laporan tutorial modul 1
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL MODUL 1SKENARIO 1.5
BLOK KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
Disusun oleh :KELOMPOK 4A
Sukri Lakowani 1102070090 Andi Ika Pratiwi Saransi 1102080137Hendrik Susanto 1102090124 Soraya Eka Hadi Putri 1102090125Yusli Ardayati 1102090077 Sigit Dwi Pramono 1102090133Ana Fitriana 1102090032 Rahmawati 1102090140Bella Anggraeni S 1102090097 Dahlia 1102090147Amrul Muslihin 1102090113 Dewi Rahmayanti 1102090068
Pembimbing : dr. Ulfa Camelia Indiasari
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, tuhan pencipta seluruh alam semesta besarta isinya, karena telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini
tepat pada waktunya, tak lupa salawat dan salam kami junjungkan kepada
Rasulullah SAW, yang telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah kepada
zaman yang terang benderang.
Dalam rangka melengkapi tugas Modul 1 pada Sistem Kedokteran Forensik
dan Medikolegal kami membuat laporan ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kami berikan kepada tutor kami dr. Ulfa Camelia Indiasari yang telah membimbing
kami selama tutorial, dan teman-teman kelompok 4A yang telah kompak berusaha
untuk menyelesaikan laporan ini. Memang bukanlah hal yang mudah dalam
menyusun laporan ini, namun kami telah berusa semaksimal mungkin dan
bersungguh-sungguh dalam menyelesaikannya.
Kami pun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
laporan ini, baik dari segi penulisan, isi maupun informasi yang terdapat dalam
laporan ini, oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan mohon
saran, kritik dan masukan dari para pembaca sekalian sehingga dapat
meyempurnakan dalam proses pembuatan laporan selanjutnya.
Akhir kata, kami sangat berterima kasih kepada para pembaca, teristimewa
kepada mereka yang berkenan memberikan kritik dan sarannya. Harapan kami ,
semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.Amin ya robbal’alamin.
Wassalamualaikum wr wb
Makassar, 17 July 2012
Penyusun
MODUL 1.5Skenario :
Seorang wanita 58 tahun dibawa ke PUSKESMAS dan diantar oleh polisi. Ia
ditemukan tidak sadar di sebuah taman umum dengan luka pada bagian depan
kepalanya. Tidak ditemukan adanya fraktur pada tulang tengkorak, dan tidak ada
luka signifikan lain yang ditemukan pada bagian tubuhnya yang lain. Barang-barang
pribadinya masih berada ditempat yang seharusnya.
Kata Sulit( - )
Kata Kunci Wanita 58 thaun.
Tidak sadar.
Ditemukan di taman.
Luka pada bagian kepala.
Fraktur tulang tengkorak tidak ada.
Tidak ada luka signifikan yang lain.
Barang-barang masih berada di tempat yang seharusnya.
Learning Objectives :1. Menjelaskan patomekanisme luka / trauma menggunakan pengetahuannya
tentang histologi, anatomi dan fisiologi tubuh manusia
2. Mendeskripsikan karakteristik luka
3. Menjelaskan karakteristik kemungkinan ‘agen’ penyebab luka
4. Menjelaskan keparahan / derajat luka sesuai dengan hukum yang berlaku
5. Menetapkan penyebab kematian paling mungkin (COD) menggunakan
pendekatan Proximus Mortis (PMA) pada kejadian dimana kematian merupakan
konsekuensi dari luka / trauma.
Deskripsi Luka :
Jumlah : Satu
Jenis : Luka terbuka
Lokalisasi : Regio Frontal
Ukuran : - (tidak ada standar)
Lokasi : - Linea mediana
- sumbu aksis sulit ditentukan
Karakteristik Luka :
a. Garis batas :
Batas tidak tegas
Tepi luka tidak jelas
b. Di dalam GBL :
Bekuan darah.
Tebing luka tidak bias diidentifikasi.
Jembatan luka belum bias dinilai.
c. Di luar GBL :
Memar di sekitar luka
Ditemukan pola yang tercetak seperti kotak-kotak kecil.
Kesimpulan :
Luka robek akibat benda tumpul.
