bab iii wiremesh
TRANSCRIPT
27
BAB III
ANALISA PELAKSANAAN PEKERJAAN
A. Pengamatan Struktur
Pengamatan struktur yang dilakukan oleh penulis meliputi pengamatan
kolom, balok dan plat. Pengamatan dikhususkan pada plat lantai 7, lantai typikal.
Adapun pengamatan pekerjaan akan diuraikan secara lengkap di bawah ini :
1. Kontruksi Kolom
Kolom yang digunakan pada proyek ini menggunakan mutu beton
fc’ 35 atau sama dengan mutu beton K350. Kolom yang dipakai dalam
proyek pembangunan ini menggunakan beberapa ukuran sesuai dengan tabel
yang tertera di bawah ini.
Besi yang digunakan dalam proyek ini menggunakan besi ulir
ukuran 32, 25 dan 22.Dan besi sengkang ukuran 10 mm. Pengamatan
pelaksanaan kolom dilakukan oleh teman sekolompok dalam PKL ini, yaitu
Awwaluddin Haris.
Tabel 5 : dimensi kolom lantai upper ground s/d Lt. 3
Tipe Kolom Jumlah
Kolom
Dimensi Tulangan
Pokok
Tul.
Sengkang
%
PenulanganK1 – 1 3 450 x 1000 40 Ø 22 Ø 10 – 200 5%
K1 – 2 1 450 x 1000 48 Ø 25 Ø 10 – 200 5%
K1 – 3 3 450 x 1000 32 Ø 22 Ø 10 – 200 3%
K1 – 4 1 450 x 1000 44 Ø 22 Ø 10 – 200 4%
K1a 1 400 x 800 24 Ø 22 Ø 10 – 200 3%
K2 – 1 8 400 x 800 28 Ø 22 Ø 10 – 200 3%27
28
K2 – 2 3 400 x 800 32 Ø 25 Ø 10 – 200 4%
K2a 2 800 x 400 24 Ø 25 Ø 10 – 200 4%
K3 2 400 x 600 16 Ø 22 Ø 10 – 200 3%
K3a 3 600 x 400 16 Ø 22 Ø 10 - 200 3%
2. Kontruksi Balok
Tabel 6 : dimensi balok lantai upper ground
Tipe Balok
DimensiTulangan Pokok Tulangan
Sengkang atas bawah
B1400 x 600
Kiri 7 D 22 4 D 22 Ø 10 – 100
Tengah 3 D 22 6 D 22 Ø 10 – 100
Kanan 9 D 22 4 D 22 Ø 10 – 100
Tipe Balok
DimensiTulangan Pokok Tulangan
Sengkang atas bawah
B2350 x 800
Kiri 6 D 25 8 D 25 Ø 10 – 100
Tengah 3 D 25 3 D 22 Ø 10 – 100
Kanan 3 D 25 3 D 25 Ø 10 – 100
Tipe Balok
DimensiTulangan Pokok Tulangan
Sengkang atas bawah
B3350 x 600
Kiri 8 D 22 4 D 22 Ø 10 – 100
Tengah 3 D 22 2 D 22 Ø 10 – 150
Kanan 6 D 22 4 D 22 Ø 10 – 100
29
Tipe Balok
DimensiTulangan Pokok Tulangan
Sengkang atas bawah
B4300 x 600
Kiri 5 D 22
3 D 22 Ø 10 – 100
Tengah3 D 22
4 D 22 Ø 10 – 150
Kanan5 D 22
3 D 22 Ø 10 – 100
Tipe Balok
DimensiTulangan Pokok Tulangan
Sengkang atas Bawah
B6200 x 400
Kiri 3 D 22 2 D 22 Ø 10 – 100
Tengah 2 D 22 3 D 22 Ø 10 – 150
Kanan 3 D 22 2 D 22 Ø 10 – 100
Tipe Balok
DimensiTulangan Pokok Tulangan
Sengkang atas bawah
B8250 x 500
Kiri 7 D 22 3 D 22 Ø 10 – 100
Tengah 3 D 22 4 D 22 Ø 10 – 100
Kanan 7 D 22 3 D 22 Ø 10 – 100
Balok pada lantai upper ground adalah balok B1, B3, B4, B6, dan B8
yang masing – masing tipe balok mempunyai dimensi yang berbeda – beda,
tetapi menggunakan mutu beton yang sama yaitu K. 300. Ukuran besi utama
D25 dengan sengkang D10 dan besi pengaku D10. Pada lantai upper ground
penggunaan balok untuk parkiran dan unit terdapat perbedaan dalam
pembesian yaitu untuk pembesian pada parkiran menggunakan tulangan D25
dan untuk unit menggunakan tulangan D22. Kebutuhan besi balok/m3 adalah
250 - 300 kg. Pengamatan pelaksanaan balok dilakukan oleh teman
sekolompok dalam OLK ini, yaitu Resty Kharisma Aprianie.
