bab i, ii & iii
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seksio sesarea (caesarean delivery) adalah satu cara melahirkan
janinmelalui sayatan dinding abdomen (laparatomi) dan dinding
uterus(histerotomi).Kaisar Numa Pompilius dari kerajaan Romawi pada abad
kedelapan SMmengesahkan undang-undang yang mengizinkan tindakan
seksio sesareasegera pada ibu-ibu hamil tua yang baru saja meninggal
untukmenyelamatkan janin.Diduga sejak terbitnya undang-undang tersebut,
istilah “CaesareanDelivery” atau “Caesarean Section” atau seksio sesarea
mulai dipakai untukpersalinan operatif melalui luka sayatan dinding abdomen
(perut) dandinding uterus (rahim).Di negara-negara sedang membangun,
seksio sesarea adalah merupakanpilihan terakhir untuk menyelamatkan ibu
dan janin pada saat kehamilandan atau persalinan yang kritis. Seksio sesarea
yang diputuskan
mendadak, tanpa perawatan pre-operatif yang memadai, dan tanpa
direncanakan sebelumnya disebut seksio sesarea emergensi.
Ada banyak factor yang dapat mempengaruhi sehingga di lalukan seksio
sesaria, diantaranya Preeklamsi dan hipertensi, distosia serviks, partus tak
maju, partus lama, rupture uretri mengancam, plasenta previa sentralis/lateralis
(posterior), panggul sempit dan juga janin besar.
Akhir-akhir ini seksio sesarea juga sudah dilakukan atas permintaan
ibu/keluarga tanpa indikasi obstetrik, atau dengan indikasi obstetriksebelum
timbul tanda-tanda persalinan, atau dengan indikasi obstetrikdengan
perawatan pre-operatif yang baik. Seksio sesarea yangdirencanakan dan sudah
mendapat perawatan pre-operatif yang baikdisebut seksio sesarea
elektif.Angka morbiditas (kesakitan), angka mortalitas (kematian) maternal
(ibu)dan neonatal pada seksio sesarea erat kaitannya dengan
komplikasikehamilan, komplikasi persalinan, dan indikasi seksio sesarea; juga
1
eratkaitannya dengan ketersediaan sarana dan fasilitas, termasuk
keterampilantim operator.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktek belajar lapangan, mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan post partum dengan
SC
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar tentang post partum
dengan SC
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian kepada klien dengan post
partum dengan SC
3. Mahasiswa mampu melakukan analisa data sekaligus diagnosa
keperawatan
4. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan dan melakukan
implementasi serta evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan
yang telah dilakukan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Sectio Saesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim.
Sectio Saesaria yaitu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atausuatu
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Istilah SC berasal dari perkataan lain yaitu Caedere yang artinya
memotong. Section caersarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau
SC adalah histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Rustam
Mochtar, 1998).
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.
Lama nifas yaitu 6 - 8 minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi, seluruh
alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 2002). Post partum
atau masa nifas dibagi menjadi tiga periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan jalan-jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapai 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil/waktu persalian mempunyai
komplikasi.
B. Etiologi
Sectio Sesarea efektif dilakukan kalau sebelumnya sudah diperkirakan
bahwa kelahiran pervaginam tidak cocok atau tidak aman.
Pelahiran dengan sectio sesarea dilakukan untuk :
1. Plasenta previa
3
2. Letak janin yang tidak stabil
3. Riwayat obstetric yang jelek
4. Disproporsi sefalopelvik
5. Mencakup panggul yang sempit, fetus yang tumbuhnya terlampau
terlalu besar/adanya ketidakseimbangan relativ antara ukuran bayi dan
ukuran fetus.
6. Herpes virus tipe II (genetalia)
7. Riwayat sectio sesarea klasik
8. Diabetes (kadang-kadang)
9. Presentasi bokong (kadang-kadang) (mal presentasi) dan malnutrisi
10. Abnormalitas ini dapat menyebabkan perlunya SC. Pada bayi yang
dalam posisi normal dapat dilahirkan pervaginam
11. Penyakit atau kelainan yang berat pada janin, seperti eritroblastosis
atau retardasi pertumbuhan yang nyata.
Sectio Sesarea emergensi dilakukan untuk :
1. Induksi persalinan yang gagal
2. Kegagalan dalam kemajuan persalinan
3. Dalam kelompok ini termasuk dalam keadaan disproporsi, neoplasma,
kontraksi uterus yang tidak efektif, pelvis yang jelek, bayi yang besar
dan refleksi kepala bayi
4. Penyakit fetal atau maternal
5. Diabetes atau pre-eklamasia berat
6. Persalinan macet
7. Prolapsus tuniklili
8. Pendarahan hebat dalam persalinan
9. Tipe tertentu malpresentasi janin dalam persalinan.
C. Patofisiologi
Pre eklamasi dan hipertensi, distosia serviks, partus tak maju, partus
lama, rujukan, rupture uteri mengancam, plasenta previa sentralis atau
interalis (posterion), panggul sempit disproporsi sefalo-pelviks dan
malpresentasi janin adalah merupakan indikasi dari sectio sesarea.
4
Setelah SC terjadilah luka insisi ini kmungkinan akan mengalami risiko
infeksi jika tidak mendapatkan perawatan, sehingga menimbulkan masalah
risiko infeksi. Luka insisi juga menyebabkan nyeri yang hebat karena terjadi
perlukaan pada jaringan tubuh, sehingga muncullah masalah nyeri akut.
