laporan pendahuluan pada pasien demam reumatik

31
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DEMAM REUMATIK (ANAK) KAJIAN TEORI A. DEFINISI Demam reumatik adalah penyakit inflamasi serius yang dapat terjadi pada individu 1 sampai 4 minggu setelah infeksi tenggorokan oleh bakteri Streptococcus beta-hemolitik grup A yang tidak diobati. Kondisi akut ditandai dengan demam dan inflamasi di persendian , jantung sistem saraf, dan kulit. Pada beberapa kasus, demam reumatik dapat secara permanen memengaruhi struktur dan fungsi jantung, terutama katup jantung. Demam Reumatik adalah jenis penyakit yang jarang terjadi, hanya menyerang 3% penderita infeksi streptokokus yang tidak diobati. Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah infeksi streptokokus grup A pada individu yang mempunyai faktor predisposisi. Penyakit ini masih merupakan penyebab terpenting penyakit jantung didapat (acquired heart disease) pada anak dan dewasa muda di banyak negara terutama negara sedang berkembang. Keterlibatan kardiovaskular pada penyakit ini ditandai oleh inflamasi endokardium dan miokardium melalui suatu proses autoimun yang menyebabkan kerusakan jaringan. Serangan pertama demam reumatik akut terjadi paling sering antara umur 5-15 tahun. Demam reumatik jarang ditemukan pada anak di bawah umur 5 tahun. Demam reumatik akut menyertai faringitis Streptococcus beta hemolyticus grup A yang tidak diobati. Pengobatan yang tuntas terhadap faringitis akut hampir meniadakan resiko terjadinya demam reumatik. Diperkirakan hanya sekitar 3 % dari individu yang belum pernah menderita demam reumatik akan menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis streptokokus yang tidak diobati

Upload: jesse-fling

Post on 29-Oct-2015

289 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

f

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DEMAM REUMATIK (ANAK)

KAJIAN TEORI

A.   DEFINISI

Demam reumatik adalah penyakit inflamasi serius yang dapat terjadi pada individu 1 sampai 4 minggu setelah infeksi tenggorokan oleh bakteri Streptococcus beta-hemolitik grup A yang tidak diobati. Kondisi akut ditandai dengan demam dan inflamasi di persendian , jantung sistem saraf, dan kulit. Pada beberapa kasus, demam reumatik dapat secara permanen memengaruhi struktur dan fungsi jantung, terutama katup jantung. Demam Reumatik adalah jenis penyakit yang jarang terjadi, hanya menyerang 3% penderita infeksi streptokokus yang tidak diobati.

Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah infeksi streptokokus grup A pada individu yang mempunyai faktor predisposisi. Penyakit ini masih merupakan penyebab terpenting penyakit jantung didapat (acquired heart disease) pada anak dan dewasa muda di banyak negara terutama negara sedang berkembang. Keterlibatan kardiovaskular pada penyakit ini ditandai oleh inflamasi endokardium dan miokardium melalui suatu proses autoimun yang menyebabkan kerusakan jaringan.

Serangan pertama demam reumatik akut terjadi paling sering antara umur 5-15 tahun. Demam reumatik jarang ditemukan pada anak di bawah umur 5 tahun.

Demam reumatik akut menyertai faringitis Streptococcus beta hemolyticus grup A yang tidak diobati. Pengobatan yang tuntas terhadap faringitis akut hampir meniadakan resiko terjadinya demam reumatik. Diperkirakan hanya sekitar 3 % dari individu yang belum pernah menderita demam reumatik akan menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis streptokokus yang tidak diobati

Page 2: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

B.   EPIDEMIOLOGI

Saat ini diperkirakan insiden demam reumatik di Amerika Serikat adalah 0,6 per 100.000 penduduk pada kelompok usia 5 sampai 19 tahun. Insidens yang hampir sama dilaporkan di negara Eropa Barat. Angka tersebut menggambarkan penurunan tajam apabila dibandingkan angka yang dilaporkan pada awal abad ini, yaitu 100-200 per 100.000 penduduk..

