laporan uji bahan

Upload: bara-syarifuddin

Post on 16-Oct-2015

195 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN RESMI

    TENSILE TEST

    Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Teknologi Material

    Dosen Pembimbing : M. Thoriq W. ST., MT. dan Laily Ulfiyah, ST.,MT

    Disusun Oleh :

    Kelompok II

    Bara Muchammmad S. (33211301026)

    Ratna Eka Purwanti (33211301002)

    Syarifudin wandani (33211301021)

    Ahmad Syaifudin (33211301004)

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN ALAT BERAT

    POLITEKNIK NEGERI MADURA

    2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,

    mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah sifat

    mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat

    mekanik merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses selanjutnya terhadap suatu

    material, contohnya untuk dibentuk dan dilakukan proses permesinan. Untuk mengetahui

    sifat mekanik pada suatu logam harus dilakukan pengujian terhadap logam tersebut.

    Salah satu pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik.

    Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi dan

    sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam pembuatan

    konstruksi sebuah jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk menerima beban

    diatasnya. Material juga harus elastis agar pada saat terjadi pembebanan standar atau

    berlebih tidak patah. Salah satu contoh material yang sekarang banyak digunakan pada

    konstruksi bangunan atau umum adalah logam.

    Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik dari

    logam tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat dari sifat

    mekanik logam tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan pengujian-

    pengujian terhadap sampel dari material.

    Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik dari

    material, sehingga dapat dlihat kelebihan dan kekurangannya. Material yang mempunyai

    sifat mekanik lebih baik dapat memperbaiki sifat mekanik dari material dengan sifat yang

    kurang baik dengan cara alloying. Hal ini dilakukan sesuai kebutuhan konstruksi dan

    pesanan.

    Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu

    bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang

  • didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk

    karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk

    mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara

    lambat.Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan

    uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam

    tersebut. Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar

    kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan

    dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.

    Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu material,

    khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari hasil pengujian

    tarik adalah sebagai berikut:

    1. Kekuatan tarik

    2. Kuat luluh dari material

    3. Keuletan dari material

    4. Modulus elastic dari material

    5. Kelentingan dari suatu material

    6. Ketangguhan.

    Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar

    kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan

    pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan

    secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah satu pengujian yang penting untuk

    dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat memberikan berbagai informasi mengenai

    sifat-sifat logam.

    Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk mempertimbangkan

    faktor metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam proses perlakuan terhadap

    logam jadi, untuk memenuhi proses selanjutnya.

    Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai mahasiswa metalurgi

    hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan adanya kurva tegangan regangan

  • kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus elastisitas,

    ketangguhan, dan lain-lain. Pada pegujian tarik ini kita juga harus mengetahui dampak

    pengujian terhadap sifat mekanis dan fisik suatu logam. Dengan mengetahui parameter-

    parameter tersebut maka kita dapat data dasar mengenai kekuatan suatu bahan atau

    logam.

    1.2 Tujuan Percobaan

    Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kekuatan bahan logam

    melalui pemahaman dan pendalaman kurva hasil uji tarik.

    1.3 Batasan Masalah

    Batasan masalah dalam percobaan ini yaitu melakukan pengujian pada

    sampel yang berbentuk pelat , round bar dan beton neser sampai sampel tersebut

    putus. Dari hasil pengujian yang diperoleh, mencari berapa besar yield strength,

    tensile strength dan persentase elongasinya.

    1.4 Sistematika Penulisan

    Penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab. Bab I menjelaskan mengenai

    latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, sistematika penulisan. Bab II

    menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori singkat dari

    percobaan yang dilakukan, Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian, Bab IV

    menjelaskan mengenai data percobaan, Bab V menjelaskan mengenai pembahasan

    dan Bab VI menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan. Selain itu juga di

    akhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban

    pertanyaan dan tugas serta terdapat juga blangko percobaan.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Dasar Pengujian Logam

    Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu

    bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland, 1985].

    Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan

    desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan

    untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara

    lambat.

    Gambar 1. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.

    Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada kedua arah

    sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang sama

    besarnya.

    Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada

    material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial

    sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya

    patah. Pengujian tarik relatif sederhana, murah dan sangat terstandarisasi dibanding

    pengujian lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang

    valid adalah; bentuk dan dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.

  • 1. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji

    Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM A370. Bentuk

    dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau retak pada

    daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan

    agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.

    1. b. Grip and Face Selection

    Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat,

    spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan

    menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan

    yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face.

    Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan

    bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan estndar baku

    pengujian.

    Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan.

    Gambar 2. Contoh kurva uji tarik

    Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari

    pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang

  • diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam

    persamaan 2.1 berikut:

    s= P/A0

    Keterangan ; s : besarnya tegangan (kg/mm2)

    P : beban yang diberikan (kg)

    A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)

    Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah

    regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang

    dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti dalam

    persamaan 2.2 berikut.

    Keterangan ; e : Besar regangan

    L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)

    Lo : Panjang awal benda uji (mm)

    Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada

    komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan keadaan

    tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan

    untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan

    luluh atau titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama

    adalah parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.

    Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding lurus

    terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah remangan yang

    tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila

    beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami

    deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun

  • bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis

    akan bertambah besar dengan bertambahnya regangan plastik.

    Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus

    elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan

    Keterangan ; E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),

    e : regangan

    : Tegangan (kg/mm2)

    Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk

    mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik

    (sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan.

    Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas penampang lintang lebih besar

    dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang.

    Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit

    lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastis

    berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami penyempitan

    secara lokal. Karena penurunan luas penampang lintang lebih cepat daripada

    pertambahan deformasi akibat pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan

    untuk mengubah bentuk benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik

    pada persamaan (1) akan berkurang hingga terjadi patah.

    Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa

    sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]:

    1. Kekuatan tarik

    2. Kuat luluh dari material

    3. Keuletan dari material

    4. Modulus elastic dari material

  • 5. Kelentingan dari suatu material

    6. Ketangguhan.

    2.2 Kekuatan Tarik

    Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat

    luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan tarik atau

    kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum

    dibagi luas penampang lintang awal benda uji.

    di mana, Su = Kuat tarik

    Pmaks = Beban maksimum

    A0 = Luas penampang awal

    Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban

    maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.

    Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji

    tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya

    dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan

    dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan

    yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan

    logam kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang

    biasanya ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan

    struktur pada kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.

    Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih

    rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan luluhnya.

    Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan

    kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan merupakan metode

    identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip dengan kegunaan komposisi kimia untuk

  • mengenali logam atau bahan. Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan

    merupakan sifat yang mudah dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut

    berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang

    diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan

    lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan

    kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.

    Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung

    pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat

    dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana

    deformasi plastik mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan

    berbagai kriteria permulaan batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran

    regangan dan data-data yang akan digunakan.

    2.3 Kekuatan luluh (yield strength)

    Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik

    adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik yang

    menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993]. Besar

    tegangan luluh dituliskan seperti pada persamaan 2.4, sebagai berikut.

    Keterangan ; Ys : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)

    Py : Besarnya beban di titik yield (kg)

    Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)

    Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung

    pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat

    dari elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana

    deformasi plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.

  • Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah

    kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini

    adalah kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan

    antara kurva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh

    regangan tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2

    atau 0,1 persen (e = 0,002 atau 0,001)

    Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji

    diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat beban

    ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih

    panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering

    dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%.

    Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk

    perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran

    dalam pengukuran batas elastik atau batas proporsional.

    2.4 Pengukuran Keliatan (keuletan)

    Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat

    diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum pengukuran

    keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]:

    1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi

    patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya pengerolan dan

    ekstrusi.

    2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai kemampuan

    logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.

    3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi

    pengolahan

  • 2.5 Modulus Elastisitas

    Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan keelastisitasannya.

    Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang dihasilkan akibat pemberian

    tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini

    tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka

    modulus elastisitas salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya

    sedikit berubah oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan

    dingin.

    Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.

    Dimana, s = tegangan

    = regangan

  • BAB III

    METODE PERCOBAAN

    3.1 Diagram Alir Percobaan

    Gambar 4. Diagram alir proses percobaan pengujian uji tarik

    3.2 Alat dan Bahan

    3.2.1 Alat-Alat yang Digunakan

    1. Mesin uji tarik

    2. Kikir

    3. Jangka sorong

    4. Ragum

    5. Penitik

    6. Palu

    3.2.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

    1. Spesimen uji tarik plat

    2. Spesimen uji tarik round bar

    3. Spesimen uji tarik beton neser

    4. Kertas milimeter

    3.3 Prosedur Percobaan

    1. Menyiapkan specimen uji kemudian jepit dengan ragum

    2. Kikir bekas machining pada spesimen . Ulangi langkah 1 dan 2 untuk semua

    specimen uji .