SC akan banyak menyebabkan banyaknya pembuluh darah yang putus,
biasa juga memunculkan di kandung kemih dan juga akan menimbulkan
terjadinya atonia uteri yaitu suatu suatu keadaan uterus tidak dapat
berkontraksi dan terjadi pendarahan pada plasenta bed, dimana ketiga faktor
tersebut akan menimbulkan masalah kekurangan volume cairan.
Emboli paru yang merupakan komplikasi pada post SC terjadi akibat
benda asing udara, lemak, bekuan darah melayang-layang dalam darah. Jika
emboli ini menjalar kekanan jantung maka akan menyumbat arteri
pulmonal, sehingga jika terjadi sumbatan arteri pulmonal maka pulmo akan
kurang darah dan akan menyebabkan kelemahan otot-otot pernafasan
mengal;ami kelemahan, maka pola nafas akan terganggu, sehingga muncul
maslah gangguan pola nafas.
Efek anestesi akan menimbulkan gejala mual, pusing, kalau ini
berkelanjutan maka dapat mengganggu konsumsi makanan sehingga muncul
masalah risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Selain hal-hal diatas tindakan SC juga dapat menyebabkan suatu
komplikasi luka kandung kemih dan terasa keluhan rasa tidak enak
dikandung kemih dan juga akan menimbulkan suatu kemungkinan rupture
uteri spontan pada kehamilan berikutnya.
Dari tindakan SC, dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kekuatan
otot, sehingga wanita atau ibu yang mengalami SC dapat mengalami
keterbatasab dalam pegerakan dan muncullah masalah keperawatan
kerusakan mobilitas fisik.
D. Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas (ringan), atau sedang, yang bisa berupa peritonitis, sepsis.
5
2. Pendarahan : pendarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Kaji ulang prinsip perawatan pasca bedah
2. Jika masih terdapat pendarahan :
1. Lakukan massage uterus
2. Beri oksitosin 10 unit
3. Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan IV (garam
fisiologik/ringer laktat) 60 tetes per menit, ergometsin 0,2 mg IM
dan protaglandin.
3. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotik kombinasi sampai pasien
bebas demam selama 48 jam :
1. Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
2. Ditambah gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
3. Ditambah metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
4. Beri analgesik jika perlu.
F. Jenis-Jenis Sectio Sesarea
1. Bedah Caesar klasik/corporal
2. Bedah Caesar transperitoneal profunda
3. Bedah Caesar ekstraperitoneal
Yang paling banyak dilakukan saat ini adalah SC transperitoneal profunda
dengan insisi dari segemen bawah uterus.
Keunggulan dari SC transperitoneal profunda :
1. Pendarahan luka insisi tidak terlalu banyak
2. Bahaya peritonitis tidak terlalu besar
3. Parut pada uterus paad umumnya kuat, sehingga bahaya terjadi ruptur
uteri di kemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas segmen
6
bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus
uteri sehingga luka dapat lebih sempurna.
G. Persentasi Bokong.
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
yang terendah (presentasi bokong) (Mansjoer, Arif. 2004). Yang disebut
letak sungsang ialah jika janin letaknya memanjang di dalam rahim dengan
kepala sebelah atas dan bokong sebelah bawah, belum atau sudah masuk ke
dalam pintu atas panggul.
Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang
memiliki risiko. Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu.
Prevalensi dari presentasi bokong kira-kira 15% pada usia kehamilan 30
minggu dan 3% pada saat matur. Diantara beberapa faktor predisposisi yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya presentasi bokong adalah
multigravida dan panggul sempit. Malpresentasi dapat mengakibatkan
timbulnya penyebab kematian perinatal termasuk diantaranya adalah
kelainan presentasi bokong, kejadian hipoksia dan trauma lahir pada
perinatal sering ditemui pada kasus persalinan dengan malpresentasi yaitu
pada presentasi bokong. Kematian perinatal langsung yang disebabkan
karena persalinan presentasi bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi
kepala.3 Sebab kematian perinatal pada persalinan presentasi bokong yang
terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang
sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak.
Trauma lahir pada presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha
untuk mempercepat persalinan dengna tindakan-tindakan untuk mengatasi
macetnya persalinan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak
presentasi bokong, diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka
kejadian presbo jika dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian
terbanyak adalah pada ibu dengan multigravida dibanding pada
primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu maka angka
kejadian presbo terbanyak adalah pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi
kepala janin yang tidak baik pada PAP.
Pada penatalaksanaan kasus presentasi bokong dapat dilaksanakan
Jenis-jenis persalinan presentasi bokong dengan kategori :
7
1. Persalinan spontan
Biasanya ditolong dengan cara Bracht, pada primigravida selalu
didahului dengan episiotomi. Janin lahir secara spontan dengan tenaga
ibu.2
2. Ekstraksi partial (manual aid)
Ekstraksi partial dikerjakan ketika timbul indikasi bahwa persalinan
spontan tidak akan terjadi atau memang cara ini yang dipilih untuk
menolong persalinan.2 Bayi dilahirkan dengan tenaga ibu sampai pusat,
kemudian dari pusat sampai kepala dilakukan oleh penolong. Pada
keadaan normal cara ini dianggap sebagai cara persalinan pervaginam
pada presentasi bokong yang terbaik.
3. Ekstraksi total
Seluruh tubuh janin dilahirkan sepenuhnya oleh penolong. Cara ini
dilakukan hanya bila terjadi fetal distress atau ada indikasi untuk
menolong persalinan dengan ekstraksi total.
