laporan sub lethal pyretroid syntetic pada ikan mas
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
1/22
1
UJI TOKSISITAS SUB-LETHAL PYRETROID SINTETIK
PADA BENIH IKAN MAS (Cypr inus carpio )
Sub-Lethal Toxicity Test of Pyretroid Sintetik On Goldfish (Cypri nus carpio )
Dyah Putri Utami, Dzaki Renaldi, Teguh Maulana1, dan Siti AliyahFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363
Email : [email protected]
ABSTRAKPestisida merupakan salah satu substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 November 2015 dari
pukul 12:30 WIB sampai dengan 14:30 WIB di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui dan memahami pemaparan serta pengamat uji toksisitas Sub-Lethal dari pestisida
jenis Pyretroid sintetik. Perlakuan yang diberikan yaitu berupa pemberian bahan toksik pyretroid sintetik dengan konsentrasi 0,05 ppm pada 5 hewan uji yang diamati selama 3 hari.
Gejala fisiologis yang ditimbulkan dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata
gerakan operkulum pada awal pengamatan yaitu 41 kali, dan rata-rata tertinggi gerakan
operkulum yaitu 45 kali pada pengamatan 1 hari. Absorpsi bahan toksik Sipemetrin dari
golongan pyretroid sintetik yang berada dalam perairan dapat melalui oral/difusi. Hasil
penelitian menunjukkan gerak operkulum rata-rata tertinggi yaitu pada perlakuan 0 ppm
(kontrol), sedangkan gerak operkulum rata-rata terendah yaitu pada perlakuan 0,05 ppm.
Gejala klinis yang ditimbulkan akibat pemaparan bahan toksik pyretroid sintetik yaitu
menghasilkan lendir yang tidak terlalu banyak. Sedangkan untuk kelangsungan hidup ikan
mas tertinggi yaitu pada kontrol 80 % dan 0 % untuk ikan yang diberikan pemaparan bahan
toksik.
Kata Kunci: Pestisida, Pyretroid Sintetik, Uji Toksisitas Sub-Lethal
ABSTRACT
Pesticide is one of substance (a substance) a chemical used to kill or pest control the
multitude. The experiment is done on the 11 november 2015 at the 12:30 until 14:30 in the
laboratory physiology of aquatic animals the faculty of fisheries and oceanography
Padjadjaran University. The purpose of this research is to know and understand the exposure
and toxicity test observers Sub-Lethal Pyretroid synthetic type of pesticides. The treatment
given, namely in the form of granting pyretroid synthetic toxic ingredients with concentrationof 0.05 ppm at 5 test animals are observed for 3 days. Physiological symptoms inflicted from
the observation shows that the average operculum movement in the early observations at 41
times, and the average highest operculum namely movement 45 times on the observations of
1 day. Absorption of toxic materials of synthetic pyretroid Sipemetrin that are in the waters
can be through oral/diffusion. The research results show motion operculum the average
highest where the treatment 0 ppm (control of), while motion operculum the lowest average
where the treatment 0.05 ppm. Symptoms clinical inflicted due to exposure material toxic
synthetic pyretroid to create mucus not too much.While for survival carp highest namely to
control 80 % and 0 % to fish given exposure material toxic.
Keywords: Pesticide, Synthetic Pyretroid, Sub-Lethal Toxicity Test
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
2/22
2
PENDAHULUAN
Penggunaan pestisida di bidang
pertanian telah banyak digunakan karena
memberikan manfaat dan keuntungan.
Pestisida merupakan racun yang
mempunyai nilai ekonomis terutama bagi
petani. Pestisida memiliki kemampuan
membasmi organisme selektif (target
organisme), tetapi pada praktiknya
pemakaian pestisida dapat menimbulkan
bahaya pada organisme non target.
Dampak negatif terhadap organisme non
target meliputi dampak terhadap
lingkungan berupa pencemaran dan
menimbulkan keracunan bahkan dapat
menimbulkan kematian bagi manusia.
Insektisida Golongan pyretroid
sintetik merupakan bahan sintetik kimia
dari racun yang terdapat dalam tanaman
piretrum. Sampai saat ini golongan
insektisida pyretroid sintetik mempunyai
jenis terbanyak. Mulai dari Deltametrin
(Decis, Dellini), Betasiflutrin (Buldok,
Betta), Lamdasihalotrin (Matador,
Hamador), Alfasipermetrin (Fastac,
Faster), Sipermetrin (Sidametrin, Cedrik) .
Racun pada pyretroid sintetik hanya
bersifat kontak sehingga jika dalam
aplikasi pestisida tidak mengenai hama
dipastikan hama tersebut tidak mati.
Uji toksisitas sub-lethal merupakan
bagian dari uji toksisitas kuantitatif yang
dilakukan dengan pendedahan larutan
bahan kimia atau polutan dalam jangka
waktu relatif lebih lama dibandingkan Uji
toksisitas Akut (beberapa hari, minggu).
