bab iii wiremesh

43
27 BAB III ANALISA PELAKSANAAN PEKERJAAN A. Pengamatan Struktur Pengamatan struktur yang dilakukan oleh penulis meliputi pengamatan kolom, balok dan plat. Pengamatan dikhususkan pada plat lantai 7, lantai typikal. Adapun pengamatan pekerjaan akan diuraikan secara lengkap di bawah ini : 1. Kontruksi Kolom Kolom yang digunakan pada proyek ini menggunakan mutu beton fc’ 35 atau sama dengan mutu beton K350. Kolom yang dipakai dalam proyek pembangunan ini menggunakan beberapa ukuran sesuai dengan tabel yang tertera di bawah ini. Besi yang digunakan dalam proyek ini menggunakan besi ulir ukuran 32, 25 dan 22.Dan besi sengkang ukuran 10 mm. Pengamatan pelaksanaan kolom

Upload: fakhriansyah-ilham

Post on 02-Jul-2015

801 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III Wiremesh

27

BAB III

ANALISA PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. Pengamatan Struktur

Pengamatan struktur yang dilakukan oleh penulis meliputi pengamatan

kolom, balok dan plat. Pengamatan dikhususkan pada plat lantai 7, lantai typikal.

Adapun pengamatan pekerjaan akan diuraikan secara lengkap di bawah ini :

1. Kontruksi Kolom

Kolom yang digunakan pada proyek ini menggunakan mutu beton

fc’ 35 atau sama dengan mutu beton K350. Kolom yang dipakai dalam

proyek pembangunan ini menggunakan beberapa ukuran sesuai dengan tabel

yang tertera di bawah ini.

Besi yang digunakan dalam proyek ini menggunakan besi ulir

ukuran 32, 25 dan 22.Dan besi sengkang ukuran 10 mm. Pengamatan

pelaksanaan kolom dilakukan oleh teman sekolompok dalam PKL ini, yaitu

Awwaluddin Haris.

Tabel 5 : dimensi kolom lantai upper ground s/d Lt. 3

Tipe Kolom Jumlah

Kolom

Dimensi Tulangan

Pokok

Tul.

