laporan genetika dan pemuliaan ikan

50
Laporan Genetika dan Pemuliaan ikan LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA DAN PEMULIAAN IKAN DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

Upload: robi-williamsyah

Post on 24-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

genetika

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

Laporan Genetika dan Pemuliaan ikan

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA DAN PEMULIAAN IKAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

 

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

Page 2: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

LAPORAN PRAKTIKUMGENETIKA DAN PEMULIAAN IKAN

Disusun Oleh :            Ajrun Chabib M.                                                Rizaldy kahmad kurniawan            Dwiyana Saputra                                              Aditya Raindy Anshor            Tegar Widya                                                      Adityo Kusuma Putra

Widya Putra Gahara                                         Wike ApriliA            Agustin ike                                                         Dimas Norma Futura            M Anas Rifai                                                      Miftahul Jannah            Agung Setia Abadi                                                      

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2012

1.    PENDAHULUAN

Latar Belakang

Page 3: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

     Ikan-ikan marga Clarias ini dikenali tubuhnya yang licin memanjang tak

bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang

terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang

pendek. Kepalanya keras menulang dibagian atas dengan mata yang kecil dan

mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang

sungut peraba (barbells) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap.

Lele juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa modifikasi dan busur

insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam pada sirp-sirip

dadanya (Alamendah, 2012).

     Untuk mendekatkan kemvali mutu benih lele dumbo swaat ini kepada mutu

asalnya, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan pada proses produksi ikan lele

dumbo. Perbaikan mutu ikan lele dumbo dapat dilakukan dengan beberapa

strategi, antara lain dengan cara seleksi, hibridisasi, silang balik, ginogenesis

maupun transgenik (Rustidja, 1999 dalam Sunarma, 2004 ).

1.2 Maksud dan Tujuan

    Maksud diadakannya praktikum Genetika ini adalah agar praktikan

mengetahui bagaimana prosedur rekayasa genetika pada telur ikan lele dumbo

(Clarias gariepinnus).

     Tujuan diadakannya praktikum Genetika ini adalah agar praktikan dapat

mempraktekan cara rekayasa genetika pada telur ikan lele dumbo (Clarias

gariepinnus).

1.3  Kegunaan

     Kegunaan dalam melakukan praktikum Genetika ini adalah agar

praktikan dapat mempraktekkan sendiri bagaimana cara-cara dan prosedur

rekayasa genetika pada telur ikan lele dumbo (Claria gariepinnus) agar

dapat memperoleh larva betina semua memalui proses gynogenesis.

Page 4: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

1.4  Waktu dan Tempat

      Praktikum Genetika ini dilaksanakan pada hari Selasa hingga hari Rabu

tanggal 29 Mei 2012 hingga 30 Mei 2012 pada pukul 12.00 WIB sampai

dengan pukul 09.00 WIB, dan bertempat di Laboratorium Pemuliaan,

Pembenihan dan Reproduksi Ikan gedung D lantai 1, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

Page 5: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

2.    TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Biologi Ikan Lele

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele

     Klasifikasi ikan lele menurut Saanin (1984) dalam Utami (2009), adalah :

Filum               : Chordata

Sub Filum        : Vertebrata                

Kelas               : Pisces

Sub Kelas        : Teleostei                               

Ordo                : Ostariapshyi

Sub ordo         : Siluroidea

Famili              : Claridae

Genus             : Clarias

Spesies           : Clarias gariepinus

     Menurut Utami (2009), morfologi ikan lele secara umum adalah tubuh

memanjang dan berbentuk silinder, kepala pipih, ekor beebentuk pipih,

permukaan kulit licin, mengeluarkan lender dan warna tubuh bagian ekor

gelap dan bawah agak terang. Ikan lele memiliki 4 pasang sungut, terdapat

2 buah alat olfaktori yang terletak dekat sungut hidung dan pada bagian

depan sirip dada terdapat jari-jari sirip yang mengeras atau patil.

       Menurut Mahyudi (2011), sistematika dan klasifikasi lele adalah sebagai

berikut :

Filum               : Chordata                              

Kelas               : Pisces

Gambar 1. Ikan lele (googleimage,2012)Sub kelas        : TeleosteiOrdo                : Osteriopshyi                           

Sub Ordo        : Siluroidea

Famili              : Claridae

Genus             : Clarias

Spesies           : Clarias gariepinus

Page 6: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

     Ikan-ikan marga Clarias ini dikenali  ari tubuhnya yang licin memanjang

tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang

terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat

yang pendek. Kepalanya keras menulang dibagian atas dengan mata yang

kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan

empat pasang sungut peraba (barbells) yang amat berguna untuk bergerak

di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa

modifikasi dan busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang

yang tajam pada sirp-sirip dadanya (Alamendah, 2012).

2.1.2 Reproduksi

     Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan

sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Kegiatan

reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi

lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap

tahun. sebagian besar spesies ikan adalah gonokristik (droecious) dimana

sepanjang hidupnya memiliki jenis klemin yang sama (Fujaya, 2004).

     Menurut Slembrouck et al., (2005), penilaian kematangan seksual ikan

jantan jauh lebih mudah daripada ikan betina dan tahap kematangannya

ditentukan sesuai dengan skala berikut :

1.    Tidak adanya sperma.

2.    Terdapatnya sperma setelah dilakukan penekanan atau pengurutan.

 3. Pengeluaran sperma yang bisa dilihat melalui penekanan dengan tangan.

2.2 Pemijahan

2.2.1 Pemijahan Alami

     Menurut Gusrina (2008), Pemijahan adalah proses perkawinan antara

ikan jantan dan ikan betina. Dalam budidaya ikan teknik pemijahan ikan

dapat dilakukan dengan 3 macam cara, yaitu :

1.    Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan

manusia,terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon).

2.    Pemijahan ikan secara semi intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan

memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi

proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam.

