laporan bioper analisi lambung ikan

Upload: rizky-yanuarista

Post on 18-Jul-2015

1.174 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BIOLOGI PERIKANAN SB 091521

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS LAMBUNG IKAN

RIZKY YANUARISTA 1509100027 KELOMPOK I

ASISTEN : ARSETYO RAHARDHIANTO

Dosen Pengampu : Dra. NURLITA ABDULGANI, M.Si.

LABORATORIUM ZOOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis isi lambung ikan merupakan kajian tentang hubungan antara komposisi pakan alami dalam lambung dan habitatnya, baik yang bersifat planktonik, bentik maupun nektonik dan lainnya. Kebiasaan makanan ikan (food habits) dapat digunakan untuk mengetahui hubungan ekologi dengan organisme di dalam perairan, misalnya pemangsaan, persaingan dan rantai makanan. Makanan merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan. Macam makanan satu spesies ikan biasanya bergantung pada umur, tempat dan waktu (Effendie, 2002). Pada praktikum ini digunakan empat jenis ikan yaitu Ikan Tengiri (Cybium commersoni) dan ikan kiper (Scatophagus argus). Praktikum ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengamati morfologi luar yang berkaitan dengan makanannya seperti gigi dan bukaan mulut. Setelah itu, perut ikan-ikan tersebut dibedah di bagian ventral dan diamati dan diidentifikasi isi lambungnya untuk mengetahui kebiasaan makan ikan tersebut. 1.2 Permasalahan Permasalahan yang dibahas dari praktikum ini adalah bagaimana cara mengetahui jenisjenis isi lambung ikan atau alat cerna ikan, mempelajari isi dari alat pencernaan makanan ikan serta mengetahui kebiasaan makanan ikan (food habits) dengan menggunakan metode jumlah dan metoda perkiraan tumpukan dengan persen. 1.3 Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis isi lambung ikan atau alat cerna ikan, mempelajari isi dari alat pencernaan makanan ikan serta mengetahui kebiasaan makanan ikan (food habits) dengan menggunakan metoda jumlah dan metoda perkiraan tumpukan dengan persen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pencernaan Ikan Secara anatomis, struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk tubuh, kebiasan makanan, tingkah laku ikan dan umur ikan. Sistem atau alat pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan (Tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (Glandula digestoria). Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus (Yunus, 2009).

Gambar 2.1. Gambar Sistem Pencernaan Ikan Kutum Kaspia, Rutilus Frisians kutum (Kamenskii, 1901) populasi pada umumnya dicatat dekat pantai utara sungai Trek sepanjang bagian selatan lebih dari 70% dari tangkapan nelayan pesisir di Iran dari Laut Kaspia (Sharyati, 1993). Spesies ini adalah ikan endemik Laut Kaspia dan di lingkungan alam. ikan bertelur dalam kelompok-kelompok dalam gerakan lambat sungai pada suhu 9-23 C (Sharyati, 1993). Ini memiliki kelompok sinkron, hanya perilaku pemijahan. Laki-laki dewasa biasanya antara tahun ketiga dan keempat, beberapa waktu sebelum betina dewasa di tahun keempat mereka. Namun, saat ini sebagian besar laki-laki pemuliaan dan maturating perempuan pada usia 3 dan 4 (Sabet, 2009). Adapun fungsi dari tiap bagian-bagian saluran pencernaan pada ikan adalah: 1. Rongga mulut Rongga mulut berhubungan langsung dengan segmen faring, oleh karenanya rongga mulut dan faring sering disebut sebagai rongga "Buccopharynx". Secara anatomis organ yang terlihat secara jelas terdapat pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin. Permukaan rongga mulut diselaputi oleh lapisan permukaan (epitelium) yang berlapis. Pada lapisan permukaan terdapat sel-sel penghasil lendir. Di samping itu juga terdapat organ

2.

3.

4.

