laporan modul a _bayu
DESCRIPTION
RefraktoriTRANSCRIPT
Laporan Praktikum
Laboratorium Teknik Material III
Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
oleh:
Nama : Mohammad Mersa Bayu Wibisono
NIM : 13712046
Kelompok : 4
Anggota (NIM) : Angga Hermawan (13711052)
Athiya Fathinati Anindya (13712023)
I Wayan Prastik Widitama (13712024)
Tanggal Praktikum : 8 April 2015
Tanggal Penyerahan Laporan : 14 April 2015
Nama Asisten (NIM) : Luthfan Ade Vidyanto (13711041)
Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material
Program Studi Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi memiliki kekayaan alam yang beragam dimana material yang
mentah diproses oleh seorang metallurgist menjadi barang setengah jadi yang
ditugaskan kepada materials engineer untuk mengolahnya menjadi sebuah barang
jadi. Berbagai jenis barang setengah jadi dispesifikkan menurut seorang materials
engineer menjadi polimer, keramik dan logam. Namun secara tidak sadar
manusia sudah menggabungkan fungsi dari ketiganya menjadi satu atau dua dari
tiga material tersebut menjadi satu, penggabungan menjadi material baru ini
dinamakan material komposit.
Kebutuhan akan penggabungan dari material lainnya bisa karena berbagai
faktor. Kebutuhan akan faktor energi merupakan faktor utama yang mendongkrak
adanya penggabungan jenis material ini. Misalkan logam digunakan untuk badan
pesawat makan kebutuhan akan bahan bakar yang digunakan akan meningkat
karena logam terlalu berat, namun jika digunakan sebuah polimer yang dikuatkan
oleh serat keramik misalnya akan memiliki kekuatan yang tidak beda jauh namun
sangat ringan dan meningkatkan efisiensi bahan bakar.
1.2 Tujuan
1. Menentukan kekuatan tarik komposit poliester berpenguat serat gelas yang
dibuat dengan wet hand lay up dan compression molding.
2. Menentukan fraksi volume komposit poliester berpenguat serat gelas yang
dibuat dengan wet hand lay up dan compression molding.
BAB II
TEORI DASAR
Material komposit adalah gabungan dari 2 material atau lebih untuk
mendapatkan sifat yang lebih unggul dari masing-masing material yang
digabungkan. Penggabungan dari material komposit merupakan penggabungan
yang makroskopis, sedangkanuntuk perpaduan mikroskopis bukan dispesfikasikan
sebagai material komposit (ex : Al2O3, TiO2). Komposit terdiri atas matriks dan
penguat, matriks berfungsi sebagai pengikat dari komposit sedangkan penguat
merupakan material yang memberikan kekuatan utama pada komposit. Komposit
diklasifikasikan berdasarkan jenis penguat dan jenis matriksnya, berikut
merupakan klasifikasi komposit berdasarkan jenis penguatnya :
• Particle-reinforced composites
– Large-particle composites (Cermets: tungsten carbida in cobalt,
semen, beton bertulang)
– Dispersed-strenghtened composites (alumina in aluminium,
Thoria/ThO2 in Nickel alloy)
• Fiber-reinforced composites: konstruksi kaku, kuat dan ringan
– Discontinuous (Short) fiber composites
– Continuous (long) fiber composites
Structural-reinforced composites
– Laminar composites (kayu multipleks, laminate carbon epoxy)
– Sandwich composites: konstruksi ringan dengan kekakuan dan
kekuatan bending yang tinggi (Honeycomb-carbon epoxy
composites, dinding kardus: corrugated paper - paper)
Komposit diklasifikasikan juga berdasarkan jenis matriks yang mengikat
kompositnya :
• Polymer matrix composites (PMC): Paling populer dengan beragam
aplikasi
– Carbon fibre reinforced polymer
– Glass fibre reinforced polymer
– Metal fibre reinforced polymer
• Metal matrix composites (MMC): Aerospace dan komponen mesin mobil
– Boron or carbon fibre reinforced Aluminium
– Alumina particle reinforced Aluminium
• Ceramic matrix composites (CMC): Heat exhanger, sistem pelindung
panas, komponen dengan lingkungan korosif dan erosif
– Zirconia in alumina
– Carbon fibre reinforced carbon
Sifat dari material material komposit dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantara lain adalah :
1. Sifat dari material penyusunnya. Yakni sifat dari material matriks dan
penguat (reinforce) itu sendiri. Penggunaan penguat yang berbeda juga
mempengaruhi sifat komposit yang diperoleh. Hal ini karena setiap
penguat memiliki sifat yang berbeda. Akan diperoleh sifat mekanik yang
berbeda bila kita menggunakan komposit Polyester berpenguat serat Gelas
dengan komposit epoxy berpenguat serat karbon.
