kumpulan ttck acara 1-4

182
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TATA CARA KERJA ACARA I STUDI GERAK DAN STUDI WAKTU Disusun Oleh : Kelompok 12 : Prita Nurindahsari (9141) Ade Riski Amelia (9179) Wiwid Sussilowati (9235) Soraya Najiba (9295) Co. Asisten: Devrinta Priangga LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 1

Upload: adra-septyanindhea-chamdi

Post on 01-Jul-2015

1.501 views

Category:

Documents


102 download

TRANSCRIPT

Page 1: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK TATA CARA KERJA

ACARA I

STUDI GERAK DAN STUDI WAKTU

Disusun Oleh :

Kelompok 12 :

Prita Nurindahsari (9141)

Ade Riski Amelia (9179)

Wiwid Sussilowati (9235)

Soraya Najiba (9295)

Co. Asisten:

Devrinta Priangga

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2010

1

Page 2: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan dunia industri makin ketat sehingga tiap-tiap industri berupaya

untuk meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan produktivitas dalam industri

membutuhkan teknik tata cara kerja yang baik, yakni teknik dan metode untuk

mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang lebih baik daripada sebelumnya.

Dalam memperbaiki metode kerja dan tata letak yang ada diperlukan suatu analisa

mendalam pada metode kerja dan tata letak yang ada sebelumnya.

Disamping peningkatan produktivitas, biaya produksi juga harus ditekan

seminimal mungkin sehingga diperoleh keuntungan maksimum. Maka dari itu,

perlu dikurangi atau dihilangkan gerakan kerja yang tidak efisien atau

menggabungkan dan mengendalikan gerakan kerja yang kurang efisien tersebut

untuk penghematan waktu sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif,

efisien, dan volume produksi yang dihasilkan maksimal, sehingga pemenuhan

terhadap permintaan pasar dapat selalu terpenuhi.

Praktikum kali ini akan dilakukan studi gerak dan studi waktu sehingga

dapat diketahui waktu siklus, waktu normal, rating factor, allowance factor,

maupun waktu baku bagi pekerjaan dalam suatu stasiun kerja tertentu serta

melakukan evaluasi kerja suatu industri dengan menggunakan peta kerja yang

sesuai.

B. Tujuan Praktikum

1. Praktikan dapat mengidentifikasi elemen gerakan dasar yang dilakukan dalam

proses produksi.

2. Praktikan dapat mengelompokkan elemen gerakan dasar menjadi elemen kerja

yang teridentifikasi dan terukur untuk keperluan studi gerak dan studi waktu.

2

Page 3: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

3. Praktikan dapat menentukan waktu siklus, waktu normal, rating factor,

allowance factor, dan waktu baku bagi pekerjaan tersebut.

4. Praktikan dapat melakukan analisis kerja menggunakan Peta Tangan Kiri

Tangan Kanan, Peta Pekerja Mesin dan Peta Proses Kelompok Kerja.

3

Page 4: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Studi gerakan adalah ilmu dasar untuk menganalisa beberapa gerakan bagian

badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian diharapkan agar

gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurang atau bahkan dihilangkan sehingga

akan diperoleh penghematan dalam waktu kerja. Selanjutnya diharapkan dapat pula

menghemat pemakaian fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan tersebut

(Madyana, 1996).

Proses penganalisaan dalam studi gerakan mencakup gerakan-gerakan yang

dilakukan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Untuk memudahkan

penganalisaan maka perlu dikenal terlebih dahulu elemen-elemen gerakan dasarnya.

Elemen gerakan dasar ini diuraikan menjadi 17 gerakan dasar yang diberi nama

Therblig oleh Frank B. Gilbreth. Sebagian besar dari Therblig ini merupakan

gerakan-gerakan dasar tangan. Hal ini mudah dimengerti karena pada setiap

pekerjaan produksi gerakan tangan merupakan gerakan yang sering dijumpai

terutama pada pekerjaan yang bersifat manual (Sutalaksana,1979). Elemen gerakan

dasar tersebut adalah:

a. Mencari (Search), yaitu gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan posisi

objek. Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari objek dan berakhir

bila objek sudah ditemukan. Mencari merupakan gerakan yang tidak efektif dan

dapat dihindarkan misalnya dengan menyimpan peralatan atau bahan pada

tempat yang tetap.

b. Memilih (select), yaitu gerakan untuk menemukan suatu objek yang tercampur,

bagian yang digunakan adalah tangan dan mata. Gerakan ini dimulai pada saat

mata dan tangan bergerak memilih objek dan berakhir bila objek sudah

ditemukan. Memilih merupakan gerakan yang tidak efektif dan sedapat

mungkin dihindarkan.

4

Page 5: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

c. Memegang (Graps), yaitu gerakan untuk memegang suatu objek, gerakan yang

digunakan adalah menjangkau kemudian dilanjutkan oleh gerakan membawa.

Memegang merupakan gerakan yang efektif dan meskipun sulit untuk

dihilangkan dalam beberapa keadaan masih dapat dikurangi.

d. Menjangkau ( Reach), yaitu gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik

gerakan mendekati maupun menjauhi objek. Gerakan yang digunakan adalah

melepas kemudian dilanjutkan oleh gerakan memegang.

e. Membawa (Move), yaitu gerakan tangan berpindah tempat dengan beban.

Gerakan yang digunakan adalah memegang kemudian dilanjutkan oleh gerakan

melepas.

f. Melepas (Release), yaitu gerakan untuk melepaskan suatu objek yang

dipegang.

g. Memegang untuk memakai (Hold), yaitu gerakan untuk memegang tanpa

menggerakkan objek yang dipegang. Gerakan yang digunakan adalah

memegang kemudian dilanjutkan oleh gerakan membawa. Memegang untuk

memakai merupakan gerakan yang tidak efektif dan sedapat mungkin dikurangi

atau dihilangkan.

h. Mengarahkan (Position), yaitu gerakan untuk mengarahkan suatu objek pada

suatu lokasi tertentu.

i. Mengarahkan sementara (Pre position), yaitu gerakan untuk mengarahkan suatu

objek pada suatu lokasi sementara.

j. Pemeriksaan (inspect), gerakan untuk memeriksa objek untuk mengetahui

apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

k. Perakitan (Assemble), gerakan untuk menggabungkan satu objek dengan objek

yang lainnya menjadi satu kesatuan.

l. Lepas rakit (Disassemble), gerakan untuk memisahkan satu objek dengan objek

yang lainnya dari satu kesatuan.

5

Page 6: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

m. Memakai (use), yaitu bila satu tangan atau kedua tangan dipakai untuk

menggunakan alat.

n. Kelambatan yang tak terhindarkan (Unavoidable delay), yaitu kelambatan yang

diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian pekerja.

o. Kelambatan yang terhindarkan (Avoidable delay), yaitu kelambatan yang

diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi sepanjang waktu kerja oleh pekerja baik

disengaja maupun tidak disengaja.

p. Merencana (Plan),yaitu proses mental dimana pekerja berpikir untuk

menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya.

q. Istirahat untuk menghilangkan Fatique (Ret to overcome fatique), hal ini terjadi

secara periodik. Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badan dari rasa fatique

sebagai akibat kerja berbeda-beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya tetapi

juga individu pekerjanya.

Untuk mendapatkan prinsip terbaik pengaturan kerja perlu dilaksanakan

pengukuran waktu terhadap bagian-bagian kerja atau terhadap kerja keseluruhan.

Pengukuran waktu ini dimaksudkan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian

pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam satu sistem kerja terbaik

(Madyana, 1996).

Cara pengukuran waktu sistem kerja atau bagian-bagian kerja ini ada macam,

yaitu (Madyana, 1996):

1) Pengukuran waktu secara langsung, yaitu pengukuran yang dilakukan

langsung pada pekerjaan yang sedang dikerjakan atau pada sample yang

mewakili. Cara pengukuran ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu :

a. Pengukuran jam henti (menggunakan stop watch)

b. Sampling pekerjaan (work sampling)

6

Page 7: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

2) Pengukuran waktu sintesa, yaitu pengukuran waktu yang dilakukan dengan

cara tidak langsung. Antara lain dengan menganalisa data-data waktu suatu

pekerjaan yang ada. Cara ini dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu :

- data waktu baku

- data waktu gerak

Bagian yang paling penting tetapi justru yang paling sulit di dalam

pelaksanaan pengukuran waktu kerja adalah kegiatan evaluasi kecepatan atau tempo

kerja operator pada saat pengukuran kerja berlangsung. Kecepatan, usaha, tempo

ataupun performance kerja semuanya akan menunjukkan kecepatan kerja operator

pada saaat bekerja. Aktivitas untuk menilai kerja operator ini dikenal sebagai ”Rating

Performance” (anonim 1, 2009).

Dengan menggunakan rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur bisa

“dinormalkan” kembali. Ketidaknormalan dari waktu kerja ini diakibatkan oleh kerja

operator yang kurang wajar yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak

sebagaimana mestinya. Suatu saat dirasakan terlalu cepat dan disaat lain malah terlalu

lambat (Anonim 1, 2009).

(1972) juga ikut memperkenalkan sistem untuk menentukan performance

rating. Di sini selain kecakapan dan usaha yang telah dinyatakan sebagai faktor yang

mempengaruhi performance manusia, maka Westing house menambahkan lagi

dengan kondisi kerja dan konsistensi dari operator di dalam melakukan kerja. Untuk

ini westing house telah berhasil membuat tabel performance rating yang berisikan

nilai-nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor

tersebut. Untuk menormalkan waktu yang ada maka hal ini dilakukan dengan cara

mengalihkan waktu yang diperoleh daripengukuran kerja dengan jumlah keempat

rating faktor yang dipilih sesuai dengan performance yang ditunjukkan oleh operator

(Anonim 1, 2009).

7

Page 8: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Setelah dilakukan pengukuran beberapa kali dan data yang ada dirasakan telah

cukup maka data yang didapat akan diperiksa dan diolah. Pemeriksaan data dilakukan

dengan uji keseragaman data, uji kecukupan data(Madyana, 1996).

Uji keseragaman data digunakan untuk mengetahui apakah data yang telah

didapat itu seragam. Memang data yang didapat di dalam percobaan tidak mungkin

sama semua, karena pasti ada perbedaan dan perubahan kelakuan operator. Untuk

menentukan apakah data-data tidak melampaui batas-batas itulah maka dilakukan uji

keseragaman data (Madyana, 1996).

Tes keseragaman data menggunakan suatu peta control yang dibuat

berdasarkan data hasil pengamatan. Peta control berisi rata-rata pengamatan (x), batas

control atas(BTA), batas control bawah (BTB), dapat dicari dengan humus

(Wignjosoebroto, 1995) :

BKA = + 3δ

BKB = - 3δ

Dimana: :

K = posisi atau nilai standar deviasi ysng diinginkan diatas maupun dibawah

‘center line’ atau x (nilai rata-rata data)

SD = Standar Deviasi

Apabila data telah seragam, kemudian dilakukan uji kecukupan data. Uji

kecukupan data ini dilakukan untuk mengetahui apakah banyaknya data yang akan

dihitung telah mencukupi (Madyana, 1996).

Data dikatakan cukup apabila N’≤N. Uji kecukupan data dilakukan dengan

menggunakan rumus (Wignjosoebroto, 1995):

8

Page 9: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga didapatkan

waktu baku. Penghitungan waktu baku berdasarkan peta tangan kiri dan tangan kanan

dapat dilakukan dengan (Madyana, 1996):

a) Metode Faktor Kerja

Untuk menentukan faktor kerja ada empat faktor yaitu anggota badan yang

digerakkan, jarak yang ditempuh, kontrol manual yang diperlukan dan berat

atau tahanan yang menghambat.

b) Cara Waktu Metode

Pengukuran waktu metode adalah membagi gerakan-gerakan kerja atas

elemen-elemen gerakan menjangkau, mengangkut, memegang, posisi,

melepas, lepas, rakit, gerakan mata dan beberapa gerakan anggota badan yang

lain.

c) Metode Waktu Dasar

Pada pengukuran waktu gerakan dasar, gerakan badan dibagi menjadi elemen

gerakan menjangkau, mengangkut, putaran tangan, gerakan kaki, dan lain-lain

diberi pengertian sendiri.

Selain itu, perhitungan waktu baku dapat dicari berdasarkan waktu gerakan

MOST. MOST adalah suatu teknik pengukuran kerja yang disusun berdasarkan

urutan sub-sub unit aktivitas. Konsep MOST berdasarkan pada perpindahan objek

karena pada dasarnya kerja itu adalah memindahkan suatu objek. Secara umum

karena aktivitas memindahkan objek dalam urutan kejadian bisa secara manual atau

dengan alat, maka MOST mempunyai dua model yaitu :

a) Model urutan dasar (The basic sequences models).

b) Model urutan penanganan peralatan (The equipment handling sequences

models).

9

Page 10: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata

menunjukkan bahwa operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan

pekerjaan pada kecepatan atau tempo kerja yang normal. Walaupun demikian pada

prakteknya kita akan melihat bahwa tidaklah mungkin diharapkan operator tersebut

akan mampu bekerja secara terus menerus sepanjang hari tanpa ada interrupsi sama

sekali. Di sini kenyataannya operator akan sering menghentikan kerja dan

membutuhkan waktu khusus untuk keperluan seperti personal needs, istirahat

melepas lelah dan alasan-alasan lain yang di luar kontrolnya. Waktu longgar yang

dibutuhkan dan akan menginterupsi proses produksi ini bisa di klasifikasikan menjadi

personal allowance, fatique allowance, dan delay allowance. Waktu baku yang akan

menetapkan kelonggaran-kelonggaran yang perlu. Dengan demikian maka waktu

baku adalah sama dengan waktu normal kerja dengan waktu longgar (Anonim 1,

2009).

Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara

sistematis dan jelas. Peta kerja digunakan untuk mereka-ulang tata layout pabrik

dalam mempelajari rangkaian operasi. Peta kerja digunakan untuk mereka-ulang

layout dengan menggunakan standar yang telah dibakukan. Hal ini bertujuan untuk

menunjukkan adanya tahap pertama dalam operasi, transportasi, inspeksi dan lain-lain

(Moore, 1961).

Peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua kelompok besar

berdasarkan kegiatannya (Sutalaksana dkk, 1979), yaitu :

1. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan:

a. Peta Proses Operasi: Peta yang menunjukkan langkah-langkah secara

kronologis semua operasi, inspeksi, waktu baku, dan bahan baku.

b. Peta Aliran Proses: Peta yang melukiskan aktivitas proses produksi secara

lebih detail.

c. Peta Proses Kelompok Kerja: Merupakan peta yang dikembangkan dari

peta aliran proses (PAP), dimana peta ini digunakan untuk

10

Page 11: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

menggambarkan pelaksanaan pekerjaan yang memerlukan kerjasama dari

sekelompok pekerja.

d. Diagram Aliran: Merupakan catatan grafis dari langkah proses yang dibuat

di atas tata letak yang dikaji.

2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat:

a. Peta Pekerja dan Mesin: Merupakan peta yang digunakan untuk

mempermudah perbaikan suatu stasiun kerja hingga diperoleh keadaan

ideal.

b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan: Merupakan alat dari studi gerakan

untuk menemukan gerakan-gerakan yang efisien.

Peta tangan kanan-tangan kiri digunakan untuk menganalisis pekerjaan yang

dilaksanakan seorang operator pada sebuah stasiun kerja. Peta ini menggambarkan

bagaimana tangan kanan dan kiri operator bergerak (Anonim 2, 2008).

Peta pekerja mesin memperlihatkan idle time dan kejelasan kemungkinan

pemanfaatan manusia dan mesin. Panjang garis atau area memungkinkan setiap

elemen seimbang dengan waktu yang diambil. Selain itu peta menunjukkan hubungan

urutan waktu dari waktu operator dengan waktu mesin (Muther, 1955).

Metode untuk memperoleh pemanfaatan mesin dan manusia melalui Peta

Pekerja-Mesin antara lain (Muther, 1955):

- Untuk meningkatkan waktu mesin :

a. Tingkatkan atau kurangi kecepatan mesin.

b. Membuat operasi dari dua atau lebih mesin bekerja bersama.

c. Kombinasikan eleven untuk mengurangi perhatian yang diperlukan

operador atau setelan selama operasi.

d. Mendesain perlengkapan tetap atau menambahnya sehingga operator

dapat melakukan penempatan awal ketika mesin bekerja.

- Untuk meningkatkan waktu pekerja:

a. Operasikan mesin yang berpasangan.

11

Page 12: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

b. Kurangi pemuatan atau penurunan waktu (“membuat Siap di tempat”)

c. Seimbangkan waktu dengan mengkombinasikan atau mengurangi

operasi pembantu seperti merapikan, mendinginkan dan pemeriksaan.

Melalui pemetaan kerja menggunakan peta kelompok kerja waktu menganggur

oleh asisten operator ditekan dengan memindahkan elemen kerja dari asisten operator

I sehingga operator tersebut dapat mengerjakan pekerjaan lain (Haeruman, 2005).

12

Page 13: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB III

PROSEDUR PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Meteran.

2. Stopwatch.

3. Alat tulis (penggaris, pensil, penghapus, dan kertas)

4. Kalkulator.

5. Kertas milimeterblock.

6. Kamera digital

B. Prosedur Praktikum

1. Menentukan sistem kerja yang akan diamati (satu stasiun kerja).

2. Mengamati proses produksi sesuai dengan elemen-elemen gerakan dasarnya.

3. Mengelompokkan elemen gerakan dasar tersebut menjadi elemen kerja yang

mudah diidentifikasikan dan mudah diukur.

4. Melakukan studi waktu terhadap setiap elemen kerja.

5. Melakukan perhitungan untuk 10 kali siklus.

6. Melakukan uji keseragaman data untuk melihat distribusi keseragaman data

pengamatan studi waktu masing-masing elemen.

7. Melakukan uji kecukupan data yang telah diambil untuk mengetahui apakah

data waktu yang diamati sudah memenuhi kecukupan data dengan rumus yang

ditentukan.

