(kkl) ii pulau madura

27
LAPORAN PENELITIAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL) II DI PULAU MADURA Laporan Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KKL II Yang Dibina oleh Dosen Pembimbing KKL II Disusun Oleh: Kelompok V: Nur Isroatul Khusna 106351400636 Candra Novani 106351400680 Anisatu Nadhiroh 106351400645 Wahyu Wardani 106351400649 Dini Afriani 106351400450 Citra Kusumaningtyas 106351400457 Aditya Putra 206351403558 Hannah Nika 206351405973 Sari Agustin 206351405979 Sri Kusrini 607351412854 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN GEOGRAFI Mei 2008

Upload: namaq-wahyu

Post on 01-Nov-2015

1.268 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Laporan KKL 2 Pulau Madura/Lampiran Peta Madura

TRANSCRIPT

Page 1: (Kkl) II Pulau Madura

LAPORAN PENELITIAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL) II

DI PULAU MADURA

Laporan Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KKL II

Yang Dibina oleh Dosen Pembimbing KKL II

Disusun Oleh: Kelompok V:

Nur Isroatul Khusna 106351400636 Candra Novani 106351400680 Anisatu Nadhiroh 106351400645 Wahyu Wardani 106351400649 Dini Afriani 106351400450 Citra Kusumaningtyas 106351400457 Aditya Putra 206351403558 Hannah Nika 206351405973 Sari Agustin 206351405979 Sri Kusrini 607351412854

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN GEOGRAFI Mei 2008

Page 2: (Kkl) II Pulau Madura

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya laporan KKL II ini dapat terselesaikan

dengan baik dan tepat waktu. Dan tak lupa kami ucapkan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

pelaksanaan KKL II dan penyelesaian laporan KKL II ini, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Edy Purwanto selaku Ketua Jurusan Geografi FMIPA Universitas

Negeri Malang yang telah meberikan ijinnya untuk melaksanaan KKLini.

2. Para Dosen pembimbing KKL II yaitu Bapak Sudarno Herlambang, Bapak

Hendri Purwanto, Bapak Suwardi Rusyanto, Bapak Djoko Sulistyo, serta

Bapak Syamsul Bahri. Terima kasih atas segala bimbingan dan tambahan ilmu

yang diberikan selama perjalanan KKL II, semoga menjadi manfaat dan

barokah buat kami.

3. Teman-teman panitia KKL II yang dengan tulus mengorbankan tenaga dan

waktunya demi kelancaran kegiatan KKL ke Pulau Madura.

4. Teman-teman geografi angkatan 2006 offering A,B, dan K terimakasih atas

kerjasamanya.

5. Teman-teman kelompok 5 yang telah bekerjasama untuk dan turut serta dalam

membantu penyelesaian laporan KKL ini.

Masih banyak kekurangan dalam laporan KKL ini karena jauh dari

sempurna oleh karena itu perbaikan baik krikan dan saran dari pembaca sangat di

perlukan demi kesempurnaan laporan ini. Dan semoga apa yang telah didapatkan

selama perjalanan KKL II dapat bermanfaat bagi kta dan menambah ilmu yang

lebih barokah bagi kehidupan kita. Amin...

Malang, 14 Mei 2008

Penyusun

Page 3: (Kkl) II Pulau Madura

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai macam jenis dan

bentuk pulau. Negara kepulauan Indonesia terdiri dari banyak pulau, salah satu

diantaranya Pulau Madura yang mempunyai ciri khas tersendiri, baik kondisi

fisik, biotis, maupun manusianya.. Pulau Madura terletak di timur laut Jawa

dengan koordinat 7°0′ LS dan113°20′ BT. Pukau madura secara administrasi

termasuk di dalam wilayah Jawa Timur dengan luas Pulau Madura 4.887 Km2 dan

jumlah penduduk 3.525.000 (2005) dengan kepadatan 829/km². Panjangnya kurang

lebih 190 Km dan jarak yang terlebar 40 Km yang secara administrasi di bagi

menjadi empat kabupaten, yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang,

Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep (Lihat Lampiran Peta

Perjalanan dan Citra Pulau Madura). Pulau Madura merupakan hasil

pengangkatan dari dasar laut, sehingga Pulau Madura mayoritas terdiri dari batu

Gamping Dolomitan yang tersebar dari barat sampai ujung timur dimana setiap

daerahnya memiliki karakteristik yang unik. Sehingga sangat bagus sekali untuk

dijadikan sebagai objek penelitian baik dari segi fisik, biotis, maupun manusianya

yang berada di Pulau Madura.

B. TUJUAN

1. Untuk menambah wawasan mahasiswa dalam penguasaan materi yang

berkaitan dalam penelitian ini.

2. Untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa mengenai teknik

penelitian dan sistem pembelajaran outdoor study.

3. Untuk menambah pengetahuan mahasiswa mengenai fenomena dan proses

alam yang terjadi di Pulau Madura.