Sebaliknya insidens demam reumatik masih tinggi di negara berkembang. Data dari negara berkembang menunjukkan bahwa prevalensi demam reumatik masih amat tinggi sedang mortalitas penyakit jantung reumatik sekurangnya 10 kali lebih tinggi daripada di negara maju. Di Srilangka insidens demam reumatik pada tahun 1976 dilaporkan lebih kurang 100-150 kasus per 100.000 penduduk. Di India, prevalensi demam reumatik dan penyakit jantung reumatik pada tahun 1980 diperkirakan antara 6-11 per 1000 anak. Di Yemen, masalah demam reumatik dan penyakit jantung reumatik sangat besar dan merupakan penyakit kardiovaskular pertama yang menyerang anak-anak dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Di Yogyakarta pasien dengan demam reumatik dan penyakit jantung reumatik yang diobati di Unit Penyakit Anak dalam periode 1980-1989 sekitar 25-35 per tahun, sedangkan di Unit Penyakit Anak RS. Cipto Mangunkusumo tercatat rata-rata 60-80 kasus baru per tahun.

Insidens penyakit ini di negara maju telah menurun dengan tajam selama 6 dekade terakhir, meskipun begitu dalam 10 tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan kasus demam reumatik yang mencolok di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Hal tersebut mengingatkan kita bahwa demam reumatik belum seluruhnya terberantas, dan selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan masalah kesehatan masyarakat baik di negara berkembang maupun negara maju.

C.   ETIOLOGI

Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Infeksi Streptococcus beta hemolyticus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik, baik pada serangan pertama maupun serangan ulangan. Untuk menyebabkan serangan demam reumatik, Streptokokus grup A harus menyebabkan infeksi pada faring, bukan hanya kolonisasi superficial. Berbeda dengan glumeronefritis yang berhubungan dengan infeksi Streptococcus di kulit maupun di saluran napas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi Streptococcus di kulit.

Hubungan etiologis antara kuman Streptococcus dengan demam reumatik diketahui dari data sebagai berikut:

1.     Pada sebagian besar kasus demam reumatik akut terdapat peninggian kadar antibodi terhadap Streptococcus atau dapat diisolasi kuman beta-Streptococcus hemolyticus grup A, atau keduanya.

2.     Insidens demam reumatik yang tinggi biasanya bersamaan dengan insidens oleh beta-Streptococcus hemolyticus grup A yang tinggi pula. Diperkirakan hanya sekitar 3% dari individu yang belum pernah menderita demam reumatik akan menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis Streptococcus yang tidak diobati.

3.     Serangan ulang demam reumatik akan sangat menurun bila penderita mendapat pencegahan yang teratur dengan antibiotika.

Page 3: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

D.   PATOFISIOLOGI

Demam reumatik adalah suatu hasil respon imunologi abnormal yang disebabkan oleh kelompok kuman A beta-hemolitic treptococcus yang menyerang pada pharynx.

Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 prodak ekstrasel; yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase, deoksiribonuklease serta streptococca erythrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang timbulnya antibodi. Demam reumatik yang terjadi diduga akibat kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap beberapa produk tersebut.

Sensitivitas sel B antibodi memproduksi antistreptococcus yang membentuk imun kompleks. Reaksi silang imun komleks tersebut dengan sarcolema kardiak menimbulkan respon peradangan myocardial dan valvular. Peradangan biasanya terjadi pada katup mitral, yang mana akan menjadi skar dan kerusakan permanen.

Demam rematik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan atau pengobatan yang tidak tuntas karena infeksi saluran nafas atas oleh kelompok kuman A betahemolytic.

Mungkin ada predisposisi genetik, dan ruangan yang sesak khususnya di ruang kelas atau tempat tinggal yang dapat meningkatkan risiko. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas adalah fase akut dan kronik dengan karditis.

Page 4: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

E.   PATHWAY

Bakteri Streptococcus Beta Hemolyticus group A

Menginfeksi tenggorokan

Sel B memproduksi antibody anti streptococcus

Reaksi antigen antibody

Demam rematik hipertermi menggigil

 

Sterptococcus menghasilkan enzim

Enzim merusak katup jantung

 

Penyakit katup jantung

 

Akut kronis

Demam terbentuk jaringan parut 

Reaksi inflamasi (terjadi di persendian, jantung, system saraf dan kulit)

Katup membengkok kemerahan

Edema pada jantung  Obstruksi pembentukan darah   

Gangguan sirkulasi darah 

Gangguan aliran darahgangguan darah ke jaringan perifer gangguan aliran darah ke muskuloskeletal

