laporan praktikum fistek acara 4

24
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN ACARA IV PENGARUH KmnO4, CaC2,CaCl DAN ETILEN DALAM PROSES PEMATANGAN BUAH OLEH TITIN INDRAWATI J1B 013 116 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM 2015

Upload: titin-indrawati

Post on 16-Apr-2017

1.215 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN

ACARA IVPENGARUH KmnO4, CaC2,CaCl DAN ETILEN DALAM

PROSES PEMATANGAN BUAH

OLEHTITIN INDRAWATI

J1B 013 116

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIANFAKULTAS TEKNOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MATARAM2015

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 04 Desember 2015

Mengetahui, Co. Ass Praktikum Fisiologi dan Praktikan,Teknologi Pasca Panen

IDA KURNIAWATI TITIN INDRAWATINIM.J1A 012 049 NIM.J1B 013 116

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buah dan sayur merupakan jenis pangan yang mudah rusak karena

kandungan airnya yang cukup tinggi sehingga memungkinkan bakteri dan

mikroba lain tumbuh di dalamnya dan hal ini bisa menurunkan mutu pangan.

Penurunan mutu tersebut disebabkan karena sayur dan buah setelah dipetik masih

melakukan proses metabolisme dan aktivitas respirasi. Jaringan pada buah dan

sayur yang telah dipetik aktif melakukan respirasi yang bertujuan untuk

mempertahankan hidupnya dengan cara merombak pati menjadi gula .

Pematangan buah yaitu mengacu pada perubahan yang terjadi setelah

pendewasaan penuh, yang dicirikan oleh melunaknya daging buah, terbentuknya

karakteristik aroma, dan peningkatan kandungan cairan buah (Zulkarnaen 2009).

Berdasarkan laju respirasinya buah dibedakan menjadi dua yaitu buah klimaterik

(laju respirasi meningkat dengan tajam selama periode pematangan dan pada awal

senesen) dan nonklimaterik (tidak ada perubahan laju respirasi pada akhir

pematangan buah) (Zulkarnaen 2009). Contoh buah klimaterik adalah avokad,

papaya, apel, pisang dan lain-lain sedangkan contoh buah nonklimaterik adalah

jeruk, nanas, durian, dan lain-lain (Ayimada 2009).

Proses pematang tersebut, dihasilkan air secara terus menerus sehingga

mengakibatkan kelayuan saat penyimpanan karena praktis tidak ada suplai air

lagi. Salah satu cara untuk memperpanjang masa simpan buah dan sayur adalah

dengan penyimpanan pada suhu rendah agar aktivitas mikroba, enzim, maupun

respirasi dapat dihambat. Oleh sebab itu perlu dilakukan praktikum ini agar dapat

mempelajari penggunaan KMnO4, CaC2,CaCl dan etilen terhadap pematangan

buah.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh gas

etilen, KmnO4, CaCl2, dan CaC2 terhadap mutu buah sehingga praktikan dapat

mengetahui penanganan dan perlakuan terbaik dalam proses pematangan buah.

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Buah memiliki masa simpan yang relatif rendah sehingga buah dikenal

sebagai bahan pangan yang cepat rusak dan hal ini sangat berpengaruh terhadap

kualitas masa simpan buah. Mutu simpan buah sangat erat kaitannya dengan

proses respirasi dan transpirasi selama penanganan dan penyimpanan di mana

akan menyebabkan susut pasca panen seperti susut fisik yang diukur dengan berat;

susut kualitas karena perubahan wujud (kenampakan), cita rasa, warna atau

tekstur yang menyebabkan bahan pangan kurang disukai konsumen; susut nilai

gizi yang berpengaruh terhadap kualitas buah. Mutu simpan buah akan lebih

bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan

meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan suhu udara. Pada umumnya

komoditas yang mempunyai umur simpan pendek mempunyai laju respirasi tinggi

atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono 2011).

Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong

pemecahan tepung dan penimbunan gula (Kusumo 1990). Proses pemecahan

tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan buah dimana

ditandai dengan terjadinya perubahan warna, tekstur buah dan bau pada buah atau

terjadinya pemasakan buah. Kebanyakan buah tanda kematangan pertama adalah

hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laut

berkurang. Saat terjadi klimaterik klorofilase bertanggung jawab atas terjadinya

penguraian klorofil. Lunaknya buah disebabkan oleh adanya perombakan

photopektin yang tidak larut. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-

gula sederhana yang memberi rasa manis (Fantastico 2009).