Anatomi dan Fisiologi Kepala :a. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP, yaitu: skin atau kulit,
connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika,
loose connective tissue atau jaringan penunjang longgar, dan pericranium1,2. Pada
bagian ini tidak terdapat banyak pembuluh darah yang sukar mengadakan
vasokonstriksi sehingga bila terjadi perdarahan akibat laserasi kulit kepala akan
menyebabkan banyak kehilangan darah, terutama pada bayi dan anak-anak.
Terdapat vena emiseria dan diploika yang dapat membawa infeksi dari kulit kepala
sampai dalam tengkorak (intrakranial)2.
Gambar : Lapisan Kulit Kepala
b. Tulang TengkorakTerdiri dari kalvaria (atap tengkorak) dan basis kranii (dasar tengkorak).
Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang, yaitu frontal, parietal, temporal, dan
oksipital. Kalvaria khususnya di regio temporal adalah tipis, namun dilapisi oleh otot
temporalis. Basis kranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar
otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar
dibagi atas 3 fosa, yaitu: fosa anterior adalah tempat lobus frontalis, fosa media
adalah tempat lobus temporalis, dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang
otak dan serebelum1,2.
Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak disebabkan
oleh trauma. Fraktur kalvaria dapat berbentuk garis/ linier atau bintang/ stelata,
terbuka atau tertutup, dan dapat pula impresi atau non impresi (tidak masuk/
menekan kedalam). Tulang tengkorak terdiri dari 2 dinding yang dipisahkan tulang
berongga (diploe), dinding luar (tabula eksterna) dan dinding dalam (tabula interna)
yang mengandung alur-alur arteri meningea anterior, media dan posterior1,3.
Gambar : Lapisan Tulang Tengkorak
c. Lapisan Pelindung Otak/ MeningenSelaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3
lapisan,
yaitu:
1. Durameter merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa
yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Adanya fraktur dari
tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri meningea, yang
terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium (ruang
epidural), dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering
mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa
temporalis (fosa media)2,3.
2. Arakhnoidmater adalah membran tipis dan tembus pandang, tidak menempel
pada duramater. Karena tidak melekat pada selaput dura di atasnya, maka
terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara
duramater dan arakhnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada
cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak
menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins,
dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus
sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus
sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan
hebat. Venavena otak yang melewati subdural mempunyai sedikit jaringan
penyokong sehingga mudah cedera dan robek pada trauma kepala2,3.
3. Piamater adalah membran halus yang sangat kaya dengan pembuluh darah
halus dan melekat erat pada permukaan korteks serebri. Piamater masuk
kedalam semua sulkus dan membungkus semua girus, kedua lapisan yang
lain hanya menjembatani sulkus. Diantara arakhnoid dan piamater terdapat
ruang subarakhnoid, ruang ini melebar dan mendalam pada tempat tertentu,
merupakan tempat bersikulasi cairan serebrospinal2,3.
Gambar : Meningen
Bagan : Skema Anatomi Kepalad. Otak
Otak manusia terdiri dari sereberum, serebelum, dan batang otak. Serebrum
terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falks serebri, yaitu lipatan
duramater dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada hemisfer serebri kiri
terdapat pusat bicara yang bekerja dengan tangan kanan, dan juga pada >85%
orang kidal. Hemisfer otak yang mengandung pusat bicara sering disebut sebagai
hemisfer dominan. Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan
pada sisi dominan mengandung pusat ekspresi bicara (area bicara motorik). Lobus
parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal
mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggung jawab dalam proses
penglihatan1,2.
Batang otak terdiri dari mesensefalon (midbrain), pons, dan medulla
oblongata. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang
berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula oblongata terdapat
pusat kardiorespiratorik yang terus memanjang sampai medula spinalis di
bawahnya2,3. Lesi yang kecil saja pada batang otak sudah dapat menyebabkan
defisit neurologis yang berat. Serebelum bertanggung jawab dalam koordinasi dan
keseimbangan, terletak dalam fosa posterior, berhubungan dengan medulla spinalis,
batang otak, dan juga kedua hemisfer serebri3.
