laporan tutorial kel.1 modul kulit

Upload: yayatruslan

Post on 02-Jun-2018

284 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    1/42

    TUTORIAL KULIT

    1. SKENARIO

    Seorang wanita 20 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan gatal dan bercak kemerahan

    disertai sisik pada daerah badan yang telah dialami sejak 2 minggu yang lalu . riwayat keluarga

    menderita penyakit yang sama tidak adav . hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal

    2. KATA SULIT

    1. Gatal

    Sensasi yang menimbulkan keinginann untuk menggaruk yang berasal ,dari sistem saraf ,

    psikologi , dan rangsangan pada reseptor-reseptor saraf kulit.

    2. Skuama

    Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Bentuknya dapat halus seperti taburan

    tepung dan lapisan tebal seperti lembar kertas.

    Jenis-jenis skuama :

    Ptyriasis formis (halus)

    Psoriasis formis (berlapis)

    Iktiosis formis (seperti sisik ikan)

    Kutikular(tipis )

    Lamelar(berlapis)

    Membranosa /eksolitiativa(lembaran-lembaran)

    Keratotik ( seperti tanduk)

    3. KATA KUNCI

    1. Wanita 20 tahun

    2. Gatal

    3. Bercak kemerahan

    4. Sisik

    5. Sejak 2 minggu yang lalu

    6. Tidak ada riwayat keluarga

    7. Laboratorium normal

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    2/42

    4. PERTANYAAN JAWABAN PERTANYAAN

    1. Anatomi, fisiologi,dan histologi dari kulit

    2. Patomekanisme gejala gatal dan skuama

    3. Diffferential diagnosis

    4. Sebutkan dan jelaskan differential yang meliputi:

    definisi

    epidemiologi

    Patomekanisme

    gejala klimis

    penatalaksanaan

    diagnosis

    prognosis

    ANATOMI KULIT SECARA HISTOPATOLOGIK

    Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu (gambar 1-1):

    1. Lapisan epidermis atau kutikel

    2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin)

    3. Lapisan subkutis (hipodermis) Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis,

    subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.

    1. Lapisan epidermis

    Terdiri atas : stratum korneum, stratum iusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan

    stratum basale.

    Stratum korneum(lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas

    beberapa lapis sel - sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubahmenjadi keratin (zat tanduk).

    Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum,merupakan lapisan sel -

    sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin,

    Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.

    Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng

    dengan sitoplasma berbutir kasar dan Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    3/42

    biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jeias di telapak tangan

    dan kaki.

    Stratum spinosum (stratum Malphigi) atau disebut pula prickle cell layer (lapisan

    akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besamya berbeda-beda

    karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen,

    dan inti terletak di tengah - tengah. Sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng

    bentuknya. Di antara sel - sel stratum spinosum terdapat jembatan - jembatan antar sel

    {intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan

    antar jembatan - jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus

    Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel - sel Stratum spinosum

    mengandung banyak glikogen.

    Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal

    pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan

    lapisan epidermis yang paling bawah. Sef-sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsl

    reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu:

    a. sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar,

    dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel.

    b. sel pembentuk melanin(melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel berwarna muda.

    dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes).

    2. Lapisan dermisadalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis.

    Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen - elemen selular dan

    folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni :

    a. pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan

    pembuluh darah.

    b. pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini

    terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin.

    Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin suflat,

    di bagian ini terdapat pula fibroblas. membentuk ikatan (bundel) yang mengandung

    hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    4/42

    menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin

    biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis.

    3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel

    lemak di daiamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir

    sitoplasma lemak yang bertambah. Sel - sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu

    dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel - sel lemak disebut p-yiikulus

    adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi,

    pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada

    lokalisasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis

    sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan. Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2

    pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang

    terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan

    anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan

    anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan

    pembuluh darah terdapat saluran getah bening.

    ADNEKSA KULIT

    Adneksa kulit terdiri atas kelenjar = kelenjar kulit, rambut, dan kuku.

    1. Kelenjar kulitterdapat di lapisan dermis, terdiri atas:

    a. Kelenjar keringat(glandula sudorifera) Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar

    ekrin yang kecil - kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar

    apokrin yang lebih besar, tertetak lebih dalam dan sekretnya lebih Kental. Kelenjar ekrin

    telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan baru berfungsi 40 minggu setelah

    kelahiran. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan

    kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi,dan aksila. Sekresi bergantung padabeberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik.

    faktor panas. dan stres emosional. Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik,

    terdapat di aksiia, areola mammae, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi

    apokrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar

    dan mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa,

    biasanya pH sekitar 4 - 6,8.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    5/42

    b. Kelenjar palit(glandula sebasea). Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di

    telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak

    berlumen dan sekret keienjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit

    biasanya terdapat disamping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut

    (folikel rambut). Sebum mengandung trigjiserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester.

    dan kolesterol. Sekresi dipengauhi oleh hormon androgen. pada anak - anak jumlah

    kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi

    secara aktif.

    2. Kuku, adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Bagian kuku

    yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail root), bagian yang terbuka diatas dasar

    jaringan lunak kulit pada ujung jari tersebut badan kuku (nail plate), dan yang paling ujung

    adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh

    kira-kira 1 mm per minggu. Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku (naik groove).

    Kulit tipis yang menutupi kuku di bagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang

    ditutupi bagian kuku bebas disebut hiponikium

    3. Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian yang berada

    di luar kulit (batang rambut). Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut

    halus, tidak mengandung pigmen dan terdapat pada bayi, dan rambut terminal yaitu rambutyang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat pada orang dewasa.

    Pada manusia dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat bulu mata, rambut ketiak,

    rambut kemaluan, kumis, dan janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi hormon seks

    (androgen). Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.

    Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) berlangsung 2-6 tahun dengan

    kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari. Fase telogen (istirahat) berlangsung beberapa

    bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen (involusi temporer). Pada satu saat

    85% seluruh rambut menga lami fase anagen dan 15% sisanya dalam fase telogen.

    Rambut normal dan sehat berkilat, elastis dan tidak mudah patah, dan dapat menyerap air.

    Komposisi rambut terdiri atas karbon 50 - 60%, hidrogen 6,36%, nitrogen 17,14%, sulfur 5.0%,

    dan oksigen 20,80%. Rambut dapat mudah dibentuk dengan mempengaruhi gugusan disulfida

    misalnya dengan panas atau bahan kimia

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    6/42

    FISIOLOGI KULIT

    1. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,

    misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang

    bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya; gangguan yang bersifat

    panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet; gangguan infeksi luar terutama kuman /

    bakteri maupun jamur. Hal di atas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya

    lapisan kutit dan serabut - serabut jaringan penunjang yang berperanan sebagai pelindung

    terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperanan dalam melindungi kulit terhadap pajanan

    sinar matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena

    sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap pelbagai zat kimia dan air, di samping itu

    terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan

    keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum, keasaman kulit

    menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5 - 6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi

    terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses keratinisasi juga berperanan sebagai sawar

    (barrier) mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.

    2. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, iarutan dan benda padat, tetapi

    cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak. Permeabilitas

    kulit terhadap 02, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsirespirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,

    kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat bertangsung melalui celah

    antara sel, menembus sel - sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih

    banyak yang melalui sel - sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.

    3. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kuiit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau

    sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Kelenjar lemak pada

    fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungikulitnya terhadap cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix caseosa. Sebum

    yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain meminyaki kulit juga

    menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar

    temak aan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5 - 6.5.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    7/42

    4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung - ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.

    Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.

    Terhadap dingin diperankan oleh badan - badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktii

    Meissner terietak di papita dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel

    Ranvier yang terietak diepidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini

    di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

    5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), kulit melakukan peranan ini dengan cara

    mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya

    akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup balk. Tonus

    vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi biasanya dinding pembuluh

    darah belum terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstravasasi cairan, karena itu kulit bayi

    tampak lebih edematosa karena lebih banyak mengandung air dan Na.

