finalllll lp askep anemia

Upload: vindy-miliknya-nyun-nyun

Post on 12-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lp

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANDANASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PADA ANAK

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 4

1. BENY WIJAYA

2. DWI AGUSTIN

3. IVAN BAIDOWI

4. M. WIYANTO

5. MUKHLIS PRASETYA

6. RETNO YULIS S

7. RISKI DWI W8. TUFI LAILI

9. VENDYK BAMBANGPROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG

2011

BAB I

PENDAHULUANA. Latar belakangAnemia adalah kekurangan sel darah merah, yang ditunjukkan oleh rendahnya tingkat hemoglobin yang sehat. Tingkathemoglobin normal pada anak lebih rendah dari tingkat hemoglobin pada orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki hemoglobin normal 170-200g/l. Setelah lahir, konsentrasi hemoglobin menurun drastis sehingga pada usia 2-3 bulan kadar hemoglobinnya berkisar110-120 g/l. Kisaran ini bertahan terus hingga usia sekolah, yang meningkat menjadi 130 g/l. Salah satu penyebab tersering anemia pada anak adalah akibat kekurangan besi.

Besi merupakan bagian dari molekul pembentuk hemoglobin. Jika kadar besi kurang, pembentukan hemoglobin akan berkurang dan pada akhirnya kadar hemoglobin akan menurun. Pada awalnya terjadi penurunan cadangan besi dalam tubuh. Jika asupan besi terus berkurang akan timbul kekurangan besi yang belum memberikan gejala anemia. Namun, jika hal itu berlangsung terus, akan timbul gejala anemia.

Angka kejadian anemia di Indonesia berdasarkan SKRT 1995 pada anak usia kurang dari 5 tahun adalah 40,5 %, dan 47,2% pada usia 5-9 tahun serta 10-14 tahun. Pada usia tersebut bayi masih memiliki cukup cadangan besi dari ibunya yang diberikan selama dalam kandungan. Tetapi setelah usia 6 bulan cadangan besi itu akan semakin menipis, sehingga diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah kekurangan besi.

B. Rumusan masalah

1. Bagaiman anatomi fisiologi darah?2. Apa pengertian anemia?3. Apa etiologi anemia?

4. Bagaimana manifestasi klinis pada anemia?

5. Bagaimana patofisiologi pada anemia?

6. Bagaimana WOC anemia?

7. Apa komplikasi anemia?

8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anemia?

9. Bagaimana penatalaksanaan medis pada anemia?

10. Bagaimana asuhan keperawatan pada anemia?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi fisiologiDarah merupakan cairan ektraseluler yang terletak dalam saluran yakni pembuluh darah, yang terdiri atas pembuluh darah dan sel darah. Darah memiliki fungsi pertama, sebagai transportasi pernapasan, dimana sebagian besar oksigen diangkat oleh eritrosit dari alveoli ke organ atau jaringa tubuh, dan karbondioksida diangkut oleh jaringan oleh plasma darah menuju alveoli paru. Fungsi kedua, sebagai transfortasi zat makanan, mineral, vitamin, elektrolit, dan air dari gastrointestinal menuju hati melalui proses metabolisme, baru kemudian ke organ atau jaringan tubuh lain. Fungsi, ketiga, transfort metabolit atau hasil sisa yakni zat yang tidak digunakan dikirim ke ginjal untuk selanjutnya di keluarkan melalui urine. Funsi keempat, sebagai transportasi hasil suatu jaringan atau organ seperti hormon yang dihasilkan oleh kelenjar akan diangkut oleh darah. Demikian juga hasil metabolisme di hati diangkut oleh plasma sel dan limfosit, leukosit yang berperan dalam fagositosis. Fungsi keenam, berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam dan basa, juga sebagai transportasi bahan bahan yang diberikan melalui cairan yang lewat aliran darah. Dan fungsi ketujuh, sebagai hemostasis yang terletak pada plasma darah. Proses hemostatasis ini merupakan upaya untuk mempertahankan hilangnya darah akibat kerusakan pembuluh darah atau pecah. Proses homeotasis melalui berbagai tahap, yakni tetap vascuar, koagulasi, serta dan rekontruksi.

