laporan minyak ikan

Upload: nidiapus

Post on 02-Jun-2018

1.062 views

Category:

Documents


54 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    1/31

    LAPORAN PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA

    Sediaan Emulsi Oleum Iecoris Aselii 30%

    Disusun oleh:

    Nidia Puspaningrum

    P17335113050

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

    JURUSAN FARMASI

    2013/2014

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    2/31

    SEDIAAN EMULSI OLEUM IECORIS ASELII 30%

    I. TUJUAN PERCOBAAN

    Untuk menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan emulsi oleumiecoris aselii.

    II. PENDAHULUAN

    Menurut Fi IV, emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya

    terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi ada dua yaitu

    oil in water dan water in oil. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan

    pengemulsi yang disebut emulgator (emulsifying agent) atau surfaktan yang dapat

    mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan

    akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Surfaktan menstabilkan emulsi

    dengan cara menempati antar-permukaan tetesan dan fase eksternal, dan dengan

    membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga

    mengurangi tegangan permukaan antar fase sehingga meningkatkan proses

    emulsifikasi selama pencampuran.

    Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :

    1.

    Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di

    dalam emulsi, terdiri atas :

    a)

    Fase dispers/fase internal/fase diskontinu/fase terdispersi/fase

    dalam,yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di

    dalam zat cair lain.b)

    Fase eksternal/fase kontinu//fase pendispersi/fase luar, yaitu zat

    cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan

    pendukung) emulsi tersebut.

    c)

    Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk

    menstabilkan emulsi.

    2.

    Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke

    dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen

    saporis, odoris, colouris, pengawet dan antioksidan.pengawet yang sering

    digunaan dalam sediaan emulsi adalah metil-, etil-, propil-, butil-paraben,asam benzoat, dan senyawa amonium kuartener. Antioksidan yang sering

    dipakai antara lain adalah asam askorbat, tokoferol, asam sitrat, propil

    galat, dan asam galat.

    Tipe emulsi berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal

    ataupun eksternal, emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :

    1. Emulsi tipe oil in water, adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak

    yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal

    dan air sebagai fase eksternal.

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    3/31

    2. Emulsi tipe water in oil, adalah emulsi yang terdiri atas butiran air yang

    tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal dan

    minyak sebagai fase eksternal.

    Tujuan pemakaian emulsi adalah untuk mendapatkan sediaan yang stabil

    danmerata dari campuran dua cairan yang tidak dapat bercampur.emulsi untuk

    oral biasanya tipe o/w dan topikal bisa o/w atau w/o tergantung pad abanyak

    faktor misalnya sifat zatnya atau efek terapi yang dikehendaki.

    Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal empat macam teori

    yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda, ialah :

    1. Teori tegangan permukaan (surface tension)

    Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang

    disebut daya kohesi. Selain itu, molekul juga memiliki gaya tarik menarin

    antarmolekul tidak sejenis yang disebut adhesi.Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat cair

    akan terjadi perbedaan tergangan karena tidak adanya keseimbangan daya

    kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan

    tegangan permukaan (surface tension).

    Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan

    bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur. Tegangan yang

    terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas.

    Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi di bidang batas, semakin

    sulit kedua zat cair tersebut untuk bercampur. Tegangan yang terjadi padaair akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau

    senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa

    organil tertentu, antara lain sabun (sapo). Dalam teori ini dikatakan bahwa

    penambahan emulgator akan menurunkan atau menghilangkan tegangan

    yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan

    mudah bercampur.

    2. Teori orientasi bentuk baji (oriented wedge)

    Terori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya

    kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian yang bersifat

    suka air dan suka minyak. Yang disebut kelompok hidrofilik dan lipofilik.

    Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang

    disenanginya, kelompok hidrofil ke dalam air dan kelompok lipofil ke

    dalam minyak. Dengan demikian, emulgator seolah-olah menjadi tali

    pengikat antara air dan minyak. Antara kedua kelompok tersebut akan

    membuat suatu keseimbangan.

    Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak

    sama. Harga keseimbangan ini dikenal dengan istilah HLB (Hidrofil

    Lipofil Balance), yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara

    kelompok hidrofil dengan kelompok lipofil. Semakin besar HLB, berarti

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    4/31

    semakin banyak kelompok yang suka air, artinya emulgator tersebut

    semakin mudah larut dalam air dan begitupun sebaliknya.

    Cara menghitung HLB ada 3, yaitu :

    Rumus 1

    A% b=

    x100%

    B% a = (100%-A%

    Keterangan : x = harga HLB yang diminta (HLB Butuh)

    A = HLB tinggi

    B = HLB yang rendah

    Rumus 2

    (B1xHLB1)+(B2xHLB2)=(BcampuranxHLBcampuran)

    Rumus 3 (cara aligasi)

    Tween 80 Span 80

    15 4.5x

    (x-4.5) (15-x)

    3. Teori film plastik (interfacial film)

    Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air

    dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus

    partikel fase dispers atau fase internal. Dengan terbungkusnya partikel

    tersebut, usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi

    terhalang. Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untukmemberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang

    dipakai adalah :

    Dapat membentuk lapisan film yang kuaat tetapi lunak

    Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase

    dispers

    Dapat membentuk lapusanb film dengan cepat dan dapat menutup

    semua partikel dengan segera.

