laporan tutorial modul 4 bblr

38
LAPORAN TUTORIAL MODUL IV BBLR KELOMPOK VIII Irmawati : 10542029111 Muhammad Fajri Jarniady : 10542029911 Nurul Hurun Iyn Aliah Yusuf : 10542030311 Andi Hardianti Sucitra : 10542046413 Indra Juniawan : 10542046713 Gina Revana Dwi Aprilia : 10542048613 Quraisy Jamal Sahil : 10542051713 Nadziefah Ghina Faiqah : 10542050113 Rasyidah Helviana : 10542052313 Rezky Nurnadyah : 10542052513 Sri Vitayanti : 10542053513

Upload: ghinagaffar

Post on 27-Jan-2016

328 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

LAPORAN TUTORIAL

MODUL IV

BBLR

KELOMPOK VIII

Irmawati : 10542029111

Muhammad Fajri Jarniady : 10542029911

Nurul Hurun Iyn Aliah Yusuf : 10542030311

Andi Hardianti Sucitra : 10542046413

Indra Juniawan : 10542046713

Gina Revana Dwi Aprilia : 10542048613

Quraisy Jamal Sahil : 10542051713

Nadziefah Ghina Faiqah : 10542050113

Rasyidah Helviana : 10542052313

Rezky Nurnadyah : 10542052513

Sri Vitayanti : 10542053513

BLOK REPRODUKSI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2015

Page 2: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

BAB I

PENDAHULUAN

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

kesehatan terutama kesehatan perinatal. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan

dan BBLR cukup bulan/lebih bulan. BBLR kurang bulan/prematur, biasanya

mengalami penyulit, dan memerlukan perawatan yang memadai, BBLR yang

cukup/lebih bulan umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu

bermasalah dalam perawatannya. BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang

dari 2500 gram, berat badan lahir merupakan prediktor yang baik untuk

pertumbuhan bayi dan kelangsungan hidupnya. Seorang bayi yang cukup bulan

pada umumnya lahir dengan berat badan 2500 gran atau lebih, BBLR merupakan

salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi

khususnya pada masa perinatal, Angka kejadian dan kematian BBLR akibat

komplikasi seperti asfiksia, infeksi, hipotermia, hiperbilirubinemia masih tinggi

(Sulani, 2011).

Bayi dengan BBLR merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai

kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Bayi dengan

BBLR hingga saat ini masih merupakan masalah di seluruh dunia karena

penyebab kematian pada masa bayi baru lahir.

Berbagai faktor yang dapat meyebabkan terjadinya BBLR diantaranya

adalah faktor genetik, faktor demografi dan psikososial, faktor obstetrik, faktor

nutrisi, penyakit bawaan ibu, paparan racun, faktor pemeriksaan kehamilan

(Kramer, 1987)

Status gizi ibu akan mempengaruhi status gizi janin dan berat lahir bayi.

Penilaian status gizi dan perubahan fisiologis selama hamil dapat digunakan untuk

memperkirakan laju pertumbuhan janin, misalnya berat badan bayi rendah

sebelum konsepsi serta pertambahan berat badan yang tidak adekuat (Arisman,

2004).

Page 3: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

SKENARIO :

Seorang bayi laki-laki lahir spontan di puskesmas dari seorang ibu berumur 40 tahun.

Berat lahir 1500 gram, skor Ballard 20. Saat lahir bayi segera menangis, ketuban pecah

saat lahir, jernih dan tidak berbau. Bayi mulai disusui 2 jam setelah lahir, tetapi isapan

bayi tampak lemah. Empat jam setelah lahir bayi tampak sesak, frekuensi napas 70 x per

menit, retraksi di daerah subcostal, tidak tampak biru, dan pada auskultasi terdengar

expiratory grunting. Suhu aksiler 36,3 C. Dua hari kemudian wajah dan daerah dada bayi

tampak kuning.

KATA SULIT

Skor Ballard : Cara menentukan umur kehamilan berdasarkan kematangan fisik

untuk menilai maturasi bayi

Expiratory grunting : Bunyi seperti dengkuran pada saat melakukan ekspirasi

KALIMAT KUNCI

Ibu 40 tahun

Bayi laki-laki BB 1500 gr

Skor balard 20

Ketuban pecah saat lahir jernih dan tidak berbau

Mulai disusui 2 jam setelah lahir tapi isapan lemah.

4 jam setelah lahir bayi sesak

Frekuensi napas 70x/menit

Expiratory grunting pd auscultasi bayi

Suhu axiller 36,3 °C

2 hari kemudian wajah dan daerah dada bayi tampak kuning

Page 4: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

PERTANYAAN

1) Bagaimana menilai usia gestasi dengan Ballard Score?