Page 7: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

3.    Pemijahan ikan secara intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan

memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta

proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping/ pengurutan.

     Pemijahan ikan secara alami adalah pemijahan ikan tanpa campur tangan

manusia, terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon) di

dalam wadah budidaya. Jenis ikan yang sudah dapat dilakukan pemijahan

secara alami didalam wadah budidaya antara lain adalah ikan Mas, ikan

Nila, ikan Bandeng, ikan Kerapu, ikan Kakap, ikan Gurame, ikan Baung, ikan

Lele. Pemijahan ika secara semi intensif adalah pemijahan ikan yang terjadi

dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan

gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam (Gusrina,

2008).

2.2.2      Pemijahan Semi Buatan

     Pemijahan semi alami menggunakan induk betina dan jantan dengan

perbandingan 1 : 1 baik jumlah ataupun berat. Bila induk betina atau jantan

lebih berat dibanding lawannya, dapat digunakan perbandingan jumlah 1 : 2

yang dilakukan secara bertahap. Misalnya, induk betina berat 2 kg/ekor

dapat dipasangkan dengan 2 ekor induk jantan berat 1 kg/ekor. Pada saat

pemijahan, dipasangkan induk betina dan jantan masing-masing 1 ekor.

Setelah sekitar setengah telur keluar atau induk jantan sudah kelelahan,

dilakukan penggantian induk jantan dengan induk yang baru. Wadah

pemijahan dapat berupa bak plastik atau tembok dengan ukuran 2 x 1 m

dengan ketinggian air 15 – 25 cm. Kakaban untuk meletakkan telur disimpan

di dasar kolam (Sudarma, 2004).

     Pemijahan semi alami dan buatan dilakukan dengan melakukan

penyuntikan terhadap induk betina menggunakan ekstrak pituitari/hipofisa

atau hormon perangsang (misalnya ovaprim, ovatide, LHRH atau yang

lainnya). Ekstrak hipofisa dapat berasal dari ikan lele atau ikan mas sebagai

donor. Penyuntikan dengan ekstrak hipofisa dilakukan dengan dosis 1 kg

donor/kg induk (bila menggunakan donor ikan lele) atau 2 kg donor/kg induk

(bila menggunakan donor ikan mas). Penyuntikan menggunakan ovaprim

atau ovatide dilakukan dengan dosis 0,2 ml/kg induk (Sudarma, 2004).

Page 8: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

2.2.3 Pemijahan Buatan

     Menurut Gusrina (2008), pemijahan ikan secara buatan adalah

pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk

mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan secara

buatan dengan teknik stripping/pengurutan. Jenis ikan yang sudah dapat

dilakukan pemijahan secara buatan antara lain adalah ikan patin, ikan mas,

ikan lele.

     Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina

dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara

buatan. Pemijahan buatan menggunakan induk betina dan jantan dengan

perbandingan berat 3 : 0,7 (telur dari 3 kg induk betina dapat dibuahi

dengan sperma dari jantan berat      0,7 kg) (Sudarma, 2004).

2.3      Gynogenesis

     Menurut Novia (2009), ginogenesis adalah suatu proses penurunan sifat

maternal secara total melalui perkembangan telur tanpa kontribusi sperma

secara genetik untuk menjadi embrio yang dimaksudkan agar keturunan yang

dihasilkan bersifat homozigotik (cloning). Ginogenesis dapat terjadi secara alami

dan buatan, ginogenesis secara alami jarang sekali terjadi ditemukan sperma

yang membuahi telur dalam keadaan material genetik tidak aktif. Tahapan

pelaksanaan ginogenesis adalah penyinaran sinar ultraviolet pada sperma

kemudian pemberian kejutan panas pada suhu 40oC selama 1,5-2 menit yang

kemdian diinkubasi. Tingkat keberhasilan dari teknik ini dipengaruhi oleh waktu

awal kejutan, suhu dan lamanya kejutan spesies.

     Teknik ginogenesis ini dilakukan dengan membuat sperma tidak aktif

secara genetik melalui proses radiasi, yang dilakukan sebelum pembuahan.

Di samping itu, dilakukan diploidisasi kromosom telur pada tahap awal

perkembangan telur setelah dibuahi dengan pemberian kejutan dingin atau

kejutan panas (Sambara, 1988).

2.4      Heat Shock dalam Gynogenesis

Page 9: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

     Setelah sperma diberi perlakuan penyinaran kemudian dicampur dengan sel

telur dan dilepaskan dalam air agar terjadi pembuahan. Setelah pembuahan

terjadi kemudian telur yangterbuahi tersebut diberi kejutan lingkungan. Hal ini

dapat berupa kejut suhu atau dengan tekanan hidrostatis. Perlakuan dengan

tekanan hidrostatis memerlukan peralatan yang rumit, mahal sehingga suli untuk

diterapkan telur dalam jumlah banyak namun metode ini efektif untuk

memproduksi tingkat heterozigositas nol persen. Kejut suhu lebih praktis dalam

penggunaannya sehingga bisa diterapkan pada jumlah yang banyak. Kejut suhu

dimaksudkan untuk pencegahan keluarnya polar body II telur pada saat terjadi

pembelahan miosis kedua atau pencegahan pembelahan sel setelah duplikasi

kromosom pada saat terjadi pembelahan mitosis pertama sehingga jumlah

kromosom telur mengganda lagi pada awal perkembangan zigot (Nagy et al:,

1978). Kejut suhu disini berupa kejutan panas dan kejutan dingin. Pemberian

kejutan panas lebih singkat periodenya dibandingkan dengan kejut dingin

(Purdom, 1993).

