cedera saraf tepi.pptx

23
CEDERA SARAF TEPI dr Jimmy Eko Budi Hartono SpS SMF/Bag Ilmu Penyakit Saraf FK UNDIP/RSDK Semarang

Upload: udidewa

Post on 15-Dec-2015

200 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

CEDERA SARAF TEPI

dr Jimmy Eko Budi Hartono SpSSMF/Bag Ilmu Penyakit Saraf

FK UNDIP/RSDKSemarang

CEDERA SARAF TEPI• Penyebab :

– Trauma – Kompresi akut

• Tanda & gejala : – Gangguan fungsi motorik – Gangguan fungsi sensorik – Gangguan fungsi autonom

• Patologi : – Demyelinisasi/degenerasi aksonal – Gangguan fungsi sensorik/motorik saraf – Remyelinisasi dengan dengan regenerasi aksonal – Reinervasi reseptor sensorik & muscle end plates

KLASIFIKASI SEDDON• Tidak ada sistem klasifikasi tunggal yg dapat menggambarkan

seluruh variasi cedera saraf. Kebanyakan sistem klasifikasi berusaha menghubungkan derajat cedera dengan gejala, patologi & prognosis. Pada 1943, Seddon memperkenalkan klasifikasi cedera saraf berdasarkan 3 jenis utama cedera serabut saraf dan kontinuitas dari saraf. 3 jenis adalah : neurapraxia, axonotmesis & neurotmesis.

• Klasifikasi Seddon adalah skema untuk menggambarkan cedera saraf.

• NEURAPRAXIA : – Paralisis temporer saraf disebabkan kurangnya aliran

darah atau tekanan pada saraf yg terkena tanpa kehilangan kontinuitas struktural

• AXONOTMESIS :– Neural tube utuh, tetapi axon terganggu. Saraf ini masih

mungkin untuk pulih• NEUROTMESIS :

– Neural tube cedera berat. Cedera permanen tanpa perbaikan, dan hanya akan mengalami pemulihan parsial

NEURAPRAXIA• Cedera paling ringan• Pemulihan lengkap• Struktur intak• Interupsi konduksi impuls sepanjang serabut • Paling sering, karena kompresi saraf atau gangguan

suplai darah (iskhemia)• Gangguan fungsi sementara yg pulih dalam jam – bulan

(rerata 6 – 8 minggu)• Degenerasi Wallerian tidak terjadi, sehingga pemulihan

tidak melibatkan regenerasi.• Fungsi motorik paling sering terkena dibanding sensorik,

fungsi autonom tetap utuh.

NEUROPRAXIA

– Disebabkan oleh : • Tekanan/regangan saraf

– Menyebabkan cedera iskemik pada saraf – Menghasilkan blok konduksi

» Tanpa kerusakan struktural

– EMG • Normal – diatas & dibawah tingkat cedera • Tidak terdapat perubahan denervasi otot

– Pemulihan • Sekali terjadi remyelinisasi, terjadi pemulihan

lengkap

AXONOTMESIS

• Cedera saraf lebih berat dgn gangguan akson, tetapi selubung myelin tetap utuh. Jenis kerusakan ini dapat menyebabkan paresis motorik, sensorik & autonom. Terutama terdapat pada KLL.

• Jika kekuatan penyebab kerusakan saraf dihilangkan, akson dapat regenerasi, terjadi pemulihan. EMG, saraf memperlihatkan degenerasi cepat dan lengkap, dengan hilangnya unit motorik volunter. Regenerasi motor end plate akan terjadi, sepanjang tubulus endoneuron tetap utuh.

AXONOTMESIS• Axonotmesis melibatkan kehilangan kontinuitas

akson & selubung myelin, tetapi tetap terpelihara jaringan penyokong dari saraf (jaringan penyokong, epineuron & perineuron tetap utuh). Karena kontinuitas akson menghilang, terjadi degenerasi Wallerian.

• EMG dilakukan 2-3 minggu kemudian memperlihatkan fibrilasi & potensial denervasi di otot otot distal dari tempat cedera. Kehilangan motorik & sensorik lebih lengkap pada axonotmesis dibanding dengan neuropraxia, dan pemulihan terjadi hanya melalui regenerasi akson, suatu proses yang memerlukan waktu.