Sengkang

%

PenulanganK1 – 1 3 450 x 1000 40 Ø 22 Ø 10 – 200 5%

K1 – 2 1 450 x 1000 48 Ø 25 Ø 10 – 200 5%

K1 – 3 3 450 x 1000 32 Ø 22 Ø 10 – 200 3%

K1 – 4 1 450 x 1000 44 Ø 22 Ø 10 – 200 4%

K1a 1 400 x 800 24 Ø 22 Ø 10 – 200 3%

K2 – 1 8 400 x 800 28 Ø 22 Ø 10 – 200 3%27

Page 2: BAB III Wiremesh

28

K2 – 2 3 400 x 800 32 Ø 25 Ø 10 – 200 4%

K2a 2 800 x 400 24 Ø 25 Ø 10 – 200 4%

K3 2 400 x 600 16 Ø 22 Ø 10 – 200 3%

K3a 3 600 x 400 16 Ø 22 Ø 10 - 200 3%

2. Kontruksi Balok

Tabel 6 : dimensi balok lantai upper ground

Tipe Balok

DimensiTulangan Pokok Tulangan

Sengkang  atas bawah

B1400 x 600

Kiri 7 D 22 4 D 22 Ø 10 – 100

Tengah 3 D 22 6 D 22 Ø 10 – 100

Kanan 9 D 22 4 D 22 Ø 10 – 100

Tipe Balok

DimensiTulangan Pokok Tulangan

Sengkang  atas bawah

B2350 x 800

Kiri 6 D 25 8 D 25 Ø 10 – 100

Tengah 3 D 25 3 D 22 Ø 10 – 100

Kanan 3 D 25 3 D 25 Ø 10 – 100

Tipe Balok

DimensiTulangan Pokok Tulangan

Sengkang  atas bawah

B3350 x 600

Kiri 8 D 22 4 D 22 Ø 10 – 100

Tengah 3 D 22 2 D 22 Ø 10 – 150

Kanan 6 D 22 4 D 22 Ø 10 – 100

Page 3: BAB III Wiremesh

29

Tipe Balok

DimensiTulangan Pokok Tulangan

Sengkang  atas bawah

B4300 x 600

Kiri 5 D 22

3 D 22 Ø 10 – 100

Tengah3 D 22

4 D 22 Ø 10 – 150

Kanan5 D 22

3 D 22 Ø 10 – 100

Tipe Balok

DimensiTulangan Pokok Tulangan

Sengkang  atas Bawah

B6200 x 400

Kiri 3 D 22 2 D 22 Ø 10 – 100

Tengah 2 D 22 3 D 22 Ø 10 – 150

Kanan 3 D 22 2 D 22 Ø 10 – 100

Tipe Balok

DimensiTulangan Pokok Tulangan

Sengkang  atas bawah

B8250 x 500

Kiri 7 D 22 3 D 22 Ø 10 – 100

Tengah 3 D 22 4 D 22 Ø 10 – 100

Kanan 7 D 22 3 D 22 Ø 10 – 100

Balok pada lantai upper ground adalah balok B1, B3, B4, B6, dan B8

yang masing – masing tipe balok mempunyai dimensi yang berbeda – beda,

tetapi menggunakan mutu beton yang sama yaitu K. 300. Ukuran besi utama

D25 dengan sengkang D10 dan besi pengaku D10. Pada lantai upper ground

penggunaan balok untuk parkiran dan unit terdapat perbedaan dalam

pembesian yaitu untuk pembesian pada parkiran menggunakan tulangan D25

dan untuk unit menggunakan tulangan D22. Kebutuhan besi balok/m3 adalah

250 - 300 kg. Pengamatan pelaksanaan balok dilakukan oleh teman

sekolompok dalam OLK ini, yaitu Resty Kharisma Aprianie.

Page 4: BAB III Wiremesh

30

3. Kontruksi Plat Lantai (Pekerjaan Struktur yang Diamati)

Pada setiap pekerjaan di lapangan tidaklah mudah dalam

pelaksanaan, sehingga membutuhkan rencana yang matang dari pembuatan

bistat, mendatangkan besi, sampai proses pengecoran.

Untuk pelaksanaan pekerjaan struktur pelat di lantai upper ground,

diperlukan suatu perencanaan terlebih dahulu sebagai acuan dalam

pelaksanaan. Kegiatan perencanaan misal pembacaan dengan cermat gambar

rencana, shop drawing, as built drawing dan gambar kerja.

Gambar rencana telah dibuat dan dipersiapkan oleh konsultan

perencana, dengan memberikan keterangan secara lengkap, detail, jelas dan

konstruktif yang tidak menyimpang dari hasil tender. Shop drawing

dipersiapkan oleh kontraktor bertujuan memudahkan pelaksanaan pekerjaan

lapangan. Shop drawing merupakan penjabaran dari gambar rencana.

As built drawing dibuat oleh kontraktor yang didasari hasil dari

pelaksanaan dilapangan dan digunakan sebagai bukti atau dokumentasi

pelaksaan.

Gambar kerja merupakan suatu rencana kerja yang memperagakan

suatu pekerjaan, mudah dimengerti dan memberikan data-data yang lengkap.

Gambar kerja biasanya dibuat perunit pekerjaan, yaitu setiap lembar

kertas hanya dibuat penjelasan pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Project manager membuat schedule pengadaan barang dan tenaga

kerja sebelum dimulainya pekerjaan. Yang termasuk dalam schedule

pengadaan barang antara lain: mendatangakan kebutuhan besi, alat-alat berat,

Page 5: BAB III Wiremesh

31

kebutuhan pekerja, jadwal pengecoran, penyediaan beton redikon dan lain-

lain.

Setelah schedule pengadaan barang selesai, PM memberikan kepada

Site Manager untuk merealisasikan schedule tersebut dan membuat bistat

pekerjaan pelat sesuai dengan kebutuhan zona yang akan dikerjakan yang

akan dikerjakan. Setelah site manager membuat bistat dan telah disetujui oleh

project manager dan MK, lalu bistat ini diberi tugaskan kepada logistik agar

mendatangkan besi pada hari yang ditentukan yaitu hari ke 7 dari tanggal

pemberian tugas. Besi yang digunakan pada pekerjaan pelat yang penulis

amati menggunakan wiremesh.

Seiring dengan menunggu wiremesh datang, maka site manager juga

memberi tugas kepada supervisor agar mendatangkan pekerja 1 hari sebelum

wiremesh datang guna untuk menjelaskan bistat kepada kepala tukang. Pada

hari ke 7, wiremesh didatangkan ke proyek. Wiremesh didatangkan dengan

cara digelar karena wiremesh bersifat hightention. Setelah wiremesh datang,

kepala tukang serta tukang besi mengerjakan pekerjaan sesuai dengan bistat

yang telah dibuat.