Gambar : Otak
e. Tentorium SerebeliTentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial
(terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi
fosa kranii posterior). Mesensefalon menghubungkan hemisfer serebri dengan
batang otak (pons dan medula oblongata) dan berjalan melalui celah lebar tentorium
serebeli yang disebut insisura tentorial. Nervus okulomotorius (n. III) berjalan di
sepanjang tepi tentorium dan saraf ini dapat tertekan bila terjadi herniasi lobus
temporal yang umumnya diakibatkan oleh adanya massa supratentorial atau edema
otak. Serabut-serabut parasimpatik yang berfungsi melakukan konstriksi pupil mata
berjalan pada sepanjang permukaan nervus okulomotorius. Paralisis serabut-
serabut ini yang disebabkan oleh penekanan n.III akan mengakibatkan dilatasi pupil
oleh karena tidak adanya hambatan aktivitas serabut simpatik2.
Bagian otak yang sering mengalami herniasi melalui insisura tentorial adalah
sisi medial lobus temporal yang disebut unkus. Herniasi unkus juga menyebabkan
penekanan traktus kortikospinal (piramidalis) yang berjalan pada otak tengah.
Traktus piramidalis atau traktus motorik menyilang garis tengah menuju sisi
berlawanan pada level foramen magnum, sehingga penekanan pada traktus ini
menyebabkan paresis otot-otot sisi tubuh kontralateral. Dilatasi pupil ipsilateral
disertai hemiplegia kontralateral dikenal sebagai sindrom klasik herniasi unkus.
Kadang-kadang lesi massa yang terjadi akan menekan dan mendorong otak tengah
ke sisi berlawanan pada tepi tentorium serebeli dan mengakibatkan hemiplegia dan
dilatasi pupil pada sisi yang sama dengan hematoma intrakranialnya (sindroma
lekukan Kernohan)2.
Gambar : Tentorium Serebeli
Gambar : Herniasi Tentorialf. Cairan Serebrospinalis (CSS)
CSS dihasilkan oleh plexus khoroideus (terletak di atap ventrikel) dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel lateral
melalui foramen monro menuju ventrikel III, dari akuaduktus sylvius menuju ventrikel
IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid
yang terdapat pada sinus sagitalis superior2.
Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga
mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan tekanan intracranial
(hidrosefalus komunikans pasca trauma)2. Angka rata-rata pada kelompok populasi
dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari4.
Gambar : Aliran CSS
g. Tekanan Intra Kranial (TIK)TIK adalah hasil dari sejumlah jaringan otak, volume darah intrakranial, dan
CSS di dalam tengkorak pada 1 satuan waktu. Berbagai proses patologis yang
mengenai otak dapat menyebabkan kenaikan TIK. Kenaikan TIK dapat menurunkan
perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat iskemia. TIK normal pada
keadaan istirahat sebesar 10 mmHg. TIK lebih tinggi dari 20 mmHg, terutama bila
menetap berhubungan langsung dengan hasil akhir yang buruk2.
h. Doktrin Monro-KellieMerupakan suatu konsep sederhana yang dapat menerangkan pengertian
dinamika TIK. Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial harus selalu
konstan karena sifat dasar dari tulang tengkorang yang tidak elastis2. Volume
intrakranial (Vic) adalah sama dengan jumlah total volume komponen-komponennya,
yaitu volume jaringan otak (Vbr) sebesar 1400 gr, volume cairan serebrospinal (Vcsf)
sebesar 75 ml, dan volume darah (Vbl) sebesar 75 ml4.
Vic = Vbr + Vcsf + VblSehingga, adanya peningkatan salah 1 dari komponen ini akan menyebabkan
peningkatan TIK. Peningkatan TIK yang cukup tinggi dapat menyebabkan herniasi
batang otak yang berakibat kematian2.
Penentuan Luka Secara Histologi :Untuk keperluan forensic, pemeriksaan histology digunakan untuk menentukan
faktor:
1. Apakah luka yang ditemukan pada saat autopsy terjadi pada saat sebelum
atau sesudah kematian
2. Apabila telah terjadi kematian, berapa lama kematian itu sudah terjadi
Berikut ini adalah perubahan histologi akibat terjadinya luka:
1. 30 menit-4jam terjadi pengumpulan lekosit PMN pada luka & terbentuknya
benang-benang fibrin.
2. 4-12 jam terjadi udem jaringan & pembengkakan endotel PD.
