laporan pecobaan 1 sidametrin fix

23
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI DASAR UJI KETOKSIKAN AKUT DARI SIDAMETRIN (SIPERMETRIN) TERHADAP MENCIT Disusun oleh: Gina Vinrensia (088114062) Reyneldis Aprilia Adista Boleng (088114066) Arumsih Kristining Tyas (088114074) Jefta Willy Setiadi (088114080) Fransisca Dian Permanasari (088114086) Lusiana Dwi Aryanti (08811098) LABORATORIUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 1

Upload: gheenz

Post on 25-Jun-2015

1.478 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

LAPORAN PRAKTIKUMTOKSIKOLOGI DASAR

UJI KETOKSIKAN AKUT DARI SIDAMETRIN (SIPERMETRIN) TERHADAP MENCIT

Disusun oleh:

Gina Vinrensia (088114062)

Reyneldis Aprilia Adista Boleng (088114066)

Arumsih Kristining Tyas (088114074)

Jefta Willy Setiadi (088114080)

Fransisca Dian Permanasari (088114086)

Lusiana Dwi Aryanti (08811098)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

1

Page 2: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

PERCOBAAN I

UJI KETOKSIKAN AKUT DARI SIDAMETRIN (SIPERMETRIN) TERHADAP

MENCIT

I. LATAR BELAKANG

Pestisida merupakan zat yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan

hama. Hama yang paling sering ditemukan adalah serangga. Beberapa diantaranya

berlaku sebagai pembawa penyakit. Adapun penyakit yang ditularkan serangga ini

sebagian merupakan penyakit berat, seperti malaria, filariasis, demam kuning,

cacar riketsia, radang otak virus, tifus dan pes. Insektisida dapat membantu

mengendalikan penyakit-penyakit tersebut.

Namun pestisida khususnya dalam hal ini insektisida memiliki efek buruk

bukan hanya pada serangga tapi juga pada kesehatan manusia dan/ atau

lingkungan. Beberapa peristiwa keracunan massal oleh senyawa beracun dalam

insektisida mengakibatkan jatuhnya korban ribuan orang dan beberapa ratus di

antaranya meninggal. Kasus keracunan akut individual biasanya terjadi karena

memakan sejumlah besar pestisida secara tidak sengaja atau untuk bunuh diri.

Pejanan pestisida di tempat kerja kemungkinan besar dialami oleh para pekerja

yang terlibat dalam pembuatan, formulasi, dan penggunaan pestisida. Oleh karena

itu, penelitian yang berlanjut publikasi dan pendidikan yang memadai bagi kaum

awam mengenai potensi toksisitas senyawa insektisida perlu dilakukan untuk

mencegah peristiwa tersebut. Maka dalam kesempatan ini, kami akan melakukan

uji seberapa jauh potensi ketoksikan akut senyawa Sidamethrin secara per oral

terhadap mencit yang termasuk dalam penelitian ekperimental. Sasaran uji

ketoksikan akut ini adalah untuk memperoleh data kualitatif dan kuantitatif. Data

kualitatif berupa penampakan klinis dan morfologis efek toksik senyawa

Sidamethrin. Sedangkan data kuantitatifnya adalah harga LD50, yaitu dosis yang

dapat menyebabkan kematian 50% populasi hewan uji. Sehingga dari hasil uji

2

Page 3: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

ketoksikan ini diharapkan manusia dapat lebih berhati-hati dalam menggunakan

insektisida.

II. PERMASALAHAN

1. Berapa LD50 sipermetrin pada mencit?

2. Apa saja gejala klinis dari efek toksik yang timbul akibat pemejanan akut

Sidametrin (sipermetrin) pada mencit?

III. MANFAAT

a. Mengetahui potensi ketoksikan akut, berupa kisaran LD50 atau TD50

Sidametrin (sipermetrin) pada hewan uji.

b. Mengetahui gejala klinis yang timbul, efek toksik yang khas, dan

mekanisme yang memperantarai terjadinya kematian hewan uji akibat

pemberian Sidametrin (sipermetrin).

IV. TUJUAN

Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami tujuan, sasaran, tata cara pelaksanaan,

luaran, dan manfaat uji ketoksikan akut Sidametrin (sipermetrin).

Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui potensi ketoksikan akut (LD50) dari Sidametrin

(sipermetrin) pada mencit

b. Untuk mengetahui berbagai gejala klinis yang timbul, adanya efek

toksik yang khas, dan mekanisme yang memerantarai kematian hewan uji

V. PENELAAH PUSTAKA

Kondisi efek toksik adalah berbagai keadaan atau faktor yang dapat

mempengaruhi efektivitas absorbsi, distribusi dan eliminasi zat beracun sehingga

menentukan keadaan zat kimia utuh atau metabolitnya dalam sel sasaran serta

toksisitasnya atau keefektifan antaraksi dengan sel sasaran Peristiwa timbulnya pengaruh

bahaya atau efek toksik racun atas makhluk hidup melalui beberapa proses. Pertama

3

Page 4: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

mahluk hidup mengalami pemejanan dengan suatu bahan tertentu. Berikutnya, setelah

mengalami absorbsi dari tempat pemejanan, racun atau metabolitnya akan terdistribusi ke

tempat aksi tertentu yang ada dalam mahluk hidup (Donatus, 2001).

Untuk meneliti berbagai efek yang berhubungan dengan massa pemejanan,

penelitian toksikologi biasanya dibagi menjadi 3 bagian atau kategori:

1. Uji toksisitas akut dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang diuji

sebanyak 1 kali atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam.

2. Uji toksisitas subkronik dilakukan dengan memberikan bahan tersebut berulang-

ulang, biasanya setiap hari atau lima kali seminggu, selama jangka waktu kurang

lebih 10% dari masa hidup hewan.

3. Uji toksisitas jangka panjang, dilakukan dengan memberikan zat kimia berulang-

ulang selama masa hidup hewan atau sekurang-kurangnya sebagian besar dari

masa hidup hewan (Lu, 1995).

Uji toksikologi adalah tatacara untuk mendeteksi dan mengevaluasi kondisi,

mekanisme, wujud dan sifat efek toksik zat kimia pada hewan uji utnuk menentukan

batas keamanannya. Untuk praktikum kali ini digunakan uji ketoksikan tak khas yaitu

ketoksikan akut, selain itu subkronis dan kronis juga termasuk uji ketoksikan tak khas.

Toksisitas akut merupakan toksisitas yang dihasilkan dari pemejanan tunggal suatu

senyawa (Donatus,2001).

Uji ketoksikan akut dirancang untuk menentukan efek toksik suatu senyawa(misel

zat tambahan makanan)yang akan terjadi dalam waktu yang singkat setelah pemejanan

atau pemberiannya dengan takaran tertentu. Uji ini dikerjakan dengan memberikan dosis

tunggal senyawa uji pada hewan uji ( sekurang-kurangnya 2 jenis hewan uji roden dan

nirroden, janta maupun betina). Takaran dosis yang dianjurkan paling tidak 4 peringkat

dosis, berkisar dari dosis terendah yang tidak / hampir tidak mematikan seluruh hewan uji

sampai dengan dosis tertinggi yang dapat mematikan seluruh / hampir seluruh hewan uji.

Senyawa ini diberikan melalui jalur yang akan digunakan oleh manusia / jalur yang

memungkinkan manusia terpejani dengan senyawa itu (Donatus, 2001).

Adapun wujud efek toksik dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Respon fisiologis

4

Page 5: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

Berkaitan erat dengan fungsi jasmani seperti bernafas, peredaran darah, kontraksi

otot kesetimbangan elektrolit dan lain sebagainya.

2. Respon biokimia

Contohnya pengikatan atau pengurangan aktivitas transpor elektron pembangkit

energi di mitokondria, sintesis protein, pergeseran sistem hormonal dan lain

sebagainya (Donatus,2001).

Penelitian ini dirancang untuk menentukan dosis letal median (LD50) toksikan.

Penelitian ini dirancang untuk Pengujian ini juga dapat menunjukkan organ sasaran yang

mungkin dirusak oleh efek toksik spesifiknya, serta memberikan petunjuk tentang dosis.

Yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama (Lu, 1995).

Letal Dose 50 didefinisikan para ahli pada Panel Organization of Economic

Coperation an Development sebagai turunan statistik dosis tunggal suatu zat yang

diharapkan dapat menyebabkan kematian pada 50 hewan uji. Penekanan dalam studi

toksisitas adalah pada kejelasan dosis respon dan onset tanda-tanda toksik. Hispatologi

menjadi sangat bernilai dalam mengidentifikasi organ sasaran (Hayes, 2001).