    4. Teori lapisan listrik rangkap

    Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung

    berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis,

    sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan

    dengan lapisan di depannya. Dengan demikian seolah0olah tiap partikel

    minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan.

    Benteng tersebut akan menolak setiap usaha partikel minyak yang akan

    mengadakan penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena

    susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai

    susunan yang sama. Dengan demikian antara sesana partikel akan tolak

    menolak, dan stabilitas emulsi akan bertambah.

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    5/31

    Bahan pengemulsi dari alam dapat dibagi mejadi 3 golongan yaitu :

    Emulgator dari tumbuhan, umumnya emulgator tipe o/w. Contoh

    emulgator yang termasuk jenis ini adalah gom arab, tragakan, agar-

    agar, chondrus, pektin, CMC.

    Emulgator hewani, contohnya kuning telur dan adeps lanae.

    Emulgator dari mineral, contohnya veegum, bentonit.

    Emulgator sintettis contohnya adalah sabun, tween, span.

    Emulgator juga dapat dibagi menjadi anionik, kationik, nonionik dan amfoter.

    Pada pembuatan sediaan kali ini kelompok kami menggunakan kombinasi

    tween 80 dan span 80.

    Cara pembuatan emulsi ada 3, yaitu metode inggris, kontinental dan shaking.

    Untuk membedakan tipe emulsi dapat menggunakan 4 cara yaitu pengenceran

    fase, pewarnaan, dengan kertas saring atau dengan konduktivitas listrik.

    Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal berikut:

    Creaming, yaitu tepisahnya emulsi menjadi 2 lapisan. Creaming

    bersifat reversibel

    Koalesensi dan breaking adalah pecahnya emulsi karena film yang

    meliputi partikel rusan dan butir minyak berkoalsensi / menyatu

    menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat ireversibel.

    Inversi fasa adalah berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o atau

    sebaliknya. Sifatnya ireversibel.

    (ILMU RESEP, hal 118-134)

    Minyak ikan adalah minyak lemak yang diperoleh dari hati segar Gadus. dan

    spesies Gadus lainnya, dimurnikan dengan penyaringan pada suhu 0oC.

    Potensi vitamin A tidak kurang dari 600 UI per g, potensi vitamin D tidak

    kurang dari 80 UI per g.

    (FI III, hal 457)

    Pada minyak ikan terkandung vitamin A dan vitamin D. Vitamin A dan D

    merupakan vitamin larut lemak yang memiliki aktivitas mirip hormon.

    Vitamin A dalam dosis kecil tidak menimbulkan efek farmakodinamik yang

    berarti namun pada dosis besar menimbulkan keracunan.vitamin A dalam

    bentuk 11-cis-retinal diperlukan untuk regenerasi pigmen retina mata dalam

    proses adaptasi gelap.

    Mekanisme kerja vitamin A pada fibroblas atau jaringan epitel terisolasi,

    retinoid dapat meningkatkan sintesis beberapa jenis protein seperti fibronektindan mengurangi sintetis protein lainnya seperti kolagenase dan keratin. Hal ini

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    6/31

    disebabkan karena adanya perubahantranskripsi pada inti, dan asam retinoat

    lebih kuat dalam menyebabkan perubahan tersebut. Asam retinoat

    mempengaruhi ekspresi gen dengan bergabung dengan reseptor pada inti sel.

    Retinoid dapat mempengaruhi ekspresi reseptor hormon dan faktor

    pertumbuhan, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan, diferensiasi, dan

    fungsi sel target.

    Selain fungsi-fungsi diatas vitamin A juga diperlukan untuk pertumbuhan

    tulang, alat reproduksi dan perkembangan embrio. Hambatan reproduksi pada

    defisiensi vit A mungkin disebabkan oleh peran vit A pada interkonversi

    steroid. Asam retinoat mempercepat pertumbuhan, diferensiasi serta

    mempertahankan epitel jaringan. Akan tetapi retinoat tidak memperbaiki

    fungsi penglihatan atau reproduksi. Pada hewan percobaan yang kekurangan

    vit A, sintesis RNA inti berkurang dan dapat distimulasi oleh retinol atau asam

    retinoat. Retinol dapat mengatur sintesis protein termasuk keratin.

    Vitamin A juga diduga memiliki efek antikanker, mekanismenya belum jelas,

    tetapi diduga karena vit A menginduksi diferensiasi sel maligna menjadi sel

    normal, dan berperan dalam pembentukan sel glikoprotein dan glikolipid

    permukaan sel yang penting untuk keutuhan sel, sehingga dapat menekan

    terjadinya keganasan. Dari beberapa studi epidemiologi didapatkan hubungan

    terbalik antara asupan vit A pada makanan dan morbiditas dan mortalitas

    kanker, sedangkan korelasi denganasupan retinol sendiri tidak konsisten.

    Demikian pula studi epidemiologik lainnya juga menunjukkan adanyahubungan antara meningkatnya resiko kanker dengan asupan buah, sayuran

    dan karetinoid yang rendah.

    Vitamin A diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vit A.

    Untuk pencegahan tambahan vit A dapat dianjurkan untuk kebutuhan

    meningkat misalnya pada bayi. Akan tetapi retinol sejumlah 20000 UI/ hari

    selama 1 atau 2 bulan pada bayi atau anak anak sehay dengan makanan yang

    baik mungkinakan meningkatkan gejala keracunan. Pada masa kehamilan dan

    laktasi dianjurkan untuk meningkatkan asupan vit A, meskipun hal ini juga

    tergantung pada jenis makanan yang dimakan.