4. Untuk mengetahui proses terbentuknya suatu pulau kususnya, pulau

Madura.

5. Untuk menambah wawasan sosial budaya masyarakat di Pulau Madura.

Page 4: (Kkl) II Pulau Madura

C. MANFAAT

1. Menambah wawasan mahasiswa dalam penguasaan materi yang berkaitan

dalam penelitian ini.

2. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa mengenai teknik penelitian

dan sistem pembelajaran outdoor study.

3. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai fenomena dan proses alam

yang terjadi di Pulau Madura.

4. Mengetahui proses terbentuknya suatu pulau kususnya, pulau Madura.

5. Menambah wawasan sosial budaya masyarakat di Pulau Madura.

Page 5: (Kkl) II Pulau Madura

BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur.

Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.250 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali),

dengan penduduk sekitar 4 juta jiwa. Madura terkenal dengan budaya Karapan

sapinya. Secara politis, Madura selama berabad-abad telah menjadi subordinat

daerah kekuasaan yang berpusat di Jawa. Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada

di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri,

Singhasari, dan Majapahit. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura

pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa

seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh

Mataram. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada

di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC,

kemudian oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada

tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.

Madura secara morfologis berbentuk lipatan monoklinal yang kemiringan

lerengnya >11o (hogback) dan dipotong-potong oleh lembah-lembah yang

melintang (transverse grooves). Morfologi dengan karakteristik tersebut

disebabkan oleh tingkat pengikisan yang sangat kuat. Terhadap batuan gamping

dolomitan. Proses dan bentuk lahan yang ada di pulau madura umumnya

disebabkan oleh proses pengendapan atau sedimentasi, serta pelapukan batuan.

Bentuk lahannya berupa bentuk lahan asal proses marin, alluvial, dan solusional

(Lihat lampiran Peta Geologi Madura).

1. Bentuk Lahan Asal Proses Marin/ Gelombang Laut

Proses yang terjadi pada daerah pantai, seperti pengendapan dan bentuk

dataran laut, arus laut, ombak atau gelombang, tektonik dan sebagainya

menyebabkan perubahan pantai dan bentuk pantai yang berbeda-beda. Asosiasi

alami bahwa pantai selalu terletak dibagian tepi dari continental. Secara umum

material penyusunnya berupa pasir dengan segala ukuran tergantung sumber

material sekitar dan struktur horizontal, rona cerah, tekstur halus, dan pola teratur

seragam. Vegetasi jarang sebatas mintakaat pantai seperti pandanus, bakau, dan

Page 6: (Kkl) II Pulau Madura

beberapa jenis yang lainnya. Relief datar dan proses utama adalah pengendapan

membentuk bentukan khas seperti swale, laguna, bar, bukit pantai, dan dataran

alluvial pantai (coastal alluvial plain). Beberapa bentang alam pantai antara lain:

Dataran Abarasi (Mda), yaitu suatu dataran hasil erosi gelombang laut yang

menghancurkan dinding pantai;

Split (Msp), yaitu endapan pantai dengan suatu bagian tergabung dengan

dataran dan bagian lainnya menjorok ke laut;

Tombolo (Mtb), yaitu suatu endapan tipis yang menghubungkan suatu

pulau dengan dataran utama;

Bars (Mbr), yaitu hampir sama dengan split, namun bars menghubungkan

”headland” satu dengan yang terbentuk di muara sungai;

Beach (Mbc), yaitu pantai yang atas endapan pasir dan kerikil; dan

Gumuk pasir pantai yang terbentuk pada pantai berpasir dengan aktivitas

angin yang kuat membentuk bukit-bukit pasir di depan pantai.

Wilayah pantai merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan.

Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat proses endogen dan exogen akan

dapat terlihat pada wilayah tersebut, baik perubahan dari geomorfologi, proses-

proses erosi dan sedimentasi, jenis tanah dan batuan sedimen yang terbentuk,

kondisi hidrogeologi, berbagai proses bencana alam, dan perubahan ekosistem

maupun lingkungan manusia.

Wilayah pantai yang umumnya datar, berbatasan dengan laut, banyak

sungai, airtanah yang relatif dangkal, serta terkadang mengandung mineral

ekonomis, berpandangan indah dan mempunyai terumbu karang tentu sangat

menarik dan dapat mendukung berbagai pembangunan. Kota-kota, pelabuhan,

pertanian dan perikanan, wisata bahari, kawasan industri, bahkan kadang-kadang

penambangan mineral dan bahan bangunan dapat berkembang di wilayah pantai.

Banyak kota besar, kota pelabuhan, kota perdagangan, dan ibu kota negara atau

ibu kota daerah berada di sana. Pemanasan global yang berakibat naiknya muka

laut dengan demikian akan dapat menimbulkan dampak yang serius bagi wilayah

pantai tersebut.