8. Menentukan rating factor dan allowance factor dari tabel.

9. Menghitung waktu siklus, waktu normal dan waktu baku dengan rumus :

Waktu siklus =

13

Page 14: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Waktu Normal = waktu siklus x

Waktu baku = waktu normal x

14

Page 15: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

2. Perhitungan

Elemen kerja

Elemen kerja tangan kanan

Elemen Kerja Ulangan pengamatan (detik)

T

rerata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (detik)

Mengambil 1 1,5 1,4 1,5 1,5 1,9 1,3 1,5 1,5 1,7 1,6 1,54

Mengambil 2 1,5 1,1, 1,4 1,3 1,3 1,2 1,1 1,1 1,5 1,4 1,29

Mengangkat 4 4,1 4,2 4,3 4,4 3,9 4,2 4,4 4,2 4 4,17

Elemen Kerja Tangan Kiri

Elemen Kerja Ulangan pengamatan (detik)

T

rerata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (detik)

Mengambil 1 1,5 1,4 1,5 1,5 1,9 1,3 1,5 1,5 1,7 1,6 1,54

15

Tangan Kanan Tangan Kiri

Mengambil 1 mengambil

Mengambil 2 mengepres

Mengangkat mengangkat

Page 16: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Mengepres 1,5 1,2 1,4 1,3 1,3 1,2 1,3 1,3 1,5 1,4 1,34

Mengambil 2 4 4,1 4,2 4,3 4,4 3,9 4,2 4,4 4,2 4 4,17

Uji Keseragaman Data

1. Tangan kanan

a. mengambil 1

CL = = 1,54

= 0,16

BKA = + 3δ = 1,54 + 3(0,16) = 2,02

BKB = - 3δ = 1,54 – 3(0,16) = 1,06

16

Page 17: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

b. Mengambil 2

CL = = 1,29

= 0,159

BKA = + 3δ = 1,29 + 3(0,159) = 1,77

BKB = - 3δ = 1,29– 3(0,159) = 0,81

c. Mengangkat

CL = = 4,17

= 0,17

BKA = + 3δ = 4,17+ 3(0,17) = 4,68

BKB = - 3δ = 4,17 – 3(0,17) = 3,67

17

Page 18: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

18

Page 19: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

2. Tangan kiri

a. mengambil

CL = = 1,54

= 0,16

BKA = + 3δ = 1,54 + 3(0,16) = 2,02

BKB = - 3δ = 1,54 – 3(0,16) = 1,06

b. Mengepres

CL = = 1,34

= 0,107

BKA = + 3δ = 1,34 + 3(0,107) = 1,66

19

Page 20: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BKB = - 3δ = 1,34 – 3(0,107) = 1,019

c. Mengangkat

CL = = 4,17

= 0,17

BKA = + 3δ = 4,17+ 3(0,17) = 4,68

BKB = - 3δ = 4,17 – 3(0,17) = 3,67

20

Page 21: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

21

Page 22: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

1. Uji Kecukupan Data

Tingkat kepercayaan 95%

Tingkat ketelitian 10 %

Tangan Kanan

a. Elemen kerja : mengambil 1

N’ < N data mencukupi

b. Elemen kerja : mengambil 2

N’ < N data mencukupi

c. Elemen kerja : mengangkat

22

Page 23: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

N’ < N data mencukupi

Tangan Kiri

a. Elemen kerja : mengambil

N’ < N data mencukupi

b. Elemen kerja : mengepres

N’ < N data mencukupi

c. Elemen kerja : mengangkat

N’ < N data mencukupi

Peformance Rating

23

Page 24: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Skill : Excellent B1 +0,11

Effort : Good C1 +0,05

Condition : Fair E -0,03

Consistency : Good C +0,01 +

+0,14

Waktu keseluruhan = 360 menit

Waktu menganggur = 18 menit

Allowance tangan kanan =18 x 100% = 5%

360

Tangan Kanan

1. Menggambil 1

Waktu Normal = waktu siklus x

= 1,54 x 1+0,14

100%

= 1,54 x 1,14

= 1,75

Waktu baku = waktu normal x 100%

100%-5%

= 1,843

2. Mengambil 2

Waktu Normal = waktu siklus x

= 1,29 x 1+0,14

100%

= 1,471

Waktu baku = 1,471 x 1,0526

= 1,548

24

Page 25: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

3. Mengangkat

Waktu Normal = waktu siklus x

= 4,17 x 1+0,14

100%

= 4,754

Waktu baku = 4,754x 1,0526

= 5,004

Tangan Kiri

1. Mengambil

Waktu Normal = waktu siklus x

= 1,54 x 1+0,14

100%

= 1,76

Waktu baku = 1,76 x 1,0526

= 1,85

2. Mengepres

Waktu Normal = waktu siklus x

= 1,34 x 1+0,14

100%

= 1,53

Waktu baku = 1,53 x 1,0526

= 1,61

3. Mengangkat

25

Page 26: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Waktu Normal = waktu siklus x

= 4,17 x 1+0,14

100%

= 4,754

Waktu baku = 4,754 x 1,0526

= 5,004

B. Pembahasan1. Profil Industri

Perusahaan yang menjadi obyek kajian merupakan sebuah usaha

perseorangan yang bergerak dalam bidang pangan yakni industri kerupuk.

Perusahaan tersebut bernama Industri kerupuk DK. Perusahaan ini dirintis oleh

Bapak Moh Duki pada tahun 1930 yang sampai saat ini masih berlokasi di

Sumotgaren, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Saat ini perusahaan

dikelola oleh generasi ke tiga dari pendiri awalnya yaitu Bapak Marsan.

Karyawan yang bekerja sebanyak 16 orang. Dalam proses produksi tidak

ada pekerja khusus yang menangani suatu proses terus menerus, akan tetapi dapat

bergantian dengan karyawan yang lain. Pekerja bekerja seminggu penuh dari hari

Senin sampai hari Minggu. Dimulai pada pukul 06.00-13.00 WIB untuk produksi

kerupuk, dan pada pukul 13.00-17.00 merupakan proses penggorengan kerupuk.

Kebijakan hari libur tidak pasti, biasanya saat event tertentu seperti hari raya, atau

hari besar nasional. Karena karyawan pada saat hari kerja tidak diberikan hari

libur, maka pemilik memberikan kebijakan khusus untuk pekerja saat ada

keperluan misalnya keluarga meninggal, anak sakit,dsb.

Kapasitas produksi dari industri kerupuk DK dipengaruhi oleh cuaca.

Apabila cuaca panas, maka kapasitas produksi dapat mencapai ±30.000 buah

kerupuk perhari atau menghabiskan bahan baku sebanyak 300 kg. Tetapi saat

musim hujan, bahan baku yang dapat diolah hanya separuhnya yaitu 150 kg per

26

Page 27: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

hari. Bahkan apabila musim hujan berkepanjangan industri tidak melakukan

proses produksi. Tetapi hanya melakukan proses penggorengan kerupuk dari

persersediaan di gudang.

Dalam melakukan pemasaran industri kerupuk DK menjalin kerjasama

terhadap pedagang/pengecer yang langsung datang mengambil stok kerupuk

setiap harinya. Sehingga penjualan kerupuk DK cendrung stabil. Pemasaran

kerupuk DK mencangkup wilayah yogyakarta dan sekitarnya, yaitu Kulonprogo,

Kemusuk, Condongcatur, Bantul hingga ke Parangtritis, imogiri dan sekitarnya.

Pedagang pengecer mendistribusikan kerupuk DK kepada pedagang di Pasar atau

menitipkan pada Rumah Makan. Penaganan bahan baku tidak ada perlakuan

khusus, hanya disimpan di gudang. Harga yang dijual kepada para pengecer

senilai Rp. 150,00 selanjutnya pedagang menjual kepada konsumen rata-rata Rp

250 – Rp 500,00. Pendapatan yang dihasilkan oleh industri krupuk DK mencapai

Rp 4.500.000,00 yang merupakan omset setiap harinya.

Proses produksi dan operasional industri kerupuk dilakukan di ruang

produksi yang dibagi dalam beberapa bagian. Tempat yang dipakai dibagi

menjadi 3 bagian, Bagian depan, tengah dan belakang. Bagian depan tempat

mengeringkan kerupuk basah. Bagian tengah merupakan tempat produksi, mulai

dari pengadonan, pencetakan, penguapan, hingga penggorengan. Bagian belakang

merupakan tempat penjemuran kerupuk kering dan inventori. Lokasi Industri

berdekatan dengan lokasi rumah karyawan, hal ini bertujuan untuk melancarkan

kegiatan industri, agar efektif dan efisien.

2. Pembahasan praktikumPada praktikum acara 1 “Studi Gerak dan Studi Waktu” kita dapat

mengidentifikasi elemen gerakan dasar yang dilakukan dalam proses produksi,

dapat mengelompokkan elemen gerakan dasar menjadi elemen kerja yang

teridentifikasi dan terukur untuk keperluan studi gerak dan studi waktu, serta

dapat menentukan waktu siklus, waktu normal, rating factor, allowance factor,

dan waktu baku bagi pekerja dalam stasiun kerja yang ada pada industri kerupuk 27

Page 28: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

DK dan dapat melakukan analisa kerja menggunakan peta tangan kiri tangan

kanan.

Studi gerak adalah suatu studi untuk menganalisis gerakan yang

diperlukan oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan

tujuan mengurangi atau menghilangkan gerakan yang tidak efisien sehingga akan

diperoleh penghematan dalam waktu kerja. Sedangkan studi waktu adalah

analisis untuk menentukan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan tertentu secara normal oleh pekerja yang handal (terampil). Tujuan dari

studi waktu ini adalah untuk perhitungan upah/ insentif bagi tenaga kerja

langsung maupun tidak langsung, untuk penentuan jadwal, perencanaan tenaga

kerja serta untuk penentuan biaya standar dan estimasi biaya produksi sebelum

diproduksi serta menentukan efektifitas mesin, jumlah mesin yang dapat

dioperasikan oleh tenaga kerja.

Langkah pertama pada praktikum ini adalah studi lapangan ke industri

kerupuk DK. Industri ini merupakan industri pembuatan kerupuk yang berada di

daerah Godean. Kemudian menentukan stasiun kerja yang akan diamati yaitu

stasiun kerja penyusunan hasil cetakan. Kami memilih stasiun kerja penyusunan

hasil cetakan ini dengan alasan bahwa pada stasiun kerja ini, elemen gerakannya

mudah diamati selain itu juga mudah dalam menghitung waktu yang dibutuhkan.

Pada stasiun kerja ini kami mengamati proses penyusunan hasil cetakan sesuai

dengan elemen-elemen gerakan dasarnya. Elemen kerja yang ada pada stasiun

kerja ini antara lain mengambil, mengangkat dan mengepreskan. Elemen gerakan

dasar tersebut dikelompokkan menjadi elemen kerja yang teridentifikasi dan

terukur.

Pada setiap elemen kerja tersebut dilakukan studi waktu yaitu dengan cara

mengukur waktu elemen-elemen kerja dengan stopwatch. Untuk menghindari

adanya data yang ekstrem, kami melakukan studi waktu sebanyak 10 kali.

28

Page 29: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Setelah mendapatkan data yang cukup tanpa adanya data yang ekstrem, kami

membuat tabel untuk tabulasi data.

Pengambilan data waktu tersebut bertujuan untuk menentukan waktu

siklus, waktu normal, dan waktu baku. Waktu-waktu tersebut pada umumnya

digunakan untuk menghitung biaya produksi dan memperhitungkan gaji yang

akan diberikan kepada pekerja.

Pengambilan data waktu menggunakan metode accumulative timing.

Metode ini merupakan metode yang paling sederhana yang dilakukan dengan

menggunakan dua buah stopwatch. Stopwatch dihidupkan ketika satu elemen

kerja mulai berlangsung dan tidak dimatikan hingga selesai elemen kerja

tersebut. Sedangkan stopwatch yang lain digunakan untuk mengukur elemen

kerja lainnya dan dimatikan ketika elemen kerja tersebut selesai. Apabila salah

satu dari dua stopwatch tersebut selesai untuk mengukur suatu elemen kerja,

maka digunakan untuk mengukur elemen kerja berikutnya.

Hal yang perlu diperhatikan ketika pengamatan dan pengambilan data

waktu adalah pembacaan yang jelas terhadap elemen kerja yang dilakukan

operator serta ketepatan pembacaan stopwatch. Sehingga data yang diperoleh

mempunyai tingkat kesalahan yang kecil. Ketidaktepatan pengambilan data

waktu akan mempengaruhi waktu yang digunakan untuk melakukan setiap

pekerjaan.

Uji Keseragaman Data

Dari data studi waktu tersebut, kemudian dilakukan uji keseragaman data

pada setiap elemen kerja untuk mengetahui apakah data yang telah didapat itu

seragam, menggunakan rumus:

Dari nilai standar deviasi, kita dapat menentukan nilai CL, UCL, dan LCL

dengan rumus:

29

Page 30: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

CL = , UCL= CL+3 , LCL=CL 3

Setelah ketiga nilai tersebut (CL, UCL, dan LCL) ditentukan, maka dapat

dibuat grafik hubungan antara ulangan pengamatan dan waktu siklus yang

disebut Control Chart. Grafik tersebut dibuat untuk masing-masing elemen.

Control Chart ini digunakan untuk melihat distribusi keseragaman data

pengamatan studi waktu masing-masing elemen. Uji keseragaman data ini untuk

melihat keseragaman data yang berada dalam batas kontrol agar dapat digunakan

sebagai data pada uji kecukupan data.

Dari grafik yang diperoleh, terlihat bahwa semua data pada elemen kerja

mengambil, mengangkat dan mengepreskan hasil cetakan adonan kerupuk telah

seragam dan dapat digunakan untuk uji kecukupan data. Pada Control Chart

menyusun hasil cetakan adonan kerupuk, semua data pengamatan yang diperoleh

telah seragam dan dapat digunakan untuk uji kecukupan data. Jika tidak seragam

maka dilakukan pengambilan data lagi sesuai dengan data yang dibutuhkan,

kemudian dihitung dari awal lagi.

Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data digunakan untuk mengetahui apakah data yang

diambil telah mencukupi untuk diadakan penelitian lebih lanjut. Tingkat

kepercayaan adalah seberapa besar data tersebut dapat dipercaya sedangkan yang

dimaksud dengan tingkat ketelitian adalah seberapa besar simpangan yang masih

diperbolehkan. Pada praktikum ini, kami menggunakan untuk menghitung uji

kecukupan data dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 10%.

Dipilih tingkat kepercayaan 95% agar hasil dari penelitian ini bisa dipercaya.

Data dianggap mencukupi apabila N’<N. N adalah jumlah data

pengamatan sedangkan N’ adalah jumlah data pengamatan yang seharusnya

diambil untuk mencukupi perhitungan. Hasil perhitungan uji kecukupan data

untuk elemen kerja mengambil, mengangkat dan mengepaskan hasil cetakan

adonan kerupuk yang telah kami amati menunjukkan bahwa N’<N yang berarti

30

Page 31: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

bahwa data pengamatan yang diambil telah mencukupi. Perbedaan antara

pekerjaan tangan kiri dan tangan kanan tidak terlalu signifikan. Dilihat dari peta

tangan kiri tangan kanan dapat dianalisa bahwa beban tangan kiri relatif sedikit

lebih berat dibandingkan dengan tangan kanan. Perbedaan waktu siklus tangan

kiri dan tangan kanan memiliki selisih idle yaitu sebesar 0,6 detik.

Waktu Siklus, Waktu Normal, dan Waktu Baku

Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu

elemen pekerjaan dan diperoleh dengan membagi jumlah nilai data yang cukup

(ΣX) dengan jumlah data (N). Waktu normal adalah waktu siklus yang telah

dipengaruhi rating factor, dan waktu baku adalah waktu normal setelah

dipengaruhi allowance factor. Jadi, waktu baku adalah waktu yang diperoleh dari

kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar.

Rating factor ditentukan oleh performance operator dalam melakukan

pekerjaannya. Rating factor pada dasarnya diaplikasikan untuk membandingkan

kinerja operator yang diamati dengan operator yang ada di dalam konsepnya dan

bekerja pada kondisi normal. Tujuan analisa rating factor yaitu untuk

mengevaluasi kecepatan atau tempo kerja operator pada saat pengukuran kerja

berlangsung. Kecepatan, usaha, tempo maupun performance kerja semuanya

akan menunjukkan kecepatan kerja operator pada saaat bekerja. Dengan

menggunakan rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur bisa “dinormalkan”

kembali. Ketidaknormalan dari waktu kerja ini diakibatkan oleh kerja operator

yang kurang wajar yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak

sebagaimana mestinya. Suatu saat dirasakan terlalu cepat dan disaat lain malah

terlalu lambat.

Metode-metode yang digunakan untuk menentukan rating factor antara

lain:

1. The Westing House System

31

Page 32: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Pengukuran waktu baku dilakukan secara langsung dengan menggunakan

metode Westinghouse, yang mengarahkan penelitian terhadap 4 faktor

penyesuaian (P) yaitu : keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi,

dan kelonggaran yang ditentukan berdasarkan, kelonggaran kebutuhan

pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak

dapat dihindarkan.Sistem ini dikembangkan oleh Westing House Electric

Corporation Prosedur pengukuran kerja yang dibuat oleh Westing Company

meliputi:

a. Kecakapan atau skill

b. Usaha atau effort

c. Kondisi atau condition

d. Konsistensi atau consistency

2. Synthetic Rating

Dikembangkan oleh Morrow, Synthetic Rating mengevaluasi kecepatan

operator dari nilai waktu gerakan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.

Prosedur yang dilakukan adalah dengan melaksanakan pengukuran kerja

seperti biasanya dan kemudian membandingkan waktu yang diukur ini dengan

waktu penyelesaian elemen kerja yang sebelurnnya sudah diketahui data

waktunya. Perbandingan ini merupakan indeks performance atau rating factor

dari operator untuk melaksanakan elemen kerja tersebut. Rasio untuk

menghitung indeks performance dapat dirumuskan sebagai berikut:

R = P/A

Dimana :

R = Indeks performance atau ratingfactor

P = Predetermmed time untuk elemen kerja yang diamati (menit)

A = Rata-rata waktu dari elemen kerja yang diukur (menit)

3. Speed Rating/Performance Rating

32

Page 33: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Sistem ini mengevaluasi performansi dengan mempertimbangkan

tingkat ketrampilan per satuan waktu saja.

4. Objective Rating

Dikembangkan oleh Munder dan Danner. Metode ini tidak hanya

menentukan kecepatan aktivitas, tetapi juga mempertimbangkan tingkat

kesulitan pekerjaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan

pekerjaan adalah jumlah anggota badan yang digunakan, pedal kaki,

penggunaan kedua tangan, koordinasi mata dengan tangan, penanganan, dan

bobot.

5. Skill and effort rating

Prosedur pengukuran kerja yang dibuat oleh Bedaux meliputi kecakapan

atau skill serta usaha atau effort.

Rating factor yang digunakan adalah berdasarkan pada sistem Westing

house. Hal ini disebabkan karena sistem Westing house tidak hanya mencakup

kecakapan dan usaha yang mempengaruhi performance manusia, tetapi juga

mencakup kondisi kerja dan konsistensi dari operator di dalam melakukan kerja.

Disamping itu Westing house juga telah berhasil membuat tabel performance

rating yang berisikan nilai-nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada

untuk masing-masing faktor tersebut sehingga penormalan waktu yang ada dapat

dilakukan dengan cara mengalihkan waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja

dengan jumlah keempat rating faktor yang dipilih sesuai dengan performance

yang ditunjukkan oleh operator.

Dalam sistem ini terdapat faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam

pengukuran kerja, yaitu kecakapan (skill), usaha saat bekerja (effort), kondisi

kerja (working condition), dan keajegan (consistency).

Nilai untuk skill operator adalah +0,11 karena pada stasiun kerja

penyusunan hasil cetakan ini memerlukan skill dan ketelitian yang baik. Dan

33

Page 34: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

menurut kami, operator sudah mempunyai skill excellent B1 +0,11 ditunjukkan

dengan keahliannya dalam melakukan pekerjaan tersebut.

Nilai untuk effort operator adalah +0,05 karena pada stasiun kerja ini

mempunyai elemen-elemen kerja yang mudah dilakukan sehingga pekerja tidak

perlu melakukan banyak usaha.

Nilai untuk working condition operator adalah -0,03 karena kondisi

tempat duduk yang kurang nyaman yang juga akan berpengaruh pada turunnya

produktivitas operator.

Nilai untuk consistency operator adalah +0,01 karena operator seringkali

menghentikan pekerjaan untuk alasan-alasan tertentu. Atau dengan kata lain,

operator tidak fokus pada 1 elemen kerja. Karena disaat mesin tidak beroperasi

operator tersebut sering melakukan pekerjaan lain di luar elemen kerjanya.

Maka rating factor yang digunakan untuk perhitungan waktu normal

adalah (+0,11) + (+0,05) + (-0,03) + (+0,01) = +0,14. Dan rating factor % adalah

(+0,14 x 100%) = 14%. Penambahan angka 1 pada rating factor karena

kemampuan normal seseorang dianggap satu atau 100% sehingga rating faktor

yang didapatkan tidak terlalu kecil dan data dapat dihitung.

Allowance factor merupakan faktor kelonggaran yang diperlukan masing-

masing pekerja yang bersifat sangat pribadi ketika melaksanakan kerja. Waktu

longgar ada tiga macam yaitu personal, fatique, dan delay. Personal allowance

merupakan kelonggaran waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing personal

dan bersifat pribadi. Fatique allowance merupakan kelonggaran waktu pekerja

untuk melepas lelah, baik kelelahan fisik maupun kelelahan mental. Delay

allowance merupakan kelonggaran waktu akibat keterlambatan, baik

keterlambatan mesin maupun keterlambatan operator.

Allowance factor yang digunakan adalah 5% berdasarkan perhitungan

pada tabel allowance yang disesuaikan dengan keadaan pada area kerja. Di

dalam kenyataan, seorang pekerja tidak mungkin dapat bekerja secara terus-

34

Page 35: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

menerus tanpa ada suatu interupsi kegiatan sama sekali. Pekerja sering kali

menghentikan pekerjaan untuk alasan-alasan tertentu. Pada stasiun kerja

penyusunan hasil cetakan adonan kerupuk ini pekerja sering melakukan

pekerjaan lain di luar elemen kerja. Hal ini disebabkan masih kurang teraturnya

pembagian kerja dan ruang kerja sehingga pekerja sering mengerjakan tugas

ganda.