     Rekayasa set kromosom dengan teknologi ginogenesis telah dilakukan untuk

memodifikasi genotip secara cepat dalam rangka penyediaan populasi klon ikan

sumatra (P.tetrazona, Blkr) sebagai hewan percobaan laboratorium. Sperma ikan

Tawes (P.javanicus Blkr) yang sudah diradiasi UV digunakan sebagai donor

untuk membuahi telur ikan sumatra, kemudian dirangkai dengan pemberian

perlakuan kejutan panas setelah pembuahan untuk menghasilkan zigote diploid

(G2N). Kejutan panas diberikan dengan cara perendaman telur yang sudah

dibuahi dalam penangas air pada suhu 40oC. Pada gynogenesis tahap I, Kejutan

panas diberikan pada fase mitosis untuk mendapatkan individu G2N-mitosis (F1)

ebagai calon induk lkon (P). Selanjutnya, pada gynogenesis tahap II, kejutan

panas diberikan pada fase meiosis untuk mendapatkan individu G2N- meiosis

(F2) yang disebut klon (G2N-klon) (Soelistyowati et al, 2010).

2.5      Radiasi UV dalam Gynogenesis

     Sebelum sperma dicampur dengan sel telur (pemijahan buatan) sperma

tersebut diberi perlakuan penyinaran dengan sinar UV. Hal ini dilakukan untuk

Page 10: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

merusak bahan genetik sperma. Komposisi kimiawi sperma pada plasma inti

(nukleoplasma) diantaranya adalah DNA, Protamine, Non Basik Protein.

Sedangkan seminal plasma mengandung protein, potassium, sodium, calsium,

magnesium, posfat, klarida. Sedangkan komposisi kimia ekor sperma adalah

protein, lecithin dan cholesterol (Gusrina, 2008).

Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang di bawah 300 nm dapat diserap

secara kuat oleh bahan biologi tertentu, terutama asam nukleat, protein, dan

koenzim. Tetapi sinar ini tidak sampai mengionisasi atom-atom dan

molekulnya disamping itu kemampuan sinar ultraviolet untuk menembus

bahan sangat terbatas. Walaupun sinar ultraviolet yang dapat masuk ke

bahan biologi tersebut sedikit, tetapi hampir semua diserap. Hal ini berarti

efisiensi penyerapan sinar ultraviolet olleh bahan-bahan biologi sangat

tinggi. Pada panjang gelombang hingga 260 nm sinar UV dapat merusak

fungsi pirimidin AND yang merupakan bahan genetic sperma. Walapun

sperma diradiasi namun tidak sampai merusak kemampuannya untuk

bergerak dan membuahi telur. Dengan demikian sperma ini masih mampu

untuk memicu untuk terjadinya pembuahan dan perkembangan telur (Nagy,

1978).

2.6 Penetasan dan Perkembangan Embrio

     Awal perkemangan dimulai saat pembuahan (fertilisasi sebuah sel telur

oleh sperma yang membentuk zygot). Gametogenesis merupakan fase akhir

perkembangan individu dan persiapan untuk generasi berikutnya. Proses

perkembangan yang berlangsung dari gametogenesis sampai dengan

membentuk zygot disebut progenesis. Proses selanjutnya disebut

embryogenesis (blastogene) yang mencakup pembelahan sel zygot

(deavage), blastulasi, grastulasi dan merulasi. Selanjutnya adalah

organogenesis yaitu pembentukan alat – alat organ tubuh. Embriologi

mencakup proses perkembangan setelah fertilisasi sampai dengan

organogenesis sebelum menetas atau lahir (Syazili, 2011).

Gambar 2. Perkembangan telur ikan lele (Syazili,2011)

Keterangan gambar: Tahap – tahap perkembangan dan pembelahan

yellowtail kingfish (seriola lalandi). A). pra-rengkah; b). 2 sel; c). 4 sel; d). 8

Page 11: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

sel; e). 16 sel; f). 32 sel; g). pertengahan tahap blastula; h). grastula; i).

penampilan pra embrio; m). larva 4 jam posthatch; n). pembelahan asimetris

diblastulasi; o). tidak jelas margin sel dalam blastula.

     Pemijahan dilakukan dengan cara buatan yaitu dengan disuntik hormone

ovaprim dengan dosis 0,20 mL. Selanjutnya interval penyuntikan hormone

dengan ovulasi sekitar 8 – 10 jam. Ovulasi dilakukan dengan cara

pengurutan telur pada induk betina dan katelerisasi pada induk jantan

(Susanto, 2000). Fertilisasi dilakukan dengan metode kering yaitu proses

pembuahan (percampuran telur dan sperma) di cawan petri dicampur secara

manual dengan alat bantu berupa bulu ayam. Setelah pembuahan baru

dibilas dengan aquadest sampai bersih dan siap diteteskan sehingga tanpa

media air hanya cairan ovaprim. Pengamatan perkembangan embrio

dilakukandengan menggunakan mikroskop stereo dengan pembesaran 40x

terhadap telur placydorascostatus yang disertilisasi dengan sperma. Telur

ditempatkan pada basket dengan temperature 27 0C – 29 0C. Pengamatan

telur dilakukan terus menerus di bawah mikroskop sampai terjadi

penetasan.

Gambar 3. Perkembangan telur ikan lele (googleimage,2012)

Pada suhu optimal telur menetas sekitar 24 jam 34 menit. Sedangkan larva

sempurna 48 jam; 2A). pembelahan pertama menjadi 2 sel; 2B). pembelahan

kedua dari 2 sel menjadi 4 sel 58 menit; 2C). pembelahan ketiga dari 4 sel

menjadi 8 sel memakan waktu 1 jam 30 menit; 2D). pembelahan keempat

dari 8 sel menjadi 16 sel memerlukan waktu 1 jam 38 menit; 2E).

pembelahan dari 16 sel menjadi 32 sel dan terus menjadi 64 sel dan menjadi

banyak sel; 2F). calon embrio, pada tahap morula terlihat banyak sel yang

kecil – kecil; 2G). calon embrio menjadi blastula yang mulai menyelubingi

kuning telur; 2H). calon embrio mencapai tingkat gastrula; 2I). gastrula

menjadi neurola; 2J). menjadi gastrula akhir; 2K). perkembangan neurola;

2L). embrio awal; 2M). memiliki bentuk bintik mata dan lingkaran kuning

telur mulai renggang (mulai bergerak); 2N). tingkat embrio; 2O). embrio

akhir; 2P). mulai menetas dn menjadi larva. Kuning telur terlihat jelas pada

larva (Kusrini dan Subandiyah, 2010).

