecatan Ziehl Neelsen dan biakan akan ditemukan kuman
mikobakterium tuberkulosa.
Darah : Jumlah leukosit meningkat sampai 20.000
Radiologi : Sken tomografik dapat tampak hidrosefalus
Tes tuberkulin : Sering positif
Pengobatan
Dipakai obat tripel yaitu kombinasi INH dengan 2 dari 3 macam tuberkulostatika
di bawah ini selama 2 tahun.
INH : Dewasa 10-15 mg/kg bb/hari
Anak 20 mg/kg bb/hari
Diberikan sekali sehari per oral.
Harus ditambah piridoksin 50 mg/hari
Streptomisin : Dosis 20 mg/kg bb/hari (maksimal 1 gr/hari)
Diberikan intramuskularis selama 3 bulan
Etambutol : Dosis 25 mg/kg bb/hari per oral selama 2 bulan pertama lalu
dilanjutkan dengan 15 mg/kg bb/hari.
Rifampisin : Dosis pada dewasa 600 mg/hari
Anak 10-20 mg/kg bb/hari
Diberikan sehari sekali per oral
Kortikosteroid
Indikasi : 1. Tekanan intracranial yang meningkat
2. Adanya deficit neurologic.
3. Mencegah perlekatan araknoidea pada jaringan otak
Deksametason : Mula-mula diberikan 10 mg intravena lalu 4 mg tiap 6 jam.
Prednison : 60-80 mg/hari selama 2-3 minggu lalu diturunkan berangsung
selama 1 bulan.
Komplikasi
1. Hidrosefalus
2. Epilepsi
3. Gangguan jiwa
4. Buta karena atrofi N.II
5. Tuli
6. Kelumpuhan otot yang dipersarafi N.III, N.IV, N.VI
7. Hemiparesis
Prognosis
Angka kematian pada umumnya 50%. Prognosis jelek pada bayi dan orang tua.
Kepustakaan
1. Adams, R.D., & Victor, M. 1985. Principles of Neurology. 3 rd ed. New York.
McGraw – Hill Book Company.
2. Gilroy, J., & Meyer, J.S. 1979. Medical Neurology, 3rd ed. New York,
Macmillan Publishing Co, Inc.
3. Molavi, A., & Le Frock, J.L. 1985. Tubercolous Meningitis, Med. Clin. North.
Am. 69: 321-3.
4. Sagar, S.M. 1986. Infectious disease, in MA Samuels (ed): Manual of
Neurologic Therapeutics, 3rd ed. Boston/Toronto. Little, Brown and Company.
Pp 154-7.
5. Sahs, A.L., & Joynt, R.J. 1981. Bacterial Meniningis, In AB Baker & LH Baker
(eds): Clinical Neurology. Revised ed Philadelphia. Harper and Row Publ. Vol.
2 Chap. 15.