Parameter yang diamati dari uji toksisitas
sub-lethal pada ikan umumnya gejala
fisiologis seperti aktivitas gerak (gerak
aktif / pasif, gerak renang, gerak
operculum/ mulut ikan dalam aktivitas
respirasi) dan gejala klinis (produksi lendir
pada sisik, serta keadaan insang pada ikan
akibat dari larutan bahan toksik ).
Ikan mas (Cyprinus carpio L. )
merupakan ikan air tawar yang memiliki
konsumen cukup besar di Indonesia. Ikan
jenis ini biasanya dibudidayakan
bersama padi di sawah, kolam, karamba
jaring apung (KJA) dengan sumber air
berasal dari sungai yang merupakan
tempat pembuangan limbah cair pertanian
(Yosmaniar 2010). Ikan mas menjadi
sangat penting keberadaanya ketika acara
suku adat batak digelar, sehingga budidaya
ikan mas sangat berkembang, oleh karena
itu tidak menutup kemungkinan ikan ini
terpengaruh oleh pestisida terutama ukuran
benih karena benih ikan mas tergolong ke
dalam benih yang peka terhadap
perubahan lingkungan. Adapun tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami pemaparan serta pengamat uji
toksisitas sub-lethal dari pestisida jenis
Pyretroid sintetik yaitu pada benih ikan
mas.
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
3/22
3
DATA DAN PENDEKATAN
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 11 November 2015 dari pukul12:30 WIB sampai dengan 14:30 WIB di
Laboratorium Fisiologi Hewan Air
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran. Penelitian ini
menggunakan perlakuan penambahan
larutan pyretroid 0,05 ppm pada satu
wadah akuarium yang berisi 7 liter air dan
5 ekor benih ikan mas.
Penelitian ini menggunakan
metode eksperimental laboratorium
dengan perlakuan pemberian bahan toksik
pyretroid 0,05 ppm terhadap hewan uji
ikan mas. Pengamatan dilakukan pada 1
jam, 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari, 6
hari, dan 7 hari pemaparan bahan toksik
pyretroid Parameter yang diamati adalah
mortalitas benih ikan mas dari total hewan
uji 5 ekor.
Alat-alat yang digunakan pada saat
penelitian diantaranya adalah bak fiber
sebagai wadah yang digunakan untuk
menampung ikan uji. Akuarium untuk
wadah atau media hewan uji dan bahan
toksik pada saat pengamatan. Selang dan
batu aerasi berfungsi melarutkan oksigen
ke dalam air untuk meningkatkan kadar
oksigen terlarut dalam air dan melepaskan
kandunngan gas-gas yang terlarut dalam
air, serta membantu pengadukan air.
Pompa aerasi berfungsi memompa
udara kedalam air, bukan mesin pembuat
oksigen. Saringan ikan sebagai alat bantu
pengambilan sampel bahan uji atau ikan.
Timbangan berfungsi mengukur massa
ikan uji. Selang Siphon berfungsi
membersihkan akuarium dari kotoran ikan.
pH meter dan DO meter berfungsi
mengukur pH dan DO dalam air yang
berada di akuarium. Hand Counter
berfungsi menghitung operculum ikan
dalam waktu 1 menit .
Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah benih ikan sebagai
hewan uji yang akan diamati laju
mortalitasnya. Bahan toksik berupa
pestisida pyretroid 5 ppm. Pakan ikan
sebagai salah satu sumber makanan ikan
uji. Kertas label sebagai penanda. Tissue
laboratorium befungsi membersihkan alat-
alat. Sarung tangan berfungsi melindungi
tangan dari paparan racun berbahaya.
Prosedur Penelitian
Pelaksanaan prosedur pada tahap
pertama dilakukan persiapan uji sub-lethal
terlebih dahulu, yaitu ikan uji
diaklimatisasi di dalam bak fiber selama 3
hari di laboratorium dengan aerasi yang
cukup dan diberi makan sesuai biomassa
ikan. Selanjutnya akuarium dibersihkan,
lalu isi sebanyak 7 liter (sebagai volume
kerja) dengan air dari kran. Alat aerasi
(blower/aerator ) beserta perlengkapannya
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
4/22
4
seperti batu aerasi, selang, pengatur
bukaan udara dan penempel selang aerasi
disetting pada posisi yang sesuai, lalu
kabel blower atau aerator disambungkan
ke dalam sumber arus listrik dan diatur
volume aerasi sesuai dengan kebutuhan.
Tahap kedua dilakukan
pelaksanaan uji sub-lethal, yaitu membuat
konsentrasi stok dari bahan uji Pyretroid
Sintetik dengan metode pengenceran.
Selanjutnya larutan toksik Pyretroid yang
sudah disiapkan dengan metode
pengenceran dimasukan ke dalam
akuarium yang sehari sebelumnya sudah
diaerasi. Setelah larutan toksik dimasukan,
tunggu beberapa saat hingga larutan
terlihat sudah homogen dengan air
akuarium. Kemudian masukan ikan yang
sudah ditimbang 5 ekor dan masukan ke
dalam akuarium.