    Vitamin A digunakan untuk pengobatan penyakit kulit seperti akne, psoriasis

    dan ikliosis. Akan tetapi, dewasa ini lebih banyak digantikan oleh retinoid

    lain.

    Vitamin D berperan dalam homeostasis kalsium. Vitamin D disebut mirip

    dengan hormon karena karakteristiknya yang mirip yaitu disintesis di kulit dan

    pada keadaan ideal mungkin tidak dibutuhkan dalam makanan, mengalami

    transportasi melalui darah menuju organ yang jauh untuk diaktivasi oleh

    enzim. Bentuk aktifnya mengikat reseptor spesifik pada jaringan target yangpada akhirnya meningkatkan kadar Ca2+ plasma. Reseptor berbentuk aktif vit

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    7/31

    D ternyata didapatkan pada banyak sel yaitu hematopoietik, epidermis,

    pankreas, otot dan saraf yang memperantaraio kerja vit D yang tidak

    berhubungan dengan homeostasis Ca2+ . vit D berperan dalam penyembuhan

    berbagai penyakit yaitu diantaranya rakhitis, tetani infantil, hipoparatiroidisme

    dan profilaksis.

    (FARMAKOLOGI DAN TERAPI, hal 779-785)

    Dosis lazim :

    Anak diatas 5 tahun 3 kali sehari dua sendok (5 ml)

    Anak dibawah 5 tahun 3 kali sehari satu sendok takar (5 ml)

    (OOP, hal 849)

    Pada pembuatan sediaan, jumlah minyak ikan adalah 30 % sehingga harusdikonversikan lagi dengan rumus :

    Pemilihan kombinasi emulgator tween dan span ditujukan untuk mendapat

    sediaan emulsi yang baik dan stabil. Kami juga menggunakan antioksidan agar

    minyak ikan tidak cepat teroksidasi karena minyak ikan mudah teroksidasi

    sehingga menimbulkan bau tengik. Essence orange dipilih agar menutupi bau

    minyak ikan yang kurang enak. Dipakai juga preservative untuk menekantingkat pertumbuhan mikroba karena zat aktif berasal dari alam dan mudah

    sekali ditumbuhi jamur.

    III. FORMULASI

    1.

    Bahan aktif

    Zat Aktif Oleum Iecoris Aselii

    Struktur -

    Rumus

    molekul

    -

    Titik lebur -

    Pemerian Cairan, kuning pucat, bau khas, agak manis, tidak tengik, rasa

    khas.

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    8/31

    (FI III, hal 457)

    Kelarutan Sukar larut dalam etanol 95%, mudah larut dalam eter,

    kloroform, dan eter minyak tanah. Tidak larut dalam air.

    (FI III, hal 457)

    Stabilitas Mudah teroksidasi oleh udara dan cahaya

    (British Pharmacopoeia, p.11)

    Inkompabilitas -

    Keterangan

    lain

    Sebagai zat aktif.

    Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, terisi penuh dan terlindung dari

    cahaya.

    (FI III, hal 457)

    Kadar

    penggunaan

    Digunakan sebanyak 30% pada sediaan emulsi kali ini.

    2. Tween 80 (Polisorbat 80)

    Zat Tween 80 (Polisorbat 80)

    Sinonim Atlas E; Armotan PMO 20; Capmul POE-O; Cremophor PS

    80; Crillet 4; Crillet 50; Drewmulse POE-SMO; Drewpone

    80K; Durfax 80;

    Durfax 80K; E433; Emrite 6120; Eumulgin SMO; Glycosperse

    O-20; Hodag PSMO-20; Liposorb O-20; Liposorb O-20K;Montanox

    80; polyoxyethylene 20 oleate; polysorbatum 80; Protasorb O-

    20; Ritabate 80; (Z)-sorbitan mono-9-octadecenoate

    poly(oxy1,2-

    ethanediyl) derivatives; Tego SMO 80; Tego SMO 80V;

    Tween 80.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed 6th 2009, hal

    550)

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    9/31

    Struktur

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.549)

    Rumus

    molekul

    C64H124O26

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients ed 6th 2009, hal 549)

    Titik lebur -

    Pemerian Rasanya pahit. Memiliki karakter pada bau dan panasnya.pada

    suhu 25

    o

    C warnanya cairan minyak kuning. Walaupunwarnanya dapat berbeda dari produk satu dan lainnya.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.550)

    Kelarutan Larut di etanol dan air, dan tidak larut di minyak mineral dan

    minyak sayur.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed 2009, p.551)

    Stabilitas Stabil di elektrolit, asam lemah dan basa. Terjadi saponifikasi

    dengan asam kuat dan lemah. Sensitif pada oksidasi.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.551)

    Inkompabilitas Berubah warna ketika dicampur dengan fenol, tanin dan tar.