4. Seksio sesaria
Janin dilahirkan perabdominal, SC pada presentasi bokong relatif lebih
aman dibanding persalinan pervaginam. Resiko terjadinya trauma lahir
lebih rendah dibanding persalinan pervaginam. Sedangkan resiko fetal
asfiksia relatif tetap.
Keterampilan seorang penolong sangat mempengaruhi hasil persalinan.
Tidak jarang kasus kematian bayi yang disebabkan oleh tindakan
penolong yang tidak sesuai dengan protokol persalinan.
H. Gestasional Hipertensi
Diagnosis hipertensi gestasional adalah ditegakkan bila hipertensi tanpa
proteinuria pertama kali terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu atau
dalam waktu 48 – 72 jam pasca persalinan dan hilang setelah 12 minggu
pasca persalinan. Hipertensi merupakan problema yang paling sering terjadi
pada kehamilan. Bahkan,kelainan hipertensi pada kehamilan beresiko
terhadap kematian janin dan ibu. Karena itu,deteksi dini terhadap hipertensi
8
pada ibu hamil diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan
menganggu kehidupan serta kesehatan janin di dalam rahim.
Sehubungan dengan timbulnya hipertensi yang unik dan sulit diterangkan
sebab-sebabnya dalam kehamilan,maka toxemia gravidarum disebut
prequency induced hypertension (PIH). Namun demikian istilah PIH masih
mengandung aspek kenaikan tekanan darah, sehingga terminologi diubah
menjadi hipertensi gestasional (gestasional hipertension).
Meskipun sebab utama dari hipertensi dalam kehamilan belum jelas,
tampaknya terjadi reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di
mana janin dianggap sebagai hostile tissue graff reaction dimana “Reaksi
penolakan imunologik dapat menimbulkan gangguan yang lebih banyak pada
tubuh wanita hamil dibanding akibat tingginya tekanan darah, yaitu
perubahan kimia total pada reaksi yang tidakdapat diadaptasi yang dapat
menyebabkan kejang dan kematian pada wanita hamil.
I. Primigravidarum tua
Primigravida tua adalah usia lebi dari 35 tahun pada kehamilan pertama
(Mansjoer, Arif. 2004).
Persalinan primi tua adalah proses persalinan yang pertama kali dialami
oleh wanita yang berusia lebih dari 35 tahun.
Primi tua ialah seorang yang pertama kali hamil pada usia 35 tahun/lebih,
ada kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cerviks
yang kaku atau inertia uteri (kelemahan his).
Persalinan di usia ini mempunyai resiko karena :
1. Insiden kelainan fetus pada bayi meningkat.
2. Infertilitas yang lampau sering dan waktu yang tersedia untuk
kehamilan yang akan datang terbatas.
3. Kecenderungan untuk melahirkan secara secsio caesaria karena alasan
menghindari gawat janin yang bisa berakhir menjadi kematian janin.
4. Masalah-masalah dengan Diabetus Mellitus dan Hipertensi.
5. Persalinan yang lebih sulit dan lama. (kehamilan diatas 30 tahun)
9
Penyulit lain pada primitua adalah hipertensi, myoma uteri, dan ischemia
rahim yang dapat menyebabkan hypoksia janin.
J. Kehamilan aterm
Kehamilan adalah suatu proses mata rantai yang berkesinambungan
terdiri dari ovulasi (pelepasan ovum) terjadi migrasi spermatozoa dan ovum.
Terjadinya konsepsi dan pertumbuhan zigot berimplantasi di dalam uterus,
yang kemudian terjadi pembentukan plasenta dan tumbuh kembang dari
hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2003).
Istilah-istilah yang berkaitan dengan periode kehamilan adalah:
1. Aterm: janin dikatakan cukup bulan apabila usia kehamilannya
mencapai 38-42 minggu
2. Prematur/preterm: janin dengan usia kehamilan kurang dari 38
minggu
3. Postmatur/postterm: janin dengan usia kehamilan lebih dari 42
minggu
4. Perinatal: periode dimulai pada usia kehamilan 22 minggu dengan
berat janin 500 gram hingga 7 hari setelah bayi dilahirkan
5.Masa nifas: periode segera setelah kelahiran bayi hingga 40 hari (6
minggu) dimana tubuh ibu kembali ke kondisi sebelum hamil
Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu
dan ini merupakan periode dimana terjadi persalinan normal (Rustam
Mochtar, 2003).
Kehamilan aterm adalah janin dikatakan cukup bulan apabila usia
kehamilannya mencapai 38-42 minggu (Mansjoer, Arif. 2004)
K. Perubahan Fisiologis dalam Masa Nifas
1. Perubahan dalam Sistem Reproduksi
1. Perubahan dalam uterus (involusi uterus)
2. Involusi tempat plasenta
3. Pengeluaran Lochea
4. Perubahan pada perineum, vulva dan vagina
10
2. Laktasi/Pengeluaran Air Susu Ibu
Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi
perkembangan alveolus dan ductus lactiferus dari dalam mamae dan juga
merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon
estrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan kadar hormon
prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
3. Perubahan Sistem Pencernaan
Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam
atau 2 jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas
awal karena kekurangan bahn makanan selama persalinan dan
pengendalian pada fase defekasi.
