laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

39
1. Definisi Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008). Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (Smeltzer, 2000 : 2210). Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak, atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi dan Rita juliani, 2001). Cedera Kepala sedang adalah suatu trauma yang menyebabkan Kehilangan kesadaran dan amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam dapat mengalami fraktur tengkorak dengan GCS 9-12. 2. Etiologi a. Trauma tumpul Kecepatan tinggi : tabrakan motor dan mobil Kecepatan rendah : terjatuh atau dipukul b. Trauma tembus luka tembus peluru dari cedera tembus lainnya (Mansjoer, 2000:3) c. Jatuh dari ketinggian d. Cedera akibat kekerasan e. Cedera otak primer adanya kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari trauma. Dapat terjadi memar otak dan laserasi 1

Upload: adhe-ratna

Post on 23-Oct-2015

187 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

TRANSCRIPT

Page 1: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

1. Definisi

Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008).

Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (Smeltzer, 2000 : 2210).Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak, atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi dan Rita juliani, 2001).

Cedera Kepala sedang adalah suatu trauma yang menyebabkan Kehilangan kesadaran dan amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam dapat mengalami fraktur tengkorak dengan GCS 9-12.

2. Etiologi

a. Trauma tumpul

Kecepatan tinggi : tabrakan motor dan mobil

Kecepatan rendah : terjatuh atau dipukul

b. Trauma tembus

luka tembus peluru dari cedera tembus lainnya

(Mansjoer, 2000:3)

c. Jatuh dari ketinggian

d. Cedera akibat kekerasan

e. Cedera otak primer

adanya kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari trauma. Dapat terjadi memar otak dan laserasi

f. cedera otak sekunder

kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia metabolisme, fisiologi yang timbul setelah trauma.

1

Page 2: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

3. Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.

Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.

Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 – 60 ml / menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.

Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.

Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.

4. Tanda dan Gejala

a.   Keadaan kulit kepala dan tulang tengkorak.

Trauma kepala tertutup

Trauma kepala terbuk

b. Trauma pada jaringan otak

Konkosio : di tandai adanya kehilangan kesadaran sementara tanpa adanya kerusakan jaringan otak, terjadi edema serebral.

Kontosio  : di tandai oleh adanya perlukaan pada permukaan jaringan otak yang menyebabkan perdarahan pada area yang terluka, perlukaan pada permukaan jaringan otak ini dapat terjadi pada sisi yang terkena ( coup) atau pada permukaan sisi yang berlawanan (contra coup).

2

Page 3: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

Laserasi : ditandai oleh adanya perdarahan ke ruang subaraknoid, ruang epidural

atau subdural.Perdarahan yang berasal dari vena menyebabkan

lambatnya pembentukan hematome, karena rendahnya tekanan. Laserasi

arterial ditandai oleh pembentukan hematome yang cepat karena

tingginya tekanan.

c. Hematom epidural.

Perdarahan anatara tulang tengkorak dan duramater.

Lokasi tersering temporal dan frontal.

Sumber : pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus.

Katagori talk and die.

Gejala : (manifestasi adanya  proses desak ruang).

Penurunan  kesadaran ringan saat kejadian —– periode Lucid (beberapa menit – beberapa jam) —- penurunan kesadaran hebat — koma, deserebrasi, dekortisasi, pupil an isokor, nyeri kepala hebat, reflek patologik positip.

d. Hematom subdural.

Perdarahan antara duramater dan arachnoid.

Biasanya pecah vena — akut, sub akut, kronis.

Akut :

-           Gejala 24 – 48 jam.

-           Sering berhubungan dnegan cidera otak & medulla oblongata.

-           PTIK meningkat.

-           Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil lambat.

Sub Akut :

-              Berkembang 7 – 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejal TIK meningkat — kesadaran menurun.

Kronis :

-          Ringan , 2 minggu – 3 – 4 bulan.

-          Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas.

-         Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfagia.

3

Page 4: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

e. Hematom intrakranial.

Perdarahan intraserebral  ± 25 cc atau lebih.

Selalu diikuti oleh kontosio.

Penyebab : Fraktur depresi, penetrasi peluru, gerakan akselerasi – deselerasi mendadak.

Herniasi merupakan ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema lokal.