5.

penerima rasa yang dinamakan taste receptor atau taste bud. Organ pengecap tersebut umumnya terletak pada bagian lekukan dari. bagiah sub mucosa. Bagian dasar dari lapisan epitelium adalah lapisan otot bergaris. Dengan dihasilkannya lendir oleh permukaan rongga mulut maka jalannya makanan menuju segmen berikutnya akan lebih dipermudah. Taste bud yang terdapat pada rongga mulut berfungsi sebagai penyeleksi makanan yang dimakan oleh ikan. Umumnya pendeteksian terakhir apakah, suatu benda merupakan makanan atau bukan adalah dibagian rongga mulut. Faring Lapisan permukaan faring hampir sama seperti pada permukaan rongga mulut. Faring berfungsi untuk menyalurkan makanan dari ronggamulut ke esofagus. Esofagus Segmen esofagus merupakan permulaan dari saluran pencernaan yang bentuknya berupa pipa (tabung). Panjang relatif segmen ini berkaitan erat dengan bentuk tubuh ikan. Pada ikan yang bentuk tubuhnya seperti ular (Anguilliform), ukuran esofagusnya relatif panjang. Pada ikan-ikan yang tidak memiliki lambung, segmen esofagus langsung berbatasan dengan usus depan. Pada ikan-ikan yang memiliki gelembung renang terdapat saluran yang menghubungkan esofagus dengan gelembuhg renang. Lambung Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan segmen lain. Besarnya ukuran lambung ini berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Kemampuan ikan untuk menampung makanan (kapasitas lambung) sangat bervariasi antara jenis ikan yang satu degan jenis ikan lainnya. Usus Usus merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaam. Pada ikan pembagian segmen usus lebih sederhana bila dibandingkan dengan hewan tingkat tinggi lainhya. Hal ini karena bentuk serta diameter usus relatif homogen mulai dari bagian depan hingga bagian belakang. Dengan demikian sering usus ini hanya dibedakan atas usus depan dan usus belakang. Panjang usus ikan sangat bervariasi dan berhubungan erat dengan kebiasaan makanannya.

6. Anus Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus terletak di sebelah depan saluran genital. Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim enzim pencernaan dan hormon insulin. Adapun hormon yang bekerja dalam sistem pencernaan pada Ikan adalah :

a. Hormon gastrin Hormon ini akan memacu pengeluaran asam klorida (HCL) dan pepsinogen. HCL akan mengubah pepsinogen menjadi pepsin yang merupakan enzim pencernaan akif, yaitu sebagai pemecah protein menjadi pepton (polipeptida). Apabila makanannya banyak mengandung lemak, maka akan dihasilkan juga hormon entergastron. b. Hormon kolsistokinin Hormon ini dapat memacu keluarnya getah empedu dari hati. Getah empedu itu sebenarnya dibuat dari sel-sel darah merah yang telah rusak di dalam hati. Pengeluaran getah empedu tersebut melalui pembuluh hepatikus yang kemidaian ditampung di dalam kantong empedu. Fungsi getah empedu tersebut adalah memeperhalus butiran-butiran lemak menjadi emulsi sehingga mudah larut dalam air dan diserap oleh usus. c. Hormon sekretin dan pankreozinin. Hormon Sekretin akan memacu pengeluaran getah empedu dan pankreas. Getah penkreas ini mengandung enzim amilase, lipase dan protase. Enzim amilase akan memecah karbohidrat menjadi glukosa. Enzim lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan protase memecah protein menjadi asam amino. Ketiga enzim tersebut dapat mencapai puncak keaktifan apabila kadar protein dalam makanan antara 40-60%. Apabila kadar proteinnya berubah maka untuk mencapai puncak keaktifan, enzim-enzim tersebut membutuhkan waktu untuk menyseuaikan diri. Sedangkan hormon pankreozinin menyebabkan rangsangan untuk mempertinggi produksi getah pankreas. d. Hormon insulin. Hormon tersebut dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol. Di dalam lapisan lendir dinding usus, asam lemak dan gliserol bersatu lagi, untuk kemudian diedarkan keseluruh tubuh melalui limfe (70%) dan melalui pembuluh darah (30%). Sedangkan protein diserap dalam bentuk asam amino yang dibawa ke hati dulu untuk diubah menjadi protein lagi, akan tetapi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan tubuh ikan yang bersangkutan. (Anonimb, 2011). 2.2 Penggolongan Ikan 2.2.1 Penggolongan Ikan Berdasarkan Food Habit Ikan dikelompokkan berdasarkan kebiasaan makan (food habits) dibagi menjadi 8 tipe, yaitu: 1. Plant and detritus feeders,ikan yang >50% makanannya terdiri dari material tumbuhan 2. Sessile animal feeders,makanan utamanya berupa hewan sesil, contohnya sponge dan anthozoa 3. Shelled-invertebrate feeders,makanannya berupa hewan invertebrata bercangkang, contohnya gastropoda dan echinodermata 4. Megalops atlanticus, makanan utamanya berupa crusstacea dan invertebrata lainnya 5. Generalized carnivores, memakan banyak variasi hewan bentik, contonya cacing dan ikanikan kecil 6. Ectoparasite feeders, makanan utama ikan ini adalah ektoparasit yang menempel ditubuh organisme lain, contohnya ikan remora yang memakan parasit ikan hiu 7. Zooplankton feeders,makanan utamanya berupa zooplankton 8. Fish feeder, makanan utama ikan ini adalah beragam jenis ikan lain (Yunus, 2009).