Page 7: (Kkl) II Pulau Madura

Tipe-tipe Gelombang Pantai:

I = 0,003-0,070 swl

I = <0,003 swl

I = 0,003-0,070 swl

I = >0,070 swl

2. Bentuk Lahan Asal Solusional

Bentuk Lahan Asal Solusional mempunyai karakteristik relief dan drainase

alami yang spesifik karena proses solusi atau pelarutan pada batuan yang mudah

larut seperti batu gamping. Beberapa ciri kenampakan solusional antara lain: alur-

alur igir pelarutan yang banyak mengandung kapur. Lapis, solusional pits, facets,

flutes, dan runnels berupa aliran-aliran bawah tanah dan gua kapur dengan

staglatit dan staglatmite.

Bentuk lahan yang berkembang diwilayah ini pada umumnya sangat

dipengaruhi oleh karakteristik litologi dan kondisi iklimnya. Proses pelarutan akan

meninggalkna bekas berupa kubah-kubah gamping yang membulat teratur dan

seragam, dan bentuk-bentuk lubang drainase atau porositas yang berupa doline

atau polve yang menyatu dengan aliran bawah tanah. Retakan yang intensif akan

menyebabkan konsentrasi infiltrasi dan kelurusan dari sinkhole sepanjang retakan.

Page 8: (Kkl) II Pulau Madura

3. Bentuk Lahan Asal Proses Alluvial

Bentuk lahan asal proses alluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai

yang berupa pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan (sedimentasi) yang

membentuk bentukan deposisional yang berupa bentang dataran alluvial dan

bentukan lain dengan struktur horizontal, tersusun atas material sedimen berbutir

halus. Bentukan-bentukan ini terutama berhubungan dengan daerah-daerah

penimbunan seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran alluvial.

Ciri khusus dataran alluvial dibagian bawah adalah adanya pola saluran

yang bekelok-kelok (meanders). Pola ini terbentuk akibat proses penimbunan

pada bagian luar kelokan erosi secara bergantian, sementara kecepatan aliran

berkurang akibat menurunnya kemiringan lereng. Pengendapan cukup besar,

sehingga aliran tidak mampu lagi mengangkut material endapan, yang akhirnya

arah aliran membelok begitu seterusnya membentuk kelokan kelokan tertentu.

B. Hasil Penelitian

Lokasi I

Pantai Camplong

Wilayah Pantai Camplong merupakan wilayah pertemuan antara daratan

dan lautan. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat proses endogen dan

eksogen dapat terlihat pada wilayah ini, baik perubahan dari geomorfologi,

proses-proses erosi dan sedimentasi, jenis tanah dan batuan sedimen yang

terbentuk, kondisi hidrogeologi, berbagai proses bencana alam, dan perubahan

ekosistem maupun lingkungan manusia.

Wilayah pantai yang umumnya datar, berbatasan dengan laut, banyak

sungai, airtanah yang relatif dangkal, serta terkadang mengandung mineral

ekonomis, berpandangan indah dan mempunyai terumbu karang tentu sangat

menarik dan dapat mendukung berbagai pembangunan. Kota-kota, pelabuhan,

pertanian dan perikanan, wisata bahari, kawasan industri, bahkan kadang-kadang

penambangan mineral dan bahan bangunan dapat berkembang di wilayah pantai.

Banyak kota besar, kota pelabuhan, kota perdagangan, dan ibu kota negara atau

ibu kota daerah berada di sana. Pemanasan global yang berakibat naiknya muka

Page 9: (Kkl) II Pulau Madura

laut dengan demikian akan dapat menimbulkan dampak yang serius bagi wilayah

pantai tersebut.

Letak astronomis Pantai Camplong adalah 7o12’55,8’’ LS-113o20’31,2’’.

Wilayah pantai, seperti juga wilayah-wilayah lain di bumi, terbentuk oleh

berbagai proses geologi yaitu proses endogen yang diprakarsai oleh proses yang

terjadi dari dalam bumi, dan proses exogen yang dimotori oleh kegiatan dari luar

bumi.

Proses endogen bermula dari gerak-gerak dari dalam bumi seperti gempa

bumi, letusan gunungapi; proses tersebut membentuk benua, lautan, deretan

pegunungan, dsb. Proses exogen diprakarsai oleh pancaran sinar matahari,

kegiatan atmosfir tanah, erosi oleh air/angin/es, transport sediment, dan

sedimentasi di berbagai tempat.

Daerah Pantai Camplong merupakan lipatan monoklinal yang memiliki

kemiringan sudut sebesar 11o. Pada mulanya wilayah Madura merupakan lembah

Antiklinal yang memiliki puncak kombe. Tanah yang mendominasi wilayah pantai

di Madura adalah tanah gamping dolomitan yang menyebar disekitar pantai dan

pada pemukiman penduduknya. Pantai Selatan Berlumpur, awal mulanya adanya

lumpur berasal dari endapan lumpur yang dibawa oleh aliran Sungai Brantas yang

kemudian mengendap di sekitar pantai di kawasan Madura bagian Selatan. Pantai

berlumpur juga dikarenakan vegetasi yang berupa hutan mangrove mulai hilang.