2) Bagaimana menilai bayi sesaat setelah lahir dengan Apgar Score?

3) Jelaskan definisi BBLR ?

4) Klasifikasi BBLR berdasarkan umur kehamilan, berat badan lahir ?

5) Jelaskan Faktor resiko terjadinya BBLR dan apa yang diakibatkan oleh BBLR?

6) Jelaskan hubungan BBLR dengan gejala pada skenario?

7) Jelaskan penanganan BBLR ?

8) Jelaskan Pencegahan BBLR ?

JAWABAN

1. New Ballard Score

Ballard score merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada prosedur ini

penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang tenang dan

beristirahat, sehingga lebih dapat diandalkan selama beberapa jam pertama kehidupan.

Penilaian menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil penilaian maturitas

neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan maturitas neuromuskuler diberi

skor, demikian pula kriteria pemeriksaan maturitas fisik. Jumlah skor pemeriksaan

maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan, kemudian dengan

menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya.

      a.       Maturitas Fisik

Page 5: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

Penjelasan :

      

1. Kulit

Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya

bersamaan dengan hilangnya lapisan pelindung secara bertahap. Oleh karena itu, kulit

akan mengering dan menjadi kusut dan mungkin akan timbul ruam.Pada jangka panjang,

janin dapat mengalihkan mekonium ke dalam cairan ketuban. Hal ini dapat

menambahkan efek untuk mempercepat proses pengeringan, menyebabkan kulit

mengelupas, menjadi retak seperti dehidrasi, kemudian menjadi kasar.

     

2. Lanugo

Lanugo adalah rambut halus menutupi tubuh janin. Pada orang dewasa, kulit

tidak memiliki lanugo. Hal ini mulai muncul di sekitar minggu 24 sampai 25 dan

biasanya muncul terutama di bahu dan punggung atas, pada minggu 28 kehamilan.

Penipisan terjadi pertama di atas punggung bawah, karena posisi janin yang tertekuk.

Daerah kebotakan muncul dan menjadi lebih besar pada daerah lumbo-sakral. Variabilitas

dalam jumlah dan lokasi lanugo pada usia kehamilan tertentu mungkin disebabkan

sebagian ciri-ciri keluarga atau ras, pengaruh hormonal, metabolisme, dan gizi tertentu.

Page 6: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

Sebagai contoh, bayi dari ibu diabetes khas memiliki lanugo berlimpah di pinnae mereka

dan punggung atas sampai mendekati atau melampaui usia kehamilan. Untuk tujuan

penilaian, pemeriksa memilih yang paling dekat menggambarkan jumlah relatif lanugo

pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi.

        3.     Garis Telapak Kaki

Bagian ini berhubungan dengan lipatan di telapak kaki. Penampilan pertama dari

lipatan muncul di telapak anterior kaki. ini mungkin berhubungan dengan fleksi kaki di

rahim, tetapi bisa juga karena dehidrasi kulit. Bayi non-kulit putih telah dilaporkan

memiliki lipatan kaki sedikit pada saat lahir. Tidak ada penjelasan yang dikenal untuk ini.

Di sisi lain dilaporkan, percepatan perkembangan neuromuskuler pada bayi kulit hitam

biasanya mengkompensasi ini, mengakibatkan efek lipatan kaki tertunda. Oleh karena itu,

biasanya tidak ada berdasarkan diatas atau di bawah perkiraan usia kehamilan karena ras

ketika total skor dilakukan. Bayi sangat prematur dan sangat tidak dewasa tidak memiliki

lipatan kaki. Untuk lebih membantu menentukan usia kehamilan, mengukur panjang kaki

atau jarak jari dan tumit. Hal ini dilakukan dengan menempatkan kaki bayi pada pita

pengukur metrik dan mencatat jarak dari belakang tumit ke ujung jari kaki yang besar.

Untuk jarak kurang dari 40 mm, skor (-2) ; antara 40 dan 50 mm, skor  (-1).

      

          4.      Payudara

Tunas payudara terdiri dari jaringan payudara yang dirangsang untuk tumbuh

dengan estrogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung pada status gizi janin. pemeriksa

catatan ukuran areola dan ada atau tidak adanya stippling (perkembangan papila dari

Montgomery). Palpasi jaringan payudara di bawah kulit dengan memegangnya dengan

Page 7: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

ibu jari dan telunjuk, memperkirakan diameter dalam milimeter, dan memilih yang sesuai

pada lembar skor. Kurang dan lebih gizi janin dapat mempengaruhi variasi ukuran

payudara pada usia kehamilan tertentu. Efek estrogen ibu dapat menghasilkan

ginekomastia neonatus pada hari keempat kehidupan ekstrauterin.