2.2.2 Penggolongan Ikan Berdasarkan Feeding Habit Penggolongan ikan berdasarkan jenis makanannya (feeding habit) menurut Doglov (2005) yaitu : a. Herbivora. Ikan golongan ini makanan utamanya berasal dari bahan-bahan nabati misalnya ikan tawes (Puntius javanucus), ikan nila (Osteochilus hasseli), ikan bandeng (Chanos chanos). b. Karnivora. Ikan golongan ini sumber makanan utamanya berasal dari bahan-bahan hewani misalnya ikan belut (Monopterus albus), ikan lele (Clarias batrachus), ikan kakap (Lates calcarifer). c. Omnivora. Ikan golongan ini sumber makanannya berasal dari bahan-bahan nabati dan hewani, namun lebih menyesuaikan diri dengan jenis makanan yang tersedia misalnya ikan mujair (Tilapia mossambica), ikan mas (Ciprinus carpio), ikan gurami (Ospronemus goramy). d. Pemakan plankton. Ikan golongan ini sepanjang hidupnya selalu memakan plankton, baik fitoplankton atau zooplankton misalnya ikan terbang (Exocoetus volitans), ikan cucut (Rhinodon typicus). e. Pemakan detritus. Ikan golongan ini sumber makanannya berasal dari sisa-sisa hancuran bahan organik yang telah membusuk dalam air, baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan misalnya ikan belanak (Mugil sp.) (Yunus, 2009). 2.2.3 Penggolongan ikan berdasarkan variasi makanan Penggolongan ikan berdasarkan variasi makanannya, dibagi menjadi tiga tipe, yaitu: a. Euryphagic, yaitu variasi makanannya banyak. b. Stenophagic, yaitu variasi makannya lebih sedikit. c. Monophagic, yaitu hanya memakan satu jenis makanan. (Effendie, 2002). 2.3 Tabel Perbandingan Sistem Pencernaan Ikan Perbedaan Gigi Ikan omnivora Gigi pharingeal Ikan karnivora Punya gigi (merobek, menahan, menyergap ) Pendek dan tebal 0,2-2,5 cm Punya Butuh Ikan herbivora Tidak punya

Usus

Panjang dan tipis 0,6-8 cm Tidak punya Butuh

Panjang usus Lambung Enzim

Panjang, berliku, tipis 0,8-15 cm Tidak punya Tidak

protealitik Contoh Sea horse, Aspius cyprinus aspius carpio Morfologi usus

Butuh Scaridae, Sardinius sp.

2.4 Rumus Perhitungan (Fp) dan (Cn) Rumus FP digunakan untuk mengetahui persentase kemunculan jenis mangsa atau makanan yang dimakan oleh satu jenis ikan. Dengan diketahuinya frekuensi kemunculan jenis makanan yang dimakan pada lambung dapat ditentukan jenis makanan tersebut termasuk dominan, sering, atau jarang. Frekuensi Kemunculan Tiap jenis Mangsa (Fp) Fp (%) = Nsj x 100 NS Indeks komposisi nilai makanan merupakan indeks yang menunjukkan persentase suatu jenis ikan dalam memakan jenis makanan tertentu. Besar persentase dari tiap jenis makanan yang dimakan oleh suatu jenis ikan menunjukkan pola perilaku makan dari jenis ikan tersebut. Dengan mengetahui nilai persentase Cn dari tiap jenis makanan dapat ditentukan feeding habit dan food habit dari jenis ikan tersebut. Indeks Komposisi Nilai Makanan Cn (%) = Nj x 100 Np Keterangan : Nsj : jumlah lambung ikan yang terdapat jenis makan tertentu Ns : jumlah lambung ikan jenis tertentu yang diamati Nj : kemunculan jenis makanan tertentu pada lambung ikan Np : jumlah jenis makanan dan kemunculannya yang ditemukan pada lambung ikan (Saputri, 2009).