Substansi pengangkutan O2 berkurang berkurangnya O2 sianosis gangguan perfusi kekurangan o2

jaringan

Page 5: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

 

O2 menuju paru paru berkurangmetabolism anaerob metabolism basal terganggu Sesak nafas penimbunan asam laktat energi yang terbentuk berkurang

Pola nafas tidak efektif gangguan rasa nyaman / nyeri kelelahan

 Intoleransi aktifitas penurunan curah jantung

Page 6: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

F.    MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi Mayor Manifestasi Minor

Cardistis (tidak berfungsinya katup mitral dan aorta, pulse meningkat waktu istirahat dan tidur).

Polyarthritis (panas, merah, bengkak pada persendian).

Erytema marginatum (kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan)

Nodula subcutaneous (terdapat pada permukaan ekstensor persendian).

Khorea (kelainan neurologis akibat perubahan vaskular SSP)

Demam Althralgia Demam rematik atau penyakit

jantung rematik LED meningkat C-reative protein (CRP) ++ Antistretolysin O meningkat Anemia Leukositosis. Perubahan rekaman ECG (PR

memanjang, interval QT).

Dengan adanya riwayat infeksi stretococcus.

G.   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANG1)    Pemeriksaan darah-         LED tinggi sekali-         Lekositosis-         Nilai hemoglobin dapat rendah2)    Pemeriksaan bakteriologi-         Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya streptococcus.-         Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti hyaluronidase.3)    Pemeriksaan radiologi-         Elektrokardoigrafi dan ekokardiografi untuk menilai adanya kelainan jantung.

H.   PENATALAKSANAANKarena demam rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus beta-

hemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada radang tersebut. Ini dapat berupa :

a.    Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup APengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan dilanjutkan dengan

pencegahan. Erythromycin diberikan kepada mereka yang alergi terhadap penicillin.b.    Obat anti rematik

Baik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang berguna untuk mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut pada DR.

c.    DietMakanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.

d.    IstirahatIstirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk jantung mengecil

pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada kasus DR minus carditis. Pada kasus plus carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu – 3 bulan tergantung pada berat ringannya kelainan yang ada serta kemajuan perjalanan penyakit.

e.    Obat-obat Lain

Page 7: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

Diberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan dekompensasi kordis diberikan digitalis, diuretika dan sedative. Bila ada chorea diberikan largactil dan lain-lain.

I.      KOMPLIKASI

1)    Dekompensasi CordisPeristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya

sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena kelainan struktur jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau gabungan kedua faktor tersebut.

Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan digitalis dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang paling penting mengobati penyakit primer.

2)    PericarditisPeradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang

yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.

 

Page 8: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.Mawar

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DEMAM REUMATIK

DI RSUD KUPANG

TANGGAL 27 September 2012 – 29 September 2012

I.       PENGKAJIAN

1.       Identitas

a.      Identitas Pasien

Nama : An. Mawar

Umur : 5 tahun

Agama : Kristen

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Kawin

Pendidikan : TK

Pekerjaan : Pelajar

Suku Bangsa : Indonesia

Alamat : Papua

Tanggal Masuk : 27 September 2012

Tanggal Pengkajian : 27 September 2012

No. Register : 031776

Diagnosa Medis : Demam Reumatik

b.      Identitas Penanggung Jawab

Tidak terkaji

2.      Status Kesehatan

a.      Status Kesehatan Saat Ini

1)      Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)

Keluarga px mengatakan saat px masuk rumah sakit px mengalami panas

Page 9: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

2)      Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini

Alasan Masuk Rumah Sakit : px mengeluh badannya panas

Perjalanan penyakit saat ini : Keluarga px mengatakan px mengalami sesak, panas,

nyeri, dan pembengkakan sendi. Nyeri dirasakan di bagian persendian ( lutut,siku dan

pergelangan tangan)seperti ditusuk – tusuk dengan skala nyeri 5 di rasakan saat px

melakukan aktivitas

3)      Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

Keluarga px mengatakan px hanya di kompres untuk menurunkan panas tubuh

anaknya

b.      Satus Kesehatan Masa Lalu

1)      Penyakit yang pernah dialami

Keluarga px mengatakan px tidak pernah menderita penyakit serius seperti

hipertensi

2)      Pernah dirawat

Keluarga Px mengatakan sebelumnya px tidak pernah di rawat di rumah sakit

3)      Alergi

Keluarga px mengatakan px tidak mempunyai alergi terhadap apapun

4)      Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)