Potensi Ketoksikan akut

Dosis letal median sudah biasa digunakan sebagai ukuran ketoksikan akut suatu

senyawa atau bahan secara umum. LD50 ini dinyatakan sebagai miligram dari zat aktif

uji / kilogram berat badan hewan uji (mg/kg). Harga LD50 merupakan tolak ukur

ketoksikan akut racun.

LD50 didefinisikan sebagai dosis tunggal suatu zat yang secara statistik

diharapkan akan membunuh 50% hewan coba. Pengujian ini juga dapat menunjukkan

organ sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan

petunjuk tentang dosis yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama.

evaluasi tidak hanya mengenai LD50, tetapi juga terhaap kelainan tingkah laku, stimulasi

atau depresi SSP, aktivitas motorik, dan pernafasan untuk mendapat gambaran tentang

sebab kematian. Hal ini harus dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium klinik dan

pembuatan sediaan histologik dari organ yang dianggap dapat memperlihatkan kelainan

(Ganiswarna, 1995)

Penggunaan nilai LD50 sangat berguna untuk hal-hal berikut :

5

Page 6: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

1. Klasifikasi zat kimia sesuai dengan toksisitas relatifnya

Klasifikasi lazim adalah sebagai berikut:

Kategori LD50

Super toksik 5 mg/kg atau kurang

Amat sangat 5-50 mg/kg

Sangat toksik 50-500 mg/kg

Toksik sedang 0,5-5 mg/kg

Toksik ringan 5-15 mg/kg

Praktis tidak toksik >15 mg/kg

2. Dalam evaluasi dampak keracunan yang tidak disengaja, perencanaan penelitian

toksisitas akut dan kronik pada hewan; memberikan informasi tentang:

a. Mekanisme toksisitas

b. Pengaruh umur, seks, faktor penjamu, dan faktor lingkungan

c. Variasi respon antar spesies dan antar stain hewan

Memberikan informasi tentang reaktivitas suatu populasi hewan,

memberikan sumbangan bagi informasi yang membutuhkan dalam merencanakan

pengujian obat pada manusia dan dalam pengendalian mutu zat kimia, deteksi

pencemaran toksisitas serta perubahan fisik yang mempengaruhi bioavailabilitas

(Lu, 1995).

Piretroid dapat dibagi menjadi dua tipe berdasarkan struktur dan manifestasi

klinisnya dalam dosis berlebih. Piretroid tipe satu (permetrin, aletrin, tetrametrin,

fenotrin) kekurangan gugus siano, sedangkan tipe dua (sipermetrin, deltametrin,

fenpropatrin, flufalinad, fenvalerat) yang memiliki gugus siano pada ikatan esternya

biasanya lebih poten dan toksik dibandingkan piretroid tipe satu (Goldfrank, 2002).

Cypermethrin

Cypermethrin (BSI, E-ISO, ANSI, BAN); cyperméthrine ((f) F-ISO)

6

Page 7: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

Sipermetrin, ditemukan pada tahun 1975. Insektisida non-sistemik ini bekerja

sebagai racun kontak dan racun perut, efektif-terutama-untuk mengendalikan

Lepidoptera, Coleoptera, Diptera, Hemiptera, dan kelas-kelas lainnya. Sipermetrin

digunakan di bidang pertanian, rumah tangga, kesehtan masyarakat, dan kesehatan

hewan. LD50 (tikus) sekitar 250-4.150 mg/kg; LD50 dermal (tikus) > 4.920 mg/kg

agak menimbulkan iritasi kulit dan mata; LC50 inhalasi (4 jam, tikus) 2,5 mg/liter

udara; NOEL (2 tahun, tikus) 7,5 mg/kg; dan ADI 0,05 mg/kg bb (Djojosumarto,

2008).

VI. LANDASAN TEORI

Uji ketoksikan akut merupakan suatu uji yang pemejanannya dilakukan

satu kali dalam dosis tunggal yang memberikan efek toksik pada hewan uji dalam

jangka waktu 24 jam.

Sipermetrin merupakan golongan piretroid tipe dua yang lebih toksik

dibandingkan piretroid tipe satu.