Pada proses pematangan buah dikenall istilah buah klimaterik dan buah

non klimaterik. Klimaterik merupakan fase peralihan dari proses pertumbuhan

menjadi layu, meningkatnya respirasi tergantung pada jumlah etilen yang

dihasilkan serta meningkatnya sintesis protein dan RNA. Klimaterik adalah suatu

periode mendadak yang unik bagi buah tertentu dimana selama proses itu terjadi

pembuatan etilen disertai dengan dimulainya proses pematangan buah, buah

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

menunjukkan peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah,

sehingga disebut buah klimaterik. Bila pola respirasi berbeda karena setelah

CO2 dihasilkan tidak meningkat tetapi turun secara perlahan, buah tersebut

digolongkan non klimaterik (Heddy 2009).

Berdasarkan sifat klimakteriknya, proses klimakterik dalam buah dapat

dibagi dalam 3 tahap yaitu klimakterik menaik, puncak klimakterik dan

klimakterik menurun. Buah-buah yang mengalami proses klimakterik diantaranya

yaitu tomat, alpokat, mangga, pepaya, peach dan pear karena buah-buahan

tersebut menunjukkan adanya peningkatan CO2 yang mendadak selama

pematangan buah. Buah-buah yang mengalami pola berbeda dengan pola diatas

diantaranya yaitu ketimun, anggur, limau, semangka, jeruk, nenas dan arbei

(Destian, 2010).

Buah pisang, terutama yang matang, memiliki beberapa kandungan seperti

protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, serat, beberapa vitamin (A,B1, B2

dan C), zat besi, dan niacin. Kandungan mineralnya yang menonjol adalah kalium.

Berdasarkan sifat klimakteriknya, proses klimakterik dalam buah dapat dibagi

dalam 3 tahap yaitu klimakterik menaik, puncak klimakterik dan klimakterik

menurun. Buah-buah yang mengalami proses klimakterik diantaranya yaitu tomat,

alpokat, mangga, pepaya, peach dan pear karena buah-buahan tersebut

menunjukkan adanya peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah.

Buah-buah yang mengalami pola berbeda dengan pola diatas diantaranya yaitu

ketimun, anggur, limau, semangka, jeruk, nenas dan arbei (Kamarani, 2010).

Zat-zat tersebut sangat diperlukan dalam tubuh manusia. Bukan itu saja,

pisang termasuk buah yang murah-meriah dan mudah didapat sepanjang tahun.

pemasakan yang lebih cepat, yakni menggunakan karbit (kalsium karbor).

Jangankan buah pisang yang umurnya tua, pisang yang umurnya masih tergolong

muda (belum siap panen) pun akan segera matang walau dari sisi aroma atau rasa

kurang nyaman. Pisang yang matang karena dikarbit cepat membusuk. Dari

penelitiannya diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Pisang yang dimatangkan

dengan karbit paling cepat (tidak sampai tiga hari) matangnya, tetapi proses

pembusukannya pun paling cepat (Anonim 2011).

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

Kalsium Klorida (CaCL2) telah dilaporkan dapat memperpanjang umur

simpan buah (Scott, 1984). Menurut Shear dan Faust (1975) buah dengan

kandungan kalsium tinggi akan menpunyai laju respirasi yang lebih lambat dan

umur simpan yang lebih lama daripada buah dengan kandungan kalsium yang

rendah. Ditinjau dari waktu yang diperlukan untuk masuknya CaCL2 ke dalam

buah, maka perendaman pada tekanan vakum lebih efektif, karena CaCL2 lebih

cepat meresap ke dalam buah ( Sari, dkk. 2011)

Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar

berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan

penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian.

Menurut Abidin (1985) etilen adalah hormon tumbuh yang secara umum

berlainan dengan auksin, giberellin dan sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen

akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Di alam etilen

akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman.

Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik

(Isbandi, 2012).