4. Perubahan Sistem Perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering
mengalami kesukaran dalam buang air kecil, karena :
a. Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun blader penuh
b. Uretra tersumbat karena pertukaran/udema pada dindingnya akibat
tertekan oleh kepala bayi
c. Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring
5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan
sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena
meregang selama kehamilan. Perut menggatung sering dijumpai pada
multipara.
6. Perubahan Sistem Endokrin
Kadar hormon-hormon plasenta, hormon laktogen dan HCG turun
dengan sepat dalam 2 hari. Hormon laktogen sudah tidak terdeteksi lagi.
Kadar estrogen dan progesteron dalam serum, turun dengan cepat dalam
3 hari pertama masa nifas. Diantara wanita menyusui, kadar prolaktin
meningkat setelah bayi disusui.
7. Perubahan Tanda-Tanda Vital
11
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,2 0C. Setelah partus dapat
naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38 0C sesudah 12
jam pertama melahirkan. Bila >38 0C, mungkin ada infeksi. Nadi dapat
terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada
pendarahan berlebih atau vitum korelis pada pendarahan. Pada beberapa
kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa
pengobatan.
8. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam
tempo dua minggu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah
melahirkan peningkatan faktor pembekuan yang terjadi selama
kehamilan masih menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktivitas
fibrinolitik.
9. Perubahan Sistem Hematologik
Leukositosis terjadi yaitu sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama
persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000-30.000 tanpa menjadi
patologis jika wanita mengalami persalinan yang lama/panjang. Hb/HCI
dan eritrosit jumlahnya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10. Perubahan Psikologis Post Partum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan
gejala-gejala depresi ringan sampai berat.
11. Proses involusi uteri
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus, setelah persalinan
ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setalah 6
minggu persalinan, serviks menutup.
12. Proses penyembuhan luka
Proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
1. Fase inflamasi (0-3 hari)
Jaringan yg rusak dan sel yang mati melepaskan histamin dan
mediator lain, sehingga dapat menyebabkan faese dilatasi dari
12
pembuluh darah sekeliling yang masih utuh serta meningkatnya
penyediaan darah ke daerah tersebut, sehingga menyebabkan merah
dan hangat. Permeabilitas kapiler darah meningkat dan cairan yang
kaya akan protein mengalir ke interstisial menyebabkan odema local.
2. Fase Destruksi ( 1-6 hari)
Pembersihan terhaap jaringan mati atau mengalami devitalisasi
dan bakteri oleh polimorf dam makrofag.Polimorf menalan dan
menghancurkan bakteri.Tingkat aktivitas polimorf yang tinggi
hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa
keberadaan sel tersebut.
3. Fase Ploriferasi (3-24 Hari)
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jarring-jaring
untuk sel-sel yang bermigrasi.Fibroblas melakukan sintesis polagen
dan mukopolisakarida.
4. Fase Maturasi ( 23- 365 hari)
Dalam setiap cedar yang mengakibarkan hilangnya kulit, sel
epitel padapinggir luka dan sisa-sisa folikel membelah dan mulai
bermigrasi diatas jringan granulasi baru.
L. Tanda-tanda Bahaya Post Partum
1. Pengeluaran/pendarahan vagina yang hebat/tiba-tiba bertambah banyak
2. Pengeluaran vagina baunya menusuk
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati atau masalah penglihatan
5. Pembengkakan di wajah/tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di kaki
10. Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri
sendiri
11. Merasa sangat letih/nafas terengah-engah
13
M. Perawatan post partum
Perawatan post partum dimulai sejak kala uri, dengan menghindarkan
adanya kemungkinan pendarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi
jalan lahir, luka episiotomi atau SC, lakukan penjahitan dan perawatan luka
dengan baik. Penolong harus waspada sekurang-kurangnya 1 jam post
partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya pendarahan post partum.
Delapan jam post partum, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah
pendarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau
ke kiri untuk mencegah trombosis.
Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari
seterusnya, dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup
kalori, protein, cairan dan banyak buah-buahan. Miksi harus secepatnya
dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri, sebaiknya
dilakukan kateterisasi.
Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi dan
timbul komprestasi hingga fekal timbul rectum mungkin akan terjadi febris.
Bila hal ini terjadi, dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os. Bila
pasien mengeluh adanya muler, dapat diberi analgetik atau sedatif agar dapat
istirahat.
Perawatan mamae harus dilakukan sejak kehamilan, areola dicuci
secara teratur agar tetap bersih dan lemas. Setelah bersih barulah bayi
disusui.
14
N. Pathway
Preeklamsi dan hipertensi, distosia serviks, partus tak maju, partus lama,
rupture uretri mengancam, plasenta previa sentralis/lateralis (posterior),
panggul sempit dan janin besar.
15
Section saesarea
Penurunan kekuatan otot
Luka insisi
Banyak pembuluh darah yang
terputus
Emboli paru
Efek anestesi
Keterbatasan dalam
pergerakan
Risiko infeksi
Pendarahan post SC
Menjalar kekanan paru Pusing,
mual, muntah
Kerusakan mobilitas fisik
Nyeri akut
HipermetabolismeMenyumbat
arteri pulmonal Risiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuhKehilangan
cairan Kelemahan otot
pernapasan
Kekurangan volume cairan
BAB III
TINJAUAN KASUS PADA KLIEN POST SC
Nama pemeriksa : Nurse D1Waktu pengkajian : 06-03-2012, Pukul 21.00 WIBRuang : Melati 1
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
No. Rekam Medis : 727710
Nama : Ny. W
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Gamelan, ceporan gantiwarnoklaten
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa medis : SC a/i Presbo, GH, Primitua, Hamil aterm
Identitas Suami :
Nama : Tn. T
Usia : 33 tahun
Alamat : Gamelan, ceporan gantiwarnoklaten
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
2. Status Kesehatan saat ini
a. Alasan masuk RS : pasien G1P0A0 dengan usia kehamilan 38+1minggu
dirujuk oleh bidan dengan persentase presbo belum kencang-kencang.
