asuhan keperawatan pada klien halusinasi di …

170
POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI KELURAHAN SURAU GADANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO KOTA PADANG KARYA TULIS ILMIAH TILLA VANA ILHAM NIM : 143110271 JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI KELURAHAN SURAU GADANG WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NANGGALO KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

TILLA VANA ILHAM

NIM : 143110271

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG

TAHUN 2017

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI KELURAHAN SURAU GADANG WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NANGGALO KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

TILLA VANA ILHAM

NIM : 143110271

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG

TAHUN 2017

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan Judul“Asuhan Keperawatan Pada Klien Halusinasi Di Kelurahan

Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun

2017”Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,

sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Renidayati, S.Kp, M.Kep, Sp. Kep. Jiwa selaku pembimbing I yang telah

mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh

kesabaran dan perhatian dalam menyusun penelitian ini.

2. Bapak Idrus Salim, SKM, M. Kes selaku pembimbing II yang telah

mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh

kesabaran dan perhatian dalam menyusun penelitian ini

3. Ibu Heppi Sasmita, S.Kp, M. Kep, Sp.Jiwa selaku penguji I yang telah

memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian yang

peneliti susun.

4. Bapak Drs. Maswardi, M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan

masukan dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian yang peneliti susun.

5. Bapak H. Sunardi, SKM. M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI Padang.

6. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang

7. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III

Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Padang

8. Bapak Drg. Darius, selaku pimpinan Puskesmas Belimbing Kota Padang

beserta staf yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Identitas Diri

Nama : Tilla Vana Ilham

Nim : 143110271

Tempat / Tanggal Lahir : Padang/ 25 November 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : Syamsul Alimin

Ibu : Ilweni

Alamat : Jl. Ampang Pondok Mungil RT 04/RW 01 Padang

B. Riwayat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Tempat Tahun Masuk

Tahun Lulus

TK TK Darul „Ulum PGAI Padang 2001 2002 SD SD Bhayangkari 02 Padang 2002 2008

SMP SMP Adabiah Padang 2008 2011 SMA SMA N 5 Padang 2011 2014

PT Poltekkes Kemenkes Padang

Prodi D III Keperawatan Padang 2014 2017

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG JURUSAN KEPERAWATAN PADANG Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017 Tilla Vana Ilham Asuhan Keperawatan pada Klien Halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2017 Isi : xi + 81 Halaman + 2 tabel + 1 gambar + 2 bagan + 10 lampiran

ABSTRAK

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 diperkirakan sekitar 400 ribu orang mengalami skizofrenia. Data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015 penderita skizofrenia yaitu 7.059 orang. Laporan data yang didapatkan di Puskesmas Nanggalo tahun 2016 klien dengan skizofrenia berjumlah 107 orang. Tujuan penelitian ini menggambarkan penerapan asuhan keperawatan pada klien halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2017. Desain penelitian adalah deskriptif dengan tipe studi kasus. Populasi penelitian 63 orang skizofrenia dan sampel 11 orang skizofrenia yang mengalami halusinasi di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2016. Dua orang diambil untuk menjadi partisipan dengan teknik random sampling. Waktu penelitian telah dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2017. Waktu menerapkan asuhan keperawatan telah dilakukan mulai tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan tanggal 31 Mei 2017. Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi wawancara, observasi dan pengukuran. Instrumen yang digunakan format asuhan keperawatan jiwa. Analisa data meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Hasil penelitian didapatkan klien mengatakan mendengar suara-suara seperti menyuruh, menasehati, melihat bayangan dan tampak ketakutan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 10 hari klien mampu melakukan secara mandiri mengontrol halusinasi, mengontrol emosi, menjaga kebersihan diri, berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain dengan latihan strategi pelaksanaan yang telah diajarkan. Melalui pemegang progam keperawatan jiwa Puskesmas Nanggalo diharapkan dapat mengembangkan program kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi penanganan masalah gangguan kesehatan jiwa yang dialami klien dan keluarga dengan halusinasi. Kata Kunci (Key Word) : Halusinasi, Asuhan Keperawatan Daftar Pustaka : 29 (2007-2017)

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii LEMBAR ORISINALITAS........................................................................... v LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ vi ABSTRAK....................................................................................................... vii DAFTAR ISI.................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi DAFTAR BAGAN........................................................................................... xii DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii BABI PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8

A. Konsep Dasar Halusinasi ..................................................................... 8 1. Pengertian Halusinasi ...................................................................... 8 2. Proses Terjadinya Halusinasi............................................................ 8 3. Mekanisme Koping Halusinasi......................................................... 10 4. Rentang Respon Halusinasi ............................................................. 12 5. Tanda dan gejala Halusinasi.............................................................. 14 6. Penatalaksanaan Halusinasi.............................................................. 16

B. Konsep Asuhan Keperawatan Halusinasi.............................................. 18 1. Pengkajian Keperawatan.................................................................. 18 2. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 24 3. Intervensi Keperawatan.................................................................... 24 4. Implementasi Keperawatan.............................................................. 37 5. Evaluasi Keperawatan...................................................................... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 39

A. Desain Penelitian ............................................................................ 39 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 39 C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 40 D. Instrumen ......................................................................................... 41 E. Pengumpulan Data............................................................................ 42

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

F. Prosedur Penelitian............................................................................ 44 G. Analisa Data...................................................................................... 44

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS............................. ... 45 A. Hasil Penelitian............................................................................... 45

1. Pengkajian Keperawatan........................................................... 45 2. Diagnosa Keperawatan............................................................. 51 3. Intervensi Keperawatan............................................................ 52 4. Implementasi Keperawatan....................................................... 55 5. Evaluasi Keperawatan............................................................... 58

B. Pembahasan..................................................................................... 61 1. Pengkajian Keperawatan........................................................... 61 2. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 67 3. Intervensi Keperawatan............................................................. 50 4. Implementasi Keperawatan....................................................... 71 5. Evaluasi Keperawatan............................................................... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 79

A. Kesimpulan..................................................................................... 79 B. Saran................................................................................................ 81

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Ganchart

Lampiran 2 :Surat izin pengambilan data dan melakukan studi awal di

Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo

Padang

Lampiran 3 : Format skrinning halusinasi

Lampiran 4 : Surat izin penelitian di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja

Puskesmas Nanggalo Padang

Lampiran 5 : Informed consent

Lampiran 6 : Surat selesai melakukan penelitian

Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Proposal

Lampiran 8 : Lembar Konsultasi KTI

Lampiran 9 :Lembar Asuhan Keperawatan Jiwa

Lampiran 10 : Dokumentasi Kunjungan ke rumah partisipan

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang respon halusinasi............................................................... 12

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Skema Halusinasi............................................................................. 23

Bagan 2.2 Pohon masalah Halusinasi................................................................ 24

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan........................................................................ 28

Tabel 4.1 Deskripsi kasus klien kelolaan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah

Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2017.........................49

.

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seorang individu dapat berkembang

secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan jiwa

memiliki rentang respon adaptif yang merupakan sehat jiwa, masalah

psikososial, dan respon maladaptif yaitu gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun

2014).

Gangguan jiwa merupakan gangguan dalam berpikir (cognitive), kemauan

(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Menurut

Malim (2002) Gangguan jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi

penyebab. Umumnya ditandai adanya penyimpangan yang fundamental,

karakteristik dari pikiran dan persepsi, adanya afek yang tidak wajar atau

tumpul (Yusuf, dkk, 2015).

Berdasarkan hasil survey World Healt Organization (WHO 2013)

menyatakan hampir 400 juta penduduk dunia menderita masalah gangguan

jiwa. Satu dari empat anggota keluarga mengalami gangguan jiwa dan

seringkali tidak terdiagnosis secara tepat sehingga tidak memperoleh

perawatan dan pengobatan dengan tepat. Data Riset Kesehatan Dasar (2013)

prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil.

Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta (2,7 per mil), Aceh (2,7 per

mil), Sulawesi Selatan (2,6 per mil), Bali (2,3 per mil), Jawa Tengah (2,3 per

mil), Bangka Belitung (2,2 per mil), Nusa Tenggara Barat (2,1 per mil),

Bengkulu (1,9 per mil) dan Sumatera Barat urutan ke sembilan dengan

jumlah (1,9 per mil) (Riskesdas, 2013).

Seseorang mengalami gangguan jiwa apabila ditemukan adanya gangguan

pada fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, perilaku, perasaan,

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

motivasi, kemauan, keinginan, daya tilik diri, dan persepsi sehingga

mengganggu dalam proses hidup di masyarakat dan timbulah perasaan

tertekan. Hal ini ditandai dengan menurunnya kondisi fisik akibat gagalnya

pencapaian sebuah keinginan yang akan menurunnya semua fungsi kejiwaan.

Perasaan tertekan atau depresi akibat gagalnya seseorang dalam memenuhi

sebuah tuntutan akan mengawali terjadinya penyimpangan kepribadian yang

merupakan awal dari terjadinya gangguan jiwa (Nasir, 2011). Secara umum,

klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

dibagi menjadi dua bagian, yaitu gangguan jiwa ringan meliputi semua

gangguan mental emosional yang berupa kecemasan, panik, gangguan alam

perasaan, dan gangguan jiwa berat/kelompok psikosa yaitu skizofrenia

(Yusuf,dkk. 2015).

Skizofrenia merupakan bentuk gangguan jiwa kronik (Mirza, dkk, 2015).

Skizofrenia merupakan gangguan mental dengan ciri utama gejala psikotik,

dan gejala tersebut dapat menyebabkan penderita sikzofrenia mengalami

penurunan kualitas hidup, fungsi sosial, dan pekerjaan. Hasil survey World

Healt Organization (WHO 2013) menyatakan saat ini diperkirakan sekitar 26

juta orang di dunia akan mengalami skizofrenia. Berdasarkan data Riset

Kesehatan Dasar (2013) diperkirakan sekitar 400 ribu orang yang mengalami

skizofrenia (Riskesdas, 2013).

Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu gejala negatif dan gejala positif.

Gejala negatif yaitu menarik diri, tidak ada atau kehilangan dorongan atau

kehendak. Gejala positif yaitu halusinasi, waham, pikiran yang tidak

terorganisir, dan perilaku yang aneh (Videbeck, 2008). Dari gejala tersebut,

halusinasi merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, lebih dari 90%

pasien skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep, 2013).

Halusinasi merupakan terganggunya persepsi dari panca indera seseorang

dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal

(dunia luar), dimana klien memberi persepsi tentang lingkungan tanpa adanya

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

suatu objek (Yosep, 2013). Sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien

gangguan jiwa yaitu halusinasi dengar, 20% mengalami halusinasi

penglihatan dan 10% mengalami halusinasi penghidu, pengecap, perabaan.

Halusinasi dapat mengancam dan menakutkan bagi klien walaupun klien

lebih jarang melaporkan halusinasi sebagai pengalaman yang menyenangkan.

Mula-mula klien merasakan halusinasi sebagai pengalaman nyata, tetapi

kemudian dalam proses penyakit tersebut, dia dapat mengakuinya sebagai

halusinasi (Videbeck, 2008).

Ketika mengalami halusinasi biasanya klien akan mengalami marah tanpa

sebab, bicara atau tertawa sendiri, ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas,

maka perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi

pelaksanaan yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu

bagian dari pendekatan holistik pada asuhan klien. Peran perawat dalam

menangani halusinasi antara lain melakukan penerapan standar asuhan

keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan melatih keluarga untuk merawat

klien dengan halusinasi. Menurut Keliat (2007) Strategi pelaksanaan pada

klien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi, mengajarkan klien

menghardik halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-cakap dengan

orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal untuk

mencegah halusinasi (Afnuhazi, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian Anggraini, dkk (2013) tentang Pengaruh

Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar Pada Pasien

Skizofrenia di RSJD Dr. Aminogondohutomo Semarang, terapi menghardik

dengan menutup telinga responden mengalami penurunan tingkat halusinasi

dengar, hal ini dikarenakan pada saat responden menutup telinga saat

melakukan terapi menghardik responden menjadi lebih fokus dan

berkonsentrasi pada halusinasinya. Sehingga dianjurkan untuk para perawat

di rumah sakit agar menggunakan terapi menghardik dengan menutup telinga

karena hasilnya akan lebih baik (Anggraini, dkk, 2013). Hasil penelitian

Halawa (2015) tentang Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Persepsi Sesi 1-2 Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran

Pada Pasien Skizofrenia di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwamenur

Surabaya, kemampuan pasien skizofrenia dalam mengontrol halusinasi

pendengaran sebelum pemberian Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi

Persepsi Sesi 1-2 didapatkan bahwa ada pengaruh Terapi Aktivitas

Kelompok: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2 terhadap kemampuan mengontrol

halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia (Halawa, 2015).

Data Dinas Kesehatan Kota Padang (2015) terdapat 11.993 orang dengan

gangguan jiwa di kota Padang. Dimana dari 22 Puskesmas di kota Padang,

Puskesmas Nanggalo menjadi urutan ke lima dengan kasus gangguan jiwa

terbanyak pada tahun 2015. Data gangguan jiwa di Puskesmas Nanggalo

tahun 2015 terdapat 667 orang. Data Dinas Kesehatan Kota Padang (2015)

penderita skizofrenia di kota Padang yaitu 7.059 orang. Dimana dari 22

Puskesmas di kota Padang, Puskesmas Nanggalo menjadi urutan ke dua

dengan kasus skizofrenia terbanyak pada tahun 2015, data yang didapatkan

penderita skizofrenia di Puskesmas Nanggalo tahun 2015 yaitu 569 orang

(DKK Padang, 2015).

Laporan data yang didapatkan di Puskesmas Nanggalo tahun 2016 klien

dengan skizofrenia berjumlah 107 orang, berdasarkan wilayah kerja,

Kelurahan Surau Gadang menjadi urutan pertama dengan skizofrenia

berjumlah 63 orang, untuk Kelurahan Kurao Pagang terdapat 32 orang, dan

Kelurahan Gurun Laweh 5 orang dengan skizofrenia (Puskesmas Nanggalo,

2016).

Hasil wawancara dengan pemegang progam Keperawatan Jiwa di Puskesmas

Nanggalo Padang bahwa klien yang datang kunjungan ke Puskesmas

Nanggalo biasanya untuk mengambil obat dan meminta rujukan untuk

pengambilan obat ke RSJ. Ketika klien dan keluarga datang ke Puskesmas,

tidak ada progam yang diberikan seperti mengajarkan strategi pelaksanaan

halusinasi. Selain itu ada kunjungan yang dilakukan ke rumah-rumah klien,

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

untuk mengobservasi keadaan klien serta melakukan wawancara kepada

keluarga klien untuk mengetahui perkembangan klien, dan memberikan

penyuluhan kesehatan mengenai halusinasi serta mengajarkan klien dan

keluarga strategi penatalaksanaan halusinasi.

Hasil penelitian Sari (2014) tentang Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang

Perawatan Pasien Halusinasi dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien

Halusinasi di Rumah menyatakan kesadaran dan pengetahuan keluarga yang

tinggi tentang kesehatan, belum menjamin praktek tentang kesehatan atau

perilaku hidup keluarga sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Perlu

dilakukan upaya peningkatan lingkungan baik fisik maupun nonfisik sebagai

penunjang pengetahuan yang ada yang dapat membawa perubahan perilaku

keluarga dalam merawat pasien halusinasi. Keluarga belum tentu berperilaku

sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga tidak ada perbedaan yang

signifikan pada frekuensi kekambuhan pada keluarga dengan tingkat

pengetahuan tinggi maupun rendah. Keluarga yang aktif menerima informasi,

berdiskusi dan adanya komunikasi dua arah antara keluarga dan perawat yang

berjalan dengan baik akan meningkatkan perilaku keluarga yang dapat

menunjang kesembuhan dan meminimalkan resiko terjadinya kekambuhan

pasien halusinasi (Sari, 2014).

Hasil wawancara dengan klien dengan halusinasi yang dilakukan di rumah

klien tanggal 17 Februari 2017, klien mengatakan bahwa klien merasa

terganggu dengan halusinasinya yang menganggunya, namun klien rutin

kontrol ke Puskesmas jika obat klien habis. Klien mengatakan kadang ikut

pengambilan obat, kadang hanya ibu klien yang mengambil obat. Hasil

wawancara dengan keluarga klien, keluarga mengatakan klien berbicara

sendiri, tertawa sendiri, mondar-mandir. Upaya yang dilakukan klien jika

halusinasi tiba adalah dengan menerapkan cara menghardik dan mengalihkan

halusinasi dengan mengajak orang terdekatnya untuk berbicara dengannya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis telah memberikan

asuhan keperawatan pada klien halusinasi secara holistik dan komunikasi

terapeutik dalam meningkatkan kesejahteraan serta mencapai tujuan yang

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

diharapkan. Oleh karena itu penulis mengangkat judul pada karya tulis ilmiah

ini Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Halusinasi di Kelurahan Surau

Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Halusinasi di Kelurahan

Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2017 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas

Nanggalo Padang tahun 2017.

2. Tujuan khusus

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada klien

dengan halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja

Puskesmas Nanggalo Padang.

b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada klien

dengan halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja

Puskesmas Nanggalo Padang.

c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada klien dengan

halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas

Nanggalo Padang.

d. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien dengan

halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas

Nanggalo Padang.

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien dengan

halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas

Nanggalo Padang.

f. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian keperawatan pada klien

dengan halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja

Puskesmas Nanggalo Padang.

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Studi kasus ini dapat menggambarkan dan menambah wawasan ilmu

pengetahuan serta kemampuan penulis, disamping itu dapat memberikan

pengalaman dalam asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi.

2. Bagi Pemegang Progam Keperawatan Jiwa Puskesmas Nanggalo

Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan gambaran, wawasan serta

informasi bagi perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien

dengan halusinasi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan

untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien dengan

halusinasi.

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Halusinasi

1. Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

mengalami perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa

suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja, 2011).

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau

gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari

luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan ( Dalami, dkk, 2014).

Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien

memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau

rangsangan yang nyata (Kusumawati, 2012).

2. Proses Terjadinya Halusinasi

Menurut Stuart (2007) proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor

predisposisi dan faktor presipitasi ( Dalami, dkk, 2014) :

a. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami,

dkk, 2014) :

1) Biologis

Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor

herediter mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri,

riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan

Napza. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang

berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru

mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:

a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan

otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi

pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan

perilaku psikotik.

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter

yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor

dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal

menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak

manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,

ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian

depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan

anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi

respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan

yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah

penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien

adanya kegagalan yang berulang, kurangnya kasih sayang, atau

overprotektif.

3) Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita

seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,

bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo,

2014) :

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang

mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme

pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan

untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak

untuk diinterpretasikan.

2) Stress lingkungan

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap

stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan

perilaku.

3) Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor.

3. Mekanisme Koping Halusinasi

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari

pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi

termasuk (Dalami, dkk, 2014 ) :

a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku

kembali seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan

dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi

ansietas.

b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi

pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai

upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi).

c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik

maupun psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari

menghindar sumber stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber

infeksi, gas beracun dan lain-lain, sedangkan reaksi psikologis

individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak

berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.

Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut

(Kusumawati, 2012) :

a. Fase pertama

Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada

tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan,

rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan.

Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan,

cari ini hanya menolong sementara.

Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,

menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal

yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka

menyendiri.

b. Fase kedua

Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi

menjadi menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.

Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan,

kecemasan meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan.

Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang

lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.

Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti

peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan

halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.

c. Fase ketiga

Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman

sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.

Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,

menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak

berdaya terhadap halusinasinya.

Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian

hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien

berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.

d. Fase keempat

Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.

Termasuk dalam psikotik berat.

Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam,

memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya,

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang

lain di lingkungan.

Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri,

perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katakonik, tidak mampu

merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon

lebih dari satu orang.

4. Rentang Respon Halusinasi

Menurut Stuart dan Laraia (2005) halusinasi merupakan salah satu respon

maladaptif individu yang berada dalan rentang respon neurobiologis. Ini

merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya

akurat mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus

berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindra (pendengaran,

penglihatan, penghidu, pengecapan, peraban), klien dengan halusinasi

mempersepsikan suatu stimulus pancaindra walaupun sebenarnya stimulus

tersebut tidak ada. Rentang respon tersebut dapat digambarkan seperti

dibawah ini ( Muhith, 2015 ) :

Respon adaptif Respon maladaptif

Gambar 2.1 Rentang respon halusinasi

Sumber : Muhith, 2015

1. Gangguan pikir/delusi

2. Halusinasi 3. Sulit

merespon emosi

4. Perilaku disorganisasi

5. Isolasi sosial

1. Distorsi pikiran ilusi

2. Reaksi emosi berlebihan

3. Perilaku aneh atau tidak biasa

4. Menarik diri

1. Pikiran logis 2. Persepsi akurat 3. Emosi

konsisten dengan pengalaman

4. Perilaku sesuai 5. Berhubungan

sosial

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Keterangan :

a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma

sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam

batas normal jika menghadapi suatu akan dapat memecahkan masalah

tersebut.

Respon adaptif meliputi :

1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan

2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan

3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul

dari pengalaman ahli.

4) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam

batas kewajaran.

5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain

dan lingkungan.

b. Respon psikososial meliputi :

1) Proses pikir terganggu yang menimbulkan gangguan

2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang

yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena gangguan panca

indra

3) Emosi berlebihan atau kurang

4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi

batas untuk menghindari interaksi dengan orang lain

5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interkasi dengan

orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

c. Respon maladaptif adalah respon indikasi dalam menyelesaikan

masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya dan

lingkungan, adapun respon maladaptif ini meliputi :

1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh

dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan

bertentangan dengan kenyataan sosial

2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi

eksternal yang tidak realita atau tidak ada

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari

hati

4) Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur

5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu

dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu

kecelakaan yang negatif mengancam.

