laporan-praktikum-uji-treshold.docx

24
LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORI UJI THRESHOLD Kelompok 11 : Meszieshan Pienasthika 125100101111028 Nurul Akmalia 125100101111053 Dewi Perceka Sari 125100100111038 Nanda Puspita Sari 125100101111026 Lestari Puji Astuti 125100107111045

Upload: dewi-perceka-sari

Post on 25-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

EVALUASI SENSORI

UJI THRESHOLD

Kelompok 11 :

Meszieshan Pienasthika 125100101111028

Nurul Akmalia125100101111053

Dewi Perceka Sari 125100100111038

Nanda Puspita Sari 125100101111026

Lestari Puji Astuti 125100107111045

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Uji Threshold

Threshold atau ambang rangsangan adalah konsentrasi terkecil dari suatu rangsangan yang mulai dapat menimbulkan kesan. Ambang rangsangan terdiri dari ambang mutlak (absolute threshold), ambang pengenalan (recognition threshold), ambang perbedaan (difference threshold) dan ambang batas (terminal threshold).

Ambang mutlak (absolute threshold) adalah konsentrasi rangsangan terkecil yang mulai dapat menimbulkan kesan. Sebagai contoh konsentrasi terkecil dari larutan garam yang mulai menimbulkan kesan asin dapat dibedakan dari pelarutnya, yakni air murni. Ambang mutlak ditentukan berdasarkan 50 % dari jumlah penguji sudah dapat merasakan adanya kesan. Ambang mutlak setiap jenis rangsangan dipengaruhi oleh jenis rangsangan dan reseptor penerima rangsangan. Biasanya ambang mutlak dengan indera pembau lebih rendah dibandingkan indera perasa. Banyaknya panelis yang digunakan untuk menghasilkan absolute threshold adalah sekitar 10 % dari jumlah populasi atau paling sedikit 100 orang yang dapat mewakili populasi. Namun bila jumlah populasi tidak terlalu banyak maka panelis yang digunakan belum tentu 10 % (Kartika dkk, 1988).

Ambang pengenalan (recognition threshold) adalah konsentrasi rangsangan yang sudah dapat menimbulkan identifikasi jenis kesan. Ambang pengenalan umumnya lebih tinggi dibandingkan ambang mutlak. Ambang perbedaan (difference threshold) adalah perubahan konsentrasi terkecil suatu rangsangan yang sudah dapat dideteksi perubahannya. Ambang perbedaan ini menyangkut 2 tingkat kesan yang ditimbulkan oleh 2 rangsangan yang berbeda konsentrasinya. Nilai ambang perbedaan ditentukan oleh 75 % dari jumlah penguji sudah dapat membedakan 2 tingkatan kesan (sitasi).

Kemampuan manusia memperoleh kesan dari suatu rangsangan tidak selamanya sebanding dengan besarnya rangsangan yang diterima. Rangsangan yang terus ditingkatkan konsentrasinya pada suatu saat tidak akan menghasilkan peningkatan intensitas kesan. Ambang batas (terminal threshold) adalah konsentrasi rangsangan terbesar yang masih meningkatkan intensitas kesan atau konsentrasi rangsangan terkecil di mana peningkatan konsentrasi rangsangan sudah tidak lagi mempengaruhi tingkat intensitas kesan. Ambang batas ini ditetapkan berdasarkan batas atas, bukan batas terendah (Soekarto, 1985).

Beberapa faktor yang mempengaruhi ambang rangsangan adalah sensitivitas seseorang yang dapat berfluktuasi, umur (terlalu muda dan terlalu tua), kebiasaan merokok, indera yang sedang sakit, dan pemakaian zat-zat yang dapat mempengaruhi fungsi indera (sitasi)

Setiap orang mempunyai threshold yang berbeda-beda di bawah threshold level, berbagai senyawa rasa masih dapat mempengaruhi persepsi rasa secara keseluruhan, yang dikenal sebagai pengaruh subthreshold level. Misalnya peningkatan konsentrasi garam dapat menyebabkan peningkatan tingkat kemanisan dan penurunan tingkat kemasaman. Peningkatan konsentrasi asam dapat meningkatkan keasinan dan peningkatan konsentrasi gula dapat mengurangi tingkat keasinan dan kepahitan (sitasi)