1. Tahap vascular.

Tahap ini merupakan tahap awal dari kerusakan pembuluh darah, dapat terjadi vasokontriksi lokal dan retraksi, kemudian trombosit akan mengadakan agregasi, aglutinasi berperan atau akan lisis dan mengeluarkan bahan untuk prosese homeostasis seperti serotinin.

2. Tahap koagulasi.

Pada tahap koagulasi, faktor pembekuan dan zat yang menghambat koagulasi atau anti koagulan berperan dan terjadi keseimbangan. Proses koagulasi terdiri atas tiga tahap. Diawali dengan proses pembekuan aktifator protrombin, perubahan protombin menjadi trombin. Dan perubahan frbrinogen menjadi fibrin.

3. Tahap pembersihan dan rekontruksi.

Merupakan tahap akhir dalam proses hemostasis berupaproses fibrinolisis dan pembentukan jaringan baru pada jaringanyang mengalami kerusakan. ( Hidayat, 2006 ).

4. Mekanisme pembekuan.

Bahan yang turut serta dalam mekanisme pembekuan faktor pembekuan. Faktor faktor tersebut ialah faktor I ( fibrinogen ). II ( protombin ), III ( tromboplastin ), IV ( kalsium dan bentuk ion ), V ( proaseleran, faktor labil ), VII ( prokonverin, faktor stabil ), VII (AHG = Antihemophilic Globulin ), IX (PTC = Plasma Thrombo ( lastin Antecedent ), XII ( hageman ), dan XIII ( faktor stabilitas febrin ). Mekanisme pembekuan dibagi menjadi dalam 3 tahap dasar yaitu :

a. Pembekuan tromboplastin plasma intrinsik yang juga disebut tromboplastogenesis, dimulai dalam trombosit, terutama faktor trombosit III dan faktor pembekuan lain dengan pembekuan kolagen.

b. Perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisasi oleh tromboplastin, faktor IV, V, VII dan X.

c. Perubahan fibrinogen menjadi fibrin dengan katalisator trombin, faktor trombosit I dan III.B. PengertianAnemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doengoes, 1999). Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256). Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

Klasifikasi Anemia:

1. Anemia Pasca Perdarahan (Post Hemorrhagic)2. Anemia Hemoliti 3. Anemia Defisiensi 4. Anemia Aplastik C. Etiologi1. Anemia Pasca Perdarahan (Post Hemorrhagic)Terjadi akibat perdarahan yang masif (seperti kecelakaan, luka operasi, persalinan dan sebagainya)

2. Anemia Hemolitik Terjadi akibat penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan. Hal ini dibedakan menjadi dua faktor yaitu :

a. Faktor intrasel

Misal talassemia, hemoglobinopatia (talassemia HbE, sickle cell anemia), sferositos congenital, defisiensi enzim eritrosit (G-6PD, piruvat kinase, glutation reduktase).

b. Faktor ekstrasel

Misal intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompabilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada transfusi darah).3. Anemia Defisiensi Karena kekurangan faktor pematangan eritrosit (zat besi, asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin, eritropoetin, dan sebagainya).4. Anemia Aplastik Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang. Jenis anemia yang paling sering kita temui adalah Anemia Kekurangan Besi (AKB) yang disebabkan kurangnya zat besi untuk sintesis hemoglobin. Di Indonesia AKB masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein, vitamin A, dan yodium.D. Manifestasi Klinis

1. Lemas, pucat dan cepat lelah

2. Sering berdebar-debar3. Sakit kepala dan iritabel

4. Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku

5. Konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white)

6. Papil lidah atrofi : lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah, meradang dan sakit.

7. Jantung dapat takikardi.

8. Jika karena infeksi parasit cacing akan tampak pot belly. 9. Penderita defisiensi besi berat mempunyai rambut rapuh, halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan berbentuk seperti sendok.