Page 12: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

2.7 Kualitas Air dalam Gynogenesis

     Kualitas telur dan kualitas airmedia inkubasi sangat

menentukankeberhasilan proses penetasan telur. Kualitas telm yang baik

dan didukung oleh kualitas air media yang meinadai dapat membantu

kelancaran pembelahan sel dan perkembangan telur untuk mencapai tahap

akhir terbentuknya embrio ikan. Yatim (1990) dan Effendie (1997)

menyatakan, salah satu f akto~ku alitas air yang penting dalam

memengarubi pembelahan sel (penetasan telur) adalah suhu air medium

(Mukti, 2005).

                                                                          

Page 13: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan
Page 14: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

3.METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat dan Fungsi

     Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum Genetika tentang

gynogenesis adalah :

-       Perlakuan Kontrol

·        Mangkok plastik           :sebagai tempat telur setelah dikeluarkan dari

induknya dan tempat mencampurkan telur dan

sperma

·         Spuit diposible             : untuk menyuntikkan ovaprim pada ikan

·         Aquarium                    : sebagai wadah sementara ikan dan tempat

pengamatan telur

·         Dissecting set             : sebagai alat untuk membedah ikan

·         Serbet                         : untuk menutup mata ikan agar tidak stress

·         Kamera digital             : untuk mengambil gambar telur ikan lele yang                                               

diamati dibawah mikroskop

·         Aerator                        : sebagai suplai O2 di aquarium

·         Termometer                : untuk mengukur suhu

·         Mikroskop                   : untuk mengamati telur dari fase awal

pembelahan sel sampai menjadi larva

·         Heater aquarium         : untuk mengatur suhu dalam aquarium

·         Objek glass                 : untuk mengamati telur

Page 15: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

·         Pipet tetes                   : untuk mengambil telur dan diamati dibawah

mikroskop

·         Kaca                            : sebagai tempat telur yang dibuahi

·         Pisau                           : untuk membedah dan memotong ikan

·         Handtally counter        : untuk menghitung jumlah telur

·         Timbangan analitik      : untuk menimbang berat ikan

·         Kotak mika                  : untuk tempat wadah telur

·         Beaker glass               : untuk wadah larutan sementara

·         Sarung tangan            : untuk melindungi tangan

·         Gelas ukur                  : untuk mengukur larutan

·         Stopwatch                   : untuk menghitung waktu penetasan

-       Perlakuan radiasi sinar UV

·         Timbangan Oz            : untuk menimbang berat ikan dengan ketelitian

  28,3 gram

·         Kotak UV                    : untuk memberikan radiasi berupa sinar UV dalam

  menghilangkan sifat jantan (n pada sperma)

·        Mangkok plastik           :sebagai tempat telur setelah dikeluarkan dari

induknya dan tempat mencampurkan telur dan

sperma

·         Spuit diposible             : untuk menyuntikkan ovaprim pada ikan

·         Aquarium                    : sebagai wadah sementara ikan dan tempat

pengamatan telur

·         Dissecting set             : sebagai alat untuk membedah ikan

Page 16: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

·         Kolam                          : sebagai wadah ikan

·         Serbet                         : untuk menutup mata ikan agar tidak stress

·         Kamera digital             : untuk mengambil gambar telur ikan lele yang                                               

diamati dibawah mikroskop

·         Aerator                        : sebagai suplai O2 di aquarium

·         Termometer                : untuk mengukur suhu

·         Mikroskop                   : untuk mengamati telur dari fase awal

pembelahan sel sampai menjadi larva

·         Heater aquarium         : untuk mengatur suhu dalam aquarium

·         Objek glass                 : untuk mengamati telur

·         Pipet tetes                   : untuk mengambil telur dan diamati dibawah

mikroskop

·         Kaca                            : sebagai tempat telur yang dibuahi

·         Pisau                           : untuk membedah dan memotong ikan

·         Handtally counter        : untuk menghitung jumlah telur

·         Timbangan analitik      : untuk menimbang berat ikan

·         Kotak mika                  : untuk tempat wadah telur

·         Beaker glass               : untuk wadah larutan sementara

·         Sarung tangan            : untuk melindungi tangan

·         Gelas ukur                  : untuk mengukur larutan

·         Stopwatch                   : untuk menghitung waktu penetasan

-       Perlakuan heat shock

·         Timbangan Oz            : untuk menimbang berat ikan dengan ketelitian

Page 17: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

  28,3 gram

·         Heat Shock                 : untuk memberikan kejutan dalam menghilangkan

  sifat jantan (n pada sperma)

·        Mangkok plastik           :sebagai tempat telur setelah dikeluarkan dari

induknya dan tempat mencampurkan telur dan

sperma

·         Spuit diposible             : untuk menyuntikkan ovaprim pada ikan

·         Aquarium                    : sebagai wadah sementara ikan dan tempat

pengamatan telur

·         Dissecting set             : sebagai alat untuk membedah ikan

·         Kolam                          : sebagai wadah ikan

·         Serbet                         : untuk menutup mata ikan agar tidak stress