1. Prinsip pengujian

Kepada panelis disajikan satu seri sampel (rasa atau bau) yang berupa larutan mulai dari konsentrasi 0 (pelarut murni) sampai konsentrasi tertentu dan air (pelarut yang diberitahukan sebagai standar. Panelis diminta untuk menilai sampel-sampel yang berbeda dengan standar. Konsentrasi sampel yang dapat dideteksi dengan benar oleh 50 % panelis merupakan ambang batas mutlak (absolute threshold). Sedangkan konsentrasi sampel yang dapat dideteksi dengan benar oleh 75 % panelis merupakan ambang batas perbedaan (difference threshold). Ambang batas perbedaan menggunakan standar lebih dari satu, biasanya sekitar 4 standar. Masing-masing standar akan dibandingkan dengan sampel-sampel pada interval konsentrasi tertentu.

1. Kegunaan

Uji threshold dapat digunakan untuk mengetahui sensitivitas dan seleksi panelis. Selain itu juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat konsentrasi terendah suatu stimulus yang dapat dideteksi (absolute threshold), menentukan perubahan konsentrasi terkecil suatu stimulus yang dapat dideteksi perubahannya (difference threshold), mengenal macam stimulus (recognition threshold), atau menentukan konsentrasi rangsangan terkecil di mana peningkatan konsentrasi rangsangan sudah tidak lagi mempengaruhi tingkat intensitas kesan (terminal threshold).

Arti penting dengan diketahuinya threshold adalah :

1. Dapat diketahui batas penambahan bahan tertentu dalam produk sehingga produk tidak terpengaruh sifat inderawinya.

2. Untuk menentukan batas kerusakan berdasarkan kandungan zat tertentu yang mulai dirasakan secara inderawi (Kartika dkk, 1988). Aplikasi dari uji threshold absolute pada industri antara lain:

1) Fortifikasi dan formulasi.

2) Mengetahui efek penambahan suatu bahan terhadap produk.

3) Menentukan umur simpan suatu produk agar sifatnya dapat tetap diterima secara organoleptis.

1. Analisis data

Analisis data dilakukan setelah tabulasi data dengan cara membuat grafik hubungan konsentrasi sampel dengan prosentase respon yang benar. Berdasarkan grafik tersebut dapat ditentukan absolute threshold dan difference threshold.

2.2 Sukrosa

Sukrosa (gula pasir) dengan rumus kimia C12H22O11, memiliki berat molekul 342,30 dengan komposisi C 42,10%, H 6,48%, dan O 51,42%. Sukrosa termasuk golongan oligosakarida yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Sukrosa mempunyai sifat dapat terhidrolisis dalam suasana asam, mudah larut dalam air, titik lebur 1600C pada 1 atm, dan dalam keadaan murni berwarna putih. Untuk industri-industri makanan biasa digunakan sukrosa dalam bentuk kristal halus maupun kasar serta dalam jumlah banyak dalam bentuk cairan sukrosa (Winarno, 2004).

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk Kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis pada makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa.

Gula jenis ini terbuat dari sari tebu yang mengalami proses kristalisasi. Warnanya ada yang putih dan kecoklatan (raw sugar). Karena ukuran butiranya seperti pasir, gula jenis ini sering disebut gula pasir. Biasanya digunakan sebagai pemanis untuk masakan, minuman, kue atau penganan lain.

2.3 NaCl

Natrium Chlorida atau Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk Kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya, seperti Magnesium Chlorida, Magnesium sulfat, dan Calsium Chlorida. Sumber garam yang didapat dialam berasal dari air laut, air danau asin, deposit dalam tanah, tambang garam, sumber air dalam tanah (Burhanuddin S 2001). Komponen komponen tersebut mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia, sehingga diperlukan konsumsi garam dengan ukuran yang tepat untuk menunjang kesehatan manusia. Konsumsi garam per orang per hari diperkirakan sekitar 5 15 gram atau 3 kilogram per tahun per orang (Winarno, 1997).

Pengelompokan garam di Indonesia berdasarkan SNI adalah garam konsumsidan garam industri. Kelompok kebutuhan garam konsumsi antara lain untuk konsumsi rumah tangga, industri makanan, industri minyak goreng, industri pengasinan dan pengawetan ikan, sedangkan kelompok kebutuhan garam industri antara lain untuk industri perminyakan, tekstil dan penyamakan kulit, CAP (Chlor Alkali Plant) industrial salt yang digunakan untuk proses kimia dasar pembuatan soda dan chlor, dan pharmaceutical salt.

Menurut penggunaannya, garam dapat digolongkan menjadi garam proanalisis (p.a), garam industri, dan garam konsumsi. Garam proanalisis adalah garam untuk reagent (tester) pengujian dan analisis di laboratorium,juga untuk keperluan garam farmasetis di industri farmasi, garam industri yaitu untuk bahan baku industri kimia dan pengeboran minyak, sedangkan garam konsumsi untuk keperluan garam konsumsi dan industri makanan serta garam pengawetan untuk keperluan pengawetan ikan (Wawan, 2007).

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat :

Bahan :

1. Sukrosa komersil

1. NaCl komersil

1. Air sebagai pelarut

1. Bahan penetral indra pencicip (air)

Alat :

1. Timbangan analitik

1. Gelas ukur

1. Sendok

1. Gelas-gelas kecil

1. Label

1. Spidol

1. Pulpen

Tabel konsentrasi

Bahan

Konsentrasi (%)

Sukrosa

0

0,5

1,5

2

2,5

NaCl

0

0,1

0,3

0,5

1

3.2 Diagram alir uji threshold gula

Siapkan 5 jenis larutan gula dengan konsentrasi 0%; 0,5%; 1,5%; 2%; 2,5%

Siapkan 5 wadah yang telah diberi kode dengan 3 digit angka secara acak

Masukkan sampel larutan secukupnya ke dalam wadah atau cup kecil

Lakukan pengujian kepada panelis, dimulai dari konsentrasi rendah hingga konsentrasi tinggi

Panelis mengisi kuesioner dengan tingkat kepekaan inderawi masing-masing

Hasil

3.3 Diagram alir uji threshold garam

Siapkan 5 jenis larutan garam dengan konsentrasi 0; 0,1%; 0,3%; 0,5%; 1%

Siapkan 5 wadah yang telah diberi kode dengan 3 digit angka secara acak

Masukkan sampel larutan secukupnya ke dalam wadah atau cup kecil

Lakukan pengujian kepada panelis, dimulai dari konsentrasi tinggi hingga konsentrasi rendah

Panelis mengisi kuesioner dengan tingkat kepekaan inderawi masing-masing

Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampel Garam

Hasil uji Threshold sampel garam sebagai berikut :

No

Panelis

Konsentrasi (%)

1

0,5

0,3

0,1

0

1

Silvi Dwianita

1

1

1

1

0

2

Kristi Widyaningsih

0

0

0

0

0

3

Kal Seliana Kuswantini

0

0

0

0

0

4

Vahrus Nuril Albi

1

1

1

0

0

5

Aswin Rizky Wardhana

1

1

1

0

0

6

Maratus Soleha

1

1

0

0

0

7

Rahma Affriyanti

1

1

1

1

0

8

Yesy Rizcy Febryana

1

1

1

0

0

9

Lisa Fitri Rahayu

1

1

1

1

0

10

Gendis Sekar Wening

1

1

1

0

0

11

Nur Romlah

1

1

1

0

0

12

Nur Laily Agustina

1

1

1

1

0

13

Diah Ayu Asmorowati

1

1

1

0

0

14

Anisa Leksono

1

1

1

1

0

15

Rachman Adi Santoso

1

1

0

0

0

16

Larasati Ayu Pandansari

1

1

1

1

0

17

Retno Kusuma Ningrum

1

1

0

0

0

18

Inayatun Naimah

1

1

1

1

0

19

Dimas Prabowo H

1

1

1

1

0

20

Lianita Uki Bastiar

1

1

1

0

0

21

Alifa Rahma Safitri

1

1

1

1

0

22

Hilda Khurota Akyun

1

1

1

0

0

23

Betaria Yunita

1

1

1

1

0

24

Maulida Eka Sari

1

1

0

0

0

25

Anitha Indah Permata D

1

1

0

0

0

26

Evelyne Roseanna M

1

1

1

1

0

27

Hani Rachmayati

1

1

1

0

0

Jumlah

25

25

20

11

0

Frekuensi

92,59%

92,59%

74,07%

40,74%

0%

Note :