Pengaruh Trauma Kepala :

Sistem pernapasan

Sistem kardiovaskuler.

Sistem Metabolisme.

5.  Pemeriksaan Penunjang

a. CT-Scan (dengan/ tanpa kontras)

mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.

b. Aniografi Cerebral

Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma

c. X-Ray

Mengidentifikasi atau mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/ edema)

d. AGD (Analisa Gas Darah)

Mendeteksi ventilasi atau masalah pernapsan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan intrakranial

e. Elektrolit

Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebgai akibat peningkatan tekanan intrakranial

6. Penatalaksanaan Medis

Konservatif:

4

Page 5: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

Bedrest total

Pemberian obat-obatan

Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)

Obat-obatan :

Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringanya traumTerapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurnagi vasodilatasi.

Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.

Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol.

Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 – 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.

Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500 – 3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai ure nitrogen

Pembedahan.

7. Jomplikasi

a. Cedera otak sekunder akibat hipoksia dan hipotensi

b. Edema Cerebral : Terutama besarnya massa jaringan di otak di dalam rongga tulang tengkorak yang merupakan ruang tertutup.

c. Peningkatan tekanan intrakranial : terdapat perdarahan di selaput otak

d. infeksi

e. hidrosefalus

8. Prognosis

Tingkat kecelakaan di jalan raya di dunia berdasarkan laporan WHO mencapai 1, 2 juta korban meninggal dan lebih dari 30 juta korban luka-luka/cacat akibat kecelakaan lalu lintas per tahun (2.739 jiwa dan luka-luka 63.013 jiwa per hari)

5

Page 6: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

Cedera kepala bertanggung jawab atas separuh kematian karena cedera. Ditemukan pada 75% korban tewas karena kecelakaan lalu-lintas, untuk setiap kematian terdapat dua kasus dengan cacat tetap, biasanya sekunder terhadap cedera kepala

B. Tinjauan Teoritis Asuhan keperwatan Cedera Kepala Sedang

1. Pengkajian

a. Aktivitas/IstirahatGejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.Tanda : Perubahan kesalahan, letargi, hemisparase, quadriplegia, ataksia cara berjalan tak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (trauma) ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastik.

b. SirkulasiGejala : Perubahan tekanan darah atau normal (Hipertensi), perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia, yang diselingi dengan bradikardia, distritmia).

c. Integritas EgoGejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).Tanda : Cemas, mudah tersinggung, Delirium, Agitasi, bingung, depresi dan impulsif.

d. EliminasiGejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.

e. Makanan/CairanGejala : Mual/muntah dan mengalami perubahan selera.Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, dispagia), berkeringat, penurunan berat badan, penurunan massa otot/lemak subkutan.

f. NeurosensoriGejala : Kehilangan kesadaran sementara, Amnesia seputar kejadian, Vertigo, Sinkope, tinnitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada ekstrimitas, perubahan pola dalam penglihatan seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, fotofobia, gangguan pengecapan dan penciumanTanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil (respon terhadap cahaya simetris/deviasi pada mata, ketidakmampuan mengikuti).Kehilangan pengindraan seperti pengecapan, penciuman dan pendengaran, wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflex tendon dalam tidak ada atau lemah, apraksia, quadriplegia, kejang, sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh.

6

Page 7: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

g. Nyeri/kenyamananGejala : Sakit kepala intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak dapat beristirahat, merintih.

h. PernafasanTanda : Perubahan pola nafas (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas berbunyi stridor, tersedak, ronkhi, mengi positif. (kemungkinan adanya aspirasi).

i. KeamananGejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.Kulit : laserasi, abrasi, perubahan warna, seperti “raccoon eye” tanda battle disekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma), adanya aliran (drainage) dari telinga/hudung (CSS), gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami pralisis, demam dan gangguan dalam regulasi suhu tubuh.

j. Interaksi SosialTanda : Afasia motorik atau sensorik, berbicara tanpa arti, bicara berulang-ulang, disartria.

k. Penyuluhan/pembelajaranGejala : Penggunaan alkohol atau obat lain.Rencana pemulangan : membutuhkan bantuan pada perawatan diri, ambulasi, transportasi, menyiapkan makan, belanja, perawatan, pengobatan, tugas-tugas rumah tangga, perubahan tata ruang, dan pemanfaatan fasilitas lainnya di rumah sakit.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah:

a. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.

b. Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.

c. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak

d. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos – coma)

7

Page 8: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

e. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.