Tipe gelombang di pantai Madura adalah tipe gelombang paling lemah, hal ini

dikarenakan morfologi pantainya, kedalaman laut Madura, posisi Pulau Madura

yang merupakan pulau terisolir di bagian timur pulau Jawa, dan keadaan angin

yang berhembus di Pulau Madura. Vegetasi di kawasan pantai Camplong sangat

sedikit sekali, yaitu hutan bakau dan tumbuhan pandan-pandanan masuk dalam

golongan kelas tumbuhan Ephomea yang telah gundul akibat penebangan atau

karena arus pasang.

Selama masa Holosen hingga sekarang dikenal beberapa kali perubahan

iklim global. Setelah masa glasiasi selesai diikuti dengan menaiknya suhu udara

kira-kira pada 8000 tahun yang lalu dan berjalan selama 3000 tahun; suhu udara

diperkirakan 2,5o C di atas suhu sekarang. Periode tersebut diikuti oleh periode

glasiasi dari 5000 – 2000 tahun yang lalu, dengan penurunan muka laut jauh di

Page 10: (Kkl) II Pulau Madura

bawah muka laut sekarang. Dari periode 2000 tahun yang lalu hingga sekarang

dapat dilacak kondisi iklim/cuaca dengan lebih baik karena adanya pencatatan

pada waktu sejarah di berbagai tempat. Tahun 1000 – 1200 merupakan periode

hangat; tahun 1450 – 1850 udara sedikit mendingin dan terdapat perluasan sedikit

dari zaman es. Dari tahun 1880 – 2000 terdapat gejala kenaikan suhu udara.

Proses geologi dari Pulau Madura adalah karena adanya pengangkatan dasar oleh

karena tanga tektonik. Terdapat lembah transversal dari selatan ke utara Madura.

Karena pengikisan dan pelarutan wilayah bagian utara sulit untuk mencari air

tawar. Pantai utara Madura terjadi akibat rombakan gelombang. Bentuk-bentuk

pantai ada berbagai macam sebagai akibat dari berbagai proses geologi yang

membentuknya dan batuan serta struktur geologi yang mengendalikannya. Ada

pantai yang berbentuk dataran yang landai baik yang sempit maupun yang lebar,

atau pantai yang bertebing terjal dan berbatu-batu, dan berteluk-teluk. Berikut ini

beberapa ulasan mengenai hal tersebut.

Pantai Camplong merupakan pantai yang memiliki genesa pantai

berdataran yang luas dan panjang. Pantai ini mempunyai ciri adanya dataran yang

luas. Banyak yang lurus, dasar laut yang relatif dangkal dan merupakan hasil

endapan sedimen dari daratan, dengan kemiringan kearah laut dalam secara

gradual. Kerja gelombang di Pantai Camplong yang lemah atau bertipe surging di

wilayah pantai menghasilkan berbagai morfologi seperti pematang pantai (barrier

bars) laguna (lagoon) dengan “tidal inlet”, dan banyak dari gejala tersebut di atas

dibentuk karena munculnya dasar laut, ke permukaan. Yang dalam

perkembangannya pantai ini berkembang menjadi pantai berlumpur karena

endapan Lumpur yang dibawa air laut dari endapan lumpur Sungai Brantas.

Wilayah pantai ini sangat bagus sekali Untuk di kembangkan khusunya

untuk budidaya tumbuhan bakau karena wilayah Pantai Camplong merupakan

tempat berbagai ekosistem seperti wilayah hutan bakau, terumbu karang, laguna,

dan pantai landai berlumpur yang juga merupakan habitat berbagai macam biota

laut.

Page 11: (Kkl) II Pulau Madura

Lokasi II

Api Tak Kunjung Padam

Lokasi Api tak kunjung padam yang biasa dikenal dengan sebutan

"Dhangka" terletak di Desa Larangan Tokol Kecamatan Tlanakan berjarak lebih

kurang 4 km dari pusat kota. Titik pengamatan kedua berada di objek penelitian

Api Tak Kunjung Padam. Titik ini berlokasi di koordinat 7˚ 12' 17,7" LS dan 113˚

27' 39,7" BT Jika dilihat morfologi daerah tersebut merupakan daerah dataran

dengan kemiringan lereng sekitar 25˚ dengan strike 15˚ magnetic north (utara

magnet) ke arah timur sedangkan arangementnya berupa gamping dolomitan.

Bentuk lahan Solusional. Tekstur tanah di daerah ini termasuk dalam tekstur

lempung atau liat. Dengan tingkat pelapukan lanjut. pH tanah di daerah ini sebesar

5 yang menujukan daerah ini memiliki kondisi tanah yang bersifat asam karena

pengaruh bahan induknya yang berupa gamping dolomitan. Wilayah api tak

kunjung padam memiliki drainase baik hal ini berdasarkan pada pengetesan tanah

dengan menggunakan Alfa Bipirimidil tidak menimbulkan bercak merah.