    6. Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit). terletak di lapisan basal

    dan sel ini berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1.

    Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan

    warna kulit ras maupun individu. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan

    merupakan sel dendrit, disebut puia sebagai clear cell. Melanosom dibentuk oleh alat Golgi

    dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan 02. Pajanan terhadap sinar mataharimempengaruhi produksi melanosom. Pigmen di sebar ke epidermis melalui tangan - tangan

    dendrit sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna

    kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit,

    reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.

    7. Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit,

    sel Langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basai mengadakan pembelahan, sel

    basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin keatas sel menjadi makin gepeng dan bergranuia menjadi sel granulosum. Makin lama inti

    menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus

    menerus seumur hidup, dan sampai sekarang belum sepenuhnya dimengerti. Matoltsy

    berpendapat mungkin keratinosit melalui proses sintesis dan degradasi menjadi lapisan tanduk.

    Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari, dan memberi periindungan kulit

    terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    8/42

    8. Fungsi pembentukan vit D, dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolestero! dengan

    pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal

    tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

    9. Fungsi Imunologik, yang diperankan oleh selsel Langerhans sebagai APC.

    Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah,

    kelenjar keringat, dan otot - otot di bawah kulit.

    2. Patomekanisme bercak kemerahan, skuama/sisik dan gatal/pruritus

    Patomekanisme bercak kemerahan

    Patomekanisme Gatal (pruritus)

    Diketahui bahwa zat-zat kimia dan rangsangan fisik (mekanik) dapat memicu terjadi pruritus.

    Stimulasi terhadap ujung saraf bebas yang terletak di dekat junction dermoepidermal bertanggung

    jawab untuk sensasi ini. Sinaps terjadi di akar dorsal korda spinalis (substansia grisea), bersinaps

    dengan neuron kedua yang menyeberang ke tengah, lalu menuju traktus spinotalamikus

    kontralateral hingga berakhir di thalamus. Dari thalamus,terdapat neuron ketiga yang meneruskan

    rangsang hingga ke pusat persepsidi korteks serebri.Sempat diduga bahwa pruritus memiliki fungsi

    untuk menarik perhatian terhadap stimulus yang tidak terlalu berbahaya (mild surface

    stimuli ),sehingga diharapkan ada antisipasi untuk mencegah sesuatu terjadi.

    Namun demikian, seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran dan penemuan teknik

    Mikroneurografi (di mana potensial aksi serabut saraf C dapat diukur menggunakan elektroda kaca

    yang sangat halus) berhasil menemukan serabut saraf yang terspesiaslisasi untuk menghantarkan

    impuls gatal, dan dengan demikian telah mengubah paradigma bahwa pruritus merupakan stimulus

    nyeri dalam skala ringan. Saraf yang menghantarkan sensasi gatal (dan geli,tickling

    sensation)merupakan saraf yang sama seperti yang digunakan untuk menghantarkan rangsang

    Respon Imun IgE meningkatMengaktivasi

    Basofil

    Pelepasan

    Histamin

    Vasodilatasi

    Peningkatan

    permeabilitas

    kapiler

    Bercak

    kemerahan

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    9/42

    nyeri. Saat ini telah ditemukan serabut saraf yang khusus menghantarkan rangsang pruritus, baik di

    sistem saraf perifer, maupun disistem saraf pusat.Ini merupakan serabut saraf tipe C-tak

    termielinasi. Hal ini dibuktikan dengan fenomena menghilangnya sensasi gatal dan geli ketika

    dilakukan blokade terhadap penghantaran saraf nyeri dalam prosedur anestesi. Namun demikian,

    telah ditemukan pula saraf yang hanya menghantarkan sensasi pruritus. Setidaknya, sekitar 80%

    serabut saraf tipe C adalah nosiseptor polimodal (merespons stimulus mekanik, panas, dan

    kimiawi); sedangkan 20% sisanya merupakan nosiseptor mekano-insensitif,yang tidak dirangsang

    oleh stimulus mekanik namun oleh stimulus kimiawi.Dari 20% serabut saraf ini, 15% tidak

    merangsang gatal (disebut dengan histamin negatif ), sedangkan hanya 5% yang histamine

    positif dan merangsang gatal. Dengan demikian, histamine adalah pruritogen yang paling banyak

    dipelajari saat ini. Selain dirangsang oleh pruritogen seperti histamin, serabut saraf yang terakhir

    ini juga dirangsang oleh temperatur.

    Mediator Penyebab Gatal pada Kulit

    Histamin

    Konsentrasi histamin yang rendah pada lapisan dermo-epidermal menyebabkan

    sensasi gatal, namun injeksi yang lebih dalam (deeper intracutaneus) menyebabkan nyeri.

    Histamin disintesis di dalam sel mast dan tersimpan pada granula sel mast. Ketika terjadi

    reaksi radang, sel mast terdegranulasi dan keluarlah histamin tersebut. Histamin terdiri dari

    dua macam, H1 dan H2. Histamin yang menyebabkan gatal adalah H1. Serotonin

    Amina jenis ini ditemukan pada platelet tapi tidak terdapat pada sel mast manusia.

    Serotonin dapat menyebabkan gatal melalui pelepasan histamine dari sel mast dermal.

    Endopeptidase

    Endopeptidase seperti tripsin atau papain dapat menyebabkan gatal. Tripsin adalah

    komponen penting dari sel mast dermal dan dilepaskan akibat aktivasi sel mast. Sel mast

    memperoleh triptase, dari kerja proteinase-activated receptor-2 (PAR-2) pada terminal saraf

    C yang berdekatan sehingga membangkitkan neuropeptida pruritogenik dari terminal yang

    sama. Hal ini memperlihatkan interaksi sistem imun dan sistem saraf dalam menyebabkan

    sensasi gatal. Selain tripsin, reaksi inflamasi juga menghasilkan interleukin-2 (IL-2) yang

    ikut berperan dalam timbulnya gatal.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    10/42

    Neuropeptida

    Substansi P yang terdapat pada terminal neuron C dilepaskan sebagai akibat dari

    kerja triptase sel mast pada PAR-2 dan menyebabkan gatal dengan baik dengan aksi

    langsung maupun memicu pelepasan histamin oleh sel mast melalui reseptor NK-1. Dosis

    rendah dari morphin menyebabkan gatal dan efeknya adalah pelepasan prostaglandin dan

    degranulasi sel mast. Reseptor agonis opioid adalah pada saraf tulang belakang atau ganglia

    dorsal karena dosis rendah dari morphine dapat menyebakan gatal segmental.

    Eicosanoid

    Transformasi asam arakidonat (prostaglandin, leukotrin) memliki peran yang kuat

    dalam mediator inflamasi tapi tidak secara langsung menyebabkan gatal. Prostaglandin E

    (PGE) menyebabkan gatal melalui mediator lain. Konsentrasi rendah PGE pada satu area

    kulit menurunkan ambang batas timbulnya sensasi gatal akibat kerja histamin pada area

    tersebut.

    Patomekanisme skuama/sisik

    Sel-sel hidup pada stratum basalis mengalami diferensiasi, kemudian bergerak ke

    atas (stratum korneum) menjadi sel-sel mati yang berisi keratin. Pada stratum korneum sel-

    sel tanduk menghasilkan sel keratosit yang mengalami keratinisasi. Tapi karena adanya

    suatu proses inflamasi sehingga menyebabkan proses dari keratinisasi terganggu. Sel-seltanduk yang telah mati mengalami penumpukan kemudian menyebabkan terbentuknya

    skuama pada kulit.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    11/42

    4 DIAGNOSIS BANDING

    A)PITYRIASIS ROSEA

    Definisi

    Pitiriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan

    sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusun oleh lesi-lesi yang lebih

    kecil di badan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya

    menyembuh dalam waktu 3-8 minggu.