·         Kamera digital             : untuk mengambil gambar telur ikan lele yang                                               

diamati dibawah mikroskop

·         Aerator                        : sebagai suplai O2 di aquarium

·         Termometer                : untuk mengukur suhu

·         Mikroskop                   : untuk mengamati telur dari fase awal

pembelahan sel sampai menjadi larva

·         Heater aquarium         : untuk mengatur suhu dalam aquarium

·         Objek glass                 : untuk mengamati telur

·         Pipet tetes                   : untuk mengambil telur dan diamati dibawah

mikroskop

·         Kaca                            : sebagai tempat telur yang dibuahi

Page 18: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

·         Pisau                           : untuk membedah dan memotong ikan

·         Handtally counter        : untuk menghitung jumlah telur

·         Timbangan analitik      : untuk menimbang berat ikan

·         Kotak mika                  : untuk tempat wadah telur

·         Beaker glass               : untuk wadah larutan sementara

·         Sarung tangan            : untuk melindungi tangan

·         Gelas ukur                  : untuk mengukur larutan

·         Stopwatch                   : untuk menghitung waktu penetasan

Page 19: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

3.1.2 Bahan dan Fungsi

     Bahan-bahan yang dilakukan dalam praktikum Genetika tentang materi

Gynogenesis adalah :

-       Perlakuan Kontrol

·         Ikan lele (Clarias gariepinus) : sebagai objek yang akan diamati sperma

  atau telurnya

·         Hormon ovaprim (jantan 0,3 ml/kg dan betina 0,5 ml/kg) : untuk

  mempercepat kematangan gonad

·         NaCl fisiologis                        : untuk menjaga agar sperma tetap hidup

·        Etanol p.a 98%                        : untuk mempercepat pembuahan dan 

  mengaktifkan sperma

·         Alkohol 70%                            : untuk mengaseptiskan

·         Kertas label                             : sebagai penanda

·         Bulu ayam                               : untuk memudahkan penghomogenan sel

  telur dan sperma

·         Tissue                                      : untuk membersihkan alat

·         Aquades                                  : untuk membuat larutan fertilisasi

·         Air                                            : untuk media hidup ikan

·         Tali                                          : untuk mengangkat kaca dalam mengambil

  telur yang akan diamati

-       Perlakuan Radiasi Sinar UV

·         Ikan lele (Clarias gariepinus) : sebagai objek yang akan diamati sperma

  atau telurnya

Page 20: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

·         Hormon ovaprim (jantan 0,3 ml/kg dan betina 0,5 ml/kg) : untuk

  mempercepat kematangan gonad

·         NaCl fisiologis                        : untuk menjaga agar sperma tetap hidup

·        Etanol p.a 98%                        : untuk mempercepat pembuahan dan 

  mengaktifkan sperma

·         Kertas label                             : sebagai penanda

·         Bulu ayam                               : untuk memudahkan penghomogenan sel

  telur dan sperma

·         Alkohol 70%                            : untuk mengaseptiskan

·         Tissue                                      : untuk membersihkan alat

·         Aquadest                                 : untuk membuat larutan fertilisasi

·         Air                                            : untuk media hidup ikan

·         Tali                                          : untuk mengangkat kaca dalam mengambil

  telur yang akan diamati

-       Perlakuan Heat Shock

·         Ikan lele (Clarias gariepinus) : sebagai objek yang akan diamati sperma

  atau telurnya

·         Hormon ovaprim (jantan 0,3 ml/kg dan betina 0,5 ml/kg) : untuk

  mempercepat kematangan gonad

·         NaCl fisiologis                        : untuk menjaga agar sperma tetap hidup

·        Etanol p.a 98%                        : untuk mempercepat pembuahan dan 

  mengaktifkan sperma

·         Alkohol 70%                            : untuk mengaseptiskan

Page 21: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

·         Kertas label                             : sebagai penanda

·         Bulu ayam                               : untuk memudahkan penghomogenan sel

  telur dan sperma

·         Tissue                                      : untuk membersihkan alat

·         Aquadest                                 : untuk membuat larutan fertilisasi

·         Air                                            : untuk media hidup ikan

·         Tali                                          : untuk mengangkat kaca dalam mengambil

  telur yang akan diamati

3.2   Skema Kerja

a. persiapan wadah dan peralatanDi setting peralatan radiasi

UVDilakukan pembersihan bak inkubator dan penyediaan

kotak mikaDilakukan perendaman 1 hari pada kotak mika 

HasilDisiapkan indukan ikan lele dumbo yang siap

memijahDilakukan pemeliharaan secara intensif kurang lebih selama 2

minggub. penyediaan dan pemeliharaan induk

Page 22: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

c. persiapan indukDitempatkan lele jantan dan betina secara

terpisahDisiapkan ember

bak 

d. penyuntikan hormone pada indukDiukur panjang induk betina dan ditimbang

beratnyaDitunggu hingga proses stripping atau Latency Time kurang lebih

11 jamDisuntik dengan larutan ovaprim dan

NaFisDitempatkan pada aquarium dan dikondisikan normal dengan suhu

normal 28 oC 

e. Stripping telur ovulasiInduk betina distripping

Ditempatkan telur pada mangkuk

Diambil sampel telur dengan menggunakan sendok plastic lalu dihitung berat dan jumlah telurnya

Induk betina diberi tanda pada bagian ekor dan dikembalikan ke dalam kolam

 

Page 23: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

                                                  

                          

Page 24: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

f. perlakuan control pembuahan normalInduk jantan dibedah dengan sectio dan diambil

gonadnyaDigunting ujung gonad lalu distripping dan dicampur dengan NaFis

1:50 mlDimasukkan ke gelas ukur lalu

dihomogenkanDicampurkan campuran gonad pada telur dan

ditambahakan NaFisDiaduk dengan bulu ayam dan dibilas dengan

aquadesditempatkan Telur, sperma dan air pada kotak mika dan terpisah dari

perlakuan 

                                                  

                        