Ketinggian atau elevasi daerah ini adalah 27 meter, dengan landuse

sebagai lahan pertanian campuran serta lahan kosong. Vegetasi yang ada di titik

pengamatan kedua ini adalah kelapa dan kacang hijau. Jenis vegetasi yang tidak

bervariasi ini merupakan akibat dari kandungan bahan organik yang rendah

sehingga dalam pertumbuhan tanaman juga rendah. hal ini diperkuat dengan

adanya pengetesan tanah dengan menggunakan H2O2 yang tidak menghasilkan

buih. Namun uniknya setelah pengetesan dengan menggunakan HCl tidak

mengeluarkan buih, sehingga tanah di sini tidak memberi kesan adanya bahan

yang mengandung kapur.

Api tak kunjung padam terbentuk karena adanya gas metan yang berada

pada lapisan ideogeosinklinal keluar melalui rekahan-rekahan kerak bumi.

Dimana rekahan-rekahan tersebut terbentuk karena adanya tumbukan lempeng

samudra hindia yang berada di bagian selatan Pulau Madura pada masa meosen

sehingga menimbulkan rekahan terhadap lempeng di Pulau Madura khusunya

dibagian lapisan ideogeosinklinal yang merupakan sumber minyak atau gas alam.

Gas metan yang keluar dari rekahan tersebut kemudian terkena sinar matahari dan

terbakar karena sifat gas metan sangat mudah terbakar pada suhu > 13o Celcius.

Page 12: (Kkl) II Pulau Madura

Sehingga terbentuklah api abadi yang akan terus menyala selama gas metan di

dalam bumi masih tersedia untuk dikeluarkan.

Jalan masuk menuju lokasi dari pinggir jalan raya sejauh 1 km rusak

parah. Begitu juga fasilitas penunjang wisata, seperti tempat beristirahat tidak

tersedia. Tempat lesehan sementara bagi pengunjung terletak di utara Api Abadi,

kotor tak terawat. Di sekelilingnya malah dipadati sekitar 18 warung makanan dan

suvenir. Di sekitar lokasi terdapat beberapa tempat istirahat dan pohon yang

rindang. Begitu juga di sekitar api yang terus menerus menyala dipagari dan diberi

jalan beton berbentuk lingkaran, sehingga pengunjung yang ingin melihat api dari

jarak dekat tak perlu menginjak tanah. Tetapi sejak beberapa tahun belakangan

ini, lingkaran beton itu sudah tidak ada. Begitu juga gelembung air yang mendidih

di kolam di sebelah barat Api Abadi sudah mongering, lantaran airnya diambil

penduduk buat menyiram sawah. Tanah yang mengeluarka api banyak tercongkel,

bongkahan batu berserakan dan tungku milik warga sekitar (pemilik warung

makanan dan suvenir) dipasang di atas bara api untuk masak air dan menanak

nasi.

Lokasi III

Tambak Garam

Tambak garam ini terletak di Desa Pesisir, Kecamatan Kalianget

Kabupaten Sumenep dengan jarak ke kota kecamatan ± 8 Km. Wilayah ini

merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 10-40 m dpl. Suhu 15o-45o

Celcius dan kelembapan rata-rata 20o Celcius. Sedangkan curah hujan 1400

m/tahun. Tanahnya gersang dan gundul dan sangat sedikit vegetasi yang dapat

tumbuh. Adapun vegetasi yang tumbuh misalnya kelapa, tapi kelapa inipun tidak

berbuah dan kalaupun berbuah rasanya asin dan pohonnya kerdil. Selain itu juga

ada pohon pisang tapi pohonnya kerdil. Sebagian besar lahannya digunakan unuk

tambak garam.

Penduduk ± 3000 orang dengan mata pencaharian utama petani garam.

Agama mayoritas islam dan hampir 100 % yang beragam islam. Prosentase mata

pencaharian penduduk:

• Petani garam 53,08 %

Page 13: (Kkl) II Pulau Madura

• Buruh garam 35,04 %

• Pedagang 4,47 %

• PNS 3,37 %

• ABRI/Polri 1,88 %

• Jasa transportasi 1,78 %

Pendidikan rata-rata SMA, para pemuda didaerah ini ada yang masih

bekerja di daerahnya masing-masing sebagi petani garam, tetapi ada juga yang

bekerja merantau ke Surabaya. Jumlah anak dalam keluarga rata-rata dua orang.

Di desa ini hanya ada 1 SD, 2 SMP, da m 1 SMA. Untuk SD terletak di

Karanganyar sedangkan SMP dan SMA terletak di luar desa tetapi masih dalam

satu kecamatan. Untuk sumber air bersih berasal dari PDAM dari Taman Lekok.

Pada musim kemarau, penduduknya bekerja sebagai petani garam sedangkan pada

musim hujan bekerja sebagai nelayan karena tambak garamnya digunakan sebagai

tambak ikan, seperti ikan bandeng, udang, dan lain-lain pada saat musim hujan.