    3. Membuat gauge length dengan menandai specimen menggunakan penitik .

    Posisikan gauge length tepat di tengah spesimen . Tandai dengan dua titikan

    berjarak 50mm . Ulangi untuk specimen yang lain

    4. Mengukur dimensi semua spesimen

    5. Memasang kertas millimeter pada tempatnya di mesin uji tarik.

  • 6. Meletakkan specimen pada tempatnya di mesin uji tarik

    7. Mengatur beban dan pencatat grafik pada mesin uji tarik

    8. Memberikan beban secara kontinyu pada specimen sampai specimen patah .

    9. Mencatat besarnya beban pada yield,Ultimate dan patah yang tercantum pada

    menitor beban .

    10. Mengambil specimen dan mengukur panjang dan luasan penampang yang patah.

    11. Membersihkan lingkungan kerja

  • BAB IV

    DATA HASIL PERCOBAAN

    4.1 Data Hasil Percobaan

    Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, didapatkan data-data

    berikut,dengan spesimen uji adalah round bar, plat dan beton neser.

    Specification Sample Tensile Test Results

    No. Width

    w0 (mm)

    Thick

    t0 (mm)

    Diameter

    d0 (mm)

    Area

    A0

    (mm)

    L0

    F yield F ult Width

    w0

    (mm)

    Thick

    t0

    (mm)

    Diameter

    d1 (mm) kgf kN kgf kN

    1 - - 12.9 130.6

    3 50 45 63 - - 7.4

    2 12.4 8.5 - 105.4 50 33.25 36.5 7.1 4.2 -

    3 - - 9.4 69.36 75.2 24.5 32 - - 6.4

    No.

    Tensile Test Results

    Area

    A1 (mm

    2

    )

    L1

    (mm)

    Reduction

    of Area

    (%)

    Elongation

    (%)

    Yield Stress

    yield

    Ult Stress

    ult Remark

    Kgf/

    mm2 MPa

    Kgf/

    mm2 MPa

    1 43 64.5 67.08 29 344.

    5

    482.

    27

    2 29.82 64.2 71.1 28.4 314.

    5

    346.

    3

    3 32.15 97.2 53.12 29.26 353.

    2

    461.