                                

g. perlakuan radiasi spermaSperma di

radiasiDiamati dan di catat motilitas dan viabilitasnyaDifertilisasikan ke telur ovulasi ikan lele dumboDiamati dan di catat perkembangan embrio dan penetasan

embrio 

Page 25: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan
Page 26: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

h. pengamatan perkembangan telurDiamati perkembangan embrio dibawah mikroskop dan

di fotoDiamati penetasan embrio dan larva yang

dihasilkanDicatat hasil 

Page 27: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

4. PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum

Fase

PerkembanganWaktu Suhu Gambar Foto

Pembelahan 4 sel 12.15 24 oC

Pembelahan 8 sel 12.30 25 oC

Pembelahan 8 sel 12.45 26 oC

Perkembangan

Morula13.00 25 oC

Perkembangan

Blastula13.30 25 oC

Page 28: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

Perkembangan

Blastula14.00 26 oC

Perkembangan

Blastula15.00 25 oC

Perkembangan

Blastula16.00 25 oC

Perkembangan

Gastrula Awal18.00 15 oC

Perkembangan

Gastrula Awal20.00 27 oC

Perkembangan

Gastrula Awal22.00 26 oC

Perkembangan

Gastrula Akhir00.00 27 oC

Page 29: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

Perkembangan

Gastrula Akhir02.00 25 oC

Perkembangan

Gastrula Akhir04.00 27 oC

Organogenesis 06.00 27 oC

Menetas 08.00 26 oC

Menetas 10.00 26 oC

Page 30: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

4.2 Analisa prosedur

4.2.1 Perlakuan Ikan Kontrol

     Langkah pertama yang harus dilakukan dalam praktikum Genetika

dan Pemuliaan Ikan yaitu dilakukan alat dan bahan yang akan

digunakan. Selanjutnya disediakan induk ikan lele dumbo (Clarias

gariepinus) yang telah siap memijah. Kemudian indukan tersebut

dipelihara secara intensif selama 2 minggu yang diberi dengan pakan

pellet. Setelah selesai dilakukan, dipersiapkan 4 bak, yang masing-

masing indukannya dipisahkan antara jantan dan betinanya untuk

mengkondisikan ikan agar tidak stress dan aklimatisasi sebeluum

dilakukan penyuntikan. Setelah itu dilakukan penyuntikkan dengan

menggunakan larutan ovaprim dan Na-fis  dengan dosis 1 ml/kg bobot

ikan. Setelah dilakukan penyuntikkan indukan betina ditempatkan

pada akuarium dengan suhu 28°C, setelah itu ditunggu hingga proses

stripping (latency time). Setelah melewati waktu latency time, ikan

mulai dilakukan stripping dengan cara mengurut bagian perut ikan

lele (Clarias gariepinus) secara perlahan, kemudian telur yang sudah

keluar tersebut ditempatkan pada mangkuk dan ditutup dengan lap

basah yang tujuannya agar telur tidak terkena cahay matahri secara

langsung. Selanjutnya setelah proses stripping telah selesai, indukan

betina dikembalikan lagi ketempatnya dan telur yang telah ada

dimangkuk diambil dengan sendok untuk dihitung berat dan jumlah

telurnya.

     Sebagai perlakuan kontrolnya, induk jantan lele (Clarias

gariepinus) dimatikan terlebih dahulu dan kemudian dibedah dengan

menggunakan section set untuk diambil gonadnya yang kemudian

digunting ujungnya yang kemudian distripping untuk dikeluarkan dan

kemudian dicampurkan dengan Na-fis dengan perbandingan 1:50 ml

dihomogenkan pada gelas ukur. Campuran gonad tersebut kemudian

dicampurkan dengan telur dan ditambahkan dengan Na-fis lalu

Page 31: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

ditempatkan pada mangkuk dan diaduk dengan bulu ayam yang

selanjutnya dibilas dengan akuadest untuk memisahkan antara telur

yang terbuahi dengan yang tidak. Telur dan sperma yang telah

terbuahi tersebut diletakkan pada kotak mika dengan perlakuan yang

terpisah yaitu ada yang dijadikan sebagai kontrol (tanpa radiasi

sperma dan ovum), sel telur normal dan sperma yang di radiasi  dan

dengan diberi perlakuan radiasi (sperma dan telur diradiasi) yaitu

dengan cara telur yang telah terbuahi tersebut diletakkan pada kaca

yang telah dihubungkan dengan tali tujuannya agar saat

pengangkatan kaca yang telah diberi telur mudah untuk diangkat.

Kemudian telur tersebut diberi kejutan dengan suhu yang berbeda

yaitu sekitar 40°C. kemudian diletakkan kembali pada tempat mika.

Perkembangan embrio diamati dengan menggunakan mikroskop

sampai menetasnya larva dan dicatat hasilnya.

4.2.2 Perlakuan ikan yang Spermanya diberi Sinar UV

     Langkah pertama yang harus diakukan dalam praktikum Genetika dan

Pemuliaan Ikan langkah pertama yang harus dilakukan yaitu dipersiapkan

alat dan bahan yang akan digunakan. Alat berupa radiasi UV dilakukan

pensetingan. Selanjutnya dilakukan pembersihan bak inkubator dan kotak

mika untuk tempat pengamatan. Kemudian dilakukan perendaman kotak

mika selama 1 hari untuk aseptis.

     Setelah dilakukan pengkondisian terhadap tempat dan alat radiasi UV,

disiapkan indukan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang siap memijah. 

Setelah itu dilakukan pemeliharaan secara intensif selama kurang lebih 2

minggu (aklimatisasi). Setelah 2 minggu pemeliharaan, langkah selanjutnya

yaitu disiapkan bak yang berukuran sedang untuk menempatkan lele

(Clarias gariepinus) jantan dan betina secara terpisah.

     Setelah itu, dilakukan pengukuran panjang induk betinanya dan

ditimbang beratnya. Setelah selesai dilakukan penimbangan dan

pengukuran panjang dilakukan penyuntikan dengan larutan ovaprim dan

Nafis yang tujuannya untuk  merangsang kematangan gonad induk betina.