    Epidemiologi

    Pitiriasis rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun, pada wanita dan

    laki-laki sama banyaknya.

    Etiologi

    Etiologinya belum diketahui, demikian pula cara infeksi. Ada yang mengemukakan

    hipotesis bahwa penyebabnya virus, karena penyakit ini merupakan penyakit swasima (self limiting

    desease), umumnya sembuh sendiri dalam waktu 3-8 minggu.

    Sementara ahli yang lain mengaitkan dengan berbagai faktor yang diduga berhubungan

    dengan timbulnya Pityriasis rosea, diantaranya:

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    12/42

    Faktor cuaca. Hal ini karena Pityriasis rosea lebih kerap ditemukan pada musim semi dan musim

    gugur.

    Faktor penggunaan obat-obat tertentu, seperti bismuth, barbiturat, captopril, mercuri,

    methoxypromazine, metronidazole, D-penicillamine, isotretinoin, tripelennamine

    hydrochloride, ketotifen, dan salvarsan.

    Diduga berhubungan dengan penyakit kulit lainnya (dermatitis atopi, seborrheic dermatitis,

    acne vulgaris) dikarenakan Pityriasis rosea dijumpai pada penderita penyakit dengan

    dermatitis atopik, dermatitis seboroik, acne vulgaris dan ketombe.

    Gejala Klinis

    Gejala konstitusi pada umumnya tidak terdapat, sebagian penderita mengeluh gatal ringan.

    Pitiriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch), umumnya di

    badan, solitar, berbentuk oval dan anular, diameternya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri atas eritema

    dan skuama halus di pinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu.

    Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran yang khas, sama

    dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, hingga menyerupai pohon

    cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau dalam beberapa hari. Tempat predileksi pada

    badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas.

    Kecuali bentuk yang lazim berupa eritroskuama, pitiriasis rosea dapat juga berbentuk

    urtika, vesikel, dan papul, yang lebih sering terdapat pada anak-anak.

    Pengobatan

    Pengobatan bersifat simtomatik, untuk gatal-gatal dapat diberikan sedativa, sedangkan

    sebagai obat topikal dapat diberrikan bedak asam salisilat yang dibubuhi mentol -1 %.

    Prognosis

    Prognosis baik karena penyakit ini sembuh spontan biasanya dalam waktu 3-8 minggu.

    B) PSORIASIS

    a. Definisi

    Psoriasis adalah penyait kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak

    eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-lapis berwarna putih

    mengkilap serta transparan disertai fenomen tetsan lilin, auspitz dan kobner. Kemunculan

    penyakit ini terkadang dalam jangka waktu lama atau kambuhan dalam waktu yang tidak

    menentu yang ditandai oleh adanya benjolan bersisik berwarna keperakan dan sejumlah plak

    (bercak yang menonjol) dengan ukuran yang bervariasi.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    13/42

    b. Epidemiologi

    Psoriasis merupakan salah satu peradangan kulit yang sering terjadi dan terdapat di seluruh

    dunia, prevalensi penyakit ini bervariasi pada setiap negara di dunia, hal ini mungkin

    dikarenakan adanya faktor ras, geografi dan lingkungan. Prevalensinya mulai dari 0,1% hingga

    11,8%. Di literatur lain ada yang menyebutkan 1-3% dari penduduk di negara-negara Eropa dan

    Amerika Utara pernah menderita psoriasis. Dan ada lagi literatur yang melaporkan 1,5-3%

    populasi di Eropa dan Amerika Utara pernah menderita psoriasis dan jarang dijumpai pada

    Negara Afrika dan Jepang.

    Angka kejadian pada laki-laki dan perempuan sama. Insiden pada orang kulit putih lebih

    tinggi dari pada orang yang memiliki kulit berwarna, kasus psoriasis jarang dilaporkan pada

    bangsa Indian di Amerika maupun bangsa Afrika. Psoriasis menyerang segala usia. Angka

    kejadian pada usia dibawah 10 tahun atau di atas 70 tahun adalah jarang. Berdasarkan Awitan

    penyakit psoriasis dibedaka menjadi 2 tipe yaitu (1) Psoriasis tipe 1 dengan awitan dini,

    familial, onset 40thn, tidak berkaitan dengan HLA.

    c. Etiologi.

    Psoriasis adalah penyakit inflamasi kronik, dengan dasar genetic yang kuat, yangdikarakteristikkan dengan pemicu yang kompleks pada pertumbuhan dan differensiasi

    epidermal dan multiple biochemical, immunologic, dan kelainan pembuluh darah, serta terdapat

    hubungan terhadap fungsi system saraf yang belum diketahui dengan jelas. Akar utama dari

    penyebab psoriasis belum diketahui. Psoriasis secara luas dipertimbangkan sebagai kelaianan

    primer dari keratinocytes. Dengan ditemukannya sel T spesifik immunosuppressant

    cyclosporine A (CsA) yang sangat aktif melawan psoriasis.

    d. Faktor Resiko.

    1. Faktor predisposisiyang dapat menimbulkan penyakit ini, yaitu :

    - Faktor herediter yang bersifat dominan. (berkaitan dengan HLA-

    B13,B17,BW57,CW6 (psoriasis tipe 1), HLA-B27,CW2 (psoriasis tipe 2), Psoriasis

    pustulosa terkait dengan HLA-B27)

    - Faktor psikis seperti streess dan gangguan emosi.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    14/42

    - Infeksi fokal, infeksi menahun pada bagian hidung dan telinga, ex : infeksi

    Streptococcal.

    - Penyakit metabolik seperti diabetes militus yang laten.

    - Ganguan pencernaan seperti obstipasi.

    - Faktor cuaca, beberapa kasus menunjukkan bahwa tendensi untuk menyembuhkan

    pada musim panas sedangkan pada musim penghujan akan kambuh dan lebih hebat.

    2. Faktor Provokatifyang dapat menjadi pencetus munculnya psoriasis pada individu

    yang berbakat antara lain :

    a. Trauma. Trauma pada epidermis maupun dermis seperti bekas garukan, bekas luka,

    dll dapat menimbulkan lesi psoriasis pada tempat tersebut (fenomena koebner).

    b. Infeksi. Infeksi saluran nafas bagian atas oleh bakteri Streptococcus, merupakan

    faktor pencetus timbulnya psoriasis, terutama psoriasis gutata.

    c. Obat-obatan. Obat-obatan tertentu seperti beta blockers, lithium dan anti malaria

    dapat memperburuk atau mencetuskan timbulnya proriasis.

    d. Sinar matahari. Pajanan sinar matahari secara langsung terutama lebih dari 20

    menit dapat memperburuk psoriasis sekitar 10%.

    e. Stress.Stress dapat memperburuk psoriasis hingga 30-40%

    e.

    Gejala

    Gejala awal yang dialami penderita psoriasis biasanya tampak bintik merah yang makin

    melebar dan ditumbuhi sisik putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak selalu di seluruh bagian

    kulit tubuh. Psoriasis kadang-kadang hanya timbul pada tempat-tempat tertentu. Itu disebabkan

    sel kulit bagian lainnya masih cukup normal dan sehat.

    Selanjutnya, psoriasis tidak saja menyerang kulit tubuh, penyakit kulit ini bahkan bisa

    menyerang kulit kepala. Jika kulit kepala yang terkena, gejala yang muncul bisa dilihat dengan

    timbulnya pecahan-pecahan kulit kering menyerupai ketombe. Psoriasis juga bisa menyerang

    lempeng kuku. Jika kuku yang terkena, maka akan terlihat lubang-lubang kecil dan keruh pada

    kuku. Penyakit kulit ini dapat disertai dengan rasa gatal dan rasa perih namun ada pula yang

    tanpa rasa gatal sama sekali.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    15/42

    Psoriasis yang termasuk serius berbahaya seperti psoriasis bernanah (psoriasis postulosa).