30
3. Kontruksi Plat Lantai (Pekerjaan Struktur yang Diamati)
Pada setiap pekerjaan di lapangan tidaklah mudah dalam
pelaksanaan, sehingga membutuhkan rencana yang matang dari pembuatan
bistat, mendatangkan besi, sampai proses pengecoran.
Untuk pelaksanaan pekerjaan struktur pelat di lantai upper ground,
diperlukan suatu perencanaan terlebih dahulu sebagai acuan dalam
pelaksanaan. Kegiatan perencanaan misal pembacaan dengan cermat gambar
rencana, shop drawing, as built drawing dan gambar kerja.
Gambar rencana telah dibuat dan dipersiapkan oleh konsultan
perencana, dengan memberikan keterangan secara lengkap, detail, jelas dan
konstruktif yang tidak menyimpang dari hasil tender. Shop drawing
dipersiapkan oleh kontraktor bertujuan memudahkan pelaksanaan pekerjaan
lapangan. Shop drawing merupakan penjabaran dari gambar rencana.
As built drawing dibuat oleh kontraktor yang didasari hasil dari
pelaksanaan dilapangan dan digunakan sebagai bukti atau dokumentasi
pelaksaan.
Gambar kerja merupakan suatu rencana kerja yang memperagakan
suatu pekerjaan, mudah dimengerti dan memberikan data-data yang lengkap.
Gambar kerja biasanya dibuat perunit pekerjaan, yaitu setiap lembar
kertas hanya dibuat penjelasan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Project manager membuat schedule pengadaan barang dan tenaga
kerja sebelum dimulainya pekerjaan. Yang termasuk dalam schedule
pengadaan barang antara lain: mendatangakan kebutuhan besi, alat-alat berat,
31
kebutuhan pekerja, jadwal pengecoran, penyediaan beton redikon dan lain-
lain.
Setelah schedule pengadaan barang selesai, PM memberikan kepada
Site Manager untuk merealisasikan schedule tersebut dan membuat bistat
pekerjaan pelat sesuai dengan kebutuhan zona yang akan dikerjakan yang
akan dikerjakan. Setelah site manager membuat bistat dan telah disetujui oleh
project manager dan MK, lalu bistat ini diberi tugaskan kepada logistik agar
mendatangkan besi pada hari yang ditentukan yaitu hari ke 7 dari tanggal
pemberian tugas. Besi yang digunakan pada pekerjaan pelat yang penulis
amati menggunakan wiremesh.
Seiring dengan menunggu wiremesh datang, maka site manager juga
memberi tugas kepada supervisor agar mendatangkan pekerja 1 hari sebelum
wiremesh datang guna untuk menjelaskan bistat kepada kepala tukang. Pada
hari ke 7, wiremesh didatangkan ke proyek. Wiremesh didatangkan dengan
cara digelar karena wiremesh bersifat hightention. Setelah wiremesh datang,
kepala tukang serta tukang besi mengerjakan pekerjaan sesuai dengan bistat
yang telah dibuat.
Adapun pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Pekerjaan pembesian dan pemasangan bekisting
Seiring dengan pekerjaan besi, pekerjaan bekistingpun berjalan
bersamaan agar mengefektifkan waktu. Pekerjaan besi di yang dilakukan
pada proyek ini meliputi:
a. Pekerjaan Pemotongan besi
32
Setelah mendapat perintah dari supervisor stuktur dan gambar
bistat maka tukang besi segera malaksanakan pekerjaan yang dimita, yaitu
memotong besi sesuai dengan ukuran yang tertera pada bistat yang telah
diberikan oleh mandor besi.