Penggunaan nilai LD50 sangat berguna untuk klasifikasi zat kimia sesuai

dengan toksisitas relatifnya serta untuk evaluasi dampak keracunan yang tidak

disengaja, perencanaan penelitian toksisitas akut dan kronik pada hewan.

VII. HIPOTESIS

1. LD50 sidametrin adalah

2. Gejala klinis yang muncul dari pemejanan akut sidametrin pada mencit adalah

takikardi, perubahan sikap, gelisah, konvulsi, dan pasif.

7

Page 8: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

VIII. METODE PENELITIAN

1. Variabel penelitian

a. Variabel utama

Variabel bebas

Pemberian Sidametrin (sipermetrin) dengan 4 tingkatan dosis:

Dosis I : 2,8 mg/20 gram BB mencit Dosis II : 5,6 mg/20 gram BB mencit Dosis III : 11,2mg/20 gram BB mencit Dosis IV : 22,4 mg/20 gram BB mencit

Variabel tergantung

Jumlah mencit yang mati, gejala toksik (takikardi, bradikardi dipsnea,

bradipnea), perubahan berat badan

b. Variabel pengganggu

Varibel yang dikendalikan

Jenis mencit : jantan ,galur swiss bobot 20-30 g

Variabel yang tidak dikendalikan

Keadaan lingkungan laboratorium seperti suhu dan kelembapan

2. Alat dan bahan

Alat

Timbangan analitik

Beaker glass

Labu ukur

Pangaduk

Pipet ukur

Pipet tetes

Spuit injeksi oral

Bahan

Sidametrin (sipermetrin)

Aquadest

Hewan uji

8

Page 9: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

3. Cara kerja

1. Pemilihan hewan uji

Dipilih hewan uji mencit galur swiss, dewasa, sehat, beratnya seragam (variasi

diperbolehkan ± 10% ), dipilih 5 ekor

2. Pengelompokan hewan uji

Hewan uji terpilih diadaptasi dilaboratorium selama 1 minggu

Lakukan penimbangan hewan uji

Hewan uji dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai peringkat dosis yang akan

diberikan, ditambahkan satu kelompok kontrol negatif

Tiap kelompuk uji paling tidak terdiri dari lima ekor hewan uji

3. Tata cara pemberian

Senyawa uji dipersiapkan dalam 4 tingkatan dosis:

Dosis I : 3,5 mg/20 gram BB mencit

Dosis II : 7 mg/20 gram BB mencit

Dosis III : 14 mg/20 gram BB mencit

Dosis IV : 28 mg/20 gram BB mencit

Hitung volume pemberian

Berikan pada hewan uji secara p.o.

4. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama 24 jam

Pengamatan meliputi pengamatan fisik terhadap gejala klinis, perubahan berat

badan, jumlah hewan yang mati, histopatologi seluruh organ

9

Page 10: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

5. Analisis dan evaluasi hasil

Data gejala klinis yang tampak pada fungsi vital secara kualitatif dipakai untuk

mengevaluasi mekanisme penyebab kematian

Data gejala efek toksik digunakan untuk mengevaluasi spektrum efek toksik

Data jumlah hewan yang mati, secara kuantitatif digunakan untuk menghitung

LD50 mengikuti salah satu cara dalam pendahuluan

Bila sampel batas volume maksimum tidak menimbulkan kematian hewan uji,

maka dosis tertinggi tersebut dinyatakan sebagai LD50 semu

10

Page 11: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

DAFTAR PUSTAKA

Donatus, I. A., 2001 a, Toksikologi Dasar, 200 – 201, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta

Donatus, I.A.,2001 b, Toksikologi Pangan, Edisi I,142-152 PAU Pangan dan Gizi,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Djojosumarto, P., 2008, Pestisida dan Aplikasinya,hal. 109, Agro Media Pustaka, Jakarta

Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, hal 675,764-766, Fakultas Kedokteran,

Universitas Indonesia, Jakarta

Goldfrank, Lewis, R., 2002, Goldfrakn’s Toxicologic Emergencies 7th edition, 1373, The

McGraw-Hill companies, Inc, USA

Hayes, 2001, Acute Toxicity and Eye Irritancy Principles and Method of Toxicology, 850,

860, 862, 867, Taylor, Philadolphia

Lu, F.C.,1995,Toksikologi Dasar : Asas, Organ Sasaran, dan Perilaku Resiko, ed. II hal

8, 10, 12, 85-93, UI Press, Jakarta

11

Page 12: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

PEMBAHASAN

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui potensi ketoksikan akut

(LD50) dari Sidametrin (sipermetrin) pada mencit serta untuk mengetahui berbagai

gejala klinis yang timbul, adanya efek toksik yang khas, dan mekanisme yang

memerantarai kematian hewan uji (mencit).