Setelah rating factor dan allowance factor ditentukan maka dapat

diperoleh data waktu normal dan waktu baku. Berikut tabel waktu masing-

masing elemen kerja:

35

Page 36: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

1. Tangan kanan

2. Tangan kiri

36

Elemen Waktu Siklus (s) Waktu Normal (s) Waktu Baku (s)

Mengambil

Hasil cetakan1,54 1,75 1,843

Mengambil

sarang penutup1,34 1,53 1,61

Memindahkan

tumpukan

adonan

4,17 4,7538 5,004

Elemen Waktu Siklus (s) Waktu Normal (s) Waktu Baku (s)

Mengambil

Hasil cetakan1,54 1,76 1,85

Mengepres

sarang penutup1,34 1,53 1,61

Mengangkat

adonan4,17 4,754 5,004

Page 37: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Peta Kerja

Peta-peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk

berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini kita bisa

mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan dalam rangka memperbaiki

suatu metode kerja. Peta kerja digunakan untuk mereka-ulang layout dengan

menggunakan standar yang telah dibakukan.

Peta yang kami gunakan yaitu Peta Tangan Kiri Tangan Kanan (PTKi-

PTKa). Kami menggunakan peta ini karena PTKi-PTKa yang lebih dapat

merepresentasikan data hasil pengamatan kami. PTKi-PTKa adalah peta yang

digunakan untuk menganalisa gerakan tangan manusia dalam melakukan

pekerjaan manual. Kegunaan dari PTKa-PTKi adalah :

a) Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan

b) Menghilangkan atau mengurangi gerakan yang tidak efisien sehingga

akan mempersingkat waktu

c) Sebagai alat analisa tata letak stasiun kerja

d) Sebagai alat melatih pekerja baru dengan cara yang ideal

Berdasarkan data yang diperoleh, waktu total yang diperlukan untuk

menyelesaikan satu siklus adalah 8,66 sekon. Pada operasi ini, tangan kanan dan

tangan kiri keduanya bekerja. Akan tetapi dilihat dari segi banyaknya waktu,

tangan kiri sedikit lebih lama bekerja dibandingkan tangan kanan. Simbol-simbol

yang digunakan dalam pembuatan PTKi-PTKa adalah garis putih (elemen kerja

yang dilakukan/produktif), garis hitam (menunjukkan idle), dan garis arsiran

(elemen yang non produktif). Waktu produktif yaitu waktu yang dibutuhkan

untuk melakukan proses utama yang mengakibatkan perubahan pada bahan.

Waktu non produktif yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses tanpa

adanya perubahan pada bahan. Sedangkan idle time yaitu waktu menganggur,

tidak terjadinya suatu proses. Pada PTKi-PTKa terdapat 6 kolom, yaitu :

1) Tangan kiri

37

Page 38: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

2) Waktu (yang diperlukan tangan kiri untuk menyelesaikan pekerjaannya)

3) Simbol (menandakan elemen kerja yang dilakukan oleh tangan kiri)

4) Tangan kanan

5) Waktu (yang diperlukan tangan kanan untuk menyelesaikan

pekerjaannya)

6) Simbol (menandakan elemen kerja yang dikerjakan oleh tangan kanan).

Dari PTKa-PTKi yang kami buat, dapat dilihat beberapa komponen

pekerjaan yang dilakukan tangan kana dan tangan kiri. Pertama,tangan kanan dan

kiri mengambil hasil cetakan adonan kerupuk dengan waktu 1,84 dan 1,85 sekon,

yang disimbolkan dengan garis arsiran.

Kedua, tangan kanan mengambil sarang sedangkan tangan kiri mengepres

jaring dengan waktu 1,61 sekon dan tangan kanan mengambil dengan waktu 1,55

sekon. Tangan kanan disimbolkan dengan arsiran, sedangkan tangan kiri

disimbolkan dengan arsiran ke kiri.

Ketiga, setelah satu kali siklus pencetakan selama 6 menit. Tumpukan

sarang yang sudah terisi cetakan adonan dipindahkan ke stasiun kerja selanjutnya

dengan waktu 5 sekon untuk kedua tangan. Sebelum dipindahkan pada stasiun

kerja lain, pekerja mengalami idle selama 0,2 sekon tangan kiri dan 0,27 sekon

pada tangan kanan.

Pada kegiatan penyusunan cetakan adonan ini, kerja tangan kanan dan kiri

relatif seimbang. Kegiatan tidak bertumpu pada salahsatu tangan, sehingga dapat

dikatakan penyusunan relatif sudah efektif dan efisien.

Dari analisis yang kami lakukan, kerja yang dilakukan oleh kedua tangan

sudah sangat produktif. Menurut PTKa-PTKi yang kami buat, secara keseluruhan

telah menunjukkan bahwa kerja tangan kanan dan tangan kiri sudah seimbang

walaupun masih ada waktu idle , sehingga kami tidak melakukan usulan

perbaikan pada elemen kerja ini. Namun untuk meningkatkan produktivitas,

38

Page 39: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

waktu idle harus diminimalis untuk upaya perbaikan. Perbaikan yang dapat

dilakukan antara lain:

1. Mengatur operasi kerja menurut langkah kerja yang lebih efektif dan efisien.

2. Mengurangi waktu yang tidak produktif ataupun waktu tunggu antar proses

operasi.

3. Menentukan mesin atau fasilitas produksi yang lebih ekonomis.

4. Kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sebaiknya berada pada kondisi

alamiahnya.

Manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan peta tangan kiri tangan

kanan adalah :

a. Sebagai alat untu menganalisa tata letak stasiun kerja.

b. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.

c. Menghilangkan atau mengurangi gerakan yang tidak efisien sehingga akan

mempersingkat waktu.

Aplikasi dari studi gerak dan studi waktu untuk suatu industri adalah :

a. Meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Mengurangi tingkat kelelahan pekerja.

c. Meningkatkan kenyamanan pekerja.

d. Mengurangi biaya produksi secara keseluruhan.

e. Meningkatkan produktivitas dan kualitas produk.

f. Mengurangi masalah MSDs.

39

Page 40: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Elemen kerja yang dilakukan pada stasiun kerja penyusunan kerupuk

mentah diatas sarang antara lain; mengambil (PTKa1), menyangrai

(PTKa2), memanaskan (PTKa3) dan memindah (PTKa4) serta memilih

(PTKi1).

2. Rating factor = 0,14%, sedangkan allowance factor = 5%.

3. Berikut tabel yang menunjukkan waktu siklus, waktu normal, dan waktu

baku:

a. Tangan kanan

40

Elemen Waktu Siklus (s) Waktu Normal (s) Waktu Baku (s)

Mengambil

Hasil cetakan1,54 1,75 1,843

Mengambil

sarang penutup1,34 1,53 1,61

Memindahkan

tumpukan

adonan

4,17 4,7538 5,004

Page 41: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

b. Tangan kiri

4. Untuk melakukan analisa terhadap stasiun kerja penyangraian ini,

digunakan Peta Peta Tangan Kanan Tangan Kiri (PTKa – PTKi), karena

pada proses ini terjadi gerakan yang berulang-ulang (repetitive) dan

dilakukan secara manual. Dengan menganalisa detail gerakan yang terjadi,

maka langkah-langkah perbaikan dapat diusulkan.

5. Berdasarkan Peta Tangan Kanan Tangan Kiri (PTKa – PTKi), kerja yang

dilakukan telah seimbang antara tangan kanan dan tangan kiri walaupun

masih ada idle time, akan tetapi hal ini dapat diminimalis dalam upaya

perbaikan.

B. Saran

1. Penjelasan dari asisten hendaknya lebih diperjelas lagi.

2. Waktu praktikum lebih diefektifkan lagi supaya praktikum berjalan lancar.

3. Kondisi ruang praktikum yang tidak kondusif menghambat jalannya

praktikum.

41

Elemen Waktu Siklus (s) Waktu Normal (s) Waktu Baku (s)

Mengambil

Hasil cetakan1,54 1,76 1,85

Mengepres

sarang penutup1,34 1,53 1,61

Mengangkat

adonan4,17 4,754 5,004

Page 42: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2009. Pengukuran Waktu Kerja Efektif Karyawan dalam Proses Pemintalan Benang di PT Pandatex Tempuran Magelang. http://one.indoskripsi.com/. Diakses pada tanggal 19 Maret 2009 pada pukul 12.41 WIB.

Anonim 2. 2008. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi. http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_teknik_industri/Bab_5.pdf . Diakses pada tanggal 19 Maret 2010 pada pukul 13.05 WIB.

Haeruman, N.E. 2005. Usulan Perbaikan Sistem dan Linngkungan Kerja Bagian printing di PT Alcan Packaging Flexipack. jurnal.indonusa.ac.id/index.php?. Diakses pada tanggal 20 Maret 2010 pada pukul 10.20 WIB.

Madyana, A.M. 1996. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi. Yogyakarta : Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Moore, F. G. 1961. Manufacturing Management. Ilinois : Richard D. Irwin, Inc.Muther, Richard. 1955. Practical Plant Layout. New York : McGraw-Hill Company,

Inc.Susetyo, Joko, MT. 2010. Pengantar Teknik Industri.

http://elista.akprind.ac.id/upload/files/2523_WEB-Joko.ppt. Diakses pada tanggal 20 maret 2010 pada pukul 11.17 WIB.

Sutalaksana, Anggawisata Tjakraatmadja. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Penerbit ITB. Bandung.

Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Studi Gerak dan Waktu. Jakarta : PT Guna Widya.

42

Page 43: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

43

Page 44: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK TATA CARA KERJA

ACARA II

ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN METODE OWAS

Disusun Oleh :

Prita Nurindahsari (9141)

Ade Riski Amelia (9179)

Wiwid Sussilowati (9235)

Soraya Najiba (9295)

Co. Asisten: Devrinta Priangga

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2010

44

Page 45: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan dunia industri kini telah memasuki babak yang baru, dimana

produktifitas dan efektifitas pekerja sangat menentukan kemajuan dari suatu industri.

Produktifitas dan efektifitas pekerja dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah

gaji pekerja, fasilitas yang diperoleh pekerja, area serta peralatan yang digunakan

oleh pekerja. Dunia industri berusaha semaksimal mungkin untuk membuat

pekerjanya nyaman dalam bekerja, agar pekerja bekerja dengan maksimal dan

diperoleh hasil yang memuaskan. Postur tubuh pekerja pada saat bekerja sangat

berpengaruh pada kenyamanan pekerja. Oleh sebab itu diciptakan beberapa metode

yang digunakan untuk menganalisa postur kerja. Salah satu metode yang digunakan

adalah metode OWAS.

OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) merupakan suatu metode

ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasi postural stress yang terjadi pada

seseorang ketika bekerja. Kegunaan dari metode OWAS adalah untuk memperbaiki

kondisi pekerja dalam bekerja, sehingga performance kerja dapat ditingkatkan terus.

Pada praktikum ini dianalisa postur pekerja dari kerupuk DK dengan

menggunakan metode OWAS, hasil yang diperoleh dari metode OWAS digunakan

untuk merancang metode perbaikan kerja untuk meningkatkan produktifitas pekerja

kerupuk DK yang terletak di daerah Gamping, Yogyakarta.

B. Tujuan Praktikum

Praktikan dapat melakukan evaluasi postur / sikap tubuh pekerja saat bekerja

sehingga dapat diketahui sikap kerja tersebut harus diperbaiki atau tidak.

45

Page 46: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

46

Page 47: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan material manual handling (MMH) beresiko terjadinya

musculoskeletal disorders (MSDs). Gangguan muskuloskeletal adalah cedera pada

otot, urat syaraf, urat daging, tulang, persendian tulang, tulang rawan yang

disebabkan oleh aktivitas kerja Dari BLS (Bureau Labor Statistics) melaporkan

bahwa angka kecelakaan muskuloskeletal saat pengangkatan beban mencapai 52% ;

kegiatan mendorong atau menarik mencapai 13% ; kegiatan membawa mencapai

10% ; gerakan berulang mencapai 13% ; dan lain-lainnya mencapai 12%

(Anonim,2010).

Misalnya untuk kasus pekerja yang melakukan sikap kerja membungkuk

(bending ) dan membungkuk sambil memutar (twisting) dalam aktivitas penataan

paving. Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh. Otot

bagian perut dan sisi depan pada bagian mengalami penekanan. Pada bagian sisi

belakang dari justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan

menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah. Bila sikap kerja ini dilakukan

dengan beban pengangkatan yang berat dapat menimbulkan , yaitu rusaknya bagian

akibat kelebihan beban pengangkatan. Mengingat aktivitas MMH mempunyai

peranan yang penting di dalam aktivitas produksi, dimana tenaga kerja berperan

dominan dalam aktifitas pemindahan bahan secara manual. Sekiranya perlu dilakukan

penelitian untuk mengidentifikasi dan menganalisa sikap kerja untuk mengetahui

kondisi sikap kerja saat ini (McCormick, E.J.,1993).

Pada penelitian ini menggunakan metode OWAS untuk mengidentifikasi dan

menganalisis sikap kerja para pekerja. Metode ini sesuai dengan penelitian tentang

sikap kerja yang mencakup pergerakan tubuh secara keseluruhan (Darmawan dan

Hermawati, 2004).

47

Page 48: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Metode OWAS juga sesuai dengan penelitian yang mengidentifikasi sikap

kerja dinamis yang berbahaya ketika para pekerja sedang melakukan pekerjaan

(Buckle, 1998).

Metode Postur Kerja Ovako Work Posture Analysis System (OWAS)

Owas merupakan metode analisis sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan bagian

tubuh punggung, lengan, kaki, dan beban berat yang diangkat. Masing-masing

anggota tubuh tersebut di klasifaksikan menjadi sikap kerja.

Berikut ini adalah klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa dan

dievaluasi (Karhu,1981) :

A. Sikap punggung

1. Lurus

2. Membungkuk

3. Memutar atau miring kesamping

4. Membungkuk dan memutar atau membungkuk ke depan dan menyamping.

Gambar 1. Kalsifikasi sikap kerja bagian punggung.

B. Sikap lengan

1. Kedua lengan berada di bawah bahu

2. Satu lengan berada pada atau diatas bahu

3. Kedua lengan pada atau diatas bahu.48

Page 49: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Gambar 2. Klasifikasi sikap kerja bagian lengan

C. Sikap kaki

1. Duduk

2. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus

3. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus

4. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk

5. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk.

6. Berlutut pada satu atau kedua lutut

7. Berjalan

Gambar 3. Klasifikasi sikap kerja bagian kaki

D. Berat beban

1. Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W 10 Kg )

2. Berat beban adalah 10 Kg – 20 Kg (10 Kg W 20 Kg )49

Page 50: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

3. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg (W 20 Kg )

Hasil dari analisa sikap kerja OWAS terdiri dari empat level skala sikap kerja yang

berbahaya bagi para pekerja.

KATEGORI 1 : Pada sikap ini tidak masalahpada sistem muskuloskeletal. Tidak

perlu perbaikan.

KATEGORI 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap kerja

mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang

akan datang.

KATEGORI 3: Pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap kerja

mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu perbaikan segera

mungkin.

KATEGORI 4: Pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap kerja ini

mengakibatkan resiko yangjelas). Perlu perbaikan secara langsung/saat ini.

A. Penanganan Material Secara Manual

(Manual Material Handling)

Meskipun telah banyak mesin yang digunakan pada berbagai industri

untuk mengerjakan tugas pemindahan, namun jarang terjadi otomasi sempurna di

dalam industri. Disamping pula adanya pertimbangan ekonomis seperti tingginya

harga mesin otomasi atau juga situasi praktis yang hanya memerlukan peralatan

sederhana. Sebagai konsekuensinya adalah melakukan kegiatan manual di

berbagai tempat kerja. Bentuk kegiatan manual yang dominan dalam industri

adalah Manual Material Handling (MMH). Selama ini pengertian MMH hanya

sebatas pada kegiatan lifting dan lowering yang melihat aspek kekuatan vertikal.

Padahal kegiatan MMH tidak terbatas pada kegiatan tersebut diatas, masih ada

kegiatan pushing dan pulling di dalam kegiatan MMH. Kegiatan MMH menurut

50

Page 51: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

pendapat McCormick dan Sanders (1993) yang sering dilakukan oleh pekerja di

dalam industri antara lain :

1. Kegiatan pengangkatan benda (Lifting Task)

2. Kegiatan pengantaran benda ( Caryying Task)

3. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task)

4. Kegiatan menarik benda (Pulling Task)

Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan penanganan

material

bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual memiliki beberapa

keuntungan

sebagai berikut :

- Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban

pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.

- Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin.

- Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.

B. Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material Handling

Penyebab terjadinya kecelakaan kerja MMH menjadi dua faktor :

1. Faktor Fisik (Physical Faktor)

Faktor ini bila dijabarkan terdiri dari suhu; kebisingan; bahan kimia;

radiasi; gangguan penglihatan; postur kerja; gangguan sendi (gerakan dan

perpindahan berulang); getaran mesin dan alat; alat angkut; permukaan lantai.

2. Faktor Psikososial (Psychosocial Faktor)

Faktor ini terdiri dari karakteristik waktu kerja seperti shift kerja ;

peraturan kerja; gaji yang tidak adil; rangkap kerja; stress kerja; konsekuensi

kesalahan kerja; istirahat yang pendek; dan terganggu saat kerja.

51

Page 52: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat tulis (penggaris, pensil, penghapus dan lem)

2. Kertas

3. Video rekaman elemen kerja

4. Foto-foto elemen kerja

B. Prosedur Praktikum

1. Amati pelaksanaan proses produksi yang dilakukan oleh salah satu

pekerrja.

2. Mendokumentasikan ( dengan foto atau video ) postur kerja dari orang

tersebut saat bekerja, terutama untuk posisi kerja yang tidak alamiah.

3. Mengobservasi postur kerja, kemudian memberikan skor yang sesuai

dengan pergerakan masing-masing anggota badan.

4. Ukur beban yang ditangani oleh pekerja.

5. Mengevaluasi postur kerja orang tersebut menggunakan OWAS dengan

mengikuti tahapan yang sudah dijelaskan sebelumnya.

6. Apa kesimpulan aplikasi OWAS.

7. Buat rekomendasi untuk perbaikan sikap kerja.

8. Bahas dalam laporan dengan menyertakan foto-foto postur tubuh pekerja

saat bekerja.

52

Page 53: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

53

Page 54: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

B. Pembahasan

Pada praktikum acara 2 ini yaitu analisis postur kerja dengan metode OWAS,

stasiun kerja yang kita amati adalah penataan hasil cetakan adonan kerupuk ke dalam

tumpukan sarang. Dalam stasiun ini ada 3 elemen kerja yang kita amati yaitu

pengambilan hasil cetakan, penutupan hasil cetakan dengan sarang dan pengangkutan

hasil cetakan. Berikut adalah gambar elemen kerja yang kita amati :

Gambar 1. Elemen kerja mengambil hasil catakan adonan kerupuk.

Elemen kerja mengambil hasil cetakan dapat dilihat pada gambar 1. Saat

mengambil hasil cetakan pergerakan tubuh bagian belakang membungkuk karena

tinggi pekerja dan meja pencetak krupuk berbeda sehingga untuk menjangkau

hasil cetakan pekerja harus membungkuk. Tubuh bagian belakang pekerja

bungkuk kedepan dan miring kesamping. Bagian tubuh miring kesamping karena

letak hasil cetakan ada disebelah kanan pekerja sehingga mengharuskan pekerja

untuk miring ke samping. Bagian tubuh lengan pekerja kedua tangannya berada

dibawah bahu untuk memepermudah pengambilan hasil cetakan. Pergerakan

tubuh bagian kaki pekerja berdiri dengan kedua kaki lurus tanpa tumpuan. Beban

yang diangkat pekerja termasuk beban yang ringan yaitu kurang dari 10 kg.

54

Page 55: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Gambar 2. Elemen kerja mengambil sarang dan menutup hasil cetakan

Pada elemen kerja mengambil sarang, pergerakan tubuh bagian belakang

pekerja bungkuk kedepan karena sarang yang diambil ada dibagian depan yang

jaraknya cukup jauh jadi pekerja harus membungkukkan badan untuk mengambil

sarang yang ada didepannya. Pergerakan tubuh bagian lengan dibawah bahu.

Pergerakan tubuh bagian kaki tetap dengan posisi berdiri dengan kedua kaki tanpa

ada tumpuan. Beban atau sarang yang diambil oleh pekerja termasuk beban yang

ringan yaitu kurang dari 10 kg.

55

Page 56: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Gambar 3. Elemen kerja mengangkat sarang

Elemen kerja mengangkat tumpukan sarang ketempat pengukusan pergerakan

tubuh bagian belakang pekerja bungkuk kedepan karena pekerja harus menggotong

beberapa tumpukan sarang sehingga harus membungkukan badan untuk

mempermudah penggotongan tumpukan sarang. Pergerakan tubuh pekerja bagian

lengan kedua tangan merada dibawah bahu. Pergerakan bagian kaki pekerja berjaln

atau bergerak karena harus memindahkan tumpukan sarang ke tempat lain. beban

yang dibawa walaupun banyak tapi berat totalnya kurang dari 10 kg sekali

pengankutan.