5. Tanda dan gejala Halusinasi

Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati

sebagai berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :

a. Halusinasi penglihatan

1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa

saja yang sedang dibicarakan.

2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang

tidak berbicara atau pada benda seperti mebel.

3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang

tidak tampak.

4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang

menjawab suara.

b. Halusinasi pendengaran

Adapun perilaku yang dapat teramati

1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang

lain, benda mati atau stimulus yang tidak tampak.

2) Tiba-tiba berlari keruangan lain

c. Halusinasi penciuman

Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman

adalah :

1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.

2) Mencium bau tubuh

3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau

darah.

5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang

memadamkan api.

d. Halusinasi pengecapan

Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan

halusinasi pengecapan adalah :

1) Meludahkan makanan atau minuman.

2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.

3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.

e. Halusinasi perabaan

Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan

adalah :

1) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.

Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari

hasil observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan

gejala klien halusinasi adalah sebagai berikut :

a. Data Subjektif

Klien mengatakan :

1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan

2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya

4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,

melihat hantu dan monster

5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang

bau itu menyenangkan

6) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses

7) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya

b. Data Objektif

1) Bicara atau tertawa sendiri

2) Marah marah tanpa sebab

3) Mengarahkan telinga kearah tertentu

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

4) Menutup telinga

5) Menunjuk kearah tertentu

6) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas

7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu

8) Menutup hidung

9) Sering meludah

10) Menggaruk garuk permukaan kulit

6. Penatalaksanaan Halusinasi

Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan,

disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan

perawatan di RSJ klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga

mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat klien,

menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas

minum obat (Prabowo, 2014).

1) Penatalaksanaan Medis

Menurut Struat, Laraia (2005) Penatalaksanaan klien skizofrenia yang

mengalami halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan

tindakan lain (Muhith, 2015).

a. Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala

halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien

skizofrenia adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum

digunakan adalah :

Kelas kimia Nama generik (dagang) Dosis harian

Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 2-40 mg

Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan)

Tiotiksen (Navane)

75-600 mg

8-30 mg

Butirofenon Haloperidol (Haldol ) 1-100 mg

Dibenzodiasepin Klozapin (Clorazil) 300-900

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

b. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang

grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui

electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang

listrik dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan

terapi neuroleptika oral atau injeksi dosis terapi kejang listrik 4-5

joule/detik.

2) Penatalaksanaan Keperawatan

a. Penerapan Strategi Pelaksanaan

Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :

1) Melatih klien mengontrol halusinasi :

a) Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi

b) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur

c) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain

d) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang

terjadwal

2) Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak

hanya ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada

keluarga , sehingga keluarga mampu mengarahkan klien dalam

mengontrol halusinasi.

a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah

dalam merawat klien halusinasi dan melatih mengontrol

halusinasi klien dengan menghardik

b) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga

merawat klien halusinasi dengan enam benar minum obat

c) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga

merawat klien halusinasi dengan bercakap-cakap dan

melakukan kegiatan

d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag

memnafaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up klien

halusinasi

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

b. Psikoterapi dan rehabilitasi

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu

karena klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat

baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain,

perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan

diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik,

dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama,

seperti terapi modalitas yang terdiri dari :

1) Terapi aktivitas

Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi

relaksasi, terapi sosial, terapi kelompok , terapi lingkungan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Halusinasi

1. Pengkajian

Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes

keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau

masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,

sosial dan spiritual. Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa,

dapat berupa faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping,

dan kemampuan yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal

dirawat, nomor rekam medis.

2) Alasan masuk

Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri,

mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan,

membanting peralatan dirumah, menarik diri.

3) Faktor predisposisi

a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang

berhasil dalam pengobatan

b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam

keluarga

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

c) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter

d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu

4) Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya

riwayat penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak,

kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam

hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dalam keluarga atau

masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien serta konflik antar

masyarakat.

5) Fisik

Tidak mengalami keluhan fisik.

6) Psikososial

a) Genogram

Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang

mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu

begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.

b) Konsep diri

Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya,

ada bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri :

klien biasanya mampu menilai identitasnya, peran diri klien

menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat peran klien terganggu,

ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien memilki harga diri

yang rendah sehubungan dengan sakitnya.

c) Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan

keluarga.

d) Spiritual

Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang

tidak sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien

biasanya menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit

ibadah terganggu atau sangat berlebihan.

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

7) Mental

a) Penampilan

Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok

dan berubah dari biasanya

b) Pembicaraan

Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan,

tidak logis, berbelit-belit

c) Aktifitas motorik

Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan

yang abnormal.

d) Alam perasaan

Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor

presipitasi misalnya sedih dan putus asa disertai apatis.

e) Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.

f) Interaksi selama wawancara

Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak

komat-kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.

g) Persepsi

Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang

halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri,

menarik diri dan menghindar dari orang lain, tidak dapat

membedakan nyata atau tidak nyata, tidak dapat memusatkan

perhatian, curiga, bermusuhan, merusak, takut, ekspresi muka

tegang, dan mudah tersinggung.

h) Proses pikir

Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun

pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.

Ketidakmampuan klien ini sering membuat lingkungan takut dan

merasa aneh terhadap klien.

i) Isi pikir

Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan

latar belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

stimulus internal dan eksternal melalui proses informasi dapat

menimbulkan waham.

j) Tingkat kesadaran

Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat

dan waktu.

k) Memori

Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka

pendek, mudah lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan

yang telah disepakati, tidak mudah tertarik. Klien berulang kali

menanyakan waktu, menanyakan apakah tugasnya sudah

dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu hal.

l) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap realitas

eksternal, sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada

kegiatan atau pekerjaan dan mudah mengalihkan perhatian,

mengalami masalah dalam memberikan perhatian.

m) Kemampuan penilaian

Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan,

menilai, dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu

melaksanakan keputusan yang telah disepakati. Sering tidak

merasa yang dipikirkan dan diucapkan adalah salah.

n) Daya tilik diri

Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan.

Menilai dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap

lingkungan dan stimulus, membuat rencana termasuk memutuskan,

melaksanakan keputusan yang telah disepakati. Klien yang sama

seklai tidak dapat mengambil keputusan merasa kehidupan sangat

sulit, situasi ini sering mempengaruhi motivasi dan insiatif klien

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

8) Kebutuhan persiapan klien pulang

a) Makan

Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak

memperhatikan diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak

memiliki minat dan kepedulian.

b) BAB atau BAK

Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta

kemampuan klien untuk membersihkan diri.

c) Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi

sama sekali.

d) Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.

e) Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam :

biasanya

istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang.

f) Pemeliharaan kesehatan

Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan

sistem pendukung sangat menentukan.

g) Aktifitas dalam rumah

Klien tidak mampu melakukan aktivitas di dalam rumah seperti

menyapu.

9) Aspek medis

a) Diagnosa medis : Skizofrenia

b) Terapi yang diberikan

Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya

diberikan antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine

(CPZ), Triflnu perazin (TFZ), dan anti parkinson trihenski

phenidol (THP), triplofrazine arkine.

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

10) Skema Masalah Halusinasi

Bagan 2.1 Skema Halusinasi

Sumber : Yusuf, dkk, 2015

Gangguan jiwa ringan

Gangguan jiwa

Ganguan jiwa berat

skizofrena

Gejala negatif Gejala positif

Isolasi sosial

Harga diri rendah

HALUSINASI Waham Perilaku kekerasan

Faktor presipitasi : biologis, stress lingkungan, sumber koping

Faktor predisposisi : biologis, psikologis, sosialbudaya

Terbiasa menghayal Mengeluh adanya suara lain, takut, menutup telinga, bicara dan tertawa sendiri

Mekanisme koping tidak efektif Pengalaman

sensori berlanjut MK: Gangguan persepsi sensori

Berfikir negatif

Merasa malu dengan pengalaman sendiri

Motivasi perawatan

diri

Menyalahkan diri sendiri

MK: harga diri rendah

Menarik diri

MK : Defisit Perawatan

diri

Kesulitan berhubungan dengan orang lain

Halusinasi mengancam, mememerintah,

MK :Resiko perilaku kekerasan

MK : Isolasi sosial

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

11) Pohon Masalah

Pohon masalah pada masalah halusinasi dapat diuraikan sebagai

berikut (Prabowo, 2014).

Resiko perilaku kekerasan

Isolasi sosial

Bagan 2.2 Pohon masalah halusinasi

Sumber : Prabowo, 2014

2. Diagnosa keperawatan

Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan

persepsi sensori halusinasi adalah sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :

a. Resiko perilaku kekerasan

b. Gangguan persepsi sensori halusinasi

c. Isolasi sosial

3. Intervensi keperawatan

a. Tindakan keperawatan untuk klien halusinasi

Tujuan tindakan untuk klien meliputi (Dermawan & Rusdi, 2013) :

1) Klien mengenali halusinasi yang dialaminya

2) Klien dapat mengontrol halusinasinya

3) Klien mengikuti progam pengobatan secara optimal

Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :

a) Membantu klien mengenali halusinasi

Membantu klien mengenali halusinasi dapat melakukan dengan cara

berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar

Effect

Perubahan sensori persepsi : Halusinasi Core problem

Cause

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

atau dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya

halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon

klien saat halusiansi muncul

b) Melatih klien mengontrol halusinasi

(1) Strategi Pelaksanaan 1 : Menghardik halusinasi

Upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara

menolak halusinasi yang muncul. Klien dilatih untuk

mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak

mempedulikan halusinasinya, ini dapat dilakukan klien dan

mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang

muncul, mungkin halusinasi tetap ada namun dengan

kemampuan ini klien tidak akan larut untuk menuruti apa yang

ada dalam halusinasinya.

Tahapan tindakan meliputi : menjelaskan cara meghardik

halusinasi, memperagakan cara menghardik, meminta klien

memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini,

menguatkan perilaku klien.

(2) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur

Mampu mengontrol halusinasi klien juga harus dilatih untuk

menggunakan obat secara teratur sesuai dengan progam. Klien

gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami

putus obat sehingga akibatnya klien mengalami kekambuhan.

Bila kekambuhan terjadi maka untuk itu klien perlu dilatih

menggunakan obat sesuai progam dan berkelanjutan.

(3) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain

Mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap

dengan orang lain. Ketika klien bercakap-cakap dengan orang

lain maka terjadi distraksi fokus perhatian klien akan beralih

dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain

tersebut, sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol

halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

(4) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal

Mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan

menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Beraktivitas

secara terjadwal klien tidak akan mengalami banyak waktu

luang sendiri yangs eringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu

klien yang mengalmai halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi

halusinasi dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun

pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

b. Tindakan keperawatan untuk keluarga klien halusinasi

Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya

ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga,

sehingga keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol

halusinasi. Tujuan : keluarga mampu :

1) Merawat masalah halusinasi dan masalah yang dirasakan

dalam merawat klien

2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya

halusinasi

3) Merawat klien halusinasi

4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan untuk

mengontrol halusinasi

5) Mengenal tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan

rujukan segera ke fasilitas kesehatan

6) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up

klien secara teratur.

Tindakan keperawatan :

a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam

merawat klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi

klien dengan menghardik

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Tahapan sebagai berikut :

(1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien

(2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya

halusinasi (gunakan booklet)

(3) Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan melatih cara

menghardik

(4) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan beri pujian

b) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat

klien halusinasi dengan enam benar minum obat

Tahapan tindakan sebagai berikut :

(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala

halusinasi klien, merawat klien dalam mengontrol

halusinasi dengan menghardik

(2) Berikan pujian

(3) Jelaskan 6 benar cara memberikan obat

(4) Latih cara memberikan/membimbing minum obat

(5) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal

c) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat

klien halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan

kegiatan

Tahapan tindakan sebagai berikut :

(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi halusinasi

klien dan merawat/melatih klien menghardik, dan

memberikan obat

(2) Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga

(3) Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan

untuk mengontrol halusinasi

(4) Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan klien

terutama saat halusinasi

(5) Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberikan

pujian

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarga

memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up klien

halusinasi

Tahapan tindakan sebagai berikut :

(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala

halusinasi pasien, merawat/melatih pasien mengahrdik,

memberikan obat, bercakap-cakap

(2) Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan keluraga

(3) Jelaskan follow up ke pelayanan kesehatan, tanda

kekambuhan, rujukan

(4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan

pujian.

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan NOC NIC

1 Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri

NOC 1. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan diharapkan kontrol diri terhadap impuls dapat dilakukan dengan kriteria hasil : a. Secara konsisten

menunjukkan mengidentifikasi perilaku impulsif yang berbahaya

b. Secara konsisten menunjukkan mengidentifikasi perasaan yang mengarah pada tindakan impulsif

c. Secara konsisten menunjukkan mengidentifikasi konsekuensi dari

NIC 1. Manajemen perilaku:

menyakiti diri sendiri a. Tentukan motif atau

alasan tingkah laku b. Kembangkan

harapan tingkah laku yang tepat dan konsekuensinya, berikan pasien tingkat fungsi kognitif dan kapasitas untuk mengontrol diri

c. Pindahkan barang yang berbahaya dari lingkungan dari lingkungan sekitar pasien

d. Instrusikan pasien untuk melakukan strategi koping (mislnya latihan

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

tindakan impulsif d. Secara konsisten

menunjukkan menghindari lingkungan yang berisiko tinggi

e. Secara konsisten menunjukkan mengontrol impulsif

f. Secara konsisten menunjukkan mempertahankan kontrol diri tanpa pengawasan

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kontrol diri terhadap distorsi pemikiran dapat dilakukan dengan kriteria hasil : a. Secara konsisten

menunjukkan mengenali halusinasi atau delusi yang sedang terjadi

b. Secara konsisten menunjukkan menahan diri dari mengikuti halusinasi atau delusi

c. Secara konsisten menunjukkan menahan diri dari bereaksi terhadap halusinasi atau delusi

d. Secara konsisten menunjukkan monitor frekuensi halusinasi atau delusi

asertif, impuls kontrol training, relaksasi otot progresif) dengan cara yang tepat

e. Antisipasi situasi pemicu yang mungkin membuat pasien menyakiti diri

f. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi atau perasaan yang mungkin memicu perilaku menyakiti diri

g. Lakukan kontrak dengan pasien untuk tidak menyakiti diri, dengan cara yang tepat

h. Ajarkan dan kuatkan pasien untuk melakukan tingkah laku koping yang efektif dan untuk mengekspresikan perasaan dnegan cara yang tepat

i. Monitor pasien untuk adanya impuls menyakiti diri jika mungkin memburuk menjadi pikiran atau sikap bunuh diri

2. Manajemen Halusinasi a. Bangun hubungan

interpersonal dan saling percaya dengan klien

b. Monitor dan atur tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan

c. Pertahankan lingkungan yang aman

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

e. Secara konsisten

menunjukkan menjelaskan isi dari halusinasi atau delusi

f. Secara konsisten menunjukkan pemikiran yang berdasarkan kenyataan

g. Secara konsisten menunjukkan melaporkan penurunan halusinasi atau delusi

h. Secara konsisten menunjukkan mempertahankan afek yang konsisten dengan alam perasaan

i. Secara konsisten menunjukkan pola pikir yang logis

j. Secara konsisten menunjukkan isi pikiran yang tepat

d. Catat perilaku klien

yang menunjukkan halusinasi

e. Tingkatkan komunikasi yang jelas dan tebuka

f. Berikan klien kesempatan untuk mendiskusikan halusinasinya

g. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan secara tepat

h. Fokuskan kembali klien mengenai topik jika komunikasi klien tidak sesuai situasi

i. Dorong klien untuk memvalidasi halusinasi dengan orang yang dipercaya

j. Berikan pengajaran terkait obat pada klien dan orang-orang terdekat (klien)

k. Berikan pengajaran terkait penyakit kepada klien/ orang terdekat (klien) jika halusinasinya didasarkan karena penyakit (misalnya delirium, skizofrenia dan depresi)

l. Didik keluarga dan orang terdekat mengenai cara untuk menangani klien yang mengalami halusinasi

m. Monitor kemampuan merawat diri

n. Bantu dengan perawatan diri jika dibutuhkan

o. Libatkan klien dalam aktivitas berabasis realitas yang mampu

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

mengalihkan perhatian dari halusinasi

3. Manajemen lingkungan : pencegahan kekerasan a. Singkirkan senjata

potensial dari lingkungan (misalnya, objek yang tajam yang mirip tali seperti senar gitar)

b. Periksa lingkungan secara rutin untuk memastikan bebas dari bahan berbahaya

c. Monitor pasien selama penggunaan barang yang bisa digunakan menjadi senjata (misalnya pisau cukur)

d. Tempatkan pasien di ruangan yang mudah diamati sehingga mudah dilakukan observasi sesuai kebutuhan

e. Gunakan alat makan dari plastik dan kertas

f. Lakukan pengawasan terus-menerus terhadap semua area yang bisa diakses pasien untuk menjaga keamanan pasien dan pemberian intervensi terapeutik jika diperlukan

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

2 Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain

NOC 1. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan diharapkan menahan diri dari kemarahan dapat dilakukan dengan kriteria hasil : a. Dilakukan secara

konsisten mengidentifikasi kapan (merasa) marah

b. Dilakukan secara konsisten mengidentifikasi tanda-tanda marah

c. Dilakukan secara konsisten mengidentifikasi situasi yang dapat memicu amarah

d. Dilakukan secara konsisten mengidentifikasi alasan marah

e. Dilakukan secara konsisten bertanggung jawab terhadap perilaku diri

f. Dilakukan secara konsisten mencurahkan perasaan negatif dengan cara yang tidak mengancam

g. Dilakukan secara konsisten menggunakan aktivitas fisik untuk mengurangi rasa marah yang tertahan

h. Dilakukan secara konsisten membagi perasaan marah

NIC 1. Bantuan kontrol

marah a. Bangun rasa percaya

dan hubungan yang dekat dan harmonis dengan pasien

b. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan

c. Tentukan harapan mengenai tingkah laku yang tepat dalam mengekspresikan perasaan marah, tentukan fungsi kognitif dan fisik pasien

d. Monitor potensi agresi yang diekspresikan dengan cara tidak tepat dan lakukan intervensi sebelum (agresi ini) diekspresikan

e. Cegah menyakiti secara fisik jika marah diarahkan pada diri sendiri atau orang lain

f. Berikan pendidikan mengenai metode untuk mengorganisir pengalaman emosi yang sangat kuat

g. Sediakan umpan balik pada perilaku (pasien) untuk membantu pasien mengidentifikasi kemarahannya

h. Bantu pasien mengidentifikasi sumber dari kemarahan

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

dengan orang lain secara baik

i. Dilakukan secara konsisten menggunakan strategi untuk mengendalikan amarah

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan menahan diri dari agresifitas dapat dilakukan dengan kriteria hasil : a. Dilakukan secara

konsisten mengidentifikasi tanggung jwab untuk mempertahankan kendali diri

b. Dilakukan secara konsisten mengidentifikasi saat merasa agresif

c. Dilakukan secara konsisten menunjukkan perasaan negatif dengan cara yang tidak merusak

d. Dilakukan secara konsisten menahan diri dari memaki/berteriak

e. Dilakukan secara konsisten menahan diri dari menyerang orang lain

f. Dilakukan secara konsisten menahan diri dari membahyakan orang lain

i. Identifikasi konsekuensi dari ekspresi kemarahan yang tidak tepat

j. Bantu pasien terkait dengan strategi perencanaan untuk mencegah ekspresi kemarahan yang tidak tepat

k. Berikan model peran yang bisa mengekspresikan marah dengan cara yang tepat

l. Dukung pasien untuk mengimplementasikan strategi mengontrol kemarahan dengan menggunakan ekspresi kemarahan yang tepat

m. Sediakan penguatan untuk ekspresi kemarahan yang tepat

2. Manajemen perilaku a. Berikan pasien

tanggung jawab terhadap perilakunya (sendiri)

b. Komunikasi harapan bahwa pasien dapat tetap mengontrol (perilakunya)

c. Komunikasikan dengan keluarga dalam rangka mendapatkan (informasi) mengenai kondisi kognisi dasar klien

d. Tingkatkan aktivitas fisik dengan cara

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

g. Dilakukan secara konsisten menahan diri dari menghancurkan barang-barang

h. Dilakukan secara konsisten mengendalikan rangsangan

i. Dilakukan secara konsisten menggunakan teknik untuk mengendalikan amarah

yang tepat e. Gunakan suara

bicara yang lembut dan rendah

f. Jangan memojokkan pasien

g. Turunkan (motivasi) perilaku pasif agresif

h. Acuhkan perilaku yang tidak tepat

i. Berikan penghargaan apabila pasien dapat mengontrol diri

3 Isolasi sosial NOC 1. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan diharapkan keparahan kesepian dapat dilakukan dengan kriteria hasil : a. Tidak ada rasa

perasaan terisolasi secara sosial

b. Tidak ada kesulitan dalam membuat kontak dengan orang lain

c. Tidak ada rasa keputusasaan

d. Tidak ada rasa kehilangan harapan

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keterlibatan sosial dapat dilakukan dengan kriteria hasil : a. Secara konsisten

menunjukkan berinteraksi dengan

NIC 1. Peningkatan sosialisasi

a. Anjurkan

peningkatan keterlibatan dalam hubungan yang sudah mapan

b. Tingkatkan hubungan dengan orang-orang yang memiliki minat dan tujuan yang sama

c. Anjurkan kegiatan sosial dan masyarakat

d. Anjurkan partisipasi dalam kelompok dan/atau kegiatan-kegiatan reminiscence individu

e. Bantu meningkatkan kesadaran pasien mengenai kekuatan dan keterbatasan-keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain

f. Anjurkan pasien untuk mengubah lingkungan seperti

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

teman dekat b. Secara konsisten

menunjukkan berinteraksi dengan tetangga

c. Secara konsisten menunjukkan berinteraksi dengan keluarga

d. Secara konsisten menunjukkan berpatisipasi dalam aktivitas waktu luang dengan orang lain

pergi ke luar untuk jalan-jalan

2. Peningkatan keterlibatan keluarga a. Bangun hubungan

pribadi dengan pasien dan anggota keluarga yang akan terlibat dalam perawatan

b. Identifikasi kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam perawatan pasien

3. Terapi aktivitas a. Kembangkan

kemampuan klien dalam berpatisipasi melalui aktivitas spesifik

b. Bantu klien utuk mengeksplorasi tujuan personal dari aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan (misalnya, bekerja dan aktivitas-aktivitas yang disukai)

c. Bantu klien memilih aktivitas dan pencapaian tujuan melalui aktivitas yang konsisten dengan kemampuan fisik, fisiologis dan sosial

d. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan

e. Bantu klien untuk menjadwalkan waktu-waktu spesfik terkait dengan aktivitas

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

harian f. Instrusikan klien dan

keluarga untuk melaksanakan aktivitas yang diinginkan maupun yang (telah) diresepkan

g. Bantu dengan aktivitas fisik secara teratur (misalnya berpindah, berputar dan kebersihan diri) sesuai dengan kebutuhan

h. Berikan pujian positif karena kesediannya untuk terlibat dalam kelompok

i. Berikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat

j. Bantu klien untuk meningkatkan motivasi dri dan penguatan

k. Monitor respon emosi, fisik, sosial dan spiritual terhadap aktivitas

l. Bantu klien dan keluarga memantau perkembangan terhadap pencapaian tujuan (yang diharapkan)

Sumber : Nursing Intervention Classification (NIC). 2016. Nursing Outcomes

Classification (NOC). 2016. NANDA. 2016.

