bab ii & iii
TRANSCRIPT
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
BAB II
TEORI
2.1 Klasifikasi Material
Baja Tahan Karat
Stainless Steel
ferro nonferro
Baja Besi Cor
Baja karbon
C rendah
C medium C tinggi
Baja perkakas
Paduan tinggi
Baja Tahan karat
Besi kelabu
Besi nodular
Besi putih
BTK Martensit
BTK Feritik
BTK Austenitik
3
Logam
Besi malleable
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
2.2. Pengaruh Unsur-Unsur Paduan pada ketahanan Dari
Besi
Kalau Cr dipadukan pada besi di atas 12-13 %, karat yang berwarna merah
tidak terbentuk, karena oleh adanya oksigen di udara terjadi permukaan yang
stabil (permukaan pasif). Oleh karena itu baja yang mengandung unsur tersebut
dinamakan baja tahan karat. Kalau baja mengandung Iebih dari 17 % Cr akan
terbentuk suatu lapisan yang stabil. Karat pada lasan dari baja tahan karat 17 %
Cr sering terjadi disebabkan karena presipitasi karbida Cr pada batas butir dan
oksidasi Cr dari permukaan karenanya lapisan permukaan menjadi kekurangan Cr
yang mengurangi ketahanan karatnya.
Kalau Ni dipadukan pada besi, kehilangan berat yang disebabkan korosi di
dalam asam berkurang dan ketahanan korosi bisa diperbaiki.
Baja tahan karat adalah baja paduan yang memanfaatkan keefektifan unsur pa-
duan tersebut seperti Cr dan Ni dan dapat dibagi menjadi sistim Fe-Cr dan Fe-Cr-
Ni. Yang pertama termasuk baja tahan karat martensit dan ferit dan yang terakhir
baja tahan karat austenit. Biasanya Mo, Cu, dsb. ditambahkan kepada baja ini
untuk memenuhi maksud tertentu pada penggunaan.
2.3. Struktur baja tahan karat
Memperhatikan unsur Cr, yang menjadi komponen utama pada baja tahanan
karat, diagram fasa Fe-Cr, Cr dapat larut dalam besi memperluas daerah (ferit).
Dalam baja dengan 12 % Cr pada temperatur di atas 900°C terjadi fasa
(austenit). Dalam paduan yang nyata, C dan N juga terkandung, jadi fasa
diperluas ke daerah yang mempunyai konsentrasi Cr lebih tinggi. Baja tahan karat
Stainless Steel 4
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
12 % Cr biasa dipakai, diaustenitkan dari 900 sampai 1000°C tergantung kadar C
nya, dan dicelup dingin pada minyak. Sehingga mempunyai struktur martensit ia
menjadi baja tahan karat.
Baja 18 % Cr seharusnya mempunyai fasa α dimulai dari temperatur pembekuan
sampai temperatur kamar, tetapi karena sebenarnya mengandung 0.03-0,10 % C
dan 0,01-0,02 % N, maka kira-kira di atas 930°C terbentuk fasa . Oleh karena itu
perlakuan panas untuk mendapat fasa a dilakukan di bawah 850°C, baja ini
dinamakan baja tahan karat ferit.
Gambar 2.1 Diagram Fasa Fe-Cr
Struktur baja 18 % C r -8 % Ni adalah struktur dua fasa dari dalam
keseimbangan, tetapi kenyataannya pada kira-kira 1050°C seluruhnya menjadi
austenit dan setelah pendinginan dalam air atau dalam udara fasa terbentuk pada
temperatur kamar sukar bertransformasi ke fasa , baja ini dinamakan baja tahan
karat austenit. Fasa merupakan fasa metastabil sebagai contoh kalau diadakan
deformasi plastis bisa terjadi transformasi martensit. Kalau baja dipergunakan
dalam bentuk austenit, maka perlu diadakan perlakuan panas untuk membentuk
Stainless Steel 5
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
austenit setelah dilakukan deformasi plastik, atau perlu dipakai baja yang
mengandung lebih banyak Ni untuk memberikan kestabilan pada fasa austenit.