Pekerjaan pemotogan besi wiremesh dilakukan dengan
menggunakan alat pemotong besi manual. Pemotongan wiremesh
dilakukan oleh tukang besi sebanyak 2 orang. Satu orang bertugas
memotong dan pekerja yang satunya bertugas menahan besi yang akan
dipotong agar besi tidak bergeser yang akan menyebabkan potongan
menjadi kurang rapi dan tidak sesuai dengan ukuran.
Besi yang digunakan dalam pembuatan pelat lantai UG yaitu
wiremesh M8 (D8 - 150) + besi ekstra D10 – 300 dengan lx = 3665 dan ly
= 8000. Wiremesh mempunyai ukuran 5400 mm x 2100 mm.
b. Pekerjaan pemasangan bekisting
Pekerjaan bekisting pada pelat merupakan satu kesatuan dengan
bekisting balok, karena proses pekerjaan pembesian dan pengecoran
dilaksanakan secara bersamaan. Bekisting adalah suatu konstruksi
pembantu struktur beton untuk mencetak beton agar sesuai dengan ukuran,
bentuk, rupa atau letak yang direncanakan. Kualitas bekisting ikut
menentukan bentuk dan rupa konstruksi beton. Dalam proyek ini Sub
Kontraktor yang menangani adalah PT. BETON KONSTRUKSI
WIJAKSANA.
Tahapan-tahapan dalam pembekistingan pelat :
33
1) Memasang mainframe dengan ukuran 1,8 m x1,2 mdengan kepala
U-head jack yang berfungsi sebagai tempat dudukan girder.
2) Meletakkan balok girder ukuran 8/10 sebagai penyangga balok suri
5/7 diatas u-head jack.
3) Meletakkan balok suri 5/7 di atas girder 8/10 sebagai penyangga
plywood.
4) Meletakkan plywood di atas balik suri 5/7. Untuk plywood
diharuskan diberi pelumas pada permukaannya agar pada saat
pembongkaran bekisting beton tidak menempel pada permukaan
plywood. Pada proyek ini pelumas plywood menggunakan solar.
c. Pekerjaan pengangkatan dan pemasangan besi pelat
1) Pengangkatan wiremesh
Setelah pekerjaan bekisting selesai dan pekerjaan besi pelat
dipotong sesuai dengan kebutuhan, maka besi pelat siap untuk
diletakan pada zona pelat yang akan dikerjakan, kemudian besi pelat
diangkat menggunakan tower crane.
2) Pemasangan wiremesh
Pembesian pelat menggunakan wiremesh. Wiremesh ini
mempunyai ukuran 5,4 m x 2,1 m dengan jarak spasi 150 mm.
ukuran-ukuram wiremesh bervariasi mulai dari D4 mm sampai D10
mm. Pada proyek ini pelat menggunakan wiremesh M7 (D7 mm) &
M8 (D8 mm). Wiremesh ini didatangkan dengan cara digelar dan
bukan digulung karena, wiremesh ini bersifat hightention. Tahapan-
tahapan pekerjaan pembesian pelat :
34
a) Meletakkan wiremesh sesuai dengan gambar kerja.
b) Meletakkan kaki ayam di antara kedua wiremesh yang rangkap
(daerah tumpuan) dengan ketentuan 4 buah per 1 m2, agar
pembesian pada wiremesh tidak rusak jika terinjak oleh
pekerja. Lalu diikat dengan kawat agar tidak bergeser.
c) Setelah semua wiremesh terpasang pada posisinya dan cukup
kaku, lalu diletakkan beton deking dengan tebal 2 cm pada
bagian bawah pelat dengan jarak 1 m. beton deking ini
berfungsi sebagai jarak antara tulangan dan bekesting (selimut
beton) agar tetap terjaga.
d) Setelah tahapan di atas terlaksana, selanjutnya dilaksanakan
pengecoran pelat bersamaan dengan pengecoran balok.