Metode OWAS (Ovako Working Postural Analysis system) adalah suatu

metode yang digunakan untuk mengetahui komplikasi rangka otot sehingga

menyebabkan rasa sakit dan nyeri pada tubuh. OWAS adalah suatu metode ergonomi

yang digunakan untuk mengevaluasi postural stress  yang terjadi pada seseorang

ketika sedang bekerja. Kegunaan dari metode OWAS adalah untuk memperbaiki

kondisi pekerja dalam bekerja, sehingga performance  kerja dapat ditingkatkan terus.

56

Page 57: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Hasil yang diperoleh dari metode OWAS, digunakan untuk merancang metode

perbaikan kerja guna meningkatkan produktifitas. Metode OWAS dibuat oleh O.

Karhu yang berasal dari negara Finlandia pada tahun 1977 untuk menganalisa

postural stress  pada bidang pekerjaan manual.

Dalam metode OWAS, klasifikasi postur tubuh sudah ditentukan. Postur-

postur tersebut dianalisis dan digunakan dalam perencanaan perbaikan. Elemen-

elemen penting dari tubuh yang akan dipakai sebagai dasar dari pengkodean adalah

tulang belakang (back) , lengan (arms)  dan kaki (legs).  Sebagai tambahan untuk

posisi dari keempat bagian tubuh, yaitu beban yang dibawa dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

1. < 10 kg

2. 10-20 kg

3. > 20 kg

Postur-postur tubuh dari hasil perekaman, diklasifikasikan pada posisi tulang

belakang, lengan dan kaki. Arti dari 4 digit kode yaitu 3 digit pertama

mengidentifikasikan posisi tubuh apakah back, arm   dan legs  dan digit ke 4

mengidentifikasikan beban yang dibawa. Contoh: 2132 artinya tulang belakang

membungkuk, kedua lengan bekerja di atas bahu, berdiri dengan kedua kaki lurus

serta membawa beban sekitar 10 kg(Anonim, 2010).

Metode OWAS memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan

metode lain yakni, hasilnya lebih akurat, mudah sehingga cocok bagi para pemula,

dan tidak ribet. Namun metode ini juga memiliki beberapa kelemahan tertentu, seperti

buatan orang luar negeri dimana perkembangan industry di luar negeri sudah jauh

lebih maju dari Indonesia, di luar negeri sudah tidak ada pekerja yang jongkok atau

duduk bersila saat melaksanakan pekerjaannya, sehingga untuk kasus yang seperti ini

kita terpaksa melakukan asumsi-asumsi.

57

Page 58: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Ada beberapa metode di dalam menganalisis postur kerja, diantaranya adalah

metode OWAS, metode RULA dan metode REBA. Pada praktikum kali ini kita

menganalisis postur kerja di pabrik kerupuk DK dengan menggunakan Metode

OWAS, karena metode ini lebih mudah dilaksanakan bila dibandingkan dengan

metode analisis postur kerja lainnya

Metode RULA(Rapid Upper Limb Assesment), merupakan metode

ergonomic yang digunakan untuk mengurangi terjadinya resiko yang berhubungan

dengan pekerjaan seseorang pada tubuh bagian atas. RULA ditemukan oleh Dr. Lynn

Mc Atamney dan Prof. E. Nigel Corlett pada tahun 1993 di Nothingham, Inggris.

RULA dapat membantu untuk mengurangi resiko cedera pada seorang pekerja.

Analisa RULA dapat dilakukan sebelum dan sesudah demonstrasi untuk mengetahui

apakah resiko cedera sudah berkurang. RULA digunakan dengan cara mengevaluasi

postur tubuh, kekuatan yang dibutuhkan dan gerakan otot pekerja pada saat sedang

bekerja.

Selain itu ada metode Quick Exposure Checklist (QEC). Metode Quick

Exposure Checklist (QEC) terdiri dari tiga tahapan yaitu: pengembangan metode

untuk postur kerja, pengembangan sistem untuk pengelompokkan skor postur bagian

tubuh dan pengembangan skor dan daftar tindakan. Selain itu ada juga metode

REBA, analisa postur dan pergerakan kerja dengan metode REBA pada prinsipnya

adalah menganalisa postur kerja dari individu operator dalam kaitannya dengan

kenyamanan kerja yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan kerja. Metode ini

bisa mengetahui tingkat resiko postur atau posisi kerja berdasarkan level resiko yang

didapatkan.

Deskripsi proses analisa postur kerja yaitu dengan menggunakan metode

OWAS, dengan menganalisa tubuh bagian belakang(back), tubuh bagian lengan

(Arm), Tubuh bgian kaki(leg) dan beban yang diterima (loads) pada setiap elemen

kerja yang kita amati selanjutnya kami menetukan kategori sikap kerja dan

58

Page 59: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

melakukan analisis bahaya untuk selanjutnya diajukan rekomendasi, berikut adalah

analisis tiap elemen kerja:

1. Elemen kerja mengambil hasil cetakan

Elemen kerja mengambil hasil cetakan dapat dilihat pada gambar. Saat

mengambil hasil cetakan pergerakan tubuh bagian belakang membungkuk karena

tinggi pekerja dan meja pencetak krupuk berbeda sehingga untuk menjangkau

hasil cetakan pekerja harus membungkuk. Tubuh bagian belakang pekerja

bungkuk kedepan dan miring kesamping. Bagian tubuh miring kesamping karena

letak hasil cetakan ada disebelah kanan pekerja sehingga mengharuskan pekerja

untuk miring ke samping. Bagian tubuh lengan pekerja kedua tangannya berada

dibawah bahu untuk memepermudah pengambilan hasil cetakan. Pergerakan

tubuh bagian kaki pekerja berdiri dengan kedua kaki lurus tanpa tumpuan. Beban

yang diangkat pekerja termasuk beban yang ringan yaitu kurang dari 10 kg.

Sikap kerja pada elemen ini masuk dalam level kategori pekerjaan agak

berat. Rekomendasi berdasarkan metode OWAS adalah sikap ini berbahaya pada

system musculoskeletal ( sikap kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang

sangat signifikan) sehingga memerlukan perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada elemen kerja ini terdapat beberapa masalah-masalah yang akan berdampak

buruk pada pekerja. Salah satu contohnya adalah saat mengambil hasil cetakan

adonan, para pekerja terpaksa membungkuk dan menyamping, hal ini akan

berdampak pada pegal-pegal didaerah sekitar punggung dan pinggang

.

Rekomendasi dari kelompok kami adalah

a. Agar bagian tubuh belakang pekerja tidak bungkuk sebaiknya mesin penyalur

hasil cetakan dibuat berjalan ke atas, disesuaikan dengan tinggi rata-rata

pekerja, sehingga pekerja tidak perlu membungkuk. Serta bagian badan tidak

perlu miring kesamping, cukup bagian tangan.

59

Page 60: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

b. Pekerja tetap dalam posisi berdiri karena waktu satu periode kerja tidak terlalu

lama sehingga posisi ini tidak terlalu bermasalah.

2. Elemen kerja mengambil sarang

Elemen kerja mengambil sarang pergerakan tubuh bagian belakang

pekerja bungkuk kedepan karena sarang yang diambil ada dibagian depan yang

jaraknya cukup jauh jadi pekerja harus membungkukkan badan untuk mengambil

sarang yang ada didepannya. Pergerakan tubuh bagian lengan dibawah bahu.

Pergerakan tubuh bagian kaki tetap dengan posisi berdiri dengan kedua kaki tanpa

ada tumpuan. Beban atau sarang yang diambil oleh pekerja termasuk beban yang

ringan yaitu kurang dari 10 kg.

Sikap kerja pada elemen ini masuk dalam level kategori pekerjaan agak

berat. Rekomendasi berdasarkan metode OWAS adalah sikap ini berbahaya pada

system musculoskeletal ( sikap kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang

sangat signifikan) sehingga memerlukan perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada elemen kerja ini, para pekerja melakukannya tanpa keseimbangan tangan

kanan dan tangan kiri, pada elemen kerja ini tangan kanan bekerja lebih banyak

dibandingkan tangan kiri, hal ini akan mengakibatkan beban tangan kanan lebih

berat daripada tangan kiri.

Rekomendasi dari kelompok kami adalah

a. Agar pekerja tidak terlalu ribet mengambil tumpukan didepan sehingga harus

membungkukan tubuh bagian belakang, kami merekomendasikan untuk

menaruh sarang di sebelah kiri penumpukan sarang dan setiap sarang yang

sudah berkurang hendaknya langsung ditambahkan oleh pekerja lain sehingga

tumpukan sarang tetap seimbang dengan tinggi pekerja.

b. Bila tumpukan sudah berada di sebelah kiri maka tangan yang digunakan juga

dapat bergantian dengan tangan kiri, hal ini dapat menyebabkan

keseimbangan.

60

Page 61: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

c. Pekerja tetap dalam posisi berdiri karena waktu satu periode kerja tidak terlalu

lama sehingga posisi ini tidak terlalu bermasalah.

3. Elemen kerja mengangkat tumpukan sarang

Elemen kerja mengangkat tumpukan sarang ketempat pengukusan

pergerakan tubuh bagian belakang pekerja bungkuk kedepan karena pekerja harus

menggotong beberapa tumpukan sarang sehingga harus membungkukan badan

untuk mempermudah penggotongan tumpukan sarang. Pergerakan tubuh pekerja

bagian lengan kedua tangan merada dibawah bahu. Pergerakan bagian kaki

pekerja berjaln atau bergerak karena harus memindahkan tumpukan sarang ke

tempat lain. beban yang dibawa walaupun banyak tapi berat totalnya kurang dari

10 kg sekali pengankutan.

Sikap kerja pada elemen ini masuk dalam level kategori pekerjaan agak

berat. Rekomendasi berdasarkan metode OWAS adalah sikap ini berbahaya pada

system musculoskeletal ( sikap kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang

sangat signifikan) sehingga memerlukan perbaikan dimasa yang akan datang.

Pekerjaan megankat ini bila dilakukan secara terus menerus dapat berdampak

pada cidera otot lengan karena terlalu sering mengangkat.

Rekomendasi dari kelompok kami adalah

a. Menyediakan alat bantu berupa troli geser, jadi sarang yang telah selesai di isi

dengan hasil cetakan kerupuk di taruh diatas troli geser tersebut sampai penuh

sehingga pekerja tinggal mendorong troli ke tempat pengukusan tanpa

menggotongnya dan tanpa membungkukan tubuh bagian belakang

b. Pergerakan tubuh bagian belakang tidak dapat dihindari tapi masih dapat

diperbaiki dengan cara pekerja elemen ini tigak perlu mengantarkan tumpukan

sarang tapi pekerja lain yang mendorong troli sampai ketempat pengukusan.

Metode OWAS dapat diaplikasikan dalam dunia industri diantaranya :

61

Page 62: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

a. OWAS dapat digunakan untuk merancang suatu alat industri yang membantu

proses produksi, mulai dari meja, kursi, peralatan-peralatan industri

berdasarkan hasil analisa OWAS

b. Melakukan perbaikan pada Stasiun kerja dalam industri sehingga dapat

dilakukan efisiensi kerja hingga mencapai optimalisasi produksi.

c. Meringankan beban kerja karyawan sehingga dapat mengurangi kelelahan

pada saat bekerja dan meminimalisasi adanya cedera.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpuan

1. Pada analisis elemen kerja menggunakan OWAS dilakukan analisis pada saat

pengambilan hasil cetakan, Pengambilan sarang dan menutup, mengangkat

hasil tumpukan cetakan ke mesin penguap secara keseluruhan Sikap kerja

pada ketiga elemen ini masuk dalam level kategori pekerjaan agak berat.

2. Rekomendasi untuk ketiga elemen kerja adalah Rekomendasi berdasarkan

metode OWAS adalah sikap ini berbahaya pada system musculoskeletal

( sikap kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan)

sehingga memerlukan perbaikan dimasa yang akan datang. Rekomendasi

yang kami ajukan adalah :

a. Pengambilan hasil cetakan : Agar bagian tubuh belakang pekerja tidak

bungkuk sebaiknya mesin penyalur hasil cetakan dibuat berjalan ke atas,

disesuaikan dengan tinggi rata-rata pekerja, sehingga pekerja tidak perlu

membungkuk. Serta bagian badan tidak perlu miring kesamping, cukup

bagian tangan.

62

Page 63: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

b. Pengambilan Sarang dan penutup: menaruh sarang di sebelah kiri

penumpukan sarang dan setiap sarang yang sudah berkurang hendaknya

langsung ditambahkan oleh pekerja lain sehingga tumpukan sarang tetap

seimbang dengan tinggi pekerja.

c. Mengangkat hasil tumpukan cetakan: Menyediakan alat bantu berupa troli

geser, jadi sarang yang telah selesai di isi dengan hasil cetakan kerupuk di

taruh diatas troli geser tersebut sampai penuh sehingga pekerja tinggal

mendorong troli ke tempat pengukusan tanpa menggotongnya dan tanpa

membungkukan tubuh bagian belakang

B. Saran

Sebaiknya metode analisis yang digunakan tidak hanya OWAS tetapi

metode analisis yang lain juga karena sebagai perbandingan.

63

Page 64: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Anonym .2010. Definisi OWAS.dalam http://diyan.staff.ugm.ac.id Diakses tanggal 28

Januari 2010 pukul 14.12 WIB

Agus, Darmawan dan Hermawati setia. 2004. Perbandingan Berbagai Metoda Dalam

Menganalisa Postur Kerja Yang Berpotensi Mendorong Timbulnya

WorkRelated Musculoskeletal Disorders.Prosiding Seminar Nasional Teknik

Industri. Yogyakarta.

Karhu, O, Harkonen, R, Sorvali, P. and Vepsailanen, P.1981. Observing Working

NPosture in Industry.New York : McGraw-Hill Inc, Page 13-17.

Li, Guangyan and Buckle, Peter. 1998. A Practical Method For The Assessment Of

Work-Related Musculoskeletal Risks – Quick Exposure Check (QEC),

Proceedings of The Human Factors And Ergonomics Society 42nd Annual

Meeting

McCormick, E.J. and M.S, Sanders. 1993. Human Factors in Engineering and

Design 7th ed. New York : McGraw-Hill Inc,

64

Page 65: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

65

Page 66: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK TATA CARA KERJA

ACARA III

ANTHOPOMETRI

Disusun Oleh :

Kelompok 12 :

Prita Nurindahsari (9141)

Ade Riski Amelia (9179)

Wiwid Sussilowati (9235)

Soraya Najiba (9295)

Co. Asisten:

Devrinta Priangga

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

66

Page 67: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

2010

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam persaingan di era yang global ini sebuah industri tentunya ingin

memperoleh produktivitas yang optimal. Oleh karena itu, Pelaku industri

melakukan berbagai cara untuk mencapai hal tersebut diantaranya peningkatan

kualitas bahan baku, efektivitas kerja, penggunaan mesin yang baik, dan kondisi

para karyawan pada saat bekerja. Karyawan merupakan input yang memiliki

peran yang penting yang menjadi penentu berjalannya suatu industri.

Karyawan/Pekerja yang bekerja dalam kondisi tidak ideal akan mudah lelah dan

akan menurunkan produktivitas. Terlebih jika karyawan sampai terindikasi

MSDs atau musculoskeletal disorder yang tentunya disadari atau tidak akan

sangat mengganggu kenyamanan saat bekerja. MSDs dapat berupa kesakitan,

mati rasa, sendi kaku, pegal, hingga kelumpuhan. Jika hal ini terjadi maka

produktivitas dapat menurun seiring berjalannya waktu, selain itu merupakan

tanggung jawab perusahaan jika terjadi kecelakaan pada pekerja.

Hal tersebut dapat diatasi dengan merancang tempat kerja yang

ergonomis. Untuk merancang tempat yang ergonomis, diperlukan perhitungan

yang sesuai dengan kondisi karyawan dengan tempat kerjanya. Metode ini

disebut sebagai metode anthropometri. Data anthropometri yang dikumpulkan

berdasarkan data kerja pekerja inilah yang menjadi dasar pembuatan tempat kerja

yang nyaman dan ergonomis. Untuk mendapatkan suatu perancangan yang

optimal dari suatu ruangan atau fasilitas, maka faktor anatomi, fisiologi,

danpsikologi), kesehatan dan keselamatan kerja harus juga dianalisa. Dengan

data anthropometri dari pekerja yang memenuhi kecukupan data dapat dibuat

67

Page 68: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

suatu tempat kerja yang sesuai. Misalkan pada kursi dan meja. Kursi dan meja

yang proporsional akan membuat pekerja nyaman dan produktifitas menjadi

lebih tinggi.

B. Tujuan Praktikum

Praktikan dapat melakukan perancangan sistem kerja yang ergonomis

dengan menggunakan data anthropometri.

68

Page 69: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kecocokan antara pekerja dengan pekerjaannya merupakan suatu syarat yang

sangat penting karena jika diabaikan maka hasil kerjanya akan rendah. Oleh karena

manusia merupakan makhluk yang sangat kompleks dengan segala sifat dan tingkah

lakunya, maka dalam bekerja manusia perlu memperhatikan aspek Ergonomi.

(Sutalaksana, 1979).

Salah satu hal dalam faktor manusia yang penting untuk diperhatikan dalam

proses desain benda atau fasilitas lainnya adalah antropometri. Antropometri adalah

ukuran tubuh atau anggota tubuh manusia. Ukuran perawakan ini penting untuk

diperhatikan agar posisi badan dan gerakan manusia dapat berlangsung secara alami

(Suranta, 1990).

Anthropometri merupakan bagian dari ergonomis yang secara khusus

mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linier, berat, isi, meliputi juga

daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Beberapa

pengaruh dan manfaat pada penerapan anthropometri, yaitu (Sulistyadi dan Susanti,

2003):

a. Tenaga kerja : penerapan pengukuran antropometri dan alat kerja dapat

memberikan kenyamanan kerja, keamanan sehingga mampu memberikan

perlindungan keselamatan, dan kesehatan tenaga kerja.

b. Alat kerja : penerapan fungsi alat kerja sesuai antropometri membuat sistem

kerja optimal, efektif lebih enak dipakai dan pada penggunaan operasi kerja

alat menjadi relatif lebih awet.

c. Produktivitas (hasil produksi) : hasil produk yang mampu bersaing harus

mampu memberikan jaminan kepuasan konsumen. Beberapa upaya untuk

menjamin kepuasan konsumen, selera, ukuran keserasian produk dan

penggunaan dari konsumen.

69

Page 70: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas

antara lain dalam hal (Wignjosoebroto, 2000) :

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll)

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan

sebagainya.

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja

komputer, dll.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Mengingat bahwa keadaan dan ciri fisik dipengaruhi oleh banyak faktor

sehingga berbeda satu sama lainnya maka terdapat tiga prinsip adlam pemakaian data

tersebut, yaitu perancangan fasilitas berdasarkan individu yang ekstrim, perancangan

fasilitas yang dapat disesuaikan, dan perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata

pemakaiannya (Sutalaksana, 1979) :

1. Perancangan berdasarkan individu ekstrim.

Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang dirancang

tersebut dapat dipakai enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang

akan memakainya (biasanya minimal oleh 90% atau 95% pemakai).

Perancangan ini didasarkan pada data maksimum dan minimum.

Contoh : tinggi pintu sesuai dengan orang tinggi; tinggi tempat duduk sesuai

dengan kaki orang pendek.

2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.

Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas tersebut

bisa menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua orang

yang mungkin memerlukannya.

Contoh : kursi pengemudi mobil bisa diatur maju-mundur dan kemiringan

sandarannya; tinggi kursi sekretaris atau tinggi permukaan mejanya.

3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakainya.

70

Page 71: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Prinsip ini digunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim tidak

mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika kita menggunakan prinsip

perancangan fasilitas yang bisa disesuikan. Prinsip berdasarkan harga ekstrim

tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak ruginya dari pada untungnya;

artinya hanya sebagian kecil dari orang-orang yang merasa enak dan nyaman

ketika menggunakan fasilitas tersebut. Sedangkan jika fasilitas tersebut

dirancang berdasarkan fasilitas yang bisa disesuaikan, tidak layak karena

harganya mahal. Biasanya oleh 50% pemakai.

Contoh : untuk ukuran pakaian all size.