Adapun pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Pekerjaan pembesian dan pemasangan bekisting

Seiring dengan pekerjaan besi, pekerjaan bekistingpun berjalan

bersamaan agar mengefektifkan waktu. Pekerjaan besi di yang dilakukan

pada proyek ini meliputi:

a. Pekerjaan Pemotongan besi

Page 6: BAB III Wiremesh

32

Setelah mendapat perintah dari supervisor stuktur dan gambar

bistat maka tukang besi segera malaksanakan pekerjaan yang dimita, yaitu

memotong besi sesuai dengan ukuran yang tertera pada bistat yang telah

diberikan oleh mandor besi.

Pekerjaan pemotogan besi wiremesh dilakukan dengan

menggunakan alat pemotong besi manual. Pemotongan wiremesh

dilakukan oleh tukang besi sebanyak 2 orang. Satu orang bertugas

memotong dan pekerja yang satunya bertugas menahan besi yang akan

dipotong agar besi tidak bergeser yang akan menyebabkan potongan

menjadi kurang rapi dan tidak sesuai dengan ukuran.

Besi yang digunakan dalam pembuatan pelat lantai UG yaitu

wiremesh M8 (D8 - 150) + besi ekstra D10 – 300 dengan lx = 3665 dan ly

= 8000. Wiremesh mempunyai ukuran 5400 mm x 2100 mm.

b. Pekerjaan pemasangan bekisting

Pekerjaan bekisting pada pelat merupakan satu kesatuan dengan

bekisting balok, karena proses pekerjaan pembesian dan pengecoran

dilaksanakan secara bersamaan. Bekisting adalah suatu konstruksi

pembantu struktur beton untuk mencetak beton agar sesuai dengan ukuran,

bentuk, rupa atau letak yang direncanakan. Kualitas bekisting ikut

menentukan bentuk dan rupa konstruksi beton. Dalam proyek ini Sub

Kontraktor yang menangani adalah PT. BETON KONSTRUKSI

WIJAKSANA.

Tahapan-tahapan dalam pembekistingan pelat :

Page 7: BAB III Wiremesh

33

1) Memasang mainframe dengan ukuran 1,8 m x1,2 mdengan kepala

U-head jack yang berfungsi sebagai tempat dudukan girder.

2) Meletakkan balok girder ukuran 8/10 sebagai penyangga balok suri

5/7 diatas u-head jack.

3) Meletakkan balok suri 5/7 di atas girder 8/10 sebagai penyangga

plywood.

4) Meletakkan plywood di atas balik suri 5/7. Untuk plywood

diharuskan diberi pelumas pada permukaannya agar pada saat

pembongkaran bekisting beton tidak menempel pada permukaan

plywood. Pada proyek ini pelumas plywood menggunakan solar.

c. Pekerjaan pengangkatan dan pemasangan besi pelat

1) Pengangkatan wiremesh

Setelah pekerjaan bekisting selesai dan pekerjaan besi pelat

dipotong sesuai dengan kebutuhan, maka besi pelat siap untuk

diletakan pada zona pelat yang akan dikerjakan, kemudian besi pelat

diangkat menggunakan tower crane.

2) Pemasangan wiremesh

Pembesian pelat menggunakan wiremesh. Wiremesh ini

mempunyai ukuran 5,4 m x 2,1 m dengan jarak spasi 150 mm.

ukuran-ukuram wiremesh bervariasi mulai dari D4 mm sampai D10

mm. Pada proyek ini pelat menggunakan wiremesh M7 (D7 mm) &

M8 (D8 mm). Wiremesh ini didatangkan dengan cara digelar dan

bukan digulung karena, wiremesh ini bersifat hightention. Tahapan-

tahapan pekerjaan pembesian pelat :

Page 8: BAB III Wiremesh

34

a) Meletakkan wiremesh sesuai dengan gambar kerja.

b) Meletakkan kaki ayam di antara kedua wiremesh yang rangkap

(daerah tumpuan) dengan ketentuan 4 buah per 1 m2, agar

pembesian pada wiremesh tidak rusak jika terinjak oleh

pekerja. Lalu diikat dengan kawat agar tidak bergeser.

c) Setelah semua wiremesh terpasang pada posisinya dan cukup

kaku, lalu diletakkan beton deking dengan tebal 2 cm pada

bagian bawah pelat dengan jarak 1 m. beton deking ini

berfungsi sebagai jarak antara tulangan dan bekesting (selimut

beton) agar tetap terjaga.

d) Setelah tahapan di atas terlaksana, selanjutnya dilaksanakan

pengecoran pelat bersamaan dengan pengecoran balok.