3. Intervensi Keperawatan

Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.

Tujuan :

Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.

Kriteria evaluasi :

Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.

Rencana tindakan :

Hitung pernapasan pasien dalam satu menit.  pernapasan yang cepat dari pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.

Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal volume.

Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas.

Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi / cairan paru sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko infeksi.

Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat.

Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang adekuat bila ada gangguan pada ventilator.

Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.

Tujuan :

Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi

Kriteria Evaluasi :

8

Page 9: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.

- Rencana tindakan :

Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube.

Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukan sputum.

Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia.

Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.

- Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak

- Tujuan :

Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.

- Kriteria hasil :

Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.

- Rencana tindakan :

Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS.

Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran.

Respon motorik menentukan kemampuan berespon terhadap stimulus eksternal dan indikasi keadaan kesadaran yang baik.

Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan refleks batang otak.

Pergerakan mata membantu menentukan area cedera dan tanda awal peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya abduksi mata.

9

Page 10: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

Monitor tanda-tanda  vital tiap 30 menit.

Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan tingkat kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Adanya pernapasan yang irreguler indikasi terhadap adanya peningkatan metabolisme sebagai reaksi terhadap infeksi. Untuk mengetahui tanda-tanda keadaan syok akibat perdarahan.

Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.

Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan intrakranial.

Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan.

Dapat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial.

5) Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang. 

Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania.

6) Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.

Dapat menurunkan hipoksia otak.

7) Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi).

Membantu menurunkan tekanan intrakranial secara biologi / kimia seperti osmotik diuritik untuk  menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem otak, steroid (dexametason) untuk menurunkan inflamasi,  menurunkan edema jaringan. Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak.

- Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos – coma )

- Tujuan :

Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.

- Kriteria hasil :

Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat.

10

Page 11: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

- Rencana Tindakan :

1) Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.

Penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama yang dilakukan pada pasien dengan kesadaran penuh atau menurun.

2) Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.

Kebersihan perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata dan kuku, mulut, telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan yang harus dijaga oleh perawat untuk meningkatkan rasa nyaman, mencegah infeksi dan keindahan.

3) Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.

Makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik jumlah, kalori, dan waktu.

4) Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan bersih.

Keikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien – keluarga. Penjelasan perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang ada di ruangan.

5) Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan.

Lingkungan yang bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan.

Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien.

Tujuan :

Kecemasan keluarga dapat berkurang

Kriteri evaluasi :

Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan

Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien

Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.

Rencana tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya.

Untuk membina hubungan terpiutik perawat – keluarga.

Dengarkan dengan aktif dan empati, keluarga akan merasa diperhatikan.

11

Page 12: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

2. Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.

Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.

3. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien.

Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga.

4. Berikan dorongan spiritual untuk keluarga.

Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan ketabahan dalam menghadapi krisis.

- Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.

- Tujuan :

Gangguan integritas kulit tidak terjadi

- Rencana tindakan :

1. Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.

2. Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.

3. Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.

4. Ganti posisi pasien setiap 2 jam

5. Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan memudahkan terjadinya kerusakan kulit.

6. Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.

7. Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.

8. Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.

9. Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 – 8 jam dengan menggunakan H2O2.

12

Page 13: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala.  Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.

Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press

13

Page 14: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

Perkapuran Jaringan Keju

Sembuh Kavitas

14

Page 15: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

Meluas Memadat/bekas Bersih

Sembuh

Sarang pneumonia baru Tuberkuloma

A. Klasifikasi

Klasifikasi Kesehatan Masyarakat (American Thoracic Society,

1974)

- Kategori 0 = - Tidak pernah terpapar / terinfeksi

- Riwayat kontak negatif

- Tes tuberkulin

- Kategori I = - Terpapar TB tapi tidak terbukti ada

infeksi

- Riwayat / kontak negatif

- Tes tuberkulin negatif

- Kategori II = - Terinfeksi TB tapi tidak sakit

- Tes tuberkulin positif

- Radiologis dan sputum negatif

- Kategori III = - Terinfeksi dan sputum sakit

Di Indonesia Klasifikasi yang dipakai berdasarkan DEPKES 2000

adalah Kategori 1 :

- Paduan obat 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZE/4HR atau

2HRZE/6HE

Obat tersebut diberikan pada penderita baru Y+TB Paru BTA

Positif, penderita TB Paru BTA Negatif Roentgen Positif yang

“sakit berat” dan Penderita TB ekstra Paru Berat.