Keluarga px mengatakan px tidak mempunyai kebiasaan merokok minum kopi maupun

minum alkohol

c.       Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga px mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular seperti hepatitis,

dan menurun (DM)

Page 10: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

d.      Diagnosa Medis dan Therapy

Diagnosa Medis : Demam Reumatik

3.      Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

a.      Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan

Keluarga px mengatakan bahwa dia yakin dengan menggunakan pelayanan kesehatan

anaknya akan sembuh dan cepat pulang

b.      Pola Nutrisi-Metabolik

·   Sebelum sakit :

Keluarga px mengatakan, px biasa makan 1 piring nasi dengan lauk dan sayur

( 3xsehari). Px juga biasa minum air putih kurang lebih 6- 8 gelas

·   Saat sakit :

Keluarga px mengatakan, nafsu makan px menurun dan hanya menghabiskan ½ porsi

nasi dengan lauk dan sayur. Dan minum kurang dari 6-8 gelas/ hari

c.       Pola Eliminasi

1)   BAB

·   Sebelum sakit :

Keluarga px mengatakan sebelum sakit BAB px normal 1x sehari setiap pagi dengan

konsistensi lembek kecoklatan dan bau khas feses

·   Saat sakit :

Keluarga px mengatakan dari masuk rumah sakit tgl 27 September 2012 sampai tgl 29

September 2012 px BAB sedikit dengan konsistensi lembek kecoklatan dan bau khas

feses

2)   BAK

·      Sebelum sakit :

Keluarga px mengatakan px biasa BAK 5-6 x sehari dengan konsistensi kuning cair dan

bau khas urine

·      Saat sakit :

Page 11: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

Keluarga Px mengatakan saat sakit BAK px kurang dari 5-6 x shari

d.      Pola aktivitas dan latihan

1)   Aktivitas

Kemampuan

Perawatan Diri

0 1 2 3 4

Makan dan

minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Berpindah

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:

tergantung total

2)  Latihan

·       Sebelum sakit

Keluarga px mengatakan sebelum sakit px biasa melekukan aktivitas sehari – hari

seperti bermain

·    Saat sakit

Keluarga px mengatakan saat sakit px hanya bisa berbaring di tempat tidur

e.       Pola kognitif dan Persepsi

Keluarga px mengatakan px tidak mengetahui sakitnya karena px masih kecil

f.       Pola Persepsi-Konsep diri

Keluarga px mengatakan px tidak bisa bersekolah seperti biasa karena harus terbaring

di rumah sakit

Page 12: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

g.      Pola Tidur dan Istirahat

· Sebelum sakit :

Keluarga px mengatakan pasien biasa tidur siang 30 menit sampai 1 jam per hari dan

tidur malam 6-7 jam perhari dan px tidur dengan nyenyak

· Saat sakit :

Keluarga px mengatakan tidur px terganggu karena badannya panas

h.      Pola Peran-Hubungan

Keluarga px mengatakan hubungan px dengan keluarganya baik telihat ayah ibu, ayah

dan keluarga lainnya menemani px bergiliran dan selalu member support untuk tetap

tenang agar cepat sembuh dan pulang

i.        Pola Seksual-Reproduksi

·   Sebelum sakit :

·   Saat sakit :

j.        Pola Toleransi Stress-Koping

Keluarga px mengatakan bahwa biasa bercerita tentang masalnya pada ayah dan

ibunya

k.      Pola Nilai-Kepercayaan

Px beragama Kristen dan keluarga px mengatakan px hanya bias berdoa di tempat tidur

sambil berbaring ditemani keluarganya

4.      Pengkajian Fisik

a.       Keadaan umum : komposmetis

Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma

GCS : verbal: 6 Psikomotor: 4 Mata :5

b.      Tanda-tanda Vital : Nadi = 88 x/mnt, Suhu = 38 0C , TD = 140/100 mmhg, RR

=28x/menit

c.       Keadaan fisik

Page 13: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

a.       Kepala dan leher :

Kepala : I : Rambut hitam, penyebaran rambut merata, tidak ada rontok dan tidak ada

kebotakan

P : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan

Mata I : simetris,konjung tipa anemis, skera anikterik, pupil isokor, tidaka ada kantung

mata, tidak ada edema palpebra.