16
Pola nafas tidak efektif
b. Keluhan utama saat ini: Klien mengeluh nyeri pada luka operasi di
perut
c. Riwayat kesehatan sekarang : Klien masuk diruang Melati I, pada
tanggal 06-03-2012 dengan keluhan presbo, GH, Primitua, Hamil aterm
klien mengatakan mengalami HT sejak usia kehamilan 7 bulan, dan
keluhan klien saat ini nyeri pada daerah perut, nyerinya seperti diiris-
iris, skala nyeri 6 dan hilang timbul, nyerinya bertambah jika bergerak
dan berkurang bila beristirahat. Dari pemeriksaan fisik klein tampak
lemah, klien tampak menahan nyeri, klien tampak melindungi daerah
yang nyeri, klien tampak takut untuk miring kanan dan miring kiri.
Tanda vital TD 140/90 mmHg, SB 36o C, N80 x/mnt, teraba lemah,
irama reguler dan RR: 24 x/mnt
d. Riwayat kesehatan dahulu : Klien mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit seperti DM,Jantung, Asthma, Alergi.
e. Riwayat kesehatan keluarga : Klien mengatakan ayahnya
memiliki riwayat HT dan ibunya memiliki riwayat penyakit jantung.
3. Riwayat Obsteri-gynecology
a. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan menarche pada usia 13 tahun dengan siklus
haid teratur 28 hari, lamanya5 hari. Klien mengatakan dalam
sehari biasanya mengganti pembalut 2-3 kali pembalut
perhari.HPHT 12-6-2011, HPL 19 -03-2012, selama klien hamil,
klien mengalami mual muntah saja, dan rajin memeriksakan
kehamilannya di bidan,ibu sudah mendapat imunisasi TT 2x
selama hamil.
2) Riwayat Persalinan : G1P0A0
Anak Ke- Kehamilan Persalinan Anak
No UsiaUsia
kehamilan
Penyuli
tJenis
Penolo
ngGender BB
17
1Hamil
sekarang39 minggu
Presbo,
HTSC Dokter P 2000gr
Genogam:
Keterangan
: Klien Ny. W : Garis keturunan
: Pria : Garis pernikahan
: Meninggal
b. Riwayat keluarga berencana
Klien mengatakan kehamilannya di rencanakan sudah 2 tahun, tetapi
sekarang baru hamil anak yang pertama dan belum pernah
melaksanakan program KB.
c. Riwayat lingkungan
Klien mengatakan kondisi rumahnya sangat kondusif tinggal di
lingkungan kampung yang menurut pengakuan klien tergolong bersih,
dan sudah ada sistem pembuangan sampah yang baik, tidak ada pabrik
di sekitar rumah klien yang dapat menimbulkan polusi.
d. Aspek psikososial
18
Klien Ny. S 29 th dengan Post SC
Persepsi klien mengenai kehamilannya adalah suatu yang
membahagiakan karena atas kelahiran anak pertama dengan selamat.
Persepsi klien tentang penyakit yang dialaminya adalah suatu hal yang
wajar dari proses persalinan dan saat sekarang belum berdapatsi
dengan kehadiran bayinya, karena Klien mengatakan ini adalah anak
pertama. Klien mengatakan tidak mengetahui cara menyusui yang
benar, klien juga mengatakan tidak tahu tentang ASI Eksklusif. Klien
tampak bertanya-tanya tentang cara pengeluaran ASI, cara menyusui
yang baik dan benar, cara melancarkan ASI
Klien juga tampak tidak bisa memperagakan cara menyusui yang baik
dan benar.
4. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola Nutrisi
Klien mengatakan sebelum sakit pola makan klien 5 kali dalam sehari,
makannya sering tapi sedikit, nafsu makan baik, jenis makanan yang
biasa dikonsumsi ibu adalah nasi, sayur, lauk pauk, susu terkadang
buah-buahan, klein mengakatakan tidak memiliki makanan yang
menjadi pantanagn atau alergi. Klien juga mengatakan selama sakit
klien tidak mengalami perubahan pola makan, nafsu makan klein baik,
tidak ada keluhan terhadap menu RS yang disediakan.
- Antropometri : Sebelum hamil klien mengatakan BB 48 kg,saat
hamil klien memiliki berat badan 63 Kg sebelum
melahirkan dan berat badan setelah melahirkan
tidak terkaji. Tinggi badan 156 cm.
- Biokimia : Hb klien 11,1 gr/dL, Albumin 3,8 gr/dl
- Clinic : Klien tampak gemuk, tampak pucat, tidak tampak
odema.
- Diit : Klien makan 3 kali per hari, dan dapat
menghabiskan porsi diit dari RS. Klien
mendapatkan diit TKTP.
b. Pola eliminasi
19
1) Bowel
Klien mengatakan sebelum sakit biasanya BAB 1x sehari,
konsistensi feses lembek, warna kuning, dengan bau khas
feses.Sesudah operasi klien mengatakan belum buang air besar.