      5.      Mata / Telinga

Perubahan pinna dari telinga janin dapat dijadikan penilaian konfigurasi dan

peningkatan konten tulang rawan sebagai kemajuan pematangan. Penilaian meliputi

palpasi untuk ketebalan tulang rawan, kemudian melipat pinna maju ke arah wajah dan

melepaskannya. Pemeriksa mencatat kecepatan pinna dilipat dan kembali menjauh dari

wajah ketika dilepas, kemudian memilih yang paling dekat menggambarkan tingkat

perkembangan cartilago.

Pada bayi yang sangat prematur, pinnae mungkin tetap terlipat ketika dilepas.

Pada bayi tersebut, pemeriksa mencatat keadaan pembukaan kelopak mata sebagai

indikator tambahan pematangan janin. Pemeriksa meletakan ibu jari dan telunjuk pada

kelopak atas dan bawah, dengan lembut memisahkannya. Bayi yang sangat belum dewasa

akan memiliki kelopak mata menyatu erat, yaitu, pemeriksa tidak akan dapat memisahkan

fisura palpebra walaupun dengan traksi lembut. Bayi sedikit lebih dewasa akan memiliki

satu atau kedua kelopak mata menyatu tetapi satu atau keduanya akan sebagian

dipisahkan oleh traksi ujung jari pemeriksa. Temuan ini akan memungkinkan pemeriksa

untuk memilih pada lembar skor (-2) untuk sedikit menyatu, atau (-1) untuk longgar atau

kelopak mata sebagian menyatu. Pemeriksa tidak perlu heran menemukan variasi yang

luas dalam status fusi kelopak mata pada individu pada usia kehamilan tertentu, karena

nilai kelopak mata un-fusi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan stres

intrauterin dan humoral tertentu.

Page 8: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

      6.      Genitalia Pria

Testis janin mulai turun dari rongga peritoneum ke dalam kantong skrotum pada

sekitar minggu 30 kehamilan. Testis kiri mendahului testis kanan yang biasanya baru

memasuki skrotum pada minggu ke-32. Pada saat testis turun, kulit skrotum mengental

dan membentuk rugae lebih banyak. Testis ditemukan di dalam zona rugated dianggap

turun.  

      7.      Genitalia Wanita

Untuk memeriksa bayi perempuan, pinggul harus dinaikan sedikit, sekitar 45 °

dari horizontal dengan bayi berbaring telentang. hal ini menyebabkan klitoris dan labia

minora menonjol. Dalam prematuritas ekstrim, labia dan klitoris yang datar sangat

menonjol dan mungkin menyerupai kelamin laki-laki. Pematangan berlangsung jika

ditemukan klitoris kurang menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Lama-

kelamaan, baik klitoris dan labia minora surut dan akhirnya diselimuti oleh labia majora

Page 9: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

yang makin besar. Labia mayora mengandung lemak dan ukuran mereka dipengaruhi

oleh nutrisi intrauterin. Gizi lebih dapat menyebabkan labia majora besar di awal

kehamilan, sedangkan gizi kurang seperti pada retardasi pertumbuhan intrauterin atau

pasca-jatuh tempo, dapat mengakibatkan labia majora kecil dengan klitoris dan labia

minora relatif menonjol. Temuan ini harus dilaporkan seperti yang diamati, karena skor

yang lebih rendah pada item ini atau pertumbuhan janin terhambat dapat diimbangi

dengan skor lebih tinggi pada item neuro-muscular tertentu.

      b.      Maturitas Neuromuskuler

Page 10: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

Penjelasan :

      

             1.      Postur

Otot tubuh total tercermin dalam sikap yang disukai bayi saat istirahat dan

ketahanan untuk meregangkan kelompok otot. Saat pematangan berlangsung, gerak otot

meningkat secara bertahap mulai dari fleksor pasif yang berlangsung dalam arah

sentripetal, dengan ekstremitas bawah sedikit di depan ekstremitas atas. Untuk

mendapatkan item postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai

bayi mengendap dalam posisi santai atau disukai. Jika bayi ditemukan telentang santai,

manipulasi lembut dari ekstremitas akan memungkinkan bayi untuk mencari posisi dasar

kenyamanan. bentuk yang paling dekat menggambarkan postur yang disukai bayi.

      2.      Jendela pergelangan tangan

Fleksibilitas pergelangan dan / atau resistensi terhadap

pereganganekstensor bertanggung jawab untuk sudut yang dihasilkan dari fleksi pada

pergelangan tangan.

Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan berikan tekanan lembut pada dorsum

tangan, dekat jari-jari. Sudut yang dihasilkan antara telapak tangan dan lengan bawah

bayi diperkirakan; > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0 °. 

Page 11: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

      3.      Gerakan lengan membalik

Manuver ini berfokus pada gerakan fleksor pasif otot bisep dimana akan diukur

sudut dari ekstremitas atas. Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa menempatkan

satu tangan di bawah siku bayi. Kemudian, ambil tangan bayi dan pemeriksa membuat

lengan bayi dalm posisi fleksi, sesaat kemudian lepaskan. Sudut mundur lengan saat

kembali dicatat, dan dipilih pada lembar skor. Bayi yang sangat prematur tidak akan

menunjukkan pengembalian lengan. 

      4.      Sudut popliteal

Manuver ini menilai pematangan gerakan fleksor pasif sendi lutut dengan

pengujian untuk ketahanan terhadap perpanjangan ekstremitas bawah. Dengan posisi bayi

berbaring telentang, kemudian paha ditempatkan lembut pada perut bayi dengan lutut

Page 12: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

tertekuk penuh. Setelah bayi telah rileks dalam posisi ini, pemeriksa menggenggam kaki

dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan lainnya. Jangan

berikan tekanan pada paha belakang. Kaki diperpanjang sampai resistensi pasti untuk

ekstensi. Pada beberapa bayi, kontraksi hamstring dapat digambarkan selama manuver

ini. Pada titik ini terbentuk pada sudut lutut oleh atas dan kaki bagian bawah diukur.

Catatan: a) Hal ini penting bahwa pemeriksa menunggu sampai bayi berhenti menendang

aktif sebelum memperpanjang kaki. b) Posisi terang akan mengganggu kehamilan

sungsang dengan ini manuver untuk 24 sampai 48 jam pertama usia karena kelelahan

berkepanjangan fleksor intrauterin. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi;

bergantian, skor yang sama dengan yang diperoleh untuk item lain dalam ujian dapat

diberikan.

      5.      Scarf Sign (Tanda selendang)

Manuver ini dilakukan dengan mengukur gerakan pasif fleksor bahu. Bayi dalam

posisi berbaring terlentang, pemeriksa menyesuaikan kepala bayi untuk garis tengah dan

meletakan tangan bayi di dada bagian atas dengan satu tangan. Ibu jari tangan lain

pemeriksa ditempatkan pada siku bayi.

Pemeriksa kemudian mendorong siku ke arah dada. Titik pada dada saat siku

bergerak dengan mudah sebelum resistensi yang signifikan, dicatat. Batasnya adalah:

leher (-1); aksila kontralateral (0); papila mamae kontralateral (1); prosesus xyphoid (2);

papila mamae ipsilateral (3), dan aksila ipsilateral (4).

Page 13: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

      6.      Tumit ke Telinga

Manuver ini mengukur gerakan fleksor pasif panggul dengan tes fleksi pasif atau

resistensi terhadap perpanjangan otot fleksor pinggul posterior. Bayi ditempatkan

terlentang dan tekuk ekstremitas bawahnya.

Pemeriksa mendukung paha bayi lateral samping tubuh dengan satu telapak

tangan. Sisi lain digunakan untuk menangkap kaki bayi dan tarik ke arah telinga

ipsilateral.

Pemeriksa mencatat ketahanan terhadap perpanjangan fleksor panggul posterior

dan lokasi dari tumit saat resistensi yang signifikan. Batasnya adalah: telinga (-1); hidung

(0); dagu (1); papila mamae (2); daerah pusar (3), dan lipatan femoral (4).

      

Page 14: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

      c.       Hasil Pemeriksaan

Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan,

kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan masa gestasinya.

Pada skenario, ballard skornya berada pada angka 20, sehingga umur gestasinya, yaitu 32 minggu (prematur).

2. Apgar Score

Apgar score adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai

keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran ( Prawiharjo : 2002 ). Penilaian ini penting

untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah

frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas ( respiratory effort), tonus otot ( muscle tone),

warna kulit ( colour) dan reaksi terhadap rangsang ( respon to stimuli).

Setiap penilaian diberi angka 0,1,2 dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah

bayi normal (virgous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia ringan (nilai apgar 4-6), asfiksia

berat (nilai apgar 0-3).