Dalam perancangan benda tidak mungkin dilakukan untuk memenuhi seluruh

populasi yang ada. Untuk memperoleh nilai ukuran antropometri yang akan

digunakan konsep persentil. Persentil adalah harga haraga yang membagi distribusi

data menjadi 100 bagian yang sama. Dengan demikian terdapat 99 harga persentil.

Persentil ke N aedalah keadaan yang menempatkan N% dari populasi berada di

bawah persentil ke N. Apabila dikehendaki benda yang dirancang dapat dipakai

dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang yang memakainyabiasanya

digunakan persentil 5% atau 95%. Apabila hasil kondisi tersebut tidak bisa terpenuhi

biasa digunakan persentil 50% (Suranta, 1990).

Anthropometri dibagi menjadi dua bagian antara lain (Sanders et.al, 1992):

1. Dimensi Statis

Dimensi statis merupakan dimensi pengukuran yang diambil pada saat

manusia dalam keadaan statis atau diam.

2. Dimensi Dinamis

Dimensi dinamis adalah pengukuran yang diambil di bawah kondisi

dimana badan melakukan beberapa aktifitas fisik.

Terdapat tiga kelas pengukuran anthropometri dinamis yaitu (Sulistyadi dan

Susanti, 2003) :

71

Page 72: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

a. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti

keadaan mekanis dari suatu aktivitas.

b. Pengukuran jangkauan ruang yang digunakan oleh suatu kelompok kerja

tertentu.

Distribusi frekuensi secara statistis dari dimensi kelompok anggota masyarakat

jelas dapat diaproksimasikan dengan menggunakan distribusi normal, yaitu dengan

menggunakan data persentil yang telah diduga, jika mean (rata-rata) dan SD (standar

deviasi) nya telah dapat diestimasi. Untuk menghitung standard deviasinya digunakan

rumus sebagai berikut :

dimana X= data ukuran tubuh

= nilai rerata

= standard deviasi populasi dari data ukuran tubuh

N = banyaknya data ukuran tubuh.

Dari hasil perhitungan standard deviasi, lalu dihitung persentilnya untuk 5%,

50%, dan 95% dengan menggunakan rumus :

a. Ci 5% = - 1,64

b. Ci 50% = 0,00

c. Ci 95% = + 1,64

Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari

sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut

(Nurmianto, 1996).

Data anthropometri sangat bermanfaat di dalam perencanaan peralatan kerja

atau fasilitas-fsilitas kerja termasuk perencanaan ruang kerja. Data-data hasil

pengukuran berupa data anthropometri digunakan untuk perancangan peralatan,

mengingat bahwa ciri fisik dipengaruhi oleh banyak factor sehingga berbeda satu

72

Page 73: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

sama lain maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data terebut, yaitu

(Sutalaksana, 1979) :

1). Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim.

Perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim dapat dibagi menjadi dua.

Pertama perncangan dengan data nilai persentil tinggi (90%, 95% atau 99%).

Kedua, perancangan fasilitas dengan data persentil kecil atau rendah (10%, 5%

atau 1%).

2). Prinsip perancangan fasilitas yang dapat disesuaikan.

Untuk fasilitas yang dapat disesuaikan, dirancang memiliki daerah minimal

(persentil 5%) sampai dengan ukuran maksimal (persentil 95% atau 99%). Perlu

diperhatikan bahwa rancangan yang demikian ini biasanya memerlukan ongkos

yang lebih mahal, tetapi memiliki nilai fungsi yang lebih tinggi.

3). Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan data rata-rata pemakainya.

Perancangan yang bertujuan memberikan kenyamanan atau nilai fungsi yang

tinggi bagi banyak orang dengan biaya yang rendah baik jika diambil ukuran

tubuh manusia rata-rata. Misalnya, tinggi kursi tempat duduk.

Panduan dasar dari antrhropometri adalah mendesain tempat kerja untuk

mengakomodasi individu paling banyak dengan mempertimbngkan ukuran struktur

tubuh manusia. Ilmu yang mempelajari pengukuran tubuh manusia disebut

anthropometri dan secara khusus menggunakan jenis dari peralatan caliper untuk

mengukur dimensi struktur, misalnya panjang lengan bawah (Niebel, 2006).

Obyek kerja harus diletakkan pada tempat kerja jarak visual pekerja yang

optimum. Bidang kerja harus diatur sedemikian rupa sehingga pekerja dapat melihat

benda kerja dengan baik dan jelas seraya menjaga tulang punggungnya pada posisi

alami (Grandjean, 1988).

73

Page 74: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Penggaris

b. Jangka sorong

c. Meteran

d. Pengukur tinggi badan

e. Kursi ukur anthropometri

f. Alat ukur tebal anggota badan

2. Bahan

a. Ukuran tubuh praktikan

b. Kertas

c. Pulpen

B. Prosedur Praktikum

a) Membedaan data anthropometri untuk wanita dan pria, kemudian

menentukan dimensi apa saja yang dibutuhkan.

b) Mengukur dimensi operator (dalam praktikum ini adalah praktikan) pada

posisi duduk statis atau dinamis, tangan, kepala, baik tampak atas

maupun samping sesuai dengan kebutuhan.

c) Menentukan persentil 5%, 50% dan 95% dari masing-masing dimensi.

74

Page 75: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

d) Menggambarkan hasil pengukuran anthropometri dalam bentuk skema

dimensi tubuh manusia (dimensi tubuh, kepala, kaki, tangan) untuk

ukuran rata-rata.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel Data Anthropometri

2. Perhitungan Persentil

3. Daerah Kerja (Working Area) Mahasiswa TIP 2008 Putri

4. Daerah Kerja (Working Area) Mahasiswa TIP 2008 Putra

5. Dimensi Statis Tubuh Mahasiswa TIP 2008 Putri

6. Dimensi Statis Tubuh Mahasiswa TIP 2008 Putra

7. Dimensi Statis Kaki Mahasiswa TIP 2008 Putri

8. Dimensi Statis Kaki Mahasiswa TIP 2008 Putra

9. Dimensi Statis Kepala Mahasiswa TIP 2008 Putri

10. Dimensi Statis Kepala Mahasiswa TIP 2008 Putra

11. Dimensi Statis Tangan Mahasiswa TIP 2008 Putri

12. Dimensi Statis Tangan Mahasiswa TIP 2008 Putra

(Terlampir)

B. Pembahasan

Praktikum acara 3 kali ini meliputi pengukuran data-data anthropometri

semua praktikan mulai dari kepala, badan, tangan, dan kaki. Data yang diperoleh

yaitu dari seluruh mahasiswa TIP angkatan 2008. Tujuan dari praktikum ini

adalah dapat melakukan perancangan sistem kerja yang ergonomis dengan

menggunakan data anthropometri yang diperoleh.

75

Page 76: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Anthropometri adalah ilmu yang mempelajari karakteristik atau dimensi

fisik manusia. Karakteristik fisik atau dimensi tubuh masing-masing manusia

berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan

jenis kelamin, umur, suku bangsa, ras, jenis kegiatan atau aktivitas, dan kondisi

sosial ekonomi. Anthropometri berhubungan dengan karakteristik fisik dan

desain alat kerja. Anthropometri terbagi menjadi 2, yaitu statis dan dinamis.

Anthropometri statis diukur saat tubuh dalam posisi stastis seperti duduk atau

berdiri. Sedangkan anthropometri dinamis diukur saat tubuh sedang melakukan

aktivitas fisik dan yang diukur adalah jarak lintasannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi antropometri diantaranya:

a. Umur.

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20

tahun untuk pria, da 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang

setelah 60 tahun.

b. Jenis Kelamin

Pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar,

kecuali dada dan pinggul.

c. Suku bangsa (etnis).

d. Sosial ekonomis.

Konsumsi gizi yang diperoleh.

e. Pekerjaan

Aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.

Fungsi anthropometri adalah dapat melakukan perancangan peralatan yang

akan digunakan dalam bekerja dan penentuan tata letak alat yang ada dalam area

kerja. Misalnya, dengan data anthropometri kepala yang diperoleh dapat digunakan

untuk merancang tutup kepala, masker, dan kacamata. Data anthropometri tangan

digunakan untuk merancang sarung tangan dan pegangan alat (pintu, koper). Data

76

Page 77: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

anthropometri badan digunakan untuk merancang seragam, pintu, kursi, dan meja.

Data anthropometri kaki digunakan untuk merancang sepatu dan sandaran kaki pada

kursi.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah mengukur berbagai dimensi

tubuh praktikan pada posisi duduk dan berdiri. Alat yang digunakan untuk

pengukuran dimensi tubuh antara lain penggaris, meteran gulung, anthropometer

(untuk kepala dan badan), meteran tinggi badan, dan jangka sorong. Dalam

praktikum ini yang diukur antara lain :

1. Anthropometri Kepala

Panjang kepala, lebar kepala, diameter maksimum dari dagu, dagu ke puncak

kepala, telinga ke puncak kepala, telinga ke belakang kepala, antara dua

telinga, mata ke puncak kepala, mata ke belakang kepala, antara dua pupil

mata, hidung ke puncak kepala, hidung ke belakang kepala, mulut ke puncak

kepala, dan lebar mulut.

2. Anthropometri Badan

Tinggi tubuh posisi berdiri tegak, tinggi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi

genggaman tangan pada posisi relaks ke bawah, tinggi badan pada posisi

duduk, tinggi mata pada posisi duduk, tinggi bahu pada posisi duduk, tinggi

siku pada posisi duduk, tebal paha, jarak dari pantat ke lutut, jarak dari lipat

lutut (popliteal) ke pantat, tinggi lutut, tinggi lipat lutut (popliteal), lebar

bahu (bideltoid), lebar panggul, tebal dada, tebal perut (abdominal), jarak

dari siku ke ujung jari, lebar kepala, panjang tangan, lebar tangan, jarak

bentang dari ujung jari tangan kanan ke kiri, tinggi pegangan tangan (grip)

pada posisi tangan vertikal ke atas dan berdiri tegak, tinggi pegangan tangan

(grip) pada posisi vertikal ke atas dan duduk, dan jarak genggaman tangan

(grip) ke punggung pada posisi tangan ke depan (horizontal).

3. Anthropometri Kaki

77

Page 78: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Panjang telapak kaki, panjang telapak lengan kaki, panjang kaki sampai jari

kelingking, lebar kaki, lebar tangkai kaki, tinggi mata kaki, tinggi bagian

tengah telapak kaki, dan jarak horizontal tangkai mata kaki.

4. Anthropometri Tangan

Panjang tangan, panjang telapak tangan, panjang ibu jari, panjang jari

telunjuk, panjang jari tengah, panjang jari manis, panjang jari kelingking,

lebar ibu jari, tebal ibu jari, lebar jari telunjuk, tebal jari telunjuk, lebar

telapak tangan (metacarpal), lebar telapak tangan (sampai dengan ibu jari),

lebar telapak tangan (minimum), tebal telapak tangan (metacarpal), tebal

telapak tangan (sampai ibu jari), diameter genggam (maksimum), lebar

maksimum (ibu jari ke kelingking), lebar fungsional maksimum (ibu jari ke

jari lain), dan segi empat minimum yang dapat dilewati telapak tangan.

Penerapan data anthropometri ini akan dilakukan jika tersedia nilai rata-

rata (mean) dan SD (standar deviasi) dari suatu distribusi normal. Adapun

distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean dan standar deviasi. Untuk

menghitung standar deviasinya dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

dimana X = data ukuran tubuh

= nilai rerata

δ = standard deviasi populasi dari data ukuran tubuh

N = banyaknya data ukuran tubuh

Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu

dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari

nilai tersebut. Nilai persentil 95 digunakan untuk menunjukkan batas atas desain

agar dapat digunakan oleh 95% populasi. Contoh penerapan persentil 95 adalah

78

Page 79: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

pada pembuatan pintu. Artinya, 95% populasi dapat melewati pintu dengan aman

dan hanya 5% populasi bertubuh tinggi yang akan terantuk saat melewati pintu.

Nilai persentil 50 digunakan untuk perancangan yang dapat digunakan

oleh individu rata-rata, misalnya digunakan pada ukuran baju all size atau

perancangan pembuatan kursi kuliah. Pemakaian presentil 50% dilakukan agar

rata-rata mahasiswa pada pembuatan kursi kuliah dapan nyaman

menggunakannya.

Nilai persentil 5 digunakan unutk menunjukkan batas bawah desain agar

dapat digunakan oleh 95% populasi. Contoh penerapan persentil 5 adalah pada

perancangan rak buku. Artinya, 95% populasi dapat mengambil buku pada rak

buku dan hanya 5% populasi bertubuh pendek yang tidak dapat mengambil buku

dan ini dapat dibantu dengan menyediakan bangku (dingklik).

Untuk pengukuran ukuran tubuh statis, operator yang akan diukur

dimensi tubuhnya duduk di kursi anthropometri dimana beberapa operator yang

lain bertugas mengukur dimensi tubuh dan seorang operator yang lain mencatat.

Yang termasuk ukuran tubuh statis operator antara lain lebar bahu, tebal badan,

tinggi paha, tinggi popliteal, tinggi siku duduk, panjang popliteal, tinggi bahu

duduk, tinggi mata duduk, lebar pinggul, dan tinggi badan.

Lebar bahu diukur dari bahu kiri ke bahu kanan. Tujuan dari pengukuran

lebar bahu ini adalah untuk menentukan lebar sandaran kursi jika operator harus

melakukan pekerjaannya pada posisi duduk dan lebar pintu sehingga diharapkan

lalu lintas kerja yang melewati pintu tersebut tidak akan terhambat dan pekerja

tidak kesulitan keluar masuk ruang kerja walaupun berpapasan dengan pekerja

lain.. Persentil yang digunakan adalah 95 %, artinya dari alat yang akan

dirancang dengan menggunakan ukuran tubuh ini dapat digunakan oleh 95 %

populasi. Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa lebar bahu operator dengan

persentil 95 % adalah 49,12 cm untuk putra dan 43,87 cm untuk putri.

79

Page 80: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Tebal badan diukur dari punggung sampai dada bagian terluar. Persentil

yang digunakan untuk pengukuran tebal badan ini adalah 95 %. Tujuan dari

pengukuran tebal badan ini dimaksudkan untuk menentukan apakah perlu kursi

yang digunakan oleh operator saat melakukan pekerjaannya dengan posisi duduk

diberikan sandaran kursi yang agak tebal agar punggung merasa nyaman saat

bersandar di kursi sehingga operatorpun dapat bekerja lebih baik. Hasil

pengukuran tebal badan dengan persentil 95 % adalah 22,18 cm untuk putra dan

22,44 cm untuk putri.

Tinggi paha adalah tinggi permukaan bidang tempat duduk sampai

permukaan paha. Persentil yang digunakan adalah 95 %. Tujuan dari pengukuran

tinggi paha adalah untuk mengetahui perlu tidaknya diberikan bantalan pada

kursi yang akan digunakan oleh operator sehingga operator dapat bekerja

nyaman. Hal ini dimaksudkan bahwa beban kerja yang disangga langsung oleh

kursi sewaktu operator duduk adalah paha, sehingga dengan diketahuinya data

tinggi paha berapa tebalnya bantalan kursi yang akan digunakan. Hasil

pengukuran tinggi paha dengan persentil 95 % adalah 16,94 cm untuk putra dan

34,82 cm untuk putri.

Tinggi popliteal adalah panjang vertikal antara lantai dengan pusat lutut.

Persentil yang digunakan untuk pengukuran tinggi popliteal ini adalah 5%.

Tujuan dari pengukuran tinggi popliteal ini adalah untuk mengetahui jarak atau

tinggi minimal dari bantalan kursi sampai ke lantai sehingga dapat ditentukan

pula space bagi kaki di bagian bawah meja kerja. Digunakan persentil 5%

dimaksudkan bahwa jangan sampai ukuran kursi terlalu tinggi sehingga individu

yang mempunyai tinggi popliteal minimum merasa tidak nyaman saat melakukan

aktivitasnya. Hasil pengukuran tinggi popliteal dengan persentil 5 % adalah

45,25 cm untuk putra dan 42.188 cm untuk putri.

Panjang popliteal adalah panjang ukuran bagian belakang lutut dengan

pangkal paha. Pengukuran panjang popliteal ini digunakan untuk menetukan

80

Page 81: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

panjang maksimum kursi atau tempat duduk dan menggunakan persentil 50%

dengan tujuan seluruh anggota populasi dapat menggunakan tempat duduk

tersebut dengan nyaman. Hasil pengukuran ini dengan persentil 50 % adalah

57,04 cm untuk putra dan 52.95 cm untuk putri.

Tinggi siku duduk adalah jarak siku operator dengan permukaan bidang

duduk. Pengukuran tinggi siku duduk ini menggunakan persentil 50%. Tujuan

pengukuran tinggi siku duduk ini berguna untuk mengetahui tinggi meja kerja

dan perancangan penyangga siku untuk mengurangi beban kerja. Hasil

pengukuran tinggi siku dengan persentil 50 % adalah 29,89 cm untuk putra dan

28,86 cm untuk putri.

Tinggi bahu duduk adalah tinggi bahu sampai permukaan bidang duduk.

Persentil yang digunakan untuk tinggi bahu duduk adalah 95%. Tinggi bahu

duduk berguna untuk mengetahui tinggi dari bantalan kursi sampai ke tempat

sandaran pada kursi yang digunakan oleh operator. Hasil pengukuran tinggi bahu

dengan persentil 95 % adalah 93,49 cm untuk putra dan 78,62 cm untuk putri.

Tinggi mata duduk adalah tinggi mata yang diukur pada saat dalam

keadaan duduk standar dengan pandangan mata lurus ke depan sampai pada

permukaan bidang duduknya. Pada pengukuran tinggi mata duduk ini digunakan

persentil 95%. Tinggi mata duduk dimaksudkan untuk mengetahui pada posisi

bagaimana mata tidak mengalami kelelahan melakukan saat pekerjaan dalam

posisi duduk. Jangkauan pandang maksimum pekerja dipengaruhi oleh posisi

postur kepala dan leher. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah penilaian

terhadap garis pandang mata normal. Penentuan tinggi mata duduk akan

membantu membuat gerakan ekonomis selama bekerja, dimana operator tidak

akan terlalu banyak melakukan gerakan mata karena obyek yang dikerjakannya

terletak dalam jangkauan pandangan normalnya. Hasil pengukuran tinggi mata

duduk dengan persentil 95% adalah 113,24 cm untuk putra dan 100,9 cm untuk

putri.

81

Page 82: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Lebar pinggul digunakan untuk mengetahui lebar kursi yang akan

digunakan oleh operator. Pengukuran lebar pinggul ini menggunakan persentil

95%. Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa lebar pinggul operator dengan

persentil 95% adalah 40,75 cm untuk putra dan 42,54 cm untuk putri.

Setelah pengukuran antropometri statis operator, kami menghitung

antropometri dinamis operator. Yang termasuk dalam antropometri dinamis

operator antara lain jangkauan tangan maksimum dan rentang tangan maksimum.

Rentang tangan maksimum diukur dari ujung jari tengah tangan kanan

sampai ujung jari tengah tangan kiri pada saat kondisi tangan direntangkan

penuh ke samping kanan dan kiri. Dalam praktikum ini digunakan persentil 5%

untuk pengukuran rentang tangan maksimum. Dari hasil pengukuran diperoleh

bahwa rentang tangan maksimum operator dengan persentil 5% adalah 90,27 cm

untuk putra dan 135,82 cm untuk putri.

Jangkauan tangan maksimum adalah panjang antara bahu sampai ujung

jari tengah pada saat tangan kanan pada posisi lurus ke depan. Persentil yang

digunakan untuk jangkauan tangan maksimum sebesar 5%. Persentil ini dipilih

dengan harapan hanya sedikit operator yang tidak dapat mengambil barang atau

mengoperasikan alat. Ukuran rentang tangan maksimum dan jangkauan tangan

maksimum sangat penting untuk menentukan jarak yang harus diperhatikan

apabila kita akan mengatur letak peralatan terhadap operator. Dari hasil

perhitungan diperoleh untuk jangkauan tangan maksimal sebesar 54,04 cm untuk

putra dan 55,60 cm untuk putri.

Data anthropometri digunakan dalam menentukan daerah kerja horisontal. Daerah

kerja horisontal operator terdiri atas dua macam, antara lain :

1. Daerah Kerja Normal, yaitu daerah yang dibentuk dari lengan bawah yang

berputar pada bidang horisontal dengan siku tetap. Area ini menunjukkan

zona paling nyaman bagi operator karena gerakan dilakukan oleh tangan

dengan mengeluarkan energi secara normal.