    Jika terjadi seluruh kulit akan menjadi merah disertai badan menggigil (eritoderma). Psoriasis

    menyebabkan timbulnya lapisan-lapisan di kulit, Jika daerah ini membaik, kulit akan tampak

    seperti semula dan pertumbuhan rambut tidak berubah.

    f. Macam-macam psoriosis

    - Artritis psoriosis : menimbulkan gejala yang mirip arthritis rematoid, dimana penderita

    merasakan nyeri pada persendiannya

    - Dermatitis psoriatik eksfolitiva : Meskipun sangat jarang, psoriasis bisa menutupi seluruh

    tubuh dan menyebabkan dermatitis psoriatik eksfoliativa, dimana keseluruhan kulit

    mengalami peradangan. Jenis psoriasis ini sangat serius karena seperti halnya luka bakar,

    kelainan ini menyebabkan kulit tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai pelindung terhadap

    cedera dan infeksi.

    - Psoriasis pustuler (jerawat berisi nanah) : psoriasis yang berukuran besar dan kecil timbul di

    tangan dan telapak kaki. Kadang pustula ini menyebar di seluruh tubuh

    - Psoriasis vulgaris : lesi-lesi yang ditimbulkan berbentuk plak

    -

    Psoriasis gutata : Diameter kelainan < 1 cm, timbulnya mendadak, dan umumnya setelah

    infeksi Streptococcus di saluran pernafasan bagian atas atau setelah influenza atau morbili,

    maupun karena infeksi bakterial.

    - Psoriasis inversa (Psoriasis fleksural) : Mempunyai tempat presileksi pada daerah fleksor

    misalnya, aksila, pangkal paha dibawah payudara, dan lipatan-lipatan kulit.

    - Psoriasis pustulosa dan psoriasis eritoderma

    g. Diagnosa

    Diagnosa dilakukan melalui:

    - Pemeriksaan kulit : dari autoanamnesis pasien mengeluh adanya bercak kemerahan yang

    menonjol pada kulit dengan pingiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan

    ukuran yang bervariasi, makin melebar bisa pecah dan menimbulkan nyeri, jarang

    menyebabkan gatal.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    16/42

    - Tidak ada kelainan laboratorium yang spesifik pada penderita psoriasis terkecuali psoriasis

    pustural general serta eritroderma psoriasis dan pada plak serta psoriasis gutata.

    Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk menganalisis penyebab psoriasis seperti

    pemeriksaan darah rutin, gula darah, kolesterol, dan asam urat.

    h. Pengobatan

    Jika hanya terdapat sedikit plak yang kecil, psoriasis dengan cepat akan memberikan respon

    terhadap pengobatan. Untuk menjaga kelembaban kulit bisa digunakan salep dan krim yang

    melumasi kulit (emolien) 1-2 kali/hari. Salep yang mengandung corticosteroid efektif

    digunakan pada psoriasis dan efektivitasnya bisa ditingkatkan dengan mengoleskan dan

    kemudian membungkus daerah tersebut dengan selofan (kertas kaca). Bisa juga diberikan krim

    vitamin D. Salep dan krim yang mengandung asam salisilat atau aspal batubara juga digunakan

    untuk mengobati psoriasis. Kadang digunakan obat yang lebih kuat, yaitu antralin; tetapi dapat

    menyebabkan iritasi kulit dan meninggalkan noda pada pakaian. Jika kulit kepala terkena,

    digunakan shampo yang mengandung antralin. Sinar ultra violet juga bisa membantu

    meredakan psoriasis. Berjemur dibawah sinar matahari seringkali membantu menghilangkan

    plak di daerah tubuh yang lebih luas. Obat yang paling efektif untuk psoriasis pustuler adalah

    etretinat dan isotretinoin, yang juga digunakan untuk mengobati jerawat yang parah.

    C) PARAPSORIASIS

    Penyakit ini pertama kali dilukiskan oleh BROCK pada tahun 1902 dengan

    ciri sebagai berikut : jarang terdapat, etiologinya belum diketahui, keadaan umum

    penderita baik, umumnya tidak disertai keluhan ( kadang kadang gatal ringan ),

    perjalanannyua perlahan lahan dan menahun, kelainan kulit berupa eritema dan

    skuama, dan terapinya sukar. Kemudian ternyata bahwa parapsoriasis tidak selalu

    menahun, tetapi ada bentuk akut yang akan diuraikan.

    Definisi

    Parapsoriasis merupakan penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya,

    pada umumnya tanpa keluhan, kelainan kulit terutama terdiri atas eritema dan

    skuama, berkembangnya biasanya perlahanlahan, perjalanannya umumnya kronik.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    17/42

    Epidemiologi

    Di eropa lebih banyak dibuat diagnosis parapsoriasis daripada di amerika

    serikat.

    Klasifikasi

    Pada umumnya parapsoriasis dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

    1. Parapsoriasis gutata

    2. Parapsoriasis variegata

    3. Parapsoriasis en plaques

    Gejala klinis

    Parapsoriasis gutata

    Bentuk ini terdapat pada dewasa muda terutama pada pria dan relative paling

    sering ditemukan. Ruam terdiri atas papul miliar serta lentikular, eritema dan

    skuama, dapat hemoragik, kadang kadang berkonfluensi, dan umumnya simetrik.

    Penyakit ini sembuh spontan tanpa meninggalkan sikatriks. Tempat predileksi pada

    badan, lengan atas dan paha, tidak terdapat pada kulit kepala, muka, dan tangan.

    Bentuk ini biasanya kronik, tertapi dapat akut dan disebut parapsoriasis glutata

    akuta ( penyakit Mucha-Habermann ). Gambaran klinisnya mirip varisela, kecuali

    ruam yang telah disebutkan dapat ditemukan vesikel, papulonekrotikadan krusta.

    Jika sembuh meninggalkan sikatriks psoriasis varioliformis akuta atau pitiriasis

    likenoides et varioliformis akuta atau pitiriasis likenoides et varioliformis akuta atau

    pitiriasis likenoides et varioliformis.

    Parapsoriasis veriegata

    Kelainan terdapat pada badan, bahu, dan tungkai, bentuknya seperti kulit

    zebra; terdiri atas skuama dan eritema yang bergaris-garis.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    18/42

    Parapsoriasis en plaque

    Insidens penyakit ini pada orang berwarna rendah. Umumnya mulai pada usia

    pertengahan, dapat terus-menerus atau mengalami remisi, lebih sering pada pria dari

    pada wanita.

    Tempat predileksi pada badan dan ekstremitas. Kelainan kulit berupa bercak

    eritematosa, permukaan datar, bulat atau lonjong, berdiameter 2,5 cm dengan sedikit

    skuama, berwarna merah jambu, coklat atau agak kuning. Bentuk ini sering

    berkembang menjadi mikosis fungoides.

    Histopatologi

    Parapsoriasis gutata

    Terdapat sedikit infiltrate limfohistiositik disekitar pembuluh darah

    superficial, hyperplasia epidermalyang ringan, dan sedikit spongiosis setempat.

    Parapsoriasis variegate

    Epidermis tampak minipis disertai parakeratosis setempat-setempat. Pada

    dermis terdapat infiltrate menyerupai pita terutama terdiri atas limfosit.

    Parapsoriasis en plaque

    Gambarannya tak khas, mirip dermatitis kronik.

    Diagnosis banding

    Sebagai diagnosis banding ialah pitiriasis rosea dan psoriasis. Ruam pada

    pitiriasis rosea juga terdiri atas eritema dan skuama, tetapi perjalannya tidak

    menahunseperti pada parapsoriasis. Perbedaan lain ialah pada pitiriasis rosea susunan

    ruam sejajar dengan lipatan kulit dan kosta.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    19/42

    Psoriasis berbeda dengan parapsoriasis, karena pada psoriasis skuamanya

    tebal, kasar, berlapis-lapis, dan terdapat fenomena tetesan lilin dan auspitz. Selain itu

    gambaran histopatologoknya berbeda.