2. Pekerjaan pengecoran pelat

a. Pemeriksaan pelat (pengecekan bekisting oleh MK)

Setelah pekerjaan bekisting selesai, pihak pelaksana akan

memeriksa kembali bekisting yang sudah terpasang apakah sudah

terpasang dengan baik dan benar, rapat, dan tidak bergeser. Setelah

pengecekkan selasai maka dapat dilakukan pembersihan area kolom untuk

selanjutnya akan dilaksanakan pengecoran.

b. Pembersihan area cor

Alat yang digunakan untuk pembersihan area cor adalah

kompresor. Pembersihan area cor dilakukan guna membersihkan sampah-

sampah yang ada di area yang akan di cor sperti kawat, debu, dan sampah -

Page 9: BAB III Wiremesh

35

sampah lain. Hal ini dilakukan agar kualitas kolom yang dihasilkan tetap

terjaga sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.

c. Pemeriksaan oleh direksi (meminta izin cor oleh direksi)

Setelah area cor dibersihkan, maka dilakukan permintaan izin

pengecoran kepada konsultan pengawas. Konsultan pengawas akan

memeriksa kembali pekerjaan yang telah dilakukan, apabila pekerjaan

yang dilakukan sudah baik dan benar sesuai dengan gambar kerja dan

perjanjian, maka akan diturunkanlah surat izin pengecoran oleh konsultan

pengawas.

d. Pengecoran pada Pelat

Pengecoran pelat dilakukan setelah besi dan bekisting terpasang

dengan benar. Pengecoran pelat dilakukan menggunakan bucket adukan

yang diangkat dengan tower crane, untuk pengecoran yang tidak dapat

dijangkau tower crane, maka digunakan jembatan cor.

e. Persiapan Pengecoran

Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pengecoran antara lain :

1) Menyiapkan peralatan yang akan digunakan seperti tower crane,

bucket adukan, concrete vibrator dan jembatan cor (diperlukan

untuk zone 3 yang tidak dapat dijangkau oleh tower crane).

2) Menghitung kebutuhan beton yang akan dipakai. Untuk pengecoran

sendiri terbagi atas tiga zone. Yaitu zone 1, zone 2, dan zone 3.

Pengecoran dilakukan perzone. Maka perhitungan kebutuhan beton

pun dihitung per satu zone.

Page 10: BAB III Wiremesh

36

3) Mempersiapkan tenaga kerja yang bertugas pada proses

pengecoran. Untuk pengecoran pelat sendiri membutuhkan kurang

lebih 17 tenaga kerja.

f. Proses Pengecoran

Setelah persiapan pengecoran telah selesai maka kontraktor akan

memesan beton kepada PT. Torsina Redikon untuk mengirimkan beton

dengan fc’ 30 sebanyak kebutuhan yang telah dihitung sebelumnya.

Kebutuhan pekerja saat pengecoran :

1) Bongkar mixer 1 orang

2) Vibrator 2 orang (mekanik)

3) Surveyor 3 orang (level)

4) Pelaksana 2 orang

5) Pekerja 8 orang

6) Operator bucket 1 orang

Setelah truck mixer pesanan datang maka mulailah proses

pengecoran yaitu:

1) Mengadakan uji slum kepada beton yang baru datang, apakah nilai

slump beton sesuai pesanan yaitu 12 cm ± 2 cm atau dengan nilai

antara 10 cm sampai dengan 14 cm.

2) Setelah dilakukan uji slump, maka dilakukan pengambilan sampel

benda uji.

3) Penuangan beton adukan ke dalam bucket adukan yang telah

terpasang pada rantai tower crane.

4) Buket adukan diarahkan ke atas kolom yang akan di cor.

Page 11: BAB III Wiremesh

37

5) Tuangkan beton ke dalam beton dengan membuka selang yang

sudah dihubungkan dengan bucket adukan.

6) Pengecoran pelat dilakukan secara bersamaan dengan balok.

7) Pada saat penuangan beton sambil dilakukan pemadatan dengan

menggunakan vibrator, cerucuk besi, dan palu.