2. Pekerjaan pengecoran pelat
a. Pemeriksaan pelat (pengecekan bekisting oleh MK)
Setelah pekerjaan bekisting selesai, pihak pelaksana akan
memeriksa kembali bekisting yang sudah terpasang apakah sudah
terpasang dengan baik dan benar, rapat, dan tidak bergeser. Setelah
pengecekkan selasai maka dapat dilakukan pembersihan area kolom untuk
selanjutnya akan dilaksanakan pengecoran.
b. Pembersihan area cor
Alat yang digunakan untuk pembersihan area cor adalah
kompresor. Pembersihan area cor dilakukan guna membersihkan sampah-
sampah yang ada di area yang akan di cor sperti kawat, debu, dan sampah -
35
sampah lain. Hal ini dilakukan agar kualitas kolom yang dihasilkan tetap
terjaga sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
c. Pemeriksaan oleh direksi (meminta izin cor oleh direksi)
Setelah area cor dibersihkan, maka dilakukan permintaan izin
pengecoran kepada konsultan pengawas. Konsultan pengawas akan
memeriksa kembali pekerjaan yang telah dilakukan, apabila pekerjaan
yang dilakukan sudah baik dan benar sesuai dengan gambar kerja dan
perjanjian, maka akan diturunkanlah surat izin pengecoran oleh konsultan
pengawas.
d. Pengecoran pada Pelat
Pengecoran pelat dilakukan setelah besi dan bekisting terpasang
dengan benar. Pengecoran pelat dilakukan menggunakan bucket adukan
yang diangkat dengan tower crane, untuk pengecoran yang tidak dapat
dijangkau tower crane, maka digunakan jembatan cor.
e. Persiapan Pengecoran
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pengecoran antara lain :
1) Menyiapkan peralatan yang akan digunakan seperti tower crane,
bucket adukan, concrete vibrator dan jembatan cor (diperlukan
untuk zone 3 yang tidak dapat dijangkau oleh tower crane).
2) Menghitung kebutuhan beton yang akan dipakai. Untuk pengecoran
sendiri terbagi atas tiga zone. Yaitu zone 1, zone 2, dan zone 3.
Pengecoran dilakukan perzone. Maka perhitungan kebutuhan beton
pun dihitung per satu zone.
36
3) Mempersiapkan tenaga kerja yang bertugas pada proses
pengecoran. Untuk pengecoran pelat sendiri membutuhkan kurang
lebih 17 tenaga kerja.
f. Proses Pengecoran
Setelah persiapan pengecoran telah selesai maka kontraktor akan
memesan beton kepada PT. Torsina Redikon untuk mengirimkan beton
dengan fc’ 30 sebanyak kebutuhan yang telah dihitung sebelumnya.
Kebutuhan pekerja saat pengecoran :
1) Bongkar mixer 1 orang
2) Vibrator 2 orang (mekanik)
3) Surveyor 3 orang (level)
4) Pelaksana 2 orang
5) Pekerja 8 orang
6) Operator bucket 1 orang
Setelah truck mixer pesanan datang maka mulailah proses
pengecoran yaitu:
1) Mengadakan uji slum kepada beton yang baru datang, apakah nilai
slump beton sesuai pesanan yaitu 12 cm ± 2 cm atau dengan nilai
antara 10 cm sampai dengan 14 cm.
2) Setelah dilakukan uji slump, maka dilakukan pengambilan sampel
benda uji.
3) Penuangan beton adukan ke dalam bucket adukan yang telah
terpasang pada rantai tower crane.
4) Buket adukan diarahkan ke atas kolom yang akan di cor.
37
5) Tuangkan beton ke dalam beton dengan membuka selang yang
sudah dihubungkan dengan bucket adukan.
6) Pengecoran pelat dilakukan secara bersamaan dengan balok.
7) Pada saat penuangan beton sambil dilakukan pemadatan dengan
menggunakan vibrator, cerucuk besi, dan palu.
8) Untuk proses pengecoran pada zone 3 dibutuhkan bantuan
jembatan cor untuk menuangkan adukan ke pelat. Hal ini di
karenakan tower crane tidak dapat menjangkau zone 3 bagian
ujung.