2. Fraksi volume material penyusun. Salah satu faktor yang mempengaruhi
sifat komposit adalah perbandingan antara banyaknya matriks dan penguat
yang biasanya dinyatakan dalam fraksi volume masing-masing penyusun.
ρc=ρ f v f+ ρm vm
Dari model diatas, dapat dilihat bahwa densitas komposit salah satunya
dipengaruhi oleh besarnya volume fiber dan volume matriks masing-
masing.
3. Orientasi serat pada komposit
Pada material komposit berpenguat serat, orientasi serat menjadi faktor
penting yang mempengaruhi sifat mekanik komposit. Hal ini disebabkan
komposit berpenguat serat bersifat anisotropi, yakni sifat material berbeda
bergantung pada arah. Pada komposit berpenguat serat dengan orientasi
random, sifatnya cenderung lebih isotropi .
4. Ikatan Interface merupakan Ikatan (adhesi) yang baik antara fasa matriks
dan partikel atau serat menyebabkan perpindahan beban yang diterima
material ke partikel atau serat melalui antarmuka. Adanya adhesi yang
baik dapat meningkatkan sifat mekanik komposit.
Secara umum, komposit yang paling banyak digunakan adalah FRP (Fiber
Reinforced Plastic). FRP menggunakan matriks berupa plastic yang merupakan
polimer, berdasarkan jenis polimernya matriks terdiri dari:
1. Polimer termoset
Merupakan polimer yang terdapat ikatan crosslink pada rantai
polimernya. Polimer termoset memiliki nilai viskositas yang rendah pada
temperatur kamar yang berarti polimer termoset dalam fasa liquid yang
keencerannya (fluiditas) tinggi. Karena dalam temperatur kamar berbentuk
liquid, memudahkan pada pemrosesannya. Namun untuk menunggu curing
dibutuhkan waktu yang lebih lama sekitar 1 hari.
Untuk manufaktur suatu komposit menggunakan matriks komposit
dpat dilakukan menggunakan berbagai cara, diantaranya adalah :
a) Wet Hand Lay-up
Pada proses wet hand lay-up, dry reinforcement dan
resin (+ katalis) ditaruh pada permukaan cetakan. Resin
ditekan menggunakan roller untuk mengimpregnasi
matriks. Beberapa lapisan dapat ditambahkan secara
bertahap sesuai kebutuhan. Setelah diimpregnasi komposit
akan mengalami curing dan mengeras. Metode ini
diaplikasikan dalam pembuatan tangki penyimpanan air,
badan perahu, dan bath-up.
Gambar 2.1 Wet Hand Lay-up
b) Compression Molding
Pada compression molding, preform serat diletakkan
pada cetakan. Ketika panas dan tekanan diberikan oleh
cetakan, preform mengalir sesuai bentuk komponen yang
diinginkan. Kemudian terjadi curing dan setelah terjadi
pengerasan yang cukup, didapat komposit yang diinginkan.
Compression molding memerlukan pemanasan dan tekanan
yang tinggi. Metode ini digunakan untuk pembuatan pintu
mobil.
Gambar 2.2 Compression Molding
c) VARI (Vacuum Assisted Resin Injection)
Preform atau dry reinforcement dimasukkan
kedalam cetakan, sesuai dengan bentuk komponen yang
diinginkan. Resin mengalir dengan penekanan atau pem-
vakuman dan meng-impregnasi preform dan
mendorong/mengeluarkan udara yang ada dalam preform.
Curing terjadi, cetakan dibuka setelah terjadi pengerasan
yang mencukupi.
Gambar 2.3 VARI
d) Pultrusion
Dry roving or fabrics ditarik melalui bak berisi
campuran resin dan katalis . campuran yang basah ditarik
melalui cetakan. Sisa resin keluar cetakan, pemanasan
dilakukan untuk membantu proses curing. Pendinginan
kemudian dilakukan untuk mempercepat proses produksi.
Gambar 2.4 Pultrusion
e) Spray Up
Serat gelas, resin dan katalis dimasukkan ke dalam
spray gun. Campuran dimasukkan ke dala permukaan
cetakan. Proses curing dimulai dan komponen dilepaskan
setelah proses pengerasan selesai.
Gambar 2.5 Spray Up
2. Polimer termoplastik
Termoplastik merupakan polimer yang tidak memiliki ikatan
crosslink memiliki viskositas yang tinggi pada temperatur kamar sehingga
berbentuk solid, karena itu pelelehan termoplas perlu dilakukan pada
temperatur dan dengan menggunakan tekanan tinggi. Pada pembuatan
komposit termoplastik, polimer harus disebar secara merata pada preform
agar memperkecil jarak infusi dikarenakan viskositas yang tinggi.