8) Untuk proses pengecoran pada zone 3 dibutuhkan bantuan

jembatan cor untuk menuangkan adukan ke pelat. Hal ini di

karenakan tower crane tidak dapat menjangkau zone 3 bagian

ujung.

3. Pembongkaran bekisting pelat

Proses pembongkaran bekisting pelat adalah sebagai berikut:

1) Setelah beton berumur minimal 7 hari, maka bekisting pelat sudah

dapat bisa dibongkar sesuai dengan spesifikasi.

2) Mengendurkan mainframe agar memudahkan melepas balok girder

dan balok suri.

3) Melepas balok-balok suri.

4) Melepas balok girder.

5) Melepas plywood yang masih menempel pada beton pelat dengan

cara mencongkel dengan linggis.

6) Setelah semua penyangga tercopot lalu dipasang support yang

berfungsi sebagai penyangga pelat agar tidak melendut. Support

dipasang sampai umur beton sudah cukup memenuhi standar

kekuatan yang telah ditentukan.

4. Perawatan Beton Pelat (curing)

Page 12: BAB III Wiremesh

38

Curing pada pelat dilakukan sesuai dengan spesifikasi atau dimulai 6

jam setelah pengecoran dengan cara menyiramkan air pada permukaan pelat.

Permukaan balok harus dijaga kelembabannya agar air yang berada didalam

beton tidak terjadi penguapan yang terlalu cepat yang diakibatkan perbedaan

suhu luar dan dalam beton karena dapat terjadi keretakan terhadap beton.

5. Peralatan penunjang yang digunakan

Pelaksanaan pembangunan gedung umumya dan pengecoran struktur

beton pada suatu proyek pada khususnya diperlukan alat bantu karena

terbatasnya tenaga kerja dan kemampuan fisik manusia. Alat ini berfungsi

untuk mengefisiensikan pekerjaan dari pelaksanaan, baik pekerjaan yang

berat maupun yang ringan. Peralatan yang digunakan pada pembangunan

proyek apartement Cik ditiro Menteng adalah sebagai berikut :

a. Bekisting (Form work)

Bekisting berfungsi untuk menunjang kekuatan struktur baik

sebelum pengecoran maupun sesudah pengecoran dan berbagaimacam

pendukung. Pada pemasangan bekisting pelat yang digunakan adalah

mainframe, U-head jack, girder, plywood, dan support.

Foto 5.a : Bekisting pelat

Page 13: BAB III Wiremesh

39

b. Truck mixer

Alat ini berfungsi untuk membawa hasil mix design atau adukan

beton dari fabrikasi yaitu PT. Torsina Redikon ke proyek dengan kapasitas

drum mixer 7m3, agar hasil cor dari beton tersebut tidak mengeras sewaktu

dibawa dan cepat sampai ke lokasi proyek dan dapat dimanfatkan.

Foto 5.b : truck mixer

c. Concrete vibrator

Pada pelaksanaan di lapangan concrete vibrator disebut dengan

trier atau alat pengatur adukan beton saat pengecoran. Sehingga didapat

hasil yang baik dan tidak ada rongga (keropos) atau sarang-sarang beton

pada saat pengcoran berlangsung, yang dapat mengurangi kekuatan beton

yang direncanakan.

Foto 5.c : Vibrator

Page 14: BAB III Wiremesh

40

d. Barcuter

Digunakan untuk memotong besi baik besi untuk tulangan utama

ataupun sengkang, sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan

sebelumnya, yang nantinya akan dipakai untuk perakitan besi dilapangan.

Foto 5.d : Barcuter

e. Barbender

Digunakan untuk membengkokkan besi. Barbanding terdiri dari

meja panjang yang berfungsi untuk meletakan besi yang akan

dibengkokkan dan juga sebuah mesin untuk membengkokkan besi sesuai

dengan kebutuhan.

Foto 5.e : Barbender

Page 15: BAB III Wiremesh

41

f. Level

Level digunakan untuk menentukan ketinggian lantai dengan

menembak garis pada ketinggian tertentu yang sudah ditetapkan dari

lantai-lantai sebelumnya. Pada proyek ini acuan yang digunakan terletak

pada garis putih yang terdapat pada tower crane di setiap meter ketinggian

dari tanah + 0.00 m.

Foto 5.f : Level

g. Tower crane

Tower crane berfungsi untuk mengangkut alat-alat berat yang akan

digunakan ke lantai yang akan dikerjakan. Agar dapat mengefisiensikan

tenaga kerja pekerja ataupun dapat mengefisiensikan waktu.