    Fungsi sebagai antimicrobial berkurang ketika ditambah

    polisorbat.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed 2009, p.551)

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    10/31

    Keterangan

    lain

    Penyimpanan Disimpan di tempat tertutup rapat, sejuk, terlindung dari

    cahaya dan kering.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed 2009, p.551)

    Kadar

    penggunaan

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.550)

    3. Sorbitan Monooleat (span 80)

    Zat Sorbitan Monooleat (span 80)

    Sinonim Ablunol S-80; Arlacel 80; Armotan MO; Capmul O; Crill 4;

    Crill 50; Dehymuls SMO; Drewmulse SMO; Drewsorb 80K;

    E494;

    GlycomulO; Hodag SMO; Lamesorb SMO; LiposorbO;

    Montane 80; Nikkol SO-10; Nissan Nonion OP-80R; Norfox

    Sorbo

    S-80; Polycon S80 K; Proto-sorb SMO; Protachem SMO; S-

    Maz 80K; Sorbester P17; Sorbirol O; sorbitan oleate; sorbitani

    oleas; Sorgen 40; Sorgon S-40-H; Span 80; Tego SMO.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.676)

    Struktur

    (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed 2009, p.675)

    Rumus C24H44O6

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    11/31

    molekul (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed 2009, p.675)

    Titik lebur Tidak ada titik lebur.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.678)

    Pemerian Krim berwarna kuning sawo. Kental.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.676)

    Kelarutan Larut atau terdispersi dalam minyak. Larut dalam pelarut

    organik, di air larut.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed 2009, p.676)

    Stabilitas Terjadi penyabunan ketika disatukan dengan asam kuat atau

    basa. Stabil di asam lemah atau basa.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed 2009, p.677)

    Inkompabilitas Kompatibel dengan semua zat.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients th ed 2009, p.677)

    Keterangan

    lain

    Digunakan sebagai emulsifying agent.

    Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat, sejuk dan kering.

    (Handbook of Pharmaceutica Excipients 6th ed 2009, p.677)

    Kadar

    penggunaan

    4.

    Propilenglikol

    Zat Propilen Glikol

    Sinonim 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl

    ethylene

    glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol; propylenglycolum.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.592)

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    12/31

    Struktur

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.592)

    Rumus

    molekul

    C3H8O2

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.592)

    Titik lebur -59oC

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.592)

    Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau, rasa agak

    manis, higroskopik.

    (FI III, p.534)

    Kelarutan Dapat dicampur dengan air, etanol 95% dan dengan kloroform,

    larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat dicampur dengan eter

    minyaktanah dan dengan minyak lemak).

    (FI III, p.534)

    Stabilitas Dalam suhu sejuk dan wadah tertutup rapat propilen glikol

    stabil, namun dalam suhu tinggi dan wadah terbuka maka PPG

    bisa teroksidasi. PPG juga stabil ketika dicampur dengan etanol

    95% atau air.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.592)

    Inkompabilitas Inkompatibel dengan reagen oksidasi seperti kalium

    permanganat.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.593)

    Keterangan

    lain

    PPG berfungsi sebagai antimicrobial preservative pada sediaan

    ini.

    Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, sejuk dan

    kering.

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    13/31

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.593)

    Kadar

    penggunaan

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.592)

    Pada pembuatan kali ini kami menggunakan PPG sebanyak

    10%.

    5. Natrium Metabisulfit

    Zat Natrium Metabisulfit

    Sinonim Disodium disulfite; disodium pyrosulfite; disulfurous acid,

    disodium

    salt; E223; natrii disulfis; natrii metabisulfis; sodium acid

    sulfite

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.654)

    Struktur

    Rumus

    molekul

    Na2S2O5

    Titik lebur Kurang dari 150C

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.654)

    Pemerian Hablur atau serbuk yang berbentuk hablur tidak berwarna,yang

    berbentuk serbuk atau kuning gading; bau belerang; rasa asam

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    14/31

    dan asin.

    (FI III, p.419)

    Kelarutan Larut dalam 2 bagian air, sukar larut dalam etanol 95%

    (FI III, p. 419)

    Stabilitas Pada paparan udara dan kelembaban, natrium metabisulfit

    secara perlahan teroksidasi menjadi natrium sulfat dengan

    disintegrasi kristal. Penambahan asam kuat padat

    membebaskan sulfur dioksida. Dalam air, natrium metabisulfit

    segera dikonversi ke sodium dan bisulfit

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.654)

    Inkompabilitas Bereaksi dengan obat simpatomimetik dan obat lain turunan

    alcohol dan parahidroksil benzyl dan tidak kompatibel dengan

    klorampenikol

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.654)

    Keterangan

    lain

    Digunakan sebagai antioksidan

    Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik

    (FI III, p.419)

    Kadar

    penggunaan

    0,1%

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.654)

    6. Natrium sakarin

    Zat Natrium Sakarin

    Sinonim 1,2-Benzisothiazolin-3-one 1,1-dioxide, sodium salt;

    Crystallose;

    E954; gendorf 450; saccharinum natricum; sodium o-

    benzosulfimide;

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    15/31

    soluble gluside; soluble saccharin; sucaryl sodium.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.608)

    Struktur

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.608)

    Rumusmolekul

    C7H4NNaO3S 205.16C7H4NNaO3S_1=2H2O (84%) 217.24

    C7H4NNaO3S_2H2O (76%) 241.19

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.608)

    Titik lebur Terdekomposisi ketika pemanasan.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.608)

    Pemerian Warna putih, tidak berbau, serbuk kristal. Rasanya manis, rasa

    pahit jika digunakan berlebihan.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.608)

    Kelarutan

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed2009, p.609)

    Stabilitas Stabill dibawah kondisi normal. Pada suhu 125oC dan pH

    dibawah 2 terjadi dekomposisi.