Tabel Kriteria Apgar Score

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Warna kulit Seluruh

badan biru

dan pucat

Warna kulit tubuh

normal merah

muda, tetapi

tangan dan kaki

kebiruan

Warna kulit tubuh, tangan

dan kaki normal merah

muda, tidak ada sianosis

Denyut jantung Tidak ada < 100x/menit >100x/menit

Respon refleks Tidak ada

respon

terhadap

stimulus

Meringis atau

menangis lemah

ketika distimulasi

Meringis atau bersin atau

batuk saat stimulasi saluran

nafas

Tonus otot Lemah atau

tidak ada

Sedikit gerakan Bergerak aktif

Pernapasan Tidak ada Lemah atau tidak Menangis kuat, pernapasan

Page 15: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

teratur baik dan terartur

Interpretasi Score

Jumlah score Interpretasi Catatan

7 – 10 Normal -

4 – 6

Asfiksia Ringan Memerlukan tindakan medis segera

seperti penyedotan lender yang

menyumbat jalan napas, atau

pemberian oksigen untuk membantu

bernapas.

0 – 3Asfiksia Berat Memerlukan tindakan medis yang

lebih Intensif.

3. Definisi BBLR

Berat bayi lahir randah adalah berat bayi <2500 g tanpa melihat usia gestasi.

WHO (1961) mengganti istilah bayi prematur dengan Berat Badan Bayi Lahir

Rendah.Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2.500

gram pada waktu lahir bayi prematur. Bayi dengan berat badan lahir rendah dibagi 2

golongan yaitu :

1. Prematur Murni

Prematur Murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan

berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (Ester 2003 : 30-31).

2. Dismaturitas

Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena mengalami gangguan

pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

kehamilannya (Ester 2003 : 30-31).

BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram

(sampai dengan 2.499 gram) (Prawirohardjo, 2006 : 376).

Page 16: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

4. Klasifikasi BBLR

Usia kehamilan : BCB (37 – 42 minggu)

BKB (<37 minggu)

BLB (>42 minggu)

Berat badan : KMK - dibawah persentil 10

SMK - diantara persentil 10 – 90

BMK - diatas persentil 90

Berat Badan : BBLR – 1500-2500 gr

BBLSR – 1000-1500 gr

BBLASR - <1000 gr

5. Faktor resiko terjadinya BBLR

Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya BBLR adalah :

1) Faktor Ibu

Gizi saat hamil yang kurang

Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin

seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati maupun

kematian neonatal dini. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur

berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil.

Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum

matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih

tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda

berusia kurang dari 20 tahun. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah

berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun

sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan

kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi

kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20

sampai 35 tahun.

Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

Page 17: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan

janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena

keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak

yang sangat berdekatan (dibawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko

terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan

placenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi

dengan berat lahir rendah.

Paritas ibu

Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan

janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat

persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.

2) Faktor Kehamilan

Hamil Dengan Hidramnion

Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan

keadaan cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion dapat menimbulkan

persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan

kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR .

Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22

minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi

utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia

dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang

menyebabkan gangguan ke placenta yang mengakibatkan anemia pada janin

bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterine.

Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom

gagal napas dan komplikasi asfiksia.

Komplikasi Hamil

a. Pre-eklampsia / Eklampsia

Pre-eklampsia / Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan

pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini

Page 18: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

disebabkan karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada ibu akan menyebabkan

perkapuran di daerah placenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan

oksigen dari placenta, dengan adanya perkapuran di daerah placenta, suplai

makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.

b. Ketuban Pecah Dini

Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses

persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena

berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang

dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban

biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban

pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan

dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.

c. Hipertensi

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang

terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan

persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran

mati dan kematian neonatal. Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya

insufisiensi placenta, hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering

terjadi kelahiran prematur .

3) Faktor Janin

Cacat Bawaan (kelainan kongenital)

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur

bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan

dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir

Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20%

meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.

Infeksi Dalam Rahim

Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati

dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi

Page 19: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi

hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin

dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap

janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan

kematian janin.

Hamil Ganda

Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat

berbeda antara 50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta

untuk kedua janin tidak sama. Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan

ganda salah satu faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR. Pada kehamilan

ganda distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering

terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan

ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain,

sehingga sering lahir bayi yang kecil. Kematian perinatal anak kembar lebih

tinggi daripada anak dengan kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan

penyebab utama.

4) Faktor Lingkungan

Sosial Ekonomi

Anemia gizi juga lebih sering terjadi pada golongan ekonomim rendah

karena kelompok penduduk ekonomi rendah, khususnya pada ibu hamil kurang

mampu membeli makanan sumber zat besi dikarenakan harga yang relative

mahal, kurang mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang ada.