Pulau madura khusunya sumenep merupakn penghasil garam terbesar di

Indonesia. Pembuat garam pertama kali di Madura adalah Syech Abdurrahman

Nagasuta. Cara membuat garam ditambak adalah sebagai berikut:

• Air ditambak dikeringkan kemudian dialiri air asin dari air laut melalui

saluran irigasi.

• Tanggul diberbaiki lalu dikeringkan lagi airnya.

• Setelah kering 15 hari diisi air laut lagi.

• Setelah 5 hari dikeringkan berpetak lalu diisi air lagi.

• Kemusian digledek atau diselender dengan kayu.

• Setelah kering diisi air lagi sampai kadar airnya 23 %.

• Setelah itu baru jadi garam.

Jadi waktu yang diperlukan dari awal-panen ± 40 hari. Panen awal normal

10 hari dengan ukuran tambak 50x17 m menghasilkan ± 7 ton dengan ketinggian

air 5 cm. Harga @ ton = Rp 200.000,- k1 (kwalitas 1) pada panen awal. Kalau

dipanen lagi kwalitasnya turun jadi k2 (kwalitas 2) dan k3 (kwalitas 3). K1 lebih

baik digunakan sebagai garam dapur karena lebih kasar dan putih. Jenis garam ada

garam super, putih biasa, dan putih umum. Yang mempengaruhi baik buruknya

Page 14: (Kkl) II Pulau Madura

garam adalha faktor cuaca yaitu angin, suhu, kelembapan yang mana saling

mempengaruhi.

Lokasi IV

Pantai Slopeng

Pantai Slopeng terletak ± 22 km ke arah utara kota Sumenep tepatnya di

Desa Kartobarat, Kecamatan Dasuk Kabupaten Sumenep dengan koordinat

6o53’10” LS dan 113o47’36,6”. Pantai Slopeng ini berpasir putih yang lembut

yang membentang luas dan terdapat bukit-bukit pasir (Gumuk Pasir) atau sand

dunes di sepanjang pesisir pantai dengan mempunya landscape sehingga pantai ini

mempunyai daya tarik yang berbeda.

Untuk daerah yang membelakangi pantai Dip adalah sebesar 13 % dan

strike sebesar 25 % dan wilayah yang menghadap pantai memiliki dip sebesar 5%

dan strikenya sebesar 70 %. Hal ini berbeda dengan pantai utara Madura pada

umumnya yang lebih didominasi endapan lumpur. Perbedaan ini merupakan

akibat dari adanya aktivitas gelombang dan arus laut dimana pada saat angin

musim barat laut tiba, maka akumulasi bahan endapan terbawa hingga ke Madura

bagian timur.

Di Pantai Slopeng terdapat beting gisik karena pengaruh tiupan angin barat

laut, arus sepanjang pantai dan bergelombang. Selain faktor tersebut tidak adanya

cliff atau tebing di daerah ini juga mendukung terkonsentrasinya pasir tersebut

terbawa hingga membentuk suatu beting gisik. Beting gisik yang ada didaerah ini

suplai materialnya berasal dari lautan dan di zona litoral shore menjadi back shore

terbawa oleh angin sehingga terendapkan di sepanjang pantai. Selain itu tidak

adanya Cliff atau penghalang tersebut mengakibatkan beting gisik didaeah ini

terendapkan dimana-mana atau tak teratur. Beting gisik ini membentuk gundukan

psir yang lebih besar dan disebut gumuk pasir yang mempunyai variasi tertinggi

karena dihasilkan oleh gelombang arus laut, angin, pasir yang lembut karena

materinya gamping tiuvial tidak berperan aktif. Bentuk pasir di pantai ini ada dua

yaitu oval sebagai akibat hasil dari arus di sepanjang pantai dan bulat yaitu pasir

yang terbentuk oleh pengaruh angin. Tipe gelombang dipantai ini surging atau

ombak beralun lemah.

Page 15: (Kkl) II Pulau Madura

Semula Pantai Slopeng ini terbentuk turun naik karena bentukan yang luas

dan sebagian gamping tererosi sedikit demi sedikit. Kemudian mengalami

perubahan bentuk akibat erosi misalnya tanah yang putih menjadi kemerahan

karena dipengaruhi oleh hujan asam sehingga batuan elapuk sedangkan tanah

merah disebabkan oleh vulkan karena pengaruh Fe yang besar. Topografi di

pantai ini mengarah ke Barat dan Selatan.

Lokasi V

Desa Larangan Kec. Manding, Sumenep

Lokasi penelitian ini berada dibagian timur jalan raya di Desa Larangan,

Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep. Dengan Koordinat 6o59’7,5” LS dan

113o51’37,4” yang merupakan daerah yang beriklim tropis dimana suhu di daerah

ini sangat tinggi sekitar 34o-37o celcius, sehingga kondisi daerahnya sangat panas

sekali. Lokasi penelitian merupakan wilayah dataran yang digunakan sebagai

lahan pertanian bagi penduduk sekitarnya dengan kemiringan lereng 0,9o.