P : tidak ada nyeri tekan

Hidung : I : simetris, penyebaran rambut silia merta, terdapat sekcret, dan ada

nafas cuping hidung,dan penggunaan otot bantu nafas.

P : tidak ada nyeri tekan pada sinus prontalis, etmoidalis, maksilaris.

Mulut : I : tidak ada cyanosis,tidak ada karies,tidak ada stomatitis,bibir simetris.

Telinga : I : simetris, tidak ada lesi,tidak ada luka,tidak ada serumen dan discharge.

P : tidak ada nyeri tekan pada kartilago.

b.      Dada :

·   Paru

I : simetris

P : vokal taktil premitus terasa getaran

P : sonor

A : vesikuler

·   Jantung

I : terlihat iktuskordis

P : Teraba iktuskordis di ICS 5

P : dallnes

A : muffled

c.       Payudara dan ketiak :

I : payu dara dan ketiak simetris, tidak ada lesi, tidak ada luka

P : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan

d.      abdomen :

I : simetris, tidak ada hiperpigmentasi

Page 14: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

A : Peristaltik

P : tidak ada nyeri tekan

P : timpani

e.       Genetalia :

Tidak terkaji

f. Integumen :

I : tidak ada hiperpigmentasi

P : turgor kulit elastis

g.  Ekstremitas :

·         Atas:

I : simetris,tidak ada lesi

P : CRT kurang dari 3 detik

·         Bawah

I : Simetris, tidak ada lesi tidak ada luka

P : CRT kurang dari 3 detik

a.       Neurologis :

·         Status mental da emosi :

Baik

·         Pengkajian saraf kranial :

Tidak Terkaji

·         Pemeriksaan refleks :

Hammer : Otot bisep dan trisep :+ /+

Patela :+

b.      Pemeriksaan Penunjang

1.      Data laboratorium yang berhubungan

27 september 2012

Di temukan kardiomegali, bunyi jantung muffled dan perubahan EKG.

Page 15: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

Tgl 28 september 2012

Diperoleh nilai ASTO> 100 IU/ ml, LED meningkat dan CRP (+)

2.      Pemeriksaan radiologi

Tidak terkaji

3.      Hasil konsultasi

Tidak terkaji

4.      Pemeriksaan penunjang diagnostic lain

Tidak terkaji

h.      ANALISA DATA

A.    Tabel Analisa Data

DATA Etiologi MASALAH

1.      Ds :pasien mengeluh

badanya panas

Do : suhu tubuh pasien

380C . pasien terlihat lemas

2.Ds: px mengeluh nyeri pada

bagian persendian rasanya

seperti di tusuk-tusuk

apabila px melakukan

aktifitas.

Do:Skala nyeri 5, dan px

terlihat meringis kesakitan

TD: 140/100mmHg

S: 380C

N: 88x/mnt

Proses implamasi

Agen cidera biologis

(implamasi)

Hipertermi

Nyeri akut

Page 16: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

RR: 28x/mnt

3.Ds : keluarga pasien

mengatakan nafsu makan

pasien menurun .

Do : BB pasien saat sakit 18 kg

, TB pasien 110 cm ,

membran mukosa kering ,

pasien hanya mau makan

setengah piring nasi, lauk

dan sayur

Ketidakmampuan untuk mencerna

makanan

Gangguan kebutuhan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

B.     Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas

N

O

TANGGAL /

JAM

DITEMUKAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL

TERATASI

Ttd

27 September

2012/ 10.00

WITA

27 September

2012 / 10.00

wita

Hipertermi berhubungan dengan proses

implamasi ditandai dengan suhu tubuh pasien

38 0C , pasien terlihat lemas

Gangguan rasa nyaman nyeri pada sendi b/d

proses inflamasi ditandai dengan pasien

mengeluh nyeri di bagian sendi , seperti di

tusuk-tusuk , skala nyeri 5 , pasien terlihat

gelisah, TD: 140/100mmHg , Nadi 88 x/menit.

Page 17: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

27 September

2012 /10.00 Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerna makanan

ditandai dengan porsi makanan pasien

menurun dengan makan setengah piring

nasi , lauk dan sayur

C.    Rencana Tindakan Keperawatan

Hari/

Tgl

No

Dx

Rencana Perawatan Ttd

Tujuan dan

Kriteria HasilIntervensi Rasional

Kamis/

27

septem

ber

2012

1

1

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan suhu

tubuh pasien

kembali normal

dengan criteria

hasil:

        Rentang suhu

tubuh pasien 36-

37,5 0 C

        Tubuh Pasien

tidak lemas

1. Kaji saat timbulnya demam

b. 2. Observasi tanda-tanda vital

: suhu, nadi, TD,

pernafasan setiap 3 jam

B3. Berikan kompres hangat

dan anjurkan memakai

pakaian tipis

4.Berikan penjelasan tentang

penyebab demam atau

peningkatan suhu tubuh

d.5. Berikan penjelasan pada

klien dan keluarga tentang

hal-hal yang dilakukan

1. Dapat diidentifikasi

pola/tingkat demam

2.Tanda-tanda

vitalmerupakan

acuan untuk

mengetahui keadan

umumKlien

3. Kompres akan

dapat membantu

menurunkan suhu

tubuh, pakaian

tipisakan dapat

membantumeningkat

kanpenguapan

panas tubuh

4. Penjelasan

tentang kondisi yang

Page 18: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

2

e.6.Jelaskan pentingnya tirah

baring bagi klien dan

akibatnya jika hal tersebut

tidak dilakukan

f.7. Anjurkan klien untuk banyak

minum kurang lebih 2,5 – 3

liter/hari dan jelaskan

manfaatnya

8.Berikan antipiretik sesuai

dengan instruksi Dokter

dilami klien dapat

membantu

mengurangi

kecemasan klien dan

keluarga

5.      Untuk mengatasi

demam dan

menganjurkan klien

dan keluarga

untuklebih kooperatif

6.      Keterlibatan

keluarga sangat

berarti dalam proses

penyembuhan kliendi

RS

7.      Peningkatan suhu

tubuh mengakibatkan

penguapan cairan

tubuhmeningkat

sehingga perlu

diimbangi dengan

asupan cairan

yangbanyak

8.      Antipiretika yang

mempunyai reseptor

di hypothalamus

dapatmeregulasi

suhu tubuh sehingga

suhu tubuh

diupayakan

mendekatisuhu

Page 19: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

Kamis/

27

septem

ber

2012

Kamis,

27

Septem

ber

2012

3

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan

pasien dapat

mengontrol nyeri

yang

dirasakannya

dengan criteria

hasil:

-. Pasien

mengatakan nyeri

terkontrol dengan

skala 1-3

- pasien tidak

tampak gelisah

- TTV dalam

rentang normal

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama 3x 24 jam

diharapkan pola

makan px

seimbang dengan

kriteria hasil :

-       Asupan nutrisi px

meningkat tanpa

keluhan

1.      Kaji P,Q,R,S,T pasien

2.      Kaji tanda – tanda vital

3.      Lakukan reposisi sesuai

petunjuk misalnya semi fowler

4.      Anjurkan px untuk

memberitahu perawat dengan

cepat bila terjadi nyeri

5.      Beritahu pasien untuk

istirahat total

6.      Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat

analgesic salisalat

1.      Kaji makanan kesukaan klien

2.      Kaji alergi makanan

3.      Monitor adanya tanda-tanda

malnutrisi

4.      Berikan makanan lunak

pada pasien

5.      Berikan pendiddikan

kesehatan tentang kebutuhan

kalori dan tindakan yang

berhubungan dengan nutrisi

6.      Kolaborasi dengan ahli gizi

normal

1. Mengetahui

PQRST

2. Mengetahu tanda-

tanda vital

3. Menurunkan

kebutuhan oksigen

4. mengatasi nyeri

5. untuk

meminimalkan resiko

cedera

6. analgesic untuk

mengurangi rasa

nyeri

1.Menambah nafsu

makan pasien

2.Mengetahui alergi

terhadap makanan

3. Mengetahui adanya

ketidak seimbangan

nutrisi

4. memudahkan

pasien untuk

mencerna makanan

5. Meningkatkan

pengetahuan agar

Page 20: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

-       Tidak ada tanda

– tanda mal

nutrisi seperti :

turgor kulit tidak

elastis,

membrane

mukosa kering,

konjungtiva

anemis

-       Porsi makan px

normal 3x sehari

tentang pemenuhan nutrisi pasien lebih

kooperatif

6. Menjaga

keseimbang nutrsisi

D.          Implementasi Keperawatan

Hari/

Tgl/Jam

No

Dx

Tindakan

Keperawatan

Evaluasi proses Ttd

Jumat

28

Septembe

r 2012

15.00 wita

16.00

2

1

1.Mengkaji PQRST

2.Mengukur Suhu

Tubuh Pasien

DS : Pasien mengatakan nyerinya masih

dirasakan

DO: Skala nyeri pasien 4

TD : 110/90 mmHg

N : 88 x/ mnt

S : 38oC

RR : 28 x/mnt

DS: Pasien mengatakan badannya lemas

Page 21: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

17.00 wita

18.00 wita

18.30 wita

19.00 wita

Sabtu ,

29

septembe

r 2012

08.00 wita

1.       

1,

2

2

1

1

1,

2

3.Memantau tanda-

tanda vital

4. Memantau pola

makan pasien

5. Memberikan obat

antipiretik

5.Membantu pasien

dalam posisi semi

fowler

1.Membantu pasien

mandi

DO: Suhu tubuh pasien 37,5 oC

DS: Pasien mengatakan sudah lebih nyaman

DO: TD: 110/80mmHg

N: 86x/menit

S:37oC

RR: 28x/menit

DS : pasien mengatakan tidak nafsu makan

DO : pasien terlihat lemas

DO: Pasien terlihat meminum obatnya

DS: pasien mengatakan merasa lebih

nyaman

DO: pasien terlihat lebih nyaman

DS: pasien mengatakan lebih segar

DO: pasien terlihat lebih nyaman dan lebih

segar

Page 22: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

10.00 wita

11.00 wita

12.00 wita

12.30 wita

1

1,

2

2

1,

2

2. Mengkaji skala nyeri

pasien

3.Memantau tanda-

tanda vital

4.Mengkaji pola makan

pasien

4.Mengkolaborasi

pemberian obat

salisilat dan vitamin

C

DS : pasien mengatakan nyerinya sudah

berkurang

DO: pasien terlihat lebih nyaman dengan skala

nyeri pasien 2

DS: pasien merasa lebih nyaman

DO : TD: 120/ 80 mmHg

S: 37 0 C

N : 80 x/menit

RR: 20 x/ menit

DS: pasien mengatakan pola makannya sudah

mulai kembali walaupun tidak bisa

menghabiskan 1 piring nasi

DO: pasien makan ¾ piring nasi , lauk. Sayur

DS: pasien mengatakan merasa lebih nyaman

DO: pasien terlihat meminum obatnya

E.           Evaluasi Keperawatan

NoHari/Tgl

JamNo Dx Evaluasi TTd

Page 23: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

1

2

Sabtu , 29

september

2012

17.00 wita

Sabtu,29

september

2012

17.00 wita

1

2

S: Pasien mengatakan nyerinya

sudah berkurang dan merasa

lebih nyaman

O:Skala nyeri pasien 2 pada

daerah persendian

TD: 110/80 mmHg

N : 80x/mnt

S : 37 oC

RR : 20 x/ mnt

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutan Rencana Keperawatan

S: Pasien mengatakan pola

makannya sudah mulai kembali

O : Pasien makan 3/4 piring 3x

sehari

A : Masalah Teratasi

P : Pertahankan Renpra

Page 24: Laporan Pendahuluan Pada Pasien Demam Reumatik

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer,dkk.1999. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jakarta: Penerbit Media Esculapius FKUI..

Arthur C. Guyton and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Baradero Mery spc. MN.dkk. 2008. Klien Gangguan KardiovaskulerMarylin E. Doengoes, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Peneribit Buku Kedokteran EGC.

Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak: Textbook of Pediatrics Edisi 12. Jakarta:EGC.

Sunoto, Pratanu. 1990. Penyakit Jantung Rematik. Makalah Tidak dipublikasikan,

Surabaya

Smeltzer Bare, dkk. 1997. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.Sylvia A. Price. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 4.

Jakarta: Buku kedokteran EGC.

Wong and Whaley’s. 1996. Clinical Manual of Pediatrics Nursing 4th Edition, Mosby-

Year Book, St.Louis, Missouri.