Geografis yang Buruk

Kondisi geografis yang buruk dapat menyebabkan anemia gizi. Serta

sulit untuk dijangkau dari segi pendidikan dan ekonomi seperti daerah terpemncil

serta daerah yang endemis dengan penyakit yang memperberat anemia seperti

kejadian endemis Malaria.

Faktor – factor yang diakibatkan oleh BBLR

Bayi cenderung lahir premature

Kematian bayi pada masa perinatal

Page 20: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

Gangguan mental dan fisik tumbuh kembang bayi

Status gizi yang buruk

Menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak

6. Hubungan BBLR dengan gejala pada Skenario

Mekanisme hipotermi pada BBLR

Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu

normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C (suhu

ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba

dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi

sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan

termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai

25°C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang

berakhir dengan kematian. Sedangkan menurut Sandra M.T bahwa hipotermi yaitu

kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C. Etiologi Penyebab

terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :

1) Jaringan lemak subkutan tipis.

2) Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.

3) Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.

4) BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada

reaksi kedinginan.

5) Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi

mengalami hipotermi. Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu dengan :

a) Radiasi yaitu panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek

yang dingin.

b) Konduksi yaitu hilangnya panas langsung dari obyek yang panas ke obyek

yang dingin.

c) Konveksi yaitu hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya.

d) Evaporasi yaitu hilangnya panas akibat evaporasi air dari kulit tubuh bayi

(misal cairan amnion pada BBL).

Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi yaitu :

HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer

dengan metabolisme anaerob.

Kebutuhan oksigen yang meningkat.

Page 21: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.

Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan

pulmonal yang menyertai hipotermi berat.

Shock.

Apnea.

Perdarahan Intra Ventricular.

Mekanisme Ikterus dengan BBLR

Jaundice atau Ikterus adalah kondisi yang sering terjadi pada bayi baru lahir,

kuning pada kulit dan bagian putih bola mata (sclera) karena kadar bilirubin yang

berlebih dalam darah. Bilirubin adalah hasil dari penghancuran normal sel darah

merah. Pada keadaan normal, bilirubin disalurkan dan diolah di hati kemudian

dikeluarkan sebagai empedu melalui usus. Ikterus muncul saat kadar bilirubin

melebihi kemampuan hati bayi baru lahir untuk mengolah dan mengeluarkan dari

tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh :

Bayi baru lahir menghasilkan bilirubin lebih banyak dari orang dewasa

karena sel darah merah bayi baru lahir usianya lebih pendek sehingga

dihancurkan lebih cepat

Kondisi hati bayi baru lahir belum cukup matang untuk mengolah dan

mengeluarkan bilirubin dari darah secara maksimal

Kadar bilirubin yang diserap kembali dari usus cukup besar sebelum bayi

dapat mengeluarkannya dalam tinja

Kadar bilirubin (diatas 25 mg) dapat menyebabkan ketulian, cerebral palsy,

atau kerusakan otak. Pada beberapa kasus lain, ikterus dapat disebabkan gangguan

kelenjar tiroid. Ikatan Dokter Anak Amerika menyarankan bayi untuk diperiksa ada

atau tidak ikterus dalam beberapa hari setelah kelahiran.

Tipe ikterus

Tipe ikterus yang umum terjadi :

Ikterus fisiologis : paling umum terjadi, ikterus ringan karena fungsi hati yang

belum matang pada bayi baru lahir yang menyebabkan proses pengeluaran

bilirubin berjalan lambat. Umumnya muncul pada usia 2-4 hari dan menghilang

pada usia 1-2 minggu.

Page 22: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

Ikterus prematuritas : umumnya muncul pada bayi prematur karena bayi prematur

belum bisa mengeluarkan bilirubin secara efektif. Ikterus pada bayi prematur

ditatalaksana pada batas kadar bilirubin yang lebih rendah daripada batas kadar

pengobatan bilirubin pada bayi cukup bulan.

Breastfeeding jaundice: ikterus yang muncul saat bayi ASI tidak mendapat cukup

ASI karena kesulitan dalam menyusui atau ASI ibu belum keluar. Ini tidak

disebabkan oleh ASI tetapi karena bayi belum mendapat ASI yang cukup.

Breastmilk jaundice: pada 1-2% bayi ASI ikterus dapat disebabkan karena bahan

yang dihasilkan dalam ASI yang menyebabkan kadar bilirubin meningkat. Bahan

ini dapat mencegah pengeluaran bilirubin melalui usus. Umumnya mulai usia 3-5

hari dan perlahan-lahan menghilang dalam 3-12 minggu.