2) Urine
Sebelum operasi klien biasanya BAK 5-6x perhari, warna urine
kuning dan tidak ada keluhan waktu BAK.
Sesudah operasi, klien menggunakan kateter volume urine klien per
hari ±1000cc perhari warna urine kuning bening, dengan jumlah
1000 cc per hari.
c. Pola personal hygiene
Sebelum sakit klien melakukan personal higyene 2x sehari tanpa
bantuan dengan menggunakan sabun, shampo, menggosok gigi dengan
menggunakan pasta gigi dan selama sakit klien mandi 1x sehari dibantu
oleh keluarga dan perawat karena ada luka post SC dan merasa nyeri,
sehingga klien tidak bebas bergerak saat mandi dan sering berkeringat.
Klien juga mengatakan tidak bisa mandi, makan, berganti pakaian dan
toileting sendiri,
d. Pola tidur – istirahat
Klien mengatakan sebelum sakit ia tidak mengalam gangguan tidur,
biasanya tidur 8 jam sehari dan kadang tidur siang 1 jam sehari. Selama
sakit, pasien mengeluh tidak dapat tidur dengan nyenyak dengan alasan
tidak terbiasa dengan suasana RS, dan karena nyeri pada luka post SC-
nya. Klien mengaku hanya dapat tidur sekitar 4-5 jam/hari.
e. Kenyamanan dan Nyeri
Klien merasa tidak nyaman yang disebabkan oleh nyerinya. Klien juga
nampak meringis menahan nyeri.
Pengkajian nyeri dilakukan berdasarkan format PQRST yang akan
dijabarkan sebagai berikut:
20
1) Profokative : Klien mengatakan nyeri bertambah jika terlalu
banyak bergerak
2) Palliative : Klien mengatakan nyeri berkurang jika tidur dan
istirahat.
3) Quality : Rasa nyeri yang dirasakan klien seperti rasa diiris-iris.
4) Region : Nyeri yang dirasakan pada daerah abdomen di area post
SC.
5) Scale : Dalam rentang nyeri 0-10, klien menyatakan skala
nyerinya mencapai skala 6, yaitu dengan interpretasi nyeri dengan
rasa sedang.
6) Time : nyeri berlangsung hilang timbul belangsung 2-3 menit.
f. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit, klien beraktivitas sebagai ibu rumah tangga. Selama
sakit, klien tidak dapat melakukan kegiatan rumah tangga karena harus
beristirahat untuk pemulihan. Saat di RS dan setelah dilakukan operasi
SC klien juga nampak lemah dan kesulitan bergerak. Klien mengatakan
susah bergerak karena merasa nyeri di area operasi. klien Terpasang
infuse, ADLs dibantu keluarga dan perawat, ketidakmampaun klien
melakukan ADL sendiri karena nyeri, pemenuhan kebutuhan ADL
(makan, mandi, toileting, berpakaian) klien dibantu keluarga dan
perawat, klien terpasang kateter, dan pempers
g. Pola kebiasaan yang mempengaruhi
Klien tidak memiliki kebiasaan buruk yang mempengaruhi kondisi
klien seperti minum minuman keras, merokok, jamu dan tidak
ketergantungan obat atau kebiasaan buruk lainnya.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : keadaan umum klien lemah Kesadaran : Compos
mentis (CM)GCS : M 6, V5, E4. Jumlah: 15
b. Pemeriksaan tanda vital
TD : 150/100 mmHg T : 37o C
Nadi : 82 x/mnt, teraba lemah, irama reguler. RR: 18 x/mnt
21
c. Kepala
Bentuk kepala messochepal. Tidak ada keluhan nyeri. Tidak teraba
benjolan. Ekspresi klien nampak meringis menahan nyeri.
Mata : Pelpebra tidak edema, konjungtiva ananemis, sclera anikterus,
pupil isokor, dengan diameter 3 mm.
Hidung: Tidak ada reaksi alergi, tidak ada sinusitis
Mulut : Gigi klien nampak lengkap, tidak menggunkan gigi palsu, tidak
terdapat caries gigi dan tidak terdapat stomatitis.
Leher :Tidak ada kesulitan menelan, tidak nampak peningkatan JVP,
tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
d. Thorax
Bentuk dada normal.
1) Payudara
Inspeksi: Mammae membesar, hiperpigmentasi pada areola. Puting
menonjol, kolostrum belum keluar, payudara tampak bersih
Palpasi : tidak ada bendungan asi, tidak ada tumor
2) Pulmo
I : Gerakan naik turun dada saat respirasi nampak simetris.
Tidak nampak penggunaan otot bantu pernapasan.
P : Fremitus taktil teraba simetris/seimbang.
P : Terdengar bunyi sonor di sepanjang lapang pulmo dextra.
Terdengar bunyi redup di Ics 3 – 5 sinistra di sekitar papilla
mamae.
A : Terdengar bunyi vesicular di semua lapang paru.
3) Cardio
I : Ictus cordis tidak nampak
P : Getaran ictus cordis teraba di Ic 5 sinistra, 2 jari lateral linea
mid-clavicula
P : Batas jantung di sepanjang Ic 3 – 5 sinistra, di sekitar papilla
mamae
A : Terdengar bunyi SI dan SII dari katup jantung.
22
e. Abdomen
I : Nampak linea nigra dan striae gravidarum. Nampak verban yang
membungkus luka post SC ±15cm. Kondisi luka belum kering
tidak ada rembesan.