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang

harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan

keperawatan yang akan dilakukan implementasi pada klien dengan

halusinasi dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan tindakan

keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan (Afnuhazi, 2015):

a. Bina hubungan saling percaya

b. Identifikasi waktu, frekuensi, situasi, respon klien terhadap

halusinasi

c. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

d. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat

e. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap

f. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan

kegiatan terjadwal

Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada

situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana. Sebelum

melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat

perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih

sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and now).

Perawat juga menilai diri sendiri, apakah kemampuan interpersonal,

intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan

(Dalami, dkk, 2014).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi

dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai

melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan

membandingkan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan

(Afnuhazi, 2015).

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

sebagai pola pikir, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan

sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :

S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan

O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan

A : analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah

masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada yang

kontradiksi dengan masalah yang ada

P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon

klien.

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi yang dipilih oleh

peneliti dalam upaya menjawab masalah penelitian. Desain penelitian yang

yang dipilih harus dapat menjawab tujuan penelitian, meminimalkan

kesalahan dengan memaksimalkan reliabilitas (kepercayaan) dan validitas

(kesahihan) hasil penelitian (Mardalis, 2010).

Dalam penelitian ini design penelitian yang digunakan peneliti adalah

penelitian deskriptif yang berbentuk studi kasus. Penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan

menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,

pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek

yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung (Budiman,

2013).

Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau

lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antara fenomena yang diselidiki, dalam penelitian ini

dilakukan dengan tujuan menggambarkan penerapan asuhan keperawatan

pada klien halusinasi di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas

Nanggalo Padang tahun 2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja

Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2017. Waktu penelitian telah dilakukan

mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2017. Waktu untuk

menerapkan asuhan keperawatan telah dilakukan mulai tanggal 22 Mei 2017

sampai dengan tanggal 31 Mei 2017. Kunjungan dilakukan sebanyak (14)

kali pertemuan dalam (10) sepuluh hari ke rumah partisipan.

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan jumlah anggota dari suatu himpunan yang ingin

diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi atau generalisaisi (Supardi,

2013).

Penelitian ini populasinya adalah semua klien yang menderita skizofrenia di

Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun

2016. Data yang didapatkan penderita skizofrenia di Kelurahan Surau Gadang

wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2016 yaitu sebanyak 63

orang.

Sampel adalah sebuah gugus atau sejumlah tertentu anggota himpunan yang

dipilih dengan cara tertentu agar mewakili populasi (Supardi, 2013). Sampel

penelitian ini klien dengan skizofrenia yang mengalami halusinasi di

Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun

2016. Jumlah klien dengan halusinasi di Kelurahan Surau Gadang wilayah

kerja Puskesmas Nanggalo terdapat 11 orang.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Dalam sampling

ini, yang diambil sebagai sampel hanyalah daerah-daerah/kelompok-

kelompok tertentu yang dipandang sebagai daerah/kelompok kunci,

sedangkan daerah/kelompok lain tidak diambil sebagai sampel (Bagyono,

2013). Penulis mengumpulkan data pasien skizofrenia dari Puskesmas

Nanggalo Kota Padang, kemudian penulis menelusuri alamat partisipan

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Penulis memberikan

kuisioner kepada partisipan untuk mengetahui partisipan sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan penulis. Dalam penelitian ini sampel yang

diambil 2 (dua) orang , dengan kriteria sampel adalah :

1. Kriteria inklusi

a. Bersedia menjadi partisipan.

b. Partisipan memiliki tanda dan gejala halusinasi

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

c. Partisipan kooperatif yaitu mampu berkomunikasi dengan baik dan

benar

d. Partisipan masih berkunjung untuk pengobatan di Puskesmas

Nanggalo 1 tahun terakhir

e. Partisipan ada pada saat penelitian.

f. Partisipan dengan halusinasi lebih dari 3 bulan

g. Partisipan dengan halusinasi yang pernah di rawat/rutin kontro ke

Rumah Sakit Jiwa

2. Kriteria eksklusi

a. Partisipan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa

b. Partisipan tidak pernah berobat ke Puskesmas Nanggalo Padang

c. Partisipan dan keluarga yang menolak untuk dilakukan penelitian

Jika setelah melakukan skrinning terdapat lebih 2 (dua) orang yang

memenuhi kriteria yang ditentukan, maka pengambilan sampel dilakukan

dengan random sampling, dengan cara undian untuk mendapatkan 2 (dua)

sampel.

D. Instrumen

Instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini format asuhan keperawatan

(pengkajian, diangnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan, evaluasi), dan format skrinning pengambilan sampel untuk

klien halusinasi

1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas klien, faktor

predisposisi, fisik, psikososial, status mental, mekanisme koping,

masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek medik, analisa

data, daftar masalah, pohon masalah, diagnosa keperawatan.

2. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: diagnosa keperawatan, tanggal

munculnya masalah, tanggal teratasi masalah dan tanda tangan.

3. Format rencana tindakan keperawatan terdiri dari: diagnosa keperawatan,

rencana tindakan yang terdiri dari tujuan, kriteria evaluasi dan intervensi.

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

4. Format implementasi dan evaluasi keperawatan terdiri dari: hari, tanggal,

jam, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi

keperawatan.

E. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data subjektif

Data subjetif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak

bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide pasien

tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah,

ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu (Potter, 2005).

b. Data Objektif

Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat

diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba)

selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan,

tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran (Potter, 2005).

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari

sumber data atau responden (Supardi, 2013). Seperti pengkajian

kepada pasien, meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien,

pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap

pasien.

Data primer dari penelitian ini, diperoleh dari hasil wawancara dengan

klien halusinasi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo

Padang

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah tersedia hasil pengumpulan data

untuk keperluan tertentu yang dapat digunakan sebagian atau

seluruhnya sebagai sumber data penelitian (Supardi, 2013). Data

sekunder umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan

historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.

Data yang diperoleh dari Medical Record Puskesmas Nanggalo

Padang.

c. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data antara lain adalah wawancara, observasi,

pengukuran, dokumentasi (Supardi, 2013).

1) Wawancara adalah cara pengumpulan data penelitian melalui

pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden untuk

menjawabnya. Wawancara bisa dilakukan secara tatap muka antara

peneliti dengan responden atau cara lain, misalnya telepon

(Supardi, 2013).

2) Observasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui

pengamatan terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual

maupun alat. Kelebihan observasi adalah mudah, murah dan

langsung. Kekurangan observasi adalah memerlukan pedoman

pengamatan (Supardi, 2013).

3) Pengukuran adalah cara pengumpulan data penelitian dengan

mengukur objek menggunakan alat ukur tertentu, misalnya berat

badan dengan timbangan badan, tensi darah degan tensimeter, dan

sebagainya(Supardi, 2013).

4) Dokumentasi adalah cara pengumpulan data penelitian dengan

menyalin data tersedia ke dalam form isian yang telah disusun

Dokumentasi dapat berupa rekam medik hasil rumah sakit, kartu

stasus pasien (Supardi, 2013).

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

F. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti

adalah:

1. Penulis mengurus surat izin penelitian dari institusi asal peneliti yaitu

Poltekkes Kemenkes Padang.

2. Penulis mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan menyerahkan

surat izin penelitian dari institusi ke ruangan Kepala Dinas Kesehatan

Kota Padang.

3. Penulis mengurus surat rekomendasi ke Puskesmas Nanggalo kota

Padang

4. Penulis mengurus surat izin ke Kepala Puskesmas Nanggalo kota Padang

5. Penulis mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian

6. Penulis memberikan Informed Consent kepada partisipan

7. Partisipan diberikan kesempatan untuk bertanya

8. Partisipan menandatangani Informed Consent, peneliti meminta waktu

partisipan untuk melakukan asuhan keperawatan, dan kemudian peneliti

pamit.

G. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa,

intervensi, implementasi, dan evaluasi yang dijelaskan secara deskriptif. Dari

data yang dikumpulkan dan didokumentasikan dalam format pengkajian

kesehatan jiwa, maka perawat melakukan analisa data berupa data objektif

dan data subjektif, lalu merumuskan diagnosa keperawatan pada setiap

kelompok data yang terkumpul. Setelah itu membuat intervensi keperawatan

berdasarkan prinsip strategi pelaksanaan, kemudian melakukan implementasi

dan melakukan evaluasi keperawatan (Yusuf, dkk, 2015).

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus

Pada BAB IV ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan

pada partisipan dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi mulai dari

pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat intervensi

keperawatan, melakukan implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

Pelaksanaan asuhan keperawatan telah dilakukan dari tanggal 22 Mei 2017

sampai dengan tanggal 31 Mei 2017 di Kelurahan Surau Gadang Wilayah

Kerja Puskesmas Nanggalo Padang dengan kunjungan ke rumah partisipan.

Kasus kelolaan berjumlah dua orang partisipan. Partisipan pertama bernama

Nn.E, berumur 32 tahun, jenis kelamin perempuan, tinggal di Jl. Handayani 4

no. 148, pendidikan terakhir SMA, partisipan tidak bekerja, status belum

kawin, beragama islam.

Partisipan kedua bernama Nn. I, berumur 39 tahun, jenis kelamin perempuan,

tinggal di Jl. Solok 5 no. 344, pendidikan terakhir SMA, partisipan tidak

bekerja, status belum kawin, beragama islam. Secara rinci hasil deskripsi kasus

kelolaan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Deskripsi kasus partisipan kelolaan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja

Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2017 Asuhan

Keperawatan Partisipan 1 Partisipan 2

1. Pengkajian a. Keluhan

saat dikaji

Saat dilakukan pengkajian partisipan mengatakan saat ini masih sering mendengar suara-suara seperti menasehati, menakuti dan melihat bayangan putih. Partisipan mengatakan mendengar suara-suara tersebut ketika partisipan sedang duduk sendirian dan melamun. Partisipan

Saat dilakukan pengkajian partisipan mengatakan saat ini masih mendengar suara-suara seperti mengajak, menyuruh, dan bercakap-cakap. Partisipan mengatakan mendengar suara-suara tersebut jika sendirian dan sedang melamun, saat mendengar suara-suara tersebut pasien mengusir suara-suara dan kadang-

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

mengatakan jika mulai mendengar suara-suara tersebut partisipan menyibukkan diri dengan bermain gitar ,bernyanyi dan mengusir suara-suara tersebut. Namun partisipan mengatakan cara tersebut kadang tidak dapat menghilangkan suara-suara yang terdengar oleh partisipan. Partisipan mengatakan sangat terganggu dengan suara-suara yang terdengar Partisipan mengatakan mudah marah apabila ada orang yang membuat partisipan kesal, partisipan mengatakan susah untuk mengontrol rasa marah yang dirasakan.

kadang membiarkan suara tersebut menganggu partisipan sampai suara tersebut hilang. Partisipan mengatakan mudah marah apabila kehendaknya tidak dituruti. Jika marah partisipan akan berbicara keras, dan mengeluarkan kata-kata kasar, namun partisipan tidak pernah melempar barang, melukai diri sendiri atau orang lain. Partisipan mengatakan susah untuk mengontrol marahnya.

b. Faktor predisposisi

Keluarga mengatakan partisipan pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu. Keluarga mengatakan partisipan pernah dirawat 2 kali di RSJ Prof HB Saanin Padang tahun 2010. Saat masuk pertama partisipan dirawat selama 1 minggu. Setelah itu partisipan pulang di rawat di rumah setelah 3 bulan. Kemudian partisipan masuk kembali ke RSJ Prof HB Saanin Padang dan dirawat kembali selama 1 minggu. Partisipan mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual, penolakan ataupun kekerasan dalam keluarga. Partisipan mengatakan pernah melukai

Keluarga mengatakan partisipan pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu. Keluarga mengatakan pengobatan sebelumnya sudah pergi berobat ke psikiater, dukun, dan ke RSJ Prof HB Saanin Padang. Partisipan minum obat sejak tahun 2001. Namun obat dihentikan selama 2 tahun karena partisipan mengikuti pengobatan tradisional. Setelah itu dilanjutkan kembali minum obat tahun 2004 sampai sekarang. Partisipan mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

tangan saudaranya dengan pecahan kaca. Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti partisipan. partisipan juga mengatakan pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan diputuskan oleh pacarnya saat SMA.

Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti partisipan. Partisipan juga mengatakan pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan dijauhkan dalam pergaulan oleh teman-temannya karena partisipan pendiam.

c. Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan fisik pada partisipan tidak ada kelainan. Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD: 130/80 mmHg, N : 87 x/m, S : 36,50C, P : 20 x/m), TB : 155 cm, BB : 60 kg dan tidak ada keluhan fisik.

Hasil pemeriksaan fisik pada partisipan tidak ada kelainan. Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD: 110/80 mmHg, N : 80 x/m, S : 36,60C, P : 18 x/m), TB : 158 cm, BB : 65 kg dan tidak ada keluhan fisik

d. Psikososial

Gambaran diri partisipan mengatakan malu dengan dirinya dan merasa dirinya tidak baik. Identitas diri, partisipan mengetahui dirinya sebagai anak dan dahulunya pernah sekolah. Partisipan mengatakan mengetahui keadaan penyakitnya saat ini. Ideal diri partisipan ingin sembuh dari penyakitnya agar bisa hidup seperti orang lain. Harga diri, partisipan

Gambaran diri partisipan mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya. Identitas diri partisipan mengetahui dirinya sebagai anak dan perannya sebagai anak karena partisipan sering mengerjakan kegiatan rumah seperti menyapu, mencuci piring untuk membantu ibunya, dan menjadi kakak bagi adiknya, dahulunya partispan mengatakan pernah sekolah tamatan SMA. Partisipan mengatakan mengetahui penyakitnya saat ini. Ideal diri partisipan ingin sembuh dari penyakitnya agar bisa hidup seperti orang lain dan merasa tenang. Harga diri, partispan

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

mengatakan merasa putus asa, tidak percaya diri dan kadang merasa tidak berarti bagi keluarganya dan merasa hanya bisa menyusahkan keluarganya, karena partisipan tidak bisa melakukan apapun untuk membantu keluarganya. Partisipan mengatakan tidak bisa bekerja karena kondisinya saat ini. Partisipan mudah curiga dan mudah marah sehingga sulit untuk berhadapan dengan orang lain. Karena klien susah untuk mengontrol perasaan dan perilakunya. Partisipan mengatakan saat ini orang yang berarti adalah ibu dan kakaknya yang bekerja di Malaisya, partisipan mengatakan ada ikut peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat seperti mengikuti acara lomba 17 Agustus seperti lomba joget, puisi, dan partisipan dahulunya juga ikut dalam band. Partisipan mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain. Partisipan beragama islam, namun partisipan tidak sholat

mengatakan kurang percaya diri dan mudah putus asa. Partisipan mengatakan saat ini orang yang berarti adalah ibu dan ayahnya, partisipan tidak ada ikut peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat. Partisipan mengatakan tidak mau ikut karena malas dan merasa tidak menyenangkan baginya Partisipan mengatakan mengalami hambatan dalam berhubungan dengan orang lain karena partisipan memiliki sifat pendiam Partisipan beragama islam, dan partisipan ada mengerjakan sholat 5 waktu.

e. Status mental

Hasil observasi partisipan didapatkan tampak gigi dan mulut kotor, dan bau mulut akibat partisipan merokok, dan partisipan mengatakan jarang mandi dan tidak

Hasil observasi partisipan didapatkan tampak gigi dan mulut kotor, tampak ada karang gigi, dan gigi yang menguning. Partispan mandi dua kali sehari. Makan tiga

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

gosok gigi, karena klien malas, partisipan makan tiga kali sehari. Namun tidak ada cuci piring setelah makan, jika ingin BAB/BAK partsipan pergi ke WC. Selama wawancara partisipan kooperatif, berbicara cepat dan keras. Proses pikir partisipan berbelit-belit dan mengulang pembicaraan namun sampai pada tujuan pembicaraan. Partisipan memiliki isi pikir obsesi, magis, dan partisipan tampak mudah tersinggung dan curiga kepada orang lain. Partisipan mengalami gangguan persepsi pada pendengaran dan penglihatan ditandai dengan pasrtisipan mengatakan mendengar suara-suara seperti menakuti, menasehati dan melihat bayangan putih. Suara-suara setiap hari terdengar oleh partisipan, dan suara-suara tersebut muncul saat partisipan sendiri dan melamun, partisipan sering mendengar suara-suara tersebut hampir setiap hari, dan suara itu mucul lima sampai empat kali. Partsisipan mengatakan jika mendengar suara tersebut menyibukkan diri dengan bermain gitar dan bernyanyi. Setelah melakukan hal tersebut

kali sehari. Partsipan mencuci piring setelah makan. Jika ingin BAB/BAK partsipan pergi ke WC. Selama wawancara partisipan tampak kontak mata kurang dan kurang kooperatif. partisipan berbicara lambat, tidak mampu memulai pembicaraan, dan membisu, partisipan tampak terhenti sejak saat berbicara, partisipan tampak lesu dan tegang, partisipan tampak ketakutan. Partisipan mengalami gangguan persepsi pendengaran ditandai dengan partisipan mendengar suara-suara yang mengajak dan menyuruh. Suara-suara tersebut sering terdengar oleh partisipan hampir setiap hari, suara tersebut muncul di saat pasien sedang melamun. Suara-suara tersebut terdengar tiga sampai lima kali dalam sehari. Apabila mendengar suara-suara tersebut partisipan tidak ada melakukan apapun dan membiarkan suara-suara tersebut hilang dengan sendirinya. Partisipan mengalami gangguan pada memori jangka panjang, konsentrasi partisipan mudah beralih dan kurang mampu berkonsentrasi. Partisipan mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat mengambil keputusan sederhana dengan bantuan

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

suara-suara yang terdengar oleh partisipan dapat berkurang. partisipan tampak sedih, ketakutan, khawatir karena partisipan sering diganggu oleh saudaranya. Partisipan mengalami gangguan pada memori jangka panjang, konsentrasi partisipan mudah beralih. partisipan mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain.

orang lain, partisipan menyadari penyakit yang dideritanya

f. Mekanisme koping

Partisipan memiliki mekanisme koping maladaptif karena reaksi berlebihan dengan mengamuk jika ada hal yang membuat partisipan emosi seperti diganggu oleh saudaranya

Partisipan memiliki mekanisme koping maladaptif karena reaksi lambat, bersifat menghindar

g. Masalah psikososial dan lingkungan

Partisipan mengalami masalah dengan pendidikan karena partisipan mengalami perasaan ingin merasakan kuliah, dan partisipan juga ingin bekerja namun tidak memungkinkan karena penyakit partisipan, partisipan juga mengalami masalah ekonomi partisipan mengatakan cemas nanti ibu partisipan semakin tua dan tidak bisa bekerja lagi, dan kakak partisipan yang biasanya memberikan uang nanti jika sudah menikah tidak bisa lagi membantu kehidupan partisipan dengan ibunya sepenuhnya

Partisipan mengalami masalah dengan berhubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya karena partisipan memiliki sifat yang pendiam

h. Pengetah Partisipan mengatakan Partisipan mengatakan kurang

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

uan kurang tentang

kurang tahu tentang obat-obatan yang diminumnya, dan koping terhadap dirinya

tahu tentang penyakit jiwa, obat-obatan yang diminumnya, dan koping terhadap dirinya

i. Aspek medik

Diagnosa medis Skizofrenia. Partisipan minum obat Haloperidol (2x1), Risperidon 3 ml (2x1), Chlorpromazine (1x1), Trihenski phenidol (2x1), Amitripilin (2x1), Vitamin B kompleks (2x1)

Diagnosa medis Skizofrenia. Partisipan minum obat Haloperidol (2x1), Trihenski Phenidol (2x1), Chlorpromazine (1x1), Carbamarzepine (2x1), Risperidone (2x1)

2.Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada partisipan yang pertama ada tiga yaitu yang pertama gangguan persepsi : halusinasi pendengaran ditandai dengan partisipan mengatakan ada mendengar suara-suara yang melarang, menasehati, menakuti, partisipan juga mengatakan ada melihat bayangan putih, partisipan tampak binggung, tertawa sendiri, fikiran partisipan magis. Diagnosa kedua adalah resiko perilaku kekerasan ditandai dengan partisipan mengatakan susah untuk mengontrol rasa marah apabila ada yang membuat partisipan emosi, dan partisipan pernah masuk ke RSJ karena melukai kakaknya, partisipan tampak berbicara keras dan cepat, partisipan tampak mudah tersinggung dan curiga kepada orang lain. Diagnosa ketiga adalah defisit perawatan diri ditandai dengan partisipan mengatakan jarang mandi, partisipan mengatakan

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada partisipan yang kedua ada tiga yaitu yang pertama gangguan persepsi : halusinasi pendengaran ditandai dengan partisipan mengatakan ada mendengar suara-suara seperti mengajak dan menyuruh, partisipan tampak binggung Diagnosa kedua adalah resiko perilaku kekerasan ditandai dengan partisipan mengatakan partisipan mengatakan mudah marah jika kehendaknya tidak diberikan dan keluarga mengatakan partisipan egois dengan keinginannya tidak mau dilarang Diagnosa ketiga adalah isolasi sosial ditandai dengan partisipan mengatakan dahulunya dijauhkan oleh teman-temannya karena

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

malas mandi, jarang gosok gigi, gigi dan mulut partisipan tampak kotor dan mulut partisipan berbau.

partisipan pendiam, partisipan mengatakan kurang berkomunikasi dengan orang lain, partisipan tampak menyendiri, partisipan tampak berbicara lambat dan membisu, dan partisipan tampak menghindar, partisipan tampak sulit memulai pembicaraan dengan orang lain.