Lahannya merupakan daerah lahan asal solusional yang mempunyai karakteristik

relief dan drainase yang alami yang spesifik karena proses solusi atau pelarutan

pada batuannya yang mudah larut yaitu gamping dolomitan yang merupakan hasil

pengangkatan akibat tumbukan lempeng samudra hindia pada masa eosen yaitu

sekitar 25 juta tahun yang lalu.

Wilayah penelitian ini berada pada bagian tengah hockback sehingga

kemiringannya tidak terlalu besas karena merupakan dataran yaitu sebesar 0,9o

dengan elevasi sekitar 41 m dpl yang juga menakibatkan daerah ini sangat panas

karena dipengaruhi oleh angina laut yang bertiup kedaerah ini, sehingga dengan

keadaan iklim seperti ini maka tingkat pelapukan di daerah ini sangat tinggi atau

sangat lapuk hal ini karena batuan induknya yang merupakan gamping dolomitan

warnanya sudah berubah dari cerah yaitu putih pucat menjadi agak gelap yaitu

berwarna merah dan batuannya agak lunak atau mudah hancur yang terdapat di

dalam tanah karena beberapa mineral batuan sudah terdekomposisi dan atau

terdisentegrasi menjadi tanah. Dengan pelapukan yang tinggi tersebut maka

tingkat erosi di daerah ini juga tinggi atau berat.

Page 16: (Kkl) II Pulau Madura

Tekstur tanah diwilayah ini merupakan tanah lempung berpasir karena

kandungan liat dan pasir sebagai akibat hasil pelapukan batuan gamping masih

sangat banyak, dengan struktur tanah yang sedang. Untuk drainasenya wilayah ni

sangat baik karena pada saat dilakukan uji coba dengan meneteskan larutan

Alfabifirimidin warna tanah tidak menimbulkan perubahan warna. Tanah di

wilayah ini bersifat asam dengan pH sebesar 5,2 hal ini dikarenakan wilayah ini

mengandung gamping yang sangat tinggi sebagai akibat proses solusional, hal ini

terbukti pada saat tanahnya ditetesi HCl menimbulkan buih yang menunjukan

adanya reaksi dari kandungan gamping yang ada dalam tanah tersebut.

Kandungan organik yang terdapat dalam tanah diwilayah ini sangat sedikit,

terbukti pada saat ditetesi H2O2 tidak menimbulkan buih. Hal ini disebabkan

karena wilayah ini memiliki sifat yang asam yang umumnya kandungan mineral

yang di perlukan oleh mkhluk hidup sangat sedikit, sehingga pelapukan bahan

organik sangat kecil karena jumlah makhluk hidup pengurai diwilayah ini pada

umumnya sangat sedikit sekali diwilayah ini dan agar pelapukan di wilayah ini

dapat berlangsung dengan cepat maka sampah-sampah organik yang ada di

wilayah ini harus dibakar terlebih dahulu.

Page 17: (Kkl) II Pulau Madura

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pantai Camplong

Letak astronomis Pantai Camplong adalah 7o12’55,8” LS - 113o20’31,2” BT.

Daerah Pantai Camplong merupakan lipatan monoklinal yang memiliki

kemiringan sudut sebesar 11o. Pantai Camplong merupakan pantai yang memiliki

genesa pantai berdataran yang luas dan panjang. Pantai ini berkembang menjadi

pantai berlumpur karena endapan Lumpur yang dibawa air laut dari endapan

lumpur Sungai Brantas. Wilayah pantai ini sangat bagus sekali Untuk di

kembangkan khusunya untuk budidaya tumbuhan bakau karena wilayah Pantai

Camplong merupakan tempat berbagai ekosistem seperti wilayah hutan bakau,

terumbu karang, laguna, dan pantai landai berlumpur yang juga merupakan habitat

berbagai macam biota laut.

Api Tak Kunjung Padam

Titik ini berlokasi di koordinat 7˚ 12' 17,7" LS dan 113˚ 27' 39,7" BT Jika dilihat

morfologi daerah tersebut merupakan daerah dataran dengan kemiringan lereng

sekitar 25˚ dengan strike 15˚ magnetic north (utara magnet) ke arah timur

sedangkan arangementnya berupa gamping dolomitan. Ketinggian atau elevasi

daerah ini adalah 27 meter, dengan landuse sebagai lahan pertanian campuran

serta lahan kosong. Api tak kunjung padam terbentuk karena adanya gas metan

yang berada pada lapisan ideogeosinklinal keluar melalui rekahan-rekahan kerak

bumi.

Tambak garam

Tambak garam ini terletak di Desa Pesisir, Kecamatan Kalianget

Kabupaten Sumenep dengan jarak ke kota kecamatan ± 8 Km. Wilayah ini

merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 10-40 m dpl. Suhu 15o-45o

Celcius dan kelembapan rata-rata 20o Celcius. Sedangkan curah hujan 1400

m/tahun. Penduduk ± 3000 orang dengan mata pencaharian utama petani garam.