A : Bising usus terdengar 20x/menit
P : Tinggi fundus uteri klien 2 jari di bawah umbilicus, kontraksi
uterus klien baik, terdapat nyeri tekan karena terdapat luka post
SC
P : Perkusi abdomen thympani
f. Sirkulasi jantung
Nadi klien 82 kali/menit, irama regular, tidak terdapat kelainan bunyi
jantung
g. Genito-urinari
Klien mengatakan masih keluar darah dari genital. Warnanya merah
kehitaman. Klien mengatakan mengganti pembalut 2 kali per
hari.Lochea rubra, konsistensi cair dan tidak berbau.Tidak tampak
oedema pada labia mayora.
h. Lokhea: Rubra berwarna merah segar bercampur gumpalan darah segar
banyaknya ±100cc
i. Perineum
Kondisi perineum klien utuh, karena klien dengan post SC. Vagina
klien tampak kotor dan tidak terdapat pembesaran hemoroid pada
rectum klien
j. Ekstremitas
1) Atas
Klien dapat melakukan ROM aktif dengan tonus otot 5 di mana
tangan kanan dan kir melawan gravitasi. Capillary refill
menunjukkan kembali dalam 2 detik. Kulit nampak bersih dan
tidak ada benjolan, akral teraba hangat dan tidak ada edema tangan
kiri terpasang infuse RL 20 tpm.
2) Bawah
23
Klien dapat melakukan ROM akif dengan tonus otot 5 di mana
klien dapat bergerak fleksi ekstensi melawan gravitasi. Capillary
refill menunjukkan kembali dalam 2 detik. Kulit nampak bersih,
akral teraba hangat dan tidak ada edema
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Tgl/jam Jenis pemeriksaan Nilai normal Hasil Interpretasi06-03-12 Darah lengkap:
Hemoglobin Lekosit Hematokrit Trombosit
11,5-15,6gr/dL4000-11.000/µL
34-40 vol%150.000-400.000/
mmk
12,3 gr/dL14,7 /µL35,6%
425.000/mmk
Menurun MeningkatMenurun Normal
7. Terapi medis yang sudah diberikan
Tanggal 08 – 03- 2012
Infuse RL 20 tpm
Cefotaxime 2x 1 gr per 12 jam
Ketorolac 3x 30 mg per 8 jam
24
KEPERAWATAN MATRNITASPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
ANALISA DATA
Nama : Ny. W No.RM : 727710
Umur : 38 tahun Diagnosa Medis : SC a/i Presbo, GH,
Primitua
Ruang Rawat : Melati I Alamat : Gamelan, Ceporan, Gantiwarno
Klaten.
Tgl/jam Data Fokus Etiologi Problem08/03/2012
09.00
Ds: Klien mengatakan nyeri bertambah jika terlalu banyak bergerak. Klien mengatakan nyeri berkurang jika tidur dan istirahat. Rasa nyeri yang dirasakan klien seperti rasa diiris-iris. Nyeri yang dirasakan pada daerah abdomen di area post SC. Scale : dalam rentang nyeri 0-10, klien menyatakan skala nyerinya mencapai skala 6, yaitu dengan interpretasi nyeri dengan rasa sedang. nyeri berlangsung hilang timbul sekitar 2-3 menit.
Do: - Keadaan umum klien tampak lemah- Klien tampak meringis menahan nyeri,- Klien tampak melindungi daerah yang
nyeri,- Prilaku klien tampak berhati-hati untuk
Agen Injuri Fisik (Pembedahan)
Nyeri Akut
25
miring kanan dan miring kiri- Tanda vital TD 140/90 mmHg, SB 36o C,
N80 x/mnt, teraba lemah, irama reguler dan RR: 24 x/mnt
08/03/2012
09.10
Ds: Klien Klien mengatakan masih nyeri di luka operasi
Do: - Terdapat verban yang membungkus luka ±
15 cm post SC di abdomen. - Verban tampak kotor Luka operasi belum
kering, tidak ada rembesan.- Nampak luka operasi di abdomen klien ±
15 cm- Terpasang kateter.- Keluarnya lochea rubra- Leukosit 14,7/µL- Suhu 36o C
Penurunan
pertahan
primer
Resiko
infeksi
08/03/2012 Ds :
Klien mengatakan susah bergerak karena merasa nyeri di area operasi. Klien mengatakan tidak bisa mandi, makan, berganti pakaian dan toileting sendiri.Do :
- Klien tampak lemah- Terpasang infus- ADLs dibantu keluarga dan perawat- Ketidakmampaun klien melakukan ADL
sendiri karena nyeri- Pemenuhan kebutuhan ADL (makan,
mandi, toileting, berpakaian) klien dibantu keluarga dan perawat
- Klien Terpasang kateter, dan pempers
Nyeri Deficit self care
09/03/2012 Ds :Klien mengatakan ini adalah anak pertama.
Kurang
informasi
Defisit
knowledge
26
Klien mengatakan tidak mengetahui cara menyusui yang benar, klien juga mengatakan tidak tahu tentang ASI EksklusifDo:
- Klien tampak bertanya-tanya tentang cara pengeluaran ASI, cara menyusui yang baik dan benar, cara melancarkan ASI
- Klien juga tampak tidak bisa memperagakan cara menyusui yang baik dan benar.