AXONOTMESIS• Axonotmesis biasanya hasil dari benturan yang lebih

berat atau kontusio dibandingkan pada neurapraxia, tetapi dapat juga terjadi ketika saraf teregang ( tanpa kerusakan epineurium). Biasanya suatu elemen degenerasi proksimal retrograde akson, dan agar regenerasi terjadi, kehilangan harus pertama dihilangkan. Serabut regenerasi harus melewati tempat cedera dan regenerasi melalui daerah degenerasi proksimal atau retrograde memerlukan beberapa minggu. Kemudian ujung neuritis bergerak kebawah tempat distal, seperti pergelangan atau tangan. Lesi proksimal dapat berkembang ke distal secepat 2-3 mm/hari dan lesi disatl selambat 1,5 mm/hari. Regenerasi terjadi dalam minggu-tahun

AXONOTMESIS– Disebabkan oleh :

• Cedera stres berlebihan pada saraf – Patologi

• Lamina basal sel Schwann & selubung lainnya tetap utuh• Epineurium & struktur penyokong lain tidak terganggu

– Arsitektur internal relatif terpelihara baik• Menyebabkan degenerasi Wallerian distal dari cedera• Endoneural tetap utuh

– EMG• Perubahan denervasi pada otot yang terkena

– Pemulihan • Pada kasus reinnervasi

– motor unit potentials (MUPs) terdapat • Terjadi remyelinisasi

– Pemulihan lengkap dengan reinervasi aksonal ke target sensorik & motorik aslinya

NEUROTMESIS– Bentuk paling berat– Tidak hanya akson, juga cedera myelin,

endoneurium, perineurium, & pada kasus terberat, epineurium

– EMG • Sama seperti axonotmesis

– note: secara klinis : neurotmesis & axonotmesis tampak sama (gangguan motorik, sensorik, autonomik & atrofi otot)

– Pembedahan diperlukan– Pemulihan : tidak lengkap, tidak sempurna

NEUROTMESIS– Disebabkan oleh :

• Cedera penetrasi pada saraf

– Patologi • Seluruh selubung terganggu • Physical gaps di saraf dapat terjadi meskipun selubung

epineural tampak lengkap – sesudah traksi atau hancur

– Pemulihan • Tidak ada pemulihan hingga perbaikan dilakukan • Saraf yg tidak diperbaiki diganti seluruhnya oleh

jaringan ikat – Terdapat gangguan lengkap kontinuitas anatomik

KLASIFIKASI SUNDERLAND

Tipe 1 Blok konduksi (Neuropraxia)

Tipe 2 Cedera Aksonal (Axonotmesis)

Tipe 3 Tipe 2 + Cedera Endoneurium

Tipe 4 Tipe 3 + Cedera Perineurium

Tipe 5 Tipe 4 + Cedera Epineurium (Neurotmesis)

Degenerasi Wallerian

< 24 jam Neurofilamen putus; akson putus pendek-pendek

Dalam 10 hari Selubung myelin putus dalam tetesan lemak disekeliling akson

Dalam 1 bulan Myelin mengalami denaturasi secara kimiawi

Dalam 3 bulan Makrofag dari endoneurium menyerbu selubung myelin yang berdegenerasi dan silinder aksis dan memfagositosis debris

NEUROREGENERASI• Mekanisme fisiologis atau neruoregenerasi dapat

meliputi remyelinisasi, generasi baru neuron, glia, akson, myelin atau sinap. Neuroregerasi berbeda diantara SSP dengan SSTepi dengan mekanisme fungsional dan khususnya, perluasan dan kecepatan.

• Pembedahan dapat dikerjakan pada kasus saraf tepi yang terpotong atau terbelah. Pemulihan saraf tepi sesudah pembedahan tergantung sepenuhnya pada usia penderita. Anak kecil dapat pulih mendekati normal fungsinya. Sebaliknya, penderita diatas 60 tahun dengan terpotong saraf tepinya di tangan hanya diharapkan pulih sensoriknya, kemampuan membedakan panas/dingin atau tajam/tumpul. Banyak faktor lain juga mengenai rekoveri saraf.

• Sebaliknya, perbaikan sesudah kerusakan SSP adalah terbatas.