Agama mayoritas islam dan hampir 100 % yang beragam islam dengan

pendidikan rata-rata SMA. Jumlah anak dalam keluarga rata-rata dua orang.

Untuk sumber air bersih berasal dari PDAM dari Taman Lekok. Pada musim

Page 18: (Kkl) II Pulau Madura

kemarau, penduduknya bekerja sebagai petani garam sedangkan pada musim

hujan bekerja sebagai nelayan.

Pantai Slopeng

Terletak pada koordinat 6o53’10” LS dan 113o47’36,6”. Di pantai ini

terdapat bukit-bukit pasir (Gumuk Pasir) atau sand dunes di sepanjang pesisir

pantai Untuk daerah yang membelakangi pantai Dip adalah sebesar 13 % dan

strike sebesar 25 % dan wilayah yang menghadap pantai memiliki dip sebesar 5%

dan strikenya sebesar 70 %. Di Pantai Slopeng terdapat beting gisik karena

pengaruh tiupan angin barat laut, arus sepanjang pantai dan bergelombang. Selain

faktor tersebut tidak adanya cliff atau tebing di daerah ini juga mendukung

terkonsentrasinya pasir tersebut terbawa hingga membentuk suatu beting gisik.

Desa Larangan Kec. Manding, Sumenep

Koordinat 6o59’7,5” LS dan 113o51’37,4” yang merupakan daerah yang beriklim

tropis dimana suhu di daerah ini sangat tinggi sekitar 34o-37o celcius, kemiringan

lereng 0,9o. Lahannya merupakan daerah lahan asal solusional dengan elevasi

sekitar 41 m dpl. Tekstur tanah diwilayah ini merupakan tanah lempung berpasir

karena kandungan liat dan pasir yang banyak. Tanah di wilayah ini bersifat asam

dengan pH sebesar 5,2 dan kandungan organik yang terdapat dalam tanah

diwilayah ini sangat sedikit.

Page 19: (Kkl) II Pulau Madura

DAFTAR PUSTAKA

Bammelan, RW. Van. 1970. An Outline of The Geology of Indonesia.

Amsterdam: Physiography, The Hague Publishing Co.

Herlambang, Sudarno. 2002. Dasar-dasar Geomorfologi Indonesia.

Malang: FMIPA UM.

Herlambang, Sudarno. 2003. Dasar-dasar Geomorfologi Umum.

Malang: FMIPA UM.

http://www.pamekasan.info/wisatadetail.asp?subPotensi_ID=3 Di download

tanggal 10 Mei 2008 jam 8.30 wib

http://www.wikipedia.org/indonesia/pulau madura.asp Di download tanggal 13

Mei 2008 jam 10.30 wib

Page 20: (Kkl) II Pulau Madura

Lampiran 1

Page 21: (Kkl) II Pulau Madura

Lampiran 2

Page 22: (Kkl) II Pulau Madura

Lampiran 3

PETA CITRA SATELIT PULAU MADURA

Page 23: (Kkl) II Pulau Madura

Lampiran 4

PETA CITRA SATELIT PERJALANAN KKL II

Page 24: (Kkl) II Pulau Madura

Lampiran 5 Gambar 1. Citra Pantai Camplong Gambar 2 Citra Api Tak Kunjung Padam Gambar 3. Citra Desa Larangan Gambar 4. Citra Pantai Selompeng

Page 25: (Kkl) II Pulau Madura

Lampiran 6

Gambar 1. Vegetasi hutan bakau di Pantai Camplong

Gambar 2. Pantai Camplong dengan vegetasinya

Gambar 3. Api Tak Kunjung Padam

Gambar 4. Pemanfaatan Api Tak Kunjung Padam sebagai tempat memasak

Gambar 5. Kondisi Tambak Garam yang dikeringkan

Gambar 6. Pendudu menjemur gabah di area dekat Tambak Garam

Page 26: (Kkl) II Pulau Madura

Lampiran 7 Gambar 7. Tambak ikan yang ada di sekitar area Tambak Garam

Gambar 8. Pengguanaan lahan di area Api Tak Kunjung Padam oleh penduduk

Gambar 9. Gumuk Pasir yang ada di daerah Pantai Slompeng

Gambar 10. Tipe gelombang di Pantai Slompeng

Gambar 11. Beting Gisik yang terdapat di pesisir Pantai Slompeng

Gambar 12. Sungai yang berada di seberang lokasi observasi 5 Desa Larangan

Page 27: (Kkl) II Pulau Madura

Lampiran 8

Gambar 16. Biota laut yang terdampar di Pantai Lombang

Gambar 14. Beting Gisik yang membelakangingi Pantai Slompeng dengan vegetasinya

Gambar 13. Beting gisik yang menghadap daerah Pantai Slompeng

Gambar 15. Kondisi pasir di Pantai Lombang sebagai akibat aktivitas angin