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah pinset, kaca pembesar, gelas benda, gelas penutup, mikroskop, binokuler, alas lilin, alat bedah, meteran / penggaris, dan alat tulis. 3.1.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alkohol, kapas, dan sampel lambung ikan berupa: ikan tengiri (Cybium commersoni) dan ikan kiper (Scatophagus argus). 3.2 Cara Kerja 3.2.1 Metode jumlah Individu ikan dibedah pada bagian ventral. Diambil organ lambung/alat pencernaan. Dibedah lambung/alat pencernaan. Diambil semua individu organisme serta benda-benda yang terdapat di dalam lambung, diidentifikasi, dihitung satu per satu dan dipisahkan tiap spesies. Apabila masing-masing jumlah individu tiap spesies diketahui, dibandingkan jumlah antar spesies dan ditarik kesimpulan terbatas dari macam-macam isi alat pencernaan makanan. 3.2.2 Metode perkiraan tumpukan dengan persen Individu ikan dibedah pada bagian ventral. Diambil organ lambung/alat pencernaan. Alat pencernaan/lambung diukur dengan menggunakan teknik pemindahan air, yaitu isi air yang dipindahkan oleh makanan ikan itu ialah isi dari makanan itu. Makanan tersebut dilarutkan dengan air sehingga isinya itu menjadi sepuluh atau dua puluh kali dari isi semula. Dikocok hingga penyebaran makanan menyebar merata. Diambil sebagian daripadanya dan ditaruh ke dalam cawan petri dan diperiksa isi makanan ikan di bawah mikroskop. Dipilih organisme yang sejenis atau sama menjadi satu tumpuk, diidentifikasi, diperkirakan tumpukan organisme tersebut ke dalam persen. Jumlah seluruh makanan contoh yang diperiksa ialah seratus persen. Diulang pengambilan dari sampel makanan contoh yang telah dilarutkan tadi, dibuat rata-rata dan dinyatakan dalam persen.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisa Data 4.1.1 Tabel Pengamatan Metode Perkiraan Tumpukan Persen No Perlakuan Pengamatan 1 Diukur parameter fisik individu ikan, Tipe mulut berupa pengukuran panjang baku Tengiri : terminal tubuh, bukaan mult dan tipe mulut 2 Kiper : terminal

Individu ikan dibedah pada bagian Untuk diambil lambungnya ventral

3

Diambil organ lambung atau alat pencernaan

Dari kiri ke kanan : lambung ikan kiper 1 & 2; ikan tengiri 4 Dibedah dan dikeluarka isi lambung

pembedahan lambung tengiri

Isi lambung ikan tengiri 5 Diidentifikasi terdapat jenis makan yg Dalam lambung ikan tengiri : terdapat ikan kecil 1 buah Dalam lambung ikan kiper terdapat

fitoplankton

4.1.2 Tabel Pengamatan Metode Frekuensi Kemunculan No. Perlakuan 1 Dibedah dan dikeluarkaan isi lambung/usus

Pengamatan

pembedahan lambung ikan tengiri 2 Ditimbang berat lambung kosong Kiper 1: isi (1,873 gram); kosong (0,42 dan berat isi lambung gram) Kiper 2: 1,83 gram (isi); 0,42 gram (kosong) Tengiri : 10,28 gram (isi); 3,32 gram (kosong) 3 Isi lambung/usus diencerkan dengan menggunakan NaCl

Lambung ikan kiper yang diencerkan 4 Diamati isi lambung yg sudah

diencerkan dalam mikroskop

Copepoda yang ada pada lambung ikan kiper

Plankton yang ada pada lmabung ikan kiper 4.1.3 Tabel Parameter Fisik Jenis ikan No. 1 2 3 4 5 Parameter Panjang baku tubuh Tipe lambung Gigi canine Gigi pharyngeal Tipe mulut Ikan Kiper 1 21,2 cm Dinding tipis, kecil, panjang Terminal Ikan Kiper 2 19,3 cm Dinding tipis, kecil, panjang terminal Ikan Tengiri 44.4 cm Dinding tebal, besar, membulat Terminal