Uji toksikologi dibagi menjadi dua, yaitu uji ketoksikan khas dan uji

ketoksikan tidak khas. Percobaan yang dilakukan ini termasuk dalam uji

ketoksikan tidak khas. Uji ketoksikan akut ini adalah uji yang digunakan untuk

menentukan atau mengetahui efek toksik suatu senyawa dalam bentuk kisaran

dosis pestisida yang menimbulkan ketoksikan dalam waktu singkat (24 jam)

setelah pemejanan dengan dosis tertentu dan untuk menilai gejala klinis yang

terjadi, serta mekanisme yang memerantai dan adanya efek toksik yang khas.

Senyawa yang digunakan dalam percobaan ini adalah Sidametrin, dan

hewan uji yang digunakan adalah mencit. Sidametrin merupakan senyawa

pestisida yang salah satu komposisinya adalah sipermetrin, senyawa sipermetrin

termasuk dalam golongan piretroid tipe 2 yang memiliki gugus siano pada ikatan

esternya, dan lebih bersifat toksik.

Struktur

Cypermethrin

Cypermethrin (BSI, E-ISO, ANSI, BAN); cyperméthrine ((f) F-ISO)

Sipermetrin sering digunakan dalam bidang pertanian, rumah tangga,

kesehtan masyarakat, dan kesehatan hewan. Dimana secara teoritis, LD50 (tikus)

sekitar 250-4.150 mg/kg; LD50 dermal (tikus) > 4.920 mg/kg agak menimbulkan

iritasi kulit dan mata; LC50 inhalasi (4 jam, tikus) 2,5 mg/liter udara; NOEL (2

tahun, tikus) 7,5 mg/kg; dan ADI 0,05 mg/kg BB.

12

Page 13: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

Sidametrin adalah senyawa tak larut air sehingga pada perlakuan secara per oral

pada mencit, sidametrin tidak dilarutkan dalam air, melainkan langsung di ambil

dengan spuit oral karena sidametrin yang digunakan ini sudah berwujud cairan, dengan

konsentrasi 50 mg/mL. Mekanisme sidametrin sehingga menyebabkan kematian.

Mekanisme toksik dari sidametrin yaitu menghambat pengeluaran asetilkolin esterase

pada aktifitas kolinergik sehingga reseptor kolinergik merangsang pengeluaran

asetilkolin terus menerus tanpa dihidrolisis yang menyebabkan terjadinya akumulasi

asetilkolin.

Hewan uji yang digunakan adalah mencit dengan galur swiss karena adanya

beberapa kesamaan antara mencit dengan manusia terutama adanya kemiripan absorbsi,

distribusi serta metabolismenya. Dalam pemilihan mencit sebagai hewan uji terdapat

beberapa hal yang seharusnya dikendalikan yang disebut variabel pengacau, yaitu:

umur, galur, dan berat badan. Mencit yang digunakan pada praktikum berjumlah 20

ekor, tiap kelompok kecil mendapatkan 5 ekor mencit, satu mencit sebagai kontrol

keempat ekor mencit dipejankan dengan 4 varian dosis :

Dosis I : 3,5 mg/20 gram BB mencit

Dosis II : 7 mg/20 gram BB mencit

Dosis III : 14 mg/20 gram BB mencit

Dosis IV : 28 mg/20 gram BB mencit

Dosis I adalah dosis terendah dimana pada dosis terendah ini diharapkan tidak

bersifat toksik bagi mencit atau tidak menyebabkan mencit mati, sedangkan pada dosis

IV yang merupakan dosis tertinggi sehingga diharapkan dapat menjadi dosis dimana

terdapat efek toksik atau mematikan bagi mencit. Pemejanan sidametrin dilakukan secara

p.o untuk menyamakan perlakuan dengan pemberian pada manusia. Pada percobaan,

dilakukan pengamatan terhadap jumlah hewan yang mati sehingga dapat diketahui nilai