Untuk mengetahui hubungan dari fasa logam yang ada pada lasan, yang
mempunyai
Cr ekuivaien = %Cr + %Mo + 1,5 x % Si + 0,5 x %Nb, dan
Ni ekuivalen = %Ni + 30 x %C + 0,5% Mn
Pada kedua sumbu, diagram Schaeffer menunjukkan hubungan tersebut dan
ditunjukkan pada Gb. 2.2
Gambar 2.2 Diagram Struktur dari baja tahan karat yang dideposisikan. (Diagram shaeffler)
2.4. Jenis-jenis baja tahan karat
a) Baja tahan karat ferit
Stainless Steel 6
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
Menurut klasifikasi dalam Gb. 2.3 baja tahan karat ferit adalah baja yang terutama
mengandung Cr sekitar 16-18 % atau lebih. kadar karbon yang rendah (di bawah
2%). Memiliki struktur kristal bcc. Baja tahan karat yang tidak dapat dikeraskan
dengan heat treatment dan digolongkan dalam tipe 400. Kebanyakan komponen
dibuat dari pelat tipis, sebagai bahan untuk bagian dalam dari suatu konstruksi,
untuk peralatan dapur, untuk komponen trim mobil bagian dalam, dsb. Perlu
diperhatikan bahwa pada lingkungan korosi yang ringan tidak terjadi karat, tetapi
berada pada air larutan yang netral, dapat terjadi korosi lubang atau krevis kalau
terdapat sedikit ion klor, atau kalau ada struktur berbentuk krevis. Pelat tipis dari
baja ini menyebabkan tanda regangan spesifik yang disebut ridging disebabkan
oleh tarikan atau penarikan dalam, hal ini memberikan permasalahan pada
pembuatan peralatan dapur, tetapi sekarang sebagi hasil dari berbagai studi,
permasalahan tersebut mungkin dapat dipecahkan.
Memperhatikan unsur Cr, yang menjadi komponen utama pada baja tahanan
karat, diagram Fe – Cr.(Gambar 2.1).
Sifat-sifat baja tahan karat ferit
1. Sifat yang menguntungkan adalah tanp kandungan Ni sukar untuk
terjadi retakan korosi tegangan.
2. Memiliki ketahanan karat yang sedang hingga bagus, sesuai dengan
kandungan kromnya. Biasanya tipe ini diserang karat pada temperatur 5
C
3. Mersifat getas pada temperatur 457 C, mengandung lebih dari 15% Cr
(Gb. 1.4.
4. Memiliki kekuatan regangan 500-600 Mpa
Stainless Steel 7
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
5. Mampu lasnya rendah.
b) Baja tahan karat martensit
Gambar 2.3 menunjukkan klasifikasi baja tahan martensit dan baja tahan
karat ferit. Komposisi baja tahan karat martensit adalah 12 - 13% Cr dan 0,1 -
0,3% C. Kadar Cr sebanyak ini adalah batas terendah untuk ketahanan asam
karena itu baja ini sukar berkarat di udara, tetapi ketakanan karat dalam suatu
larutan juga cukup.
Sampai 500°C, baja ini banyak dipakai karena mempunyai ketahanan
panas yang baik sekali, dan dengan pengerasan dan penemperan dapat diperoleh
sifat-sifat mekanik yang baik, oleh karena itu baja ini dapat dipakai untuk alat
pemotong, perkakas, dsb.