3. Pembongkaran bekisting pelat
Proses pembongkaran bekisting pelat adalah sebagai berikut:
1) Setelah beton berumur minimal 7 hari, maka bekisting pelat sudah
dapat bisa dibongkar sesuai dengan spesifikasi.
2) Mengendurkan mainframe agar memudahkan melepas balok girder
dan balok suri.
3) Melepas balok-balok suri.
4) Melepas balok girder.
5) Melepas plywood yang masih menempel pada beton pelat dengan
cara mencongkel dengan linggis.
6) Setelah semua penyangga tercopot lalu dipasang support yang
berfungsi sebagai penyangga pelat agar tidak melendut. Support
dipasang sampai umur beton sudah cukup memenuhi standar
kekuatan yang telah ditentukan.
4. Perawatan Beton Pelat (curing)
38
Curing pada pelat dilakukan sesuai dengan spesifikasi atau dimulai 6
jam setelah pengecoran dengan cara menyiramkan air pada permukaan pelat.
Permukaan balok harus dijaga kelembabannya agar air yang berada didalam
beton tidak terjadi penguapan yang terlalu cepat yang diakibatkan perbedaan
suhu luar dan dalam beton karena dapat terjadi keretakan terhadap beton.
5. Peralatan penunjang yang digunakan
Pelaksanaan pembangunan gedung umumya dan pengecoran struktur
beton pada suatu proyek pada khususnya diperlukan alat bantu karena
terbatasnya tenaga kerja dan kemampuan fisik manusia. Alat ini berfungsi
untuk mengefisiensikan pekerjaan dari pelaksanaan, baik pekerjaan yang
berat maupun yang ringan. Peralatan yang digunakan pada pembangunan
proyek apartement Cik ditiro Menteng adalah sebagai berikut :
a. Bekisting (Form work)
Bekisting berfungsi untuk menunjang kekuatan struktur baik
sebelum pengecoran maupun sesudah pengecoran dan berbagaimacam
pendukung. Pada pemasangan bekisting pelat yang digunakan adalah
mainframe, U-head jack, girder, plywood, dan support.
Foto 5.a : Bekisting pelat
39
b. Truck mixer
Alat ini berfungsi untuk membawa hasil mix design atau adukan
beton dari fabrikasi yaitu PT. Torsina Redikon ke proyek dengan kapasitas
drum mixer 7m3, agar hasil cor dari beton tersebut tidak mengeras sewaktu
dibawa dan cepat sampai ke lokasi proyek dan dapat dimanfatkan.
Foto 5.b : truck mixer
c. Concrete vibrator
Pada pelaksanaan di lapangan concrete vibrator disebut dengan
trier atau alat pengatur adukan beton saat pengecoran. Sehingga didapat
hasil yang baik dan tidak ada rongga (keropos) atau sarang-sarang beton
pada saat pengcoran berlangsung, yang dapat mengurangi kekuatan beton
yang direncanakan.
Foto 5.c : Vibrator
40
d. Barcuter
Digunakan untuk memotong besi baik besi untuk tulangan utama
ataupun sengkang, sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan
sebelumnya, yang nantinya akan dipakai untuk perakitan besi dilapangan.
Foto 5.d : Barcuter
e. Barbender
Digunakan untuk membengkokkan besi. Barbanding terdiri dari
meja panjang yang berfungsi untuk meletakan besi yang akan
dibengkokkan dan juga sebuah mesin untuk membengkokkan besi sesuai
dengan kebutuhan.
Foto 5.e : Barbender
41
f. Level
Level digunakan untuk menentukan ketinggian lantai dengan
menembak garis pada ketinggian tertentu yang sudah ditetapkan dari
lantai-lantai sebelumnya. Pada proyek ini acuan yang digunakan terletak
pada garis putih yang terdapat pada tower crane di setiap meter ketinggian
dari tanah + 0.00 m.
Foto 5.f : Level
g. Tower crane
Tower crane berfungsi untuk mengangkut alat-alat berat yang akan
digunakan ke lantai yang akan dikerjakan. Agar dapat mengefisiensikan
tenaga kerja pekerja ataupun dapat mengefisiensikan waktu.