5.g : Tower Crane

Page 16: BAB III Wiremesh

42

h. Alat penunjang lainnya

Selain alat yang telah disebutkan diatas, masih terdapat alat-alat

penunjang lainnya yang dapat membantu jalannya proyek seperti

waterpass, theodolit, mesin las, meteran, panel-panel pembagi arus,

gunting besi, kakatua, palu, sendok semen, papan perata, pacul, jembatan

cor, dan lainnya.

Dibawah ini beberapa gambar alat yang digunakan dalam proyek

ini :

Foto 5.h.1 : Bucket

Foto 5.h.2 : Stampler

Page 17: BAB III Wiremesh

43

Foto 5.h.3 : Uji Slump

Foto 5.h.4 : alat yang digunakan saat pengecoran berlangsung

Page 18: BAB III Wiremesh

44

Foto 5.h.5 : Wiremesh

Foto 5.h.6 : Beton Decking

Page 19: BAB III Wiremesh

45

Foto 5.h.7 : floor hardner

Foto 5.h.8 : mainframe dan tangga pekerja.

4. Konstruksi Tangga

Tangga yang direncanakan mempunyai tebal pelat 150 mm dengan

kemiringan tangga sebesar 340 dan memakai tulangan utama rangkap D13 –

150 dan D8 - 200. Tangga juga dilengkapi dengan ralling tangga dengan

tinggi 1,2 m, bordes 1,786 m x 2,7 m, dan anak tangga dengan lebar 28 cm,

tinggi 18 cm dan panjang 1,25 m.

Page 20: BAB III Wiremesh

46

5. Quality Control

Pada analisis ini penulis mengamati bagian pelat, penulis melakukan

perhitungan mutu beton dengan menggunakan PBI 71 tabel 4.1.4.Hal. 34.

Mutu beton yang digunakan untuk balok dan pelat ialah fc = 30 MPa. Benda

uji yang digunakan untuk uji kuat tekan beton ialah cylinder berumur 7 hari.

Untuk mendapatkan kekuatan pada umur 28 hari dengan semen

Portland dengan kekuatan awal yang tinggi, maka harus data kuat tekan beton

umur 7 hari dikonversikan dengan cara dibagi koefisien 0,75 (PBI 71 hal. 34).

Menurut PBI 71 hal 33 benda uji yang dibuat berbentuk silinder maka

kekuatan tekan yang di dapat harus dikalikan koefisien 0,83.

Tabel 8 : Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai benda uji.

Benda uji Perbandingan kekuatan tekan

Kubus 15 x 15 x 15 cm 1

Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95

Silinder 15 x 30 cm 0,83

Tabel 9 : Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur :

Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365

Semen Portland biasa 0,4 0,65 0,88 0,95 1 1,2 1,35

Semen Portland dengan

kekuatan awal tinggi0,55 0,75 0,9 0,95 1 1,15 1,2

Page 21: BAB III Wiremesh

47

Tabel 10 : Perhitungan kekuatan tekan beton dilapangan

No. Tanggal Umur Mutu

Kuat

Tekan

(MPa)

Kuat

Tekan

(kg/cm2)