Page 32: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

Penyuntikkan dilakukan secara intramuscular. Setelah itu, induk betina lele

(Clarias gariepinus) ditempatkan pada akuarium dengan suhu 28°C.

Ditunggu hingga proses stripping (Latency Time) selama 1 jam.  Induk

betina kemudian distripping dengan mengurut perutnya secara perlahan

sampai telurnya keluar.  Telur yang sudah dikeluarkan tersebut ditempatkan

pada mangkuk yang kemudian diambil sampel telur dengan sendok plastik

untuk dihitung berat dan jumlah telurnya dengan menggunakan timbangan

analitik dan handtally counter.  Setelah selesai dilakukan, induk betina

dikembalikan lagi pada akuarium dengan memberi tanda pada ekornya.

     Kemudian dilakukan pembedahan ikan lele jantan menggunakan

dissecting set untuk di ambil gonad, setelah didapatkan gonad, ujung gonad

dipotong lalu dikeluarkan sperma dan dicampur dengan NaFis 1: 50 ml ke

dalam gelas ukur dan dihomogenkan. Selanjutnya dicampurkan telur

normal  dengan sperma normal (perlakuan kontrol)  dan ditambahkan

larutan NaFis bertujuan untuk menjaga sperma supaya tetap aktif. Diaduk

menggunakan bulu ayam karena bersifat halus sehingga tidak merusak

telur. Kemudian dibilas dengan menggunakan akuadest dengan tujuan

membersihkan telur yang tidak  terbuahi. Ditempatkan telur yang telah

terbuahi tersebut pada kotak mika secara terpisah.

     Sperma yang akan di lakukan perlakuan di radiasi terlebih dulu

menggunakan sinar UV dalam kotak UV serta di sentrifugasi  selama 3

menit. Setelah itu, dicampurkan telur normal dengan sperma yang telah

diradiasi (perlakuan 2),  selain itu juga dilakukan radiasi pada telur dan

sperma (perlakuan 3),  yang kemudian dicampurkan  seperti pada perlakuan

kontrol sampai tahap peletakkan pada inkubator.  Diamati dan dicatat

motilitas dan viabilitas. Diamati perkembangan telur menggunakan

mikroskop dalam selang waktu yang ditentukan hingga telur menetas

menjadi larva dan dicatat serta difoto semua hasil pengamatan dalam form

pengamatan dan didapatkan hasil.

4.3 Analisa Hasil

4.3.1 Penetasan Embrio

4.3.2 Perkembangan Embrio

Page 33: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

     Pada praktikum genetika tentang gynogenesis didapatkan  hasil pada

kelompok 4 yaitu, pengamatan dilakukan pada suhu  270 C selama 24 jam

pada pukul 12.30 WIB mengalami 4 fase belum ada perkembangan ( Awal

pembelahan sel), kemudian telur mengalami perkembangan fase menjadi

fase morulla (B) jelas pada pukul 12.45 WIB. Selanjutnya pada pukul 13.00

mengalami fase blastula (f). Setulah itu tetapa pada fase sebelumnya yaitu

fase blastula (F), pada pukul 16.00 WIB tetap dengan suhu yang sama yaitu

270C yaitu fase blastula (G) terjadi pada pukul 18.00 WIB, lalu tetap pada

fase yang sama yaitu fase blastula (G) pada pukul 20.00 WIB tetapi dengan

suhu yang berbeda yaitu sebesar 300C. Dan pada pukul  22.00 mengalami

perkembangan yaitu fase grastula (I) selanjutnya pada pukul 00.00 terjadi

perkembangan fase grastula (I) pada pukul 02.00 WIB terjadi fase grastula

(J), pada pukul 04.00 suhunya 290C tetap  pada fase Grastula (J) pukul 06.00

WIB. Dan berikutnya telur menetas pada pukul 08.00 menjadi larva dengan

suhu 33 0C. Pada tahapan selanjutnya yaitu pukul 10.00 telur menetas

menjadi larva  pada suhu 290C.

     Pemberian inkubator pada akuarium juga berpengaruh, karena inkubator

berperan dalam pergantian air dan suplai oksiggen terlarut, suhu dan

Ph ,menjadi tetap nornmal. Hal ini berlainan dengan pendapat Zain et.al

(2005), parameter lingkungan yang diamati adalah suhu,Ph dan kadar

oksigen. Parameter diamati untuk mendapatkan keyakinan bahwa ketiga

faktor tersebut tidak menyebabkan kegagalan dalam pemeliharaan larva.

Awal perkembangan dimulai saat pembuahan (fertilisasi sebuah sel telur

oleh sperma yang membentuk zygot). Gametogenesis merupakan fase akhir

perkembangan individu dan persiapan untuk generasi berikutnya. Proses

perkembangan yang berlangsung dari gametogenesis sampai dengan

membentuk zygot disebut progenesis. Proses selanjutnya disebut

embryogenesis (blastogene) yang mencakup pembelahan sel zygot

(deavage), blastulasi, grastulasi dan merulasi. Selanjutnya adalah

organogenesis yaitu pembentukan alat – alat organ tubuh. Embriologi

mencakup proses perkembangan setelah fertilisasi sampai dengan

organogenesis sebelum menetas atau lahir (Syazili, 2011).

Page 34: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

5.    PENUTUP

5.1  Kesimpulan      Dalam praktikum Gynogenesis ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :·         Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan

sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya.·         Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina.·         Pemijahan pada ikan dibagi menjadi dibagi menjadi 3 yaitu:

Ø  Pemijahan AlamiØ  Pemijahan Semi BuatanØ  Pemijahan Buatan

·         Pemijahan ikan secara alami adalah pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon) di dalam wadah budidaya.