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

Dibuat larutan KMnO4 jenuh, dengan cara melarutkan KMnO4 ke dalam 500 ml aquades sampai dengan KMnO4 tersebut tidak larut.

Direndam batu bata merah ke dalam larutan KMnO4 tersebut, kemudian ditiriskan dan dimasukkannya ke dalam kantong plastik.

Ditimbang KOH 5 gram dan CaCl2 10 gram, dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkannya ke dalam kantong plastik.

Ditimbang, diukur tekstur serta diamati kenampakan dari masing-masing buah

Dimasukkan buah (pisang) beserta kantong yang berisi KOH, KMnO4 dan CaCl2 tadi masing-masing ke dalam kantong plastik yang lain dengan 2

kondisi yaitu terbuka dan tertutup.

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat, 20 November 2015 di

Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan

Agroindustri Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum

a. Alat Praktikum

Adapun alat–alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan,

lemari es, penetrometer dan thermometer.

b. Bahan Praktikum

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisang,

mangga, kantong plastik, batu bata merah, larutan KMnO4 jenuh, KOH, CaCl2 dan

kertas saring.

3.3. Prosedur Kerja

a. Pengaruh KMnO4, CaCl2 dan KOH dalam Proses Pematangan Buah

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

Dimasukkan buah pisang kedalam kantong plastik tanpa ditambahkan KOH, KMnO4 dan CaCl2 kemudian di simpan sesuai perlakuan.

Diamati perubahan berat, tekstur dan kenampakan pada hari ke-3 dan 7

Ditimbang CaC2 sebanyak 5 gr dan dimasukkan ke dalam kantong plastik

Ditimbang, diukur tekstur serta diamati kenampakan buah (pisang dan nanas)

Dimasukkan buah beserta kantong berisi CaC2 ke masing-masing kantong plastik dengan perlakuan suhu dingin dan suhu ruang

Dimasukkan buah kedalam kantong plastic tanpa CaC2 kemudian disimpan pada suhu dingin dan suhu ruang

Diamati perubahan berat, tekstur dan kenampakan buah pada hari ke-3 dan 7

b. Pengaruh CaCl2 dalam Proses Pematangan Buah

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 3.1. Pengamatan Awal Hari Ke-0Perlakuan Komoditi Kondisi Kondisi Pengamatan

Plastik Suhu Tekstur Kenampakan

KOH

Nanas 1 Terbuka Kamar 2 2/3 hijau, 1/3 kuningNanas 2 Dingin 2,5 ¼ kuning, ¾ hijauNanas 1 Tertutup Kamar 2,0 Kuning kehijauanNanas 2 Dingin 2,5 Hijau kekuninganPisang 1 Terbuka Kamar 0,5 Agak empuk bercak hitamPisang 2 Dingin 0,5 Agak empuk bercak hitamPisang 1 Tertutup Kamar 2 HijauPisang 2 Dingin 2 Hijau

CaC2

Nanas 1 Terbuka Kamar 2 Hijau semuaNanas 2 Dingin 2 Hijau semuaNanas 1 Tertutup Kamar 3 Hijau segarNanas 2 Dingin 3 Hijau segarPisang 1 Terbuka Kamar 1 HijauPisang 2 Dingin 1 HijauPisang 1 Tertutup Kamar 2 HijauPisang 2 Dingin 2 Hijau

Kontrol

Nanas 1 Terbuka Kamar 3,0 Hijau ½ kuningNanas 2 Dingin 3,5 Hijau segarNanas 1 Tertutup Kamar 3 Hijau segarNanas 2 Dingin 3 Hijau ½ kuningPisang 1 Terbuka Kamar 3 Hijau bercak hitamPisang 2 Dingin 1,5 Hijau bercak hitamPisang 1 Tertutup Kamar 1,25 Hijau bercak hitamPisang 2 Dingin 1,5 Hijau bercak hitam

Tabel 3.2. Pengaruh KOH dalam proses pematangan

Komoditi KondisiPlastik

KondisiSuhu

Tekstur Kenampakan3 7 3 7

PisangTerbuka Kamar 1 Hijau kehitaman, empuk/lembek berair

Dingin 1,75 Kuning kehitaman, ada jamur, berair

Tertutup Kamar 1 Warna hitam kekuningan, tumbuh jamurDingin 2,5 Warna hitam kehijauan