    Pengobatan

    Hasil pengobatan kurang memuaskan. Penyakit dapat membaik dengan

    penyinaran ultraviolet atau kortikosteroid topical seperti yang digunakan pada

    pengobatan psoriasis. Meskipun demikian hasilnya bersifat sementara dan sering

    kambuh. Dalam kepustakaan banyak sekali obat yang dicobakan, di antaranya

    kalsiferol, preparatter, obat antimalaria, derivate sulfon, obat sitostatik, dan vitamin

    E.

    Ada laporan pengobatan parapsoriasis glutata akuta dengan eritromisin (40

    mg/kg berat badan) dengan hasul baik juga dengan tetrasiklin. Keduanya mempunyai

    efek menghambat kemotaksis neutrofil.

    Prognosis

    Seperti telah dikatakan penyakit ini kronok dan residif, tidak ada obat pilihan

    dan sebagian menjadi mikosis fungoides.

    D) TINEA IMBRIKATA

    A. DEFENISI

    Tinea imbrikata adalah dermatofitosis kronik rekuren disebabkan Trichophyton

    concentricum. Di Indonesia penyakit ini ditemukan endemis di wilayah tertentu antara lain

    Papua, Sulawesi, Sumatra dan pulau-pulau bagian tengah Indonesia Timur, terutama pada

    masyarakat terasing. Kerentanan terhadap penyakit ini diduga diturunkan secara genetik

    dengan pola penurunan autosomal resesif.

    B. ETIOLOGI

    Disebabakan oleh jamur Trichophyton concentricum

    C. EPIDEMIOLOGI

    Umur; semua umur.

    Jenis kelamin : tidakberbcda pada pria danwanita

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    20/42

    Bangsa/ras : dapat menyerang semua ras.

    Daerah : banyak di daerah tropis.

    Musim/iklim :iklim panas mempermudah perkembangan

    Kebersihan : kebersihan mempengaruhi infcksi T. concentricum.

    Keturunan : tidak berpengaruh.

    Lingkungan :lembab dan panas mempengaruhi penyebaran.

    D. GEJALA KLINIS

    Tinea imbrikata biasanya menyerang seluruh permukaan kulit berupa lingkaran-lingkaran

    yang bersisik kasar dan tampak menyerupai ling-karan-lingkaran bermata satu (polisiklis).

    Sisik-sisik mclingkar yang sa-tu menutup yang lain seperti lapisan genting, dapat disertai

    perasaan yang sangat gatal.

    Lokalisasi : Biasanya seluruh tubuh.

    Efloresensi/sifat- : Makula berwarna seperti kulit normal, ber-sifatnyabentuk lingkaran dan

    ditutupi sisik-sisik kasar, atau bcbcrapa lingkaran dapat mcnyalu (polisiklis); skuama saling

    menindih seperti susunan atap genteng

    Gambar : cincin squama yg tersusun konsentris

    Dengan sisi bebas menghadap kedalam

    E. DIAGNOSIS

    1. Kerokan kulit dengan KOH 10%, dipanasi sebentar tidak sampai mendidih. Dapat

    ditemukan hifa, miselium, dan spora.

    http://3.bp.blogspot.com/-RZurvJs7DwY/Tr5fnuuM0gI/AAAAAAAAAeQ/myu-Lq4qko4/s1600/Untitled23.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-RZurvJs7DwY/Tr5fnuuM0gI/AAAAAAAAAeQ/myu-Lq4qko4/s1600/Untitled23.jpg
  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    21/42

    2. Biakan skuama pada media Sabouraud, menghasilkan koloni ragi.

    Gambaran klinik yang khas ini, tidak ditemukan pada penyakit lain sehingga memudahkan

    diagnosis pasti.

    F. PENATALAKSANAAN

    Penyakit ini relatif sukar diobati dan sering kambuh selama pasien berada dilingkungan

    yang terkontaminasi jamur penyebab, misalnya lantai rumah, alat tidur, baju, dsb.

    Griseofulvin micronized 500 mg per hari dapat menolong, tetapi kekambuhan

    sangat tinggi dan cepat terjadi.

    Itrakonazol 100-200 mg per hari selama 4 minggu.

    Terbinafin 250 mg per hari selama 4 minggu.

    Pada anak-anak dosis perlu disesuaikan

    G. PROGNOSIS

    Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan

    penyebabpenyakitnya disamping faktor-faktor yang memperberat atau memperingan

    penyakit. Apabila faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya

    penyakit ini dapat hilang sempurna.

    E) DERMATITIS SEBOROIK

    A. DEFINISI

    Istilah dermatitis seboroik (D.S.) dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari

    oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik.

    B. ETIOPATOGENESIS

    Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor predisposisinya ialah kelainan konstitusi berupa

    status seboroik (seborrhoeic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana caranya belum

    dipastikan. Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan infeksi

    oleh bakteri atauPityrosporum ovaleyang merupakan flora normal kulit manusia. Pertumbuhan P.

    Ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metabolitnya

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    22/42

    yang masuk ke dalam epidermis, maupun karena sel jamur itu sendiri, melalui aktivasi sel limfosit

    T dan sel Langerhans. Status seboroik sering berasosiasi dengan meningginya suseptibilitas

    terhadap infeksi piogenik, tetapi tidak terbukti bahwa mikroorganisme inilah yang menyebabkan

    D.S.

    D.S. berhubungan erat dengan keaktivan glandula sebasea. Glandula tersebut aktif padabayi baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormone

    androgen dari ibu berhenti. D.S. pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian

    jarang pada usia sebelum akil balik dan insidensnya mencapai puncaknya pada umur 18-40 tahun,

    kadang-kadang pada umur tua. D.S. lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.

    Meskipun kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor tibulnya D.S., tetapi

    tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif antara keaktivan kelenjar tersebut dengan

    suseptibilitas untuk memperoleh D.S. D.S. dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang

    meningkat seperti pada psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik

    dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya D.S.dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, stress emosional, infeksi, atau defisiensi imun

    C. GEJALA KLINIS

    Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan,

    batasnya agak kurang tegas. D.S. yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa skuama-skuama

    yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan

    skuama-skuama yang halus dan kasar. Kelainan tersebut disebut pitriasis sika (ketombe,

    dandruff). Bentuk yang berminyak disebut pitriasis steatoides yang dapat disertai eritema dan

    krusta-krusta yang tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rotok, mulai di

    bagian vertex dan frontal.

    Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak

    disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga posaurikuler dan leher.

    Pada daerah dahi tersebut, batasnya sering cembung.

    Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang kotor,

    dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama-skuama yang kekuningan dan kumpulan debris-debris

    epitel yang lekat pada kulit kepala disebut cradle cap.

    Pada daerah supraorbita, skuama-skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit di

    bawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak-bercak skuama kekuningan, dapat terjadi pula

    blefaritis, yakni pinggir kelopak mata merah disertai skuama-skuama halus.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    23/42

    Gambar: Dermatiti s seboroik pada kul it kepala

    Selain tempat-tempat tersebut D.S. juga dapat mengenai liang telinga luar, lipatan

    nasolabial, daerah sterna, areola mame, lipatan di bawah mame pada wanita, interskapular,

    umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital. Pada daerah pipi, hidung, dan dahi kelainan dapat

    berupa papul-papul.

    D.S. dapat bersama-sama dengan akne yang berat. Jika meluas dapat menjadi eritroderma,

    pada bayi disebut penyakit liener.

    D. PENGOBATAN

    Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar disembuhkan, meskipun

    penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi hendaknya diperhatikan, misalnya stress

    emosional dan kurang tidur. Mengenai diet, dianjurkan miskin lemak.

    Pengobatan Sistemik

    Kortikosteroiddigunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20-30 mg sehari. Jikatelah ada perbaikan, dosis diturunkan perlaha-lahan. Kalau disertai infeksi sekunder dieri antibiotic.

    Isotreotionindapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi aktivitas

    kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi

    pengurangan produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan tampak

    setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa

    tahun yang ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    24/42

    Pada D.S. yang parah juga dapat diobati dengan narr ow band UVB (TL-01) yang cukup

    aman dan efektif. Setelah pemberian terpai 3 x seminggu selama 8 minggu, sebagian besar

    penderita mengalami perbaikan.

    Bila pada sediaan langsung terdapat P. Ovale yang banyak dapat diberikan ketokonazol,

    dossisnya 200 mg per hari.

    Pengobatan Topikal

    Pada ptiriasis sika dan oleosa, seminggu 2 3 kali scalpdikeramasi selama 5 15 menit,

    misanya dengan selenium sulfide (selsun). Jika terdapat skuama dan krusta diberi emolien,

    misalnya krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk D.S. ialah :

    - Ter ,misalnya likuor karbonas detergen 25% atau krimpragmatar

    .

    - Resorsin 1-3%.

    - Sulfur praesipitatum420%, dapat digabung dengan asam salisilat 3 -6%.

    - Kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison 2%. Pada kasus dengan inflamasi yang

    berat dapat dipakai kortikosteroid yang lebih kuat, misanya betametason velarat, asalkan

    jangan dipakai terlalu lama karena efek sampingnya.

    - Krim ketokonazol2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung terdapat banyak P.

    Ovale.

    Obat-obat tersebut sebaiknya dipakai dalam krim.

    E. PROGNOSIS

    Seperti telah dijelaskan pada sebagian kasus yang mempunyai faktor konstitusi penyakit iniagak sukar disembuhkan, meskipun terkontrol

    F) ERITRODERMA

    A. PENDAHULUAN

    Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan

    hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

    kesehatan dan kehidupan. Salah satu kelainan kulit yang dapat menyebabkan fungsi kulit adalah

    eritroderma.(1)

    Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau eritema

    yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang berlangsung dalam

    beberapa hari sampai beberapa minggu. Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim dengan

    eritroderma.(2,3) Bagaimanapun, itu tidak dapat mendefinisikan, karena pada gambaran klinik

    dapat menghasilkan penyakit yang berbeda. Pada banyak kasus, eritroderma umumnya kelainan

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    25/42

    kulit yang ada sebelumnya (misalnya psoriasis atau dermatitis atopik), cutaneous T-cell

    lymphoma(CTCL) atau reaksi obat. Meskipun peningkatan 50% pasien mempunyai riwayat lesi

    pada kulit sebelumnya untuk onset eritroderma, identifikasi penyakit yang menyertai

    menggambarkan satu dari sekian banyak kelainan kulit.(4)

    Pada eritroderma yang kronik eritema tidak begitu jelas, karena bercampur dengan

    hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.

    Skuama mulai dari halus sampai kasar. Pada eritroderma, skuama tidak selalu terdapat, misalnya

    eritroderma karena alergi obat sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, skuama kemudian

    timbul pada stadium penyembuhan timbul. Bila eritemanya antara 50-90% dinamakan pre-

    eritroderma..(5

    B. ETIOLOGI

    Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik, perluasan penyakit

    kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan.(6) Penyakit kulit yang dapat menimbulkan

    eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%, dermatitis spongiotik 20%, alergi obat 15%,

    CTCL atau sindrom sezary 5%.(7)

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    26/42

    a. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik

    Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat menyebabkan

    eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang), penisilin, barbiturat. Pada beberapa

    masyarakat, eritroderma mungkin lebih tinggi karena pengobatan sendiri dan pengobatan secara

    tradisional.(2) Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi dapat

    segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang

    masuk lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang

    paling sering menyebabkan alergi.

    b. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit

    Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling banyak

    ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat pengobatan

    psoriasis yang terlalu kuat.(5)

    Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga

    dikenal penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20

    minggu.(6)Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula

    menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah pemfigus

    foliaseus, dermatitis atopik dan liken planus.(7)

    c. Eritroderma akibat penyakit sistemik

    Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat memberi

    kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat

    alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu

    pemeriksaan menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan sinar X toraks), untuk

    melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya terdapat

    leukositosis namun tidak ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi bakterial yangtersembunyi (occult infection) yang perlu diobati. (5)

    Harus lebih diperhatikan komplikasi sistemik akibat eritroderma seperti ;

    Hipotermia, edema perifer, dan kehilangan cairan, dan albumin dengan takikardia and kelainan

    jantung harus mendapatkan perawatan yang serius. Pada eritroderma kronik dapat

    mengakibatkan kakeksia, alopesia, palmoplantar keratoderma, kelainan pada kuku and ektropion.

    (4)

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    27/42

    C. EPIDEMIOLOGI

    Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70 dari 100.000

    populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling sering pada pria dengan

    rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40 tahun, meskipun eritroderma dapat

    terjadi pada semua usia.(7) Insiden eritroderma makin bertambah. Penyebab utamanya adalah

    psoriasis. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya insidens psoriasis. (5)

    Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan penting lebih dari setengah kasus

    dari eritroderma. Identifikasi psoriasis mendasari penyakit kulit lebih dari seperempat kasus.

    Didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari 160 kasus adalah psoriasis berat.(7)

    Anak-anak bisa menderita eritroderma diakibatkan alergi terhadap obat. Alergi terhadap

    obat bisa karena pengobatan yang dilakukan sendiri ataupun penggunaan obat secara tradisional.

    D. PATOFISIOLOGI

    Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui dengan jelas. Patogenesis eritroderma

    berkaitan dengan patogenesis penyakit yang mendasarinya, dermatosis yang sudah ada

    sebelumnya berkembang menjadi eritroderma, atau perkembangan eritroderma idiopatik de novo

    tidaklah sepenuhnya dimengerti. Penelitian terbaru imunopatogenesis infeksi yang dimediasi

    toxin menunjukkan bahwa lokus patogenesitas stapilococcus mengkodekan superantigen. Lokus-

    lokus tersebut mengandung gen yang mengkodekan toxin dari toxic shock syndrome dan

    staphylococcal scalded-skin syndrome. Kolonisasi staphylococcus aureus atau antigen lain

    merupakan teori yang mungkin saja seperti toxic shock syndrome toxin-1, mungkin memainkan

    peranan pada patogenesis eritroderma. Pasien-pasien pada dengan eritroderma biasanya

    mempunyai kolonisasi S.aureus sekitar 83%, dan pada kulit sekitar 17%, bagaimanapun juga

    hanya ada satu dari 6 pasien memiliki toxin S.aureus yang positif.(7)

    Dapat diketahui bahwa akibat suatu agen dalam tubuh baik itu obat-obatan, perluasan penyakit

    kulit dan penyakit sistemik maka tubuh beraksi berupa pelebaran pembuluh darah kapiler

    (eritema) yang generalisata. Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang

    menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya

    pasien merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga

    dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin

    meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas juga

    meningkat.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    28/42

    Eritroderma akut dan kronis

    kerontokan rambut dan kuku berupa

    Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme kompensator

    dan peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat

    sebanding laju metabolisme basal. (5)

    Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari

    sehingga menyebabkan kehilangan protein Hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin

    dengan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin merupakan kelainan yang khas.

    Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler.