5.g : Tower Crane
42
h. Alat penunjang lainnya
Selain alat yang telah disebutkan diatas, masih terdapat alat-alat
penunjang lainnya yang dapat membantu jalannya proyek seperti
waterpass, theodolit, mesin las, meteran, panel-panel pembagi arus,
gunting besi, kakatua, palu, sendok semen, papan perata, pacul, jembatan
cor, dan lainnya.
Dibawah ini beberapa gambar alat yang digunakan dalam proyek
ini :
Foto 5.h.1 : Bucket
Foto 5.h.2 : Stampler
43
Foto 5.h.3 : Uji Slump
Foto 5.h.4 : alat yang digunakan saat pengecoran berlangsung
44
Foto 5.h.5 : Wiremesh
Foto 5.h.6 : Beton Decking
45
Foto 5.h.7 : floor hardner
Foto 5.h.8 : mainframe dan tangga pekerja.
4. Konstruksi Tangga
Tangga yang direncanakan mempunyai tebal pelat 150 mm dengan
kemiringan tangga sebesar 340 dan memakai tulangan utama rangkap D13 –
150 dan D8 - 200. Tangga juga dilengkapi dengan ralling tangga dengan
tinggi 1,2 m, bordes 1,786 m x 2,7 m, dan anak tangga dengan lebar 28 cm,
tinggi 18 cm dan panjang 1,25 m.
46
5. Quality Control
Pada analisis ini penulis mengamati bagian pelat, penulis melakukan
perhitungan mutu beton dengan menggunakan PBI 71 tabel 4.1.4.Hal. 34.
Mutu beton yang digunakan untuk balok dan pelat ialah fc = 30 MPa. Benda
uji yang digunakan untuk uji kuat tekan beton ialah cylinder berumur 7 hari.
Untuk mendapatkan kekuatan pada umur 28 hari dengan semen
Portland dengan kekuatan awal yang tinggi, maka harus data kuat tekan beton
umur 7 hari dikonversikan dengan cara dibagi koefisien 0,75 (PBI 71 hal. 34).
Menurut PBI 71 hal 33 benda uji yang dibuat berbentuk silinder maka
kekuatan tekan yang di dapat harus dikalikan koefisien 0,83.
Tabel 8 : Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai benda uji.
Benda uji Perbandingan kekuatan tekan
Kubus 15 x 15 x 15 cm 1
Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95
Silinder 15 x 30 cm 0,83
Tabel 9 : Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur :
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland biasa 0,4 0,65 0,88 0,95 1 1,2 1,35
Semen Portland dengan
kekuatan awal tinggi0,55 0,75 0,9 0,95 1 1,15 1,2
47
Tabel 10 : Perhitungan kekuatan tekan beton dilapangan
No. Tanggal Umur Mutu
Kuat
Tekan
(MPa)
Kuat
Tekan
(kg/cm2)
UmurKuat Tekan
(kg/cm2)(’b-’bm) (’b-’bm)2
1 15-04-2009 7 hari FC. 30. 23 234.6 28 hari 312.8 -5.38 28.89
2 15-04-2009 7 hari FC. 30. 24.8 252.96 28 hari 337.28 19.10 364.99
3 15-04-2009 7 hari FC. 30. 21.7 221.34 28 hari 295.12 -23.06 531.54
4 16-04-2009 7 hari FC. 30. 21.1 215.22 28 hari 286.96 -31.22 974.39
5 16-04-2009 7 hari FC. 30. 24.2 246.84 28 hari 329.12 10.94 119.79
6 16-04-2009 7 hari FC. 30. 23.6 240.72 28 hari 320.96 2.78 7.75