Nanas TerbukaKamar 2 1,5 Dominan kuning, rusak

dibagian bawah Matang, busuk bagian bawah, lembek,

Berair

Dingin 2,5 2,0 Dominan hijau, rusak dibagian samping bawah

Keras, warna tetap, sedikit berair, hijau, sedikit kuning

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

TertutupKamar 2,5 0,5 Kuning Membusuk, warna orange, berair banyak,

lembek

Dingin 2,5 2,5 Hijau Tidak terjadi perubahan, hijau kekuningan

Tabel 3.3. Pengaruh CaC2 dalam proses pematangan

Komoditi KondisiPlastik

KondisiSuhu

Tekstur Kenampakan3 7 3 7

PisangTerbuka

Kamar 1 Hijau kehitaman, empuk/lembek berair.

Dingin 1,75 Kuning kehitaman, ada jamur dan berair.

Tertutup Kamar 1 Warna hitam kekuningan ada jamurDingin 2,5 Warna hitam kehijauan

NanasTerbuka Kamar 3 2,5 Dominan kuning Kuning bercak hitam

Dingin 3 2,5 Hijau kekuningan Kuning kehijauan, keras

Tertutup Kamar 2,75 2 Kuning dominan hijau, keras Kuning rusakDingin 3,5 3 Hijau dominan kuning Hijau kekuningan, keras

Tabel 3.4. Pengaruh Kontrol dalam proses pematangan

Komoditi KondisiPlastik

KondisiSuhu

Tekstur Kenampakan3 7 3 7

PisangTerbuka Kamar 1 0,25 Hijau kekuningan Kuning, kehitaman, lembek, berjamur

Dingin 1,25 1,5 Hijau Hijau bercak hitam

Tertutup Kamar 1,25 0,25 Hijau Kuning bercak hitam, berair, berjamurDingin 1,5 1,25 Hijau tua Hijau tua, kehitaman

NanasTerbuka Kamar 3 1 Hijau dominan kuning Kuning, cokelat, busuk

Dingin 2,75 2,5 Kuning dominan hujau, rusak Kuning, keras

Tertutup Kamar 3 1,5 Kuning masih ada hijau Kuning, cokelat, busuk, berairDingin 3 2,5 Hijau dominan kuning Kuning, keras

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

BAB VPEMBAHASAN

Pertumbuhan organisme perusak dapat diperlambat pada suhu

penyimpanan rendah, namun komoditas segar berangsur-angsur kehilangan

resistensi alaminya terhadap pertumbuhan organism perusak. Oleh karena itu

lamanya umur simpan ditentukan oleh interaksi oleh senensensi alami (kehilangan

kualitas), pertumbuhan organisme perubahan dan kepekaan terhadap cacat suhu

dingin Penyimpanan buah pada suhu rendah yang stabil dapat mempertahankan

tekstur alami karena pendinginan atau penyimpanan pada suhu rendah dapat

menghambat atau mengurangi laju respirasi dan transpirasi atau kehilangan air. 

Penyimpanan pada suhu dingin, namun sesekali difluktuasikan atau diekspose

pada suhu ruang menyebabkan penurunan mutu fisik/organoleptik dan nilai gizi

yang lebih cepat dibandingkan suhu stabil. Penyimpanan pada suhu ruang

(dibiarkan sesuai dengan suhu lingkungan) menyebabkan penurunan mutu fisik-

organoleptik dan mutu nilai gizi sangat cepat yang diikuti dengan proses

pembusukan (Tranggono 1990).

Percobaan untuk melihat pengaruh KOH terhadap proses pematangan

buah pisang dan nanas dilakukan dengan perbedaaan suhu kamar, dan suhu

dingin, dalam dua kondisi yang berbeda yaitu terbuka dan tertutup. Untuk buah

pisang diperoleh tekstur serta kenampakan yang berbeda terhadap kondisi tersebut

yaitu pada pengamatan hari ketuju menunjukkan nilai tekstur pada kondisi terbuka

suhu kamar adalah 1 memiliki kenampakan Hijau kehitaman, empuk/lembek

berair padasuhu dingin diperoleh nilai tekstur 1,75 memiliki kenampakan kuning

kehitaman, ada jamur, berair, untuk kondisi tertutup diperoleh nilai tekstur pada