3.Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dilakukan pada partisipan untuk diagnosa gangguan persepsi sensori: halusinasi adalah membuat rencana keperawatan dengan tindakan strategi pelaksanaan halusinasi yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan keluarga, identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon, latihan strategi pelaksanaan untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur , latihan cara menghardik, latihan cara bercakap-cakap, dan latihan dengan melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi yang dilakukan untuk keluarga yaitu diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan cara merawat partisipan halusinasi, serta melakukan latihan strategi pelaksanaan halusinasi kepada keluarga dengan melatih keluarga merawat partisipan

Intervensi yang dilakukan pada partisipan untuk diagnosa gangguan persepsi sensori: halusinasi adalah membuat rencana keperawatan dengan tindakan strategi pelaksanaan halusinasi yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan keluarga, identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon, latihan strategi pelaksanaan untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur , latihan cara menghardik, latihan cara bercakap-cakap, dan latihan dengan melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi yang dilakukan untuk keluarga yaitu mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan cara merawat partisipan halusinasi, serta melakukan latihan strategi pelaksanaan halusinasi kepada keluarga dengan melatih keluarga merawat partisipan halusinasi

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

halusinasi dengan minum obat secara teratur, latihan cara menghardik, bercakap-cakap, melakukan aktivitas sehari-hari, serta memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up partisipan halusinasi

Intervensi yang dilakukan pada partisipan untuk diagnosa kedua resiko perilaku kekerasan yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan keluarga, identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, akibat perilaku kekerasan dan melakukan strategi pelaksanaan untuk mengontrol rasa marah dengan cara minum obat secara teratur, latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan cara yang baik) serta latihan cara spiritual. Intervensi yang dilakukan untuk keluarga adalah diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan, menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya resiko perilaku kekerasan, cara merawat partisipan dengan resiko perilaku kekerasan, serta melakukan latihan strategi pelaksanaan resiko perilaku kekerasan dengan melatih keluarga merawat partisipan dengan minum obat secara teratur, latihan fisik tarik

dengan minum obat secara teratur, latihan cara menghardik, bercakap-cakap, melakukan aktivitas sehari-hari, serta memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up partisipan halusinasi Intervensi yang dilakukan pada partisipan untuk diagnosa kedua resiko perilaku kekerasan yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan keluarga, identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, akibat perilaku kekerasan dan melakukan strategi pelaksanaan untuk mengontrol rasa marah dengan cara minum obat secara teratur, latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan cara yang baik) serta latihan cara spiritual. Intervensi yang dilakukan untuk keluarga adalah mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan, menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya resiko perilaku kekerasan, cara merawat partisipan dengan resiko perilaku kekerasan, serta melakukan latihan strategi pelaksanaan resiko perilaku kekerasan dengan melatih keluarga merawat partisipan dengan minum obat secara teratur, latihan fisik tarik napas dalam dan pukul

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

napas dalam dan pukul bantal, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan cara yang baik), dan spiritual serta memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up partisipan resiko perilaku kekerasan Intervensi yang dilakukan pada partisipan untuk diagnosa ketiga defisit perawatan diri yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan keluarga, identifikasi masalah perawatan diri, kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB/BAK, pentingnya kebersihan diri, melakukan strategi pelaksanaan dengan melatih partisipan cara menjaga kebersihan diri mandi, cuci rambut, gosok gigi, dan potong kuku, melatih cara berdandan, melatih cara makan dan minum yang baik, serta melatih cara BAB/BAK ynag baik. Intervensi yang dilakukan untuk keluarga adalah diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan, jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya serta cara merawat kebersihan diri, serta melakukan strategi pelaksanaan pada keluarga dengan melatih keluarga untuk membimbing partisipan menjaga dan merawat kebersihan diri, berdandan yang baik dan

bantal, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan cara yang baik), dan spiritual. Intervensi yang dilakukan pada partisipan untuk diagnosa ketiga isolasi sosial yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan keluarga, identifikasi penyebab isolasi sosial, melakukan strategi pelaksanaan dengan melatih partisipan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap, berkenalan dengan keluarga, melatih partisipan berinteraksi dengan 2-3 orang lain, melatih partisipan berinteraksi dengan 4-5 orang lain, melatih partisipan berinteraksi saat melakukan kegiatan sosial. Intervensi yang dilakukan untuk keluarga adalah diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat partisipan, menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya, dan cara merawat partisipan, melakukan strategi pelaksanaan pada keluarga dengan melatih cara berkenalan dan berkomunikasi saat melakukan kegiatan harian. melatih keluarga untuk melibatkan partisipan dalam kegiatan rumah tangga

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

benar, makan dan minum yang baik, serta BAB/BAK yang baik, dan follow up partisipan ke pelayanan kesehatan

sekaligus melatih bicara pada kegiatan tersebut, melatih keluarga untuk berkomunikasi saat melakukan kegiatan sosial, melatih keluarga memafaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up partisipan

4.Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan untuk diagnosa pertama gangguan persespsi sensori: halusinasi yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan keluarga, melakukan identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon partisipan serta masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan dilaksanakan satu kali kunjungan. Melakukan penyuluhan tentang halusinasi kepada partisipan dan keluarga dilakukan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 1 untuk mengontrol halusinasi pada partisipan dan keluarga dengan minum obat secara teratur dilaksanakan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 2 halusinasi pada partisipan dan keluarga dengan cara menghardik dilaksanakan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 3 halusinasi pada partisipan dan keluarga dengan cara bercakap-cakap dilakukan satu kali kunjungan.

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan untuk diagnosa pertama gangguan persespsi sensori: halusinasi yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan keluarga, melakukan identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon partisipan serta masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan dilaksanakan satu kali kunjungan Melakukan penyuluhan tentang halusinasi kepada partisipan dan keluarga dilakukan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 1 untuk mengontrol halusinasi pada partisipan dan keluarga dengan minum obat secara teratur dilaksanakan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 2 halusinasi pada partisipan dan keluarga dengan cara menghardik dilaksanakan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 3 halusinasi pada partisipan dan keluarga dengan cara bercakap-cakap dilakukan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 4 halusinasi dengan cara melakukan

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Melakukan latihan strategi pelaksanaan 4 halusinasi dengan cara melakukan aktivitas sehari-hari, serta menjelaskan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk follow up partisipan kepada partisipan dan keluarga dilakukan satu kali kunjungan Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan untuk diagnosa kedua resiko perilaku kekerasan yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan keluarga, melakukan identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, akibat perilaku kekerasan, serta masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan dilaksanakan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 1 resiko perilaku kekerasan pada partisipan dan keluarga untuk mengontrol rasa marah dengan cara minum obat secara dilakukan satu kali kunjungan Melakukan latihan strategi pelaksanaan 2 resiko perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal pada partisipan dan keluarga dilaksanakan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 3 resiko perilaku dengan latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak

aktivitas sehari-hari, serta menjelaskan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk follow up partisipan kepada partisipan dan keluarga dilakukan satu kali kunjungan Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan untuk diagnosa kedua resiko perilaku kekerasan yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan keluarga, melakukan identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, akibat perilaku kekerasan, serta masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan dilaksanakan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 1 resiko perilaku kekerasan pada partisipan dan keluarga untuk mengontrol rasa marah dengan cara minum obat secara dilakukan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 2 resiko perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal pada partisipan dan keluarga dilaksanakan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 3 resiko perilaku dengan latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan cara yang baik) pada partisipan dan keluarga dilaksanakan satu kali kunjungan.

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

dengan cara yang baik) pada partisipan dan keluarga dilaksanakan satu kali kunjungan Melakukan latihan strategi pelaksanaan 4 resiko perilaku kekerasan dengan cara spiritual serta menjelaskan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk follow up partisipan kepada partisipan dan keluarga dilaksanakan satu kali kunjungan. Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan untuk diagnosa ketiga defisit perawatan diri yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan keluarga, melakukan identifikasi masalah perawatan diri, kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB/BAK, pentingnya kebersihan diri, serta masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan dilaksanakan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 1 dengan melatih cara menjaga kebersihan diri mandi, cuci rambut, gosok gigi, dan potong kuku pada partisipan dan keluarga dilakukan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 2 dengan melatih cara berdandan pada partisipan dan keluarga dilakukan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 3 dengan melatih cara

Melakukan latihan strategi pelaksanaan 4 resiko perilaku kekerasan dengan cara spiritual serta menjelaskan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk follow up partisipan kepada partisipan dan keluarga dilaksanakan satu kali kunjungan. Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan untuk diagnosa ketiga isolasi sosial yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan keluarga, melakukan identifikasi penyebab isolasi sosial serta masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan dilaksanakan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 1 dengan melatih cara berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap berkenalan dengan keluarga dilaksanakan satu kali kunjungan. Melakukan strategi pelaksanaan 2 dengan melatih berinteraksi dengan 2-3 orang lain dilakukan satu kali kunjungan. Melakukan strategi pelaksanaan 3 dengan melatih partisipan berinteraksi dengan 4-5 orang lain dilakukan satu kali kunjungan. Melakukan strategi pelaksanaan 4 dengan melatih partisipan berinteraksi saat

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

makan dan minum yang baik pada keluarga dan partisipan dilakukan satu kali kunjungan. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 4 dengan melatih cara BAB/BAK ynag baik pada partisipan dan keluarga dilakukan satu kali kunjungan.

melakukan kegiatan sosial, serta melibatkan keluarga untuk latihan strategi pelaksanaan dengan melatih keluarga untuk membimbing partisipan dalam berinteraksi dilakukan satu kali kunjungan.

5.Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran setelah dilakukan empat kali kunjungan partisipan mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat, saat ditanyakan tentang halusinasinya partisipan bersedia menceritakan tentang masalah yang dialaminya, mulai dari penyebab, tanda dan gejala yang dirasakan dan tindakan yang dilakukan partisipan untuk mengontrol suara-suara yang didengarnya, serta penyelesaian masalah keluarga dalam merawat partisipan. Partisipan mampu mengetahui obat-obatan dan kegunaan obat-obatan yang diminumnya serta mengetahui cara minum obat yang benar dan melakukan minum obat secara teratur dan dilakukan mandiri dan dimasukkan ke jadwal harian. Partisipan dan keluarga mampu mendemonstrasikan cara menghardik secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian.

Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran setelah dilakukan empat kali kunjungan partisipan mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat, saat ditanyakan tentang halusinasinya partisipan bersedia menceritakan tentang masalah yang dialaminya, mulai dari penyebab, tanda dan gejala yang dirasakan dan tindakan yang dilakukan partisipan untuk mengontrol suara-suara yang didengarnya, serta penyelesaian masalah keluarga dalam merawat partisipan. Partisipan dan keluarga mampu mengetahui obat-obatan dan kegunaan obat-obatan yang diminumnya serta mengetahui cara minum obat yang benar dan melakukan minum obat secara teratur dan dilakukan secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan dan keluarga mampu mendemonstrasikan cara menghardik secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu mengontrol halusinasinya dengan melakukan cara bercakap-

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Partisipan mampu mengontrol halusinasinya dengan melakukan cara bercakap-cakap dengan orang disekitarnya secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyapu, dan melakukan hobinya bermain gitar dan bernyanyi secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa kedua yaitu resiko perilaku kekerasan setelah dilakukan empat kali kunjungan. Partisipan mampu menceritakan penyebab, tanda dan gejala, akibat serta cara yang dilakukan partisipan untuk mengontrol rasa marahnya, serta penyelesaian masalah keluarga dalam merawat partisipan. Partisipan mampu mengetahui obat-obatan dan kegunaan obat-obatan yang diminumnya serta mengetahui cara minum obat yang benar dan melakukan minum obat secara teratur dan dilakukan mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu melakukan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian.

cakap dengan orang disekitarnya secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyapu, mencuci kain, menjemur kain, melipat kain dan mencuci piring secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa kedua yaitu resiko perilaku kekerasan setelah dilakukan empat kali kunjungan. Partisipan mampu menceritakan penyebab, tanda dan gejala, akibat serta cara yang dilakukan partisipan untuk mengontrol rasa marahnya, serta penyelesaian masalah keluarga dalam merawat partisipan. Partisipan mampu mengetahui obat-obatan dan kegunaan obat-obatan yang diminumnya serta mengetahui cara minum obat yang benar dan melakukan minum obat secara teratur dan dilakukan secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu melakukan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara verbal (mengungkapkan,

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Partisipan mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara verbal (mengungkapkan, menolak dan meminta dengan cara yang baik) secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara spiritual seperti berdzikir secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa ketiga yaitu defisit perawatan diri setelah dilakukan empat kali kunjungan. Partisipan mampu menceritakan masalah perawatan diri, kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB/BAK, pentingnya kebersihan diri, serta penyelesaian masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan, Partisipan mampu mengetahui cara cara menjaga kebersihan diri mandi, cuci rambut, gosok gigi, dan potong kuku dan melakukannya dengan baik dan benar. Partisipan mampu mengetahui cara berdandan yang baik dan melakukan berdandan dengan baik secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Kunjungan keempat latihan strategi pelaksanaan 3 partisipan mampu mengetahui cara

menolak dan meminta dengan cara yang baik) secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara spiritual seperti berdzikir, sholat dan berpuasa secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa ketiga yaitu isolasi sosial meliputi kunjungan pertama partisipan mampu menceritakan penyebab isolasi sosial dan penyelesaian masalah keluarga dalam merawat partisipan Partisipan mampu melaku kan berkenalan dan berinteraksi dengan 1 orang secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian Partisipan mampu berinteraksi dengan 2-3 orang lain secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu berinteraksi dengan 4-5 orang lain secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu berinteraksi saat melakukan kegiatan sosial secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian, serta keluarga mampu membimbing dan terlibat dalam merawat dan latihan pasien.

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

makan/minum yang baik serta mampu melakukan makan/minum yang baik secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu mengetahui cara BAB/BAK yang baik dan benar dan melakukannya dengan baik dan benar secara mandiri dan memasukkan ke dalam jadwal harian.

B. Pembahasan Kasus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan, maka penulis akan

membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang

ditemukan dalam perawatan kasus gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran pada kedua partisipan yang telah dilakukan asuhan keperawatan

pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan 31 Mei 2017 di rumah partisipan,

yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengkajian keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 22 Mei 2017 pada

partisipan pertama didapatkan keluhan yang dirasakan partisipan

mengatakan saat ini masih sering mendengar suara-suara seperti

menasehati, menakuti dan melihat bayangan putih. Partisipan mengatakan

mendengar suara-suara tersebut ketika partisipan sedang duduk sendirian

dan melamun. Partisipan mengatakan jika mulai mendengar suara-suara

tersebut partisipan menyibukkan diri dengan bermain gitar ,bernyanyi dan

mengusir suara-suara tersebut. Namun partisipan mengatakan cara tersebut

kadang tidak dapat menghilangkan suara-suara yang terdengar oleh

partisipan. Partisipan mengatakan sangat terganggu dengan suara-suara

yang terdengar.

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 22 Mei 2017 pada partisipan

kedua didapatkan keluhan partisipan mengatakan saat ini masih mendengar

suara-suara seperti mengajak, menyuruh, dan bercakap-cakap. Partisipan

mengatakan mendengar suara-suara tersebut jika sendirian dan sedang

melamun, saat mendengar suara-suara tersebut pasien mengusir suara-suara

dan kadang-kadang membiarkan suara tersebut menganggu partisipan

sampai suara tersebut hilang.

Menurut Pusdiklatnakes (2012) tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil

observasi terhadap partisipan serta ungkapan partisipan seperti partisipan

mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang

mengajak bercakap-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu

yang berbahaya, melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,

melihat hantu dan monster.

Berdasarkan hasil peneltian dari dua kasus kelolaan dan teori yang telah

dijelaskan diatas, maka penulis beransumsi keluhan yang akan ditemukan

pada partisipan dengan halusinasi partisipan akan mengatakan mendengar

suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajak bercakap-

cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya,

melihat bayangan.

Berdasarkan hasil penelitian partisipan pertama faktor predisposisi

terjadinya halusinasi yaitu keluarga mengatakan partisipan pernah

mengalami gangguan jiwa di masa lalu, partisipan pernah dirawat dua kali

di RSJ Prof HB Saanin Padang tahun 2010, saat masuk pertama partisipan

dirawat selama satu minggu setelah itu partisipan pulang dan di rawat di

rumah, setelah tiga bulan partisipan masuk kembali ke RSJ Prof HB

Saanin Padang dan dirawat kembali selama satu minggu. Partisipan

mengatakan pernah ada niat untuk bunuh diri. Partisipan mengatakan

pernah melukai tangan saudaranya dengan pecahan kaca, partisipan

mengatakan pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

menyenangkan diputuskan oleh pacarnya saat SMA, keluarga mengatakan

tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti

partisipan.

Hasil penelitian pada partisipan kedua faktor predisposisi terjadinya

halusinasi yaitu keluarga mengatakan partisipan pernah mengalami

gangguan jiwa di masa lalu, sebelumnya sudah pergi berobat ke psikiater,

dukun, dan ke RSJ Prof HB Saanin Padang, partisipan minum obat sejak

tahun 2001 namun obat dihentikan selama 2 tahun karena partisipan

mengikuti pengobatan tradisional, lalu dilanjutkan minum obat tahun 2004

sampai sekarang, keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa seperti partisipan, partisipan mengatakan pernah

mengalami pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan dijauhkan

dalam pergaulan oleh teman-temannya saat sekolah karena partisipan

pendiam.

Menurut Dalami (2014) faktor presdisposisi meliputi faktor biologis yaitu

faktor herediter yang mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri,

riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza,

faktor biologis keluarga, pengasuh dan lingkungan partisipan sangat

mempengaruhi respon dan kondisi psikologis partisipan salah satu sikap

atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah

penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup partisipan adanya

kegagalan yang berulang, kurangnya kasih sayang, atau overprotektif dan

faktor sosial budaya. Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan

orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,

kerusuhan, bencana alam), kegagalan dalam hubungan sosial, dan

kehidupan yang terisolasi disertai stress.

Berdasarkan dari hasil penelitian kedua kasus kelolaan dan teori yang telah

dijelaskan diatas maka penulis beransumsi faktor predisposisi yang

menyebabkan partisipan mengalami halusinasi yaitu faktor sosial budaya

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

karena kedua partisipan mengalami kegagalan dalam hubungan sosial.

Partisipan pertama terdapatnya faktor biologis adanya niat untuk bunuh diri.

Oleh sebab itu apabila perawat melakukan pengkajian faktor predisposisi

terjadinya halusinasi harus menemukan data fokus seperti yang diatas.

Hasil pemeriksaan fisik pada partisipan pertama didapatkan tekanan darah

130/80 mmHg, nadi 87 x/m, suhu 36,50C, pernapasan 20 x/m, tinggi badan

155 cm, berat badan 60 kg, dan partisipan tidak ada memiliki keluhan fisik .

Hasil pemeriksaan fisik pada partisipan kedua didapatkan tekanan darah

110/80 mmHg, nadi 80 x/m, suhu 36,60C, pernapasan 18 x/m, tinggi badan

158 cm, berat badan 65 kg, dan partisipan tidak ada memiliki keluhan fisik.

Menurut Afnuhazi, Ridhyalla (2015) pada partisipan yang mengalami

gangguan halusinasi tidak mengalami keluhan fisik. Berdasarkan hasil

penelitian dari dua kasus kelolaan dan teori yang telah dijelaskan diatas

maka penulis beransumsi tidak ada kesenjangan antara teori dengan data

yang ditemukan, maka apabila perawat melakukan pemeriksaan fisik pada

partisipan halusinasi maka akan menemukan data seperti yang diatas.