4.1.4 Tabel Analisa Lambung Berat Berat Berat lamb N Nama isi lamb ung o individu lamb ung koson ung g Ikan 1,873 0,42 1,453 1 Kiper 1 gram gram gram Ikan 1,83 0,42 1,41 2 Kiper 2 gram gram gram Ikan 10,28 3,32 6,17 3 Tengiri gram gram gram

Jenis isi Juml lambung ah

plankton plankton Ikan kecil

7 31 1

4.1.5 Tabel Frekuensi Kemunculan Tiap Jenis Makanan (Fp) FP Nama Jenis No. NS NSJ Spesies Makanan D S J Ikan 1 Ikan Kecil 1 1 Tengiri 2 Ikan Kiper plankton 2 2 Keterangan : Ns : jumlah lambung yang diamati per spesies Nj : jumlah lambung yang berisi makanan Rumus perhitungan : Fp = Nsj x 100% Ns D = Fp 50% S = 50% > Fp > 10% J = Fp < 10%

4.1.6 Tabel Tabel Indeks nilai komposisi makanan (Cn) Indeks nilai makanan Nama Jenis Tipe ikan Tipe No. NJ NP Nilai individu makanan kebiasaan pemangsa Cn makan (%) ikan Ikan Potongan Fish 1 1 1 100 Karnivora Tengiri ikan feeder Ikan Plant & 2 Keeper Fitoplankton 38 38 100 detritus Omnivora 1&2 feeder Keterangan : Np : jumlah total makanan yang ditemukan dalam lambung tiap individu. Nj : jumlah total jenis makanan yang ditemukan dalam lambung tiap individu. Rumus perhitungan : Cn = Nj x 100% Np 4.2 Pembahasan Pratikum studi isi lambung ikan ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis isi lambung ikan atau alat cerna ikan, mempelajari isi dari alat pencernaan makanan ikan dan mengetahui kebiasaan makanan ikan (food habits) dengan menggunakan metoda jumlah dan metode perkiraan tumpukan dengan persen. Analisis isi lambung ikan merupakan kajian tentang hubungan antara komposisi pakan alami dalam lambung dan habitatnya, baik yang bersifat planktonik, bentik maupun nektonik dan lainnya. Ikan dengan spesies dan ukuran yang sama mempunyai pemilihan pakan yang berbeda-beda berdasarkan habitatnya (Effendie, 2002). Ikan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Ikan Tengiri (Cybium commersoni) dan Ikan Kiper (Scatophagus argus) karena ikan tengiri termasuk ikan karnivora dan ikan kiper termasuk ikan omnivora yang pada praktikum ini akan diamati tipe lambung, bentuk lambung dan kebiasaan makannya. Pratikum diawali dengan menyiapkan ikan lalu mengamati morfologinya untuk menentukan parameter fisik, yaitu menghitung panjang baku tubuh, tipe lambung, melihat ada tidaknya gigi Canine dan gigi Pharyngeal, dan menentukan tipe/bentuk mulut. Individu ikan dibedah pada bagian ventral. Pengamatan isi lambung ikan dilakukan dengan pembedahan bagian ventral dari tubuh ikan kemudian dibedakan antara lambung dan usus. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam mencari dan menemukan lambung (alat pencernaan) ikan secara langsung. Organ Lambung diambil. Lambung digunakan untuk mengamati makanan ikan, karena pada lambung makanan ikan belum tercerna dan hancur secara sempurna, sehingga masih dapat dilakukan pengamatan makanan yang telah dikonsumsi oleh ikan tersebut. Lalu diukur panjang ususnya dengan terlebih dahulu meluruskan bagian usus untuk mempermudah pengukuran, lalu diukur panjangnya dengan penggaris dan ditentukan tipe lambung masing-masing ikan. Setelah itu lambung ditimbang dengan neraca untuk menentukan beratnya, lalu dibedah dan diambil semua isi lambung sampai benar-benar kosong. Lambung yang telah kosong dan isi lambung masing-masing ditimbang dengan neraca. Lalu isi lambung diidentifikasi, jika terlalu kecil maka