LD50. Namun pada praktikum ini didapatkan semua mencit baik yang dipejankan dengan

dosis terendah sampai dosis tertinggi mengalami kematian. Sehingga tidak didapatkan

letal dosis karena 100% mencit mati. Konsentrasi larutan stok sidametrin yang digunakan

13

Page 14: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

adalah 50 mg/ml. Setelah pemejanan dilakukan dan diamati, maka selama 3 jam pertama

pada dosis 1 tidak ada hewan uji yang mati, pada dosis 2 ada 2 hewan uji yang mati, pada

dosis 3 ada 1 yang mati dan dosis 4 ada 1 hewan uji yang mati, namun setelah 24 jam

ternyata seluruh mencit mati. Hal ini mengakibatkan data tidak dapat digunakan karena

hewan uji yang mati lebih dari 50%. Kematian mencit yang tidak sesuai peringkat dosis

maupun kematian seluruh hewan uji ini diperkirakan karena faktor berikut:

Perbedaan cara penyuntikan tiap kelompok mencit,

kemungkinan sidametrin masuk ke paru-paru hewan uji atau spuit injeksi masih

belum bebas dari gelembung sehingga memberikan efek mematikan bagi mencit

selain karena senyawa toksiknya.

Kondisi patologis mencit

Kemungkinan mencit yang digunakan untuk percobaan kali ini sudah pernah

terpejan senyawa toksik lain, sehingga ketika mencit ini digunakan lagi dan

dipejankan senyawa toksik, tubuh mencit sudah tidak dapat mentoleransi senyawa

toksik yang masuk dan akhirnya mengakibatkan kematian.

Gejala yang diamati setelah pemejanan yaitu pada susunan saraf pusat dan

somatomotor meliputi perilaku (sikap terhadap pengamat, kegelisahan), kereaktifan

terhadap aneka rangsangan ( keaktifan, kepasifan), gejala (tremor, konvulsi), susunan

saraf otonom yang meliputi sekresi( lakrimasi yang artinya pengeluaran keringat),

pernafasan yang meliputi sifat dan laju pernafasan (bradipnea yang artinya, dispnea),

kardiovaskuler (bradikardi yang artinya denyut jantung lemah dan takikardi yang artinya

denyut jantung yang tinggi), dan saluran cerna.

Dari percobaan didapatkan untuk mencit disetiap kelompok perlakuan sebagian

besar menunjukkan perubahan sikap, gelisah, tremor, konvulsi, bergerak, dispnea dan

kecepatan denyut jantung meningkat. Dan jika dilihat histopatologinya setelah dibedah

pada mencit yang mati, didapat:

Hati berwarna lebih hitam(merah tua, gelap), bengkak

Ginjal berwarna merah hingga cokelat

Lambung bengkak dan pucat (warna putih susu)

Paru-paru tidak mengalami perubahan

Jantung berwarna merah kecokelatan hingga hitam

14

Page 15: Laporan Pecobaan 1 Sidametrin Fix

Dari uji ketoksikan akut yang dilakukan tidak dapat diperoleh data kuantitatif

berupa LD50 yang merupakan suatu besaran yang diturunkan secara statistik untuk

menyatakan dosis tunggal dari suatu senyawa yang diduga menimbulkan efek toksik

yang berarti pada 50% hewan uji (mencit), hal ini dikarenakan matinya semua hewan uji.

padahal yang dibutuhkan hanya kematian sebagian hewan uji dari populasi tersebut. Jika

ada nilai LD50 maka dapat digunakan untuk melakukan perkiraan terhadap takaran dosis

untuk uji toksikologi yang lainnya serta untuk mengetahui potensi ketoksikan akut

sidametrin.

Sebagai tambahan, untuk menghitung LD50 dapat digunakan beberapa metode,

berikut kelebihan dan kelemahan metode tersebut:

Kelebihan:

Metode Grafik Lithfield & Wilcoxon; sangat mudah dilakukan, perhitungannya

mudah, LD50 dapat diketahui dari persamaan garis.

Metode Kertas Grafik Probit Logaritma Miller & Tainter; bisa dipakai untuk semua

pola kematian, dapat digunakan untuk mengevaluasi batas keamanan dari suatu obat,

memiliki batas taraf keamanan serta kepercayaan.

Kekurangan

Metode Kertas Grafik Probit Logaritma Miller & Tainter; hasilnya kurang valid.

15