7 19-04-2009 7 hari FC. 30. 23.6 240.72 28 hari 320.96 2.78 7.75
8 19-04-2009 7 hari FC. 30. 26.1 266.22 28 hari 354.96 36.78 1353.12
9 19-04-2009 7 hari FC. 30. 24.2 246.84 28 hari 329.12 10.94 119.79
10 19-04-2009 7 hari FC. 30. 23.6 240.72 28 hari 320.96 2.78 7.75
11 19-04-2009 7 hari FC. 30. 25.5 260.1 28 hari 346.8 28.62 819.38
12 24-04-2009 7 hari FC. 30. 21.7 221.34 28 hari 295.12 -23.06 531.54
13 24-04-2009 7 hari FC. 30. 24.2 246.84 28 hari 329.12 10.94 119.79
48
14 13-05-2009 7 hari FC. 30. 22.6 230.52 28 hari 307.36 -10.82 116.97
15 13-05-2009 7 hari FC. 30. 21.5 219.3 28 hari 292.4 -25.78 664.36
16 13-05-2009 7 hari FC. 30. 22.1 225.42 28 hari 300.56 -17.62 310.30
17 14-05-2009 7 hari FC. 30. 23.7 241.74 28 hari 322.32 4.14 17.18
18 18-05-2009 7 hari FC. 30. 21.9 223.38 28 hari 297.84 -20.34 413.52
19 19-05-2009 7 hari FC. 30. 23.7 241.74 28 hari 322.32 4.14 17.18
20 19-05-2009 7 hari FC. 30. 23.1 235.62 28 hari 314.16 -4.02 16.12
21 19-05-2009 7 hari FC. 30. 25.4 259.08 28 hari 345.44 27.26 743.37
∑ 6681.68 7285.49
rata-
rata318.18
Catatan : 1 Mpa = 10,2 kg/cm2
49
Dari data didapat :
∑ kuat tekan beton umur 28 hari = 6681.76 kg/cm2
Rata-rata kuat tekan beton umur 28 hari = 318.18 kg/cm2
Mencari deviasi standar (PBI 71 hal. 39)
s=√∑1
N
¿¿¿¿
s=√ 7285.4921−1
=19.09 kg/cm2
Ket :
S = deviasi standar (kg/cm2)
’b = kekuatan beton yang didapat dari masing-masing benda uji
(kg/cm2)
’bm = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2)
N = jumlah seluruh nilai hasil pemeriksaan, jadi jumlah seluruh
benda uji yang diperiksa, yang harus diambil minimum 20 buah
Menurut PBI 1971 hal. 40. Pasal 4.5 ayat (2), ditentukan oleh rumus :
σ ' bk¿σ ' bm−1.64 s
σ ' bk=318.18−1.64 (19.09 )=¿286.87 kg/cm2
Kesimpulan
Dari perhitungan di atas, syarat standar mutu tidak memenuhi dari
mutu yang di rencanakan yaitu K300, maka perlu dilakukan peninjauan
kembali mutu beton.
50
B. Perhitungan Volume Pelat
Pelat type S9 AS (F-J) dan AS (7-8)
8075
Arah Y
Arah X
3850 3850
Tebal Plat = 135 mm
Ukuran pelat
Bentang pendek = 8000 – 150 – 150
= 7700 mm
Bentang panjang = 8475 – 200 – 200
= 8075 mm
Dimensi kolom
AS (F-7) = AS (F-8) = AS (J-7) = AS (J-8) = 400 x 600
51
Dimensi balok
Balok anak AS 7’ (F-7) = 300 x 600
Balok induk AS F (7-8) = AS J (7-8) = 400 x 600
AS 7 (F-J) = AS 8 (F-J) = 350 x 600
Luas pelat
A = 8075 x (4000-175-150)
= 29675625 m2
= 29,676 cm2
Terdapat void seluas = 271 x 913
= 247423 mm
Luas bersih AS (F-J) dan AD (7-8) = (29,676 x 2) – 0,247
= 59,10 m2
Volume beton = Luas alas x T
= 59,10 x 0.135
= 7,978 m3
Volume bekisting = luas pelat x 2
= 59,352 m2
Volume pembesian pelat AS (7-8) dan AS (F-J)