diamati dengan mikroskop dengan terlebih dahulu diencerkan dengan aquades ke dalam botol film. Isi dari lambung ikan diamati komposisinya untuk mengetahui food habit dan feeding habit dari ikan. Pengenceran dilakukan agar didapatkan pengamatan yang jelas (tidak bertumpuktumpuk). Pengamatan komposisi isi lambung dilakukan dengan bantuan mikroskop. Jumlah dari komposisi jenis makanan yang ditemukan pada isi lambung dicatat dan dihitung persentasenya. Sitem pencernaan pada ikan berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Sistem pencernaan ikan dibagi menjadi 3, yaitu: karnivora, herbivora dan omnivora. Ikan karnivora mempunyai gigi canin yang berfungsi untuk merobek, manahan dan menyergap, ikan omnivora mempunyai gigi pharingeal. Sedangkan ikan herbivora tidak memiliki gigi. Usus pada karnivora berbentuk pendek dan tebal. Sedangkan usus ikan herbivora dan omnivora berbentuk panjang, berliku dan tipis. Panjang usus ikan karnivora sebesar 0,2-2,5 cm, ikan herbivora 0,8-15 cm serta ikan omnivora panjang ususnya sebesar 0,6-8 cm. Ikan karnivora mempunyai lambung untuk mencerna makanannya. Sedangjan ikan herbivora dan ikan omnivora tidak memiliki lambung. Ikan karnivora dan omnivora membutuhkan enzim protealitik untuk mencerna makanan. Contoh ikan karnivora adalah Aspius aspius, ikan herbivora adalah Scaridae, Sardinius sp., ikan omnivora contohnya Sea horse, cyprinus carpio. 4.2.1 Ikan Tengiri Klasifikasi: Kingdom :Animalia Filum :Chordata Classis :Actinopterygii Ordo :Perciformes Familia :Scombridae Gambar 2: ikan tengiri Genus :Cybium Species :Cybium commersoni Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak terdapat di Propinsi Riau dari hasil utama bagi para nelayan. Secara fisik ikan tenggiri mempunyai dua jenis daging yaitu daging merah (gelap) dan daging putih (terang), sedangkan secara kimia daging merah banyak mengandung lemak, glikogen dan vitamin dan untuk daging putih banyak terdapat protein (Djuhanda, 1981). Ikan tenggiri tergolong kedalam famili Scombridae yang mempunyai bentuk memanjang, daging kulit yang licin, tidak bersisik kecuali sisik-sisk pada gurat sisi yang kecil-kecil, sirip pungung ada dua, letaknya berdekatan sekali yang depan disokong oleh jari-jari keras yang lemah sebanyak 16-17 buah, yang belakang disokomg oleh 3-4 jari-jari keras dan 13-14 jari-jari lunak. Sirip dubur sama besar nya dengan sirip punggung yang belakang, dan disebelah belakangnya terdapat sirip-sirip tambahan sebanyak 9-10 buah, sama seperti pada sirp punggung. Sirip ekor cagak dua berlekuk dalam dengan kedua ujung sirip-siripnya yang panjang. Mulut nya lebar, rahang atas dan rahang bawah begerigi tajam dan kuat, langit-langit bergigi kecil-kecil. Warna punggungnya kebiru-biruan, pinggiran tubuh dan perut beawarna seperti perak. Jenis ikan ini tergolong pada ikan yang besar, panjang tubuhnya dapat sampai 150 cm (Djuhanda, 1981). Ikan ini termasuk ikan perenang tercepat dan juga termasuk ikan buas, predator dan karnivor. Penyebarannya terdapat di laut Merah, dekat pantai Timur Afrika, Laut-laut India, Malaysia, Indonesia dan sekitarnya yang banyak disukai orang-orang dan dipasar selain dijual