Gambar 2.6 Proses impregnasi polimer termoplastik
BAB III
DATA PERCOBAAN
3. 1 Uji Tarikσ u= FA
a. Spesimen wet hand lay up
Tebal : 3 mm
Lebar : 20 mm
Beban : 7650 N
Kekuatan tarik: 7650 N/(3 mm x 20 mm) = 127.5 MPa
b. Spesimen compression molding
Tebal : 3 mm
Lebar : 20 mm
Beban : 11000 N
Kekuatan tarik : 11000 N/(3 mm x 20 mm) = 183.34 MPa
c. Spesimen polimer
Tebal : 3 mm
Lebar : 20 mm
Beban : 1700 N
Kekuatan tarik: 1700 N/(3 mm x 20 mm) = 28.34 MPa
3. 2 Uji Bakar
a. Spesimen wet hand lay up
Massa sebelum dibakar : 3.5 g
Massa setelah dibakar : 2.2 g
Massa serat = 2.2 g
Massa jenis serat gelas = 2.6 g/cm3
Volume serat = Massa serat/Massa jenis serat
= 2.2 g/2.6 g/cm3
= 0.846 cm3
Massa matriks = Massa sebelum dibakar - Massa setelah dibakar
= 3.5 g – 2.2 g
= 1.3 g
Massa jenis poliester = 1.37 g/cm3
Volume matriks = 1.3 g/1.37 g
= 0.94 cm3
Ket: Asumsi tidak ada void
Fraksi volume serat = 0.846/(0.846+0.94) = 0.47
Fraksi volume matriks = 0.94/(0.846+0.94) = 0.53
b. Spesimen compression molding
Massa sebelum dibakar : 3.7 g
Massa setelah dibakar : 2.2 g
Massa serat = 2.2 g
Massa jenis serat gelas = 2.6 g/cm3
Volume serat= Massa serat/Massa jenis serat
= 2.2 g/2.6 g/cm3
= 0.846 cm3
Massa matriks =Massa sebelum dibakar - Massa setelah dibakar
=3.7 g – 2.2 g
=1.5 g
Massa jenis poliester = 1.37 g/cm3
Volume matriks = 1.5 g/1.37 g
= 1.095 cm3
Ket: Asumsi tidak ada void
Fraksi volume serat = 0.846/(0.846+1.095) = 0.436
Fraksi volume matriks = 1.095/(0.846+1.095) = 0.564
BAB IV
ANALISIS DATA
Pada proses pembuatan komposit menggunakan metode wet hand lay-up
dengan fraksi berat 1:1 dilakukan uji tarik komposit yang menghasilkan nilai
kekuatan tarik longitudinal sebesar 127.5 Mpa. Menurut literatur nilai kekuatan
matriks polimer sebesar 50 Mpa, sedangkan serat gelas sebesar 3450 Mpa. Nilai
kekuatan komposit secara teoritis dengan asumsi tidak ada void, nilai kekuatan
interface baik, preform serat gelas dan dengan fraksi volume 1:1 didapatkan nilai
kekuatan komposit sebagai berikut :
σkomposit = σpenguat Vpenguat + σmatriks Vmatriks
σkomposit = 3450 MPa x 0.5 + 50 MPa x 0.5
σkomposit = 1750 MPa (longitudinal)
Perbedaan nilai kekuatan komposit arah longitudinal yang berbeda jauh
dikaibatkan spesimenyang dibuat tidak seideal asumsi teoritis, dimana terdapat
void yang mempengaruhi nilai kekuatan mekanik yang sangat spesifik
perbedaannya. Sedangkan faktor kekuatan interface juga mempengaruhi hasil,
karena meninjau pembuatan komposit ketika praktikum, impregnasi yang kami
lakukan sangat memungkinkan adanya serat yang berikatan secara sekunder
dengan matriks (secara tidak langsung meninmbulkan void). Jumlah void yang
lumayan banyak dan interface yang tidak baik bisa diakibatkan oleh penuangan
resin yang tidak merata dan penekanan roller yang tidak konstan mengakibatkan
masih ada udara yang terperangkap dalam komposit.
Faktor lain yang berpengaruh adalah bentuk preform dari serat gelas
dengana asumsi awal rule of mixture digunakan untuk komposit serat panjang
dan dengan arah longitudinal, kenyataannya preform tidak keseluruhan berarah
longitudinal karena clamp yang digunakan adalah maual yakni tangan dan
penarikan ujung serat gelas tidak merata hal ini juga berakibat pada hasil patahan
yang miring. Selain itu asumsi yang digunakan adalah serat dengan arah
unidirectional dan kenyatannya adalah bidirectional sehingga menimbulkan
koreksi pada kekuatan komposit sebagai berikut :
σkomposit = σpenguat Vpenguat/2 + σmatriks Vmatriks
σkomposit = 3450 MPa x 0.5/2 + 50 MPa x 0.5
σkomposit =887.5 MPa (longitudinal)
Faktor dimensi spesimen berpengaruh juga terhadap nilai kekuatan
komposit, karena dimensi ketika pemotongan sangat tidak sesuai karena cara
pemotongan yang tidak bagus sehingga ketebalan bervariasi dan lebar juga
bervariasi.