Hasil penelitian partisipan pertama pada pengkajian psikosial dan spiritual,

partisipan mengatakan saat ini orang yang berarti adalah ibu dan kakaknya

yang bekerja di Malaisya, partisipan mengatakan ada ikut peran serta dalam

kegiatan kelompok/masyarakat seperti mengikuti acara lomba 17 Agustus

seperti lomba joget, puisi, dan partisipan dahulunya juga ikut dalam band,

dan partisipan juga mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan

dengan orang lain, partisipan beragama islam, namun partisipan tidak

sholat.

Hasil penelitian partisipan kedua pada pengkajian psikosial dan spiritual,

partisipan mengatakan saat ini orang yang berarti adalah ibu dan ayahnya,

partisipan tidak ada ikut peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat,

partisipan mengatakan mengalami hambatan dalam berhubungan dengan

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

orang lain karena partisipan memiliki sifat pendiam, partisipan beragama

islam, dan partisipan ada mengerjakan sholat dan berpuasa.

Menurut Afnuhazi (2015) hubungan sosial partisipan dengan halusinasi

kurang dihargai di lingkungan dan keluarga. Spiritual nilai dan keyakinan

biasanya partisipan dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan agama

dan budaya, kegiatan ibadah partisipan biasanya menjalankan ibadah di

rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan dan penjelasan teori

diatas, maka penulis beransumsi partisipan halusinasi kurang dihargai dalam

kehidupan sosial diakibatkan oleh kondisinya. Namun dalam kegiatan

spiritual tidak semua partisipan dengan halusinasi terganggu spiritualnya

dibuktikan oleh partisipan kedua yang mengerjakan sholat serta berpuasa.

oleh karena itu apabila perawat melakukan pengkajian tentang psikosial dan

spiritual pada partisipan halusinasi akan menemukan data fokus seperti yang

diatas.

Hasil penelitian partisipan pertama didapatkan partisipan minum obat

Haloperidol (2x1), risperidon 3 ml (2x1), Chlorpromazine (1x1), Trihenski

phenidol (2x1), amitripilin (2x1) ,Vitamin B kompleks (2x1). Sedangkan

partisipan kedua, partisipan minum obat Haloperidol (2x1), Trihenski

phenidol (2x1), Chlorpromazine (1x1), carbamarzepine (2x1), Risperidone

(2x1).

Menurut Afnuhazi (2015) obat yang diberikan pada partisipan dengan

halusinasi biasanya diberikan antipsikotik seperti Haloperidol (HLP)

fungsinya adalah untuk menghilangkan suara-suara yang terdengar oleh

partisipan, chlorpromazine (CPZ) fungsinya adalah untuk menenagkan,

Triflnu perazin (TFZ), dan Anti parkinson trihenski phenidol (THP),

triplofrazine arkine fungsinya adalah untuk menghilangkan rasa kaku dan

tegang. Efek samping dari obatn-obatan tersebut adanya klien merasa

tenggorokan kering, sering merasa haus.

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan mengenai hasil

pengkajian dan teori yang telah dijelaskan, penulis beransumsi partisipan

dengan halusinasi akan meminum obat antipsikotik seperti haloperidol,

chlorpromazine dan Trihenski phenidol, dimana obat-obat tersebut memiliki

fungsi yang berbeda-beda, sedangkan efek samping dari obat tersebut

biasanya partisipan akan mengatakan mudah haus, dan tenggorokan terasa

kering. Oleh sebab itu perlu bagi perawat untuk memberikan informasi

mengenai obat-obat yang diminum oleh partisipan. apabila perawat

mengkaji obat yang diminum oleh partisipan.

2. Diagnosa keperawatan

Hasil peneltian partisipan pertama ditemukan tiga diagnosa keperawatan,

diagnosa keperawatan pertama adalah gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran ditandai dengan partisipan mengatakan ada

mendengar suara-suara yang melarang, menasehati, menakuti, partisipan

juga mengatakan ada melihat bayangan putih, partisipan tampak binggung,

tertawa sendiri, fikiran partisipan magis. Diagnosa kedua adalah resiko

perilaku kekerasan ditandai dengan partisipan mengatakan susah untuk

mengontrol rasa marah apabila ada yang membuat partisipan emosi, dan

partisipan pernah masuk ke RSJ karena melukai kakaknya, partisipan

tampak berbicara keras dan cepat, partisipan tampak mudah tersinggung dan

curiga kepada orang lain. Diagnosa ketiga adalah defisit perawatan diri

ditandai dengan partisipan mengatakan jarang mandi, partisipan mengatakan

malas mandi, jarang gosok gigi, gigi dan mulut partisipan tampak kotor dan

mulut partisipan berbau.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada partisipan kedua ada tiga yaitu

yang pertama gangguan persepsi : halusinasi pendengaran ditandai dengan

partisipan mengatakan ada mendengar suara-suara seperti mengajak dan

menyuruh, partisipan tampak binggung. Diagnosa kedua adalah resiko

perilaku kekerasan ditandai dengan partisipan mengatakan partisipan

mengatakan mudah marah jika kehendaknya tidak diberikan dan keluarga

mengatakan partisipan egois dengan keinginannya tidak mau dilarang.

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Diagnosa ketiga adalah isolasi sosial ditandai dengan partisipan mengatakan

dahulunya dijauhkan oleh teman-temannya karena partisipan pendiam,

partisipan mengatakan kurang berkomunikasi dengan orang lain, partisipan

menyendiri, partisipan tampak berbicar lambat dan membisu, dan partisipan

tampak menghindar, partisipan tampak sulit memulai pembicaraan dengan

orang lain.

Menurut Dalami, dkk, (2014) masalah keperawatan yang terdapat pada

partisipan dengan gangguan persepsi sensori halusinasi adalah resiko

perilaku kekerasan, gangguan persepsi sensori halusinasi dan isolasi sosial.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan mengenai diagnosa

keperawatan yang ditemukan dan teori telah dijelaskan diatas, maka penulis

beransumsi berdasarkan pohon masalah core poblem yaitu halusinasi,

dimana disebabkan oleh isolasi sosial dan berakibat pada resiko perilaku

kekerasan, sehingga dari pohon masalah tersebut tidak ada kesenjangan

antara teori dengan data yang ditemukan. Oleh sebab itu apabila perawat

ingin menegakkan diagnosa pada partisipan dengan halusinasi maka harus

menemukan data fokus seperti yang diatas.

3. Intervensi Keperawatan

Hasil penelitian pada kedua kasus kelolaan untuk diagnosa pertama

gangguan persepsi sensori: halusinasi adalah membuat rencana keperawatan

dengan tindakan strategi pelaksanaan halusinasi yaitu membina hubungan

saling percaya pada partisipan dan keluarga, identifikasi halusinasi,

frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon, latihan strategi

pelaksanaan untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara

teratur , latihan cara menghardik, latihan cara bercakap-cakap, dan latihan

dengan melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk keluarga intervensi yang

dilakukan yaitu mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat partisipan, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala,

proses terjadinya halusinasi dan cara merawat partisipan halusinasi, serta

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

melakukan latihan strategi pelaksanaan halusinasi kepada keluarga dengan

melatih keluarga merawat partisipan halusinasi dengan minum obat secara

teratur, latihan cara menghardik, bercakap-cakap, melakukan aktivitas

sehari-hari, serta memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up

partisipan halusinasi.

Menurut Keliat (2007) intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada

partisipan dengan halusinasi yaitu membantu partisipan mengenali

halusinasi, melatih partisipan mengontrol halusinasi , strategi pelaksanaan 1

latihan cara menghardik halusinasi, strategi pelaksanaan 2 minum obat

secara teratur , strategi pelaksanaan 3 latihan bercakap-cakap dengan orang

lain, strategi pelaksanaan 4 melakukan aktivitas sehari-hari. Tindakan

keperawatan tidak hanya ditujukan untuk partisipan tetapi juga diberikan

kepada keluarga, sehingga keluarga mampu mengarahkan partisipan dalam

mengontrol halusinasi dengan strategi pelaksanaan 1 keluarga mengenal

masalah dalam merawat partisipan halusinasi dan melatih mengontrol

halusinasi partisipan dengan menghardik, strategi pelaksanaan 2 keluarga

melatih keluarga merawat partisipan halusinasi dengan enam benar minum

obat, strategi pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat partisipan

halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan, strategi

pelaksanaan 4 keluarga melatih keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

untuk follow up partisipan halusinasi.

Hasil penelitian Sari (2014) tentang Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang

Perawatan Pasien Halusinasi dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien

Halusinasi di Rumah menyatakan kesadaran dan pengetahuan keluarga yang

tinggi tentang kesehatan, belum menjamin praktek tentang kesehatan atau

perilaku hidup keluarga sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Perlu

dilakukan upaya peningkatan lingkungan baik fisik maupun nonfisik

sebagai penunjang pengetahuan yang ada yang dapat membawa perubahan

perilaku keluarga dalam merawat pasien halusinasi. Keluarga yang aktif

menerima informasi, berdiskusi dan adanya komunikasi dua arah antara

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

keluarga dan perawat yang berjalan dengan baik akan meningkatkan

perilaku keluarga yang dapat menunjang kesembuhan dan meminimalkan

resiko terjadinya kekambuhan pasien halusinasi.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan yang telah dilakukan dan

teori yang telah dijelaskan diatas, penulis beransumsi intervensi yang

dilakukan pada partisipan dengan halusinasi berupa mengindentifikasi

halusinasi, isi, frekuensi dan situasi, serta latihan mengontrol halusinasi

dengan cara menghardik, minum obat secara teratur, bercakap-cakap dan

melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh sebab itu apabila perawat membuat

intervensi pada partisipan dengan halusinasi harus memperhatikan prinsip

strategi pelaksanaan halusinasi seperti yang dijelaskan teori diatas.

Intervensi yang dilakukan pada kedua partisipan untuk diagnosa kedua

resiko perilaku kekerasan yaitu membina hubungan saling percaya pada

partisipan dan keluarga, identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku

kekerasan, akibat perilaku kekerasan dan melakukan strategi pelaksanaan

untuk mengontrol rasa marah dengan cara minum obat secara teratur, latihan

fisik tarik napas dalam dan pukul bantal, latihan verbal (mengungkapkan,

meminta dan menolak dengan cara yang baik) serta latihan cara spiritual.

Untuk keluarga intervensi yang dilakukan adalah mendiskusikan masalah

yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan, menjelaskan pengertian,

tanda dan gejala, proses terjadinya resiko perilaku kekerasan, cara merawat

partisipan dengan resiko perilaku kekerasan, serta melakukan latihan

strategi pelaksanaan resiko perilaku kekerasan dengan melatih keluarga

merawat partisipan dengan minum obat secara teratur, latihan fisik tarik

napas dalam dan pukul bantal, latihan verbal (mengungkapkan, meminta

dan menolak dengan cara yang baik), dan spiritual.

Menurut Dermawan (2013) intervensi yang diberikan pada partisipan

dengan resiko perilaku kekerasan adalah latihan strategi pelaksanaan yaitu

dengan identifikasi penyebab dan tanda gejala perilaku kekerasan, cara yang

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

dilakukan partispan untuk mengontrol marah, latihan mengontrol marah

dengan tarik napas dalam dan pukul bantal, latihan minum obat secara

teratur, latihan cara verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan

yang baik), spiritual. Intervensi yang diberikan pada keluarga meliputi

identifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan,

dilakukan latihan mengontrol rasa marah kepada keluarga dengan latihan

tarik napas dalam dan pukul bantal, minum obat teratur, latihan cara verbal,

spiritual dan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk follow up partsipan.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan dan teori yang telah

dijelaskan, penulis beransumsi intervensi yang diberikan pada partisipan

dengan resiko perilaku kekerasan sesuai dengan prinsip strategi pelaksanaan

resiko perilaku kekerasan meliputi identifikasi penyebab, tanda dan gejala

serta cara yang dilakukan partisipan untuk mengontrol marahnya, dan

latihan tarik napas dalam dan pukul bantal, minum obat secara teratur,

latihan verbal dan spiritual. Oleh sebab itu jika perawat ingin membuat

intervensi keperawatan pada partisipan dengan perilaku kekerasan harus

sesuai dengan prinsip strategi pelaksanaan yang telah dijelaskan.

Intervensi yang dilakukan pada partisipan pertama untuk diagnosa ketiga

defisit perawatan diri yaitu membina hubungan saling percaya pada

partisipan dan keluarga, identifikasi masalah perawatan diri, kebersihan diri,

berdandan, makan dan minum, BAB/BAK, pentingnya kebersihan diri,

melakukan strategi pelaksanaan dengan melatih partisipan cara menjaga

kebersihan diri mandi, cuci rambut, gosok gigi, dan potong kuku, melatih

cara berdandan, melatih cara makan dan minum yang baik, serta melatih

cara BAB/BAK ynag baik. Untuk keluarga intervensi yang dilakukan adalah

diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan,

jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya serta cara merawat

kebersihan diri, serta melakukan strategi pelaksanaan pada keluarga dengan

melatih keluarga untuk membimbing partisipan menjaga dan merawat

kebersihan diri, berdandan yang baik dan benar, makan dan minum yang

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

baik, serta BAB/BAK yang baik, dan follow up partisipan ke pelayanan

kesehatan.

Intervensi yang dilakukan pada partisipan kedua untuk diagnosa ketiga

isolasi sosial yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan

keluarga, identifikasi penyebab isolasi sosial, melakukan strategi

pelaksanaan dengan melatih partisipan berinteraksi dengan orang lain secara

bertahap, berkenalan dengan keluarga, melatih partisipan berinteraksi

dengan 2-3 orang lain, melatih partisipan berinteraksi dengan 4-5 orang lain,

melatih partisipan berinteraksi saat melakukan kegiatan sosial. Untuk

keluarga intervensi yang dilakukan adalah diskusikan masalah yang

dirasakan dalam merawat partisipan, menjelaskan pengertian, tanda dan

gejala, proses terjadinya, dan cara merawat partisipan, melakukan strategi

pelaksanaan pada keluarga dengan melatih cara berkenalan dan

berkomunikasi saat melakukan kegiatan harian, melatih keluarga untuk

melibatkan partisipan dalam kegiatan rumah tangga sekaligus melatih bicara

pada kegiatan tersebut, melatih keluarga untuk berkomunikasi saat

melakukan kegiatan sosial, melatih keluarga memafaatkan fasilitas

kesehatan untuk follow up partisipan.

4. Implementasi Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian pada kedua kasus kelolaan untuk partisipan

pertama dan kedua implementasi keperawatan yang telah dilakukan untuk

diagnosa keperawatan pertama gangguan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan

keluarga, melakukan identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu terjadi, situasi

pencetus, perasaan, respon partisipan serta masalah yang dirasakan keluarga

dalam merawat partisipan dilaksanakan satu kali kunjungan, melakukan

penyuluhan tentang halusinasi kepada partisipan dan keluarga dilakukan

satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 1 untuk

mengontrol halusinasi pada partisipan dan keluarga dengan minum obat

secara teratur dilaksanakan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

pelaksanaan 2 halusinasi pada partisipan dan keluarga dengan cara

menghardik dilaksanakan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi

pelaksanaan 3 halusinasi pada partisipan dan keluarga dengan cara

bercakap-cakap dilakukan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi

pelaksanaan 4 halusinasi dengan cara melakukan aktivitas sehari-hari, serta

menjelaskan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk follow up partisipan

kepada partisipan dan keluarga dilakukan satu kali kunjungan.

Menurut Afnuhazi (2015) implementasi adalah pelaksanaan keperawatan

oleh partisipan. Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi

adalah tindakan keperawatan yang akan dilakukan implementasi pada

partisipan dengan halusinasi dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan

tindakan keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan membina

hubungan saling percaya, identifikasi waktu, frekuensi, situasi, respon

partisipan terhadap halusinasi, melatih partisipan mengontrol halusinasi

dengan cara menghardik, melatih partisipan mengontrol halusinasi dengan

cara patuh minum obat, melatih partisipan mengontrol halusinasi dengan

cara bercakap-cakap, melatih partisipan mengontrol halusinasi dengan cara

melaksanakan kegiatan terjadwal.

Berdasarkan hasil penelitian Anggraini, dkk (2013) tentang Pengaruh

Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar Pada Pasien

Skizofrenia di RSJD Dr. Aminogondohutomo Semarang, terapi menghardik

dengan menutup telinga responden mengalami penurunan tingkat halusinasi

dengar, hal ini dikarenakan pada saat responden menutup telinga saat

melakukan terapi menghardik responden menjadi lebih fokus dan

berkonsentrasi pada halusinasinya. Sehingga dianjurkan untuk para perawat

di rumah sakit agar menggunakan terapi menghardik dengan menutup

telinga karena hasilnya akan lebih baik.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan tindakan keperawatan

yang telah dilakukan dan teori yang telah dijelaskan diatas, penulis

Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

beransumsi implementasi yang harus dilakukan adalah membina hubungan

saling percaya dengan partisipan, mengidentifikasi halusinasi, isi, frekuensi

dan situasi serta melakukan strategi pelaksanaan halusinasi untuk

mengontrol halusinasi. Oleh sebab itu apabila perawat melakukan

implementasi keperawatan pada partisipan dengan halusinasi harus sesuai

seperti yang dijelaskan teori diatas.

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada kedua kasus kelolaan

untuk partisipan pertama dan kedua diagnosa kedua resiko perilaku

kekerasan yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan

keluarga, melakukan identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku

kekerasan, akibat perilaku kekerasan, serta masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat partisipan dilaksanakan satu kali kunjungan,

melakukan latihan strategi pelaksanaan 1 resiko perilaku kekerasan pada

partisipan dan keluarga untuk mengontrol rasa marah dengan cara minum

obat secara dilakukan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi

pelaksanaan 2 resiko perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik tarik

napas dalam dan pukul bantal pada partisipan dan keluarga dilaksanakan

satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 3 resiko

perilaku dengan latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak

dengan cara yang baik) pada partisipan dan keluarga dilaksanakan satu kali

kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 4 resiko perilaku

kekerasan dengan cara spiritual serta menjelaskan pemanfaatan fasilitas

kesehatan untuk follow up partisipan kepada partisipan dan keluarga

dilaksanakan satu kali kunjungan.

Menurut Dermawan (2013) implementasi keperawatan yang dilakukan pada

partisipan dengan resiko perilaku kekerasan meliputi, membina hubungan

saling percaya kepada perawat dan partisipan, mengidentifikasi penyebab,

tanda dan gejala serta cara yang dilakukan partisipan untuk mengontrol

marah, melakukan latihan mengontrol marah dengan tarik napas dalam dan

pukul bantal, minum obat secara teratur, melakukan latihan mengontrol

Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

marah dengan cara verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan

yang baik) latihan spiritual. Implementasi yang dilakukan pada keluarga

meliputi mengidentifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

partisipan, melakukan latihan mengontrol rasa marah kepada keluarga

dengan latihan tarik napas dalam dan pukul bantal, minum obat teratur,

latihan cara verbal, spiritual dan pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk

follow up partsipan.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan dan teori yang dijelaskan,

penulis beransumsi implementasi yang dilakuka pada partisipan dengan

resiko perilaku kekerasan adalah melakukan strategi pelaksanaa meliputi

mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala serta cara yang dilakukan

partisipan untuk mengontrol marah, melakukan latihan mengontrol marah

dengan tarik napas dalam dan pukul bantal, minum obat secara teratur,

melakukan latihan mengontrol marah dengan cara verbal (mengungkapkan,

meminta dan menolak dengan yang baik) latihan spiritual Apabila perawat

melakukan implementasi keperawatan pada partisipan dengan resiko

perilaku kekerasan harus sesuai dengan prinsip strategi pelaksanaan resiko

perilaku kekerasan.

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan pertama

untuk diagnosa ketiga defisit perawatan diri yaitu membina hubungan saling

percaya pada partisipan dan keluarga, melakukan identifikasi masalah

perawatan diri, kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB/BAK,

pentingnya kebersihan diri, serta masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat partisipan dilaksanakan satu kali kunjungan, melakukan latihan

strategi pelaksanaan 1 dengan melatih cara menjaga kebersihan diri mandi,

cuci rambut, gosok gigi, dan potong kuku pada partisipan dan keluarga

dilakukan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 2

dengan melatih cara berdandan pada partisipan dan keluarga dilakukan satu

kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 3 dengan melatih

cara makan dan minum yang baik pada keluarga dan partisipan dilakukan

Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 4 dengan

melatih cara BAB/BAK ynag baik pada partisipan dan keluarga dilakukan

satu kali kunjungan.

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada partisipan kedua

untuk diagnosa ketiga isolasi sosial yaitu membina hubungan saling percaya

pada partisipan dan keluarga, melakukan identifikasi penyebab isolasi sosial

serta masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan

dilaksanakan satu kali kunjungan, melakukan latihan strategi pelaksanaan 1

dengan melatih cara berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain secara

bertahap berkenalan dengan keluarga dilaksanakan satu kali kunjungan,

melakukan strategi pelaksanaan 2 dengan melatih berinteraksi dengan 2-3

orang lain dilakukan satu kali kunjungan, melakukan strategi pelaksanaan 3

dengan melatih partisipan berinteraksi dengan 4-5 orang lain dilakukan satu

kali kunjungan, melakukan strategi pelaksanaan 4 dengan melatih partisipan

berinteraksi saat melakukan kegiatan sosial, serta melibatkan keluarga untuk

latihan strategi pelaksanaan dengan melatih keluarga untuk membimbing

partisipan dalam berinteraksi dilakukan satu kali kunjungan.