    36

    Note: -WM: wield metal HAZ: heat affected zone BM: base metal

    4.2 Analisa dan Pembahasan

    Uji Tarik Round Bar

    A0 L0 Sumbu

    Y Skala Y L P Regangan Tegangan

    105,4 50 0 0,151 0 0 0 0

    105,4 50 4,2 0,151 0,6342 0 1,2684 0

    105,4 50 5,3 0,151 0,8003 4,8 1,6006 0,045541

    105,4 50 6,8 0,151 1,0268 5,2 2,0536 0,049336

  • 105,4 50 7,9 0,151 1,1929 10,8 2,3858 0,102467

    105,4 50 8,9 0,151 1,3439 18,5 2,6878 0,175522

    105,4 50 10,8 0,151 1,6308 20,1 3,2616 0,190702

    105,4 50 11,8 0,151 1,7818 23,8 3,5636 0,225806

    105,4 50 12,2 0,151 1,8422 26,1 3,6844 0,247628

    105,4 50 13,7 0,151 2,0687 27,2 4,1374 0,258065

    105,4 50 14,4 0,151 2,1744 28,4 4,3488 0,26945

    105,4 50 15,4 0,151 2,3254 29,2 4,6508 0,27704

    105,4 50 16,2 0,151 2,4462 45,6 4,8924 0,432638

    105,4 50 17,8 0,151 2,6878 63,3 5,3756 0,600569

    105,4 50 18,5 0,151 2,7935 68,8 5,587 0,652751

    105,4 50 20,8 0,151 3,1408 76,2 6,2816 0,72296

    105,4 50 21,2 0,151 3,2012 82,1 6,4024 0,778937

    105,4 50 22,8 0,151 3,4428 90,5 6,8856 0,858634

    105,4 50 22,9 0,151 3,4579 91,2 6,9158 0,865275

    105,4 50 23,1 0,151 3,4881 93,2 6,9762 0,88425

    105,4 50 23,4 0,151 3,5334 83,5 7,0668 0,79222

    105,4 50 23,6 0,151 3,5636 86,2 7,1272 0,817837

    105,4 50 24,5 0,151 3,6995 87,8 7,399 0,833017

    105,4 50 25,6 0,151 3,8656 88,1 7,7312 0,835863

    105,4 50 26,1 0,151 3,9411 88,4 7,8822 0,83871

    105,4 50 27,5 0,151 4,1525 88,8 8,305 0,842505

    105,4 50 28,2 0,151 4,2582 90,2 8,5164 0,855787

    105,4 50 29,8 0,151 4,4998 95,8 8,9996 0,908918

    105,4 50 30,2 0,151 4,5602 98,8 9,1204 0,937381

    105,4 50 32,5 0,151 4,9075 99,1 9,815 0,940228

    105,4 50 35,6 0,151 5,3756 101,5 10,7512 0,962998

    105,4 50 36,2 0,151 5,4662 107,7 10,9324 1,021822

    105,4 50 37,8 0,151 5,7078 108,2 11,4156 1,026565

    105,4 50 38,2 0,151 5,7682 109,2 11,5364 1,036053

    105,4 50 40,5 0,151 6,1155 109,8 12,231 1,041746

    105,4 50 42,4 0,151 6,4024 110,2 12,8048 1,045541

    105,4 50 45,3 0,151 6,8403 110,8 13,6806 1,051233

    105,4 50 47,8 0,151 7,2178 111,2 14,4356 1,055028

    105,4 50 49,2 0,151 7,4292 111,9 14,8584 1,06167

    105,4 50 50,5 0,151 7,6255 112,2 15,251 1,064516

    105,4 50 52,2 0,151 7,8822 112,9 15,7644 1,071157

    105,4 50 54,6 0,151 8,2446 113,1 16,4892 1,073055

    105,4 50 55,2 0,151 8,3352 113,6 16,6704 1,077799

    105,4 50 56,8 0,151 8,5768 115,2 17,1536 1,092979

    105,4 50 57,2 0,151 8,6372 116,5 17,2744 1,105313

  • 105,4 50 58,5 0,151 8,8335 117,3 17,667 1,112903

    105,4 50 62,1 0,151 9,3771 118,6 18,7542 1,125237

    105,4 50 64,2 0,151 9,6942 119,2 19,3884 1,13093

    105,4 50 66,4 0,151 10,0264 120,8 20,0528 1,14611

    105,4 50 68,4 0,151 10,3284 121,2 20,6568 1,149905

    105,4 50 69,1 0,151 10,4341 121,9 20,8682 1,156546

    105,4 50 70,2 0,151 10,6002 122,6 21,2004 1,163188

    105,4 50 73,2 0,151 11,0532 123,2 22,1064 1,16888

    105,4 50 74,2 0,151 11,2042 123,6 22,4084 1,172676

    105,4 50 76,3 0,151 11,5213 124,2 23,0426 1,178368

    105,4 50 78,5 0,151 11,8535 124,9 23,707 1,185009

    105,4 50 80,6 0,151 12,1706 125,2 24,3412 1,187856

    105,4 50 82,2 0,151 12,4122 125,5 24,8244 1,190702

    105,4 50 85,3 0,151 12,8803 125,9 25,7606 1,194497

    105,4 50 86,8 0,151 13,1068 126,2 26,2136 1,197343

    105,4 50 89,2 0,151 13,4692 105,6 26,9384 1,001898

    105,4 50 90,2 0,151 13,6202 98,7 27,2404 0,936433

    105,4 50 90,8 0,151 13,7108 93,5 27,4216 0,887097

    105,4 50 91,2 0,151 13,7712 92,3 27,5424 0,875712

    105,4 50 91,3 0,151 13,7863 91,8 27,5726 0,870968

    105,4 50 91,3 0,151 13,7863 90,2 27,5726 0,855787

    105,4 50 91,3 0,151 13,7863 90,9 27,5726 0,862429

    105,4 50 91,3 0,151 13,7863 89,1 27,5726 0,845351

  • Data round bar sebelum di lakukan uji tarik

    Diketahui: d0=12.9mm

    L0=50mm

    Ditanya: A0=.? Penyelesaian: A0=

    Data sesudah dilakukan uji tarik

    F yield=90x0,5=45kn

    F ult=126x0,5=63kn

    Diketahui:d1=7,4mm

    L1=64,5mm

    Ditanya:a1,reduction,elongation,yield stres,yield ult

    Jawab:A1=

  • mm2

    Reduction=

    Elongation =

    =344,5 Mpa

    =487.27 Mpa

  • Uji Tarik Plat

    A0 L0 Sumbu

    Y Skala Y l P Regangan Tegangan

    130,63 50 0 0,139 0 0 0 0

    130,63 50 3,5 0,139 0,4865 0 0,973 0

    130,63 50 3,8 0,139 0,5282 6,3 1,0564 0,04822782

    130,63 50 4,5 0,139 0,6255 6,5 1,251 0,04975886

    130,63 50 4,9 0,139 0,6811 6,7 1,3622 0,0512899

    130,63 50 5,6 0,139 0,7784 6,9 1,5568 0,05282094

    130,63 50 6,1 0,139 0,8479 7,2 1,6958 0,05511751

    130,63 50 7,8 0,139 1,0842 7,4 2,1684 0,05664855

    130,63 50 8,3 0,139 1,1537 7,5 2,3074 0,05741407

    130,63 50 10,2 0,139 1,4178 8,5 2,8356 0,06506928

    130,63 50 12,5 0,139 1,7375 14,8 3,475 0,1132971

    130,63 50 14,9 0,139 2,0711 18,7 4,1422 0,14315242

    130,63 50 15,2 0,139 2,1128 22,5 4,2256 0,17224221

    130,63 50 16,7 0,139 2,3213 23,6 4,6426 0,18066294

    130,63 50 17,1 0,139 2,3769 29,2 4,7538 0,22353211

    130,63 50 18,2 0,139 2,5298 35,5 5,0596 0,27175993

    130,63 50 19,8 0,139 2,7522 40,2 5,5044 0,30773942

    130,63 50 20,3 0,139 2,8217 43,5 5,6434 0,33300161

    130,63 50 20,8 0,139 2,8912 46,9 5,7824 0,35902932

    130,63 50 21,2 0,139 2,9468 54,5 5,8936 0,41720891

    130,63 50 22,2 0,139 3,0858 55,2 6,1716 0,42256756

    130,63 50 23,6 0,139 3,2804 55,8 6,5608 0,42716068

    130,63 50 25,6 0,139 3,5584 56,2 7,1168 0,43022277

    130,63 50 26,7 0,139 3,7113 56,8 7,4226 0,43481589

    130,63 50 28,3 0,139 3,9337 57,2 7,8674 0,43787798

    130,63 50 29,5 0,139 4,1005 59,9 8,201 0,45854704

    130,63 50 35,6 0,139 4,9484 61,2 9,8968 0,46849881

    130,63 50 37,6 0,139 5,2264 61,4 10,4528 0,47002986

    130,63 50 47,5 0,139 6,6025 61,5 13,205 0,47079538

    130,63 50 50,2 0,139 6,9778 61,6 13,9556 0,4715609

    130,63 50 61,3 0,139 8,5207 62,5 17,0414 0,47845059

    130,63 50 65,2 0,139 9,0628 62,7 18,1256 0,47998163

    130,63 50 67,4 0,139 9,3686 63,1 18,7372 0,48304371

    130,63 50 71,5 0,139 9,9385 63,8 19,877 0,48840236

    130,63 50 74,5 0,139 10,3555 62,5 20,711 0,47845059

    130,63 50 77,1 0,139 10,7169 62,1 21,4338 0,4753885

    130,63 50 79,8 0,139 11,0922 59,1 22,1844 0,45242287

    130,63 50 82,1 0,139 11,4119 58,4 22,8238 0,44706423

  • 130,63 50 84,9 0,139 11,8011 58,2 23,6022 0,44553319

    130,63 50 89,5 0,139 12,4405 53,6 24,881 0,41031922

    Data plat sebelum dilakukan uji tarik

    Diketahui: W0=12.4 mm

    T0=8.5 mm

    Ditanya : A0.?

    Penyelesaian: A0=W0 x t0

    =12.4 x 8.5

    =105.4 mm2

    Data sesudah dilakukan uji tarik

    Fyield = 66.5 x 0.5 =33,25kn

    Fult=49x0,5=24,5kn

    Diketahui:w1=7,1mm

    T1=4,2mm

    Ditanya:A1,reduction,elongtion,yield,ult Penyelesaian:A1=W1.t1

    =7,1x4,2

    =29,82mm2

  • Reduction

    Elongation =

    =28.4%

    = 346.3 x 10

    -6 N/m

    2

    =346.3 Mpa

    =314.5 x 10

    -6 N/m

    2

    =314.5 Mpa

  • Uji Tarik Beton Neyzer

    A0 L0 Sumbu

    Y Skala Y L P Regangan Tegangan

    69,36 75,2 0 0,166 0 0 0 0

    69,36 75,2 4,9 0,166 0,8134 0 1,172722 0

    69,36 75,2 5,1 0,166 0,8466 3 1,220588 0,0432526

    69,36 75,2 5,5 0,166 0,913 5,4 1,316321 0,0778547

    69,36 75,2 6,2 0,166 1,0292 8,9 1,483852 0,128316

    69,36 75,2 6,8 0,166 1,1288 11 1,627451 0,1585928

    69,36 75,2 8,2 0,166 1,3612 12,7 1,962514 0,1831027

    69,36 75,2 10,1 0,166 1,6766 13,2 2,417243 0,1903114

    69,36 75,2 12,8 0,166 2,1248 14 3,063437 0,2018454

    69,36 75,2 13,1 0,166 2,1746 17,3 3,135236 0,2494233

    69,36 75,2 14,5 0,166 2,407 22,9 3,4703 0,3301615

    69,36 75,2 15,7 0,166 2,6062 30 3,757497 0,432526

    69,36 75,2 16,8 0,166 2,7888 40,9 4,020761 0,589677

    69,36 75,2 17,2 0,166 2,8552 42,8 4,116494 0,6170704

    69,36 75,2 18,6 0,166 3,0876 45,2 4,451557 0,6516724

    69,36 75,2 19,9 0,166 3,3034 46,4 4,762687 0,6689735

    69,36 75,2 20,2 0,166 3,3532 47,8 4,834487 0,689158

    69,36 75,2 21,8 0,166 3,6188 48,7 5,217416 0,7021338

    69,36 75,2 22,1 0,166 3,6686 48,8 5,289216 0,7035755

    69,36 75,2 23,7 0,166 3,9342 48,9 5,672145 0,7050173

    69,36 75,2 24,3 0,166 4,0338 47,1 5,815744 0,6790657

    69,36 75,2 25,6 0,166 4,2496 47,5 6,126874 0,6848328

    69,36 75,2 26,4 0,166 4,3824 49,2 6,318339 0,7093426

    69,36 75,2 27,8 0,166 4,6148 50,2 6,653403 0,7237601

    69,36 75,2 29,2 0,166 4,8472 52,3 6,988466 0,7540369

    69,36 75,2 30,3 0,166 5,0298 54,8 7,25173 0,7900807

    69,36 75,2 34,2 0,166 5,6772 56,1 8,185121 0,8088235

    69,36 75,2 38,2 0,166 6,3412 57,3 9,142445 0,8261246

    69,36 75,2 45,2 0,166 7,5032 59,4 10,81776 0,8564014

    69,36 75,2 50,4 0,166 8,3664 60,5 12,06228 0,8722607

    69,36 75,2 55,6 0,166 9,2296 61,1 13,30681 0,8809112

    69,36 75,2 60,4 0,166 10,0264 61,8 14,45559 0,8910035

    69,36 75,2 89,8 0,166 14,9068 63,5 21,49193 0,9155133

    69,36 75,2 94,3 0,166 15,6538 52,9 22,56892 0,7626874

    69,36 75,2 95,9 0,166 15,9194 42,9 22,95185 0,6185121

  • Data beton neser sebelum dilakukan uji tarik

    Diket: m = 161.20 kg

    Ditanya: d0=? Penyelesaian:

    =7.85

    =20.53

    =0.69

  • =0.94 cm

    =9.4 mm

    Ao=

    =69.36 mm

    2

    Data sesudah di lakukan uji tarik

    F yield = 49 x 0.5 = 24.5 kN

    F ult = 64 x 0.5 = 32 kN

    L1= 97.2 mm

    Ditanya: A1, reduction, elongation, yield,ult

    Penyelesaian:

    =32.15 mm

    2

    Reduction =

    =53.12 %

    Elongation =

    =29.26 %

    yield =

    =353.2 x 10

    -6 N/m

    2

    =353.2 Mpa

  • =461.36 x 10

    -6 N/m

    2

    =461.36 Mpa

  • DAFTAR PUSTAKA

    Askeland., D. R., 1985, The Science and Engineering of Material, Alternate Edition, PWS Engineering, Boston, USA

    Dieter, E. George, 1993, Metalurgi Mekanik, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

    http://www.calce.umd.edu/general/facilities/hardness_ed_.htm

    http://www.geology.csupomona.edu/alert/mineral/hardness.htm

    http://www.gordonengland.co.uk/hardness.htm

  • LAPORAN RESMI

    HARDNESS TEST

    Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Teknologi Material

    Dosen Pembimbing : M. Thoriq W. ST., MT. dan Laily Ulfiyah, ST.,MT

    Disusun Oleh :

    Kelompok II

    Bara Muchammmad S. (33211301026)

    Ratna Eka Purwanti (33211301002)

    Syarifudin wandani (33211301021)

    Ahmad Syaifudin (33211301004)

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN ALAT BERAT

    POLITEKNIK NEGERI MADURA

    2014

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Pengujian kekerasan suatu bahan sangatlah penting adanya,ini dimaksudkan

    untuk mengetahui seberapa kuat bahan tersebut menopang suatu beban tertentu.