    (5)

    dapat menganggu mitosis rambut dan kuku berupa

    kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada

    eritroderma yang telah berlangsung berbulan bulan dapat terjadi perburukan keadaan umum

    yang progresif. (5)

    GAMBARAN KLINIS

    Mula-mula timbul bercak eritema yang dapat meluas ke seluruh tubuh dalam waktu 12-

    48 jam. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat juga

    mengenai membran mukosa, terutama yag disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala sudah terkena,

    dapat terjadi alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat lepas. Dapat terjadi limfadenopati dan

    hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering mulai di daerah lipatan. Skuamanya besar

    pada keadaan akut, dan kecil pada keadaan kronis. Warnanya bervariasi dari putih sampai

    kuning. Kulit merah terang, panas, kering dan kalau diraba tebal. Pasien mengeluh kedinginan. (8)

    Pengendalian regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi terhadap

    kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil untuk dapat menimbulkan panas

    metabolik.(9) Dahulu eritroderma dibagi menjadi primer dan sekunder. Pendapat sekarang semua

    eritroderma ada penyebabnya, jadi eritroderma selalu sekunder. Eritroderma akibat alergi obat

    secara sistemik diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari obat penyebabnya. Umumnyaalergi timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya kulit hanya eritem saja, setelah

    penyembuhan barulah timbul skuama.(6)

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    29/42

    Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan dermatitis

    seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal yaitu : karena penyakitnya

    sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat.(6) Psoriasis yang menjadi eritroderma tanda

    khasnya akan menghilang. Pada eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang

    disebabkan oleh penyakit psoriasis atau pengobatan yaitu kortikosteroid sistemik, steroid topikal,

    komplikasi fototerapi, stress emosional yang berat, penyakit terdahulu misalnya infeksi.(10)

    Gambar 1. Eritroderma psoriasis disertai skuama yang kasar.(6)

    (Dikutip dari pustaka 11)

    Dermatitis seboroik pada bayi (penyakit leiner). Usia penderita berkisar 4-20 minggu.

    Kelainan berupa skuama berminyak dan kekuningan di kepala. Eritema dapat pada seluruh tubuh

    Gambar 2. Dermatitis Seboroik (dikutip dari pustaka 12)

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    30/42

    Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula menjadi

    eritroderma. Mula-mula terdapat skuama moderat pada kulit kepala diikuti perluasan ke dahi dan

    telinga; pada saat ini akan menyerupai gambaran dermatitis seboroik. Kemudian timbul

    hyperkeratosis, palmo plantaris yang jelas. Berangsur-angsur menjadi papul folikularis

    disekeliling tangan dan menyebar ke kulit berambut.(6)

    Gambar 3. Ptryasis rubra pilaris (dikutip dari pustaka 13)

    Pemfigus foliaseus bermula dengan vesikel/ bula berukuran kecil, berdinding kendur

    yang kemudian pecah menjadi erosi dan eksudatif. Yang khas adalah eritema menyeluruh

    yang disertai banyak skuama kasar, sedangkan bula kendur hanya sedikit. Penderita

    mengeluh gatal dan badan menjadi bau busuk.(6)

    Gambar 4. Pemfifus Foliasius (dikutip dari pustaka 13)

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    31/42

    Dermatitis atopi dimulai dengan eritema, papul-papula, vesikel sampai erosi dan

    likenifikasi. Penderita tampak gelisah, gatal dan sakit berat.

    Gambar 4. Dermatitis atopik (diambil dari pustaka 12)

    Permulaan timbulnya liken planus dapat mendadak atau perlahan-lahan;

    dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan mungkin kambuh

    lagi. Kadang- kadang menjadi kronik. Papul dengan diameter 2-4 mm, keunguan,

    puncak mengkilat, poligonal. Papula mungkin terjadi pada bekas garukan (fenomena

    Koebner). Bila dilihat dengan kaca pembesar, papul mempunyai pola garis garis

    berwarna putih ("Wickham's striae") Lesi simetrik, biasanya pada permukaan fleksor

    pergelangan tangan, menyebar ke punggungn dan tungkai. Mukosa mulut terkena

    pada 50% penderita. Mungkin pula mengenai glans penis dan mukosa vagina.

    Kuku kadang-kadang terkena, kuku inenipis dan berlubang-lubang. Anak-anak

    jarang terkena tetapi bila terdapat bercak kemerahan mungkin tidak khas dan

    dapat keliru dengan psoriasis. Sering sangat gatal. Cenderung

    menyembuh dengan sendirinya. (6)

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    32/42

    E.PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan peningkatangammaglobulins, ketidakseimbangan elektrolit, protein fase akut meningkat, leukositosis,

    maupun anemia ringan.(7)

    Histopatologi

    Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantu

    mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus, biopsi kulit dapat

    menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat dan durasi proses inflamasi. Pada

    tahap akut, spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis

    dan perpanjangan rete ridge lebih dominan.(2)

    Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin pleomorfik, dan

    mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti bandlike limfoid infiltrat di

    dermis-epidermis, dengan sel cerebriform mononuklear atipikal danPautrier's microabscesses.

    Pasien dengan sindrom Sezary sering menunjukkan beberapa fitur dari dermatitis kronis, dan

    eritroderma jinak mungkin kadang-kadang menunjukkan beberapa gambaran tidak jelas pada

    limfoma. (2)

    Pemeriksaan immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit menyelesaikan

    permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan gambaran sel T matang pada

    eritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan

    papiler dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis superficial juga ditemukan. Pada

    eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang

    dipilih dengan cermat dapat memperlihatkan gambaran khasnya. (2)

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    33/42

    E. DIAGNOSIS

    Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang sudah ada

    sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan di psoriasis dan kuning-kemerahan di pilaris

    rubra pityriasis; perubahan kuku khas psoriasis; likenifikasi, erosi, dan ekskoriasi di dermatitis

    atopik dan eksema; menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa skuama, dan pityriasis rubra; ditandai

    bercak kulit dalam eritroderma di pilaris rubra pityriasis; hiperkeratotik skala besar kulit kepala,

    biasanya tanpa rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL dan pityriasis

    rubra, ektropion mungkin terjadi. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan diagnosis.

    (2,4)

    +mencaritandadari

    etiologidaririwayatdan

    pemeriksaanfisik

    terlihatmultiplepada

    biopsypunch;diulangi

    biopsy3-6bulanuntuk

    menentukandiagnosispasti

    --

    +

    diagnosispasti

    danpengobatan

    yangtepat

    dilakukanpemeriksaan

    tambahan:biopsyuntuk

    immunofluorescence,CBC,+ CD4:ratioCD8,CXR,biopsy

    kelenjarlimfa

    pikirkanDD

    lain+

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    34/42

    Bagan 1. langkah untuk pasien yang dicurigai ED, CBC = pemeriksaan sel darah,

    CXR = x-ray thoraks, PCP = pemeriksaan prime

    F. DIAGNOSA BANDING

    Ada beberapa diagnosis banding pada eritorderma :

    1. Dermatitis Atopik

    Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di lapisan epidermis

    dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat atopik pada keluarga asma bronchial,

    rhinitis alergi, konjungtivitis. Atopik terjadi diantara 15-25% populasi, berkembang dari

    satu menjadi banyak kelainan dan memproduksi sirkulasi antibodi IgE yang tinggi, lebih

    banyak karena alergi inhalasi.(11,14) Dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang mungkin

    terjadi pada usia berapapun, tetapi biasanya timbul sebelum usia 5 tahun. Biasanya, ada tiga

    tahap : balita, anak-anak dan dewasa.(15)

    Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada orang dewasa

    dimana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-existing, pruritus yang parah,

    likenifikasi dan prurigo nodularis, sedangkan pada gambaran histologi terdapat akantosis

    ringan, spongiosis variabel, dermal eosinofil dan parakeratosis.(6)

    Gambar 7. Dikutip dari pustaka 11

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    35/42

    G) Psoriasis

    Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan topikal yang

    terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Ketika psoriasis menjadi

    eritroderma biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat

    menghilang dimana plak-plak psoriasis menyatu, eritema dan skuama tebal universal.(2)

    Psoriasis mungkin menjadi eritroderma dalam proses yang berlangsung lambat dan tidak

    dapat dihambat atau sangat cepat. Faktor genetik berperan. Bila orang tuanya tidak

    menderita psoriasis resiko mendapat psoriasis 12 %, sedangkan jika salah seseorang

    orang tuanya menderita psoriasis resikonya mencapai 3439%.(5)

    Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema berbatas tegas dengan

    skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz,

    dan Kobner.(5)

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    36/42

    H) Dermatitis seboroik

    Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis ditandai dengan plak

    eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak mengandung kelenjar

    sebasea seperti kulit kepala, alis, lipatan nasolabial, belakang telinga, cuping hidung,

    ketiak, dada, antara skapula. (16)Dermatitis seboroik dapat terjadi pada semua umur, dan

    meningkat pada usia 40 tahun.(17) Biasanya lebih berat apabila terjadi pada laki-laki

    daripada wanita dan lebih sering pada orang-orang yang banyak memakan lemak dan

    minum alkohol.(5)

    Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman pityrosporum ovale

    yang hidup komensal di kulit berkembang lebih subur. Pada kepala tampak eritema dan

    skuama halus sampai kasar (ketombe). Kulit tampak berminyak dan menghasilkan

    skuama putih yang berminyak pula. Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat.(5)DS

    dapat diakibatkan oleh ploriferasi epidermis yang meningkat seperti pada psoriasis. Hal

    ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik dapat memperbaikinya.