Ketidakcocokan golongan darah (inkompatibilitas Rhesus atau ABO) : jika

golongan darah bayi berbeda dari ibu maka ibu dapat menghasilkan antibodi yang

dapat menghancurkan sel darah merah bayi. Penghancuran sel darah merah yang

berlebihan dapat meningkatkan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus karena

ketidakcocokan golongan darah dapat terjadi sejak hari pertama (<24jam).

Ketidakcocokan rhesus menyebabkan bentuk paling berat dari ikterus, saat ini

dapat dicegah dengan pemberian immunoglobulin rhesus pada ibu dalam 72 jam

setelah persalinan untuk mencegah pembentukan antibodi yang dapat

membahayakan bayi yang dikandung berikutnya

Mekanisme sesak (asfiksia ) dengan BBLR

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas

secara spontan dan teratur dalam 1 menit setelah lahir. Biasanya terjadi pada bayi

yang dilahirkan dari ibun dengan komplikasi misalnya diabetes mellitus,

preklampsiaberat atau eklampsia, eritroblastosis fetalis, kelahiran kurang bulan (<34

minggu), kelahiran lewat waktu, plasenta previa, solusio plasentae, gawat janin,

serta pemberian obat anastesi atau narkotik sebelum kelahiran. (kapita

selektakedokteran : 502).

Bayi prematur secara umum bayi lahir dalam keadaan belum matang, dan

karena itu belum dilengkapi dengan kemampuan untuk adaptasi fisiologik di luar

uterus sehingga terjadi asfiksia. Hipoksia sering ditemukan pada Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR). Kejadian ini umumnya telah dimulai sejak janin di kandungan,

berupa gawat janin atau terjadinya stres janin pada waktu proses kelahiran.

Page 23: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

Akibatnya, bayi mengalami asfiksia (kegagalan bernapas spontan dan teratur pada

menit-menit pertama setelah lahir). Umumnya terjadi akibat belum matangnya paru-

paru, kekurangan bahan surfaktan yang berfungsi mempertahankan mengembangnya

gelembung paru, bayi akan mengalami sesak napas atau Sindroma Gangguannapas.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan

transisi akibat berbagai penurunan pada sistem pernapasan, diantaranya : penurunan

jumlah alveoli fungsional, defisiensi kadar surfaktan, lumen pada sistem pernapasan

lebih kecil, jalan napas lebih sering kolaps dan mengalami obstruksi, insufisiensi

kalsifikasi tulang toraks, lemah, kapiler-kapiler paru mudah rusak dan tidak matur.

Fungsi kardiovaskuler mengalami penurunan darah, perlambatan pengisian kapiler

dan gawat napas yang berlanjut walaupun telah dilakukan oksigenasi dan ventilasi.

Gangguan pernapasan sering menimbulkan penyakit berat pada Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR). Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan

pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan

tulang iga yang mudah melengkung, sehingga sering terjadi apneu, asfiksia berat dan

sindroma gangguan pernapasan. (Prawirohardjo, 2005 : 776).

Sejumlah kecil bayi, terutama bayi premature dan bayi yang dilahirkan dari

ibu diabetes, mengalami gawat napas yang berat pada jam-jam pertama kelahiran

smpai beberapa hari pertama setelah kelahiran, dan beberapa meninggal pada hari-

hari berikutnya.salah satu penemuan yang paling khas pada sindrom gawat napas

adalah kegagalan epitel pernapasan untuk menyekresikan surfaktan dalam jumlah

adekuat, suatu substansi yang normalnya disekresi kedalam alveoli yang

menurunkan tegangan permukaan cairan alveoli, sehingga memungkinkan alveoli

untuk terbuka dengan mudah selama inspirasi. Sel-sel penyekresi surfaktan (sel-sel

epitel alveolus tipe II) belum mulai menyekresi surfaktan sampai akhir bulan ke-1

sampai ke-3 masa gestasi. Oleh karena itu, banyak bayi premature dan sedikit bayi

cukup bulan dilahirkan tanpa kemampuan menyekresikan cukup surfaktan, yang

menyebabkan kecendrungan kolapsnya alveoli dan perkembangan edema paru.

(GAYTON & HALL, fisiologi kedokteran : 1105).

Pada neonates dengan asfiksia, resusitasi diberikan secepat mungkin tanpa

menunggu perhitungan skor apgar. Lankah resusitasi mengikuti ABC :

A) Pertahankan jalan napas bebas, jika perlu dengan intubasi endotrakeal

B) Bangkitkan napas spontan dengan stimulasi taktil atau tekanan positif

menggunakan bag and mask atau lewat pipa endotrakeal

Page 24: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

C) Pertahankan sirkulasi jika perlu dengan komperesi dada dan obat-obatan.