82

Page 83: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

2. Daerah Kerja Maksimum, yaitu daerah yang dibentuk dari lengan yang

direntangkan keluar dan diputar sekitar bahu. Daerah ini merupakan batas

jangkauan maksimum dari tangan untuk menjangkau suatu benda/kerja yang

ada di depannya.

Daerah kerja horisontal untuk operator menggunakan data anthropometri

mahasiswa TIP 2008. Data anthropometri yang digunakan meliputi jarak dari siku ke

ujung jari, jarak pegangan tangan (grip) ke punggung pada posisi tangan ke depan,

serta lebar bahu. Persentil yang digunakan adalah persentil 5.

Dimensi jarak dari siku ke ujung jari berguna untuk menentukan batas daerah

kerja normal dengan ukuran 35,64 cm untuk putri dan ukuran untuk putra 38,40.

Sedangkan jarak pegangan tangan ke punggung pada posisi tangan ke depan berguna

untuk menentukan batas daerah kerja maksimum yang dapat dijangkau oleh operator

dengan 55,60 cm (putri) dan 54,04 cm (putra). Lebar bahu digunakan untuk

menentukan panjang keseluruhan daerah kerja horisontal operator yang ditambah

dengan panjang daerah kerja normal dan daerah kerja maksimum. Lebar bahu

menggunakan ukuran 33,48 cm (putri) dan 37,64 cm (putra).

Apabila gerakan dilakukan dalam tiga dimensi, daerah kerja normal dan

maksimum dapat diterapkan pada bidang vertikal. Daerah kerja normal ditentukan

dari lengan bawah yang diputar secara vertikal ke atas dengan siku tetap. Sedangkan

untuk daerah kerja maksimum ditentukan dari lengan yang direntangkan ke atas

hingga segaris dengan bahu.

Anthropometri badan

Tinggi tubuh posisi tegak diukur mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Tujuan dari pengukuran tinggi tubuh posisi tegak ini dimaksudkan untuk menentukan

tinggi pintu ruangan dalam suatu industri sehingga lalu lintas pekerja dalam

melakukan pekerjaan berjalan lancar tanpa harus membungkuk karena tinggi pintu

yang tidak sesuai atau kurang dari tinggi tubuh pekerja. Hasil pengukuran tinggi

83

Page 84: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

tubuh dengan persentil 50 % adalah 167,77 cm untuk putra dan 154,95 cm untuk

putri.

Tinggi mata diukur mulai dari ujung kaki sampai kelopak mata dalam posisi

berdiri tegak. Tujuan dari pengukuran tinggi mata ini dimaksudkan untuk

menentukan tinggi meja sebagai tempat meletakkan komputer (perangkat lain)

dengan posisi perangkat yang tepat serta terjangkau mata sehingga pandangan mata

lurus ke depan dengan posisi berdiri tegak. Hasil pengukuran tinggi mata dengan

persentil 50 % adalah 156,09 cm untuk putra dan 143,25 cm untuk putri.

Tinggi bahu diukur mulai dari ujung kaki sampai bahu dalam posisi berdiri

tegak. Tujuan dari pengukuran tinggi bahu ini dimaksudkan untuk menentukan posisi

tinggi meja disesuaikan posisi operator yang bekerja dalam keadaan berdiri. Hasil

pengukuran tinggi bahu dengan persentil 50 % adalah 139,03 cm untuk putra dan

126,90 cm untuk putri.

Tinggi siku diukur mulai dari ujung kaki sampai pinggang pada posisi berdiri

tegak. Hasil pengukuran tinggi siku dengan persentil 50 % adalah 103,61 cm untuk

putra dan 96,78 cm untuk putri.

Tinggi genggaman tangan pada posisi relaks ke bawah diukur mulai dari

ujung kaki sampai pinggang pada posisi berdiri tegak. Hasil pengukuran tinggi

genggaman tangan pada posisi relaks ke bawah dengan persentil 50 % adalah 71,01

cm untuk putra dan 65,14 cm untuk putri.

Tinggi badan pada posisi duduk diukur mulai dari pantat sampai ujung kepala.

Tujuan dari pengukuran tinggi badan pada posisi duduk ini dimaksudkan untuk

menentukan tinggi bantalan kursi dengan sandaran punggung kursi. Hasil pengukuran

tinggi tubuh dengan persentil 50 % adalah 94,26 cm untuk putra dan 89,00 cm untuk

putri.

Tinggi mata pada posisi duduk diukur mulai dari lutut sampai kelopak mata.

Tujuan dari pengukuran tinggi mata pada posisi duduk ini dimaksudkan untuk

mengetahui pada posisi bagaimana mata tidak mengalami kelelahan dalam

84

Page 85: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

melakukan pekerjaan dalam posisi duduk. Penentuan tinggi mata duduk akan

membantu membuat gerakan ekonomis selama bekerja, dimana operator tidak akan

terlalu banyak melakukan gerakan mata karena obyek yang dikerjakannya terletak

dalam jangkauan pandangan normalnya. Hasil pengukuran tinggi mata pada posisi

duduk dengan persentil 50 % adalah 83,18 cm untuk putra dan 77,47 cm untuk putri.

Tinggi bahu pada posisi duduk diukur mulai dari pantat sampai bahu. Tujuan

dari pengukuran tinggi bahu pada posisi duduk ini dimaksudkan untuk mengetahui

tinggi dari bantalan kursi sampai ke tempat sandaran pada kursi yang digunakan oleh

operator. Hasil pengukuran tinggi bahu pada posisi duduk dengan persentil 50 %

adalah 65,70 cm untuk putra dan 59,51 cm untuk putri.

Tinggi siku pada posisi duduk diukur mulai dari pantat sampai siku tangan

yang disandarkan pada sandaran tangan dikursi . Tujuan dari pengukuran tinggi siku

pada posisi duduk ini dimaksudkan untuk untuk mengetahui tinggi meja kerja dan

perancangan penyangga siku untuk mengurangi beban kerja. Hasil pengukuran tinggi

siku pada posisi duduk dengan persentil 50 % adalah 29,89 cm untuk putra dan 28,86

cm untuk putri.

Tebal paha diukur untuk menentukan ketebalan bantalan kursi agar pekerja

tidak cepat lelah. Hasil pengukuran tebal paha dengan persentil 50 % adalah 13,4 cm

untuk putra dan 16,24 cm untuk putri.

Pengukuran jarak dari pantat ke lutut dengan persentil 50 % adalah 57,04 cm

untuk putra dan 52,95 cm untuk putri.

Jarak dari lipat lutut ke pantat diukur mulai dari lipat lutut sampai pantat

dalam posisi duduk dengan posisi kaki dan lutut membentuk sudut 900. Tujuan dari

jarak dari lipat lutut ke pantat dimaksudkan untuk menentukan kedalaman bantalan

kursi sehingga posisi duduk operator nyaman dengan lutut dan kaki membentuk sudut

900. Hasil pengukuran jarak dari lipat lutut ke pantat dengan persentil 50 % adalah

47,7 cm untuk putra dan 44,51 cm untuk putri.

85

Page 86: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Tinggi lutut diukur mulai dari panjang vertikal antara lantai dengan pusat

lutut. Tujuan dari pengukuran tinggi lutut ini dimaksudkan untuk mengetahui jarak

atau tinggi minimal dari bantalan kursi sampai ke lantai sehingga dapat ditentukan

pula space bagi kaki di bagian bawah meja kerja. Hasil pengukuran tinggi lutut

dengan persentil 50 % adalah 51,20 cm untuk putra dan 47,67 cm untuk putri.

Tinggi lipat lutut diukur mulai dari panjang vertikal antara lantai dengan lipat

lutut. Hasil pengukuran tinggi lipat lutut dengan persentil 50 % adalah 41,13 cm

untuk putra dan 39,08 cm untuk putri.

Lebar bahu diukur dari bahu kiri ke bahu kanan. Tujuan dari pengukuran lebar

bahu ini adalah untuk menentukan lebar sandaran kursi jika operator harus

melakukan pekerjaannya pada posisi duduk dan lebar pintu sehingga diharapkan lalu

lintas kerja yang melewati pintu tersebut tidak akan terhambat dan pekerja tidak

kesulitan keluar masuk ruang kerja walaupun berpapasan dengan pekerja lain. Hasil

pengukuran lebar bahu dengan persentil 50 % adalah 43,38 cm untuk putra dan 38,64

cm untuk putri.

Lebar panggul diukur mulai panggul kanan sampai panggul kiri. Pengukuran

lebar panggul digunakan untuk mengetahui lebar kursi yang akan digunakan oleh

operator. Hasil pengukuran lebar panggul dengan persentil 50 % adalah 34,13 cm

untuk putra dan 34.35 cm untuk putri.

Tebal dada diukur dari punggung sampai dada bagian terluar. Tujuan dari

pengukuran tebal dada ini dimaksudkan untuk menentukan apakah perlu kursi yang

digunakan oleh operator saat melakukan pekerjaannya dengan posisi duduk diberikan

sandaran kursi yang agak tebal agar punggung merasa nyaman saat bersandar di kursi

sehingga operator pun dapat bekerja lebih baik. Disamping itu juga untuk

perancangan rak agar pekerja mampu mencapai jangkauan maksimum tinggi rak.

Hasil pengukuran tebal dada dengan persentil 50 % adalah 16,52 cm untuk putra dan

16,73 cm untuk putri.

86

Page 87: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Pengukuran tebal perut dengan persentil 50 % adalah 15,99 cm untuk putra

dan 15,73 cm untuk putri.

Tujuan dari pengukuran jarak dari siku ke ujung jari ini dimaksudkan untuk

menentukan panjangnya sandaran tangan pada kursi operator. Hasil pengukuran jarak

dari siku ke ujung jari dengan persentil 50 % adalah 44,78 cm untuk putra dan 41,42

cm untuk putri.

Lebar kepala diukur mulai dari kepala sisi kanan sampai kesisi kiri. Tujuan

dari pengukuran lebar kepala ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuran kepala

pekerja sehingga dapat dijadikan ukuran dalam pembuatan topi atau penutup kepala

yang lain demi keselamatan dan keamanan kerja pekerja. Hasil pengukuran lebar

kepala dengan persentil 50 % adalah 14,49 cm untuk putra dan 14,17 cm untuk putri.

Panjang tangan diukur mulai dari pergelangan tangan sampai ujung jari.

Tujuan dari pengukuran panjang tangan ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuran

panjang tangan pekerja sehingga dapat dijadikan ukuran dalam pembuatan sarung

tangan demi keselamatan dan keamanan kerja pekerja. Hasil pengukuran panjang

tangan dengan persentil 50 % adalah 18,60 cm untuk putra dan 28,00 cm untuk putri.

Lebar tangan diukur mulai dari telapak jari kelingking sampai telapak jari

telunjuk. Tujuan dari pengukuran lebar tangan ini dimaksudkan untuk mengetahui

ukuran lebar tangan pekerja sehingga dapat dijadikan ukuran dalam pembuatan

sarung tangan juga demi keselamatan dan keamanan kerja pekerja. Hasil pengukuran

panjang tangan dengan persentil 50 % adalah 8,55 cm untuk putra dan 8,54 cm untuk

putri.

Jarak bentang dari ujung tangan kanan ke kiri diukur dari ujung jari tengah

tangan kanan sampai ujung jari tengah tangan kiri pada kondisi tangan direntangkan

penuh ke samping kanan dan kiri. Tujuan dari pengukuran ini yaitu untuk

menentukan jarak yang harus diperhatikan apabila kita akan mengatur letak peralatan

terhadap operator. Hasil pengukuran jarak bentang dari ujung tangan kanan ke kiri

dengan persentil 50 % adalah 160,08 cm untuk putra dan 152,67 cm untuk putri.

87

Page 88: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Hasil pengukuran tinggi grip pada posisi tangan vertikal keatas dan berdiri

tegak dengan persentil 50 % adalah 200,15 cm untuk putra dan 189,31 cm untuk

putri.

Jarak grip ke punggung pada posisi tangan ke depan (horizontal) diukur

panjang antara bahu sampai ujung jari tengah pada saat tangan kanan pada posisi

lurus ke depan. Tujuan dari pengukuran ini yaitu untuk menentukan jarak yang harus

diperhatikan apabila kita akan mengatur letak peralatan terhadap operator. Hasil

pengukuran jarak grip ke punggung pada posisi tangan ke depan (horizontal) dengan

persentil 50 % adalah 54,04 cm untuk putra dan 63,138 cm untuk putri.

Anthropometri kaki

Tujuan dari pengukuran seluruh bagian kaki yaitu untuk mengetahui ukuran

kaos kaki dan sepatu dari pekerja sehingga pekerja nyaman memakainya dalam

bekerja, sandaran kaki, besarnya ruang untuk kaki dan lain sebagainya. Dengan

persentil 50 %, hasil pengukuran panjang telapak kaki adalah 24,52 cm untuk putra

dan 22,80 cm untuk putri; panjang telapak lengan kaki adalah 17,47 cm untuk putra

dan 16.35 cm untuk putri; panjang kaki sampai jari kelingking adalah 20,63 cm

untuk putra dan 19,07 cm untuk putri; lebar kaki adalah 9,73 cm untuk putra dan 8,76

cm untuk putri; lebar tangkai kaki adalah 5,88 cm untuk putra dan 5,48 cm untuk

putri; tinggi mata kaki adalah 8,09 cm untuk putra dan 6,88 cm untuk putri; tinggi

bagian tengah telapak kaki adalah 6,35 cm untuk putra dan 5,38cm untuk putri; jarak

horisontal tangkai mata kaki adalah 5 cm untuk putra dan 4.6 cm untuk putri.

Anthropometri kepala

Panjang kepala diukur dari bagian kapala depan sampai bagian kepala

belakang. Pengukuran dengan persentil 50% dihasilkan 17,56 cm untuk putra dan

17,28 cm untuk putri. Lebar kepala diukur dari bagian kapala sisi kanan sampai

88

Page 89: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

kepala sisi kiri. Pengukuran dengan persentil 50% dihasilkan 14,43 cm untuk putra

dan 14,22 cm untuk putri. Diameter maksimum dari dagu diukur dari dagu bawah

sampai kapala bagian belakang. Pengukuran dengan persentil 50% dihasilkan 23,14

cm untuk putra dan 22,65 cm untuk putri. Dagu ke puncak kepala diukur dari dagu

bawah sampai ujung kapala. Pengukuran dengan persentil 50% dihasilkan 22,10 cm

untuk putra dan 21,18 cm untuk putri. Telinga ke puncak kepala dengan persentil

50% dihasilkan 14,16 cm untuk putra dan 13,85 cm untuk putri. Telinga ke belakang

dengan persentil 50% dihasilkan 9,44 cm untuk putra dan 9,69 cm untuk putri.

Tujuan dari pengukuran-pengukuran bagian tersebut diatas yaitu untuk mengetahui

ukuran topi atau penutup kepala yang dapat digunakan pekerja.

Antara dua telinga dengan persentil 50% dihasilkan 13,57 cm untuk putra dan

13,18 cm untuk putri. Hidung ke belakang kepala dengan persentil 50% dihasilkan

19,22 cm untuk putra dan 18,78 cm untuk putri. Lebar mulut dengan persentil 50%

dihasilkan 5,5 cm untuk putra dan 5,1 cm untuk putri. Tujuan pengukuran ini adalah

salah satunya yaitu untuk mengetahui ukuran masker bagi pekerja.

Mata ke puncak kepala dengan persentil 50% dihasilkan 19,93 cm untuk putra

dan 18,36 cm untuk putri. Mata ke belakang kapala dengan persentil 50% dihasilkan

16,82 cm untuk putra dan 16,12 cm untuk putri. Hidung ke puncak kepala dengan

persentil 50% dihasilkan 18,36 cm untuk putra dan 15,50 cm untuk putri. Mulut ke

puncak kepala dengan persentil 50% dihasilkan 19,93 cm untuk putra dan 18,36 cm

untuk putri.

Antara dua pupil mata dengan persentil 50% dihasilkan 7,65 cm untuk putra

dan 6,39 cm untuk putri. Tujuan pengukuran ini adalah salah satunya yaitu untuk

mengetahui ukuran kaca mata bagi pekerja.

Anthropometri tangan

89

Page 90: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Tujuan dari pengukuran seluruh bagian tangan yaitu untuk mengetahui ukuran

tangan diantaranya mengetahui ukuran kaos tangan dari pekerja, pegangan handle

pintu dan genggaman koper.

Pengukuran menggunakan persentil 50% sehingga diperoleh panjang tangan

sebesar 18,56 cm untuk putra dan 17,01 cm untuk putri. Panjang telapak tangan

10,53 cm untuk putra dan 9,48 cm untuk putri. Panjang ibu jari 6,63 cm untuk putra

dan 5,95 cm untuk putri. Panjang jari telunjuk 7,57 cm untuk putra dan 7,007 cm

untuk putri. Panjang jari tengah sebesar 8,42 cm untuk putra dan 7,70 cm untuk

putri. Panjang jari manis sebesar 7,80 cm untuk putra dan 7,05 cm untuk putri.

Panjang jari kelingking 6,29 cm untuk putra dan 5,59 cm untuk putri. Lebar ibu jari

1,89 cm untuk putra dan 1,33 cm untuk putri. Tebal ibu jari 1,63 cm untuk putra dan

1,33 cm untuk putri. Lebar jari telunjuk sebesar 1,89 cm untuk putra dan 1,69 cm

untuk putri. Tebal jari telunjuk sebesar 1,53 cm untuk putra dan 1,21 cm untuk putri.

Lebar telapak tangan (metacarpal) sebesar 7,91 cm untuk putra dan 7 cm untuk putri.

Lebar telapak tangan (sampai ibu jari)sebesar 9,48 cm untuk putra dan 8,25 cm untuk

putri. Tebal telapak tangan (metacarpal) sebesar 2,81 cm untuk putra dan 2,15 cm

untuk putri. Tebal telapak tangan (sampai ibu jari) sebesar 4,20 cm untuk putra dan

3,25 cm untuk putri Lebar maksimum (ibu jari ke jari kelingking) 21,96 cm untuk

putra dan 18,70 cm untuk putri.

Keseluruhan data yang telah diperoleh ini kemudian digunakan untuk

merancang area kerja dan posisi alat yang sesuai dengan anthropometri pekerja

sehingga diperoleh metode kerja yang ergonomis. Pekerja dapat bekerja secara aman

dan nyaman jika metode kerjanya ergonomis dengan harapan akan dapat

meningkatkan produktivitas pekerja.

Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas

antara lain dalam hal :

a. Perancangan area kerja (work station, interior mobil).

b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools).

90

Page 91: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi meja

komputer.

d. Perancangan lingkungan kerja fisik.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Anthropometri adalah ilmu yang mempelajari karakteristik atau dimensi

fisik manusia.

91

Page 92: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

2. Fungsi anthropometri adalah dapat melakukan perancangan peralatan yang

akan digunakan dalam bekerja dan penentuan tata letak alat yang ada dalam

area kerja.

3. Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari

sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari

nilai tersebut.

4. Perancangan sistem kerja yang ergonomis adalah merancang suatu sistem

kerja berdasarkan data anthropometri yang dibutuhkan, sehingga pekerja

lebih nyaman dalam bekerja karena sistem kerja telah disesuaikan dengan

dimensi tubuh pekerja.

B. Saran

Alat yang digunakan pada praktikum sebaiknya berjumlah banyak agar

praktikan dapat menyelesaikan pengukuran dengan tepat dan cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Liliana, Y.P, Suharyo Widagdo, dkk. Pertimbangan Anthropometri pada

Pendisainan. http://jurnal.sttn-batan.ac.id/. Diakses pada tanggal 19 April

2010 pada pukul 09.32 WIB.

92

Page 93: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Niebel, BW and Andris F. 2004. Methods, Standars, and Work Design. New York :

McGraw-Hill Companies, Inc.

Nurmianto, E. 1996. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya : Guna

Widya.

Sanders, M.S., and Ernest J.M. 1992. Human Factors in Engineerinng and Design.

New York : McGraw-Hill, Inc.

Sulistyadi, K dan Susanti S.L. 2003. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi.

Teknik Industri Universitas Sahid, Jakarta.

Suranta, F.X. 1990. Skripsi : Rancangbangun Alat Pelinting Sigaret Kretek yang

Ergonomis. Fakultas Tekonologi Pertanian, UGM.

Sutalaksana, I , dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Institut Teknologi

Bandung.

Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Guna

Widya.