Stainless Steel 8
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
Gambar 2.3 Diagram klasifikasi baja tahan karat ferit dan martensit
Gambar 2.4 Hubungan antara temperatur mula dan waktu pembentukan fasa dan
kegetasan 475° C pada baja Cr tinggi
Stainless Steel 9
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
c) Baja tahan karat austenit
Gb. 2.5 menunjukkan klasifikasi baja tahan karat austenit. Sistem ini
dinyatakan dengan baja 18% Cr - 8% Ni disebut baja tahan karat delapan belas
delapan. Baja tahan karat austenit lebih baik pada ketahanan korosinya, mampu
bentuk dan mampu lasnya, karena itu dipakai pada berbagai industri kimia. Selain
itu, dipakai untuk bahan konstruksi, perabot dapur, turbin, mesin jet, mobil,
komponen berputar, bangunan kapal, reaktor atom, dst.
Stainless Steel 10
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
Gambar 2.5 Bagan klasifikasi baja austenit tahan karat
Stainless Steel 11
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
Baja tahan karat austenit meskipun lebih baik ketahanan korosinya tapi harus
berhati-hati pada penggunaannya karena kekurangannya seperti dikemukakan di
bawah ini :
Korosi antar butir
Korosi antar butir disebabkan oleh presipitasi karbida Cr pada batas butir,
yang menyebabkan daerah kekurangan Cr di dekatnya, dari daerah tersebut korosi
dimulai. Dalam keadaan tertentu karbida Cr sendiri kena korosi. Karbida Cr ber-
presipitasi pada daerah temperatur 500 - 900° C, pada 600 - 800° C paling tinggi.
Sebagai contoh, derajat korosi antar butir dipelajari dengan pengujian korosi dari
batang uji yang dipanaskan pada 600° C, yang disebut perlakuan sensitisasi.
Korosi antar butir ini terjadi di daerah yang dipengaruhi panas pada lasan, yang
menjadikan permasalahan. Karena hal tersebut disebabkan oleh terbentuknya
karbida Cr, masalah tersebut dapat diatasi dengan mempergunakan baja berkadar
karbon rendah yang dipadu dengan Ti atau Nb yang merupakan unsur pembentuk
karbida yang kuat untuk menghindari terjadinya karbida Cr.
Korosi lubang dan krevis
Korosi lubang disebabkan oleh retakan lapisan yang pasif. Bagian yang pecah
dari lapisan rnenjadi rusak karena konsentrasi, yang membentuk lubang.
Kerusakan pasif disebabkan oleh adanya ion klor. Dalam hal ini korosi yang
terjadi pada permukaan logan tanpa suatu pertumbuhan spesifik disebut korosi
lubang, dan korosi yang menyebabkan pecahnya lapisan pasip setempat karena
pengurangan pH pada permukaan kontak dengan benda lain, disebut korosi krevis.
Agar tahan terhadap terjadinya lubang diperlukan kombinasi yang tepat dari Cr
dan Mo. Dipandang dari sudut ini baja tahan karat ferit lebih menguntungkan.
Stainless Steel 12
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
Baja tahan karat austenit yang mengandung 2 - 4% Mo banyak dipakai sebagai
baja tahan yang tahan korosi lubang.
Retakan korosi regangan
Retakan korosi regangan ialah retakan oleh korosi lokal dari lapisan pasip
yang pecah karena tegangan tarik.
Pada baja tahan karat austenit retakan korosi regangan sangat menyusahkan
karena bersamaan dengar. korosi lubang. Lingkungan yang utama adalah yang
mengandung klorida, sulfida., air dengan temperatur dengan tekanan tinggi, dan
soda kaustik.
Pengujian retakan korosi tegangan sering dilakukan dengan pembebanan
pada kelarutan 42% magnesium klorida yang mendidih. Salah satu sebagai hasil
pengujian ditunjukkan dalam Gb. 1.6. Peningkatan Ni, C dan penambahan Si dsb.
memberikan pengaruh efektif, dan dengan adanya P, N atau sedikit molibden
memberikan pengaruh jelek. Kebanyakan memberikan patahan antar butir, dengan
mengurangi kadar karbon dan penambahan unsur penyetabil karbid, memberikan
pengaruh yang efektif.