Kode

223

424

122

311

201

Konsentrasi (%)

1

0.5

0.3

0.1

0

Grafik :

Pembahasan

Uji threshold pada sampel garam dilakukan dengan menggunakan 5 konsentrasi yang berbeda yaitu 0%, 0.1%, 0.3%, 0.5%, 1%. Dimana konsentrasi tersebut masing-masing diberi kode tiga angka yang berbeda oleh penyaji, selanjutnya panelis diminta untuk mencicipi kelima sampel yang telah disiapkan oleh penyaji. Dari uji yang dilakukan pada kelima sampel tersebut, didapatkan nilai ambang mutlak pada konsentrasi garam sebesar 0.15. Nilai ambang mutlak merupakan rangsang yang pertama kali dapat dirasakan atau dibedakan dari rangsang netral. Nilai ambang mutlak dapat ditunjukkan nilai frekuensi sebesar 50% dari jumlah total panelis. Dari grafik hubungan konsentrasi dan frekuensi diatas dapat diketahui untuk nilai frekuensi 50% memiliki nilai konsentrasi sebesar 0.15. Pada hasil uji dengan konsentrasi yang sudah ditentukan oleh penyaji tidak dihasilkan nilai ambang mutlak karena tidak ada nilai frekuensi sebesar 50%, melainkan menghasilkan frekuensi sebesar 40.74% dari jumlah total panelis 27 orang. Hal tersebut menunjukkan sebanyak 11 orang panelis dapat merasakan rangsang yang pertama kali.

Sedangkan untuk nilai ambang pengenalan merupakan konsentrasi minimal yang diperlukan agar suatu senyawa dapat dikenali. Nilai ambang pengenalan ditunjukkan dengan nilai frekuensi sebesar 75% dari jumlah total panelis yang mengenali rangsangan. Dari hasil uji, tidak dihasilkan nilai frekuensi 75% melainkan 74.07% dari total jumlah panelis 27 orang. Hal tersebut menunjukkan sebanyak 20 orang dari total 27 panelis dapat mengenali rasa asin pada garam dengan konsentrasi 0.3. Nilai ambang pengenalan dapat diketahui melalui grafik hubungan konsentrasi dan frekuensi yaitu pada konsentrasi sebesar 0.035. Hasil uji tersebut berbeda disebabkan adanya perbedaan tingkat kemampuan indera pengecap pada masing-masing orang yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dihubungkan dengan selera dan daerah asal masing-masing panelis yang berbeda-beda dalam menikmati suatu rasa dari makanan atau minuman sehingga dapat memberikan nilai yang berbeda pula. Selain itu, sensitivitas indera pengecap panelis dapat berkurang akibat suhu dan hal lain seperti bakteri atau infeksi pada lidah dapat menutup indera perasa kita. Luka pada mulut, hidung dan tenggorokan dapat merusak saraf yang mengirimkan sinyal rasa tertentu, dan terapi radiasi pada mulut atau tenggorokan yang dapat merusak saraf yang mengirimkan sinyal rasa tertentu (Mason dan Nottingham, 2002).

Menurut Setyaningsih dkk (2010), faktor yang dapat mempengaruhi kepekaan panelis yaitu,

1. Jenis kelamin, umumnya wanita lebih peka, lebih mudah mengemukakan apa yang dirasakan

1. Usia, pada umumnya kemampuan seseorang dalam merasa, mencium, mendengar dan melihat semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia.

1. Kondisi fisiologis, misalnya kondisi lapar atau kenyang.

1. Faktor genetis, persepsi sensori dapat dipengaruhi oleh substansi tertentu, misalnya orang yang peka terhadap rasa pahit dan asin

1. Kondisi psikologis, dapat mempengaruhi kepekaan indra seseorang.

4.2 Sampel Gula

Hasil uji Threshold sampel gula sebagai berikut :

No

Panelis

Konsentrasi (%)

0

0,5

1,5

2

2,5

1

Silvi Dwianita

0

1

1

1

1

2

Kristi Widyaningsih

0

0

1

1

1

3

Kal Seliana Kuswantini

0

0

1

1

1

4

Vahrus Nuril Albi

0

0

1

1

1

5

Aswin Rizky Wardhana

0

1

1

1

1

6

Maratus Soleha

0

0

1

1

1

7

Rahma Affriyanti

0

1

1

1

1

8

Yesy Rizcy Febryana

0

0

1

0

0

9

Lisa Fitri Rahayu

0

1

1

1

1

10

Gendis Sekar Wening

0

0

1

1

1

11

Nur Romlah

0

1

1

1

1

12

Nur Laily Agustina

0

0

1

1

1

13

Diah Ayu Asmorowati

0

1

1

1

1

14

Anisa Leksono

0

1

1

1

1

15

Rachman Adi Santoso

0

0

1

1

1

16

Larasati Ayu Pandansari

0

1

1

1

1

17

Retno Kusuma Ningrum

0

1

1

1

1

18

Inayatun Naimah

0

1

1

1

1

19

Dimas Prabowo H

0

0

1

1

1

20

Lianita Uki Bastiar

0

0

1

1

1

21

Alifa Rahma Safitri

0

1

1

1

1

22

Hilda Khurota Akyun

0

0

1

1

1

23

Betaria Yunita

0

1

1

1

1

24

Maulida Eka Sari

0

0

1

1

1

25

Anitha Indah Permata D

0

0

1

1

1

26

Evelyne Roseanna M

0

1

1

1

1

27

Hani Rachmayati

0

1

1

1

1

Jumlah

0

14

27

26

26

Frekuensi

0%

51,85%

100%

96,29%

96,29%

Hitungan Nilai Frekuensi

F 0,5% = Pb / Pt

Dimana:

F 0,5%= frekuensi pada konsentrasi 0,5%

Pb= jumlah panelis yang menyatakan nilai +

Pt= jumlah panelis total

Perhitungan:

Kode 101 (konsentrasi 0)

F 0 = 0/27 X 100% = 0

Kode 221 (konsentrasi 0,5%)

F 0,5% = 14/27 X 100% = 51,85%

Kode 242 (konsentrasi 1,5%)

F 1,5% = 27/27 X 100% = 100%

Kode 422 (konsentrasi 2%)

F 2% = 26/27 X 100% = 96,29%

Kode 323 (konsentrasi 2,5%)

F 2,5% = 26/27 X 100% = 96,29%

Pembahasan

Salah satu sampel yang digunakan pada threshold test atau uji ambang batas ini adalah sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda-beda, yakni 0 (kode 101); 0,5% (kode 221); 1,5% (kode 242); 2% (kode 422); dan 2,5% (kode 323). Kemudian, panelis diminta untuk mencicipi kelima sampel yang berbeda konsentrasi tersebut. Panelis mencicipi sampel satu persatu dan setiap pindah ke sampel berikutnya harus didahului kumur dengan air putih untuk menetralkan rasa.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui ambang batas dan ambang pengenalan larutan sukrosa oleh 27 panelis. Setiap panelis memiliki threshold yang berbeda. Threshold atau ambang rangsangan dibagi menjadi empat jenis, yakni ambang mutlak (absolute threshold), ambang pengenalan (recognition threshold), ambang pembedaan (difference threshold), dan ambang batas (terminal threshold) (Damar, 2013).

Berdasarkan data, dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 0 (tanpa penambahan gula), frekuensinya adalah 0%. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0 semua panelis tidak dapat merasakan manis. Pada konsentrasi 0,5; sebanyak 14 panelis dapat mendeteksi adanya sukrosa, sedangkan sisanya tidak dapat mendeteksi sukrosa, sehingga didapatkan frekuensi sebesar 51,85%. Pada konsentrasi 1,5%; semua panelis dapat merasakan adanya sukrosa dalam larutan sampel, sehingga didapatkan frekuensi 100%. Pada konsentrasi 2% dan 2,5%, sebanyak 26 panelis dapat mendeteksi adanya sukrosa dalam larutan sampel, sehingga didapatkan frekuensi 96,29%. Secara umum grafik ambang sukrosa terus meningkat, tetapi pada konsentrasi 2% dan 2,5% besar ambangnya lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi 1,5%. Seharusnya semakin tinggi konsentrasi sukrosa, rasa manis akan semakin terasa. Hal ini terjadi kemungkinan karena perbedaan ketajaman indera dari panelis, kondisi panelis yang tidak terlalu sehat (flu) sehingga indera perasanya tidak berfungsi dengan baik, waktu uji threshold yang tidak tepat (mungkin panelis kurang konsentrasi karena lapar), serta disebabkan pencicipan yang berulang-ulang yang menimbulkan terjadinya kejenuhan pada indera pencicip panelis sehingga terjadi kesalahan dalam mengidentifikasi sukrosa.