93

Page 94: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

94

Page 95: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Perhitungan Manual

Anthropometri Badan

1. Tinggi tubuh posisi tegak

= 158.15

SD= 6.7

Persentil

5% = 158.15 – (1.64x6.7) = 147.22

50% = 158.15 + (0x6.7) = 158.15

95% = 158.15 + (1.64x6.7) = 169.07

2. Tinggi mata

= 144.9

SD = 9.0

Persentil

5% = 144.9 – (1.64x9.0) = 130

50% = 144.9 + (0x9.0) = 144.9

95% = 144.9 + (1.64x9.0) = 159.76

3. Tinggi bahu

= 126.95

SD = 9.7

Persentil

5% = 126.95– (1.64x9.7) = 111

50% = 126.95+ (0x9.7) = 126.95

95% = 126.95+ (1.64x9.7) = 142.79

4.Tinggi siku

= 97.65

SD = 7.7

Persentil

5% = 97.65– (1.64x7.7) = 85.07

50% = 97.65+ (0x7.7) = 97.67

95% = 97.65+ (1.64x7.7) = 110.27

5.Tinggi genggaman tangan pada posisi

relaks ke bawah

= 65.72

SD = 6.8

Persentil

95

Page 96: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

5% = 65.72– (1.64x6.8) = 53.97

50% = 65.72+ (0x6.8) = 65.22

95% = 65.72+ (1.64x6.8) = 76.47

6.Tinggi badan pada posisi duduk

= 84.25

SD = 2.6

Persentil

5% = 84.25– (1.64x2.6) = 79.98

50% = 84.25+ (0x2.6) = 84.25

95% = 84.25+ (1.64x2.6) = 88.51

7.Tinggi mata pada posisi duduk

= 73.5

SD = 2.0

Persentil

5% = 73.5– (1.64x2.0) = 70.08

50% = 73.5+ (0x2.0) = 73.5

95% = 73.5+ (1.64x2.0) = 76.91

8.Tinggi bahu pada posisi duduk

= 56.87

SD = 2.0

Persentil

5% = 56.87– (1.64x2.0) = 53.43

50% = 56.87+ (0x2.0) = 56.87

95% = 56.87+ (1.64x2.0) = 60.31

9.Tinggi siku pada posisi duduk

= 24.5

SD = 2.9

Persentil

5% = 24.5– (1.64x2.9) = 19.67

50% = 24.5+ (0x2.9) = 24.5

95% = 24.5+ (1.64x2.9) = 29.23

10.Tebal paha

= 13.23

SD = 2.9

Persentil

5% = 13.23– (1.64x2.9) = 8.47

50% = 13.23+ (0x2.9) = 13.23

95% = 13.23+ (1.64x2.9) = 17.98

11.Jarak dari pantat ke lutut

= 55.12

SD = 1.9

Persentil

5% = 55.12– (1.64x1.9) = 51.95

50% = 55.12+ (0x1.9) = 55.12

95% = 55.12+ (1.64x1.9) = 58.29

12.Jarak dari lipat lutut ke pantat

= 44.43

SD = 2.9

Persentil

96

Page 97: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

5% = 44.43– (1.64x2.9) = 39.05

50% = 44.43+ (0x2.9) = 44.43

95% = 44.43+ (1.64x2.9) = 49.43

13.Tinggi lutut

= 49.25

SD = 3.2

Persentil

5% = 49.25– (1.64x3.2) = 43.99

50% = 49.25+ (0x3.2) = 39.35

95% = 49.25+ (1.64x3.2) = 54.56

14.Tinggi lipat lutut

= 38.3

SD = 2.6

Persentil

5% = 38.3 – (1.64x2.6) = 34.03

50% = 38.3+ (0x2.6) = 38.3

95% = 38.3+ (1.64x2.6) = 42.56

15.Lebar bahu

= 41.87

SD = 1.4

Persentil

5% = 41.87– (1.64x1.4) = 39.51

50% = 41.87+ (0x1.4) = 41.87

95% = 41.87+ (1.64x1.4) = 44.23

16.Lebar panggul

= 34.5

SD = 4.0

Persentil

5% = 34.5– (1.64x4.0) = 27.28

50% = 34.5+ (0x4.0) = 34.5

95% = 34.5+ (1.64x4.0) = 41.12

17.Tebal dada

= 21

SD = 2.6

Persentil

5% = 21– (1.64x2.6) = 27.28

50% = 21+ (0x2.6) = 34.5

95% = 21+ (1.64x2.6) = 41.12

18.Tebal perut

= 16.75

SD = 7.3

Persentil

5% = 16.75– (1.64x7.3) = 8.78

50% = 16.75+ (0x7.3) = 16.75

95% = 16.75+ (1.64x7.3) = 24.71

19.Jarak dari siku ke ujung jari

= 43.25

SD = 2

Persentil

97

Page 98: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

5% = 43.25– (1.64x2) = 39.86

50% = 43.25+ (0x2) = 43.25

95% = 43.25+ (1.64x2) = 46.63

20.Lebar kepala

= 15.47

SD = 1

Persentil

5% = 15.47– (1.64x1) = 13.74

50% = 15.47+ (0x1) = 15.47

95% = 15.47+ (1.64x1) = 17.29

21.Panjang tangan

= 16.875

SD = 0.48

Persentil

5% = 16.875– (1.64x0.48) = 16.08

50% = 16.875+ (0x0.48) = 16.87

95% = 16.875+ (1.64x0.48) = 17.66

22.Lebar tangan

= 7.25

SD = 0.33

Persentil

5% = 7.25– (1.64x0.33) = 6.38

50% = 7.25+ (0x0.33) = 7.25

95% = 7.25+ (1.64x0.33) = 8.11

23.Jarak bentang dari ujung tangan kanan

ke kiri

= 160.75

SD = 6.3

Persentil

5% = – (1.64x6.3) = 172.86

50% = + (0x6.3) = 160.75

95% = + (1.64x6.3) = 171.06

24.Tinggi grip pada posisi tangan vertikal

ke atas

= 184.325

SD = 7

Persentil

5% = 184.325– (1.64x7) =

50% = 184.325+ (0x7) =

95% = 184.325+ (1.64x7) =

25. Tangan grip pada posisi tangan

vertikal keatas dan duduk

= 112.75

SD = 3.86

Persentil

5% = 112.75 – (1.64x3.86) = 106.41

50% = 112.75 + (0x3.86) = 112.75

95% = 112.75 + (1.64x3.86) = 119.08

98

Page 99: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

26. Jarak grip kepunggung pada

posisi tangan ke depan

= 64.75

SD = 2.36

Persentil

5% = 64.75– (1.64x2.36) = 60.87

50% = 64.75+ (0x2.36) = 64.75

95% = 64.75+ (1.64x2.36) = 68.62

Antropometri Kaki

1. Panjang telapak kaki

= 23

SD = 0

Persentil

5% = 23 – (1.64x0) = 23

50% = 23 + (0x0) = 23

95% = 23 + (1.64x0) = 23

2. Panjang telapak lengan kaki

= 17

SD = 1

Persentil

5% = 17– (1.64x1) = 15.36

50% = 17+ (0x1) = 17

95% = 17+ (1.64x1) = 18.64

3. Panjang kaki sampai jari

kelingking

= 19.5

SD = 0.61

Persentil

5% = 19.5 – (1.64x0.61) = 18.4

50% = 19.5 + (0x0.61) = 19.5

95% = 19.5 + (1.64x0.61) = 20.5

4. Lebar kaki

= 9.87

SD = 1.24

Persentil

5% = 9.87– (1.64x1.24) = 7.83

50% = 9.87 + (0x1.24) = 9.87

95% = 9.87 + (1.64x1.24) = 11.91

5. Lebar tangkai kaki

= 6.87

SD = 1.24

Persentil

5% = 6.87– (1.64x1.24) = 4.83

50% = 6.87+ (0x1.24) = 6.87

95% = 6.87+ (1.64x1.24) = 8.91

99

Page 100: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

6. Tinggi mata kaki

= 8.5

SD = 1.5

Persentil

5% = 8.5 – (1.64x1.5) = 6.04

50% = 8.5 + (0x1.5) = 8.5

95% = 8.5 + (1.64x1.5) = 10.96

7. Tinggi bagian tengah telapak kaki

= 5.25

SD = 0.43

Persentil

5% = 5.25 – (1.64x0.43) = 4.53

50% = 5.25 + (0x0.43) = 5.25

95% = 5.25 + (1.64x0.43) = 5.96

8. Jarak horizontal tangkai mata

kaki

= 5

SD = 0.61

Persentil

5% = 5 – (1.64x0.61) = 3.99

50% = 5 + (0x0.61) = 5

95% = 5 + (1.64x0.61) = 6.00

Antropometri Kepala

1. Panjang kepala

= 17.325

SD = 1.51

Persentil

5% = 17.325 – (1.64x1.51) = 14.84

50% = 17.325 + (0x1.51) = 17.325

95% = 17.325 + (1.64x1.51) = 19.80

2. Lebar kepala

= 14.85

SD = 0.36

Persentil

5% = 14.85 – (1.64x0.36) = 14.24

50% = 14.85 + (0x0.36) = 14.85

95% = 14.85+ (1.64x0.36) = 15.45

3. Diameter maksimum dari dagu

= 23.22

SD = 0.96

Persentil

5% = 23.22 – (1.64x0.96) = 21.63

50% = 23.22 + (0x0.96) = 23.22

95% = 23.22 + (1.64x0.96) = 24.81

4. Dagu ke puncak kepala

= 21.75

SD = 0.95

Persentil

5% = 21.75 – (1.64x0.95) = 20.17

100

Page 101: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

50% = 21.75 + (0x0.95) = 21.75

95% = 21.75 + (1.64x0.95) = 23.32

5. Telinga ke puncak kepala

= 12.87

SD = 1.93

Persentil

5% = 12.87– (1.64x1.93) = 9.7

50% = 12.87+ (0x1.93) = 12.87

95% = 12.87+ (1.64x1.93) = 16

6. Telinga ke belakang kepala

= 9.15

SD = 2.08

Persentil

5% = 9.15 – (1.64x2.08) = 5.72

50% = 9.15 + (0x2.08) = 9.15

95% = 9.15 + (1.64x2.08) = 12.57

7. Antara dua telinga

= 13.3

SD = 1.72

Persentil

5% = 13.3 – (1.64x1.72) = 10.4

50% = 13.3 + (0x1.72) = 13.3

95% = 13.3 + (1.64x1.72) = 16.12

8. Mata ke puncak kepala

= 11

SD = 0.35

Persentil

5% = 11 – (1.64x0.35) = 10.4

50% = 11 + (0x0.35) = 11

95% = 5 + (1.64x0.35) = 11.58

9. Mata ke belakang kepala

= 16.9

SD = 0.98

Persentil

5% = 16.9 – (1.64x0.98) = 15.28

50% = 16.91 + (0x0.98) = 16.91

95% = 16.9 + (1.64x0.98) = 18.51

10. Antara dua pupil mata

= 9,17

SD = 5,22

Persentil

5% =9,17– 1,64 (5,22) = 0,60

50% = 9,17± 0,00 (5,22) = 9,17

95% = 9,17+ 1,64(5,22) = 17,74

11. Hidung ke puncak kepala

= 14.75

SD =0.22

Persentil

5% = 14.75– 1,64 (0.22) = 14.39

50% = 14.75 ± 0,00 (0.22) = 14.75

95% = 14.75+ 1,64(0.22) = 15.11

101

Page 102: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

12. Hidung ke belakang kepala

= 20.22

SD = 0.83

Persentil

5% = 20.22– 1,64 (0.83) = 18.85

50% = 20.22± 0,00 (0.83) = 20.22

95% = 20.22+ 1,64(0.83) = 21.59

13. lebar telapak tangan (sampai ibu jari)

= 8.85

SD = 0.33

Persentil

5% = 8.85– 1,64 (0.33) = 8.3088

50% = 8.85± 0,00 (0.33) = 8.85

95% = 8.85+ 1,64(0.33) = 9.39

14. lebar mulut

= 6.47

SD = 0.86

Persentil

5% = 6.47– 1,64 (0.86) = 5.06

50% = 6.47± 0,00 (0.86) = 6.47

95% = 6.47+ 1,64(0.86) = 7.88

Anthropometri Tangan

1. Panjang Tangan

= 16.87

SD =0.47

persentil

5% = 16.87– 1,64 (0.47) = 16.0

50% = 16.87± 0,00 (0.47) = 16.87

95% = 16.871,64(0.47) = 17.66

2. Panjang Telapak Tangan

= 9.8

SD = 0.24

persentil

5% = 9.8– 1,64 (0.24) = 9.4

50% = 9.8± 0,00 (0.24) = 9.8

95% = \9.8+ 1,64(0.24) = 10.2

3. Panjang Ibu Jari

= 6.025

SD = 0.45

Persentil

5% = 6.025– 1,64 (0.45) = 5.28

50% = 6.025± 0,00 (0.45) = 6.025

95% = 6.025+ 1,64(0.45) = 6.76

4. Panjang Jari Telunjuk

= 7.25

SD = 0.29

Persentil

5% = 7.25– 1,64 (0.29) = 6.77

50% = 7.25± 0,00 (0.29)= 67.25

95% = 7.25+ 1,64(0.29) = 7.27

102

Page 103: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

5. Panjang Jari Tengah

= 7.875

SD = 0.25

Persentil

5% = 7.875– 1,64 (0.25) = 7.46

50% = 7.875± 0,00 (0.25)= 7.87

95% = 7.875+ 1,64(0.25) = 8.28

6. Panjang Jari Manis

= 7.25

SD = 0.5

Persentil

5% =7.25– 1,64 (0.5) = 6.43

50% = 7.25± 0,00 (0.5)= 7.25

95% = = 7.25+ 1,64(0.5) = 8.07

7. Panjang Jari kelingking

= 5.75

SD = 0.5

Persentil

5% = 5.75– 1,64 (0.5) = 4.93

50% = 5.75± 0,00 (0.5)= 5.75

95% = 5.75+ 1,64(0.5) = 6.75

8. Lebar Ibu Jari

= 1.55

SD = 0.16

Persentil

5% = 1.55– 1,64 (0.16) = 1.28

50% = 1.55± 0,00 (0.16)= 1.55

95% = 1.55+ 1,64(0.16) = 1.81

9. Tebal Ibu Jari

= 1.29

SD = 0.21

Persentil

5% = 1.29– 1,64 (0.21) = 0.94

50% = 1.29± 0,00 (0.21)= 1.29

95% =1.29+ 1,64(0.21) = 1.81

10. Lebar Jari Telunjuk

= 1.31

SD = 0.17

Persentil

5% = 1.31– 1,64 (0.17) = 1.03

50% = 1.31± 0,00 (0.17)= 1.31

95% = 1.31+ 1,64(0.17) = 1.59

11. Tebal Jari Telunjuk

= 1.19

SD = 0.21

Persentil

5% = 1.19– 1,64 (0.21) = 0.77

50% = 1.19± 0,00 (0.21)= 1.19

95% = 1.19+ 1,64(0.21) = 1.60

103

Page 104: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

12. Lebar telapak Tangan (metacarpal)

= 7.25

SD = 0.52

Persentil

5% = 7.25– 1,64 (0.52) = 6.38

ii. 50% = 7.25± 0,00 (0.52)= 7.25

95% = 7.25+ 1,64(0.52) = 8.11

13. Lebar telapak Tangan

= 8.55

SD = 0.33

Persentil

5% = 8.55– 1,64 (0.33) = 6.38

50% = 8.55± 0,00 (0.33)= 8.55

95% = 8.55+ 1,64(0.33) = 8.11

15. Tebal telapak Tangan

= 2.11

SD = 0.34

Persentil

5% = 2.11– 1,64 (0.34) = 1.55

50% = 2.11± 0,00 (0.34)= 2.11

95% = 2.11+ 1,64(0.34) = 2.67

16. Tebal telapak Tangan (samapai Ibu

Jari)

= 3.52

SD = 0.93

Persentil

5% = 3.52– 1,64 (0.93) = 1.99

50% = 3.52± 0,00 (0.93)= 3.52

95% = 3.52+ 1,64(0.93) = 5.06

18. Lebar Maksimum (ibu jari ke

kelingking)

= 20.325

SD = 1.043

Persentil

5% = 20.325– 1,64 (1.043) = 18.614

50% = 20.325± 0,00 (1.043)= 20.325

95% = 20.325+ 1,64(1.043) = 22.036

19. Lebar diagonal Tangan

= 12.25

SD = 3.95

Persentil

5% = 12.25– 1,64 (3.95) = 5.756

50% = 12.25± 0,00 (3.95)= 12.25

95%= 12.25+ 1,64(3.95) = 18.744

104

Page 105: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK TATA CARA KERJA

ACARA IV

PERANCANGAN SISTEM KERJA MENGGUNAKAN DATA

ANTHROPOMETRI

Disusun Oleh :

Kelompok 12:

Prita Nurindahsari (9141)

Ade Riski Amelia (9179)

Wiwid Sussilowati (9235)

Soraya Najiba (9295)

Co. Asisten:

Devrinta Priangga

LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2010

105

Page 106: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri merupakan sebuah tempat dimana berbagai macam input

diolah menjadi output. Dalam proses produksinya, masing-masing industri

memiliki sistem kerjanya masing-masing. Sebuah sistem kerja pastilah

melibatkan unsur manusia dan unsur otomatisasi yaitu mesin. Untuk unsur

mesin, produktivitas maksimum dapat dicapai ketika pemilik mampu melakukan

penataan yang baik dan melatih para pekerjanya untuk dapat mengoperasikan

mesin tersebut. Namun untuk unsur manusia, banyak hal yang harus dan perlu

untuk dipertimbangkan karena manusia bukan hanya terbentuk dari satu aspek

saja namun dari berbagai aspek.

Pembangunan sistem kerja yang juga melibatkan manusia dan mesin

berarti juga harus memperhatikan aspek-aspek yang ada di dalamnya dan

bagaimana kedua hal tersebut saling mempengaruhi. Namun pada konteks

berikut, pembangunan sistem kerja disesuaikan dengan manusia / pekerja.

Sebuah sistem kerja yang tidak sesuai dengan manusia akan menghambat

produktivitas pekerja itu sendiri bahkan akan mengakibatkan kecelakaan kerja.

Produktivitas pekerja yang menurun dapat disebabkan oleh banyak

faktor, beberapa di antaranya adalah kurang nyamannya lingkungan (area

kerjanya), kurang sesuainya alat yang digunakan dengan anthropometri badan

pekerja, serta adanya kelelahan-kelelahan kerja saat perlakuan pekerja terhadap

spesifikasi kerjanya yang tidak sesuai.

Pengidentifikasian mengenai kelebihan dan kekurangan dari sistem

industri harus mula-mula dilakukan kemudian sebuah langkah perbaikan dirasa

perlu dilakukan ketika memang sistem kerja yang ada pada industri tersebut

dapat mengurangi produktivitas pekerja. Perbaikan yang dilakukan di sini adalah

106

Page 107: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

merupakan perbaikan yang dilakukan pada peralatan kerja yang disesuaikan

dengan anthropometri tubuh pekerja maupun tata letak peralatan kerja tersebut

yang disesuaikan dengan efektivitas proses aliran bahannya.

B. Tujuan Praktikum

Praktikan dapat melakukan perancangan sistem kerja (layout, metode,

dan alat bantu kerja) yang ergonomis dengan menggunakan data anthropometri.

107

Page 108: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan tata letak tempat kerja mempunyai tujuan untuk menciptakan

tata letak tempat kerja yang ergonomis, sehingga performansi pekerja dapat

ditingkatkan mendekati batas maksimalnya. Dalam perancangan tata letak tempat

kerja yang baik mempunyai kriteria yaitu tata letak tempat kerja yang memungkinkan

bagi operator atau pekerja melihat dan meraih dengan mudah dan cepat seluruh panel

kendali untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dengan postur kerja yang

alamiah yaitu tidak menimbulkan terjadinya tekanan atau tegangan yang berarti pada

bagian tertentu tubuh dari operator atau pekerja (Wignjosoebroto, 1995).

Ada empat kriteria yang dapat dijadikan sebagai pengukur yang baik tentang

kebaikan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga, psikologi, dan sosiologis. Artinya

suatu sistem kerja dinilai baik jika sistem ini memiliki efisiensi dan produktifitas

yang tinggi, yang diukur dari waktu penyelesaian yang sangat singkat, tenaga yang

diperlukan untuk menyelesaikannya sangat sedikit dan akibat psikologi dan sosiologi

yang ditimbulkan sangat minim (Sutalaksana, 1982).

Dalam menyusun metode kerja kita berusaha mencari dan menetapkan suatu

metode kerja yang diperlukan yaitu suatu metode kerja yang paling ekonomis dan

harus selalu dicari metode baru yang lebih baik, usaha ini sering pula disebut process

analysis (Sukamto, 1976).