Baja tahan karat berfasa ganda
Sekarang banyak dipakai baja tahan karat yang berfasa ganda yaitu terdiri dari
fasa austenit dan ferit. Umumnya mempunyai komposisi 25% Cr - 5% Ni - 1,5%
Mo0,03% C.
Dalam baja tahan karat berfasa ganda kegetasan mampu las dan kekurangan
lainnya dari baja krom tinggi diperbaiki dengan penambahan Ni, N, dsb.
Perkembangan baru-baru ini dalam teknik pembuatan baja memungkinkan
pembuatan baja macam ini di mana pengurangan kadar karbon lebih mudah.
Stainless Steel 13
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
Perbandingan antara fasa austenit dan ferit biasanya 4-6: 6-4 tergantung kepada
komposisi dan perlakuan panasnya.
Baja tahan karat befasa ganda mempunyai sifat bahwa fasa austenit dan ferit
masing-masing memberikan pengaruh saling menutupi. Sebagai contoh, tegangan
mulur yang rendah dari fasa austenit dipertinggi deagan adanya fasa ferit, dan
keuletan rendah dari fasa ferit diperbaiki oleh fasa austenit. Ketahanan korosi
umumnya melebihi ketahanan korosi baja tahan karat 18 - 8, terutama baja yang
mempunyai kadar Cr tinggi dan mengandung molybden Mo sangat baik dalam
ketahanan korosi lubangnya.
Sehingga baja macam ini bisa dipakai untuk penukar panas yang memper-
gunakan air laut. Karena baja ini mempunyai kekurangan yaitu sifat pengerjaan
panasnya yang kurang baik, maka perlu diadakan studi lebih lanjut mengenai
teknik produksinya.
Gambar 2.6 Pengaruh tegangan pads waktu patalt dari baja tahan karat MgCI yang mendidih
Stainless Steel 14
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
Pengerasan presipitasi baja tahan karat
Dengan mempergunakan ketahanan korosi yang baik dari baja tahan karat,
kekuatannya telah diperbaiki dengan pengerasan presipitasi. Menurut struktur
matriksnya baja tahan karat ini digolongkan menjadi macam martensit, macam
semi austenit dan macam austenit. Salah satu macam yang umum adalah 17-4 PH
(martensit, 17% Cr - 4% Ni – 4% Cu - 0,06% C - 0,35% Nb) dan 17-7 PH (semi
asutenit, 17% Cr 7% Ni - 1,2% Al - 0,07°o C).
Matriks dari kedua macam baja tersebut pada saat pengerasan presipitasi
adalah martensit. Pada macam yang pertama martensit terbentuk oleh pendinginan
setelah perlakuan pelarutan, sedangkan pada macam yang kedua martensit
terbentuk dengan jalan transformasi plastis setelah perlakuan pelarutan atau
dengan pendinginan di bawah temperatur kamar. Katau dituakan pada 400 -
600°C.
Pada macam yang pertama diperkuat dengan adanya presipitat yang kaya oleh
Cu dan dalam hal yang kedua oleh adanya senyawa Ni - Al. Baja ini sangat baik
pada ketahanan korosinya dibandingkan dengan haja krom 18% Cr. Baja ini
dipergunakan untuk roda gigi, poros, pompa-pom pa untuk mengalirkan asam,
katup, kulit luar dari pesawat terbang komponen mestr, jet, pegas, dsb.
Contoh Produck Stainles steel :
Alat – Alat Rumah Tangga
Sendok Makan
Garpu Makan
Pisau Dapur
Stainless Steel 15
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
Alat – Alat Kontruksi
Paku Beton
Tuas Pintu
Tralis
Alat – alat Kedokteran
Stetoskop
Pisau Bedah
Pinset
Gunting
Dsb
Komponen Modifikasi Mobil
Trim Mobil
Stainless Steel 16
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
2.5. Aplikasi Baja Tahan
Common
Name
UNS
No
Forms
Available*
Typical Compositions
(%) Typical Applications
C Cr Mo Ti Other
409 S40900
Sheet and
Coil 0.02 11.5 - 0.25 -
Baja yang tahan panas, mudah di
bentuk dan di las. kebanyakan
digunakan untuk sistem
pembuangan mobil.