5. Evaluasi keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian pada partisipan pertama untuk evaluasi

keperawatan diagnosa pertama yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran setelah dilakukan kunjungan sebanyak lima kali partisipan dan

keluarga mampu membina hubungan saling percaya antara perawat dan

partisipan, partisipan bersedia menceritakan tentang masalah yang

dialaminya, mulai dari penyebab, tanda dan gejala yang dirasakan dan

tindakan yang dilakukan partisipan untuk mengontrol suara-suara yang

didengarnya, serta penyelesaian masalah keluarga dalam merawat

partisipan, partisipan dan keluarga mampu mengetahui obat-obatan dan

kegunaan obat-obatan yang diminumnya serta mengetahui cara minum obat

yang benar dan melakukan minum obat secara teratur dan dilakukan

mandiri, partisipan dan keluarga mampu mendemonstrasikan cara

Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

menghardik, partisipan mampu mengontrol halusinasinya dengan

melakukan cara bercakap-cakap dengan orang disekitarnya, partisipan

mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari

seperti menyapu, dan melakukan hobinya bermain gitar dan bernyanyi

dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian.

Evaluasi yang dilakukan pada partisipan pertama untuk diagnosa kedua

yaitu resiko perilaku kekerasan setelah dilakukan lima kali kunjungan

partisipan dan keluarga mampu menceritakan penyebab, tanda dan gejala,

akibat serta cara yang dilakukan partisipan untuk mengontrol rasa

marahnya, serta penyelesaian masalah keluarga dalam merawat partisipan,

mampu mengetahui obat-obatan dan kegunaan obat-obatan yang

diminumnya serta mengetahui cara minum obat yang benar dan melakukan

minum obat secara teratur dan dilakukan mandiri, partisipan mampu

melakukan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal, partisipan

mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara verbal

(mengungkapkan, menolak dan meminta dengan cara yang baik), partisipan

mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara spiritual seperti

berdzikir dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian.

Evaluasi yang dilakukan pada partisipan pertama untuk diagnosa ketiga

yaitu defisit perawatan diri setelah dilakukan lima kali kunjungan partisipan

dan keluarga mampu menceritakan masalah perawatan diri, kebersihan diri,

berdandan, makan dan minum, BAB/BAK, pentingnya kebersihan diri, serta

penyelesaian masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat partisipan,

partisipan mampu mengetahui cara cara menjaga kebersihan diri mandi,

cuci rambut, gosok gigi, dan potong kuku dan melakukannya dengan baik

dan benar, partisipan mampu mengetahui cara berdandan yang baik dan

melakukan berdandan dengan baik, partisipan mampu mengetahui cara

makan/minum yang baik serta mampu melakukan makan/minum yang baik,

partisipan mampu mengetahui cara BAB/BAK yang baik dan benar dan

Page 92: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

melakukannya dengan baik dan benar dilakukan secara mandiri dan

dimasukkan ke dalam jadwal harian.

Berdasarkan hasil penelitian pada partisipan kedua, evaluasi yang dilakukan

pada diagnosa pertama yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran setelah dilakukan kunjungan sebanyak lima kali partisipan dan

keluarga mampu membina hubungan saling percaya antara perawat dan

partisipan, partisipan bersedia menceritakan tentang masalah yang

dialaminya, mulai dari penyebab, tanda dan gejala yang dirasakan dan

tindakan yang dilakukan partisipan untuk mengontrol suara-suara yang

didengarnya, serta penyelesaian masalah keluarga dalam merawat

partisipan, partisipan dan keluarga mampu mengetahui obat-obatan dan

kegunaan obat-obatan yang diminumnya serta mengetahui cara minum obat

yang benar dan melakukan minum obat secara teratur dan dilakukan

mandiri, partisipan dan keluarga mampu mendemonstrasikan cara

menghardik, kunjungan keempat partisipan mampu mengontrol

halusinasinya dengan melakukan cara bercakap-cakap dengan orang

disekitarnya, partisipan mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan

aktivitas sehari-hari seperti menyapu, mencuci kain, menjemur kain, melipat

kain dan mencuci piring dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam

jadwal harian.

Evaluasi yang dilakukan pada partisipan kedua untuk diagnosa kedua yaitu

resiko perilaku kekerasan setelah dilakukan kunjungan sebanyak lima kali

partisipan dan keluarga mampu menceritakan penyebab, tanda dan gejala,

akibat serta cara yang dilakukan partisipan untuk mengontrol rasa

marahnya, serta penyelesaian masalah keluarga dalam merawat partisipan,

partisipan mampu mengetahui obat-obatan dan kegunaan obat-obatan yang

diminumnya serta mengetahui cara minum obat yang benar dan melakukan

minum obat secara teratur dan dilakukan mandiri, partisipan mampu

melakukan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal, partisipan

mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara verbal

Page 93: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

(mengungkapkan, menolak dan meminta dengan cara yang baik), partisipan

mampu melakukan mengontrol rasa marah dengan cara spiritual seperti

berdzikir, sholat dan berpuasa dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke

dalam jadwal harian.

Evaluasi yang dilakukan pada partisipan kedua untuk diagnosa ketiga yaitu

isolasi sosial setelah dilakukan lima kali kunjungan partisipan dan keluarga

mampu menceritakan penyebab isolasi sosial dan penyelesaian masalah

keluarga dalam merawat partisipan, partisipan mampu melaku kan

berkenalan dan berinteraksi dengan 1 orang, partisipan mampu berinteraksi

dengan 2-3 orang lain, partisipan mampu berinteraksi dengan 4-5 orang lain,

partisipan mampu berinteraksi saat melakukan kegiatan sosial, serta

keluarga mampu membimbing dan terlibat dalam merawat dan latihan

pasien dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian.

Menurut Afnuhazi (2015) evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk

menilai efek dari tindakan keperawatan pada partisipan. Evaluasi dilakukan

sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi

dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakukan

setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan

dengan membandingkan respon partisipan pada tujuan yang telah

ditentukan.

Berdasarkan hasil penelitian kedua kasus kelolaan evaluasi keperawatan

yang telah dilakukan dan teori yang telah dijelaskan diatas, penulis

beransumsi evaluasi keperawatan yang diharapkan pada partisipan dengan

halusinasi adalah partisipan mengetahui tentang halusinasinya dan mampu

melakukan latihan untuk mengontrol halusinasi dengan mandiri dan

dimasukkan ke dalam jadwal harian. Oleh sebab itu penting bagi perawat

melakukan evaluasi keperawatan untuk menilai sejauh mana kemampuan

klien dalam latihan yang diberikan dan harus sesuai seperti yang dijelaskan

teori diatas.

Page 94: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

BAB V PENUTUP

Berdasarkan hasil deskripsi asuhan keperawatan pada kedua partisipan dengan

halusinasi yang dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan 31 Mei

2017 maka dapat disimpulkan :

A. Kesimpulan

1. Pengkajian keperawatan

Pada pengkajian penulis menemukan keluhan partisipan berupa mendengar

suara-suara yang mengajak bercakap-cakap, menyuruh melakukan sesuatu

yang berbahaya. Faktor predisposisi partisipan dengan halusinasi adanya

faktor biologis dari keluarga, faktor psikologis dan sosial budaya seperti

kegagalan dalam hubungan sosial. Pemeriksaan fisik tidak ditemukan

keluhan dan kelainan pada kedua partisipan. Status mental kedua partisipan

mengalami gangguan pada persepsi, isi pikir dan proses pikir. Terapi medis

yang diberikan antipsikotik seperti Haloperidol, Chlorpromazine anti

parkinson seperti Trihenski phenidol.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua partisipan yaitu pada

diagnosa keperawatan pertama adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran dan diagnosa keperawatan kedua yaitu resiko perilaku

kekerasan. Untuk diagnosa ketiga partisipan satu mengalami defisit

perawatan diri dan partisipan dua mengalami isolasi sosial. Dalam

mengumpulkan data dan menegakkan diagnosa penulis tidak menemukan

hambatan karena partisipan cukup kooperatif dan keluarga partisipan

terbuka dengan penulis.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan untuk masalah keperawatan yang ditemukan pada

kedua partisipan sesuai dengan teori. Diagnosa pertama halusinasi untuk

kedua partisipan yaitu membuat intervensi mengacu pada prinsip strategi

Page 95: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

pelaksanaan halusinasi mulai dari identifikasi halusinasi, isi, frekuensi,

situasi dan latihan mengontrol halusinasi dengan menghardik, minum obat

secara teratur, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas sehari-hari dan

diharapkan dapat mengatasi masalah partisipan. Diagnosa kedua resiko

perilaku kekerasan untuk kedua partisipan intervensi keperawatan meliputi

prinsip strategi pelaksanaan identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku

kekerasan, latihan tarik napas dalam dan pukul bantal, minum obat secara

teratur, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan yang

baik), dan spiritual. Diagnosa ketiga defisit perawatan diri untuk partisipan

pertama meliputi melatih menjaga kebersihan diri mandi, gosok gigi dan

cuci rambut, melatih cara berdandan yang baik, melaatih cara makan/minum

yang baik, melatih BAB/BAK yang baik. Diagnosa ketiga isolasi sosial

untuk partisipan kedua meliputi latihan berkenalan dengan satu orang,

latihan berkenalan dan berinteraksi dengan 2-3 orang, latihan berkenalan

dan berinteraksi dengan 4-5 orang, latihan berinteraksi dengan melakukan

kegiatan sosial.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang

telah dibuat sebelumnya untuk ketiga masalah keperawatan yang ditemukan

untuk kedua partisipan. Implementasi meliputi strategi pelaksanaan

halusinasi, resiko perilaku kekerasan , defisit perawatan dan isolasi sosial.

Dengan harapan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dan kriteria yang

telah ditetapkan.

5. Evaluasi keperawatan

Pada evaluasi untuk masalah keperawatan sudah dapat teratasi. Dibuktikan

dengan kedua partisipan mampu mengetahui dan melakukan latihan strategi

pelaksanaan untuk mengontrol halusinasi telah diajarkan dengan dilakukan

secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian. Partsipan mampu

mengetahui dan melakukan latihan strategi pelaksanaan untuk mengontrol

marah yang telah diajarkan dengan dilakukan secara mandiri dan

Page 96: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

dimasukkan ke dalam jadwal harian. Partsipan mampu menjaga kebersihan

diri dengan mandi, gosok gigi, cuci rambu, berdandan yang benar,

makan/minum, BAB/BAK yang benar dengan dilakukan secara mandiri dan

dimasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu berkenalan dan

berinteraksi dengan orang lain dan melakukan kegiatan sosial dilakukan

secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Bagi Penulis agar dalam penerapan asuhan keperawatan pada partisipan

dengan halusinasi tidak hanya tertuju kepada klien, tetapi juga kepada

keluarga dan orang terdekat partisipan sebagai wujud asuhan keperawatan

yang komprehensif.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan dapat memberikan gambaran dan wawasan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien dengan

halusinasi di klinik maupun di komunitas masyarakat.

3. Bagi Pemegang Progam Keperawatan Jiwa Puskesmas Nanggalo

Bagi Pemegang Progam Keperawatan Jiwa Puskesmas Nanggalo dapat

mengembangkan program kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi

penanganan masalah gangguan kesehatan jiwa yang dialami klien dan

keluarga dengan halusinasi.

4. Penulis Selanjutnya

Dapat mengembangkan penulisan lebih lanjut mengenai asuhan

keperawatan pada klien halusinasi. Selain itu peneiti selanjutnya dapat

menggali lebih dalam lagi proses asuhan keperawatan yang berbasis klien

dan keluarga pada masalah kesehatan gangguan jiwa.

Page 97: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Anggraini, dkk. 2013. Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar Pada Pasien Skizofrenia Di RSJD Dr. AminogondohutomoSemarang. http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 17 Januari 2017 pukul 13.51 WIB.

Bagyono, Tuntas. 2013. Kunci Praktis Untuk Metodelogi Penelitian Kesehatan Promotif- Preventif. Yogyakarta: Ombak.

Budiman. 2013. Penelitian Kesehatan. Bandung: PT Refika Aditama.

Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Data Progam Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kota Padang.

Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Halawa, Aristina. 2015. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2 Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwamenur Surabaya. http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 18 Januari 2017 pukul 13.04 WIB.

Herdman, T. Heather. 2017. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan

Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Mardalis. 2010. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal) edisi 1. Jakarta: Bumi Aksara.

Mirza, dkk. 2015. Hubungan Lamanya Perawatan Paseien Skizofrenia dengan Stres Keluarga. http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 17 Januari 2017 pukul 07.50 WIB.

Medical Record Puskesmas Nanggalo Padang. 2016.

Page 98: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit ANDI.

Nasir A dan Muhith A. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental : konsep, proses, dan praktik vol 2 edisi 4. Jakarta: EGC.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.

Hasil Riset Kesehatan Dasar. 2013.

Sari. 2014. Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Pasien Halusinasi Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Halusinasi Di Rumah. http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 03 Maret 2017 pukul 06.23 WIB.

Supardi, Sudibyo dan Rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: TIM.

Swanson, Elizabeth, dkk. Copyright 2013. Nursing Outcomes (NOC) Edisi Bahasa Indonesia Edisi Kelima. Indonesia: CV. Mocomedia

Undang Undang No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wagner, Cherly M, dkk. Copyright 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia Edisi Kelima. Indonesia: CV. Mocomedia.

Yosep, Iyus. 2007.Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

.................... 2013. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba

Medika.

Page 99: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 100: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 101: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 102: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Lampiran 3

Format Skrinning Klien yang mengalami Skizofrenia dengan Halusinasi

1. Klien dengan halusinasi memiliki tanda dan gejala berikut :

a. Mendengar suara-suara atau kegaduhan

Ya Tidak

b. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat

hantu dan monster

Ya Tidak

c. Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas

Ya Tidak

d. Bicara atau tertawa sendiri

Ya Tidak

e. Marah tanpa sebab

Ya Tidak

f. Mondar mandir tanpa arah

Ya Tidak

2. Klien mengalami halusinasi lebih dari 3 bulan

Ya Tidak

3. Klien dengan halusinasi yang pernah di rawat di rumah sakit jiwa

Ya Tidak

4. Klien dengan halusinasi melakukan kontrol/ pengobatan ke Puskesmas

Nanggalo Padang (1 tahun terakhir)

Ya Tidak

CAT : Jika jumlah jawaban “YA” >= 8 maka klien termasuk dalam kriteria

sampel, jika jumlah jawaban “YA” < 8 maka klien tidak termasuk dalam

kriteria sampel.

Page 103: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 104: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 105: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 106: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 107: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 108: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 109: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 110: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 111: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …
Page 112: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Lampiran 9

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Ny.E Tanggal Pengkajian :22 Mei 2017 Umur : 32 tahun

II. KELUHAN SAAT DIKAJI

Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan saat ini masih sering mendengar suara-suara seperti menasehati, menakuti dan melihat bayangan putih. Klien mengatakan mendengar suara-suara tersebut ketika klien sedang duduk sendirian dan melamun. Klien mengatakan jika mulai mendengar suara-suara tersebut klien menyibukkan diri dengan bermain gitar ,bernyanyi dan mengusir suara-suara tersebut. Namun klien mengatakan cara tersebut kadang tidak dapat menghilangkan suara-suara yang terdengar oleh klien. Klien mengatakan sangat terganggu dengan suara-suara yang terdengar. Klien mengatakan mudah marah apabila ada orang yang membuat klien kesal, klien mengatakan susah untuk mengontrol rasa marah yang dirasakan.

III. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Gangguan Jiwa dimasa Lalu

Keluarga mengatakan klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu

2. Pengobatan Sebelumnya

Keluarga mengatakan Ny.E pernah dirawat 2 kali di RSJ Prof HB Saanin Padang tahun 2010 saat masuk pertama klien dirawat selama 1 minggu setelah itu klien pulang di rawat di rumah setelah 3 bulan klien masuk kembali ke RSJ Prof HB Saanin Padang dan dirawat kembali selama 1 minggu.

3. Trauma klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma. a. Aniaya Fisik

klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik. b. Aniaya Seksual

klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual. c. Penolakan

Page 113: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan dalam keluarga ataupun dilingkungan rumahnya.

d. Kekerasan dalam Keluarga Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarganya.

e. Tindakan Kriminal Klien pernah melukai tangan kakaknya dengan kaca. Masalah Keperawatan : resiko perilaku kekerasan

4. Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa

Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti klien.

Masalah Keperawatan :

5. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan klien mengatakan pernah diputuskan oleh pacarnya ketika SMA. Masalah Keperawatan :

IV. PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda vital : TD : . 130/80 mmHg N : 87 x/m S : 36,50C P : 20 x/m 2. Ukuran : TB : 155 cm BB : 60 Kg 3. Keluhan Fisik : tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

Page 114: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Keterangan :

: Perempuan : Klien

: Laki-laki : Hubungan keluarga

: Meninggal --------- : Tinggal serumah

Jelaskan : klien tinggal serumah bersama ibunya, pengambil keputusan adalah ibu, ayah klien sudah meniggal.

Masalah Keperawatan : ___________________________________________

2. Konsep diri

a. Gambaran diri : klien mengatakan malu dengan dirinya, dan merasa dirinya tidak baik

b. Identitas : klien mengetahui dirinya sebagai anak dan dahulunya pernah sekolah. Klien mengatakan mengetahui keadaan penyakitnya saat ini.

c. Peran : klien mengatakan tidak ada peran dalam keluarga

d. Ideal diri : klien ingin sembuh dari penyakitnya agar bisa hidup seperti orang lain

Page 115: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

e. Harga diri : klien mengatakan merasa putus asa, tidak percaya diri dan kadang merasa tidak berarti bagi keluarganya dan merasa hanya bisa menyusahkan keluarganya, karena klien tidak bisa melakukan apapun untuk membantu keluarganya. Klien mengatakn tidak bisa bekerja karena kondisinya saat ini. Klien mudah curiga dan mudah marah sehingga sulit untuk berhadapan dengan orang lain. Karena klien susah untuk mengontrol perasaan dan perilakunya.

Masalah Keperawatan: harga diri rendah

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : ibu dan kakaknya yang bekerja di Malaisya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat klien mengatakan ada ikut peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat seperti mengikuti acara lomba 17 Agustus seperti lomba joget, puisi, dan klien dahulunya juga ikut dalam band

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.

Masalah keperawatan : ___________________________________________

4. Spiritual a. Nilai dan keyakinan

klien mengatakan beragama islam

b. Kegiatan ibadah klien mengatakan tidak ada sholat

Masalah Keperawatan : _____________________________________________

VI. STATUS MENTAL 1. Penampilan

Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak

tidak sesuai biasanya

Page 116: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Jelaskan : tampak gigi dan mulut kotor, dan bau mulut akibat klien merokok, dan klien mengatakan jarang mandi dan tidak gosok gigi, karena klien malas.

2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai

pembicaraan

Jelaskan : saat berbicara klien berbicara cepat dan keras

Masalah Keperawatan : ________________________________________________

3. Aktivitas Motorik:

Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan : __________________________________________________________

Masalah Keperawatan : _____________________________________________

4. Alam perasaaan

Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan :___________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________

5. Afek

Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan : __________________________________________________________

Masalah Keperawatan : _____________________________________________

√ √

√ √ √ √

Page 117: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

6. lnteraksi selama wawancara

Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan : __________________________________________________________

Masalah Keperawatan : _____________________________________________

7. Persepsi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : klien mengatakan mendengar suara-suara seperti menakuti, menasehati dan melihat bayangan putih.

Masalah Keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi

8. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking pengulangan pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : pembicaraan berbelit-belit namun sampai pada tujuan

Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir

9. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

Jelaskan : klien mengatakan ada niat untuk bunuh diri

Masalah Keperawatan : gangguan isi pikir

10. Tingkat kesadaran

bingung sedasi stupor

Disorientasi

waktu tempat orang

√ √

√ √

Page 118: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Jelaskan : ............................................................................................................................

Masalah Keperawatan : ______________________________________________

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek

gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan : ............................................................................................................................

Masalah Keperawatan : ______________________________________________

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

mudah beralih tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan :

Masalah Keperawatan : _____________________________________________

13. Kemampuan penilaian

Gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan : ..........................................................................................................................

Masalah Keperawatan : ______________________________________________

14. Daya tilik diri

mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : ...........................................................................................................................

Masalah Keperawatan : ______________________________________________

√ √

Page 119: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

VII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya _______________ lainnya : __________________

Masalah Keperawatan : _______________________________________________

VIII. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : tidak ada

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: tidak ada

Masalah dengan pendidikan, spesifik karena klien mengalami perasaan ingin merasakan kuliah

Masalah dengan pekerjaan, spesifik : klien juga ingin bekerja namun tidak memungkinkan karena penyakit klien

Masalah dengan perumahan, spesifik : tidak ada

Masalah ekonomi, spesifik: klien mengatakan cemas nanti ibu klien semakin tua dan tidak bisa bekerja lagi, dan kakak klien yang biasanya memberikan uang nanti jika sudah menikah tidak bisa lagi membantu kehidupan klien dengan ibunya sepenuhnya

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: tidak ada

Masalah lainnya, spesifik : tidak ada

X. Pengetahuan Kurang Tentang:

Penyakit jiwa sistem pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping obat-obatan

√ √

Page 120: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Lainnya : ______________________________________________________

XI. Aspek Medik

Diagnosa Medik : skizofrenia

Terapi Medik : Haloperidol (2x1),

Risperidon 3 ml (2x1),

Chlorpromazine (1x1),

Trihenski phenidol (2x1),

Amitripilin (2x1),

Vitamin B kompleks (2x1)

Page 121: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

B. FORMAT ANALISA DATA

No Data Masalah 1. DO: partisipan tampak binggung, tertawa

sendiri, fikiran partisipan magis. DS: partisipan mengatakan ada mendengar

suara-suara yang melarang, menasehati, menakuti, partisipan juga mengatakan ada melihat bayangan putih

Gangguan persepsi sensori halusinasi :

pendengaran

2. DO: partisipan tampak mudah tersinggung dan curiga kepada orang lain

DS: partisipan mengatakan susah untuk

mengontrol rasa marah apabila ada yang membuat partisipan emosi, dan partisipan pernah masuk ke RSJ karena melukai kakaknya

Resiko perilaku kekerasan

3. DO: gigi dan mulut partisipan tampak kotor dan mulut partisipan berbau.

DS: partisipan mengatakan jarang mandi,

partisipan mengatakan malas mandi, jarang gosok gigi

Defisit perawatan diri

Page 122: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

FORMAT DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa

Keperawatan

Tanggal

Muncul

Tanggal

Teratasi

Paraf

1.