    (Handbok of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.609)

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    16/31

    Inkompabilitas Tidak mengalami maillard browning.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.609)

    Keterangan

    lain

    Digunakan sebagai pemanis

    Penyimpanan Disimpan di wadah tertutup rapat dan kering.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.609)

    Kadar

    penggunaan

    Dalam sediaan ini digunakan 0,1% natrium sakarin.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.608)

    7 Metil paraben

    Zat Metil paraben

    Sinonim Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid

    methyl

    ester; metagin; Methyl Chemosept; methylis

    parahydroxybenzoas;

    methyl p-hydroxybenzoate; Methyl Parasept; Nipagin M;

    Solbrol

    M; Tegosept M; Uniphen P-23.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.441)

    Struktur

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.441)

    Rumus C8H8O3

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    17/31

    molekul (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.441)

    Titik lebur 125-128oC

    (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed 2009, p.443)

    Pemerian Serbuk tidak berwarna dan tidak berbau. Tidak berbau dan

    akan ada rasa terbakar ketika dicicipi.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.442)

    Kelarutan

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.443)

    Stabilitas Stabil pada pH 3-6.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.443)

    Inkompabilitas Dapat menurunkan efektifitas surfaktan. Berubah warna ketika

    dicampur zat yang mengandung besi.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.443)

    Keterangan

    lain

    Digunakan sebagai preservative.

    Penyimpanan Disimpan dalam suhu ruangan.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.443)

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    18/31

    Kadar

    penggunaan

    Pada pembuatan sediaan ini digunakan metilparaben sebanyak

    0,1%

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.442)

    8. Propil paraben

    Zat Propil paraben

    Sinonim Aseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid propyl

    ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propyl Aseptoform;

    propyl

    butex; Propyl Chemosept; propylis parahydroxybenzoas;

    propyl phydroxybenzoate;

    Propyl Parasept; Solbrol P; Tegosept P; Uniphen P-23.(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.596)

    Struktur

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.596)

    Rumus

    molekul

    C10H12O3

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.596)

    Titik lebur 96-99oC

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.596)

    Pemerian Serbuk putih, kristal tidak berwarna tidak berbau dan tidak

    berasa.

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    19/31

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.506)

    Kelarutan

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.597)

    Stabilitas Stabil pada pH 3-6.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.597)

    Inkompabilitas Dapat menurunkan efektifitas surfaktan. Berubah warna ketika

    dicampur zat yang mengandung besi.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.597)

    Keterangan

    lain

    Digunakan sebagai preservative.

    Penyimpanan Disimpan dalam suhu ruangan.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.597)

    Kadar

    penggunaan

    Pada pembuatan sediaan ini digunakan metilparaben sebanyak

    0,02%

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.596)

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    20/31

    9. Aquadestilata

    Zat Aqua destilata

    Sinonim Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.766)

    Struktur H---O---H

    Rumus

    molekul

    H2O

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.766)

    Titik lebur 0o C

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.766)

    Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berrasa.

    (FI III, p.96)

    Kelarutan Larut dengan pelarut yang paling polar

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.766)

    Stabilitas Secara struktur kimia, air stabil di segala kondisi.

    Penyimpanan air juga harus di tempat yang cocok agar

    menghindari kontaminasi zat lain.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.766)

    Inkompabilitas Di dalam formulasi obat-obatan air dapat bereaksi dengan

    seluruh obat dan bahan tambahan. Air paling bereaksi dengan

    logam alkali dan lebih bereaksi lagi dengan logam alkalin. Air

    juga bereaksi dengan garam anhidrat, zat organik, dan kalsium

    carbide.

    (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed 2009, p.766)

    Keterangan

    lain

    Sebagai pembawa&pengencer.

    Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

    (FI III, p.96)

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    21/31

    Kadar

    penggunaan

    -

    IV.

    PERMASALAHAN FARMASETIK DAN PENYELESAIAN

    No. Permasalahan Penyelesaian

    1 Oleum iecoris aselii tidak bisa

    bersatu dengan air dan tidak stabil

    bila dicampur air

    Ditambahkan emulsifying agent,

    kombinasi surfaktan (tween dan

    span) untuk menstabilkan zat

    aktif. Dan agar fase air dan fase

    minyak bersatu. Tween pada fasa

    air dan span fasa minyak.

    2 Oleum iecoris aselii mudah

    teroksidasi udara.

    Ditambahkan antioksidan natrium

    metabisulfit.

    3 Oleum iecoris aselii memiliki bau

    yang tidak sedap.

    Ditambahkan essence orange

    untuk memberi bau yang agak

    sedap pada sediaan.

    4 Oleum iecoris aselii tidak berasa. Diberi natrium sakarin sebagai

    pemanis

    5 Dibuat untuk multiple dose Dipakai metil propil paraben dan

    ppg sebagai preservative untuk

    mencegah pertumbuhan mikroba.

    6 HLB oleum iecoris aselii tidak

    diketahui

    Dilakukan optimasi untuk

    menentukan HLB yang

    menghasilkan sediaan yang bagus.