Contoh : Digunakan pada
knalpot kendaraan.
446 S44600
Tube and
Pipe 0.08 26.0 - - -
Memiliki titik didih 1200 C, di
mana dia memiliki ketahanan
terhadap korosi yang di sebabkan
oleh oil.
Contoh : Pipa saluran pada
perusahaan minyak
430 S43000
Sheet and
Coil, Plate
and Bar 0.06 17.0 - - -
Berguna untuk sebagai
komponen interior bangunan,
velk mobil, mesin oencuci
piring.
444 S44400
Sheet and
Coil 0.02 18.5 2.0 0.4 -
Berguna untuk alat penukar
panas dan tangki air panas di
mana bisa mencegah karat pada
alat tersebut.
12% Cr
Structural
Steels S41003
Sheet and
Coil,
Welded
Tube and
Hollow
Sections 0.02 11.5 - - -
Sering digunakan pada alat-alat
yang rentan terhadap korosi
akibat pengaruh lingkungan
sekitar.
AISI Type 405
Stainless Steel 17
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
Category Steel
Class Stainless steel
Type Ferritic standard
Common
Names Chromium steel
Designations France: AFNOR Z 6 CA 13
Germany: DIN 1.4002
Italy: UNI X 6 CrAI 13
Japan: JIS SUS 405
United Kingdom: B.S. 405 S 17
United States: ASME SA240 , ASME SA268 , ASME SA479 , ASTM A176 ,
ASTM A240 , ASTM A268 , ASTM A276 , ASTM A314 , ASTM A473 ,
ASTM A479 , ASTM A511 , ASTM A580 , FED QQ-S-763 , MIL
SPEC MIL.S-862 , SAE 51405 , SAE J405 (51405) , UNS S40500
Compisisi
Element Weight %
C 0.08
Mn 1.00
Si 1.00
Cr 11.5-14.5
P 0.04
S 0.03
Al 0.10-0.30
Electric Properties
Properties Conditions
T (°C) Treatment
Electric Resistivity (10-9W-m) 600 25
Mechanical Properties
Properties Conditions
T (°C)
Treatment
Stainless Steel 18
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
Density (×1000 kg/m3) 7.8 25
Poisson's Ratio 0.27-0.30 25
Elastic Modulus (GPa) 200 25
Tensile Strength (Mpa) 480
25 annealed, cold finished (plate, sheet,
strip) more
Yield Strength (Mpa) 275
Elongation (%) 16
Reduction in Area (%) 45
Hardness (HRB)88
(max) 25 annealed (plate, sheet, strip)
Thermal Properties
Properties Conditions
T (°C) Treatment
Thermal Expansion (10-6/ºC) 10.8 0-100 more
Thermal Conductivity (W/m-K) 27 100
Specific Heat (J/kg-K) 460 0-100
2.6. Pengaruh Lingkungan
Material tersebut sulit untuk terurai oleh alam yang mengakibatkan rusaknya
alam dalam jangka waktu yang lama
BAB III
PROSES PEMBUATAN
SALURAN PEMBUANGAN PADA MASTER REM
3.1. Material
Grade 303 Stainless steel represents superior machinability over all other
austenitic stainless steels due to the addition of sulphur in the material. The
Stainless Steel 19
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
sulphur however, does reduce the material’s resistance to corrosion as well as
causing poor weldability results.