segar banyak juga yang diasin dan dipindang bahkan ada yang dibuat empek-empek dan kerupuk karena dagingnya yang begitu halus dan gurih (Djuhanda, 1981). 4.2.2 Ikan Kiper Klasifikasi: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Classis : Actinopterygii Ordo : Perciformes Familia : Scatophagidae Gambar 3: ikan kiper Genus : Scatophagus Species : Scatophagus argus Ikan kiper (Scatophagus argus) merupakan ikan yang hidup di air payau (estuaria), muara sungai, dan di antara mangrove. Ikan ini termasuk ikan pelagis yang eurihaline (dapat hidup pada kisaran kadar garam yang besar). Ikan kiper bertelur di terumbu karang, ketika muda ikan ini bermigrasi ke daerah payau dekat muara sungai, dan ketika dewasa ikan ini bermigrasi ke laut terbuka. Ikan kiper merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora. Pakan alami ikan ini adalah alga biru, diatome, serasah, phytoplankton,zooplankton, microalga, cacing, crustacean, serangga, tumbuhan air, dan detritus. Sesuai dengan makanan dan caranya mengambil makanan, ikan kiper mempunyai tipe mulut terminal (Anonima, 2011). Bentuk ikan kiper mirip dengan ikan discus sehingga ikan kiper juga dijadikan ikan hias bagi sebagian orang. Ikan ini mempunyai panjang tubuh rata-rata antara 9-16 cm dengan volume lambung antara 1,6-3,5 ml. Scatophagus argus dapat mencapai panjang tubuh maksimum 38 cm. Umumnya ikan ini mencapai matang gonad ketika panjang tubuhnya 14 cm. Ikan kiper dapat hidup dengan baik di daerah tropis pada suhu antara 20-28C dan antara 32 LU-23 LS. Ikan kiper mempunyai 10-11 jari-jari sirip keras dan 16-18 jari-jari sirip lemah pada dorsal serta 4 jari-jari sirip keras dan 13-15 jari-jari sirip lemah pada anal. Ikan ini mempunyai bercak totoltotol hitam pada tubuhnya dan ketika dewasa bercak totol-totol hitam ini akan sedikit memudar. Tubuhnya pipih agak berbentuk segi empat. Mata cukup besar, diameternya sedikit lebih kecil daripada panjang mulut. Mulut kecil, bulat, horisontal, dan tidak disembulkan. Terdapat beberapa baris gigi dalam rahang ikan kiper (Anonima, 2011). Ikan kiper merupakan ikan pelagis. Ikan ini biasa ditangkap dengan menggunakan perahu atau kapal. Untuk menangkap ikan kiper biasanya digunakan kapal yang berukuran kecil hingga sedang, seperti yang digunakan oleh nelayan di Blanakan, Subang. Nelayan di daerah ini menggunakan perahu atau kapal kayu untuk mencari ikan kiper di perairan payau maupun di laut (Anonima, 2011). Ikan kiper dapat ditangkap menggunakan berbagai macam alat tangkap. Alat tangkap yang biasa digunakan untuk menangkap ikan jenis ini adalah jarring (Anonima, 2011). Ikan kiper termasuk ikan pelagis sehingga dapat ditemukan di bagian atas perairan laut maupu perairan payau. Ikan kiper adalah ikan asli Asia Selatan, namun saat ini banyak terdapat di wilayah Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Ikan ini dapat ditemukan di perairan pantai dari Jepang ke Australia. Persebaran ikan kiper meliputi Indo-Pasifik: Kuwait ke Fiji, utara sampai Jepang bagian selatan, selatan ke New Caledonia (Anonima, 2011). Ikan kiper mempunyai nilai ekonomis. Ikan ini biasanya diperdagangkan sebagai makanan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia. Ikan ini mempunyai harga