    V. PENDEKATAN FORMULA

    No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    22/31

    1 Oleum Iecoris Aselii 30% Zat aktif

    2 Polisorbat 80 (tween) 3,7 % Emulsifying agent

    3 Sorbitan monooleat (span) 6,3% Emulsifying agent

    4 Natrium metabisulfit 0,1% Antioksidan5 Propilen glikol 10% Pengental&pengawet

    6 Natrium sakarin 0,1% Pemanis

    7 Metil paraben 0,1% Pengawet

    8 Propil paraben 0,02% Pengawet

    9 Essence orange q.s Pewarna&perasa

    10 Aquadest Ad 100% Pembawa

    VI. PENIMBANGAN

    Penimbangan

    Dibuat sediaan 8 botol (@ 60 ml) = 500 ml

    No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang

    1 Oleum Iecoris Aselii 150 g

    2 Polisorbat 80(tween) 18.5 g

    3 Sorbitan monooleat (span) 31.5 g

    4 Natrium metabisulfit 0,5 g

    5 Propilen glikol 50 g

    6 Natrium sakarin 0,5 g

    7 Metil paraben 0.5 g

    8 Propil paraben 0,1 g

    9 Essence orange q.s

    10 aquadest Ad 500 ml

    VII. PROSEDUR PEMBUATAN

    1.

    Penaraan botol

    1) Dimasukan air sebanyak 61.8 ml pada gelas ukur, dituangkan air tersebut

    kedalam botol

    2) Ditandai batas kalibrasi, air yang ada dalam botol dibuang dan botol dibilas

    kemudian dikeringkan, botol siap digunakan

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    23/31

    2. Penaraan beaker glass

    1) Dimasukan air sebanyak 500 ml pada gelas ukur, dituangkan air tersebut pada

    beacker glass.

    2) Ditandai kalibrasi, air yang ada dalam beacker glass dibuang, kemudian

    dibilas dan dikeringkan. Beacker glass siap digunaan.

    3.

    Pembuatan emulsi Oleum Iecoris Aselli (optimasi 30 ml)

    1) Optimasi dengan HLB Oleum Iecoris Aselli

    a. Disiapkan alat dan bahan

    b. Ditimbang masing-masing bahan

    c. dimasukkan fasa minyak (oleum iecoris aselii dan span) ke dalam cawan.

    d. Dipanaskan fasa minyak sampai 60-70 oC.

    e.

    Dimasukkan lagi fasa air ( tween) ke dalam cawan.

    f. Dipanaskan fasa air sampai 60-70oC.

    g. Ketika sudah mencapai suhu 60-70oC fasa air dan fasa minyak dimasukkan

    ke beaker glass dan diaduk. Ditunggu 10 menit untuk melihat sedimentasi.

    h. Ketika sudah dilakukan optimasi beberapa kali ditemukan HLB butuh

    yang sesuai yaitu 8,3.

    2)

    Pembuatan sediaan 500 ml

    a.

    Disiapkan alat dan bahan

    b. Ditimbang bahan-bahan :

    -

    Oleum Iecoris Aselii 150 g

    - Polisorbat 80(tween) 18.5 g

    - Sorbitan monooleat (span) 31.5 g

    -

    Natrium metabisulfit 0,5 g

    - Propilen glikol 50 g

    -

    Natrium sakarin 0,5 g

    -

    Metil paraben 0.5 g

    - Propil paraben 0,1 g

    c. Diencerkan natrium metabisulfit dengan beberapa ml air hingga larut.

    Diencerkan propilen glikol dengan air 50 ml. Dilarutkan natrium sakarin,

    metil paraben, propil paraben dengan beberapa ml air hingga larut.

    d. Dimasukkan semua bahan yang sudah dilarutkan diatas ke dalam tween

    lalu dipanaskan hingga 60-70o

    C dan terbentuk fasa air.

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    24/31

    e. Dimasukkan oleum iecoris aselii ke dalam span lalu dipanaskan hingga 60-

    70oC dan terbentuk fasa minyak.

    f.

    Setelah mencapai 60-70oC campurkan fasa air dan fasa minyak, lalu aduk

    memakai homogenizer ad homogen.

    g. Setelah tercampur semua masukkan essence orange beberapa tetes hingga

    terlihat warna yang diinginkan.

    h. Masukkan ke dalam botol masing-masing 60 ml.

    VIII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

    No Jenis

    evaluasi

    Prinsip evaluasi Jumlah

    sampel

    Hasil

    pengamatan

    Syarat

    1

    Uji

    Organoleptik

    Mengamati bau, warna

    dan rasa sediaan3 botol

    Rasa :

    3 botol

    dalam rasa

    yang baik.

    Bau :

    3 botol

    dalam bauyang tidak

    enak

    Rasanya

    enak,

    baunya

    sedap dan

    warnanya

    sesuai.

    2Uji pH

    Menguji keseragaman

    pH antar sediaan

    menggunakan pH meter

    3 botol

    Botol 1 :

    pH=5

    Botol 2 :

    pH=5

    Botol 3:

    pH=5.

    LOLOS UJI

    Sediaan

    memiliki

    pH yang

    seragam

    satu sama

    lain.

    3Uji viskositas

    Menguji kekentalan

    sediaan menggunakan

    kelereng dan gelas

    ukur. Lalu dihitung

    waktu kelereng

    menyentuh dasar gelas

    3 botol

    Botol 1:

    01.21 detik

    Botol 2:

    01.12 detik

    Botol3:

    01.35 detik

    Kekentalan

    sediaan

    tidak boleh

    terlalu

    kental atau

    terlalu

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    25/31

    ukur. encer agar

    mudah

    dikocok

    dan

    dituang

    4.