Lapis bawah
Arah X = D 10 – 200
Arah Y = D 10 – 200
Lapis atas
Arah X = D 10 – 80
Arah Y = D 10 – 100
52
Besi yang digunakan = D10
Berat besi D 10 untuk 1m adalah
D 10 = ¼ D2 x BJ besi
= ¼ x 3,14 x 0,01 x 7.850
= 0,6162 kg/m
Berat besi D8 untuk 1m adalah
D 8 = ¼ D2 x BJ besi
= ¼ x 3,14 x 0,008 x 7.850
= 0,394 kg/m
Dalam proyek ini digunakan Wiermesh dengan M 8, jarak 0,15 m dan luas 2,1 m x
5,4 m
Maka berat wiermesh adalah
X = 2,1 m
Y = 5,4 m
Untuk arah X = ( 2,1
0 , 15+1)×5,4=81 m
Untuk arah Y=
( 5,40 , 15
−1)×2,1=73 , 5 m
Besi yang dibutuhkan untuk wiermesh adalah = 81 m + 73,5 m
= 154,5 m
53
Berat wiermesh adalah = 154,5 m x 0,394 kg/m
= 60,873 kg
Perhitungan Kebutuhan Besi
Arah X pada tumpuan digunakan D10 – 20 0
Arah X = ( 1
0 , 20 )× 14
πD2
= ( 1
0 , 20 )× 14×3 , 14×(1 )2
= 3,925 cm2/m'
Konversi =
24005000
×3 , 925
= 1,884 cm2/m'
Digunakan wiremesh M 8
M 8 = ( 1
0 , 15 )× 14
πD2
= ( 1
0 , 15 )× 14×3 , 14×(0,8 )2
= 3,35 cm2/m'
Maka masih dibutuhkan 3,925 – 3,35 = 0,575 cm2
Besi ekstra =
50002400
×0 , 575
= 1,2 cm2/m'
54
Digunakan tulangan ekstra D 10 – 400
Tul Ekstra = ( 1
0 , 40 )×14
πD2
= ( 1
0 , 40 )×14×3 ,14×(1 )2
= 1,96 cm2/m'
Tul ekstra U5000 =
24005000
×1 , 96
= 0,94 cm2/m'
Luas wiremesh yang dibutuhkan = 3,925 cm2/m'
Hasil perhitungan + tulangan ekstra = 3,35 + 0,94
= 4,29 cm2/m' > 3,925 cm2/m' (aman)
Arah Y pada tumpuan digunakan D10 – 2 00
Arah Y = ( 1
0 , 20 )× 14
πD2
= ( 1
0 , 20 )× 14×3 , 14×(1 )2
= 3,925 cm2/m'
Konversi =
24005000
×3 , 925
= 1,884 cm2/m'
Digunakan wiremesh M 8
M 8 = ( 1
0 , 15 )× 14
πD2
55
= ( 1
0 , 15 )× 14×3 , 14×(0,8 )2
= 3,35 cm2/m'
Maka masih dibutuhkan 3,925 – 3,35 = 0,575 cm2
Besi ekstra =
50002400
×0 , 575
= 1,2 cm2/m'
Digunakan tulangan ekstra D 10 – 400
Tul Ekstra = ( 1
0,4 )×14
πD2
= ( 1
0,4 )×14×3 ,14×(1 )2
= 1,96 cm2/m'
Tul Ekstra U5000 =
24005000
×1 , 96
= 0,94 cm2/m'
Luas wiremesh yang dibutuhkan = 3,925 cm2/m'
Hasil perhitungan + tulangan ekstra = 3,35 + 0,94
= 4,29 cm2/m' > 3,925 cm2/m' (aman)
Total kebutuhan besi AS (F-J) dan AS (7-8)
Wiremesh arah X + tulangan ekstra = (4,29 x 2)
= 8,58 cm2/m'
Wiremesh arah Y + tulangan ekstra = (4,29 x 2)
= 8,58 cm2/m'
Besi Arah X
56
Jumlah besi ekstra pada arah X =
8 ,0750 ,400
=20 ,187~ 20 batang
Panjang besi = 8,075 m x Kebutuhan 20
= 161,5 m
Total kebutuhan besi untuk arah X = (panjang besi x berat besi) + wiremesh
= (161,5 x 0,6162) + (81 x0,394)
= 131,43 kg
Besi Arah Y
Jumlah besi ekstra pada arah Y =
8 ,0000 ,400
=20 batang
Panjang besi = 8 m x Kebutuhan 20
= 160 m
Total kebutuhan besi untuk arah Y = (panjang besi x berat besi) + wiremesh
= (160 x 0,6162) + (73,5 x 0,394)
= 127,551 kg