suhu kamar sebesar 1 kenampakan warna hitam kekuningan, tumbuh jamur pada

suhu dingin sebesar 2,5 kenampakan warna hitam kehijauan. Sedangkan pada

buah nanas dengan perlakuan yang sama dengan pisang menunjukkan nilai tekstur

pada kondisi terbuka pada suhu kamar adalah 1,5 memiliki kenampakan buah

matang, busuk bagian bawah, lembek, berair, pada suhu dingin diperoleh nilai

tekstur 2,0 memiliki kenampakan buah keras warna tetap, sedikit berair, hijau,

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

sedikit kuning, untuk kondisi tertutup diperoleh nilai tekstur pada suhu kamar

sebesar 0,5 kenampakan buah membusuk, warna oranye, berair banyak, lembek

pada suhu dingin sebesar 2,5 kenampakan tidak terjadi perubahan, hijau

kekuningan.

Percobaan menggunaka KOH yang dipergunakan adalah KMnO4 terhadap

proses pematangan memiliki pengaruh yang sangat cepat terhadap pematangan

buah pisang maupun nenas dengan kondisi tertup maupun terbuaka juga pada

suhu kamar maupun dingin sehingga buah yang menggunakan pematang ini jika

di gunakan dalam waktu yang lebih lama akan mengalami pematangan yang

sangat cepat sehingga buah tidak mampu mempertahankan kesegarannya dalam

jangka waktu yang sangat lama.

Percobaan untuk melihat pengaruh CaC2 terhadap proses pematangan buah

pisang dan nanas dilakukan dengan perbedaaan suhu kamar, dan suhu dingin,

dalam dua kondisi yang berbeda yaitu terbuka dan tertutup. Untuk buah pisang

diperoleh tekstur serta kenampakan yang berbeda terhadap kondisi tersebut yaitu

pada pengamatan hari ketuju menunjukkan nilai tekstur pada kondisi terbuka suhu

kamar adalah 1 memiliki kenampakan hijau kehitaman, empuk/lembek berair,

pada suhu dingin diperoleh nilai tekstur 1,75 memiliki kenampakan kuning

kehitaman, ada jamur, berair, untuk kondisi tertutup diperoleh nilai tekstur pada

suhu kamar sebesar 1 kenampakan warna hitam kekuningan, ada jamur pada suhu

dingin sebesar 2,5 kenampakan warna hitam kehijauan. Sedangkan pada buah

nanas dengan perlakuan yang sama dengan pisang menunjukkan nilai tekstur pada

kondisi terbuka pada suhu kamar adalah 2,5 memiliki kenampakan kuning bercak

hitam, pada suhu dingin diperoleh nilai tekstur 2,5 memiliki kenampakan waran

kuning kehijauan, keras, untuk kondisi tertutup diperoleh nilai tekstur pada suhu

kamar sebesar 2 kenampakan buah kuning rusak pada suhu dingin sebesar 3

kenampakan hijau kekuningankeras.

Pengaruh CaC2 berbeda pengaruhnya dengan menggunakan KMnO4

yaitu penggunaan CaC2 (karbit) mengalami yang semakin hari-semakin

menunjukan perubahan pada buah pisang sendiri kekerasan pun menurun setiap

harinya namun tidak berpengaruh secara drastis dan semakin lunak tiap harinya.

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

Pada buah pisang perubahan cenderung tidak terlihat atau tidak terjadi perubahan

yang signifikan. Hal ini disebabkan buah pisang merupakan buah klimaterik

sedangkan nenas merupakan buah non klimaterik.