    Maka dari itu dilakukanlah suatu pengujian terhadap bahan tersebut,seberapa

    keras bahan dapat digunakan dalam suatu konstruksi .

    Untuk mengetahui seberapa kuat bahan tersebut tahan terhadap pukulan maupun

    gaya gesekan.

    1.2 Tujuan percobaan

    1. Mahasiswa dapat mengetahui seberapa keras bahan yang diujikan.

    2. Mengetahui seberapa kuat bahan tersebut menahan beban.

    3. Mengetahui nilai kekerasan material yang dalam praktikum ini digunakan

    material baja,kuningan,dan besi .

    1.3 Batasan masalah

    Batasan masalah pada percobaan uji kekerasan adalah pengujian kekerasan

    Rockwell,Brinell,Vikcers dimana menggunakan indentor kerucut intan dan bola

    baja , Intan Piramit

  • BAB II

    Dasar teori

    2.1 Definisi Kekerasan

    Kekerasan adalah ketahanan material terhadap deformasi plastis yang diakibatkan

    oleh tekanan atau goresan dari benda lain. Kekerasan merupakan sifat suatu logam, yang

    memberi kemampuan logam tahan terhadap deformasi permanen (bengkok, rusak, atau

    bentuk yang berubah), ketika suatu beban diterapkan. Pada umumnya, kekerasan

    menyatakan ketahanan terhadap deformasi dan untuk logam dengan sifat tersebut

    merupakan ukuran ketahanannya terhadap deformasi plastik atau deformasi permanen.

    Untuk orang yang berkecimpung dalam mekanika pengujian bahan, banyak yang

    mengartikan kekerasan sebagai ukuran ketahanan terhadap lekukan. Untuk para

    perancang bangunan, kekerasan sering diartikan sebagai ukuran kemudahan dan kuantitas

    khusus yang menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan dan perlakuan panas dari suatu

    logam. Dari uraian singkat di atas maka kekerasan suatu material dapat didefinisikan

    sebagai ketahanan material tersebut terhadap gaya penekanan dari material lain yang

    lebih keras. Penekanan tersebut dapat berupa mekanisme penggoresan (scratching),

    pantulan ataupun ndentasi dari material keras terhadap suatu permukaan benda uji. Untuk

    melakukan pengujian kekerasan ada 3 metode, yaitu [Fauji, 2010]:

    1. Metode goresan

    2. Metode elastis atau pantulan ( rebound )

    3. Metode indentasi

  • 2.2 Metode Goresan

    Kekersana goresan merupakan perhatian utama para ahli mineral. Dengan

    mengukur kekerasan, berbagai mineral dan bahan-bahan yang lain disusun berdasarkan

    kemampuan goresan yang satu terhadap yang lain. Kekerasan goresan diukur dengan

    skala Mohs. Skala ini terdiri atas sepuluh standar mineral disusun berdasarkan

    kemampuannya untuk digores. Mineral yang paling lunak pada skala ini adalah talk

    (kekerasan goresan 1), kuku jari mempunyai nilai kekerasan sekitar 2, tembaga yang

    dilunakkan kekerasannya 3, martensit 7, logam yang paling keras mempunyai harga

    kekerasan pada skala Mohs antara 4 sampai 8. Sedangkan intan mempunyai kekerasan

    10. kelemahan dari penilaian kekerasan dengan skala Mohs adalah penilaiannya tidak

    cocok untuk logam karena interval skala pada nilai kekerasan.

    Tabel 1. Skala Kekerasan Mohs

    2.3 Metode Elastis atau Pantulan

    Untuk mengetahui nilai kekerasan suatu material dintentukan oleh alat yang

    dinamakan Scleroscop yang merupakan contoh paling umum dari suatu alat penguji

    kekerasan dinamik, mengukur kekerasan yang dinyatakan dengan tinggi lekukan atau

    tinggi pantulan. Semakin tinggi pantulan maka kekerasan suatu benda uji semakin tinggi.

  • 2.3 Metode Indentasi

    Metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan menggunakan indentor

    dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Prinsip kerja dari metode ini

    dengan menentukan jejak dari indentasi yang dihasilkan. Nilai kekerasan dari suatu bahan

    dilihat dari kedalaman jejak yang ditinggalkan. Jejak yang ditinggalkan menandakan

    bahwa logam tersebut telah terdeformasi plastis. Metode indentasi ini di klasifikasikan

    menjadi 3, yaitu :

    2.3.1 Metode pengujian brinel

    Indentor menggunakan bola baja yang di keraskan

    Biasanya digunakan untuk pengujian material yang tidak terlalu keras

    Bisa untuk pengujian material yang relatif kurang homogen

    Prinsip pengujian

    Ket : p: beban (ksf)

    D: diameter bola baja (mm)

    d : Diameter jejak yang di ukur denga mikroskop skala 0.005 mm

  • 2.3.2 Metode vicker

    Indentor menggunakan berbentuk piramid dengan sudut puncak 136 0

    Digunakan untuk pengujian pada range yang luas

    Pengujian material relatif homogen

    Prinsip pengujian

    Ket : P = Pembebanan(Kg)

    D = diameter

    2.3.3 Metode rockwell

    Menggunakan indentor kerucut dengan sudut 120

    Hasil pengujian langsung terbaca dialat uji

    Digunakan untuk pengujian material yang keras

  • BAB III

    METODE PERCOBAAN

    3.1 Alat dan Bahan

    3.1.1 Alat yang digunakan

    1. Mesin uji kekerasan Rockwell

    2. Obeng

    3 Stop Watch

    4. Grinding dan polishing machine

    5. Dryer

    3.2.2 Bahan yang digunakan

    1. Spesimen uji kekerasan

    2. Indentor bola baja

    3. indentor Intan

    4. kertas gosok

    5. Kapas

    6. Alkohol

    7. HNO

    8. Tisu

    3.3 Langkah percobaan

    Metode Brinell

    1. Mempersiapkan bahan uji hasil pengelasan

    2. Menghaluskan permukaan bahan uji yang akan diamati dengan

    menggukan polishing machine dengan grid 120 (sampai kita dapat

    berkaca dengan permukaan bahan uji) . Apabila permukaan bahan uji

    dirasa belum halus dapat dihaluskan kembali menggunakan grid 120-

    240 dengan arah yang berbeda 90 dari arah semula .

    3. Mengetsa permukaan bahan uji dengan menggunakan larutan natal 2% ,

    yaitu larutan HNO3 2ml + Alkohol 98 ml.

    4. Mengeringkan material uji dengan dryer

  • 5. Setelah permukaan bahan uji dirasa kering ,kemudian membuat

    beberapa titik dengan menggunakan pensil pada daerah BM,WM dan

    HAZ.

    6. Menentukan beban identor yang akan digunakan berdasarkan diameter

    identor.

    7. Mengatur handle hardness test machine pada posisi Brinell.

    8. Meletakkan identor bola baja pada tempat identasi

    9. Meletakkan pen sesuai dengan beban identasi yang telah ditentukan

    berdasarkan jenis dan diameter identor;.

    10. Meletakkan specimen dan mengatur dengan tepat pada titik penetrasi

    yang telah ditentukan.

    11. Menggeser handle beban dengan tangan kanan pada posisi siap untuk

    penetrasi .

    12. Memutar handle wheel dengan tangan kiri sehingga permukaan

    specimen tepat menyentuh ujung identor .

    13. Menarik handle beban setelah penetrasi 15 detik dan kunci pada

    tempatnya .

    14. Menyalakan lampu dan mengatur posisi specimen serta focus lensa

    sehingga bekas identasi tampak pada layer .

    15. Mengukur diameter identisi.

    Metode Vickers

    16. Mempersiapkan bahan uji hasil pengelasan

    17. Menghaluskan permukaan bahan uji yang akan diamati dengan

    menggukan polishing machine dengan grid 120 (sampai kita dapat

    berkaca dengan permukaan bahan uji) . Apabila permukaan bahan uji

    dirasa belum halus dapat dihaluskan kembali menggunakan grid 120-

    240 dengan arah yang berbeda 90 dari arah semula .

    18. Mengetsa permukaan bahan uji dengan menggunakan larutan natal 2% ,

    yaitu larutan HNO3 2ml + Alkohol 98 ml.

    19. Mengeringkan material uji dengan dryer

  • 20. Setelah permukaan bahan uji dirasa kering ,kemudian membuat

    beberapa titik dengan menggunakan pensil pada daerah BM,WM dan

    HAZ.

    21. Menentukan beban identor yang akan digunakan berdasarkan diameter

    identor.

    22. Mengatur handle hardness test machine pada posisi Brinell.

    23. Meletakkan identor bola baja pada tempat identasi

    24. Meletakkan pen sesuai dengan beban identasi yang telah ditentukan

    berdasarkan jenis dan diameter identor;.

    25. Meletakkan specimen dan mengatur dengan tepat pada titik penetrasi

    yang telah ditentukan.

    26. Menggeser handle beban dengan tangan kanan pada posisi siap untuk

    penetrasi .

    27. Memutar handle wheel dengan tangan kiri sehingga permukaan

    specimen tepat menyentuh ujung identor .

    28. Menarik handle beban setelah penetrasi 15 detik dan kunci pada

    tempatnya .

    29. Menyalakan lampu dan mengatur posisi specimen serta focus lensa

    sehingga bekas identasi tampak pada layer .

    30. Mengukur diameter identisi.

  • BAB IV

    DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1 Metode Brinell

    Dari hasi pratikum yang kelompok kami lakukan untuk metode brinell dengan

    menggunakan beban 62,5 ,Indikator bola baja , D=2,5 mendaptkan data sebagai berikut :

    brinell

    Load (P) :62,5

    Indentor : Bola Baja

    Time : 15 second

    Ball : 2,5

    BM BHIT

    (mm) (kgf/mm)

    0,576 226,86

    0,523 264,83

    0,496 317,25

    Tabel 4.1data pratikum metode brinell

    Pembahasan :

  • Analisa

    Pada pengujian Brinell kita dapat beberapa nilai,Pada percobaan pertama dengan D = 2,5

    d = 0,576 jenis materialnya adalah kuningan. Beban yang diberikan pada percobaan

    pertama ialah 62,5 kg dan Hasil yang didapat adalah 226,86 percobaan pertama hasil

    nilainya hampir 227. Nilai. Berikutnya pada percobaan yang kedua dengan data D = 2,5

    d= 0,523 dan dengan beban yang sama dapat menghasilkan nilai kekerasan 264,83.

    kekerasan brinell adalah 265. Nilai rata-rata yang Selanjutnya pada percobaan ketiga

    dengan data D = 2,5 d= 0,496 dan beban yang sama mendapatkan nilai kekerasan yang

    lebih besar pada percobaan yang pertama yaitu 177,706.

    Dari percobaan metode brinell semakin kecil d maka semakin besar hasil yang didapat .

    4.2 Metode Vickers

    Dari hasi pratikum yang kelompok kami lakukan untuk metode brinell dengan

    menggunakan beban 20 ,Indikator intan piramit , mendaptkan data sebagai berikut :

    Vickers

    Load (P) :20

    Indentor : intan piramit

    Time : 15 second

    BM VHN

    (mm)

    0,309 120

    0,301 123,18

    0,449 185,4

    Tabel 4.2 data pratikum metode vikers

    Pembahasan :

  • Analisa

    Pada pengujian Vickers kita mendapatkan nilai yang berbeda-beda,Pada percobaan

    pertama dengan d1 = 0,3150 d2= 0,304 dengan beban=20kg jenis materialnya adalah

    Besi. Hasil Deveragenya ialah 0,309. Hasil yang didapat adalah 120 . Pada percobaan

    kedua dengan d1 = 0,301 d2= 0,302 dengan beban=20kg jenis materialnya adalah Besi.

    Hasil Deveragenya ialah 0,3091. Hasil yang didapat adalah 123,18 . Pada percobaan

    ketiga dengan d1= 0,302 d2= 0,295 dengan beban=20kg jenis materialnya adalah Besi.

    Hasil Deveragenya ialah 0,449. Hasil yang didapat adalah 185,4 .

    Semakin tinggi nilai Deveragenya maka semakin kecil VHN hasil perhitungannya.

    4.3 Metode Rockwell C

    Dari hasi pratikum yang kelompok kami lakukan untuk metode brinell dengan

    menggunakan beban 20 ,Indikator intan piramit , mendaptkan data sebagai berikut :

    Rockwell

    C

    Load (P) :150

    Indentor : Kerucut

    Time : 15 second

    BM

  • (mm)

    88,8

    70

    70,5

    Tabel 4.3 data pratikum metode Rockwell C

    Pembahasan :

    Untuk metode Rockwell C hasilnya bias langsung di lihat pada alat uji kekerasan

  • Bab V

    Kesimpulan dan Saran

    Kesimpulan

    1. Sifat dasar material menentukan kualitas bahan.

    2. Kita bisa melihat perubahan sifat mekanik pada material dari hasil praktikum

    3. Besaran sifat material bisa ditentuan dan dicari. untuk kepentingan dan efisiensi data

    kerja nyata industri

    4. Dari hasil praktikum kekerasan,banyak uji metode yang bisa digunakan untuk

    menentukan hasil kekerasan

    5. Hasil Rata-rata dari BHN 269,6

    6. Hasil Rata-rata dari VHN 142,8

    7. Hasil Rata-rata dari Rockwell 76,4

  • Lampiran

    Gb.Mesin Uji Kekerasan

    Seperti pada Gb. di atas gambar alat untuk menguji kekerasan suatu benda .

  • Gb. Hasil Uji Kekerasan MetodeVickers

    Pada gambar di atas merupakan uji kekekrasan dengan metode Vickers dengan benda

    besi dengan menggunakn indentor intan piramit

    Gb. Metode Brinell

    Pada gambar di atas merupakan uji kekekrasan dengan metode brinell dengan benda

    kuningan dengan menggunakn indentor bola baja

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Tri Jaka, IR.. ME. 2012. Materi Kuliah Pengujian Logam. FT Untirta : Cilegon

    .

    2. Fauji. 2010. Pengetahuan Sifat Logam (Fisik & Mekanik).

    3. Tim laboratorium metalurgi. 2012. Buku panduan praktikum Laboratorium Metalurgi

    I, Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Cilegon

    4. http://pengetahuan-sifat-logam-mekanik-fisik.html

    5. http://www.calce.umd.edu/TSFA/Hardness_ad_.htm

    6. http://yopyhenpristian.blogspot.com/2013/06/uji-kekerasan.html

    7. http://jemblunks.blogspot.com/2009/10/laporan-praktikum-uji-kekerasan.html

    8. http://kalogueloe.blogspot.com/2013/03/pengujian-keras-brinell-vickers.html

  • LAPORAN RESMI

    MAGNETIK TEST

    Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Teknologi Material

    Dosen Pembimbing : M. Thoriq W. ST., MT. dan Laily Ulfiyah, ST.,MT

    Disusun Oleh :

    Kelompok II

    Bara Muchammmad S. (33211301026)

    Ratna Eka Purwanti (33211301002)

    Syarifudin wandani (33211301021)

    Ahmad Syaifudin (33211301004)

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN ALAT BERAT

    POLITEKNIK NEGERI MADURA

    2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang praktikum

    Sekarang ini kebutuhan akan logam yang berkualitas pada Industir-industri permesinan

    sangat di butuhkan untuk pembuatan alat-alat penunjang yang di butuhkan oleh manusia.

    Hampir dari semua hal ciptaan manusia di dominasi oleh logam, mulai dari mobil,

    sepeda, sepeda motor, jembatan dan lain sebagainya. Tentu saja logam yang di gunakan

    bukanlah satu jenis logam saja melainkan dari banyak jenis logam. Selain pemilhan jenis

    logam yang di gunakan, produsen-produsen pengguna logam juga harus memikirkan

    bagaimana kualitas dari logam tersebut, apakah logam itu akan mampu menahan beban

    yang akan diberikan. Oleh karena itu sebuah logam pasti melalui proses Quality Control

    (QC) atau uji kelayakan sebelum di pasarkan.

    Dalam pengujian sebuah logam kita harus memahami metode-motode yang di gunakan,

    salah satunya dengan cara Non destructive test ( pengujian tak merusak ) yang

    didalamnya terdapat metode Magnetic particle inspection. Pengujian ini akan mengetahui

    cacat atau tidaknya sebuah logam. Logam akan di uji dengan menggunakan tiga metode

    dari metode Magnetic particle yaitu metode Dry particle, Wet particle, dan Wet

    Fluorescent.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari uji magnetik partikel adalah untuk mendeteksi discontinuity bahan logam

    ferro pada permukaan atau discontinuity sub surface. Biasanya pengujian ini dilakukan

    pada benda kerja pada semua tahapan produksi.

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Teori umum MPI

    Pengujian terhadap sebuah benda kerja dengan menggunakan metode MPI adalah dengan

    meggunakan prinsip dasar magnet. Sebuah medan magnet selalu menunjukan gejala yang

    sama yaitu arah medan magnet selalu bergerak dari kutub utara menuju kutub selatan (

    diluar magnet ). Dengan prinsip dasar inilah kita bisa gunakan untuk menguji logam yang

    bersifat ferromagnet.

    Magnet merupakan suatu logam yang dapat menarik besi, dan selalu memiliiki dua kutub

    yaitu kutub selatan dan kutub utara. Dimana arah medan magnet disetiap titik bersumber

    dari kutub utara menuju ke selatan dan mengarah dari kutub selatan ke kutub utara

    didalam magnet.

    Prinsip kerja dari Magnetic Particle Inspection ( MPI ) adalah dengan memagnetisasi

    benda yang di inspeksi yaidu dengan cara mengalirkan arus listrik dalam bahan yangg di

    inspeksi. Ketika terdapat cacat peda benda uji maka arah medan magnet akan berbelok

    sehingga terjadi kebocoran dalam flux magnetic. Bocoran flux magnetic akan menarik

    butir-butir ferromagnetic di permukaan sehingga lokasi cacat dapat di tunjukan

    Gb.2.1 Arah medan magnet terpotong oleh retakan

    Pada gambar 2.1 menjelaskan bahwa Arah medan magnet terpoting oleh retakan

    I.2.1. Prinsip Dasar pengujian Magnetik Partikel

    Spesimen atau benda uji tersebut dimagnetisasi dengan cara memberikan arus listrik.

    Karena perlakuan yang seperti itu, maka pada benda uji akan timbul medan magnet

    sebagai akibat dari adanya beda potensial (arus listrik mengalir dari tegangan tinggi ke

    tegangan rendah). Pada daerah tersebut ditaburkan serbuk ferro magnetik. Selanjutnya

    serbuk ferro magnetik tersebut akan mengikuti bagian yang cacat dari benda uji tersebut.

  • I.2.2. Jenis-jenis Magnet 1. Magnet permanen

    Merupakan bahan-bahan logam tertentu yang jika dimagnetisasi maka bahan logam

    tersebut akan mampu mempertahankan sifat magnetnya dalam jangka waktu yang lama

    (permanen).

    2. Elektromagnet

    Merupakan magnet yang terbuat dari bahan ferro magnetik yang jika diberikan arus

    listrik maka bahan tersebut akan menjadi magnet, tetapi jika pemberian arus listrik

    dihentikan, maka sifat magnet pada bahan tersebut akan hilang.

    2.3. Metode Magnetisasi

    1. Magnetisasi longitudinal :

    Dihasilkan dari arus listrik yang dialirkan dalam koil.Magnetisasi longitudinal

    merupakan proses magnetisasi dengan cara melilitkan arus listrik dan arah magnetnya

    longitudinal.Diskripsi skema magnetisasi longitudinal dapat di lihat pada gambar

    2.3.1. berikut.

    Gambar 2.3.4. Magnetisasi longitudinal

    2. Magnetisasi Yoke

    Magnetisasi dengan menggunakan yoke. Dengan cara ujung kaki yoke ditempelkan

    pada material yang akan dimagnetisasi. Diskripsi skema magnetisasi yoke dapat di

    lihat pada gambar 2.3.2. berikut.

    Gambar 2.3.4. magnetisasi yoke

  • 3. Magnetisasi sirkular.

    Magnetik sirkular terdiri dari :

    a. Magnetik tak langsung, arus listrik dialirkan ke konduktor sentral. Medan magnet

    mengenai bahan dan benda yang dilingkupinya. Diskripsi skema Central conductor

    dapat di lihat pada gambar 2.3.3. berikut.

    Gambar 2.3.3. Central Conductor

    b. Magnetisasi langsung, arus listrik dialirkan pada bahan yang akan dimagnetisasi.

    Diskripsi skema magnetisasid Shot Hea dapat di lihat pada gambar 2.3.4. berikut.

    Gambar 2.3.4. Head Shot

  • c. Prod, magnetisasi dengan cara material ferromagnetic dililiti dengan logam

    tembaga kemudial dialiri arus listrik. Diskripsi skema Magnetisasi prod dapat di lihat

    pada gambar 2.3.5. berikut.

    Gambar 2.3.5 Magnetisasi prod

    2.4. Metode Pengerjaan Berdasarkan Waktu Magnetisasi

    1. Medan Magnet Kontinyu :

    Magnetisasi berlangsung secara terus menerus bersamaan dengan pemberian

    serbuk ferromagnetik basah (suspensi) atau yang kering.

    2. Medan Magnet sisa (residual) :

    Partikel ferro magnetik (kering atau suspensinya) diberikan setelah proses

    magnetisasi berakhir.

    I.2.5. Metode Pengaplikasian Partikel Ferromagnetik

    1. Metoda Kering:

    Partikel magnetik yang digunakan berupa bubuk kering. Metoda ini

    digunakan pada permukaan benda uji yang kasar. Suhu kerja yang baik

    yaitu pada suhu kamar 10oC hingga 55oC, metoda ini juga masih dapat

    dilakukan pada suhu tinggi asalkan benda uji masih berwujud padat.

    Metoda ini tidak cocok dilakukan pada suhu dingin karena serbuk

    ferromagnetic akan lengket terkena embun. Warna partiker ferromagnetik

    yang dipilih harus kontras terhadap benda uji. Bubuk diarahkan pada

    lokasi yang diinginkan secara perlahan-lahan, sisa partikel yang berlebih

    dihilangkan dengan air.

    2. Metoda Basah:

    Partikel magnetik yang digunakan dalam bentuk suspensi. Metoda ini bisa

    digunakan pada metoda kontinyu maupun residual. Metoda basah biasa

    digunakan pada permukaan benda uji yang halus. Metoda ini cocok

    digunakan pada suhu dingin dan batas maksimalnya adalah tidak boleh

  • lebih dari batas akhir temperatur kamar, yaitu 55oC karena suspensi akan

    mengalami penguapan jika suhu terlalu panas.

    2.6. Teknik Inspeksi

    1. Pemilihan Teknik Inspeksi

    Pemilihan teknik inspeksi partikel magnetik didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:

    Kondisi Permukan Benda Uji : Kasar : Metoda Kering Halus : metoda Basah Partikelnya: Kering : Serbuk Kering Basah : Suspensi Warna serbuk partikelnya harus kontras

    2. Prosedur Inspeksi

    Persiapan Permukaan (Pre Cleaning) Kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan harus kering dan bersih dari

    segala macam kotoran yang kiranya dapat menganggu proses inspeksi seperti

    karat, oli/gemuk, debu dll.

    Penyemprotan White Contrast Paint (WCP 2) Setelah permukaan dipastikan bersih dan kering maka dilakukan penyemprotan

    WCP 2 secara merata. Hal ini dilakukan untuk memudahkan mendeteksi adanya

    discontinuity. Karena warna dari WCP 2 lebih kontras dari pada serbuk

    feromagnetik.

    Magnetisasi Benda Uji Magnetisasi benda uji dimaksudkan agar benda uji dapat menarik serbuk

    ferromagnetik yang nantinya serbuk ferromagnetik tersebut akan mendetekasi

    adanya discontinuity pada benda uji tersebut.

    Aplikasi serbuk magnet Aplikasi serbuk magnet disesuaikan dengan keadaan permukaan pada benda uji.

    Bila permukaannya kasar, maka digunakan metode kering yang menggunakan

    serbuk magnet kering. Apabila permukaannya halus digunakan metode basah

    yang mana sebuk magnetik yang digunakan berupa suspensi. Warna partikel

    serbuk magnet yang digunakan harus kontras dengan permukaan benda ujinya.

    2.7. Evaluasi

    Pengevaluasian dimaksudkan untuk meneliti bentuk discontinuity yang terdapat pada

    benda uji. Selain itu juga dari hasil pengevaluasian kita akan dapat menentukan apakah

    benda uji harus diperbaiki atau tidak.

  • 2.8. Demagnetisasi

    Demagnetisasi dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan sisa sifat magnet yang

    terdapat pada benda uji agar benda uji tersebut tidak akan dapat menarik serbuk-serbuk

    besi yang nantinya akan mnyulitkan proses pembersihan.

    Demagnetisasi dapat dilakukan dengan menggunakan arus AC atau DC. Jika

    menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan ke dalam koil yang dialiri arus AC

    kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika menggunakan arus DC step down bolak-

    balik berulang dengan kontak langsung atau kontaktor inti, kemudian arus dibalik dan

    dikecilkan secara berulang-ulang.

    2.9. Pembersihan Setelah Inspeksi (Post Cleanig)

    Post cleaning dimaksudkan untuk membersihkan benda uji dari sisa-sisa dari pemberian

    serbuk magnetik pada saat pengujian.

  • BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Alat dan Bahan

    3.1.1 Alat

    1. Kain Lap

    2. Yoke

    3. Lampu

    4. Sikat besi

    5. Gause Meter

    6. Light Meter (Lux meter)

    7. Penggaris

    8. Foto

    3.1.2 Bahan

    1. Cleaner

    2. White Contrast (WCP 2)

    3. Wet partikel (7HF)

    3.2 Prosedur Kerja

    1. Persiapan Alat, yaitu dengan menguji kekuatan yoke terlebih dahulu (Power Lifting of Yoke) berdasarkan ASME section V Article 6 (T-773, 2), yaitu untuk arus AC

    yoke harus mampu mengangkat beban seberat 4,5 kg (10 lb) pada maximum pole

    spacing-nya. Apabila yoke masih dapat mengangkat beban yang disyaratkan, maka

    yoke tersebut masih layak untuk digunakan. Pengujian lifting power ini biasanya

    dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sekali.

    2. Specimen dibersihkan permukaannya dari oil, dan kotoran lain yang berupa karat, lemak, cat, dan kotoran lainnya dengan menggunakan claner.

    3. Material uji disemprot dengan White Contrast Paint (WCP 2) secara merata. 4. Tunggu sebentar hingga white contrast paint kering 5. Setelah kering, atur yoke sedemikian rupa sehingga dapat memagnetisasi material uji

    dengan baik dan pada saat proses memagnetisasi material uji yoke ditempatkan pada

    posisi yang berbeda-beda sehingga tampak semua discontinuity yang ada pada

    material uji tersebut baik crack yang ada di permukaan maupun yang sub-surface.

    6. Saat yoke memagnetisasi material uji, material uji disemprotkan wet particle hingga tampak cacat yang ada pada material uji tersebut.

    7. Amati discontiniuity yang tampak dan catat. 8. Demagnetisasi atau penghilangan sisa-sisa magnet pada spesimen setelah evaluasi.

    Kemudian material uji diukur sifat magneticnya dengan menggunakan gause meter.

    9. Post Cleaning/pembersihan akhir.

  • BAB IV

    ANALISA DATA

    4.1. Data yang Diperoleh

    MAGNETIC PARTICLE TEST

    Peralatan Yoke Prod Koil SN: Jenis pertikel Dry Wet Flourescent Color cnt Metode Kontinyu Residual Kondisi permukan Lasan Proses mesin Gerinda . Cakupan Base metal Weld part Alat penerangan : Philips 12 Watt, lightmeter, gause meter

    Intensitas penerangan : 100,2 Fc

    4.2. Gambar yang diperoleh

    Gambar 3.1. Hasil pengukuran intensitas penerangan dengan lux meter

  • 4.3 Pembahasan

    Pada pengujian spesimen dengan menggunakan magnetic partikel ini kami menggunakan

    intensitas penerangan sebesar 100,2 Fc. Intensitas penerangan ini kami peroleh dengan

    menggunakan lampu philips 12 watt dan jarak antara lampu dan material uji 170 mm

    Gb.4.3 uji magnetiik

    Pada gb. 4.3 spesimen setelah mengalami uji magnetic .

    Dari hasil pengujian kami menemukan enam discontinuity yang tembus pada material

    uji.. Panjang discontinuity tersebut bagian permukaan atas material uji 141 mm , 21 mm

    ,18 mm, 23 mm, 25 mm, 8 mm. Diskontinuity tersebut harus dilakukan perbaikan.

  • BAB V

    KESIMPULAN

    Dari hasil pengujian yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa discontinuity yang

    terjadi pada material uji adalah discotinuity jenis linier. Retakan ini terjadi karena proses

    pengelasan yang tidak sempurnah..Menurut standard yang telah ditentukan material dapat

    di terima apabila bebes dari cacat linier jika yang terlihat adaalah cacat linier dan untuk

    rounded jika lebih dari 5mm maka material tersebut ditolak.Dari hasil pratikum yang

    telah dilakukan, maka material weld part ini di tolak ,karena pada material di temukan

    adaanya cacat linier.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Harsono, Dr. Ir. & T. Okumura, dr. (1991), Teknologi Pengelasan Logam, PT Pradya Paramita, Jakarta.

    Dosen Metallurgi, (1986), Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI, ITS.

    ASME Section V Article 6

    http://www.ndt.org/

    http://en.wikipedia.org/wiki/Nondestructive_testing

    http://www.b4t.go.id/id/content/view/47/54/

    http://www.ndtindonesia.com/

    http://wiryanto.wordpress.com/2007/04/18/non-destructive-testing-ndt/

    http://en.wikipedia.org/wiki/Magnetic-particle_inspection

    http://www.tcreng.com/services/NDT-tests.shtml

    http://www.tcreng.com/services/NDT-tests.shtml

    http://www.google.co.id/search?q=magnetic+particle+inspection&hl=id&biw=11

    92&bih=630&prmd=ivnsb&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=PG7zTbu

    vNY68vQOH6LXfBg&ved=0CDkQsAQ

  • LAPORAN RESMI

    PENETRAN TEST

    Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Teknologi Material

    Dosen Pembimbing : M. Thoriq W. ST., MT. dan Laily Ulfiyah, ST.,MT

    Disusun Oleh :

    Kelompok II

    Bara Muchammmad S. (33211301026)

    Ratna Eka Purwanti (33211301002)

    Syarifudin wandani (33211301021)

    Ahmad Syaifudin (33211301004)

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN ALAT BERAT

    POLITEKNIK NEGERI MADURA

    2014

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Metode pengujian dengan penetran merupakan salah satu metode uji tidak

    merusak(Non Destructive Test) pada suatu material dimana permukaanya tidak berpori.

    Pengujian penetran ini dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan atau diskontinuitas

    yang terbuka pada permukaan. Penggunaan uji penetran sangat luas, selain untuk

    memeriksa sambungan las dan surface pada benda kerja, metode uji penetrant ini juga

    bisa untuk mendeteksi kerusakan retakan yang terjadi pada komponen mesin

    1.2. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Memahami teknik inspeksi menggungakan metode penetrant test (PT)

    2. Mampu memlakukan pendeteksian cacat permukaan/terbuka dengan metode PT.

    3. Mampu membandingkan metode penetrant test dengan metode NDT lain.

  • BAB II

    DASAR TEORI

    Metode pengujian dengan penetran merupakan salah satu metode uji tidak merusak

    (Non Destructive Test) pada suatu material dimana permukaanya tidak berpori. Pengujian

    penetran ini dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan atau diskontinuitas yang

    terbuka pada permukaan. Penggunaan uji penetran sangat luas, selain untuk memeriksa

    sambungan las dan surface pada benda kerja, metode uji penetrant ini juga bisa untuk

    mendeteksi kerusakan retakan yang terjadi pada komponen mesin seperti crank shaft,

    roda gigi, dll.

    Pengujian ini mempergunakan sifat kapiler benda cair yang dipergunakan adalah

    cairan tidak kental dan mempunyai tegangan permukaan kecil, yang biasanya berwarna

    sebagai penetrant. Material uji dicelup atau disemprot dengan cairan ini, karena sifat

    kapilernya , maka cairan masuk kedalam retakan, celah atau pori-pori pada perukaan

    material uji tersebut sampai ke bagian yang paling dalam.

    Gambar 1. Proses Kapilaritas pada spesimen uji

    Prosedur umum yang dilakukan pada pengujian ini antara lain :

    a) Pembersihan awal (pre cleaning)

    Permukaan bahan uji harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang akan

    menghalangi masuknya cairan penetran masuk ke dalam cacat. Permukaan harus bebas

    dari cat, kotoran, kerak, pernis, minyak, tambalan, pelumas, oksida, lilin, karat, cairan

    pemesinan, dan sisa dari inspeksi penetran sebelumnya.

    Suatu prosedur pembersihan yang baik akan menghilangkan semua kontaminan

    dari benda uji dan tidak meninggalkan sisa-sisa yang dapat mengganggu proses inspeksi.

    Cara yang digunakan untuk pre cleaning antara lain:

    - Deterjen (detergent)

    - Uap penghilang lemak (vapor degreasing)

    - Uap pembersih (steam cleaning)

  • - Zat pelarut pembersih (solvent cleaning)

    - Pembersih dengan ultrasonic (ultrasonic cleaning)

    - Di etsa (etching)

    b) Penggunaan cairan penetran

    Setelah permukaan telah dibersihkan dengan seksama dan dikeringkan, bahan

    penetran digunakan dengan cara penyemprotan, pengolesan, atau pencelupan benda uji ke

    suatu bak berisi penetran.

    Setelah penggunaan penetran, maka dibutuhkan waktu beberapa saat agar cairan

    penetran benar-benar meresap ke dalam cacat. Waktu yang dibutuhkan cairan penetran

    agar dapat meresap ke dalam cacat disebut penetrant time/penetrant dwell time. Waktu

    yang dibutuhkan biasanya berkisar antara 5-60 menit.

    c) Menghilangkan sisa penetran

    Kelebihan sisa penetran yang ada di permukaan benda uji, haruslah dihilangkan

    sampai sekecil mungkin. Pembersihan dilakukan dengan cara yang berbeda tergantung

    pada jenis penetran yang digunakan.

