laporan pendahuluan halusinasi

22
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN I. KASUS (MASALAH UTAMA) Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran II. KONSEP DASAR HALUSINASI 1. Pengertian Perubahan persepsi sensori adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat yang diprakarsai secara internal atau eksternal disertai dengan pengurangan, melebih-lebihkan, distorsi atau kelainan berespon terhadap stimulus (Stuart dan Sundeen, 1998). Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulasi yang nyata (FKUI, 1998). Sedangkan menurut Wilson (1987), halusinasi adalah gangguan penyerapan / persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang terjadi pada sistem penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh atau tidak. Maksudnya rangsangan terjadi pada klien dalam keadaan dapat menerima rangsangan dari luar tapi tidak dapat membedakan antara rangsangan dari luar dan dari dalam individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan oleh orang lain.

Upload: ry-lestary

Post on 20-Jan-2016

142 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

PENDENGARAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA)

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

II. KONSEP DASAR HALUSINASI

1. Pengertian

Perubahan persepsi sensori adalah suatu keadaan di mana seseorang

mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat yang

diprakarsai secara internal atau eksternal disertai dengan pengurangan, melebih-

lebihkan, distorsi atau kelainan berespon terhadap stimulus (Stuart dan Sundeen,

1998).

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulasi yang

nyata (FKUI, 1998). Sedangkan menurut Wilson (1987), halusinasi adalah

gangguan penyerapan / persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar

yang terjadi pada sistem penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran

individu itu penuh atau tidak. Maksudnya rangsangan terjadi pada klien dalam

keadaan dapat menerima rangsangan dari luar tapi tidak dapat membedakan antara

rangsangan dari luar dan dari dalam individu. Dengan kata lain klien berespon

terhadap rangsangan yang tidak nyata, hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat

dibuktikan oleh orang lain.

Jadi, perubahan persepsi sensori: halusinasi adalah gangguan persepsi di mana

klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu penerapan

indera tanpa adanya rangsangan dari luar.

2. Etiologi

a. Faktor predisposisi

1) Faktor perkembangan terhambat

a) Usia sekolah (6-12 tahun) mengalami peristiwa yang tidak

menyenangkan selama sosialisasi dan kegiatan sekolah

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

b) Usia remaja (12-21 tahun) mengalami krisis identitas yang tidak

terselesaikan.

2) Faktor komunikasi dalam keluarga

Komunikasi tertutup, tidak ada komunikasi, tidak ada kehangatan, orang

tua yang membandingkan anak-anaknya.

3) Faktor psikologis

Menutup diri, harga diri rendah, mudah kecewa dan putus asa.

4) Faktor genetik

Adanya keluarga yang menderita skizofrenia

b. Faktor presipitasi

1) Faktor social budaya

Kehilangan orang-orang yang dicintai dan lingkungan (permusuhan,

perceraian, dirawat di RS dan kematian)

2) Faktor biokimia

Stress yang mengakibatkan lepasnya dopamine atau zat halusinogenik

yang menyebabkan terjadinya halusinasi

3) Faktor psikologis

Kecemasan tinggi dan memanjang, tidak mampu mengataso masalah atau

kegagalan dalam hidup.

3. Proses terjadinya

Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitasnya dan

keparahannya. Stuart dan Laraia (2001) membagi fase halusinasi dalam 4 fase

berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan

dirinya, semakin berat fase halusinasi klien, semakin berat mengalami ansietas

dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.

Fase-fase halusinasi (Stuart dan Laraia, 2001)

a. Fase I : Comforting (ansietas sedang : halusinasi menyenangkan)

Karakteristik

Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas kesepian, rasa

bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan

untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa oikiran-pikiran dan

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika ansietas dapat

ditangani non psikotik.

Perilaku klien

Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa

suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang

asyik sendiri, diam dan asyik sendiri.

b. Fase II : Condeming (ansietas berat : halusinasi menjadi menjijikan)

Karakteristik

Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali

dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber

yang diperse[sikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh

pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain (psikotik ringan).

Perilaku pasien

Meningkatkan tanda-tanda sistem syarat otonom akibat ansietas seperti

peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, rentang

perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan

kemampuan membedakan halusinasi dengan realita.

c. Fase III : Controlling (ansietas berat : pengalaman sensori menjadi berkuasa)

Karakteristik

Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan

menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik, klien

mungkin mengalami kesepian jika sensori halusinasi berhenti (psikotik).

Perilaku pasien

Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti, kesukaran

berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik

atau menit, adanya tanda-tanda fisik ansietas berat seperti : berkeringat,

tremor, tidak mampu mengikuti perintah.

d. Fase IV : Conquering (panic : umumnya menjadi melebur dengan

halusinasinya)

Karakteristik

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Pengalaman sensori menjadi mengancam, jika klien mengikuti perintah

halusinasinya. Halusinasi berakhir dalam beberapa jam atau hari jika tidak

ada intervensi therapeutik (psikotik berat)

Perilaku klien

Perilaku teror akibat panik, potensi kuat suicide atau homicide, aktifirtas

fisik merefleksikan isi halusinasi seperti kekerasan, agitasi, menarik diri

atau katatonia, tidak mampu berespon terhadap perintah komplek.