Pada asfiksia ringan, berikan bantuan napas dengan oksigen 100% melalui bag

and mask selama 15-30 detik. Bila dalam waktu 30 detik denyut nadi masih dibawah

80x/menit, lakukan komperesi dada dengan dua jari pada 1/3 bawah sternum

sebanyak 120x/menit. Intubasi endotrakeal harus dilakukan (oleh tenaga ahli) pada

bayi yang tidak memberi respons terhadap bantuan napas dengan bag and mask atau

pada bayi dengan asfiksia berat. Terapi medikamentosa diberikan bila denyut nadi

masih di bawah 80x/menit setelah 30 detik kombinasi bantuan napas dan kompresi

dada atau dalam keadaan asistol.berikan 2 adrenalin 1:10.000 dosis 0,1-0,3 ml/kgBB

intravena/intratrakeal dapat diulangi tiap 3-5 menit. (kapita selektakedokteran : 502)

Hubungan Isapan bayi dengan BBLR

Adanya imaturasi atau kurang berfungsinya alat-alat tubuh untuk melakukan

isapan. Selain itu juga disebabkan oleh immaturasi susunan saraf pusat untuk

koordinasi refleks mengisap pada bayi premature.

Bunyi expiratory grunting pada BBLR

Expiratory grunting terjadi bila expirasi melawan glotis yang sebagian

tertutup. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kapasitas residual yang akan

meningkatkan ventilasi.

7. Penanganan BBLR

Mempertahankan suhu

BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus

dipertahankan. Dalam ruang perawatan bayi, suhu dipertahankan tidak kurang dari

24oC atau jika bayi sangat kecil dimasukan ke incubator dengan suhu dipertahankan

26-32oC dengan kelembaban 65-75 %. Oksigen diberikan melalui kotak kepala

(head box) atau masuk ke dalam incubator secara terkontrol.

Mencegah infeksi

Infeksi dikontrol dengan perhatian khusus untuk mencegah penularan infeksi

dari pengunjung dan staf yang bertugas, dan hal-hal lain ke kamar perawatan bayi.

Mencuci tangan sebelum memegang bayi merupakan tindakan pencegahan yang

sangat penting.

Page 25: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

Pengawasan nutrisi/ASI

Refleks mengisap BBLR belum sempurnah, oleh sebab itu pemberian

nutrisi/ASI harus dilakukan dengan cermat. Bila bayi tidak dapat mengisap tapi bias

menelan, langsung saja tetesi ASI dari puting susu ibu atau diberikan melalui

pipa/sendok.

Penimbangan

Perubahan BB mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya

dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan BB harus dilakukan dengan

ketat.

8. Pencegahan BBLR

Pemeriksaan kehamilan secara berkala

Penyuluhan kesehatan kesehatan pertumbuhan janin

Perencanaan persalinan pada usia reproduksi sehat (20-34 tahun)

Dukungan sektor lain untuk peningkatan pendidikan Ibu dan status ekonomi

keluarga.

Mengingat bahwa perawatan BBLR sebagaimana yang kita ketahui

dilaksanakan di negara maju ataupun di beberapa rumah sakit rujukan di Indonesia

membutuhkan biaya yang sangat besar. Maka upaya pencegahan pada masa pra

hamil dan masa hamil menjadi sangat penting. Pada masa hamil perawatan antenatal

harus mampu mendeteksi dini resiko terjadinya BBLR. Bila resiko ini ada maka

penatalaksanaannya yang tepat adalah merujuk kasus ke pusat pelayanan yang

memiliki kemampuan diagnostik lebih lengkap guna penelitian laboratorium,

sehingga terapi akan ditentukan dengan baik.

Adapun upaya-upaya lain yang dapat dilaksanakan untuk mencegah

terjadinya BBLR :

Upaya agar melaksanakan antenatal care yang baik, segera melakukan

konsultasi dan merujuk bila ibu terdapat kelainan.

Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya

persalinan dengan BBLR.

Tingkatkan penerimaaan keluarga berencana.

Page 26: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

Anjurkan lebih banyak istirahat, bila kehamilan mendekati aterm, atau

istirahat berbaring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan

normal.

Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat

kepercayaan masyarakat

Page 27: Laporan Tutorial Modul 4 BBLR

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.2009.PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:Jakarta.

Ballard JL, Khoury JC, Wedig K, et al: New Ballard Score, expanded to include extremely premature  infants. J Pediatrics 1991; 119:417-423. ------- http://www.ballardscore.com 

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. P.T. Bina Pustaka:Jakarta.