Salah satu cara untuk mendapatkan ide-ide dari sekelompok orang dalam

waktu singkat adalah melalui metode brainstorming. Brainstorming mempunyai 4

tahap pokok, yaitu (Soekarto, 1990) :

1. Menjelaskan persoalan

Pemimpin pertemuan menjelaskan persoalan yang dihadapi dan menerangkan

kepada peserta bagaimana berpartisipasi dalam sumbang saran tersebut.

2. Merumuskan kembali persoalan dengan lebih jelas

108

Page 109: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Berarti membuka jalan keluar atau memberi jawaban yang dapat diterima tanpa

adanya sumbang saran seterusnya.

3. Mengembangkan salah satu atau beberapa penjelasan tersebut

Merupakan bagian pokok dari pertemuan, dimana diciptakan suasana yang

bebas untuk memaparkan idenya sebanyak mungkin. Ide tersebut ditampung

dan ditulis sehingga bisa dibaca oleh semua peserta. Apabila pengeluaran ide

mulai mengering, pemimpin dapat menghentikan pertemuan dan minta waktu

beberapa menit untuk diam guna memungkinkan perkembangan ide seterusnya.

Setelah ide terkumpul lagi dan dituliskan semua, pemimpin dapat berpindah ke

acara lain dalam agenda.

4. Mengevaluasi ide yang dihasilkan

Ide-ide yang dihasilkan harus dievaluasi dan beberapa ide yang berguna dipilih

dan dimanfaatkan.

Wignjosoebroto (1995) berpendapat bahwa suatu sistem kerja akan

memiliki kaitan erat dengan proses manufacturing yang harus berlangsung untuk

merealisir sistem kerja tersebut, sehingga cukup beralasan pada saat merancang suatu

sistem kerja harus pula memikirkan sistem yang paling mudah dan murah (“the most

economical way”) di dalam proses manufacturingnya.

Perbaikan sistem kerja dapat dilakukan dengan cara (Anonim, 2008) :

a. Mengurangi jumlah komponen/bagian yang tidak signifikan dan

tidak mempengaruhi fungsi produk secara keseluruhan (simplifying the

design).

b. Mengurangi jumlah operasi kerja terutama yang berkaitan dengan

proses pemindahan bahan.

c. Menggunakan komponen-komponen produk yang standar dengan

toleransi dan spesifikasi teknis yang dipilih secara tetap.

109

Page 110: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

d. Desain harus dipikirkan tidak saja dari aspek estetika akan tetapi

yang lebih penting adalah kemudahan-kemudahan untuk pembuatannya baik

untuk proses permesinan ataupun perakitan.

e. Mengurangi waktu menganggur pekerja

Dengan adanya perbaikan metode kerja maka akan dapat meningkatkan

produktivitas baik produktivitas kerja maupun produktivitas tenaga kerjanya karena

waktu yang dibuang untuk melakukan suatu pekerjaan akan berkurang, dan akan

diperoleh waktu yang produktif, di samping itu juga dengan adanya perbaikan metode

kerja maka pengendalian mutu akan dapat ditingkatkan yang pada akhirnya akan

mengurangi jumlah biaya dan meningkatkan keuntungan perusahaan (Walley, 1987).

Perbaikan metode kerja diarahkan supaya menyeimbangkan distribusi beban

kerja tersebut an mewujudkan waktu kerja yang lebih optimal. Kondisi keseimbangan

beban kerja juga dapat diamati dari efisiensi gerakan tangan kiri dan tangan kanan

(Hikmah, 2003).

110

Page 111: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

111

Page 112: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat tulis

2. Data anthropometri

3. Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri

B. Prosedur Praktikum

1. Mengamati sistem kerja pada stasiun kerja yang diamati.

2. Mengevaluasi sistem kerja tersebut. Menunjukkan kelemahan rancangan

yang ada sehingga perlu ada perbaikan.

3. Melakukan brainstroming tentang alternatif perbaikan yang

memungkinkan.

4. Memilih alternatif terbaik dengan memperhatikan aspek ergonomis dan

ekonomis.

5. Menentukan data anthropometri yang dibutuhkan untuk merancang

sistem kerja yang baru serta persentil yang digunakan.

6. Membuat gambar perbaikan sistem kerja yang dipilih dengan

menggunakan skala tertentu.

7. Mengevaluasi keuntungan dan kerugian dari rancangan yang dibuat.

112

Page 113: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil1. Gambar layout sebelum dan sesudah perbaikan

113

Page 114: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

114

Page 115: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

2. Peta tangan kanan tangan kiri

115

Page 116: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Perhitungan Ukuran:1. ConveyorA. Tinggi conveyor bagian atas.- Data antropometria. Tinggi sikuX = 98.4cmSD = 5.925168Persentil 50% = X + 10 . SD

= 98.4 + 10 . 5.925168 = 98.4cm

B. Lebar conveyor- Data antropometri = Jarak dari siku ke ujung jariX = 34.8cmSD = 3.805Persentil 50% = X + (10 . SD)

= 34.8 + 10 . 3.8951 = 41.89cm

2. TroliA. Tinggi troli

Data Antropometri : Tinggi sikuX = 98.4cmSD = 5.975168Persentil 50% = X + (10 . SD)

= 98.4 + 10 . 5.975168 = 98.4

B. PembahasanPada praktikum acara 4 ini bertujuan agar praktikan dapat melakukan

perancangan sistem kerja (layout, metode dan alat bantu kerja) yang ergonomis

dengan menggunakan data anthropometri.

Perancangan perbaikan layout kerja dilakukan dengan cara brainstorming,

yaitu diskusi untuk menentukan perbaikan apa yang akan dilakukan. Anggota

kelompok bebas memberikan saran dan masukan untuk mendapatkan hasil akhir yang

sesuai dengan yang diharapkan. Dalam brainstorming, setiap anggota berhak dan

wajib memberikan ide-idenya yang nantinya akan ditampung untuk didiskusikan lagi.

116

Page 117: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Ide-ide yang terkumpul akan dirangking berdasarkan keutamaan dan kualitas ide (ide-

ide mana yang sekiranya baik untuk dilakukan) dengan mempertimbangkan aspek

ekonomi.

Pada ketiga elemen kerja yang telah kami pilih, kami menyimpulkan bahwa

harus ada perbaikan pada dua elemen kerja diantara tiga elemen kerja tersebut. Pada

elemen kerja pertama, yakni elemen kerja mengambil adonan cetakan kerupuk

pekerja mengambil kerupuk dengan posisi bungkuk ke depan dengan tempo kerja

yang cepat. Hal ini sangat berbahaya bagi system muscoloskeletal pekerja, oleh sebab

itu kami mengadakan suatu perbaikan berupa merancang suatu alat yakni conveyor.

Conveyor yang kami rancang memiliki tinggi yang sesuai untuk pekerja atau tidak

terlalu pendek sehingga pekerja tidak perlu harus membungkuk ke depan. Selain itu

conveyor tersebut memiliki ukuran yang lebih panjang, sehingga pekerja tidak harus

bekerja dalam tempo yang cepat.

Pada elemen kerja kedua, yakni menutup sarang pekerja telah menggunakan

tangan kanan dan kiri dengan seimbang, selain itu pekerja juga tidak harus

membungkuk. Oleh sebab itu pada elemen kerja ini kami tidak melakukan suatu

perbaikan.

Pada elemen kerja ketiga, yakni mengangkat tumpukan sarang pekerja

mengangkat beban yang relative berat. Hal ini sangat berbahaya bagi system

musculoskeletal pekerja, oleh karena itu kami merangcang suatu alat yang dapat

memudahkan pekerja saat mengangkat tumpukan sarang tersebut. Alat ini berupa troli

yang dapat mengangkut tumpukan sarang, sehingga pekerja tak harus mengangkat

tumpukan sarang lagi namun cukup mendorong troli yang berisi tumpukan sarang

adonan cetakan kerupuk.

Ada beberapa kelebihan dari sistem kerja awal diantaranya adalah, ruang

produksi memiliki dinding penyekat yang cukup sedikit, area penjemuran kerupuk

sangat luas serta terletak dekat dengan ruang produksi dan memiliki gudang bahan

baku serta gudang bahan setengah jadi yang relative luas dan dekat dengan ruang

117

Page 118: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

produksi. Namun system kerja awal ini masih memiliki beberapa kekurangan seperti

space ruang bergerak antar stasiun kerja sangat sempit, masih terdapat beberapa

backtracking, mesin dan peralatan yang kurang ergonomis bagi pekerja serta kondisi

bangunan yang sudah kurang representatif dan kurang memperhatikan sanitasi.

Pada dasarnya banyak alternatif perbaikan yang dapat diterapkan pada industri

kerupuk DK ini. Pada elemen kerja mengambil misalnya, selain menggunakan

conveyor kita juga bisa merancang mesin pencetak yang baru atau menambah jumlah

pekerja di elemen kerja tersebut. Namun kami memilih merancang conveyor saja

karena menurut kami conveyor lebih mudah dibuat dan lebih efisien bila

dibandingkan dengan membeli suatu mesin pencetak baru atau menambah jumlah

pekerja. Sedangkan pada elemen kerja mengangkat, juga terdapat beberapa alternatif

lain selain menggunakan troli, seperti merancang suatu mesin pengankut atau

menambah jumlah pekerja. Namun merancang suatu mesin atau menambah pekerja

membutuhkan biaya yang tidak sedikit, oleh sebab itu kami memilih menggunakan

troli karena lebih efisien.

Kelebihan dari hasil perbaikan yang telah kami rancang adalah pekerja tidak

harus membungkuk lagi dalam mengambil hasil cetakan, selain itu pekerja juga tidak

harus mengangkat tumpukan sarang yang relative berat. Kelebihan lainnya adalah

hasil perbaikan ini lebih efisien bila dibandingkan dengan beberapa alternatif

perbaikan yang lain.

Kekurangan dari hasil perbaikan ini adalah alat yang telah dirancang tersebut

memerlukan tambahan tempat yang lebih luas lagi. Contohnya adalah conveyor yang

lebih panjang dari sebelumnya. Selain itu, troli juga membutuhkan suatu gang atau

jalan khusus agar ia dapat mengantarkan tumpukan sarang dengan lancar.

Pada perancangan conveyor, data antropometri yang dibutuhkan adalah tinggi

tubuh posisi tegak, tinggi lutut, tebal perut, panjang tangan dan tinggi bahu.

Sedangkan pada perancangan troli, data antropometri yang dibutuhkan adalah tinggi

118

Page 119: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

tubuh posisi tegak, tinggi siku, tinggi bahu, panjang tangan, panjang telapak tangan

dan lebar tangan.

Perancangan perbaikan layout kerja dilakukan dengan cara brainstorming,

yaitu diskusi untuk menentukan perbaikan apa yang akan dilakukan. Anggota

kelompok bebas memberikan saran dan masukan untuk mendapatkan hasil akhir yang

sesuai dengan yang diharapkan. Dalam brainstorming, setiap anggota berhak dan

wajib memberikan ide-idenya yang nantinya akan ditampung untuk didiskusikan lagi.

Ide-ide yang terkumpul akan dirangking berdasarkan keutamaan dan kualitas ide (ide-

ide mana yang sekiranya baik untuk dilakukan) dengan mempertimbangkan aspek

ekonomi.

Gambaran layout awal adalah operator mengerjakan semuanya dengan cara

manual, dan pasisi pekerja saat bekerja sabgat tidak nyaman karena pekerja harus

membungkuk kesaamping untuk mengganil sarang kemudian operator harus

mengangkat tumpukan sarang ketepat penguapan dengan posisi membungkuk sambil

berjalan. Hal tersebut dapoat menimbulkan MSDs pada operator. Setelah adanya

perbaikan layout, kerja operator dapat terbantu oleh adanya tambahan alat yaitu

conveyor dan troli. Conveyor merupakan perpanjangan dari conveyor pencetakan

adonan yang ditinggikan bagian penataan adonan diatas sarang. Selain penambahan

conveyor untuk membantu operator, pada layout dapat dilihat alat tambahan yaitu toli

yang dapat digunakan operator untuk mengangkut tumpukan sarang. Pekerjaan

operator akan lebih ringan dan jumlah produksi yang dihasilkanpun dapat meningkat.

Kelebihan dari sistem kerja awal adalah tidak perlu mengeluarkan dana

untuk mendesain stasiun kerja. Pekrja sudah terbisa bekerja engan posisi tersebut

sehingga pekerja tidak perlu beradaptasi ulang. Selain itu tidak perlu dilakukan

renovasi untuk membuat tempat produksi karena hanya memanfaatkan dapur rumah

untuk berproduksi. Kekurangan sistem kerja awal adalah kelelahan dalam bekerja dan

dalam jangka waktu tertentu akan mengalami nyeri pada otot kaki dan MSDs.

Produktivitas kerja operator tidak termaksimalkan.

119

Page 120: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Pekerja pada industri memiliki tinggi tubuh pada posisi tegak yaitu 163 cm.

Untuk mengambil data dari data anthropometri mahasiswa TIP 2007, kami

menggunakan ukuran tinggi tubuh pekerja ± 0,5 cm yang berarti bahwa data yang

diambil adalah mahasiswa dengan tinggi tubuhnya antara 152,5 sampai 163,5 cm.

Data anthropometri yang dibutuhkan untuk merancang conveyor adalah

tinggi tubuh posisi tegak, tinggi lutut, tebal perut, panjang tangan dan timggi bahu.

Sedangkan data anthropometri yang dibutuhkan untuk merancang troli adalah tinggi

tubuh posisi tegak, tinggi siku, tinggi bahu, panjang tangan, panjang telapak tangan,

lebar telapak tangan.

1. Conveyor

Tinggi siku adalah tinggi tubuh yang diukur dari siku hinnga bawah dalam

keadaan berdiri tegak. Tinggi siku ini dibutuhkan untuk menentukan tinggi conveyor

yang dibutuhkan. Persentil yang digunakan adalah 50%. Hasil pengukuran tinggi

tubuh posisi tegak dengan persentil 50% adalah 98,4 cm.

Tinggi siku pada posisi duduk adalah jarak siku pekerja dengan permukaan

bidang duduk. Pengukuran tinggi siku duduk ini menggunakan persentil 50%. Tujuan

pengukuran tinggi siku duduk ini berguna untuk mengetahui tinggi conveyor pada

posisi siku tangan dalam keadaan 90o, sehingga tangan tidak cepat merasa lelah

dalam bekerja. Hasil pengukuran tinggi siku dengan persentil 50 % adalah 98,4 cm.

Tinggi siku pada posisi duduk adalah tinggi yang diukur dari lutut hungga

bawah. Tinggi lutut digunakan untuk membuat lelonggarran dibawah conveyor

menggunakan persentil 50% . Hasil pengukuran jarak dari pantat ke lutut dengan

persentil 50 % adalah 51,2 cm.

Tebal perut diukur menggunakan alat. Tinggi perut digunakan untuk

memberikan jarak antara operator dengan conveyor agar pekerja dapat nyaman dalam

bekerja. Tebal perut ini menggunakan persentil 95%. Hasil pengukuran diperoleh

bahwa tebal perut dengan persentil 95% adalah 20,60 cm.

120

Page 121: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Jarak siku ke ujung jari adalah pengukuran jarak dari siku yang ditekuk 900

hingga ujung jari. Jarak siku ke ujung jari digunakan untuk menentukan lebar

conveyo menggunakan persentil 95%. Hasil pengukuran diperoleh bahwa Jarak siku

ke ujung jari dengan persentil 95% adalah 41,18

2. Troli

Tinggi siku adalah tinggi tubuh yang diukur dari siku hinnga bawah dalam

keadaan berdiri tegak. Tinggi siku ini dibutuhkan untuk menentukan tinggi troli yang

dibutuhkan. Persentil yang digunakan adalah 50%. Hasil pengukuran tinggi tubuh

posisi tegak dengan persentil 50% adalah 98,4 cm.

Panjang tangan adalah panjang yang diukur dari pergelangan hingga jari

terluar. Panjang tangan digunakan untuk merancang pegangan troli, persentil yang

digunakan adalah 50%. Hasil pengukuran panjang tangan dengan persentil 50 %

adalah 17, 9 cm.

Lebar tangan adalah lebar yang diukur dari telapak tangan bagian tengah

hingga bagian terluar jempol. Lebar tangan digunakan untuk merancang pegangan

troli, persentil yang digunakan adalah 5%. Hasil pengukuran panjang tangan dengan

persentil 5% adalah 8, 5 cm.

Alat yang kami rekomendasikan untuk mengurangi MSDs pada elemen kerja

ini adalah dengan memperpanjang conveyor dan memnambahkan troli. Penjelasan

mengenai masing- masing alat adalah sebagai berikut :

1. Conveyor

Conveyor diberikan untuk mengurangi erjadinya MSDs pada operator

sehingga produktifitasnya dapat bertambah. Tinggi conveyor pencetakan adonan

adalah 49 cm kemudian ditinggikan sekitar 49,4 cm dengan prinsip kenaikan

conveyor dinuat miring yang kemudian sejajar lagi saat mencapai puncak

kemiringan. Tinggi conveyor untuk elemen kerja penataan adonan sendiri adalah

98,4 cm dengan lebar 41,18 cm. Panjang total conveyor dari pencetakan hingga

penataan adalah 150 cm

121

Page 122: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

2. Troli

Troli digunakan untuk mempermudah operator dalam mengangkat tumpukan

sarang dan dapat mengurangi terjadinya MSDs pada operator. Lebar bagian dasar

adalah 60 cm sedangkan panjangnya adalah 120 cm. Tinggi toli adalah 94,8 cm

dengan lebar 60 cm. Tebal dasar troli sekitar 4 cm

Peta tangan kanan tangan kiri dari peta kerja yang baru menunjukan bahwa

tidak ada perubahan yang signifikan, hanya saja ada penggatian selemen kerja

mengangkat tumpukan sarang menjadi menjadi mendorong troli. Kerja tangan kanan

dan tangan kiri mernjadi lebih ringan dan kemungkinan terjadinya MSDs pun kecil.

Dari peta kerja sebelumnya dan peta kerja usulan, terlihat bahwa ada terdapat

beberapa perbedaan. Perbedaan itu antara lain mengangkat tumpukan sarang kini

telah berganti menjadi mendorong troli. Dengan pergantian ini diharapkan pekerja

bisa lebih nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga dicapai efektifitas dan

efisiensi kerja.

122

Page 123: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Data anthropometri dapat diaplikasikan untuk perancangan sistem kerja yang

ergonomis agar pekerja merasakan kenyamanan dan keamanan kerja sehingga

dapat meningkatkan produktivitas kerja.

2. Perbaikan yang dilakukan pada stasiun kerja penyusunan hasil cetakan adonan

adalah dengan merancang alat bantu kerja.

3. Alat bantu kerja yang dirancang yaitu conveyor dan troli.

4. Conveyor berfungsi untuk menyalurkan hasil cetakan adonan kerupuk agar

pekerja tak lagi mengambil hasil cetakan dengan membungkuk.

5. Troli berfungsi untuk membawakan tumpukan sarang hasil cetakan adonan

kerupuk.

6. Data anthropometri yang dibutuhkan untuk merancang conveyor adalah

Tinggi siku, Tinggi siku pada posisi duduk, Tinggi siku pada posisi duduk,

Tebal perut dan Jarak siku ke ujung jari.

7. Dalam perancangan troli dibutuhkan data anthropometri dari pekerja berupa

tinggi siku, panjang tangan, dan lebar tangan.

B. Saran

1. Praktikum telah berjalan dengan baik dan lancar.

123

Page 124: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

2. Kerjasama antar paraktikan dan asisten kuran berjalan baik supaya lebih ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Hikmah Nailil. 2003. Perbaikan Metode kerja sebagai upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.

Soekarto,T Soewarno. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

Sukamto dan Indriyo, 1976. Manajemen Produk. FE, UGM, Yogyakarta.

Sutalaksana, I.Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmaja, J.H. 1982. Teknik Tata Cara Kerja. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Walley, B.H. 1987. Manajemen Produksi. PT Pustaka Binaman Presindo, Jakarta.

Wignjosoebroto, S. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Institut Teknologi Sepuluh November. Penerbit Guna Widya. Jakarta

124

Page 125: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

LAMPIRAN

125

Page 126: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

3. Gambar Rancangan Peralatan

126

Page 127: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

Gambar Rancangan Conveyor

127

Page 128: KUMPULAN  TTCK ACARA 1-4

128