UmurKuat Tekan

(kg/cm2)(’b-’bm) (’b-’bm)2

1 15-04-2009 7 hari FC. 30. 23 234.6 28 hari 312.8 -5.38 28.89

2 15-04-2009 7 hari FC. 30. 24.8 252.96 28 hari 337.28 19.10 364.99

3 15-04-2009 7 hari FC. 30. 21.7 221.34 28 hari 295.12 -23.06 531.54

4 16-04-2009 7 hari FC. 30. 21.1 215.22 28 hari 286.96 -31.22 974.39

5 16-04-2009 7 hari FC. 30. 24.2 246.84 28 hari 329.12 10.94 119.79

6 16-04-2009 7 hari FC. 30. 23.6 240.72 28 hari 320.96 2.78 7.75

7 19-04-2009 7 hari FC. 30. 23.6 240.72 28 hari 320.96 2.78 7.75

8 19-04-2009 7 hari FC. 30. 26.1 266.22 28 hari 354.96 36.78 1353.12

9 19-04-2009 7 hari FC. 30. 24.2 246.84 28 hari 329.12 10.94 119.79

10 19-04-2009 7 hari FC. 30. 23.6 240.72 28 hari 320.96 2.78 7.75

11 19-04-2009 7 hari FC. 30. 25.5 260.1 28 hari 346.8 28.62 819.38

12 24-04-2009 7 hari FC. 30. 21.7 221.34 28 hari 295.12 -23.06 531.54

13 24-04-2009 7 hari FC. 30. 24.2 246.84 28 hari 329.12 10.94 119.79

Page 22: BAB III Wiremesh

48

14 13-05-2009 7 hari FC. 30. 22.6 230.52 28 hari 307.36 -10.82 116.97

15 13-05-2009 7 hari FC. 30. 21.5 219.3 28 hari 292.4 -25.78 664.36

16 13-05-2009 7 hari FC. 30. 22.1 225.42 28 hari 300.56 -17.62 310.30

17 14-05-2009 7 hari FC. 30. 23.7 241.74 28 hari 322.32 4.14 17.18

18 18-05-2009 7 hari FC. 30. 21.9 223.38 28 hari 297.84 -20.34 413.52

19 19-05-2009 7 hari FC. 30. 23.7 241.74 28 hari 322.32 4.14 17.18

20 19-05-2009 7 hari FC. 30. 23.1 235.62 28 hari 314.16 -4.02 16.12

21 19-05-2009 7 hari FC. 30. 25.4 259.08 28 hari 345.44 27.26 743.37

          ∑ 6681.68 7285.49

rata-

rata318.18

Catatan : 1 Mpa = 10,2 kg/cm2

Page 23: BAB III Wiremesh

49

Dari data didapat :

∑ kuat tekan beton umur 28 hari = 6681.76 kg/cm2

Rata-rata kuat tekan beton umur 28 hari = 318.18 kg/cm2

Mencari deviasi standar (PBI 71 hal. 39)

s=√∑1

N

¿¿¿¿

s=√ 7285.4921−1

=19.09 kg/cm2

Ket :

S = deviasi standar (kg/cm2)

’b = kekuatan beton yang didapat dari masing-masing benda uji

(kg/cm2)

’bm = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2)

N = jumlah seluruh nilai hasil pemeriksaan, jadi jumlah seluruh

benda uji yang diperiksa, yang harus diambil minimum 20 buah

Menurut PBI 1971 hal. 40. Pasal 4.5 ayat (2), ditentukan oleh rumus :

σ ' bk¿σ ' bm−1.64 s

σ ' bk=318.18−1.64 (19.09 )=¿286.87 kg/cm2

Kesimpulan

Dari perhitungan di atas, syarat standar mutu tidak memenuhi dari

mutu yang di rencanakan yaitu K300, maka perlu dilakukan peninjauan

kembali mutu beton.

Page 24: BAB III Wiremesh

50

B. Perhitungan Volume Pelat

Pelat type S9 AS (F-J) dan AS (7-8)

8075

Arah Y

Arah X

3850 3850

Tebal Plat = 135 mm

Ukuran pelat

Bentang pendek = 8000 – 150 – 150

= 7700 mm

Bentang panjang = 8475 – 200 – 200

= 8075 mm

Dimensi kolom

AS (F-7) = AS (F-8) = AS (J-7) = AS (J-8) = 400 x 600

Page 25: BAB III Wiremesh

51

Dimensi balok

Balok anak AS 7’ (F-7) = 300 x 600

Balok induk AS F (7-8) = AS J (7-8) = 400 x 600

AS 7 (F-J) = AS 8 (F-J) = 350 x 600

Luas pelat

A = 8075 x (4000-175-150)

= 29675625 m2

= 29,676 cm2

Terdapat void seluas = 271 x 913

= 247423 mm

Luas bersih AS (F-J) dan AD (7-8) = (29,676 x 2) – 0,247

= 59,10 m2

Volume beton = Luas alas x T

= 59,10 x 0.135

= 7,978 m3

Volume bekisting = luas pelat x 2

= 59,352 m2

Volume pembesian pelat AS (7-8) dan AS (F-J)