Tahap selanjutnya dilakukan
pengamatan uji sub-lethal, yaitu
pengamatan ikan uji pada satu jam pertama
dilanjutkan dengan pengamatan harian
selama satu minggu, lalu pemberian pakan
diberikan setiap hari sebanyak 0,921 gr
dari berat 5 ikan 6,14 gr. Akuarium disifon
jika terlihat banyak kotoran ikan dan
banyak pengendapan pakan. Setelah itu,
membuat grafik gerak operculum per ikan
dalam satu menit dengan tiga ikan
berbeda, melihat aktifitas gerak, melihat
gejala klinis ikan uji, menghitung Survival
Rate ikan, dan mortalitas ikan.
Persiapan Larutan Pyretroid Sintetik
Prosedur persiapan volume larutan
bahan toksik Pyretroid sintetik yang akan
dimasukan ke dalam media hidup hewan
uji, yaitu menggunakan metode
pengenceran. Jumlah larutan stok 60.000
mg/L dengan konsentrasi gabungan akhir
0,05 ppm. Untuk mengetahui volume yang
akan di ambil dari larutan stok dijelaskan
pada perhitungan berikut:
V1 . N1 = V2 . N2
V1 = V2 . N2 / N1
V1 = 7000 mL x 0,05 ppm / 60.000 mg/L
V1 = 350 / 60.000
V1 = 0,00583 mL x 1000
V1 = 5,83 mikroliter
V1 = 6 mikroliter
Jadi volume yang akan diambil
menggunakan mikropipet adalah 6
mikroliter Pyretroid sintetik larutan stok
60.000 mg/L dan ditambah air 7.000 mL.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan
untuk mengetahui toksisitas sub-lethal
Pyretroid sintetik, yaitu dengan
menggunakan analisis deskriftif, yaitu
menggambarkan gejala fisiologis dan
gejala klinis ikan yang terpapar pestisida
Pyretroid sintetik dengan mengacu pada
penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya.
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
5/22
5
HASIL DAN DISKUSI Analisis Gejala Fisiologis dan Klinis
Ikan Mas (Cyprinus carpio )Terhadap
Pyretroid Sintetik
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai pemaparan bahan toksik
Pyretroid sintetik dengan berbagai
konsentrasi diantaranya konsentrasi 0,05
ppm terhadap ikan mas (Cyprinus carpio)
yang berukuran 6,14 gram selama tujuh
hari, parameter yang diamati diantaranyayaitu gejala fisiologis dan gejala klinis.
Gejala fisiologis yang ditimbulkan akibat
pemaparan bahan toksik pyretroid yaitu
dengan melihat aktivitas gerak dan
gerakan operkulum. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa rata-rata gerakan
operkulum pada awal pengamatan yaitu 41
kali, dan rata-rata tertinggi gerakan
operkulum yaitu 45 kali pada pengamatan1 hari. Data hasil pengamatan gerakan
operkulum dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Gerak Operkulum Ikan Mas Ukuran kecil Pemaparan Pyretroid
Sintetik 0,05 ppm Selama 7 hari
Waktu Pengamatan Gerakan Operkulum Permenit
1 jam 41
1 hari 45
2 hari 423 hari 0
4 hari 0
5 hari 0
6 hari 0
7 hari 0
Gambar 1. Grafik tabulasi data Gerak operkulum Ikan
Mas Ukuran Kecil Pemaparan Pyretroid sintetik 0,05
ppm selama 7 hari
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
6/22
6
Berdasarkan grafik tersebut, gerakan
operkulum pada awal pengamatan
menunjukkan keadaan yang normal,
namun mengalami peningkatan setelah
satu jam waktu pengamatan, dan mulai
menurun kembali setelah pengamatan hari
kedua. Penelitian ini juga dilakukan pada
berbagai konsentrasi yaitu 0,1, 0,15, dan
0,2 ppm dengan bahan toksik yang sama.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa insektisida Pyretroid sintetik
dengan bahan aktif Sipermetrin
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pergerakan operkulum. Pengaruh yang
diberikan oleh bahan aktif tersebut berbeda
pada tingkat konsentrasi yang berbeda
pula. Gerak operkulum pada ikan kontrol
cenderung normal dalam pengambilan
oksigen dan rata-rata tertinggi
dibandingkan dengan ikan yang terpapar
bahan toksik yaitu 127 kali permenit.
Sedangkan untuk ikan yang terpapar bahan
toksik gerakan operkulum cenderung tdak
normal dan rata-rata bervariasi untuk
setiap konsentrasi yang diberikan. Data
hasil pengamatan gerak operkulum pada
ikan mas dengan ukuran kecil yang
dipaparkan bahan toksik Pyretroid sintetik
dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Gerak Operkulum Ikan Mas Pemaparan Pyretroid Sintetik Pada
Berbagai Konsentrasi
Ulangan konsentrasi Gerak Operkulum
rata-rata
3
0,2 78
0,15 51
0,1 67
0,05 43
Kontrol 127
Gambar 2. Grafik tabulasi Gerak Operkulum Ikan Mas Ukuran Kecil DenganPemaparan Bahan Toksik Pyretroid Sintetik Pada Berbagai Konsentrasi.
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
7/22
7
Absorpsi bahan toksik Sipemetrin
dari golongan pyretroid sintetik yang
berada dalam perairan dapat melalui oral
yaitu pada saat pengambilan oksigen
dalam air melalui mulut ikan, dan melalui
insang secara difusi. Hal tersebut terjadi
karena sipermetrin merupakan racun
kontak yatu racun yang menyerang pada
organ yang berhubungan secara langsung
dengan racun tersebut. Dalam lingkungan
perairan, pengambilan pestisida oleh biota
air melalui penelanan makan yang
terkontaminasi, pengambilan dari air
melewati membran insang, difusi
kutikular, dan penyerapan langsung dari
sedimen (Livingston 1977 dalam Connel
dan Miller 1995).
Selain dari pergerakan operkulum,
gejala fisologis yang diamati yaitu
aktivitas gerak ikan. Aktivitas gerak ikan
mas selama pengamatan cukup aktif, serta
terlihat pengaruh yang nyata dari bahan
toksik yang diberikan, meskipun dengan
konsentrasi yang paling rendah yaitu pada
1 jam pertama pengamatan menunjukkan
adanya ketidakstabilan gerak pada ikan.
Kemudian pada satu hari pertama aktivitas
gerak ikan sudah tidak beraturan, hari
kedua pengamatan pergerakan ikan
cenderung melemah tidak stabil dan
berada didasar. Hal tersebut tidak jauh
berbeda dengan pemaparan bahan toksik
pada berbagai konsentrasi yang
menunjukkan aktivitas gerak ikan cukup
aktif namun tidak normal. Data hasil
pengamatan aktivitas gerak pada berbagai
konsentrasi pyretroid sintetik yang
diberikan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Gejala Fisiologis Pada Ikan Mas Yang dipaparkan
Bahan toksis Pyretroid sintetik
Kelompok Ulangan konsentrasiGejala Fisiologis
GO Rata-Rata AG Rata-Rata
11
3
0,2 ppm 78 ++
12 0,15 ppm 51 ++
13 0,10 ppm 67 ++14 0,05 ppm 43 ++
Keterangan : + : Aktivitas Gerak pasif
++ : Aktivitas Gerak Cukup Aktif
Gejalan fisiologis lain yang
ditimbulkan akibat dari pemaparan bahan
toksik tersebut yaitu ikan cenderung
kehilangan nafsu makan, karena terjadi
penolakan terhadap pakan yang diberikan.
Menurut Mason (1979) menyatakan bahwa
adanya bahan-bahan beracun dalam media
hidup ikan dapat menyebabkan pola
behavioristik yang tidak normal antara lain
penolakan terhadap pakan.
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
8/22
8
Gejala – gejala tersebut tidak
berbeda jauh dengan hasil penelitian dari
Rochmansyah et al. (1998) dalam
Rudiyanti dan Ekasari (2009) bahwa ikan
yang terkontaminasi racun akan
memperlihatkan gejala stres yang
ditandai dengan hilangnya nafsu makan,
pergerakan tidak stabil, dan ikan
cenderung berada didasar. Hal ini diduga
merupakan salah satu cara untuk
memperkecil proses biokimia dalam tubuh
yang teracuni, sehingga efek lethal yang
terjadi lebih lambat.
Gejala klinis akibat pemaparan
Pyretroid sintetik dengan bahan aktif
Sipemetrin 0,05 ppm pada ikan mas
diamati dengan menggunakan parameter
produksi lendir ikan. Pemaparan bahan
toksik di media hidup ikan mas dapat
terabsorpsi ke dalam tubuh ikan. Produksi
lendir pada 1 jam pengamatan ikan mas
masih alam keadaan normal. Setelah
pengamatan hari pertama dan kedua
produksi lendir semakin meningkat.
Menurut Rand (2008), menyatakan bahwa
pengaruh bahan toksik terhadap suatu
organisme akan terlihat dalam waktu
pemaparan yang berbeda. Gejala tersebut
merupakan tanggapan yang terjadi pada
tubuh ikan sebagai bentuk pertahanan pada
saat zat-zat fisika kimia mengganggu
tubuh ikan. Data hasil Pengamatan gejala
klinis pada ubuh ikan akibat dari
pemaparan Pyretroid sintetik pada
berbagai konsentrasi apat dilihat pada tabel
4.
Tabel 4. Data Hasil pengamatan gejala klinis pada Ikan mas ( Cyprinus carpio)
yang dipaparkan dengan pyretroid sintetik ( Sipemetrin) pada konsentrasi yang
berbeda
Kelompok Ulangan Konsentrasi Gejala Klinis
11
3
0,2 ppm ++
12 0,15 ppm ++
13 0,10 ppm ++14 0,05 ppm ++
15 Kontrol +
Keterangan : + : Sedikit lendir
++ : Sedang
Berdasarkan pengamatan morfologi
ikan, terdapat ikan mas yang mengalami
kerusakan pada jaringan insang yang
ditandai dengan memerahnya operkulum.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
saluran pernafasan pestisida dapat
menyebabkan kerusakan pada bagian
insang dan organ-organ yang berhubungan
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
9/22
9
dengan insang. Masuknya pestisida dalam
insang melalui kontak langsung, karena
letaknya di luar. Alasbaster dan Lloyd
(1980) menyatakan kerusakan insang dapat
berupa penebalan lamella, degradasi sel
atau bahkan kerusakan dan kematian
jaringan insang. Hal ini menyebabkan
fungsi insang menjadi tidak wajar dan
mengganggu proses respirasi, akibatnya
mengganggu pernafasan dan akhirnya
menyebabkan kematiaan.
Analisis Toksisitas Sub Lethal Pyretroid
Sintetik Terhadap Survival Rate Ikan
Mas (Cypr inus carpio )
Survival Rate atau tingkat
kelangsungan hidup ikan mas yang
didedahan dengan bahan toksik pyretroid
sintetik dengan bahan aktif sipemetrin 0,05
ppm memiliki tingkat kelangsungan hidup
yang sangat rendah. Pada awal
pengamatan tidak terdapat ikan yang mati.
Setelah satu hari pengamatan, tingkat
kelangsungan hidup ikan menjadi 60 %,
hari ke dua pengamatan menurun menjadi
40 %, dan hari ketiga kelangsungan hidup
ikan mas yaitu 0%. Data Hasil Pengamatan
Harian mengenai Survival Rate Ikan mas
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Survival Rate Ikan Mas Ukuran kecil Pemaparan
Pyretroid Sintetik 0,05 ppm Selama 7 hari
Waktu Pengamatan Survival Rate
1 jam 100%1 hari 60%
2 hari 40%
3 hari 0%
4 hari 0%
5 hari 0%
6 hari 0%
7 hari 0%
Gambar 3. Grafik Tabulasi Data Presentasi Survival Rate Ikan Mas Ukuran Kecil
Pemaparan Pyretroid Sintetik 005 Ppm Selama 7 Hari
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
10/22
10
Sedangkan untuk ikan yang dipaparkan
bahan toksik yang sama namun dengan
konsentrasi yang berbeda mengalami
tingkat kematian yang tinggi pula bahkan
tingkat kelangsungan hidup nya 0 %
selama 7 ari masa pendedahan. Data Hasil
pengamatan Survival Rate Ikan Mas
dengan pemaparan bahan toksik pyretroid
sintetik dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Survival Rate Ikan Mas Pemaparan Pyretroid sintetik Pada berbagai
Konsentrasi
Ulangan konsentrasiSurvival
Rate
3
0,2 ppm 0
0,15 ppm 0
0,10 ppm 0
0,05 ppm 0
Kontrol 80
Gambar 4. Grafik Tabulasi Data Presentasi Survival Rate Ikan Mas Ukuan Kecil
Pemaparan Pyretroid Sintetik Berbagai Konsentrasi.
Berdasarkan grafik tersebut, semua
perlakuan menghasilkan Survival Rate 0 %
kecuali pada kontrol yang memiliki nilai
kelangsungan hidup 80 %. Hal tersebut
disebabkan karena kondisi lingkungan
baik. Namun, 20 % ikan kontrol
mengalami kematian selama masa
pengamatan. Hal tersebut diduga terdapat
beberapa penyebab diantaranya , proses
pemeliharaan yang kurang optimal baik
dalam hal lingkungan media hidup ikan,
suplai oksigen yang terlalu sedikit, dan
pemberian pakan yang berlebih sehingga
menyebabkan kondisi lingkungan berubah.
Konsentrasi bahan toksik terhadap
tingkat kelangsungan hidup ikan sangat
berpengaruh atau memiliki hubungan yang
linear positif. Nilai LC50 sebagai acuan
dalam menentukkan konsentrasi sub lethal
untuk golongan pyretroid sintetik dengan
bahan aktif sipermetrin didapatkan hasil
sebesar 0,25 mg/ L. Menurut Komisi
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
11/22
11
Pestisida Departemen pertanian (1983)
kriteria daya racun lethal pestisida adalah
sebagai berikut : 1. LC50 – 96 jam < 1
mg/L, daya racunnya sangat tinggi 2.
LC50 – 96 jam 1-10 mg/L, daya racunnya
tinggi 3. LC50 – 96 jam 10-100 mg/L, daya
racunnya sedang 4. LC50 – 96 jam 100
mg/L, daya racunnya rendah. Berdasarkan
kriteria di atas dapat diketahui bahwa
pestisida sipermetrin yang termasuk
kedalam golongan pyretroid sintetik
mempunyai nilai toksisitas sangat tinggi
terhadap ikan mas. Hal ini didukung oleh
Kusno (1991) menyatakan bahwa di dalam
air kadar atau jumlah pestisida yang tinggi
dapat menimbulkan kematian organisme
seperti ikan dan udang.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai uji sublethal pada ikan mas
berukuran kecil yang dipaparkan bahan
toksik Pyretroid sintetik dengan berbagai
konsentrasi diantaranya 0 ppm (kontrol),
0,05 ppm, 0,10 ppm, 0,15 ppm, adn 0,2
ppm selama tujuh hari dengan parameter
gejala fisiologis dan klinis serta
kelangsungan hidup. Hasil penelitian
menunjukkan gerak operkulum rata-rata
tertinggi yaitu pada perlakuan 0 ppm
(kontrol), sedangkan gerak operkulum
rata-rata terendah yaitu pada perlakuan
0,05 ppm. Gejala klinis yang ditimbulkan
akibat pemaparan bahan toksik pyretroid
sintetik yaitu menghasilkan lendir yang
tidak terlalu banyak. Sedangkan untuk
kelangsungan hidup ikan mas tertinggi
yaitu pada kontrol 80 % dan 0 % untuk
ikan yang diberikan pemaparan bahan
toksik.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasi
kepada Dosen Pembimbing mata kuliah
dan Asisten laboratorium Mata kuliahEkotoksikologi perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Alabaster, J. and Lloyd. 1980. Water
Quality Criteria for Fish. FAO of
United Nations European Inland
Fisheries Advisor Commision,
Butterworth London. Boston, 297
pp.
Connel, D. W. dan Miller, G. J. 1995
Kimia dan ekotoksikologi
pencemaran. Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Keman S. 2001. Bahan Ajar Toksikologi
Lingkungan . Surabaya: Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.
Komisi Pestisida. 1983. Pedoman umum
pengujian laboratorium toksisitas
letal pestisida pada ikan untuk
keperluan pendaftaran. Komisi
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
12/22
12
Pestisida Departemen Pertanian.
Jakarta. 18 hal.
Kusno, S. 1991. Pencegahan Pencemaran
Pupuk dan Pestisida. Penebar
Swadaya.
Mangkoediharja S. 1999. Ekotoksikologi
Keteknikan. Surabaya: Jurusan
Teknik Lingkungan FTSP, ITS.
Mason, C. F. 1979. Biology Of
Freshwater Pollution. Longman
Group, Ltd. London. pp 31-34.
Rand, G. M. and S. R. Petrocelli. 1985.
Fundamentals of aquatic
toxicology: methods and
application. Hemisphere
Publishing Coorporation,
Washington DC.
Rudiyanti, Siti dan Ekasari A.D. 2009.
Pertumbuhan Dan Survival Rate
Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn)
Pada Berbagai Konsentrasi
Pestisida Regent 0,3 G. Jurnal
SaintekPerikanan Vol. 5, No. 1,
2009, 49 – 54.
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
13/22
13
LAMPIRAN
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
14/22
14
Lampiran 1. Prosedur Penelitian
Persiapan Uji Sublethal
Ikan Uji diaklimatisasi didalam bak fiber selama 3 haridilaboratorium dengan aerasi yang cukup
Akuarium dibersihkan dan dibikas dengan air bersih, lalu diisi
air sebanyak 7000 mL (sebagai volume kerja) dengan air
Di setting alat aerasi (blower /aerator ) beserta perlengkapan
seperti selang aerasi, btu aerasi, pengatur bukaan udara, dan penempelselang aerasi pada posisi yang sesuai.
Disambungkan kabel blower/ arator kedalam sumber listrik
dan diatur volume aerasi sesuai dengan kebutuhan
Pelaksanaan Uji Sub lethal
Dibuat konsenrasi larutan stok dari bahan uji (Organofosfat
Karbamat, Pyretroid sinteti, dan Organofofat+ Karbamat)
Dibuat konsenrasi larutan stok dari bahan uji (Organofosfat
Karbamat, Pyretroid sinteti, dan Organofofat+ Karbamat)
Dimasukkan masing-masing 5 ekor ikan kedalam akuariumsesuai dengan kelas ukuran ikan (ukuran kecil )ditunggu
beberapa ssat hingga ikan uji terlihat sudah beradaptasi
dengan lingkungan akuarium
Diambil secara acak 3 ekor ikan uji dari setiap akuarium
untuk ditimbang bobot awal masing-masing dirata-ratakan
ditempatkan kembali kedalam akuarium
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
15/22
15
Ditambahkan bahan uji kedalam akuarium hingga
konsentrasi akhi dalam akuarium yotu 20% 40%, 60%, dan
80% dari nilai LC50 untuk kelompok 14 konsentrasi yang
digunakan yaitu 0,05 ppm dengan volume bahan toksik 6
mikroliter
Diaduk perlahan hingga bahan uji larut sempurna dalam
akuarium
Pengamatan Uji Sub lethal
Pengamatan ikan uji dilakukan pada satu jam pertama
dilanjutkan dengan pengamatan harian selama satu minggu
Diberikan pakan setiap hari sebanyak 3 % dari bobot tubuh
ikan yaitu 0,921 gram
Dilakukan penyifonan setiap hari dengan mengganti air
sebanyak yang dibuang dengan media sesuai dengan
konsentrasi yang ditetapkan
Dibuat grafik gerakan operkulum perkelompok dan perkelas
serta grafik survival rate ikan uji.
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
16/22
16
Lampiran 2. Data Pengamatan Gerak Operkulum Dengan Pemaparan Bahan Toksik
Pyretroid Sintetik
Tabel 7. Gerak Operkulum Ikan Mas Ukuran Kecil Pada berbagai konsentrasi Bahan
Toksik Pyretroid Sintetik Ulangan 1
Ulangan konsentrasiGerak Operkulum
Rata-Rata
1
0,2 84
0,15 60
0,1 60
0,05 89
Kontrol 96
Gambar 5. Grafik Tabulasi Data Gerak Operkulum Rata-rata Ikan Mas Ukuran Kecil
Dengan Pemaparan Bahan Toksik Pyretroid Sintetik Pada Berbagai KonsentrasiUlangan 1
Tabel 8. Gerak Operkulum Ikan Mas Ukuran Kecil Pada Berbagai Konsentrasi Bahan
Toksik Pyretroid Sintetik Ulangan 2
Ulangan konsentrasiGerak Operkulum
Rata-Rata
2
0,2 75
0,15 278
0,1 61
0,05 95Kontrol 144
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
17/22
17
Gambar 6. Grafik Tabulasi Data Gerak Operkulum Rata-rata Ikan Mas Ukuran Kecil
Dengan Pemaparan Bahan Toksik Pyretroid Sintetik Pada Berbagai Konsentrasi
Ulangan 2
Tabel 9. Gerak Operkulum Ikan Mas Ukuran Kecil Pada Berbagai Konsentrasi Bahan
Toksik Pyretroid Sintetik Ulangan 4
Ulangan konsentrasiGerak Operkulum
Rata-Rata
4
0,2 79
0,15 158
0,1 83
0,05 90
Kontrol 103
Gambar 7. Grafik Tabulasi Data Gerak Operkulum Rata-rata Ikan Mas Ukuran Kecil
Dengan Pemaparan Bahan Toksik Pyretroid Sintetik Pada Berbagai Konsentrasi
Ulangan 4
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
18/22
18
Lampiran 3. Data Pengamatan Survival Rate Dengan Paparan Bahan Toksik Pyretroid
Sintetik
Tabel 10. Survival Rate Ikan Mas Pemaparan Pyretroid sintetik Pada berbagai
Konsentrasi Ulangan 1
Ulangan konsentrasi Survival Rate
1
0,20 ppm 0
0,15 ppm 0
0,10 ppm 0
0,05 ppm 60
Kontrol 100
Gambar 8. Grafik Tabulasi Data Presentasi Survival Rate Ikan Mas Ukuan Kecil
Pemaparan Pyretroid Sintetik Berbagai Konsentrasi Ulangan 1
Tabel 11. Survival Rate Ikan Mas Pemaparan Pyretroid sintetik Pada berbagai
Konsentrasi Ulangan 2
Ulangan konsentrasi Survival Rate
Ulangan 2
0,20 ppm 0
0,15 ppm 0
0,10 ppm 0
0,05 ppm 60
Kontrol 0
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
19/22
19
Gambar 9. Grafik Tabulasi Data Presentasi Survival Rate Ikan Mas Ukuan Kecil
Pemaparan Pyretroid Sintetik Berbagai Konsentrasi Ulangan 2
Tabel 12. Survival Rate Ikan Mas Pemaparan Pyretroid sintetik Pada berbagai
Konsentrasi Ulangan 4
Ulangan konsentrasi Survival Rate
4
0,2 ppm 0
0,15 0
0,10 ppm 0
0,05 ppm 20
Kontrol 100
Gambar 10. Grafik Tabulasi Data Presentasi Survival Rate Ikan Mas Ukuan Kecil
Pemaparan Pyretroid Sintetik Berbagai Konsentrasi Ulangan 4
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
20/22
20
Lampiran 4. Data Pengamatan Uji Sub Lethal Dengan Pemaparan Bahan Toksik
Karbamat
Tabel 13. Data Pengamatan Gejala Fisiologis, Gejala Klinis, dan Survival Rate Dengan
Pemaparan Bahan Toksik Karbamat Pada Berbagai konsentrasi dan Ulangan
Kel Ulangan Konsentrasi
Gejala Fisiologis
Gejala
Klinis
Survival
Rate T pH DO
GO
Rata-
Rata
AG
Rata-
Rata
1
1
A115 ++ +++ 40%
27
26
9,49
4,624,2 ;
2 B 254,3 +++ +++ 0% 25 6,5 2,7
3 C 69,57 ++ + 40% 18.27 7,86: 5,2
4 D 153 ++ ++ 40% 27;26 8,17 4,3;
5 Kontrol 104 ++ ++ 100% 20 7,59 6,36
2
0,2 132 ++ +++ 0% 25 9,2 16.48
7 0,15 130 ++ ++ 0% 26 8,2 6,8
8 0,1 75 ++ +++ 0% 26 12,36 4,4
9 0,05 104 + ++ 0% 19 7,69 7,1
10 Kontrol 131 + + 60% 25 00.28 01.40
11
3
0,2 124 +++ +++ 0% 25 9,2 2,7
12 0,15 230 ++ ++ 0% 26 10,5 4,4
13 0,1 82 ++ +++ 60% 19;21 7,81; 7,3;
14 0,05 79,9 ++ ++ 0% 25 7,4 8,16
15 Kontrol114 +++ + 60% 19;
248,01; 7,3;
16
4
0,2 69 ++ ++ 0% 27 6,9 4,4
17 0,15 111 ++ ++ 60% 18;28 7,68 7,8
18 0,1 97 ++ + 60% 27 9,4 4,8
19 0,05 104 ++ + 40% 18;24 7,71 7,5
20 Kontrol 137 +++ ++ 100% 25;21 9,6 4,47
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
21/22
21
Lampiran 5. Data Pengamatan Uji Sub Lethal Dengan Pemaparan Bahan Toksik
Organofosfat
Tabel 14. Data Pengamatan Gejala Fisiologis, Gejala Klinis, dan Survival Rate Dengan
Pemaparan Bahan Toksik Orgaofosfat Pada Berbagai konsentrasi dan Ulangan
Kel Ulangan Konsentrasi
Gejala Fisiologis
Gejala
Klinis
Survival
Rate T pH DO
GO
Rata-
Rata
AG
Rata-
Rata
1
1
0,317 95 ++ ++ 0% 25 7,87 3,2
2 0,238 127 ++ ++ 20% 26,2 7,8 8,2
3 0,158 104 + + 0% 24 7,88 7,7
4 0,079 79 ++ ++ 20% 25 7,85 25 Kontrol 100 ++ ++ 60% 24 7,96 0,30
6
2
0,317 164 + + 0% 25,5 6,9 7,4
7 0,238 136,63 + +++ 20% 27 7,69 6,9
80,158 83 +++ ++ 40%
26
287,86 2,1
9 0,079 131 +++ +++ 40% 25 7,83 1,7
10 Kontrol 138 ++ ++ 20% 26 7,73 7,2
11
3
0,317 128 + + 33% 26 7,72 7,4
12 0,238 106 ++ ++ 80% 26 7,8 1,5
13 0,158 93,95 ++ +++ 0% 25 7,74 1,914 0,079 136,66 ++ +++ 0% 25,2 7,6 7
15 Kontrol 131 +++ +++ 100% 24 7,93 6,9
16
4
0,317 92 ++ ++ 100% 27 7,78 2,5
17 0,238 89 + + 0% 24 7,85 2,2
18 0,158 108 ++ +++ 0% 27 7,6 6,5
19 0,0013 78,33 +++ +++ 0% 24 7,91 1,7
20 Kontrol 122 ++ ++ 20% 25 7,78 7
-
8/18/2019 Laporan Sub Lethal Pyretroid Syntetic pada ikan mas
22/22
22
Lampiran 6. Data Pengamatan Uji Sub Lethal Dengan pemaparan Bahan Toksik
Organofosfat
Tabel 15. Data Pengamatan Gejala Fisiologis, Gejala Klinis, dan Survival Rate Dengan
Pemaparan Bahan Toksik Organofosfat Pada Berbagai konsentrasi dan Ulangan
kel Ulangan Konsentrasi
Gejala Fisiologis
Gejala
Klinis
Survival
Rate T pH DO
GO
Rata-
Rata
AG
Rata-
Rata
1
1
0,317 62 ++ ++ 0 27 8,62 2
2 0,283 126,3 ++ ++ 0 26 7,74 1,4
3 5,51 103 ++ ++ 0 25 7 1,5
4 D 104,3 ++ ++ 20 27 8,65 25 Kontrol 132,3 ++ +++ 0 25 , 26 7,6 1,3
6
2
A 125,25 ++ ++ 0 26 7,75 1,6
7 B 127,1 +++ +++ 20 27 7,83 1,7
8 0,158 116,88 + ++ 100 25 8,66 1,7
9 2,756 129,4 ++ ++ 80 25;26 7,84 1,2
10 Kontrol 122 +++ + 0 27 7,72 1,4
11
3
0,11 139 +++ + 0 27 7 1,7
12 8,3 71 ++ ++ 0 26 8,64 18
13 5,5107,6 ++ ++ 0
25
257 1,3
14 0,238 131,49 ++ ++ 0 26 7,75 1,4
15 Kontrol 114,6 + + 4024
5;217,8 1,3
16
4
0,317 102,3 + + 0 26 8,65 1,5
17 8,3 127,3 ++ +++ 0 25,5 7,97 1,2
18 5,5 137,93 ++ ++ 0 27 7,77 1,4
19 2,756 127,5 ++ ++ 0 25 7,93 1,4
20 Kontrol 69 ++ ++ 60 26 8,95 2,1