    Menghitung

    BJ

    Bobot jenis suatu zat

    adalah hasil yang

    diperoleh dengan

    membagi bobot zat

    dengan bobot air, dalam

    piknometer

    3 botol

    Botol 1:

    Wo: 20.57

    WI: 10.80

    Bj sampel:

    Wo-WI/10=

    20.57-10.80

    /10= 0.982

    Botol 2:

    Wo: 20.58

    WI: 10.80

    Bj sampel:

    Wo-WI/10=

    20.58-

    10.8/10=

    0.98

    Botol 3:

    Wo: 20.56

    WI: 10.80

    Bj sampel:

    Wo-WI/10=

    20.56-10.80

    /10= 0.98

    Penetapan

    BJ

    dilakukan

    di suhu dan

    volume

    yang sama.

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    26/31

    5

    Uji Volume

    terpindahkan

    Botol berisi sediaan

    ditimbang, lalu isinya

    dikeluarkan, dicuci lalu

    dikeringkan. Botol

    kosong yang kering

    ditimbang lagi.

    3 botol

    Botol-1:

    Wo:179.075

    gram

    WI:

    118.21

    gram

    Rata-rata:

    60.865 gram

    Volume:

    masa/BJ=

    60.865/0.98

    =62.11 gram

    Botol-2:

    Wo: 155.397

    gram

    WI: 98.8

    gram

    Rata-rata:

    56.597 gram

    Volume

    masa/BJ=

    56.597/0.98

    = 57.75

    gram

    Botol-3:

    Wo: 165.593

    gram

    WI: 107.48

    gram

    Rata-rata:

    58.113 gram

    Volume:

    masa/BJ=

    Volume

    rata-rata

    sediaan

    tidak yang

    diperoleh

    dari 3

    wadah tidak

    kurang dari

    100%, dan

    tidak

    satupun

    volume

    wadah yang

    kurang dari

    95 % dari

    volume

    yang

    dinyatakan

    dalam etiket

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    27/31

    58.113/0.98

    = 59.30

    gram

    6

    Uji tipe

    emulsi

    Memasukkan 5 ml air

    dan 5 ml sediaan, lalu

    dikocok, jika sediaan

    bersatu maka tipenya

    o/w.

    1 botol Tipe o/w

    Harus

    merata

    karena

    kelompok

    kami

    membuat

    tipe o/w.

    Jika tidak

    merata

    telah

    terjadi

    inversi

    fasa.

    7

    Uji tinggi

    sedimentasi

    Mengukur tinggi

    endapan sediaan dalam

    gelas ukur 100 ml

    10 menit:-20 menit:-

    30 menit: -

    60 menit:-

    120 menit:-

    1 hari:4.7 cm

    2 hari:6.3 cm

    3 hari: 6 cm

    Semakin

    tidak ada

    sedimen

    maka

    semakin

    bagus

    sediaan.

    IX. PEMBAHASAN

    Pada pembuatan sediaan kali ini kami diberi zat aktif Oleum Iecoris Aselii 30%.

    Dibuat sediaan emulsi karena Oleum Iecoris Aselii tidak bisa bersatu dengan air.

    Sebagai emulsifying agent digunakan tween dan span. kombinasi tween dan span

    itu bagus, karena tween bersifat hidrofil dan span bersifat lipofil. Sehingga

    minyak dan air dapat bersatu menggunakan kombinasi 2 surfaktan ini.

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    28/31

    Selain menggunakan emulsifying agent juga menggunakan anti oksidan natrium

    metabisulfit, menggunakan antioksidan na metabisulfit karena sifat Oleum Iecoris

    Aselii mudah teroksidasi oleh udara sehingga akan berbau tengik.

    Ditambahkan juga propil dan metil paraben untuk preservative. Karena sediaan

    dibuat untuk multiple dose.

    Ditambahkan natrium sakarin juga untuk memberi rasa manis pada sediaan,

    karena minyak ikan tidak berasa dan sediaan ditujukan untuk anak-anak. Esence

    orange juga diberikan untuk memberi warna yang menarik dan aroma yang sedap

    agar menarik bagi anak-anak.

    Bila menggunakan Span dan Tween kita membutuhkan HLB (Hidrofil Lipofil

    Balance) untuk menentukan berapa bagian tween dan berapa bagian span.

    Sementara, setelah dicari di berbagai sumber tidak ada yang mencantumkan HLB

    minyak ikan, sehingga kami harus mengoptimasi HLB minyak ikan.

    Pada awalnya kami melakukan HLB 8 namun ternyata setelah didiamkan selama

    10 menit terjadi koalesensi, begitupun yang terjadi pada HLB 9 dan 10.

    Akhirnya pembimbing menyarankan untuk membuat HLB 8,5, setelah

    menggunakan HLB 8,5 sediaan bagus dan tidak terjadi ketidakstabilan apapun.