Lapis bawah

Arah X = D 10 – 200

Arah Y = D 10 – 200

Lapis atas

Arah X = D 10 – 80

Arah Y = D 10 – 100

Page 26: BAB III Wiremesh

52

Besi yang digunakan = D10

Berat besi D 10 untuk 1m adalah

D 10 = ¼ D2 x BJ besi

= ¼ x 3,14 x 0,01 x 7.850

= 0,6162 kg/m

Berat besi D8 untuk 1m adalah

D 8 = ¼ D2 x BJ besi

= ¼ x 3,14 x 0,008 x 7.850

= 0,394 kg/m

Dalam proyek ini digunakan Wiermesh dengan M 8, jarak 0,15 m dan luas 2,1 m x

5,4 m

Maka berat wiermesh adalah

X = 2,1 m

Y = 5,4 m

Untuk arah X = ( 2,1

0 , 15+1)×5,4=81 m

Untuk arah Y=

( 5,40 , 15

−1)×2,1=73 , 5 m

Besi yang dibutuhkan untuk wiermesh adalah = 81 m + 73,5 m

= 154,5 m

Page 27: BAB III Wiremesh

53

Berat wiermesh adalah = 154,5 m x 0,394 kg/m

= 60,873 kg

Perhitungan Kebutuhan Besi

Arah X pada tumpuan digunakan D10 – 20 0

Arah X = ( 1

0 , 20 )× 14

πD2

= ( 1

0 , 20 )× 14×3 , 14×(1 )2

= 3,925 cm2/m'

Konversi =

24005000

×3 , 925

= 1,884 cm2/m'

Digunakan wiremesh M 8

M 8 = ( 1

0 , 15 )× 14

πD2

= ( 1

0 , 15 )× 14×3 , 14×(0,8 )2

= 3,35 cm2/m'

Maka masih dibutuhkan 3,925 – 3,35 = 0,575 cm2

Besi ekstra =

50002400

×0 , 575

= 1,2 cm2/m'

Page 28: BAB III Wiremesh

54

Digunakan tulangan ekstra D 10 – 400

Tul Ekstra = ( 1

0 , 40 )×14

πD2

= ( 1

0 , 40 )×14×3 ,14×(1 )2

= 1,96 cm2/m'

Tul ekstra U5000 =

24005000

×1 , 96

= 0,94 cm2/m'

Luas wiremesh yang dibutuhkan = 3,925 cm2/m'

Hasil perhitungan + tulangan ekstra = 3,35 + 0,94

= 4,29 cm2/m' > 3,925 cm2/m' (aman)

Arah Y pada tumpuan digunakan D10 – 2 00

Arah Y = ( 1

0 , 20 )× 14

πD2

= ( 1

0 , 20 )× 14×3 , 14×(1 )2

= 3,925 cm2/m'

Konversi =

24005000

×3 , 925

= 1,884 cm2/m'

Digunakan wiremesh M 8

M 8 = ( 1

0 , 15 )× 14

πD2

Page 29: BAB III Wiremesh

55

= ( 1

0 , 15 )× 14×3 , 14×(0,8 )2

= 3,35 cm2/m'

Maka masih dibutuhkan 3,925 – 3,35 = 0,575 cm2

Besi ekstra =

50002400

×0 , 575

= 1,2 cm2/m'

Digunakan tulangan ekstra D 10 – 400

Tul Ekstra = ( 1

0,4 )×14

πD2

= ( 1

0,4 )×14×3 ,14×(1 )2

= 1,96 cm2/m'

Tul Ekstra U5000 =

24005000

×1 , 96

= 0,94 cm2/m'

Luas wiremesh yang dibutuhkan = 3,925 cm2/m'

Hasil perhitungan + tulangan ekstra = 3,35 + 0,94

= 4,29 cm2/m' > 3,925 cm2/m' (aman)

Total kebutuhan besi AS (F-J) dan AS (7-8)

Wiremesh arah X + tulangan ekstra = (4,29 x 2)

= 8,58 cm2/m'

Wiremesh arah Y + tulangan ekstra = (4,29 x 2)

= 8,58 cm2/m'

Besi Arah X

Page 30: BAB III Wiremesh

56

Jumlah besi ekstra pada arah X =

8 ,0750 ,400

=20 ,187~ 20 batang

Panjang besi = 8,075 m x Kebutuhan 20

= 161,5 m

Total kebutuhan besi untuk arah X = (panjang besi x berat besi) + wiremesh

= (161,5 x 0,6162) + (81 x0,394)

= 131,43 kg

Besi Arah Y

Jumlah besi ekstra pada arah Y =

8 ,0000 ,400

=20 batang

Panjang besi = 8 m x Kebutuhan 20

= 160 m

Total kebutuhan besi untuk arah Y = (panjang besi x berat besi) + wiremesh

= (160 x 0,6162) + (73,5 x 0,394)

= 127,551 kg