3. 12-24 jam terdapat peningkatan jumlahMakrofag dan dimulainya pembersihan
jaringan mati.
4. 24-72 jam terdapat peningkatan jumlah lekosit sampai maksimal sekitar
48jam, perbaikan dimulai,fibroblast muncul,PD baru mulai terbentuk,untuk
membuat jaringan granulasi.
5. 3-6 hari, epidermis mulai tumbuh.
6. 10-15 hari , epidermis menjadi tipis&datar.
7. Minggu-bulan ,proses penyembuhan jaringan berlanjut,jaringan granulasi
terbentuk.
Patomekanisme Luka pada Pasien :Luka yang timbul pada kulit kepala pasien disebabkan oleh trauma tumpul
dengan cirri-ciri terdapat memar di sekitar. Trauma tumpul yang mengenai kulit
kepala menyebabkan kerusakan jaringan pada lapisan kulit kepala tersebut.
Kerusakan jaringan tersebut menyebabkan timbulnya luka robek. Selain itu, daerah
disekitar luka robek yang terkena benturan benda tumpul juga menyebabkan
pecahnya pembuluh darah kapiler atau vena yang berada di bawah kulit. Pecahnya
pembuluh darah tersebut menyebabkan penumpukan darah pada daerah interstitial
di bawah kulit. Penumpukan darah tersebut menimbulkan luka memar disekitar
daerah laserasi atau luka robek.
Karakteristik Kemungkinan ‘Agen’ Penyebab Luka : Pada gambar scenario dapat terlihat bahwa terdapat memar di sekitar luka
laserasi. Sesuai dengan petunjuk tersebut disimpulkan bahwa pasien terkena
trauma tumpul akibat benturan benda padat dan keras sehingga menimbulkan
laserasi (robekan) dan memar. Dari pola yang berada disekitar luka tersebut, bisa
menjadi petunjuk benda apa yang mengenai korban tersebut. Pada gambar scenario
terlihat pola kotak-kotak kecil yang beraturan dengan permukaan yang cukup luas.
Hal ini bisa menjadi acuan untuk mencari agen penyebab luka tersebut di taman
dimana tempat pasien ini ditemukan.
Luka laserasi yang terdapat di kepala depan korban mengalami perdarahan
dan terdapat bekuan darah. Hal ini berarti kemungkinan besar terdapat bercak darah
pada permukaan benda tumpul tersebut. Walaupun kemungkinan darah yang
tertinggal pada benda tersebut sedikit, tetapi hal ini bisa dijadikan petunjuk
mengenai mekanisme terbenturnya kepala korban pada benda tersebut, apakah
termasuk dalam coup injury atau countercoup injury.
Keparahan / derajat luka sesuai dengan hukum yang berlaku : Derajat luka berdasarkan ketentuan dalam KUHP :
Pasal 351 (1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 352 (1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling
lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap
orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 90 Luka berat berarti:
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian;
Kehilangan salah satu pancaindera;
Mendapat cacat berat;
Menderita sakit lumpuh;
Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
C.O.Damage :
A. 1. Pasien tidak sadar (scenario)
2. diperlukan pemeriksaan penunjang
3.diperlukan pemeriksaan penunjang
4. Trauma tumpul (Gambar)
B. ( - )
Diperlukan pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi untuk dapat
menentukan pasien mempunyai riwayat penyakit yang dapat mempercepat atau
memperparah luka yang timbul.
DAFTAR PUSTAKA
1. Drake RL., Vogl W., Mitchell AW. 2007. Gray’s Anatomy for Students. Elsevier
p.769, 782, 785
2. American College of Surgeon Committee on Trauma. 2004. Cedera Kepala.
Dalam: Advanced Trauma Life Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia,
penerjemah. Edisi 7. hlm.168 – 193
3. Sugiharto L, Hartanto H, Listiawati E, Susilawati, Suyono J, Mahatmi T, dkk,
(penerjemah). Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta:
EGC: 2006. hlm. 740-59
4. Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Elsevier
Saunders. 685-97.
5. http://www.freewebs.com/patofisiologi-luka/index.htm
6. Jay Dix , Color Atlas of Forensic Pathology, chapter 3 blunt trauma, page 31-32
7. Michael J. skhrum, david A. ramsay, forensic pathology of trauma, page 406-409