    Pada orang yang telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya DS dapat

    disebabkan oleh

    faktor kelelahan sterss emosional infeksi, atau defisiensi imun. (2)

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    37/42

    TERAPI

    Prinsip prinsip :

    1. Karena banyak kehilangan cairan, kita harus memperhatikan keseimbangancairannya.

    Diberikan cairan fisiologis.(8)

    2. Anti histamin dapat menghilangkan rasa gatal. (8)

    3. Emolien.(18)

    4. Hentikan semua obat yang mempunyai potensi menyebabakan terjadinya penyakit

    ini.(9)

    5. Rawat pasien diruangan yang cukup sinar matahari. (9)

    6. Perhatikan kemungkinan terjadinya masalah medis sekunder (misalnya : dehidrasi,

    gagal jantung, dan infeksi). (9)

    7. Biopsi kulit untuk menegakkan diagnosis pasti. (9)

    8. Berikan steroid sistemik jangka pendek ( bila pada permulaan sudah dapat

    didiagnosis adanya psoriasis maka mulailah mengganti dengan obat-obat anti psoriasis.

    (9)

    9. Mulailah pengobatan yang diperlukan untuk penyakit yang melatar belakanginya. (9

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    38/42

    KOMPLIKASI

    1. Gagal jantung

    2. Gagal ginjal.

    3. Kematian mendadak akibat hipotermia sentral. (9

    PROGNOSIS

    Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya.

    Kasus karena penyebab obat dapat membaik setelah obat penggunaan obat dihentikan

    dan diberikan terapi yang sesuai.

    Prognosis kasus akibat gangguan sistemik yang mendasarinya seperti limfoma akan

    tergantung pada kondisi keberhasilan pengobatan .

    Eritroderma disebabkan oleh dermatosa akhirnya dapat diatasi dengan pengobatan, tetapi

    mungkin timbul kekambuhan

    Kasus idiopatik adalah kasus yang tidak terduga,dapat bertahan dalam waktu yang lama,

    sering kali disertai dengan kondisi yang lemah.

    Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni karena alergi obat secara sistemik,

    prognosisnya baik. Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat dibandingkan dengan

    golongan lain.

    Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dngan kortikosteroid

    hanya mengurangi gejalanya, pasien akan mengalami ketergantungan kortikosteroid. (18)

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    39/42

    5.KESIMPULAN

    Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema di seluruh/ hampir

    seluruh tubuh dan biasanya disertai skuama. Kelainan ini lebih banyak didapatkan pada pria,

    terutama pada usia rata rata 40-60 tahun. Penyebab sering eritroderma adalah akibat perluasanpenyakit kulit sebelumnya, reaksi obat, alergi obat dan akibat penyakit sistemik termasuk

    keganasan.

    Gambaran klinik eritrodermi berupa pruritus, eritema dan skuama yang bersifat

    generalisata. Penatalaksanaan eritroderma yaitu pemberian kortikosteroid dan pengobatan topical

    dengan pemberian emolien serta pemberian cairan dan perawatan diruangan yang hangat.

    Prognosis eritroderma yang disebabkan obat obatan relatif lebih baik, sedangkan

    eritroderma yang disebabkan oleh penyakit idipatik, dermatitis dapat berlangsung berbulan bulan

    bahkan bertahun tahun dan cenderung untuk kambuh.

  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    40/42

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Wasitaatmadja Syarif M. Anatomi Kulit. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

    4th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005.p; 3.

    2. Champion RH. Eczema, Lichenification, Prurigo, and Erythroderma. In : Champion RH

    eds. Rooks, Textbook of dermatology, 5th ed. Washington ; Blackwell Scientific

    Publications. 1992.p; 17.48-17.49.

    3. Umar H sanusi. Erythroderma (generalized exfoliative dermatitis),( online )2010.

    Available From www.emedicine.com

    4. Sterry W, Assaf Chalid. Papulosquamous and Eczematous Dermatoses. Erythroderma.

    In : Bolognia JL, Jonzzo JL. Rapini RP, Horn TD, Mascaro JM, Saurat JH, Mancini AJ,

    Salasche SJ, Stingl G, editor. Dermatology. 1th ed London. Mosby. 2003. Chapter-11.p;1.

    5. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 4 th ed.

    Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005.p; 189-190,197-200.

    6. Siregar RS. Saripati penyakit kulit. Jakarta : EGC. 2004.p; 104,236.

    7. Kels-Grant JM, Bernstein ML, Rothe MJ. Chapter-23Exfoliative Dermatitis. Wollf K et

    all. Fitzpatricksdermatology in general medicine. 7th eds. Newyork : Megraw-Hill. 2001.

    Chapter-23.p; 225-8.

    http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/
  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    41/42

    8. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates; 2000.p; 28.

    9. Graham robin brown, Burn tony. Lecture notes Dermatologi. Jakarta. 2002.p; 64.

    10.Habif TP. Clinical Dermatology A Colour Guide To Diagnosis and Therapy. Toronto.

    2004.p; 213

    11.Gawkrodger JD. Dermatology an Illustrated colour text. 3rd ed. 2002.p; 40

    12.Ekm. Itraconazole oral untuk terapi dermatitis seboroik. (online)2010. Available from

    www.kalbe.co.id.com.

    13.Hierarchical. Pityriasis Rubra Pilaris. (online)2010. Available from

    www.lookfordiagnosis.com.

    14.Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 4th

    ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005.p; 138.

    15.Kefei K et all. Atopic Dermatitis. Papulosquamous and Eczematous Dermatoses.

    Erythroderma. In : Bolognia JL, Jonzzo JL. Rapini RP, Horn TD, Mascaro JM, Saurat

    JH, Mancini AJ, Salasche SJ, Stingl G, editor. Dermatology. 1th ed London. Mosby. 2003.

    Chapter-13.p; 1.

    16.Cameli Norma, Picardo Mauro. Seborrheic Dermatitis. Evidence-based dermatology. 2th

    eds. Nottingham : Blackwell publishing. BMJ books; 2008. Chapter 20.p; 164.

    17.Selden Samuel. Seboroik Dermatitis,(online)2010. Available From www.emedicine.com

    18.Bandyopadhyay debabrata, Associate Professor and Head Departement of Dermatology,

    (serial online) 2010 (cited 2010 december 20) : available from :

    http://www.tripodIndonesia.com

    http://www.kalbe.co.id.com/http://www.kalbe.co.id.com/http://www.lookfordiagnosis.com/http://www.lookfordiagnosis.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.tripodindonesia.com/http://www.tripodindonesia.com/http://www.tripodindonesia.com/http://www.emedicine.com/http://www.lookfordiagnosis.com/http://www.kalbe.co.id.com/
  • 8/10/2019 Laporan tutorial kel.1 modul kulit

    42/42