Nilai threshold yang ditentukan:

1. Absolute threshold, yang ditunjukkan dengan melihat pada grafik jumlah panelis yang memberikan reaksi positif harus sebanyak 50%

1. Difference threshold, yang ditunjukkan dengan melihat pada grafik jumlah panelis yang memberikan reaksi positif harus sebanyak 75%.

Berdasarkan grafik yang diperoleh dari pengujian, maka dapat diketahui bahwa:

1. Nilai absolute threshold adalah pada konsentrasi 0,48%

Maka, x = 0,48

Jadi, pada konsentrasi 0,48% panelis mulai dapat merasakan atau mendeteksi rasa manis.

1. Nilai difference threshold adalah pada konsentrasi 0,98%

Maka, x = 0,98

Jadi, pada konsentrasi 0,98% panelis dapat merasakan perbedaan rasa manis antara sampel standar dengan sampel konsentrasi tertentu.

4.3

V. PENUTUP

Kesimpulan :

Threshold merupakan kisaran konsentrasi antara kondisi dimana suatu stimulus bau maupun rasa dari suatu senyawa tidak dapat dikenali dalam kondisi apapun dan di atas konsentrasi tersebut individu dengan indera yang normal, dapat mengenali bau maupun rasa dari senyawa tersebut. Uji threshold dilakukan untuk mengetahui cara penentuan ambang stimulus rasa manis dan rasa asin dengan menggunakan gula dan garam sebagai sampel.

Uji threshold pada sampel garam dilakukan dengan menggunakan 5 konsentrasi yang berbeda yaitu 0%, 0.1%, 0.3%, 0.5%, 1%. Dari grafik hubungan konsentrasi dan frekuensi didapatkan nilai ambang mutlak pada konsentrasi garam sebesar 0.15. sedangkan nilai ambang pengenalan dapat diketahui melalui grafik hubungan konsentrasi dan frekuensi yaitu pada konsentrasi sebesar 0.035.

Uji threshold pada sampel gula dilakukan dengan menggunakan 5 konsentrasi yang berbeda yaitu 0,5%, 1,5%, 2% dan 2,5%. Dari grafik hubungan konsentrasi dan frekuensi dapat diketahui nilai ambang mutlak ada konsentrasi gula sebesar 0,48. Sedangkan nilai ambang perbedaan dapat diketahi melalui grafik hubungan konsentrasi dan frekuensi yaitu sebesar 0,98.

Faktor yang mempengaruhi kepekaan panelis pada uji threshold adalah Jenis kelamin, usia, kondisi fisiologis, faktor genetis, kondisi psikologis panelis.

DAFTAR PUSTAKA

Damar, P. 2013. Menetapkan ambang rangsang atau threshold. http://www.rubrik.web.id/2013/09/menetapkan-ambang-rangsang-atau-treshold.html diakses pada 18 Mei 2015 pukul 15.46 WIB.

Kartika, B., Pudji, H. dan Wahyu, S. 1988.Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta.

Mason, RL dan Nottingham, SM. 2002. Sensory Evaluasi Manual. Queensland : The University of Queensland.

Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. IPB Press. Bogor

Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Wawan, Evilz, 2007. Manfaat Rasa Asin Bagi Kesehatan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Winarno, F.G. 1997.Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Grafik Hubungan Konsentrasi dan Frekuensi

Frekuensi10.50.30.100.925899999999999950.925899999999999950.740700000000000030.407399999999999980

Konsentrasi

Frekuensi

Grafik Ambang Sukrosa

00.51.522.5051.8510096.2996.29

Konsentrasi Sukrosa (%)

Frekuensi (%)