·         Pemijahan semi alami dan buatan dilakukan dengan melakukan penyuntikan terhadap induk betina menggunakan ekstrak pituitari/hipofisa atau hormon perangsang (misalnya ovaprim, ovatide, LHRH atau yang lainnya).

·         Pemijahan ikan secara buatan adalah pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping/pengurutan.

·         Gynogenesis adalah suatu proses penurunan sifat maternal secara total melalui perkembangan telur tanpa kontribusi sperma secara genetik untuk menjadi embrio yang dimaksudkan agar keturunan yang dihasilkan bersifat homozigotik (cloning).

·         Pada praktikum genetika tentang gynogenesis didapatkan  hasil pada kelompok 4 yaitu,

Ø  Pada suhu  270 C pukul 12.30 WIB mengalami fase ( Awal pembelahan sel)Ø  Pada pukul 12.45 WIB mengalami perkembangan fase menjadi morulla (B).Ø  Pada pukul 13.00 WIB mengalami fase blastula (f). Ø  Pada pukul 16.00 WIB dengan suhu 270C yaitu fase blastula (G).Ø  Pada pukul 18.00 WIB yaitu pada fase blastula (G).Ø  Pada pukul 20.00 WIB dengan suhu sebesar 300C yaitu fase grastula (I). Ø  Pada pukul  22.00 WIB yaitu fase grastula (I). Ø  Pada pukul 00.00 WIB pada fase grastula (I). Ø  Pada pukul 02.00 WIB terjadi fase grastula (J).Ø  Pada pukul 04.00 suhunya 290C tetap  pada fase Grastula (J).Ø  Pada pukul 10.00 telur menetas menjadi larva  pada suhu 290C.

Page 35: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

5.2  Saran     Sebaiknya dalam menjalankan praktikum Genetika diefisiensikan waktu agar praktikan lebih memahami tentang isi dan materi dari gynogenesis dan asisten lebih berperan aktif alam mendampingi praktikum bahkan pada saat pengamatan telur hingga menetas.

Page 36: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

6.     

DAFTAR PUSTAKA

Alamandah. 2012. Fekunditas Telur. http://www.alamanda.blogspot.com.

BIPI. 2012. Pemijahan Alami, Semi Alami atau Pemijahan Buatan.

http://uftwo.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=127:pemijahan-alami-

semi-alami-atau-pemijahan-

buatan&catid=27:perikanan&Itemid=53. Diakses tanggal 3 Juni

2012 pukul 19.00 WIB.

Gusrina, 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional. Jakarta.

Hariani, D. dan Pungky, S. W. K. 2008. Teknologi Laser Punktur untuk

Mempercepat Siklus Reproduksi Ikan Lele Dumbo (Clarias

gariepinus). Jurnal Penelitian Perikanan, Vol 11. No 2. FMIPA.

Universitas PGRI Adibuana Surabaya. Surabaya.

Kusrina dan Subandiyah. 2009. Penelitian terhadap fekunditas telur ikan

yang berbeda – beda pada perlakuan pakan alami dan

buatan. http://www.undip.ac.id/journal/vol.03. pdf

Mukti, Akhmad Taufiq. 2005. Perbedaan Keberhasilan Tlngkat Poliploibisasi

Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn.) Melalul Kejutan Panas.

Berk. Penel. Hayati: 10 (133-138). Universitas Airlangga:

Surabaya.

Nagy, A., K. Rajki. L. Horvart dan V. Csanyi. 1978. Investigation on carp

(Cyprinus carpio L) ginogenesis. Jour. Fish. Biol. 13 : 215

– 224.

Page 37: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

Novia, G. M. 2009. Ginogenesis. Dasar-dasar Genetik Ikan. Intitut Pertanian

Bogor. Bogor.

Purdom. E.C. 1993. Genetics and Fish Breeding. Chapman and Hall. Fish

and Fisheries Series. 277p

Sambara, Syeni. 1989. Keberhasilan Penggunaan Sperma Ikan Nilem

(Osteochilus hasselti) pada Ginogenesis Ikan Mas (Cyprinus

carpio). Karya Ilmiah. Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas

Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sambas, Zaldi. 2010. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Lele (Clarias

batrachus).http://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/21/a

spek-biologi-reproduksi-ikan-lele-clarias-batrachus/. Diakses

tanggal 3 Juni 2012 pukul 20.00 WIB.

Sari, R. S ; Sulistia, A ; Ide, P ; Silfanny, R. J. P ; Rona, A. N. G. 2009.

Embriogenesis Ikan Redfin (Epalzeorhynchos) dengan

Pemijahan Semi Alami. Artikel Ilmiah. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Soelistyowati, D. T ; Komar, S ; Agus, O. S. 2010. Teknologi Gynogenesis

dan Sex Revesal dalam Produksi Massal Klon Ikan

Sumatra (Puntius tetrazona) sebagai Kandidat Ikan di

Laboratorium. Staf Pengajaran departemen BDP, FPIK. IPB.

Bogor.

Sunarma, A. 2004. Peningkatan Produktifitas Usaha Lele Sangkuriang

(Clarias sp). Makalah disampaikan pada Temu Unit Pelaksana

Teknis (UPT) dan Temu Usaha Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, Bandung.

Syazali. 2011. Reproduksi dan pemijahan ikan.

http://pub.wordpress.com/2011/pemijahan. diakses tanggal 2

Juni  2012 pukul 15.45 WIB.

Page 38: Laporan Genetika Dan Pemuliaan Ikan

Utami. 2011. Aspek habitat makanan reproduksi ikan lele (Clarias sp)

terhadap daya cemar amoniak di kolam budidaya. Vol. 13 No.

1.

Wahyudi. 2011. Pengelolaan kualitas air pada budidaya perairan di bangka

belitung. http://www.respontory.undip.ac.id/journal/vol.11. pdf.

diakses pada 2 Juni  2012 pukul 17.14 WIB.