(Nutrisi,
KB,
menyusui)
Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
2. Deficit self care b.d nyeri
3. Deficit knowledge (nutrisi, KB, menyusui) b.d kurang informasi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahan primer
27
28
KEPERAWATAN MATERNITASPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
RENCANA TINDAKAN
Nama : Ny. W No.RM : 727710
Umur : 38 tahun Diagnosa Medis : SC a/i Presbo, GH, Primitua
Ruang Rawat : Melati I Alamat : Gamelan, Ceporan, Gantiwarno Klaten.
No. Dx keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional TTD
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, nyeri klien dapat berkrang, NOC:
Pain Level Pain control Comfort Level
Kriteria Hasil :1. Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi ntuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Skala nyeri 0 – 3
NIC :Pian Management :1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi(nafas dalam)
5. Tingkatkan istirahat
1. Mengetahui status nyeri dapat membantu mengetahui seberapa jauh keberhasilan tdan kebutuhan terapi.
2. Mengetahui status nyeri dapat membantu mengetahui seberapa jauh keberhasilan tdan kebutuhan terapi.
3. Lingkungan di sekitar pasien dapat mempengaruhi respon klien terhadap nyeri.
4. Teknik relaksasi dapat mereduksi nyeri
5. Istirahat dapat memberikan rasa rileks pada klien
DI
29
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Analgesik Administration :1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis, dosis, danfrekuensi
3. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
4. Evaluasi efektifitas analgesic, tanda dan gejala
1. Menghindari kesalahan dalam pemberian obat
2. Analgesik dapat mengatasi nyeri langsung pada aksi sentralnya.
3. Identifikasi keefektifan pemberian analgesic terhadap nyeri klien
2. Deficit self care b.d kelemahan fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu melakukan ADLs secara mandiriNOC :
Self care : Aktivity of Daily Living
Activity Tolenrance
Kriteria Hasil :
1. Klien terbebas dari bau badan
2. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakkan ADLs
3. Dapat melakukan ADLs tanpa
Self care assistance : ADLs1. Kaji kemampuan klien
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileiting dan makan
3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secarah utuh untuk melakukan self care
4. Anjurkan, latih dan libatkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan klien sehari-hari
5. Menganjurkan klien untuk mring kanan dan miring kiri
6. Latih klien untuk mandiri jika memungkinkan.
1. Memberik an bantuan untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan
2. Untuk mempermudah klien dalam membantu
3. Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
4. Dalam melatihkembali jalan saraf,meningkatkan respons proprioseptik dan motorik
5. Dapat meningkatkan mobilisasi secara bertahap
6. Meningkatkansirkulasi, dan mengetahui tingkat kemampaun klien
DI
30
bantuan
3. Deficit knowledge (tentang nutrisi ibu nifas dan post SC, KB imolant dan tentang cara penyimpanan ASI) b.d kurang paparan terhadap sumber informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pengetahuan ibu tentang kesehatan ibu dan anak meningkat denga kriteria hasil :
1. Ibu mengatakan tahu tentang nutrisi ibu nifas dan post SC
2. Ibu dapat menjelaskan tentang waktu pemasangan KB, keuntungan susuk, kontraindikasi susuk efek samping susuk
3. Ibumengetahui cara penyimpanan ASI yang benar dan aman
Teaching Individual :
1. Tentukan pengetahuan yang dibutuhkan
2. Observasi kemampuan dan kesiapan klien dalam menerima informasi
3. Kaji hambatan dalam pendidikan kesehatan
4. Tentukan keterampilan dan pengetahuan yang telah dimiliki
5. Tentukan pengetahuan klien tentang bahasa medis yang berhubungan dengan nutrisi ibu nifas dan post SC, KB dan ASI
6. Jelaskan tenatng nutrisi ibu nifas dan post SC, KB dan cara penyimpanan ASI
7. Evaluasi kemampuan klien menyerap informasi
8. Beri reinfoercement positif terhadap keberhasilan klien
1. Agar pend. Kesehatan yang diberikan sesuai sasaran
2. Pendidikan kesh. Harus diberikan pada kondisi klien yang adekuat
3. Agar pendidikan kesehatan berjalan lebih baik
4. Informasi baru di adopsi dengan pengalaman sebelumnya
5. Agar klien dapat menyerap penkes dengan baik
6. Untuk memberikan informasi kepada klien
7. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu di jelaskan ulang
8. Agar klien termotivasi untuk mengingat informasi yang di berikan.
DI
31
4 Resiko infeksi
berhubungan
dengan penurunan
pertahan primer
Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 3x24 jam diharapkan mampu mengontrol resiko infeksi dengan KH: 1. Klien bebas dari
tanda gejala infeksi2. mendiskripsikan
proses penularan penyakit, faktor yang mempengarhui penularannya serta penatalaksanaannya
3. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4. Menunujkan perilaku hidup sehat.
Infection control:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
2. bersihkan lingkungan setelah Dipakai pasien lain
3. Pertahankan teknik isolasi
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
5. Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat
6. Ajarkan cara menghindari infeksi
7. Ganti letak iv dan line central dressing sesuai dengan petunjuk
8. Berkolaborasi dengan dokter dalam pembarian terapih antibotik
1. Memantau kondisi dasr dari kemungkinan terjadinya infeksi
2. Mencegah penluran pathogen
3. Menjaga pajanan dari luar
4. Mencegah terjadinay infeksi
5. Meminimalkan terjadi penularan mikroorganisme
6. Menigkatkan pengewtahuan guna pencegahan infeksi
7. Meminimalkan terjadinya resiko infeksi
8. Mencegah terjadinya infeksi
DI
32