4. Jenis halusinasi

Wilson dan Kneisl (1998) membagi halusinasi sebagai berikut :

a. Halusinasi dengar (Akustik, Auditorik)

Individu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan atau

mengancam dirinya pada hal tidak ada suara di sekitarnya. Halusinasi dengar

sering terjadi pada skizoprenia.

b. Halusinasi lihat (Visual)

Individu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada.

Halusinasi lihat sering terjadi pada gangguan mental organic (Acute organic

brain syndrome).

c. Halusinasi bau atau hirup (Olfatorik)

Halusinasi ini jarang ditemukan, individu yang mengalami halusinasi bau

mengatakan mencium bau-bauan seperti : bau bunga, bau kemenyan, bau

mayat yang tidak ada sumbernya.

d. Halusinasi kecap (Gustatorik)

Individu merasa mengecap suatu rasa di mulutnya. Halusinasi ini sering terjadi

pada seizure disorders.

e. Halusinasi raba / singgungan (Taktil)

Individu yang bersangkutan merasa binatang merayap pada kulitnya. Bila

rabaan ini merupakan rangsangan seksual maka halusinasi ini disebut

halusinasi haptik.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

f. Halusinasi Chenes Thetik

Individu merasakan fungsi tubuhnya seperti aliran darah di vena atau arteri.

g. Halusinasi Kinestetik

Individu merasakan pergerakan sementara individu berdiri tanpa bergerak.

5. Tanda dan Gejala

Tanda atau gejala yang muncul pada klien halusinasi adalah bicara kacau,

senyum dan tertawa sendiri, mengatakan mendengar suara-suara yang tidak jelas

dari mana sumbernya, menarik diri, mudah tersinggung, jengkel, marah, ekspresi

wajah tegang tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.

6. Penatalaksanaan medis

a. Farmakoterapi

Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita

skizoprenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi

dalam dua tahu penyakit.

Neoruleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita

dengan psikomotorik yang meningkat.

b. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang

grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektroda

yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan

pada skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau

injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.

c. Psikoterapi dan Rehabilitasi

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena

berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan klien kembali ke

masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul

dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien

tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik,

dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti therapy

modalitas.

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

7. Respon neurobiologis

Rentang respon neurobiologis dari keadaan respon persepsi adaptif hingga

keadaan ppersepsi maladaptive, dapat dilihat pada gambar rentang respon seperti

di bawah ini.

RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS

Respon adaptif Respon Maladaptif

Pemikiran logis Distorsi pikiran Kelainan

ikiran/delusi

Persepsi akurat ilusi Halusinasi

konsiten dgn pengalaman Reaksi emosional berlebihan atau kurang Ketidakmampuan

mengalami emosi

Perilaku sesuai Perilaku ganjil / tak lazim Ketidakberaturan

Hubungan social Menarik diri Isolasi sosial

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

III. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

DENGAR

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan dan merupakan

proses yang sistematis untuk mengumpulkan data, menganalisa dan menentukan

diagnosa keperawatan (Depkes RI, 1991).

Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenisnya.

Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda-tanda dan perilaku halusinasi,

maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui

jenis halusinasinya saja, validasi informasi tentang halusinasinya sangat

diperlukan, yang meliputi :

a. Isi halusinasi yang dialami klien

Dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar oleh klien.

b. Waktu dan frekuensi halusinasi

Dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman

halusinasi muncul, berapa kali, seminggu atau sebulan pengalaman halusinasi

itu muncul. Bila memungkinkan klien diminta menjelaskan kapan persisnya

waktu terjadi halusinasi tersebut. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi

pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu diperhatikan saat

mengalami halusinasi.

c. Situasi pencetus halusinasi

Perwat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami klien sebelum

mengalami halusinasi, ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien

kejadian yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu perawat juga

dapat mengobservasi apa yang dialami klein menjelang muncul halusinasi

untuk memvalidasi pernyataan klien.

d. Respon klien

Adapun data yang didapatkan pada klien dengan perubahan persepsi

sensori antara lain :

1) Data subyektif

Menyatakan mendengar suara-suara, tidak percaya terhadap lingkungan,

sulit tidur, tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi, merasa

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

berdosa, menyesal dan bingung terhadap halusinasinya, perasaan tidak

aman, merasa cemas, takut dan kadang-kadang panik, kebingungan.

2) Data obyektif

Tidak dapat membedakan hakl yang nyata dan tidak nyata,pembicaraan

kacau kadang tidak masuk akal, sulit membuat keputusan, tidak perhatian

terhadap perawatan dirinya, sering menyangkal dirinya sakit atau kurang

menyadari adanya maslah, ekspresi wajah sedih, ketakutan atau gembira,

klien tampak gelisah, insight kurang, tidak minat untuk makan.