15

Page 16: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

Kategori II :

- paduan obat 2HRZES/HRZE/5H3R3E3

Obat ini diberikan untuk : penderita kambuh (relaps), pendrita

gagal (failure) dan penderita dengan pengobatan setelah lalai

( after default)

Kategori III :

- paduan obat 2HRZ/4H3R3

Obat ini diberikan untuk penderita BTA negatif fan roentgen

positif sakit ringan, penderita ekstra paru ringan yaitu TB

Kelenjar Limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa uiteral, TB

Kulit, TB tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar

adrenal.

Adapun tambahan dari pengobatan pasien TB obat sisipan yaitu diberikan

bila pada akhir tahab intensif dari suatu pengobatan dengan kategori 1 atua

2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan

( HRZE ) setiap hari selama satu bulan.

B. Gejala Klinis

Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau

tanpa sputum , malaise , gejala flu , demam ringan , nyeri dada , batuk

darah . ( Mansjoer , 1999)

Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat badan ( Luckman

dkk, 93 )

- Demam : subfebril menyerupai influensa

- Batuk : - batuk kering (non produktif) batuk

produktif (sputum)

- hemaptoe

- Sesak Nafas : pada penyakit TB yang sudah lanjut dimana

infiltrasinya sudah ½ bagian paru-paru

- Nyeri dada

16

Page 17: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

- Malaise : anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala,

nyeri otot, keringat malam

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah : - Leokosit sedikit meninggi

- LED meningkat

2. Sputum : BTA

Pada BTA (+) ditermukan sekurang-kurangnya

3 batang kuman pada satu sediaan dengna kata

lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.

3. Test Tuberkulin : Mantoux Tes (PPD)

4. Roentgen : Foto PA

D. Medikamentosa

Jenis obat yang dipakai

- Obat Primer - Obat Sekunder

1. Isoniazid (H) 1. Ekonamid

2. Rifampisin (R) 2. Protionamid

3. Pirazinamid (Z) 3. Sikloserin

4. Streptomisin 4. Kanamisin

5. Etambutol (E) 5. PAS (Para Amino Saliciclyc

Acid)

6. Tiasetazon

7. Viomisin

8. Kapreomisin

Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :

Tahap INTENSIF

Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk

mencegah terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahab

intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak

tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita

17

Page 18: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

TB BTA positif menjadi negatif (konversi) pada akhir pengobatan

intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat penting untuk

mencegah terjadinya kekebalan obat.

Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih

panjang dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya

kelembutan. Tahab lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten

(dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

Paduan obat kategori 1 :

Tahap Lama (H) / day R day Z day F day Jumlah

Hari X

Nelan Obat

Intensif 2 bulan 1 1 3 3 60

Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 54

Paduan Obat kategori 2 :

Tahap Lama (H)

@300

mg

R

@450

mg

Z

@500

mg

E

@ 250

mg

E

@500

mg

Strep.

Injeksi

Jumlah

Hari X

Nelan

Obat

Intensif 2 bulan

1 bulan

1

1

1

1

3

3

3

3

-

-

0,5 % 60

30

Lanjutan 5 bulan 2 1 3 2 - 66

Paduan Obat kategori 3 :

Tahap Lama H @ 300 mg R@450mg P@500mg Hari X Nelan Obat

Intensif 2 bulan 1 1 3 60

Lanjutan

3 x week

4 bulan 2 1 1 54

18

Page 19: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

OAT sisipan (HRZE)

Tahap Lama H

@300mg

R

@450m

g

Z

@500mg

E day

@250mg

Nelan X

Hari

Intensif

(dosis

harian)

1 bulan 1 1 3 3 30

H. Kegagalan Pengobatan

Sebab-sebab kegagalan pengobataan :

a. Obat : - Paduan obat tidak adekuat

- Dosis obat tidak cukup

- Minum obat tidak teratur / tdk. Sesuai

dengan petunjuk yang diberikan.