Gangguan persepsi

sensori halusinasi

22 Mei 2017 31 Mi 2017

Resiko perilaku

kekerasan

22 Mei 2017

31 Mei 2017

2. Defisit perawatan

diri

22 Mei 2017 31 Mei 2017

Page 123: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

C. FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan persepsi sensori

: halusinasi

Pasien mampu mengontrol halusinasi sesuai strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Setelah dilakukan 2-4 x pertemuan diharapkan klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara :

1. Minum obat secara teratur

2. Dengan cara latihan menghardik

3. Dengan cara latihan bercakap-cakap

4. Dengan cara latihan melakukan aktivitas sehari-hari

SP 1 pasien :

1. Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi, pencetus, perasaan, respon

2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi minum obat teratur , meghardik, bercakap-cakap, melakukan aktivitas sehari-hari

3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan minum obat teratur dan jelaskan 6 benar minum obat

4. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian klien Sp 2 pasien : 1. Evaluasi kegiatan minum obat, beri pujian 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik 3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian pasien

Sp 3 pasien

1. Evaluasi kegiatan latihan minum obat teratur dan latihan menghardik

Page 124: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap 3. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien

Sp 4 pasien :

1. Evaluasi kegiatan latihan minum obat, menghardik dan bercakap-cakap. Beri pujian

2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian 3. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien

Keluarga mampu mengenal masalah halusinasi, mampu merawat pasien halusinasi dengan baik, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk folow up pasien secara

Setelah dilakukan pertemuan 2-4 x pertemuan keluarga mampu mengarahkan pasien dalam mengontrol halusinasi

Sp 1 keluarga

1. Diskusikan masalah yang dirasakan merawat pasien halusinasi 2. Jelaskan pengertian, tanda gejala, dan proses terjadinya halusinasi 3. Jelaskan cara merawat pasien halusinasi 4. Latih cara merawat halusinasi :minum obat teratur 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. beri pujian

Sp 2 keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih pasien minum obat secara teratur, beri pujian

2. Jelaskan cara latihan menghardik 3. Latih cara menghardik 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal , beri pujian

Page 125: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

teratur Sp 3 keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien minum obat teratur, menghardik, beri pujian

2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk mengontrol halusinasi

3. Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan pasien terutama saat halusinasi

4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal , beri pujian

Sp 4 keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien minum obat teratur, menghardik, dan bercakap-cakap, beri pujian

2. Latih cara merawat pasien dengan mengontrol halusinasi melalui kegiatan sehari-hari

3. Jelaskan follow up PKM tanda kambuh, rujukan 4. Anjurkan membantu pasien sesuai dengan jadwal dan berikan

pujian

Resiko perilaku kekerasan

Pasien mampu mengontrol rasa marah sesuai strategi pelaksanaan

Setelah dilakukan 2-4 x pertemuan diharapkan klien mampu mengontrol rasa marah dengan cara :

SP 1 Pasien

1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan akibat perilaku kekerasan

2. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik, minum obat secara teratur, verbal dan spiritual

Page 126: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

tindakan keperawatan

1. Minum obat secara teratur

2. Dengan cara latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal

3. Dengan cara latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan cara yang baik)

4. Dengan cara spiritual

3. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal

4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

SP 2 Pasien 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal.

Beri pujian 2. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat

teratur (jelaskan 6 benar minum obat, jenis, guna, dosis, frekuensi dan cara kontinuitas minum obat)

3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

SP 3 Pasien 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2 dan minum obat. Beri pujian 2. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal

(mengungkapkan, meminta, menolak dengan cara yang baik) 3. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 4 Pasien 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1,2 dan minum obat serta latihan

verbal. Beri pujian 2. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan spiritual 3. Masukkkan dalam jadwal kegiatan harian

Page 127: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Keluarga mampu mengenal masalah resiko perilaku kekerasan, mampu merawat pasien perilaku kekerasan dengan baik, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk folow up pasien secara teratur

Setelah dilakukan pertemuan 2-4 x pertemuan keluarga mampu mengarahkan pasien dalam mengontrol perilaku kekerasan

SP 1 Keluarga

1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya

perilakun kekerasan 3. Jelaskan cara merawat perilaku kekerasan‟ 4. Latih cara merawat perilaku kekerasan dengan latihan fisik 1,2 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

SP 2 Keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien latihan fisik 1,2. Beri pujian

2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat 3. Latih cara memberikan/membimbing minum obat 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

SP 3 Keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien latihan fisik 1,2 dan memberikan obat. Beri pujian

2. Latih cara membimbing verbal/bicara 3. Latih cara membimbing kegiatan spiritual 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

Page 128: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

SP 4 Keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien latihan fisik 1,2 dan memberikan obat, verbal dan spiritual. Beri pujian.

2. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

Defisit perawatan diri

Pasien mampu menjaga kebersihan diri sesuai strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Setelah dilakukan 2-4 x pertemuan diharapkan klien mampu menjaga kebersihan diri dengan cara :

1. Mandi, sikat gigi, cuci rambut dan potong kuku

2. Berdandan yang benar

3. Makan/minum yang benar

4. BAB/BAK yang benar

SP 1 Pasien

1. Identifikasi masalah perawatan diri, kebersihan diri, berdandan, makan/minum, BAB/BAK

2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri 3. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri 4. Latih cara menjaga kebersihan diri mandi dan ganti pakaian, sikat

gigi, cuci rambut, potong kuku, 5. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 2 Pasien

1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian 2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan setelah kebersihan diri,

sisiran, rias muka untuk wanita 3. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

Page 129: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

SP 3 Pasien

1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian 2. Jelaskan cara dan alat makan/minum yang baik 3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

SP 4 Pasien

1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan/minum. Beri pujian

2. Jelaskan cara BAB/BAK yang baik 3. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

Keluarga mampu mengenal masalah defisit perawatan diri, mampu merawat pasien defisit perawatan diri dengan baik, memanfaatkan fasilitas pelayanan

Setelah dilakukan pertemuan 2-4 x pertemuan keluarga mampu mengarahkan pasien dalam menjaga kebersihan diri

SP 1 Keluarga

1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien 2. Jelskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya defisit

perawatan diir 3. Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri 4. Latih cara merawat kebersihan diri 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan

reinforcement

SP 2 Keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan diri. Beri pujian

Page 130: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

kesehatan untuk folow up pasien secara teratur

2. Bimbing keluarga membantu pasien berdandan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan

reinforcement

SP 3 Keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan diri, dan berdandan. Beri pujian

2. Bimbing keluarga membantu makan/minum pasien 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan

reinforcement

SP 4 Keluarga

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan diri,berdandan, makan/minum. Beri pujian

2. Bimbing keluarga merawat BAB/BAK pasien

3. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan

Page 131: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

D. FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl Diagnosa

Keperawatan Implementasi Evaluasi

Paraf

22 Mei 2017

Gangguan persepsi sensori halusinasi

SP 1 klien 1. Membina hubungan saling percaya 2. Membantu pasien menyadari gangguan persepsi

sensori halusinasi - Tanyakan pendapat klien mengenai : halusinasi - Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi,

situasi pencetus, respon, perasan , upaya yang dilakukan untuk mengontrol halusinasi

3. Jelaskan cara mengontrol halusinasi 4. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan

minum obat secara teratur ( 6 benar minum obat) 5. Masukkan ke dalam kegiatan harian pasien

S : pasien mengatakan masih mendengar suara-suara, dan melihat bayangan, dan mengatakan mengerti tentang minum obat secara teratur O: klien tampak berbicara ngaur, klien tampak ketakutan, klien tampak mengerti tentang minum obat secara teratur A: klien mampu melakukan secara mandiri masalah teratasi sebagian P : optimalkan SP 1 , lanjutkan ke SP2

23 Mei 2017

Sp 2 pasien 1. Mengevaluasi kegiatan minum obat secara

teratur 2. Menjelaskan dan melatih pasien cara

menghardik 3. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

klien

S : pasien mengatakan masih mendengar suara-suara, dan melihat bayangan, dan mengatakan mengerti tentang cara menghardik O: klien tampak berbicara ngaur, klien tampak ketakutan, klien tampak mengerti tentang cara menghardik dan mampu melakukannya A: klien mampu melakukan secara mandiri

Page 132: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

masalah teratasi sebagian P : optimalkan SP 2 , lanjutkan ke SP3

24 Mei 2017

Sp 3 pasien 1. Mengevaluasi kegiatan minum obat dan latihan

menghardik 2. Menjelaskan dan melatih mengontrol halusinasi

dengan cara bercakap-cakap 3. Memasukkkan ke dalam jadwal kegiatan harian

pasien

S : pasien mengatakan sudah mulai berkurang mendengar suara-suara, dan melihat bayangan, dan mengatakan mengerti tentang cara bercakap-cakap O: klien tampak berbicara ngaur, klien tampak ketakutan, klien tampak mengerti tentang cara latihan bercakap-cakap dan mampu melakukannya A: klien mampu melakukan secara mandiri masalah teratasi sebagian P : optimalkan SP 3 , lanjutkan ke SP4

24 Mei 2017

Sp 4 pasien 1. Mengevaluasi kegiatan minum obat, latihan

menghardik dan bercakap-cakap 2. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan

melakukan kegiatan sehari-hari 3. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

pasien

S : pasien mengatakan sudah mulai berkurang mendengar suara-suara, dan melihat bayangan, dan mengatakan mengerti tentang cara melakukan kegiatan sehari-hari O: klien tampak berbicara ngaur, klien tampak ketakutan, klien tampak mengerti tentang cara latihan melakukan kegiatan sehari-hari dan mampu melakukannya A: klien mampu melakukan secara mandiri masalah teratasi sebagian

Page 133: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

P : optimalkan SP 4

25 Mei 2017

Sp keluarga 1. Membina hubungan saling percaya 2. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga

dalam merawat pasien 3. Menjelaskan pengertian, tanda gejala, proses

terjadinya halusinasi 4. Melatih keluarga merawat pasien halusinasi 5. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga

dan lingkungan untuk mengontrol halusinasi 6. Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan

gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan

7. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

S: Keluaraga mengatakan mengerti tentang penjelasan mengenai halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi O: keluaraga tampak memahami penjelasan yang diberikan dengan , mampu mengulangi kembali A : keluarga mampu merawat pasien dengan mandiri masalah teratasi sebagian P : memantau dan melanjutkan SP keluarga

25 Mei 2017

Resiko perilaku kekerasan

SP 1 klien 1. Membina hubungan saling percaya 2. Mendiskusikan dan mengidentifikasi penyebab

rasa marah yang menyebabkan perilaku kekerasan, tanda dan gejala, seeta cara yang dilakukan untuk mengontrol marah dan akibat dari cara yang dilakukan tersebut.

3. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik, minum obat teratur, cara verbal dan spiritual

S : pasien mengatakan masih ada perasaan kesal dan marah O: klien mampu melakukan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal A: klien mampu melakukan secara mandiri masalah teratasi sebagian P : optimalkan SP 1 , lanjutkan ke SP2

Page 134: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

4. Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal

5. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien

26 Mei 2017

SP 2 Pasien 1. Mengevaluasi kegiatan latihan fisik tarik napas

dalam dan pukul bantal. Memberikan pujian 2. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol

perilaku kekerasan dengan minum obat teratur (menjelaskan 6 benar minum obat, jenis, guna, dosis, frekuensi dan cara kontinuitas minum obat)

3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

S: klien mengatakan perasaaan marah dapat terkontrol O : klien mampu mengetahui cara minum obat yang benar A : klien mampu melakukan secara mandiri P : optimalkan SP 2 , lanjutkan SP 3

27 Mei 2017

SP 3 Pasien 1. Mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2 dan

minum obat. Memberi pujian 2. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol

perilaku kekerasan dengan cara verbal (mengungkapkan, meminta, menolak dengan cara yang baik)

3. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

S: klien mengatakan klien mengatakan perasaaan marah dapat terkontrol O : klien mampu melakukan latihan cara verbal A : klien mampu melakukan secara mandiri P : optimalkan SP 3. Lanjutkan SP 4

Page 135: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

28 Mei 2017

SP 4 Pasien 1. Mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1,2 dan

minum obat serta latihan verbal. Memberi pujian 2. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku

kekerasan dengan spiritual 3. Masukkkan dalam jadwal kegiatan harian

S: klien mengatakan klien mengatakan perasaaan marah dapat terkontrol O : klien mampu melakukan latihan spiritual dengan berdzikir A : klien mampu melakukan secara mandiri P : optimalkan SP 4

28 Mei 2017

SP keluarga 1. Membina hubungan saling percaya 2. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga

dalam merawat pasien 3. Menjelaskan pengertian, tanda gejala, proses

terjadinya perilaku kekerasan 4. Melatih keluarga cara merawat pasien resiko

perilaku kekerasan 5. Membimbing keluarga merawat resiko perilaku

kekerasan 6. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga

dan lingkungan untuk mengontrol emosinya 7. Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala

kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan

8. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

S: Keluaraga mengatakan mengerti tentang penjelasan mengenai resiko perilaku kekerasan, dan cara merawat pasien resiko perilaku kekerasan O: keluaraga tampak memahami penjelasan yang diberikan dengan , mampu mengulangi kembali A : keluarga mampu merawat pasien dengan mandiri masalah teratasi sebagian P : memantau dan melanjutkan SP keluarga

29 Mei 2017

Defisit perawatan diri

SP 1 Pasien 1. Membina hubungan saling percaya 2. Mengidentifikasi masalah perawatan diri,

kebersihan diri, berdandan, makan/minum,

S : klien mengatakan mengerti tentang cara menjaga kebersihan diri O : klien mampu menjelaskan cara menjaga

Page 136: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

BAB/BAK 3. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri 1. Menjelaskan cara dan alat kebersihan diri 2. Menjelaskan dan melatih cara menjaga

kebersihan diri mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku,

3. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

kebersihan diri mandi A : klien mampu melakukan dengan mandiri P : optimalkan SP 1, lanjutkan SP 2

30 Mei 2017

SP 2 Pasien 1. Mengevaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri

pujian. 2. Menjelaskan dan melatih cara dan alat untuk

berdandan setelah kebersihan diri, sisiran, rias muka untuk wanita

3. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

S : klien mengatakan mengerti cara berdandan yang benar O : klien mampu menjelaskan dan melakukan cara berdandan yang benar A : klien mampu melakukan dengan mandiri P : optimalkan SP 2, lanjutkan SP 3

30 Mei 2017

SP 3 Pasien 1. Mengevaluasi kegiatan kebersihan diri dan

berdandan. Beri pujian 2. Menjelaskan dan melatih cara dan alat

makan/minum yang baik 3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

S : klien mengatakan mengerti cara makan/minum yang benar O : klien mampu menjelaskan dan melakukan cara makan/minum yang benar A : klien mampu melakukan dengan mandiri P : optimalkan SP 3, lanjutkan SP 4

31 Mei 2017

SP 4 Pasien 1. Mengevaluasi kegiatan kebersihan diri,

berdandan, makan/minum. Beri pujian 2. Menjelaskan cara BAB/BAK yang baik

S : klien mengatakan mengerti cara BAB/BAK yang benar O : klien mampu menjelaskan dan

Page 137: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

3. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian melakukan cara BAB/BAK yang benar A : klien mampu melakukan dengan mandiri P : optimalkan SP 4

31 Mei 2017

SP Keluarga 1. Membina hubungan saling percaya 2. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam

merawat pasien defisit perawatan diri 3. Menjelaskan pengertian, tanda gejala, proses

terjadinya defisit perawatan diri dan mengambil keputusan merawat pasien

4. Mendiskusikan bersama keluarga tentang fasilitas lebersihan diri yang dibutuhkan pasien untuk menjaga perawatan diri

5. Melatih keluarga cara merawat/membi,bing kebersihan diri, berdandan, makan/minum, BAB/BAK pasien

6. Melatih 7. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga

dan lingkungan yang mendukung perawatan diri pasien

9. Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan

8. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

S: Keluaraga mengatakan mengerti tentang penjelasan mengenai defisit perawatan diri, dan cara merawat pasien defisit perawatan diri O: keluaraga tampak memahami penjelasan yang diberikan dengan , mampu mengulangi kembali A : keluarga mampu merawat pasien dengan mandiri masalah teratasi sebagian P : memantau dan melanjutkan SP keluarga

Page 138: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

IX. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Ny.I Tanggal Pengkajian :22 Mei 2017 Umur : 39 tahun

X. KELUHAN SAAT DIKAJI

Saat dilakukan pengkajian partisipan mengatakan saat ini masih mendengar suara-suara seperti mengajak, menyuruh, dan bercakap-cakap. Partisipan mengatakan mendengar suara-suara tersebut jika sendirian dan sedang melamun, saat mendengar suara-suara tersebut pasien mengusir suara-suara dan kadang-kadang membiarkan suara tersebut menganggu partisipan sampai suara tersebut hilang. Partisipan mengatakan mudah marah apabila kehendaknya tidak dituruti. Jika marah partisipan akan berbicara keras, dan mengeluarkan kata-kata kasar, namun partisipan tidak pernah melempar barang, melukai diri sendiri atau orang lain. Partisipan mengatakan susah untuk mengontrol marahnya.

XI. FAKTOR PREDISPOSISI 6. Gangguan Jiwa dimasa Lalu

Keluarga mengatakan klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu

7. Pengobatan Sebelumnya

Keluarga mengatakan pengobatan sebelumnya sudah pergi berobat ke psikiater, dukun, dan ke RSJ Prof HB Saanin Padang. Partisipan minum obat sejak tahun 2001. Namun obat dihentikan selama 2 tahun karena partisipan mengikuti pengobatan tradisional. Setelah itu dilanjutkan kembali minum obat tahun 2004 sampai sekarang.

8. Trauma klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma. f. Aniaya Fisik

klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik.

g. Aniaya Seksual klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual.

Page 139: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

h. Penolakan klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan dalam keluarga ataupun dilingkungan rumahnya.

i. Kekerasan dalam Keluarga Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarganya.

j. Tindakan Kriminal

Klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal Masalah Keperawatan :

9. Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa

Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti klien.

Masalah Keperawatan :

10. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan klien mengatakan pernah diputuskan oleh pacarnya ketika SMA. Masalah Keperawatan :

XII. PEMERIKSAAN FISIK 4. Tanda vital : TD : . 110/80 mmHg N : 80 x/m S : 36,60C P : 18 x/m 5. Ukuran : TB : 158 cm BB : 65 Kg 6. Keluhan Fisik : tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

Page 140: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

XIII. PSIKOSOSIAL

5. Genogram

Keterangan :

: Perempuan : Klien

: Laki-laki : Hubungan keluarga

: Meninggal --------- : Tinggal serumah

Jelaskan : klien tinggal serumah bersama ayah dan ibunya, pengambil keputusan di rumah biasanya ayah, dan jika ada masalah dilakukan musyawarah dengan anggota keluarga lainnya

Masalah Keperawatan : ___________________________________________

6. Konsep diri

a. Gambaran diri : klien partisipan mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya.

b. Identitas : klien mengetahui dirinya sebagai anak dan dahulunya pernah sekolah. Klien mengatakan mengetahui keadaan penyakitnya saat ini.

c. Peran : klien mengatakan mengetahui perannya sebagai anak karena partisipan sering mengerjakan kegiatan rumah seperti menyapu, mencuci piring untuk membantu ibunya dan menjadi kakak bagi adiknya

d. Ideal diri : klien ingin sembuh dari penyakitnya agar bisa hidup seperti orang lain

Page 141: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

e. Harga diri : klien mengatakan partispan mengatakan kurang percaya diri dan mudah putus asa.

Masalah Keperawatan:

7. Hubungan Sosial

d. Orang yang berarti : Ibu dan ayahnya

e. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat klien mengatakan ada ikut peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat seperti mengikuti acara lomba 17 Agustus seperti lomba joget, puisi, dan klien dahulunya juga ikut dalam band

f. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien mengatakan mengalami hambatan dalam berhubungan dengan orang lain karena partisipan memiliki sifat pendiam

Masalah keperawatan : isolasi sosial

8. Spiritual c. Nilai dan keyakinan

klien mengatakan beragama islam

d. Kegiatan ibadah klien mengatakan ada mengerjakan sholat dan berpuasa

Masalah Keperawatan : _____________________________________________

XIV. ____________________________________________________ STATUS MENTAL

15. Penampilan

Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak

tidak sesuai biasanya

Jelaskan : tampak gigi dan mulut kotor, dan bau mulut akibat klien merokok, dan klien mengatakan jarang mandi dan tidak gosok gigi, karena klien malas.

16. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai

√ √

Page 142: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

pembicaraan

Jelaskan : saat berbicara klien berbicara lambat dan membisu

Masalah Keperawatan : ________________________________________________

17. Aktivitas Motorik:

Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan : __________________________________________________________

Masalah Keperawatan : _____________________________________________

18. Alam perasaaan

Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan :___________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________

19. Afek

Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan : __________________________________________________________

Masalah Keperawatan : _____________________________________________

20. lnteraksi selama wawancara

Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan : __________________________________________________________

Masalah Keperawatan : _____________________________________________

21. Persepsi

√ √

√ √ √ √

Page 143: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : klien mengatakan mendengar suara-suara seperti mengajak dan menyuruh

Masalah Keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi

22. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking pengulangan pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : pembicaraan berhenti, lalu dilanjutan kembali

Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir

23. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

Jelaskan : klien mengatakan selalu muncul fikiran yang menganggu dirinya

Masalah Keperawatan : gangguan isi pikir

24. Tingkat kesadaran

bingung sedasi stupor

Disorientasi

waktu tempat orang

Jelaskan : ............................................................................................................................

Masalah Keperawatan : ______________________________________________

25. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek

gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan : ............................................................................................................................

Page 144: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Masalah Keperawatan : ______________________________________________

26. Tingkat konsentrasi dan berhitung

mudah beralih tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan :

Masalah Keperawatan : _____________________________________________

27. Kemampuan penilaian

Gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan : ..........................................................................................................................

Masalah Keperawatan : ______________________________________________

28. Daya tilik diri

mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : ...........................................................................................................................

Masalah Keperawatan : ______________________________________________

XV. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya _______________ lainnya : __________________

√ √

Page 145: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Masalah Keperawatan : _______________________________________________

XVI. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : tidak ada

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: klien mengatakan sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya

Masalah dengan pendidikan, spesifik tidak ada

Masalah dengan pekerjaan, spesifik : tidak ada

Masalah dengan perumahan, spesifik : tidak ada

Masalah ekonomi, spesifik: tidak ada

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: tidak ada

Masalah lainnya, spesifik : tidak ada

XII. Pengetahuan Kurang Tentang:

Penyakit jiwa sistem pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping obat-obatan

Lainnya : ______________________________________________________

XIII. Aspek Medik

Diagnosa Medik : skizofrenia

Terapi Medik : Haloperidol (2x1),

Risperidon 3 ml (2x1),

Chlorpromazine (1x1),

Trihenski phenidol (2x1),

Carbamarzepine (2x1)

√ √

Page 146: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

B. FORMAT ANALISA DATA

No Data Masalah 4. DO: partisipan tampak binggung, kontak mata

kurang saat wawancara, saat berbicara pasien tiba-tiba berhenti dan kembali melanjutkan pembicaraan

DS: partisipan mengatakan ada mendengar

suara-suara seperti mengajak dan menyuruh hampir setiap hari

Gangguan persepsi sensori halusinasi :

pendengaran

5. DO: partisipan tampak mudah tersinggung dan curiga kepada orang lain

DS: partisipan mengatakan mudah marah jika

kehendaknya tidak diberikan dan keluarga mengatakan partisipan egois dengan keinginannya tidak mau dilarang

Resiko perilaku kekerasan

6. DO: partisipan tampak menyendiri, partisipan tampak berbicara lambat dan membisu, dan partisipan tampak menghindar, partisipan tampak sulit memulai pembicaraan dengan orang lain.

DS: partisipan mengatakan dahulunya

dijauhkan oleh teman-temannya karena partisipan pendiam, partisipan mengatakan kurang berkomunikasi dengan orang lain

Isolasi sosial

Page 147: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

FORMAT DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa

Keperawatan

Tanggal

Muncul

Tanggal

Teratasi

Paraf

3.

Gangguan persepsi

sensori halusinasi

22 Mei 2017 31 Mi 2017

Resiko perilaku

kekerasan

22 Mei 2017

31 Mei 2017

4. Isolasi sosial

22 Mei 2017 31 Mei 2017

Page 148: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

C. FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan persepsi sensori

: halusinasi

Pasien mampu mengontrol halusinasi sesuai strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Setelah dilakukan 2-4 x pertemuan diharapkan klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara :

5. Minum obat secara teratur

6. Dengan cara latihan menghardik

7. Dengan cara latihan bercakap-cakap

8. Dengan cara latihan melakukan aktivitas sehari-hari

SP 1 pasien :

5. Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi, pencetus, perasaan, respon

6. Jelaskan cara mengontrol halusinasi minum obat teratur , meghardik, bercakap-cakap, melakukan aktivitas sehari-hari

7. Latih cara mengontrol halusinasi dengan minum obat teratur dan jelaskan 6 benar minum obat

8. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian klien Sp 2 pasien : 4. Evaluasi kegiatan minum obat, beri pujian 5. Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik 6. Masukkan pada jadwal kegiatan harian pasien

Sp 3 pasien

4. Evaluasi kegiatan latihan minum obat teratur dan latihan menghardik

5. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap 6. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien

Page 149: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Sp 4 pasien :

4. Evaluasi kegiatan latihan minum obat, menghardik dan bercakap-cakap. Beri pujian

5. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian 6. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien

Keluarga mampu mengenal masalah halusinasi, mampu merawat pasien halusinasi dengan baik, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk folow up pasien secara teratur

Setelah dilakukan pertemuan 2-4 x pertemuan keluarga mampu mengarahkan pasien dalam mengontrol halusinasi

Sp 1 keluarga

6. Diskusikan masalah yang dirasakan merawat pasien halusinasi 7. Jelaskan pengertian, tanda gejala, dan proses terjadinya halusinasi 8. Jelaskan cara merawat pasien halusinasi 9. Latih cara merawat halusinasi :minum obat teratur 10. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. beri pujian

Sp 2 keluarga

5. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih pasien minum obat secara teratur, beri pujian

6. Jelaskan cara latihan menghardik 7. Latih cara menghardik 8. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal , beri pujian

Sp 3 keluarga

5. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien minum

Page 150: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

obat teratur, menghardik, beri pujian 6. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk

mengontrol halusinasi 7. Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan pasien terutama

saat halusinasi 8. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal , beri pujian

Sp 4 keluarga

5. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien minum obat teratur, menghardik, dan bercakap-cakap, beri pujian

6. Latih cara merawat pasien dengan mengontrol halusinasi melalui kegiatan sehari-hari

7. Jelaskan follow up PKM tanda kambuh, rujukan 8. Anjurkan membantu pasien sesuai dengan jadwal dan berikan

pujian

Resiko perilaku kekerasan

Pasien mampu mengontrol rasa marah sesuai strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Setelah dilakukan 2-4 x pertemuan diharapkan klien mampu mengontrol rasa marah dengan cara :

5. Minum obat secara teratur

SP 1 Pasien

5. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan akibat perilaku kekerasan

6. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik, minum obat secara teratur, verbal dan spiritual

7. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal

Page 151: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

6. Dengan cara latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal

7. Dengan cara latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan cara yang baik)

8. Dengan cara spiritual

8. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

SP 2 Pasien 4. Evaluasi kegiatan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal.

Beri pujian 5. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat

teratur (jelaskan 6 benar minum obat, jenis, guna, dosis, frekuensi dan cara kontinuitas minum obat)

6. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

SP 3 Pasien 4. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2 dan minum obat. Beri pujian 5. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal

(mengungkapkan, meminta, menolak dengan cara yang baik) 6. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 4 Pasien 4. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1,2 dan minum obat serta latihan

verbal. Beri pujian 5. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan spiritual 6. Masukkkan dalam jadwal kegiatan harian

Keluarga mampu mengenal

Setelah dilakukan pertemuan 2-4 x pertemuan keluarga

SP 1 Keluarga

6. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien

Page 152: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

masalah resiko perilaku kekerasan, mampu merawat pasien perilaku kekerasan dengan baik, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk folow up pasien secara teratur

mampu mengarahkan pasien dalam mengontrol perilaku kekerasan

7. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya perilakun kekerasan

8. Jelaskan cara merawat perilaku kekerasan‟ 9. Latih cara merawat perilaku kekerasan dengan latihan fisik 1,2 10. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

SP 2 Keluarga

5. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien latihan fisik 1,2. Beri pujian

6. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat 7. Latih cara memberikan/membimbing minum obat 8. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

SP 3 Keluarga

5. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien latihan fisik 1,2 dan memberikan obat. Beri pujian

6. Latih cara membimbing verbal/bicara 7. Latih cara membimbing kegiatan spiritual 8. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

SP 4 Keluarga

4. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien latihan

Page 153: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

fisik 1,2 dan memberikan obat, verbal dan spiritual. Beri pujian. 5. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan 6. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

Isolasi sosial Pasien mampu berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain serta melakukan kegiatan sosial sesuai strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Setelah dilakukan 2-4 x pertemuan diharapkan klien mampu berinteraksi dengan orang lain secara bertahap dengan cara :

1. Latihan bercakap-cakap antara pasien dan

2. Latihan bercakap-cakap dengan 2-3 orang lain

3. Latihan bercakap-cakap dengan 4-5 orang lain

4. Latihan cara bicara saat melakukan kegiatan sosial

SP 1 Pasien 1. Identifikasi penyebab isolasi sosial : siapa yang serumah, siapa yang

dekat, yang tidak dekat, apa sebabnya 2. Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap 3. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap 4. Latih cara berkenalan dengan anggota keluarga 5. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

SP 2 Pasien 1. Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang). Beri pujian 2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2

kegaiatan) 3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

SP 3 Pasien 1. Evaluasi kegaiatan latihan berkenalan (berapa orang) dan berbicara

saat melakukan 2 kegiatan harian. Beri pujian 2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan

baru) 3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

Page 154: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

SP 4 Pasien 1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat melakukan empat

kegiatan harian. Beri pujian 2. Latih cara berbicara sosial: belanja ke warung, meminta sesuatu,

menjawab pertanyaan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

Keluarga mampu mengenal masalah isolasi sosial, mampu merawat pasien isolasi sosial dengan baik, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk folow up pasien secara teratur

Setelah dilakukan pertemuan 2-4 x pertemuan keluarga mampu mengajarkan, mendampingi pasien saat berinteraksi secara bertahap, dan berbicara saat melakukan kegiatan sosial serta melakukan kegiatan harian.

SP 1 Keluarga 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien bersama

keluarga 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya isolasi

sosial 3. Jelaskan cara merawat pasien isolasi sosial 4. Latih dua cara merawat berkenalan, berbicara saat melakukan

kegiatan harian 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

SP 2 Keluarga 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien

berkenalan dan berbicara saat melakukan kegiatan harian. Beri pujian

2. Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien berbicara (makan, sholat bersama)

3. Latih cara membimbing pasien berbicara dan memberi pujian

Page 155: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal

SP 3 Keluarga 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien

berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan rumah tangga. Beri pujian

2. Jelaskan cara melatih pasien melakukan kegiatan sosial seperti berbelanja, meminta sesuatu dan lain-lain

3. Latih keluarga mengajak pasien berbelanja 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. Berikan pujian

SP 4 Keluarga 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien

berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian/rumah tangga, berbelanja. Beri pujian

2. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

Page 156: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

D. FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl Diagnosa

Keperawatan Implementasi Evaluasi

Paraf

22 Mei 2017

Gangguan persepsi sensori halusinasi

SP 1 klien 6. Membina hubungan saling percaya 7. Membantu pasien menyadari gangguan

persepsi sensori halusinasi - Tanyakan pendapat klien mengenai :

halusinasi - Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu

terjadi, situasi pencetus, respon, perasan , upaya yang dilakukan untuk mengontrol halusinasi

8. Jelaskan cara mengontrol halusinasi 9. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan

minum obat secara teratur ( 6 benar minum obat)

10. Masukkan ke dalam kegiatan harian pasien

S : pasien mengatakan masih mendengar suara-suara, dan melihat bayangan, dan mengatakan mengerti tentang minum obat secara teratur O: klien tampak berbicara ngaur, klien tampak ketakutan, klien tampak mengerti tentang minum obat secara teratur A: klien mampu melakukan secara mandiri masalah teratasi sebagian P : optimalkan SP 1 , lanjutkan ke SP2

23 Mei 2017

Sp 2 pasien 4. Mengevaluasi kegiatan minum obat secara

teratur 5. Menjelaskan dan melatih pasien cara

menghardik 6. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan

S : pasien mengatakan masih mendengar suara-suara, dan melihat bayangan, dan mengatakan mengerti tentang cara menghardik O: klien tampak berbicara ngaur, klien tampak ketakutan, klien tampak mengerti tentang cara menghardik dan mampu melakukannya

Page 157: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

harian klien A: klien mampu melakukan secara mandiri masalah teratasi sebagian P : optimalkan SP 2 , lanjutkan ke SP3

24 Mei 2017

Sp 3 pasien 4. Mengevaluasi kegiatan minum obat dan

latihan menghardik 5. Menjelaskan dan melatih mengontrol

halusinasi dengan cara bercakap-cakap 6. Memasukkkan ke dalam jadwal kegiatan

harian pasien

S : pasien mengatakan sudah mulai berkurang mendengar suara-suara, dan melihat bayangan, dan mengatakan mengerti tentang cara bercakap-cakap O: klien tampak berbicara ngaur, klien tampak ketakutan, klien tampak mengerti tentang cara latihan bercakap-cakap dan mampu melakukannya A: klien mampu melakukan secara mandiri masalah teratasi sebagian P : optimalkan SP 3 , lanjutkan ke SP4

24 Mei 2017

Sp 4 pasien 4. Mengevaluasi kegiatan minum obat,

latihan menghardik dan bercakap-cakap 5. Melatih pasien mengontrol halusinasi

dengan melakukan kegiatan sehari-hari 6. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan

harian pasien

S : pasien mengatakan sudah mulai berkurang mendengar suara-suara, dan melihat bayangan, dan mengatakan mengerti tentang cara melakukan kegiatan sehari-hari O: klien tampak berbicara ngaur, klien tampak ketakutan, klien tampak mengerti tentang cara latihan melakukan kegiatan sehari-hari dan mampu melakukannya A: klien mampu melakukan secara mandiri masalah teratasi sebagian

Page 158: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

P : optimalkan SP 4

25 Mei 2017

Sp keluarga 8. Membina hubungan saling percaya 9. Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien 10. Menjelaskan pengertian, tanda gejala,

proses terjadinya halusinasi 11. Melatih keluarga merawat pasien

halusinasi 12. Melatih keluarga menciptakan suasana

keluarga dan lingkungan untuk mengontrol halusinasi

13. Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan

14. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

S: Keluaraga mengatakan mengerti tentang penjelasan mengenai halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi O: keluaraga tampak memahami penjelasan yang diberikan dengan , mampu mengulangi kembali A : keluarga mampu merawat pasien dengan mandiri masalah teratasi sebagian P : memantau dan melanjutkan SP keluarga

25 Mei 2017

Resiko perilaku kekerasan

SP 1 klien 6. Membina hubungan saling percaya 7. Mendiskusikan dan mengidentifikasi

penyebab rasa marah yang menyebabkan perilaku kekerasan, tanda dan gejala, seeta cara yang dilakukan untuk mengontrol marah dan akibat dari cara yang dilakukan tersebut.

S : pasien mengatakan masih ada perasaan kesal dan marah O: klien mampu melakukan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal A: klien mampu melakukan secara mandiri masalah teratasi sebagian P : optimalkan SP 1 , lanjutkan ke SP2

Page 159: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

8. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik, minum obat teratur, cara verbal dan spiritual

9. Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal

10. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien

26 Mei 2017

SP 2 Pasien 4. Mengevaluasi kegiatan latihan fisik tarik

napas dalam dan pukul bantal. Memberikan pujian

5. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat teratur (menjelaskan 6 benar minum obat, jenis, guna, dosis, frekuensi dan cara kontinuitas minum obat)

6. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

S: klien mengatakan perasaaan marah dapat terkontrol O : klien mampu mengetahui cara minum obat yang benar A : klien mampu melakukan secara mandiri P : optimalkan SP 2 , lanjutkan SP 3

27 Mei 2017

SP 3 Pasien 4. Mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2 dan

minum obat. Memberi pujian 5. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol

perilaku kekerasan dengan cara verbal (mengungkapkan, meminta, menolak dengan cara yang baik)

6. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

S: klien mengatakan klien mengatakan perasaaan marah dapat terkontrol O : klien mampu melakukan latihan cara verbal A : klien mampu melakukan secara mandiri P : optimalkan SP 3. Lanjutkan SP 4

Page 160: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

28 Mei 2017

SP 4 Pasien 4. Mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1,2 dan

minum obat serta latihan verbal. Memberi pujian

5. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan spiritual

6. Masukkkan dalam jadwal kegiatan harian

S: klien mengatakan klien mengatakan perasaaan marah dapat terkontrol O : klien mampu melakukan latihan spiritual dengan berdzikir, sholat dan berpuasa A : klien mampu melakukan secara mandiri P : optimalkan SP 4

28 Mei 2017

SP keluarga 10. Membina hubungan saling percaya 11. Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien 12. Menjelaskan pengertian, tanda gejala,

proses terjadinya perilaku kekerasan 13. Melatih keluarga cara merawat pasien

resiko perilaku kekerasan 14. Membimbing keluarga merawat resiko

perilaku kekerasan 15. Melatih keluarga menciptakan suasana

keluarga dan lingkungan untuk mengontrol emosinya

16. Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan

17. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

S: Keluaraga mengatakan mengerti tentang penjelasan mengenai resiko perilaku kekerasan, dan cara merawat pasien resiko perilaku kekerasan O: keluaraga tampak memahami penjelasan yang diberikan dengan , mampu mengulangi kembali A : keluarga mampu merawat pasien dengan mandiri masalah teratasi sebagian P : memantau dan melanjutkan SP keluarga

Page 161: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

29 Mei 2017

Isolasi sosial SP 1 klien 1. Membina hubungan saling percaya 2. Mendiskusikan dan mengidentifikasi

penyebab isolasi sosial : siapa yang serumah, siapa yang dekat, yang tidak dekat, apa sebabnya

3. Mendiskusikan keuntungan punya teman dan bercakap-cakap

4. Mendiskusikan kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap

5. Melatih cara berkenalan dengan anggota keluarga

6. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien

S : pasien mengatakan senang berkenalan dengan orang lain O: klien mampu melakukan latihan berkenalan dan bercakap-cakap dengan anggota keluarganya A: klien mampu melakukan secara mandiri masalah teratasi sebagian P : optimalkan SP 1 , lanjutkan ke SP2

30 Mei 2017

SP 2 Pasien 1. Mengevaluasi kegiatan berkenalan (berapa

orang). Berikan pujian 2. melatih cara berbicara dengan 2-3 orang

saat melakukan kegiatan harian (latih 2 kegaiatan)

3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

S : pasien mengatakan senang berkenalan dengan orang lain O: klien mampu melakukan latihan bercakap-cakap dengan 2-3 orang lain A: klien mampu melakukan secara mandiri masalah teratasi sebagian P : optimalkan SP 2 , lanjutkan ke SP 3

30 Mei 2017

SP 3 Pasien 1. Mengevaluasi kegaiatan latihan berkenalan

(berapa orang) dan berbicara saat melakukan 2 kegiatan harian. Berikan pujian

S : pasien mengatakan senang berkenalan dengan orang lain O: klien mampu melakukan latihan bercakap-cakap dengan 4-5 orang lain

Page 162: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

2. Melatih cara berbicara dengan 4-5 orang saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru)

3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

A: klien mampu melakukan secara mandiri masalah teratasi sebagian P : optimalkan SP 3 , lanjutkan ke SP 4

31 Mei 2017

SP 4 Pasien 1. Mengevaluasi kegiatan latihan berkenalan,

bicara saat melakukan empat kegiatan harian. Berikan pujian

2. Melatih cara berbicara sosial: meminta sesuatu, menjawab pertanyaan

3. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

S : pasien mengatakan senang berinteraksi dengan orang lain sambil melakukan aktivitas sosial O: klien mampu melakukan latihan berinteraksi sambil melakukan kegiatan sosial A: klien mampu melakukan secara mandiri masalah teratasi sebagian P : optimalkan SP 4

31 Mei 2017

SP keluarga 1. Membina hubungan saling percaya 2. Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien 3. Menjelaskan pengertian, tanda gejala,

proses terjadinya isolasi sosial 4. Melatih/membimbing keluarga cara

merawat pasien isolasi sosial 5. Melatih keluarga menciptakan suasana

keluarga dan lingkungan untuk mengontrol emosinya

6. Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

S: Keluaraga mengatakan mengerti tentang penjelasan mengenai isolasi sosial, dan cara merawat pasien isolasi sosial O: keluaraga tampak memahami penjelasan yang diberikan dengan mampu mengulangi kembali A : keluarga mampu merawat pasien dengan mandiri masalah teratasi sebagian P : memantau dan melanjutkan SP keluarga

Page 163: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Lampiran 10

Dokumentasi Kunjungan Rumah Partisipan 1

Kunjungan 1

Kunjungan 2

Page 164: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Kunjungan 3

Kunjungan 4

Kunjungan 5

Kunjungan 6

Page 165: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Kunjungan 7

Kunjungan 8

Kunjungan 9

Kunjungan 10

Page 166: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Kunjungan 11

Kunjungan 12

Kunjungan 13

Kunjungan 14

Page 167: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Dokumentasi Kunjungan Rumah Partisipan II

Kunjungan 1

Kunjungan 2

Kunjungan 3

Page 168: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Kunjungan 4

Kunjungan 5

Kunjungan 6

Kunjungan 7

Page 169: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Kunjungan 8

Kunjungan 9

Kunjungan 10

Kunjungan 11

Page 170: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI DI …

Kunjungan 12

Kunjungan 13

Kunjungan 14