Pohon masalah

Menurut Budi Anna Keliat (1998), pohon masalah pada perubahan persepsi

sensori sebagai berikut :

Resiko kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

Kerusakan interaksi sosial

Harga diri rendah kronis

2. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul dari pohon masalah di atas

adalah:

a. Resiko kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan

b. Ganguuan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

c. Kerusakan interaksi sosial

d. Harga diri rendah kronis

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

TUM :

Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

TUK :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria hasil:

- Ekspresi wajah bersahabat

- Menunjukkan rasa senang

- Ada kontak mata, mau berjabat tangan

- Mau menyebutkan nama, menjawab salam

- Klien mau duduk berdampingan dengan perawat

- Mau mengutarakan masalah yang dihadapi

Intervensi :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

f. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

klien

g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya

h. Dengarkan ungkapan klien dengan sikap empati

2. Klien dapat mengenal halusinasinya, dengan kriteria hasil :

- Klien menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang

menimbulkan halusinasi

- Klien menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusinasi

Intervensi

2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara jelas dan bertahap

2.2 Observasi tingkah laku pasien terkait dengan halusinasi, jika menemukan

klien yang sedang halusinasi :

- Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi)

- Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

- Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut,

namun perawat sendiri tidak mengalaminya. (dengan nada

bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)

- katakan bahwa klien lain yang mengalami hal yang sama

- katakan bahwa perawat akan membantu klien

Jika klien tidak sedang berhakusinasi, klasifikasi tentang adanya

pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien :

- isi, waktu, dan frekuensi (pagi, siang, sore, malam, atau sering dan

kadang-kadang)

- situasi menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi

2.3 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan

beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

2.4 Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan

tersebut

2.5 Diskusikan tentang cara yang dilakukan selama ini untuk mengontrol

halusinasinya

3. Klien dapat mengontrol halusinasi, dengan kriteria hasil :

- Klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk

mengendalikan halusinasinya

- Menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi

- Memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi

Intervensi:

3.1 Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi

halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri, dll)

3.2 Diskusikan cara dan manfaat yang digunakan klien

3.3 Diskusikan cara baru untuk memutuskan atau mengontrol timbulnya

halusinasi

3.4 Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk

mencobanya

3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

3.6 Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri

pujian

3.7 Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orietasi realita,

stimulasi persepsi.

4. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi, dengan kriteria

hasil :

- Keluarga menyebutkan pengertian, tanda, dan gejala, proses terjadinya

halusinasi, dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi

Intervensi :

4.1 Buat kontrak dengan keluarga (waktu, tempat dan topic)

4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung atau

kunjungan rumah)

- pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya

halusinasi, cara yang tepat dilakukan klien dan keluarga untuk

memutus halusinas, obat-obatan halusinasi

- cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri

kegiatan, jangan dibiarkan sendiri, bepergian bersama, memantau

obat-obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasinya

- beri informasi waktu control ke rumah sakit dan bagaimana cara

mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah.

4.3 Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan

orang lain

4.4 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik, dengan kriteria hasil :

- Klien menyebutkan manfaat minum obat; kerugian tidak minum obat;

nama, warna, dosis, efek samping obat dan efek terapi.

- Mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar

- Menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Intervensi :

5.1 Diskusi dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,

nama, warna, cara, dosis, efek terapi, dan efek samping penggunaan

obat.

5.2 Pantau klien saat penggunaan obat.

5.3 Beri pujian bila klien dapat menggunakan obat dengan benar

5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter

5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-

hal yang tidak diinginkan

5. Pelaksanaan

Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan

maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal dalam pelaksanaan disesuaikan

dengan rencana keperawatan dan kondisi klien.

6. Evaluasi

Evaluasi yang ingin dicapai yaitu :

a. klien dapat membina hubungan saling percaya

b. klien mengenal halusinasinya

c. klien dapat mengontrol halusinasinya

d. klien mulai dan mempertahankan hubungan dengan orang lain

e. klien mengerjakan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang disenangi

f. klien dapat berinteraksi di dalam kelompok

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistic pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:EGC.

Keliat, B.A. 2005. Proses Keperawatan Keseatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Mansjoer, A. 1999. Kalita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Erlangga University

Press.

Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta :

EGC.

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

Bangli, 24 April 2013

Pembimbing Praktek Mahasiswa

Ns. I Made Murdana, S.Kep Komang Sri Lestari

NIP. 196004101990031015 NIM. P07120011102

Mengetahui

Pembimbing Akademik

Drs. IGN. Putra, M.Kes.

NIP . 195012311971091006

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN “PM” DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI :

HALUSINASI PENDENGARAN

DI RUANG RSI BISMA RSJ PROVINSI BALI

PADA TANGGAL 22 – 24 APRIL 2013

OLEH :

KOMANG SRI LESTARI

P07120011102

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN