laporan kkl pak in dan nasir

Upload: chy-philiiashafa

Post on 10-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KELOMPOK PENELITIAN FISIKEVALUASI BENTUK LAHAN FLUVIALDesa Sijangek Korong Sungai Durian, Nagari Sungai DurianKecamatan VII Koto Patamuan, Kabupaten Padang Pariaman15-18 Mei 2014

Dosen Pembimbing :Drs. ZawirmanDrs. Moh. Nasir B

JURUSAN GEOGRAFIFAKULTAS ILMU SOCIALUNIVERSITAS NEGERI PADANG2014

LAPORAN KELOMPOK PENELITIAN FISIKEVALUASI BENTUK LAHAN FLUVIALDesa Sijangek Korong Sungai Durian, Nagari Sungai DurianKecamatan VII Koto Patamuan, Kabupaten Padang Pariaman15-18 Mei 2014

Dosen pembimbingDrs. ZawirmanDrs. Moh Nasir B

1. Yopi Chairunisa(1201688)2. Anisa Fitri(1201689)3. Fauty Lidya Putri(1201690)4. Roni Putra(1201691)5. Dessy Zulmaningsih(1201692)6. Nurifka Anisa(1201693)7. Khairun Najmi S(1201694)8. Dewi Suryani(1205864)9. Sivia Enie Rosiana (1205865)10. Rezki Dwi Pernanda (1205866)11. Sismalini (1205881)12. Rima Kurnia Wati (1205882)13. Nani Winda Putri (1205883)14. Novrianti Maya Sari (1205886)15. Arif Refki Riza (1205888)16. Wella Purnamasari(1205890)17. Ozzi Rahmadeni (1205891)18. Resi Lianora (1205892)19. Suci Atma Hardika (1205893)20. Devin Ardhi Saputra (1205894)21. Ari Bilkisti (1205926)22. Randi Kurnia (1205927)23. Novrianti Lestari(1205929)24. Chintya Dara Arassica(120525. Diyanti Octavani (1209516)26. Rena Nurmala Sari (1207448)27. Sherly Asih Winda O (120528. Rima Musdela (120529. Putri Kurniati (1205

JURUSAN GEOGRAFIFAKULTAS ILMU SOCIALUNIVERSITAS NEGERI PADANG2014BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangEvaluasi kemampuan lahan telah umum dilakukan dan telah menjadi salah satu faktor utama yang dipertimbangkan dalam penysunan rencana pemanfaatan lahan. Evaluasi kemampuan lahan pada dasarnya merupakan evaluasi potensi lahan bagi penggunaan berbagai system pertanian secara luas dan tidak membicarakan peruntukan jenis tanaman tertentu ataupun tindakan-tindakan pengelolaannya, oleh sebab itu sifatnya merupakan evaluasi yang lebih umum dibandingkan dengan evaluasi kesesuaian lahan yang bersifat lebih khusus. Lahan dengan kemampuan yang tinggi diharapkan berpotensi yang tinggi dalam berbagai penggunaan, sehingga memungkinkan penggunaan yang intensif untuk berbagai macam kegiatan. Klasifikasi kemampuan lahan perlu dilakukan, untuk mengelompokkan lahan ke dalam satuan-satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan intensif dan perlakuan yang diperlukan untuk digunakan secara terus menerus ( Sitorus, 1995). Berarti klasifikasi kemampuan lahan ini akan menetapkan jenis penggunaan yang sesuai dan jenis perlakuan yang diperlukan untuk dapat digunakan bagi produksi tanaman secara lestari. Menurut Sitorus (1995), untuk mencapai tujuan diatas perlu pendekatan fisiografi dan parametrik dalam mengevaluasi kemampuan lahan. Pengetahuan tentang sifat fisik lahan merupakan dasar bagi perencanaan lahan secara rasional. Pendekatan fisiografik (physiographic approach) yang mempertimbangkan lahan secara keseluruhan didalam penilaiannya. Pendektan fisiografik ini umumnya menggunakan kerangka bentuklahan (landform framework) untuk mengidentifikasikan satuan bentuklahan secara alami. Zonneveld (1979) menamakan pendekatan demikian dengan pendekatan holistik (holistic approach), sedangkan Young (1976) menyebutkan dengan pendekatan sintetik (synthetic approach). Pendekaan fisiografik mengelompokkan satuan bentuklahan secara keseluruhan dan tidak berdasarkan sifat tertentu. Ini dilakukan dengan anggapan bahwa suatu daerah yang mempunyai fisiografik yang relative seragam akan mempunyai faktor-faktor lingkungan lainnya yang juga relative seragam : seperti iklim mikro, cirri tanah, hidrologi, geologi, geomorfologi, dan vegetasi. Pendekatan seperti ini dianggap sangat tepat terutama dalam penilaian kemampuan lahan suatu satuan bentuklahan. Perubahan yang dapat kita rasakan dan lihat secara langsung adalah perubahan bentang lahan (landscape). Banyak faktor yang dapat mengakibatkan perubahan bentuk lahan ini baik yang bersumber dari tenaga endogen maupun tenaga eksogen.Air merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang menyebabkan perubahan bentuk lahan khususnya terbentuknya bentang lahan basah (fluvial).

1.2 Rumusan MasalahDari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat ditemukan beberapa rumusan masalah, yaitu :1. Bagaimana kondisi lahan dataran banjir 1 ?2. Bagaimana kondisi lahan dataran banjir 2 ?3. Bagaimana kondisi lahan alluvial ( kebun campuran ) ?

1.3 Tujuan Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian mengenai evaluasi kemampuan lahan pada daerah Desa Sijangek, Korong Sungai Durian, Nagari Sungai Durian Kecamatan VII Koto Patamuan, Kabupaten Padang Pariaman adalah untuk mengetahui seberapa besar potensi lahan yang ada pada derah tersebut agar penggunaan lahan sesuai dengan potensi dan kemampuan serta pengelolaan yang sesuai dengan keadaan lahan. Selain itu untuk membuka wawasan mahasiswa tentang potensi lahan atau teori yang telah disampaikan sebelumnya pada bangku perkuliahan.

1.4 ManfaatManfaat dari penelitian yang telah dilakukan ini adalah dari hasil yang telah ditemukan dilapangan dapat dimanfaatkan pemerintah maupun masyarakat sekitar penelitian dalam pengelolaan lahan daerahnya. Semoga penelitian yang telah dilakukan dapat menjadi pengalaman yang berarti bagi mahasiswa

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bentuk lahan fluvialBentuk lahan asal fluvial, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas sungai, contohnya antara lain dataran banjir, tanggul alam, teras sungai. Karena sebagian besar sungai bermuara di laut maka sering terjadi bentuk lahan akibat kombinasi proses fluvial dan marine.2.1.1 Dataran aluvialDataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ke tempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai.Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan.

2.1.2 Dataran banjirDataran banjir berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur.

2.1.3 Tanggul alam sungai (natural levee)Tanggul yang terbentuk akibat banjir sungai di wilayah dataran rendah yang berperan menahan air hasil limpasan banjir sehingga terbentuk genangan yang dapat kembali lagi ke sungai. Seiring dengan proses yang berlangsung kontinyu akan terbentuk akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam.

2.1.4 Rawa belakang (backswamps)Backswamp atau Rawa belakang adalah bagian dari dataran banjir dimana simpanan tanah liat menetap setelah banjir. Backswamps biasanya terletak di belakang sungai alam sebuah tanggul. Kemudian kembali rawa-rawa yang terletak agak jauh dari saluran sungai di dataran banjir tersebut. Ketika air tumpah ke dataran banjir, material terberat tetes keluar pertama dan materi terbaik dilakukan jarak yang lebih besarRelief : Cekung datarBatuan/struktur :Berlapis, tidak kompakProses:SedimentasiKarakteristik :Relief cekung - datar, selalu tergenang, proses sedimentasi.

2.1.5 Kipas aluvialBila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik.

2.1.6 Teras sungaiTeras sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahuiproses-proses yang telah terjadi di masa lalu. teras sungaimerupakan satu morfologi yang sering dijumpai pada sungai. Proses deposisi,proses migrasi saluran, proses erosi sungai meander dan aliran overbank sangat berperan dalam pembentukan dan perkembangan dataran banjir. Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan teras sungai adalah perubahan base level of erosion dan perubahan iklim.2.2 Pendekatan dan Teknik Penelitian2.2.1 Kemiringan LerengKemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relative terhadap bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Kecuraman lereng,panjang lereng dan bentuk lereng semuanaya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Menurut sitanala Arsyad (1989:225) mengkelaskan lereng menjadi seperti berikut:

KlasSatuan Relief/TopografiLereng (%)

ADatar0-3

BLandai atau berombak3-8

CAgak miring atau bergelombang8-15

DMiring agak berbukit15-30

EAgak curam30-45

FCuram45-65

GSangat curam>65

2.2.2 ErosiErosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angina, air atau es, karakterisitk hujan, creep pada tanah dan material lain dibawah pengaruh gravitasi, atau makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang. Dalam hal ini disebut bio erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.Erosi dibedakan menjadi dua, yaitu erosi geologi (alami) dan erosi dipercepat (accelerated erosion). Erosi geologi merupakan erosi yang berjalan sangat lambat, dimana jumlah tanah yang tererosi sama dengan jumlah tanah yang terbentuk. Erosi ini tidak berbahaya karena terjadi dalam keseimbangan alami. Sedangakan erosi dipercepat merupakan erosi yang terjadi lebih cepat akibat aktifitas manusia yang menganggu keseimbangan alam. Jumlah tanah yang tererosi lebih banyak daripada tanah ang terbentuk. Erosi ini berjalan sangat ceat sehingga tanah di permukaan (top soil) menjadi hilang.Berdasarkan bentuknya erosi dapat dibedakan menjadi :a. Pelarutan Tanah kapur mudah dilarutkan air sehingga di daerah kapur sering di temukan sungai-sungai di bawah tanah.b. Erosi percikan (Splash Erosion)Curah hujan yang jatuh langsung ke tanah dapat melempar butir-butir tanah sampai setinggi 1 meter ke udara. Di daerah yang berlereng, tanah yangt terlempar tersebut umumnya jatuh kelereng dibawahnya.c. Erosi Lembar (Sheet Erosion)Pemindahan tanah terjadi lembar demi lembar (lapis demi lapis) mulai dari lapisan yang paling atas. Erosi sepintas lalu tidak terlihat, karena kehilangan lapisan-lapisan tanah seragam, tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat seluruh top soil akan habis.d. Erosi Alur (Rill Erosion)Dimulai dengan genagan-genagan kecil setempat-setempat di satu lereng, maka bila air dalam genagan tersebut mengalir, terbentuklah alur-alur bekas aliran tersebut. Alur-alur tersebut mudah di hilangkan dengan pengolahan tanah biasa.e. Erosi Gully (Gully Erosion) Erosi ini merupakan lanjutan dari erosi alur tersebut. Karena alur yang terus-menerus digerus oleh aliran-aliran air terutama daerah-daerah yang banyak hujan, maka alur-alur tersebut menjadi dalam dan lembar dengan aliran yang lebih kuat. Alur-alur tersebut tidak dapat hilang dengan pengolahan tanah biasa.f. Erosi Parit (Channel Erosion)Arit-parit yang besar sering masih terus mangalir lama setelah hujan berhenti. Aliran air dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau dinding (tebing) parit dibawah permukaan air, sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke dasar parit. Adanya gejala Neader dari suatu aliran dapat meningkatan pengikisan tebing di tempat-tempat tertentu (Beasley, 1972).

1. Tabel Pengukuran Rill dan Gully ErosionErosi Rill (Alur) dimulai dengan genagan-genagan kecil setempat-setempat di satu lereng, maka bila air dalam genagan tersebut mengalir, terbentuklah alur-alur bekas aliran tersebut. Alur-alur tersebut mudah di hilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Sedangkan Gully erosion adalah lanjutan dari erosi alur tersebut. Karena alur yang terus-menerus digerus oleh aliran-aliran air terutama daerah-daerah yang banyak hujan, maka alur-alur tersebut menjadi dalam dan lembar dengan aliran yang lebih kuat. Alur-alur tersebut tidak dapat hilang dengan pengolahan tanah biasa.Kedalaman alur / jurang(cm)Jarak antar Alur,Parit,Jurang (m)No. Satuan bentuk lahanChecklist

300

300BeratBeratBeratSedangRingan

Catatan : Erosi alur kedalaman 300 cm

2.2.3 Sheet ErosionPemindahan tanah terjadi lembar demi lembar (lapis demi lapis) mulai dari lapisan yang paling atas. Erosi sepintas lalu tidak terlihat, karena kehilangan lapisan-lapisan tanah seragam, tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat seluruh top soil akan habis.KlasIntensitasLapisan tanah yang hilang

e0Tanpa-

e1RinganKurang dari 20% lapisan atas

e2Sedang25-75% lapisan atas, terjadi alur

e3Agak berat>75% lapisan atas dan 25% lapisan bawah terjadi alur dan parit

e5Sangat beratErosi parit yang dalam

2.2.4 Analisis Tingkat Erodibilitasa. Uji Remah (Crumb Test)1) Ambil agregat tanah utuh dengan ukuran lebih kurang 1 cm32) Masukkan ke dalam gelas piala yang telah diisi oleh air sebanyak 150 ml3) Diamkan selama 5-10 menit dan amati4) Hasil pengujian dapat diklasifikasikam sebagai berikut :Kelas I : Tidak ada terjadi perubahanKelas II : Agregat tanah sedikit mengelupasKelas III : Agregat sebagian mengelupas dan tersisa pada bagian tengahKelas IV : Agregat tanah mengelupasb. Uji Lobang Pena (Pinhole Test)1) Buat bola tanah dari pasta tanah dengan batas lekat2) Lubangi ditengah-tengah bola dengan jarum atau lidi3) Teteskan air ke dalam lobang secara perlahan dengan botol pemancar sebanyak lebih kurang 50 ml4) Tampung tetesan air dengan gelas ukur5) Amati keadaan air yang ditampung dalam gelas ukur6) Hasil pengujian dapat diklasifikasikan sebagai berikut :Kelas I: Air tetap jernih , tidak ada erosi pada lobangKelas II : Sedikit ada suspense, sedikit erosi pada lobangKelas III : Suspensi terlihat dengan jelas, terjadi erosi pada lobangKelas IV : Air keruh , erosi pada lobang sangat kuatc. Uji Manipulasi1) Buat pasta tanah berukuran lebih kurang 2 cm3 pada batas plastis2) Buat bentuk-bentuk tertentu , seperti pada tabel berikut :NoBentukTeksturKelas Erodibilitas

1Bukit sederhanaPasir1

2TabletPasir berlempung2

3Gulungan 10 cm dengan retakanLempung berpasir3

4Gulungan 10 cm tanpa retakanLempung5

5Tapal kuda dengan retakanLempung berliat4

6Tapal kuda tanpa retakanLiat berlempung3

7Lingkaran tanpa retakanLiat2

2.2.5 Kedalaman Efektifitas TanahKedalaman efektif tanah adalah suatu kedalaman yang diukur dari permukaan tanah sampai pada lapisan kedap air, yakni ; lapisan pasir, kerikil, batu lignit. Ini sangat ditentukan dari tingkat pelapukan humus yang ada dipermukaan dan jenis batuan induk yang melapuk menjadi soil.KlasIntensitasKedalaman (cm)

k4Sangat dangkal90

2.2.6 Tekstur TanahTekstur tanah adalah banyaknya setiap bagian tanah menurut ukuran partikel-partikelnya ditentukan oleh besarnya butiran tanah. Sehingga pengertian dan definisinya adalah perbandingan antara banyaknya liat, lempung dan pasir yang terkandung dalam tanah.Tekstur tanah berkaitan dengan kemampuan tanah untuk menahan air dan juga reaksi kimia tanah. Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit untuk menahan air maupun unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur lempung mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah yang bertekstur kasar. Tanah-tanah yang bertekstur halus mempunyai kemampun menyimpan air dan hara makanan bagi tanaman. Tekstur tanah dapat digolongkan :1. Apabila terasa kasar, berarti pasir, pasir berlempung2. Apabila terasa agak kasar, berarti lempung berpasir, lempung berpasir halus3. Apabila terasa sedang, berari lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu4. Agak halus, berarti lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu5. Halus, berari liat berpasir, liat berdebu, liatPerbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm. Di lapangan tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit tanah basah di antara jari-jari, sambil dirasakan halus kasarnya yaitu dirasakan adanya butir-butir pasir debu dan liat, sebagai berikut:

a. Pasir : Rasa kasar sangat jelas, tidak melekat dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.b. Pasir berlempung: Rasa kasar jelas, sedikit sekali melekat dan dapat dibentuk bola, mudah hancur.c. Lempung berpasir: Rasa kasar agak jelas, agak melekat, dapat dibuat bola, dan mudah hancur.d. Lempung: Rasa tidak kasar dan tidak licin, agak melekat,dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.e. Lempung berdebu: Rasa licin,agak melekat dan dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.f. Debu: Rasa licin sekali ,agak melekat ,dapat dibentuk bola teguh, dan dapat dibentuk gulungan dengan permukaan membulat.g. Lempung berliat:Rasa agak licin, agak melekat ,dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.h. Lempung liat berpasir: Rasa halus dengan sedikit bagian agak kasar,agak melekat ,dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.i. Lempung liat berdebu: Rasa halus agak licin,melekat dan dapat dibentuk bola teguh, gulungan mengkilat.j. Liat berpasir: Rasa halus, berat tetapi tersa sedikit kasar,melekat dan dapat dibentuk bola teguh, mudah di gulung.k. Liat berdebu: Rasa halus, berat, agak licin,sangat lekat dan dapat dibentuk bola teguh, mudah di gulung.l. Liat: Rasa berat, halus,sangat lekat, dan dapat dibentuk bola dengan baik, mudah digulungKelasDeskripsi

t5Tanah bertekstur kasar, meliputi tekstur pasir berlempung dan pasir

t4Tanah bertekstur agak kasar, meliputi tekstur lempung berpasir , lempung berpasir halus, dan berpasir sangat halus

t3Tanah bertekstur sedang, meliputi tekstur lempung, lempung berdebu dan debu

t2Tanah bertekstur agak halus, meliputi lempung liat berpasir, lempung berliat , dan lempung liat berdebu

t1Tanah bertekstur halus, meliputi bertekstur liat berpasir, liat berdebu, dan liat

2.2.7 DrainaseDrainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Menurut Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.KelasDeskripsi

d5Sangat buruk, seluruh lapisan samapai permukaan tanah berwarna kelabu dan lapisan bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak berwarna kebiruan, atau terdapat genangan di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman

d4Buruk, bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-bercak berwarna kelabu , coklat atau kekuningan

d3Agak buruk, lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning , kelabu atau coklat. Bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bagian bawah (sekitar 40 cm dari permukaan tanah)

d2Agak baik, tanah mempunyai peredaran udara baik dalam daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah)

d1Baik, tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai bawah (150 cm ) berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak kuning , coklat dan kelabu

d0Berlebihan, air lebih segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang tertahan oleh tanah sehingga tanaman akan segera mengalami kekurangan air

2.2.8 Sebaran Bahan Kasar di Permukaana. Kerikil (diameter >0,2 cm jika berbentuk bulat, 0.2 cm jika berbentuk bulat, < 7,5 cm jika berbentuk pipih dan sedang, 15-50 %2. batu kecil ( diameter 7,5 25 cm jika berbentuk bulat, 15-45 cm jika pipih dan volume tanah 15-20 %. Pengelolaan tanah sangat sulit dan pertumbuhan tanaman terganggu.3. Batu lepas ( yaitu batu yang tersebar di atas permukaan tanah dan berdiameter lebih dari 25 cm jika bulat, 40 cm jika pipih, 3-15% permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah mulai agak sulit.4. Batuan tersingkap (10- 50 % permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan tanaman terganggu. Pada dataran ini terdapat ancaman banjir yang kecil.Berdasarkan karakteristik lahan yang telah diteliti pada sampel I pada dataran banjir I lebih dominan di kelas V, dengan factor pembatas sebaran batuan yang sedang, permeabilitas yang rendah, tekstur tanah dan kedalaman yang kurang. Sampel II diambil pada daerah tepian sungai yang dapat dikategorikan sebagai dataran banjir. Diketahui dengan kemiringan 0-3 % yaitu relative datar, dimana ditemukan jenis tanah yang didominasi pasir berlempung dan batuan batuan berukuran kecil hingga besar. Kedalaman perakaran sangat kecil yaitu 5 cm.Pada daerah dataran banjir ini memiliki tingkat erosi yang kecil, juga mempunyai tingkat drainase yang sangat buruk, yang ditemukan pada seluruh lapisan sampai permukaan tanah, yang berwarna kelabu dan lapisan bawah berwarna kelabu, terdapat bercak bercak berwarna kebiruan atau terdapat genangan di permukaan dalam waktu lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Tanahnya bertekstur kasar meliputi tekstur pasir berlempung dan pasir, permeabilitas sedang. Pada daerah ini ditemukan sebaran batuan permukaan yang sangat banyak sehingga vegetasi penutupnya hanya didominasi oleh rumput dan semak belukar. Daerah ini memiliki ancaman banjir selama 6 bulan atau lebih, selalu dilanda banjir secara teratur yang lamanya lebih dari 24 jam.Berdasarkan karakteristik lahan pada sampel ke 2, lebih dominan pada kelas V dengan factor penghambat sebaran batuan yang sangat banyak dan drainasenya sangat buruk.Sampel III, diambil di daerah dataran alluvial yang penggunaan lahannya sebagai kebun campuran. Kemiringan lereng pada daerah ini yaitu 15%. Sampel ini diambil pada kedalaman 100 cm dan ditemukan horizon A dengan ketebalan 40 cm, berupa tanah lempung berdebu, horizon B dengan ketebalan 60 cm berupa tanah lempung berdebu. Pada dataran alluvial ini tingkat erosinya kecil karena terdapat banyak vegetasi penutupnya. Tingkat drainase pada daerah ini agak baik karena tanah mempunyai peredaran udara yang baik pada daerah perakaran, tidak terdapat bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat. Pada lapisan atas dan dan bagian atas lapisan bawah sebaran batuan di permukaannya hampir tidak ada atau sedikit dan daerah ini hampir tidak pernah terkena dampak banjir. Berdasarkan karakteristik lahan pada sampel 3, lebih dominan pada kelas II dengan faktor penghambatnya kemiringan lereng. TABEL KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN MASING MASING DAERAH PENELITIAN ( SAMPEL I,II & III )

NoFaktor PenghambatDataran banjir 1Dataran banjir 2Kebun campuran

1Lereng permukaanA : Datar ( 0-3 %)A : Datar ( 0-3 %)C : agak miring/bergelombang (8-15%)

2Kepekaan erosi___

3Tingkat erosiE0 : TanpaE1 : ringanE1 : ringan

4Kedalaman efektifitas tanahK4 : sangat dangkal, kedalaman < 25 cmK4 : sangat dangkal, kedalaman 90%B0 : tidak ada/sedikit

B0 : tidak ada/sedikit

B1 : sedikit

B0 : tidak ada

10Ancaman banjirO1: Kadang kadangO4 : Selama waktu 6 bulan/ lebih, tanah selalu dilanda banjirO0 : Tidak pernah

3.7 Dokumentasi Kegiatan3.7.1 Pengarahan 3.7.2 Lokasi dan Sampel 1

3.7.2 Lokasi dan Sampel 2

3.7.3 Lokasi dan Sampel 3

3.7.4 Diskusi

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanKarakteristik lahan yang telah diteliti pada sampel I pada dataran banjir I lebih dominan di kelas V, dengan factor pembatas sebaran batuan yang sedang, permeabilitas yang rendah, tekstur tanah dan kedalaman yang kurang. Karakteristik lahan pada sampel ke 2, lebih dominan pada kelas V dengan factor penghambat sebaran batuan yang sangat banyak dan drainasenya sangat buruk. Karakteristik lahan pada sampel 3, lebih dominan pada kelas II dengan faktor penghambatnya kemiringan lereng. 4.2 Saran Dari penelitian yang telah dilakukan semoga hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat, agar pengelolaan lahan sesuai dengan potensinya dan dapat digunakan secara terus menerus.