- Jangka waktupengobatan kurang dari

semestinya

- Terjadi resistensi obat.

b. Drop out : - Kekurangan biaya pengobatan

- Merasa sudah sembuh

- Malas berobat

c. Penyakit : - Lesi Paru yang sakit terlalu luas / sakit

berat

- Ada penyakit lainyang menyertai

contoh : Demam, Alkoholisme dll

- Ada gangguan imunologis

I. Penanggulangan Khusus Pasien

a. Terhadap penderita yang sudah berobat secara teratur

- menilai kembali apakah paduan obat sudah adekuat mengenai dosis

dan cara pemberian.

- Pemeriksaan uji kepekaan / test resistensi kuman terhadap obat

b. Terhadap penderita yang riwayat pengobatan tidak teratur

19

Page 20: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

- Teruskan pengobatan lama 3 bulan dengan evaluasi bakteriologis

tiap-tiap bulan.

- Nilai ulang test resistensi kuman terhadap obat

- Jangka resistensi terhadap obat, ganti dengan paduan obat yang

masih sensitif.

c. Pada penderita kambuh (sudah menjalani pengobatan teratur dan

adekuat sesuai rencana tetapi dalam kontrol ulang BTA ( +) secara

mikroskopik atau secara biakan )

1. Berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan pertama

2. Lakukan pemeriksaan BTA mikroskopik 3 kali, biakan dan

resistensi

3. Roentgen paru sebagai evaluasi.

4. Identifikasi adanya penyakit yang menyertai (demam,

alkoholisme / steroid jangka lama)

5. Sesuatu obat dengan tes kepekaan / resistensi

6. Evaluasi ulang setiap bulannya : pengobatan, radiologis,

bakteriologis.

J. Asuhan Keperawatan TB Paru

1. Pengkajian

Data Yang dikaji

A. Aktifitas/istirahat

Kelelahan

Nafas pendek karena kerja

Kesultan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat

Mimpi buruk

Takhikardi, takipnea/dispnea pada kerja

Kelelahan otot, nyeri , dan sesak

B. Integritas Ego

Adanya / factor stress yang lama

Masalah keuangan, rumah

20

Page 21: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

Perasaan tidak berdaya / tak ada harapan

Menyangkal

Ansetas, ketakutan, mudah terangsang

C. Makanan / Cairan

Kehilangan nafsu makan

Tak dapat mencerna

Penurunan berat badan

Turgor kult buruk, kering/kulit bersisik

Kehilangan otot/hilang lemak sub kutan

D. Kenyamanan

Nyeri dada

Berhati-hati pada daerah yang sakit

Gelisah

E. Pernafasan

Nafas Pendek

Batuk

Peningkatan frekuensi pernafasan

Pengembangn pernafasan tak simetris

Perkusi pekak dan penuruna fremitus

Defiasi trakeal

Bunyi nafas menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral

Karakteristik : Hijau /kurulen, Kuning atua bercak darah

F. Keamanan

Adanya kondisi penekanan imun

Test HIV Positif

Demam atau sakit panas akut

G. Interaksi Sosial

Perasaan Isolasi atau penolakan

Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab

Pemeriksaan Diagnostik

21

Page 22: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

1. Kultur Sputum

2. Zeihl-Neelsen

3. Tes Kulit

4. Foto Thorak

5. Histologi

6. Biopsi jarum pada jaringan paru

7. Elektrosit

8. GDA

9. Pemeriksaan fungsi Paru

II. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang ) B.d

- Pertahanan primer tak adekuat , penurunan kerja silia

- Kerusakan jaringan

- Penurunan ketahanan

- Malnutrisi

- Terpapar lngkungan

- Kurang pengetahuan untuk menghindari pemaparan patogen

Kriteria hasil :- Pasien menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko

individu

- mengidentifkasi untuk mencegah / menurunkan resiko

infeksi

- Menunjukkan teknik , perubahan pola hidup untuk

peningkatan lingkungan yang aman

Intervensi :

1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi

2. Identifikasi orang lain yang beresiko

3. Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada

tissue dan menghindari meludah

22

Page 23: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara

5. Awasi suhu sesuai indikasi

6. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang

7. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat

8. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik

terhadap sputum

9. Dorong memilih makanan seimbang

10. Kolaborasi pemberian antibiotik

11. Laporkan ke departemen kesehatan lokal

2. Bersihan jalan nafas tak efektif B.d

- adanya secret

- Kelemahan , upaya batuk buruk

- Edema tracheal

Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan

oksigenasi jaringan adekuat

Intervensi :

1. Kaji fungsi pernafasan , kecepatan , irama , dan kedalaman serta

penggunaan otot asesoris

2. Catat kemampuan unttuk mengeluarkan mukosa / batuk efekttif

3. Beri posisi semi/fowler

4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea

5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml per hari

6. Kolaboras pemberian oksigen dan obat – obatan sesuai dengan

indikasi

3. Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas B.d

- Penurunan permukaan efektif paru , atelektasis

- Kerusakan membran alveolar – kapiler

- Sekret kental , tebal

23

Page 24: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

- Edema bronchial

Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan venilasi dan

oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam

rentang normal dan bebas gejala distress

pernapasan

Intervensi :

1. Kaji Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan

upaya pernafasan , terbatasnya ekspansi dinding dada , dan

kelemahan

2.Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat sianosis dan atau

perubahan pada warna kulit

3. Anjurkan bernafas bibr selama ekshalasi

4. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas

perawatan diri sesuai kebutuhan

5. Kolaborasi oksigen

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d

- Kelemahan

- Sering batuk / produksi sputum

- Anorexia

- Ketidakcukupan sumber keuangan

Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan BB, menunjukkan

perubahan perilaku / pola hidup untuk meningkatkan /

mempertahankan BB yang tepat

Intervensi :

1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB,

Integrtas mukosa oral , kemampuan menelan , riwayat mual /

muntah atau diare

2. Pastikan pola diet biasa pasien

3. Awasi masukan dan pengeluaran dan BB secara periodik

24

Page 25: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

4. Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan

hhubungan dengan obat

5. Dorong dan berikan periode stirahat sering.

6. Berikan perwatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.

7. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein

dan karbohodrat.

8. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah.

9. Kolaborasi ahli diet untuk menentukan komposisi diet.

10. Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadual pengobatan 1-2 jam

sebelum dan sesudah makan.

11. Awasi pemeriksaan laboratorium

12. Kolaborasi antipiretik

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan

Berhubungan dengan :

- Keterbatasan kognitif

- Tak akurat/lengkap informasi yang ada salah interpretasi informasi

Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan

pengobatan serta melakukan perubahan pola hidupdan

berpartispasi dalam program pengobatan

Intervensi :

1. Kaji kemampuan psen untuk belajar

2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat

3. Tekankan pentingnya mempertahankan proten tinggi dan det

karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat.

4. Berikan interuksi dan informasi tertuls khusus pada pasien untuk

rujukan.

5. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan

dan alasan pengobatan lama.

6. Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah

25

Page 26: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

7. Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alcohol sementara minum

INH

8. Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memula dan kemudian tiap

bulan selama minum etambutol

9. Dorongan pasien/ atau orang terdekat untuk menyatakan takut /

masalah. Jawab pertanyaan dengan benar.

10. Dorong untuk tidak merokok

11. Kaji bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktivasi

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn E ,Rencana Asuhan Keperawatan ,EGC, Jakarta ,

2000.

Lynda Juall Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi

Keperawatan , edisi 2 , EGC, Jakarta ,1999.

Mansjoer dkk , Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 3 , FK UI , Jakarta

1999.

Price,Sylvia Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses – Proses

penyakit , alih bahasa Peter Anugrah, edisi 4 , Jakarta , EGC, 1999.

Tucker dkk, Standart Perawatan Pasien , EGC, Jakarta , 1998.

26

Page 27: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

LAPORAN PENDAHULUAN

CEDERA OTAK SEDANG

NAMA : NI MADE RATNA SARI

27

Page 28: laporan pendahuluan cedera kepala sedang terbaru

NIM : P07120111074

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM

PRODI D III KEPERAWATAN2013

28