Sedangkan pada proses pembentukan komposit dengan metode
compression molding didapatkan nilai kekuatan komposit sebesar 183.34 MPa,
dan masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan literatur yaitu sebesar 1750 Mpa
namun dibandingkan dengan metode wet hand lay-up memiliki kekuatan lebih
besar karena spesimen komposit ditekan secara konstan pada tekanan 75 bar
selama 2 jam dan memungkinkan void yang dihasilkan lebih sedikit dan
meningkatkan interface antara matriks dan serat. Pada persiapan preform, resin
yang digunakan ketika praktikum mengeras terlebih dahulu akibat terlalu banyak
memberi hardener mengakibatkan impregnasi yang tidak baik. Hal ini
mengakibatkan hasil patahan yang tidak di tengah-tengah namun tetap berada
pada gauge lengthnya.
Uji tarik spesimen matriks poliester menghasilkan kekuatan 28.34 MPa.
Sedangkan pada literatur 63 MPa. Hal ini disebabkan oleh void yang ada pada
spesimen poliester diakibatkan oleh proses penuangan yang salah dan proses
pemcampuran yang kurang benar sehingga banyak terbentuk gelembung
didalamnya.
Pada uji bakar, didapatkan fraksi volume serat dan matriks pada spesimen
wet hand lay up hampir sama, yaitu 0.47 dan 0.53. Sedangkan asumsi awal kita
mengenai fraksi volume yakni 1:1. Pada spesimen compression molding, fraksi
volume serat dan matriks adalah 0.436 dan 0.564. Kekuatan tarik dapat diuji
dengan fraksi volume yang berbeda-beda supaya bisa mengetahui nilai kekuatan
yang paling besar ketika fraksi mol berapa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
1. Kekuatan tarik spesimen wet hand lay up= 127.5 MPa
Kekuatan tarik spesimen compression molding= 183.34 MPa
2. Spesimen wet hand lay up : Vserat = 0.47
Vmatriks = 0.53
Spesimen compression molding: Vserat = 0.436
Vmatriks = 0.564
5. 2. Saran
1. Alat potong yang digunakan jangan manual, baiknya yang otomatis supaya
pemotongan komposit lebih presisi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Judawisastra, Hermawan. Slide Mata Kuliah MT 3204 Material Komposit.
Rev 04. 2011. Program Studi Teknik Material. FTMD-ITB.
2. Judawisastra, Hermawan. Slide Mata Kuliah MT 3234 Material Komposit.
Micromechanics. Ver 2b. Program Studi Teknik Material. FTMD-ITB.
3. Panduan Praktikum MT 3203 Laboratorium Teknik Material 3. 2015.
4. http://www.virginia.edu/bohr/mse209/chapter17.htm (diakses pada 11
April 2015 pukul 15:30)
5. http://www.techandtalk.net (diakses pada 11 April 2015 pukul 18:00)
LAMPIRAN
Tugas Setelah Praktikum
1. Berdasarkan literatur, jelaskan perbedaan sifat fisik dan mekanik komposit
matrix termoset yang diperoleh dari metode berikut: wet hand lay up,
compression molding, dan VARI!
Pemroesasan komposit menggunakan metode wet hand lay-up
dihasilkan komposit yang memiliki void yang tidak terkontrol (tinggi)
sehingga fraksi volume void akan mempengaruhi nilai fraksi volume
matriks dan fiber.selain itu, tekanan yang diberikan ketika impregnasi juga
tidak maksimal yang berakibat pada nilai kekuatan dan kekakuan spesifik
yang rendah.
Pada pemrosesan komposit compression molding diberikan
penekanan selama durasi beberapa jam yang menghasilkan sifat mekanik
lebih baik, dimana adanya void menurun akibat penekanan yang konstan
dan sifat mekanik yang dihasilkan pun meningkat. Nilai kekuatan
komposit dan kekakuan semakin lebih tinggi dibandingkan wet hand lay-
up.
VARI sama dengan compression, mengaplikasikan tekanan namun
diberikan tambahan dilakukan pada ruang vakum sehingga memungkinkan
untuk meminimalisir tadanya void saat impregnasi matriks dan penekanan.
Sehingga VARI menghasilkan kekuatan mekanik paling tinggi.
2. Jelaskan faktor-faktor yang menentukan sifat mekanik komposit!
Telah dijelaskan di BAB II Teori Dasar.