The uses of grade 303 are as follows:
Nuts & bolts
Bushings
Shafts
Aircraft fittings
Electrical switchgear components
Gears
Stainless Steel 303 is available from us in bars and Hexagons in the following
sizes :
Bar: from 3mm dia – 7” dia
Hexagon: from .3125” dia – 2.500” dia
Gambar 3.1 Saluran Pembungan Pada Master Rem
Stainless Steel 20
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
3.2 Chemical & Physical Properties
Elements Min % Max %C 0.1Cr 17.0 19.0Fe RemainderMn 1.5 2.0Mo 0.6Ni 9.0 10.0P 0.04S 0.3 0.35Si 0.75
Tabel 3.1. Typical Chemical Composition
Property/unit Condition Min Max
Tensile Strength (N/mm2) Cold Drawn 785 883
Yield Stress (N/mm2) Cold Drawn 686 785
Elongation in 5 x Diameter % Cold Drawn 30 35
Reduction of Area % Cold Drawn 50 55
Brinell Hardness (HB) Cold Drawn 225 240
Tensile Strength (N/mm2) Turned 608 657
Yield Stress (N/mm2) Turned 314 363
Elongation in 5 x Diameter % Turned 55 60
Reduction of Area % Turned 55 60
Brinell Hardness (HB) Turned 180
Tabel 3.2. Typical Mechanical Properties
Stainless Steel 21
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
3.3 Tolerances
1. Tolerances on diameter, for general purposes.
Round Bar:
Between 10mm and 15mm = +/- 0.4mm
Between 16mm and 25mm = +/- 0.5mm
Between 26mm and 35mm = +/- 0.6mm
Between 36mm and 50mm = +/- 0.8mm
Between 52mm and 80mm = +/- 1.0mm
Between 85mm and 100mm = +/- 1.3mm
Between 105mm and 120mm = +/- 1.5mm
Between 125mm and 160mm = +/- 2.0mm
Between 165mm and 200mm = +/- 2.5mm
220mm= +/- 3.0mm
250mm= +/- 4.0mm
2. Tolerances on diameter, for precision purposes.
Round bar: Between 10mm and 12mm = +/- 0.15mm
Between 13mm and 22mm = +/- 0.20mm
Between 24mm and 30mm = +/- 0.25mm
Between 32mm and 40mm = +/- 0.30mm
Between 42mm and 52mm = +/- 0.40mm
Between 55mm and 75mm = +/- 0.50mm
3.Tolerances on hexagons:
Width across flats: Between 13mm and 15mm = +/- 0.4mm
Stainless Steel 22
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
Between 16mm and 23.5mm = +/- 0.5mm
Between 25.5mm and 33.5mm = +/- 0.6mm
Between 35.5mm and 47.5mm = +/- 0.8mm
Between 52mm and 78mm = +/- 1.0mm
Between 83mm and 98mm = +/- 1.3mm
103mm = +/- 1.5mm
4. Corner Radius: Below 20.0mm = up to a 1.5mm radius.
Over 20.0mm to 28.5mm = up to 2.0mm radius.
Over 28.5mm to 48.0mm = up to 2.5mm radius
Over 48.0mm to 83.0mm = up to 3mm radius
Over 83.0mm to 103.0mm = up to 3.5mm radius
5.Straightness:
Below 39.5mm = not fixed tolerance in the plane.
Between 39.5mm and 83.0mm = q up to 0.004 x L tolerance in
the plane.
Between 83.0mm and 103.0mm = q up to 0.0025 x L tolerance in
the plane.
3.4. Proses Pembutan produk
Proses Pembuatan saluran pembuangan pada master rem yaitu proses
pemesinan dengan menggunakan mesin CNC. Mesin yang digunakan yaitu mesin
bubut dan mesin skrap.
Prosesnya Meliputi :
1. Proses prmbuatan Alur
Stainless Steel 23
Laporan Pemilihan Bahan dan Proses
2. Proses Pembutan Tirus
3. Proses Pembutan Ulir
4. Proses Pembutan Baut
5. Proses Pelubangan
Stainless Steel 24