    Jenis-jenis penggunaan cairan penetran dapat dikategorikan berdasar pada jenis

    pembersih yang digunakan, yaitu yang dapat dibersihkan dengan pelarut dan yang dapat

    dibersihkan dengan air. Jenis pembersih penetran diantaranya Water-washable, Solvent-

    removable, Lipophilic post-emulsifiable, dan hydrophilic post-emulsifiable.

    d) Pengeringan

    Setelah proses menghilangkan cairan penetran dilakukan, proses pengeringan harus

    dilakukan dengan udara panas yang ditiup dengan blower dimana suhunya tidak boleh

    melebihi 225 F.

    e) Penggunaan zat pengembang (developer)

    Untuk menarik cairan penetran agar muncul ke permukaan digunakan cairan

    pengembang. Jenis pengembang ada dua jenis yakni bentuk cair dan jenis kering.

    Pengembang jenis cair terbuat dari bahan bubuk yang dilarutkan pada air dan volatile

    solvent. Zat pengembang harus berwarna putih agar dapat memberikan kontras warna

    terhadap cairan penetran, dengan begitu cacat akan terlihat jelas.

  • Zat pengembang jenis kering umumnya digunakan untuk cairan penetran jenis

    fluorescent sedangkan pengembang cair digunakan pada cairan penetran kontras warna.

    Penggunaan cairan pengembang diperlihatkan pada gambar di bawah ini :

    f) Interpretasi cacat

    Interpretasi cacat yang timbul harus dilakukan sesegera mungkin setelah terlihat

    adanya indikasi pada zat pengembang. Untuk mendapatkan hasil interpretasi yang baik

    pada pemeriksaan dengan metode penetran cair jenis fluorescent harus dilakukan pda

    ruangan yang gelap dengan bantuan lampu ultraviolet (black light).

  • BAB III

    METODE PERCOBAAN

    3.1 ALAT DAN BAHAN

    3.1.1 Alat yang di gunakan

    1 Penggaris

    2 Kamera

    3. Stop Watch

    4. Lampu Penerangan

    5. Light Meter

    6. Penggaris

    7. Hand Grinding

    8. Majun (Kain Pembersih)

    9. Benda Kerja

    3..1.2 Bahan yang di gunakan

    1. cleaner (magnaflux SKC-S )berwarna bening.

    2. Penetrant (magnaflux SKL-SP1) berwarna merah.

    3. Developer (magnaflux SKD-S2) bedrwarna putih .

    4. Bahan uji berupa plat hasil pengelasan dan T-join .

    3.2 Langkah percobaan.

    1. teknik uji liquid penetran yang di gunakan adalah solvent removable

    system.Teknik ini di gunakan pada saat pre clening dan pembasuhan penetran .

    2. Menyiapkan bahan uji .

    3. Membersihkan permukaan benda kerja (bahan uji) dari kotoran berupa

    karat,lemak,cat,dll

    4.Menyemprotkan permukaan bahan uji yang sudah di bersihkan dengan clener

    untuk membersihkan kotoran yang masih tersisah pada pembersihan

  • sebelumnya dan di tunggu sampai kering .

    5. Menyemprotkan liquid penetran pada daerah yang akan diselidikai dengan

    waktu 5 menit untuk memberikan kesempatan liquid penetrant memasuki

    celah-celah retakan pada bahn uji.

    6.Membersihakan liquid penetrant dari permukaan bahan uji dengan lap

    kering,kemudian memmbersihkan kembalik dengan menggunakan kain atau tisu

    yang dilembabkan dengan cleaner.jagalah jangan sampai liquid penetrant yang

    telah masuk ke dalam celah retakan ikut hilang.

    7. Menyemprotkan developer pada permukaan benda uji pada jarak 25 cm dari

    permukaan benda uji .tunggu sekitar 7 menit agar liquid penetrant yang masuk

    ke dalam celah retakan keluar sehingga tampak retakan sesuai pola warna

    merah liquid penetrant yang timbul pada developer yang pberwarna putih.

    8. Mengamati permukaan bahan uji yang telah disemprot developer dengan

    intensitas pencahayaan yang cukup.

    9. Mengamati permukaan bahan uji ,apakah timbul bercak merah berupa garis

    atau bentuk lain .Apabila tidak terdapak bercak berarti tidak ada retakan pada

    permukaan ,namun jika ad bercak merah berarti ada cacat .

    10. Mengukur bercak merah berupa garis yang terdapat pada permukaan (jika

    ada)(an mendokumantasikannya untuk memperoleh data.

    11. Membersihkan kembali bahan uji dengan menyemprotkan cleaner ke seluruh

    permukaannya untuk menghilangkan developer dan sisa liquid penetrant.

    12. Mengeringkan permukaan bahan uji dengan kain

    13. Mengembalikan alat-alat yang di gunakan pada tempatnya dan membersihkan

    l ingkungan kerja.

  • BAB IV

    Hasil pengamatan

    Gb.IV hasil pengamatan

    Gb. Hasil pengamatan penetran dengan metode solvent removable untuk menguji

    kecacatan pada material A2.

    ANALISA DATA

    Non Destructive Test (NDT) metode penetrant test (PT) dapat mendeteksi cacat

    yang ada di permukaan. Pada specimen uji yang kami test dengan benda baj A2, maka

    diindikasi terdapat 3 buah crack dengan panjang sekitar 20 mm , 20 mm, 143mm. Tiga

    buah crack ini terdapat di salah satu permukaan. Dikarenakan keterbatasan waktu, maka

    kami hanya dapat menguji di satu permukaan saja.

    Dalam metode penetrant test ini semua langkah kerja tidak bisa diabaikan begitu

    saja dan harus berurutan. Untuk menunjang keberhasilan suatu pengujian menggunakan

    uji penetrant test, persiapan alat dan bahan harus lengkap. Selain itu, persiapan

    permukaan benda kerja juga sangat perlu untuk diperhatikan, karena jika suatu benda

    kerja yang hendak dilakukan test uji pentrant pada permukaanya masih terdapat kotoran

    seperti grease, oli, minyak dll, maka hal ini akan mempengaruhi hasil uji penetrant.

    Untuk jarak penyemprotan pun tidak bisa sembarangan yaitu sekitar 30 cm. Ketika

    membersihkan penetrant dengan cleaner/remover tidak boleh disemprotkan secara

    langsung karena dapat menghilangkan penetrant yang ada didalam cacat, tetapi

    disemprotkan kepada majun/kain pembersih kemudian majun/kain pembersih itulah yang

    digun akan untuk membersihkan penetrant pada specimen uji. Pembersihannya dilakukan

    secara searah agar penetrant yang ada didalam cacat tidak terbawa. Dan perlu

    diperhatikan bahwa harus benar-benar terlihat bersih tidak menimbulkan indikasi palsu.

    Pada penyemprotan developer pun harus merata, agar semua cacat yang ada dapat

    diketahui.

  • BAB V

    KESIMPULAN

    Kesimpulan

    Dari hasil penetran test terhadap material tipe A2, Kami tarik kesimpulan

    bahwa uji penetran test hanya bisa mendeteksi diskoninuitas dipermukaan saja seperti

    crack dan porosity.

    Uji penetran ini, bisa digunakan untuk menguji material yang permukaannya

    tidak berpori. Teknik pengujian menggunakan penetrant test ini meliputi 3 cara, yaitu

    solvent removable, water-washable dan post emulsifer yang mana kita bisa memilih

    metode itu berdasarkan keperluan bagian-bagian mana saja yang perlu diuji.Sedangkan

    metode yang kami gunakan solvent removable.

  • LAMPIRAN

    Gb. Baja A2

    Gb. Baja A2 dengan intensitas cahaya 100,2 dan jarak lampu 170 dengan menggunakan

    12watt.

    Gb.baja A2

    Gb. Saat baja A2 sudah semprot cleaner untuk membersihkan sisa-sisa penetran atau

    kotoran-kotoran lain yang ada di benda kerja.

  • Gb.baja di lapisi oleh penetrant

    Gb. Baja saat di semprot dengan penetran dengan menggunakan intensitas cahaya dan

    jarak cahaya yang telah di tentukan .

    Gb.proses penyemprotan cleaner yang ke 2

    Gb. Proses penyemprotan cleaner setalah melakukan proses penetrant

  • Gb .proses penyembrotan defeloper

    Gb .proses penyemprotan defeloper untuk mengetahui cacat pada baja A2 dengan

    mendiaamkan minimal 10 menit.

    Gb. Ppengukuran

    Gb. Pengukuran kecacatan baja benda.

  • Daftar Pustaka .

    1. http://wendisukma.blogspot.com/2012/06/uji-penetrant-penetran-test.html 2. http://binderismine.blogspot.com/2013/01/laporan-penetrant-test.html 3. http://anan-dk.blogspot.com/2011/11/pengujian-ndt-dengan-metode-dye.html