yang bervariasi, tergantung dari tempat penjualannya. Harga ikan kiper di daerah lain dapat saja berbeda-beda. Selain untuk konsumsi, ikan ini juga dapat digunakan sebagai ikan hias karena bentuknya yang cukup unik. Selain nilai ekonomis, ikan kiper juga memiliki nilai ekologis. Ikan ini tergolong ikan omnivora yang cenderung herbivora sehingga di dalam rantai makanan, ikan kiper merupakan penghubung antara produsen dan konsumer di atasnya serta penghubung antara zooplankton dan hewan-hewan kecil dengan karnivor pada tingkat trofik di atasnya, termasuk manusia. Ikan kiper mempunyai fungsi ekologis yang cukup penting di dalam ekosistem perairan (Anonima, 2011). Hasil data pengamatan yang telah dilakukan adalah bentuk mulut pada ikan tengiri terminal, mempunyai tipe lambung dengan dinding tebal, besar dan membulat, mempunyai gigi canine dan gigi pharingeal. Gigi canine menyerupai gigi anjing, seringkali berbentuk taring; bentuknya panjang dan mengerucut, lurus atau melengkung dipergunakan untuk mencengkram. Gigi pharingeal digunakan untuk mengunyah makanan. Hal ini membuktikan bahwa ikan tengiri termasuk ikan karnivora. Bentuk mulut ikan kiper adalah terminal, mempunyai tipe lambung dengan dinding tipis, kecil, panjang, hanya mempunyai gigi pharingeal saja, tidak mempunyai gigi canine. Ikan kiper termasuk ikan omnivora. Metode yang digunakan untuk mempelajari food habits meliputi penentuan secara kualitatif dan kuantitatif 1. Metode jumlah : semua individu organisme serta benda-benda lain yang terdapat di dalam organ pencernaan makanan dihitung satu-persatu dan dipisahkan spesies demi spesies 2. Metode frekuensi kejadian :semua individu organisme serta benda-benda lain yang terdapat di dalam organ pencernaan makanan dihitung satu-persatu dan dipisahkan spesies demi spesies. Organ pencernaan yang kosong juga dicatat, sehingga terdapat pengelompokan organ yang berisi dan kosong. Masing-masing organisme yang terdapat di sejumlah organ pencernaan yang berisi dinyatakan dalam persentase dari seluruh alat pencernaan yang diteliti, namun tidak meliputi organ pencernaan yang tidak berisi. Dengan demikian dapat diketahui frekuensi kejadian suatu organisme yang dimakan oleh ikan yang diteliti dalam persen. 3. Metode perkiraan tumpukan dengan persen :organisme yg sejenis dikumpulkan dalam mikroskop binokuler, diperkirakan dalam persen dng jumlah makanan seluruhnya adalah 100 %. Hasil metoda ini tidak begitu teliti, karena sulit memperkirakan makanan dengan ukuran kecil 4. Metode volumetrik :volume makanan ikan diukur dahulu, kemudian masing-masing organisme diukur volumenya dalam keadaan kering udara. Volume makanan ikan yang didapat dinyatakan dalam %vol dari seluruh volume makanan seekor ikan. 5. Metode gravimetrik : ikan diukur beratnya, masing-masing organisme juga dinyatakan dengan persen berat dari makanan ikan yang sedang diteliti Untuk menentukan food habits ikan dengan menggunakan metoda-metode di atas yang baik disajikan hasilnya ialah gabungan dari 2 metode, metode frek kejadian dng metd volumetrik atau met frek kejadian dng met perkiraan tumpukan dalam %. 6. Penentuan indek relatif penting : untuk mengevaluasi hubungan bermacam-macam makanan yg tlh dimakan ikan. Ikan yh dimakan biasanya ukuran bermacam-macam, volt k sama. Analisa jumlah saja tdk dpt member gambaran makannan mana yg penting utk ikan Indek relatif penting (IRP) / Index of Relative Importance, menggabungkan metode jumlah, volumetrik, dan frekuensi kejadian (Effendi, 2002).

BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum dapat ditarik kesimpulan bahwa ikan tengiri (Cybium commersoni) memiliki tipe kebiasaan makan Fish feeder dan tipe ikan karnivora dengan tipe lambung sejati. Ikan kiper (Scatophagus argus) memiliki tipe kebiasaan makan Plant & detritus feeder dan tipe ikan omnivora dengan tipe lambung.

DAFTAR PUSTAKA Anonima. 2011. Taxonomy. Diakses dari www.zipcodezoo.com tanggal 24 November 2011 pukul 10.00 WIB. b Anonim . 2011. Sistem pencernaan pada Ikan. diakses dari http://www.crayonpedia.org pada tanggal 24 November 2011 pukul 11.00 WIB. Djuhanda. 1981. Anatomi Dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Arnico. Bandung. Effendie, Moch. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta. Sabet, Saeed Shafiei, et all. 2009. Study on sexual maturity and levels of gonad steroid hormones in female kutum Rutilus frisii kutum (Kamenskii, 1901) during spawning season from river Sefid-Rood of the southern Caspian sea. Journal of Cell and Animal Biology Vol. 3 (11), pp. 208-215, November, 2009. Saputri, Nuri Eka Dian.2009.Studi perbandingan Isi Lambung Ikan Pari (Epinepphelus sexvasciatus Velencienes)dan ikan Sardin Putih) (Escualosa thoraceta Valenciennes) di Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban.Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya. Yunus, askar. 2009 . Sistem Pecernaan Ikan Disertai Gambar. Diakses dari www.askaryunusumi.com. pada tanggal 27 Oktober 2009 pukul 19.05 WIB