Pengaruh kontrol dalam proses pematangan dilakukan proses yang sama

dengan percoaan pertama dan kedua yaitu percoaan terhadap buah pisang dan

nanas dilakukan dengan perbedaaan suhu kamar, dan suhu dingin, dalam dua

kondisi yang berbeda yaitu terbuka dan tertutup. Untuk buah pisang diperoleh

tekstur serta kenampakan yang berbeda terhadap kondisi tersebut yaitu pada

pengamatan hari ketuju menunjukkan nilai tekstur pada kondisi terbuka suhu

kamar adalah 0,25 memiliki kenampakan kuning kehitaman, empuk/lembek

berjamur, pada suhu dingin diperoleh nilai tekstur 1,5 memiliki kenampakan hijau

bercak hitam, untuk kondisi tertutup diperoleh nilai tekstur pada suhu kamar

sebesar 0,25 kenampakan warna kuning bercak hitam, berair,berjamur pada suhu

dingin sebesar 1,25 kenampakan warna hujau tua, kehitaman. Sedangkan pada

buah nanas dengan perlakuan yang sama dengan pisang menunjukkan nilai tekstur

pada kondisi terbuka pada suhu kamar adalah 1 memiliki kenampakan kuning

kecoklatan, busuk, pada suhu dingin diperoleh nilai tekstur 2,5 memiliki

kenampakan kuning, keras, untuk kondisi tertutup diperoleh nilai tekstur pada

suhu kamar sebesar 1,5 kenampakan buah kuning kecoklatan, busuk, berair pada

suhu dingin sebesar 2,5 kenampakan hijau kuning keras.

Percobaan pemasakan buah ini menggunakan buah pisang yang

merupakan buah klimakterik dan buah nenas merupakan buah non klimakterik

sebagai objek untuk melihat pengaruh etilen dan zat penyerap gas etilen (KMnO4

dan CaC2) terhadap mutu buah. Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh

yang pada suhu kamar berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya

perubahan-perubahan penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-

hasil pertanian. Menurut Abidin (1985) etilen adalah hormon tumbuh yang secara

uum berlainan dengan auksin, giberellin dan sitokinin. Dalam keadaan normal,

etilen akan berbentuk gas dan struktur kmianya sangat sederhana sekali. Di alam

etilen akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu

tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

klimakterik. Jadi dapat disimpulkan bahwa gas etilen mempercepat pematangan

buah pada buah klimakterik.

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

diantaranya sebagai berikut :

1. Etilen dapat mempercpat laju pematangan pada buah

2. KOH dan CaC2 dapat membantu proses pematanga buah agar lebih cepat

mengalami kematangan

3. Penggunaan KMnO2 selain dapat mempercepat proses pematang dapat

mempertahankan kesegaran buah

4. Proses pematangan sangat berpengaruh terhadap kontrol yaitu mengalami

perubahan warna dan tekstur

5. Menggunakan etilen pada buah klimakterik (pisang) mengalami pematangan

yang sangat cepat dibantingkan buah non klimakterik (nenas) ini dikarenakan

buah pisang bisa mengalami proses klimakterik tanpa bantuan senyawa lain

sedangkan pada buah yang non klimakteri menggunakan bantuan senyawa

lain sangat bagus dalam mempertahankan kesegarannya.

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Pengawetan buah segar,  http://www.warintek.ristek.go.id / pangan_kesehatan/pangan/ipb/Pengawetan% 20buah%20segar.pdf [diakses 28 November 2015].

Anonim. 2011. Karbit. http://id.wikipedia.org/wiki/Karbit. [28 November 2015]

Ayimada. 2009. Pemasakan Buah. http://ayimada006084.files.wordpress. com/2008/11/pemasakan-buah3.doc [28 November 2015]

Destian R. 2010. Pemantangan pada buha-buahan. http://redydestian .wordpress .com/2010/08/11/pematangan-pada-buah-buahan/ [28 November 2015]

Fantastico. 2009. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Isbandi J. 2012. Pertumbuhan dan perkembangan Tanaman. Yogyakarta : Fakulas Pertanian UGM.

Kamarani. 2010. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Kusumo S. 2009. Zat Pengatur Tumbuhan Tanaman. Jakarta : Yasaguna.

Sari, F. E., dkk. 2011. PENGARUH KADAR CaCL2 DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP UMUR SIMPAN DAN PEMATANGAN BUAH MANGGA ARUMANIS. Jurnal Pendidikan. Fakultas Pertanian UGM Vol(28)1 hal 57. http://e-jurnalpendidikan.blogspot.co.id/2012/10/contoh-penelitian-buah-mangga.html [ diakses 28 November 2015]

Tranggono. 2011. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Zulkarnaen. 2009. Dasar-Dasar Holtikultura. Jakarta : Bumi Aksara