    Namun kami tetap mengoptimasi pada 8.3 dan 8.7, ternyata lebih bagus yang 8.3

    Berikut perhitungan bagian tween dan span :

    Tween : 15 4 = 4/10,7*50 g=18,6 g

    8.3

    Span : 4,3 6,7 = 6,7/10,7*50 g= 31,4 g

    jadi, tween yang kita butuhkan adalah 18,6 gram dan span yang dibutuhkan 31,4

    gram berdasarkan perhitungan diatas.

    dengan menggunakan HLB 8,3 sediaan membutuhkan waktu lama untuk

    pemisahan antara fasa minyak dan fasa air, dan pemisahannya tidak terlalu

    signifikan.

    Pada saat evaluasi dilakukan 7 buah uji.

    Pertama, uji organoleptik, ketika uji organoleptik yang diperiksa adalah bau, rasa

    dan warna. Bau sedian Oleum iecoris aselii ini tidak terlalu sedap dan rasanya

    juga tidak enak, namun warna atau penampilan sediaan kami bagus dan pas.

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    29/31

    Kedua, uji keseragaman pH, ketiga botol yang diuji keseragaman pH memiliki pH

    5, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa sediaan kami bersifat asam dan sediaan

    kami lolos uji pH.

    Ketiga, uji viskositas, kekentalan suatu sediaan emulsi tidak boleh terlalu kental

    atau terlalu encer, agar mudah diredispersi kembali dan mudah dituang.

    Tabel berikut menunjukkan perbandingan viskositas kelompok kami dengan

    kelompok lain

    Kelompok BJ Waktu bola

    jatuh

    Viskositas

    terhadap PG

    Viskositas

    terhadap sorbitol

    1 1,0131 g/ml 3,07 s 29,303 cp 18,379 cp

    2 0,977 g/ml 1,235 s 11,74 cp 7,36 cp

    3 0,9706 g/ml 1,125 s 10,69 cp 6,705 cp

    4 1,039 g/ml 42,23 s 8,37 cp 0,32 cp

    5 1,075 g/ml 20,14 s 17,56 cp 0,68 cp

    6 1,069 g/ml 9,713 s 36,41 cp 1,42 cp

    7 1,033 g/ml 1,93 s 18,42 cp 11,55 cp

    tabel tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus :

    keempat, menghitung BJ sediaan, menghitung BJ sediaan dilakukan menggunakan

    piknometer. Piknometer diisi air sampai tidak ada oksigen yang tersisa di dalam

    piknometer, lalu ditimbang, sebelumnya pinometer yang kosong ditimbang

    terlebih dahulu. Dilakukan seperti itu sebanyak 3x.

    Kemudian masukkan sediaan ke dalam pikno, timbang dan lakukan juga 3x.

    Dari data yang diperoleh bisa dihitung BJ rata-rata, BJ rata-rata kelompok kami

    adalah 0,977 g/ml. BJ juga berperan dalam penghitungan viskositas.

    Kelima, uji volume terpindahkan, dilakukan dengan menimbang botol yang beriis

    sediaan, lalu sediaanya dipindahkan, botol dikeringkan lalu ditimbang lagi.

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    30/31

    Diulangi seperti itu sebanyak 3x. Ternyata ketiga botol tidak lolos uji karena

    kurang dari 60 ml. Hal ini bisa saja terjadi karena pada saat penyimpanan ada

    volume yang hilang.

    Yang keenam, yaitu uji tipe emulsi, kelompok kami membuat tipe emulsi o/w

    karena sifat minyak ikan yang tidak kuat terpapar cahaya, sehingga harus

    dimasukkan ke fasa air, setelah dilakukan uji tipe emulsi menggunakan metilen

    blue warna merata hal ini membuktikan bahwa memang tidak terjadi inversi fasa

    di dalam sediaan kami. Kemudian dilakukan lagi pengujian dengan

    mencampurkan 5 ml air dan 5 ml sediaan lalu diaduk, tidak ada pemisahan antara

    minyak dan air, hal ini juga membuktikan bahwa sediaan kami tipenya o/w.

    Yang ketujuh, ada uji sedimentasi yang dilakukan beberapa hari, di hari terakhir

    sedimentasi kelompok kami adalah 6 cm.

    X. KESIMPULAN

    Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.

    No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan

    1 Oleum Iecoris Aselii 30% Zat aktif

    2 Polisorbat 80 (tween) 3,7 % Emulsifying agent

    3 Sorbitan monooleat (span) 6,3% Emulsifying agent

    4 Natrium metabisulfit 0,1% Antioksidan

    5 Propilen glikol 10% Pengental&pengawet

    6 Natrium sakarin 0,1% Pemanis

    7 Metil paraben 0,1% Pengawet

    8 Propil paraben 0,02% Pengawet

    9 Essence orange q.s Pewarna&perasa

    10 Aquadest Ad 100% Pembawa

  • 8/10/2019 Laporan Minyak Ikan

    31/31

    XI. DAFTAR PUSTAKA

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III.

    Jakarta.

    Rowe, Raymond C.2009.Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed. London:pharmaceutical Press.

    Anonim. 2009.British pharmacopoeia volume I & II. London: council of Europe.

    Theodorus. 1987.Penunutun Praktis Peresepan Obat. Jakarta: EGC.

    Syamsuni, H. A. 2005, Ilmu Resep.Jakarta: EGC.

    Nafrialdi ; Setiawati, A. 2007.Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen

    Farmakologi dan Teurapetik Fakultas Kedokteran UI.

    Tjay,H.T dan Rahardja, Kirana. 2003. Obat-obat penting. Jakarta: elex Media

    Komputindo.

    -