Oleh karena itu rendahnya kadar hemoglobin dari seorang penderita anemia bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan ada atau tidaknya keluhan dan gejala anemia.E. PatofisiologiTimbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).F. WOC

G. Pemeriksaan diagnostik

Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.

Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).

Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).

Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia). LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.

Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik). Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).

Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik).

TBC serum : meningkat (DB). Feritin serum : meningkat (DB). Masa perdarahan : memanjang (aplastik). LDH serum : menurun (DB). Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP). Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).

Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).

Nilai normal sel darah

Jenis sel darah

1. Eritrosit (juta/mikro lt) Bayi baru lahir 5,9 (4,1 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 5,1), 5 Tahun 4,7 (4,2 -5,2), 8 12 Tahun 5 (4,5 -5,4).

2. Hb (gr/dl) Bayi baru lahir 19 (14 24), 1 Tahun 12 (11 15), 5 Tahun 13,5 (12,5 15), 8 12 Tahun 14 (13 15,5).

3. Leokosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 15), 5 Tahun 8000 (5 13), 8 12 Tahun 8000 (5-12).

4. Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000, 8 12 Tahun 260.000.

5. Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 12 Tahun 40H. Penatalaksanaan medis

Tindakan umum : Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. 1. Transpalasi sel darah merah.

2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.

5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau. Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1. Anemia defisiensi zat besi :

mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.

Pemberian preparat fe.

Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan.

Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2. Anemia hemolitik : tranfusi darah.3. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat. 4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.I. Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PADA ANAKA. Manajemen keperawatan1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :1) Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.

2) Sirkulasi,Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).3) Integritas ego,Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.

4) Eleminasi,Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan,Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6) Neurosensori,Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan,Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan,Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).

10) Seksualitas,Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.

Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

3. Intervensi/Implementasi keperawatan

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).

Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah :1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.

Intervensi :

1. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang, gandum,sereal kering yang diperkaya zat besi

2. Berikan susu suplemen setelah makan padat

3. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat,fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi berikan bersama jeruk

4. Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat besi dengan cara berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air atau jus jeruk

5. Berikan multivitamin

6. Jangan berikan preparat Fe bersama susu

7. Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi hijau gelap

8. Monitor kadar Hb atau tanda klinks

9. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi

10. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau dalam diet2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Intervensi:

1. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue, dispneu, pusing, perubahan warna kulit, dan lainya

2. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi

3. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan istirahat.

4. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen

5. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

Intrervensi:

Tujuan : peningkatan perfusi jaringan

Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

Intervensi :

1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. 3. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius. Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung. 4. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark. 5. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer. Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen. 6. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi. Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi. 7. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan. 4. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)

Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :

1) Infeksi tidak terjadi.

2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

4) Peningkatan perfusi jaringan.

5) Dapat mempertahankan integritas kulit.

6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.

7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.BAB IIIPENUTUP

KESIMPULANAnemia adalah suatu kondisi klinis dimana tubuh kekurangan komponen darah terutama sel darah merah yang ditandai dengan Lemas, pucat dan cepat lelah, sering berdebar-debar, sakit kepala dan iritabel, pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku, konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white).

SARAN

Untuk mencegah terjadinya anemia berat sebaiknya dilakukan pemeriksaan sedini mungkin. Jika perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.DAFTAR PUSTAKA

1. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto.

2. Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta, EGC.

3. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.

4. Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.

5. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta6. Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta 7. Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta8. http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia9. http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htmAnemia aplastik

Anemia defisiensi

Anemia hemolisis

Anemia pasca perdarahan

Intoleransi aktifitas

Perubahan peran ortu

Ortu

(merawat anak di RS)

Perubahan pola asuh ortu

Gangguan tumbang

ansietas

Anak

(perubahan kondisi lingkungan)

hospitalisasi

Pertukaran gas

< kapasitas O2

Destruksi eritrosit

bilirubin

Hemolisis eritrosit>

Protein