bab ii landasan teori dan pengajuan hipotesis...

33
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR 1. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk belajar dikelas agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudiaan hari. Sebagian besar waktu tang tersedia harus digunakan oleh anak didik untuk belajar; tidak mesti ketika di sekolah, di rumahpun harus ada waktu yang disediakan untuk kepentingan belajar .Tiada hari tanpa belajar adalah ungkapkan yang tepat bagi anak didik. Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika mereka dapat belajar dengan wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun, sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh anak didik tertentu. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tingkat tertentu memang ada yang anak didik yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik. 1 Dari sinilah diperlukan adanya diagnosis untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa serta untuk mencari pemecahannya. Apa sebenarnya diagnosis kesulitan belajar itu? untuk itu akan dibahas satu persatu dalam bab ini. a. Pengertian Diagnosis Diagnosis merupakan istilah teknis (terminologi) yang kita adopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen, sebagaimana dikutip oleh Abin Syamsuddin Makmun dalam bukunya Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, diagnosis dapat diartikan sebagai: 1 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2002), hlm. 199. 16

Upload: buidung

Post on 01-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

1. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar

Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk

belajar dikelas agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di

kemudiaan hari. Sebagian besar waktu tang tersedia harus digunakan oleh

anak didik untuk belajar; tidak mesti ketika di sekolah, di rumahpun harus

ada waktu yang disediakan untuk kepentingan belajar .Tiada hari tanpa

belajar adalah ungkapkan yang tepat bagi anak didik.

Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik

jika mereka dapat belajar dengan wajar, terhindar dari berbagai ancaman,

hambatan, dan gangguan. Namun, sayangnya ancaman, hambatan, dan

gangguan dialami oleh anak didik tertentu. Sehingga mereka mengalami

kesulitan dalam belajar. Pada tingkat tertentu memang ada yang anak didik

yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang

lain sangat diperlukan oleh anak didik.1

Dari sinilah diperlukan adanya diagnosis untuk mengetahui

kesulitan belajar yang dihadapi siswa serta untuk mencari pemecahannya.

Apa sebenarnya diagnosis kesulitan belajar itu? untuk itu akan

dibahas satu persatu dalam bab ini.

a. Pengertian Diagnosis

Diagnosis merupakan istilah teknis (terminologi) yang kita

adopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen,

sebagaimana dikutip oleh Abin Syamsuddin Makmun dalam bukunya

Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul,

diagnosis dapat diartikan sebagai:

1 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2002), hlm. 199.

16

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

17

1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit

(weaknees, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui

pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya

(symptons).

2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk

menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan

sebagainya yang esensial;

3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang

seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.

Dari ketiga pengertian tersebut di atas, dapat kita maklum bahwa

di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tersimpul pula konsep

prognosisnya. Dengan demikian, di dalam pekerjaan diagnosis bukan

hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar

belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga

mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan (predicting)

kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.2

b. Belajar

Menurut Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.3

Menurut Arno F. Wittig dalam bukunya Psychology Of Learning

mengatakan bahwa learning is defined as a relatively permanent

change in behavior that occurs as a result of experience.4 (Belajar

didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang permanen,

sebagai hasil dari pengalaman).

2 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran

Modul, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 5, hlm. 307. 3 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka

Cipta, 2003), hlm. 2. 4 Arno F. Wittig, Psychology Of Learning, (New York: McGraw-Hill, 1981), hlm. 127.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

18

Menurut W.S. Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental,

yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman

,keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif

konstan dan berbekas.5

Sedangkan belajar menurut Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz

Abdul Majid dalam bukunya Al Tarbiyah Waturuqu al Tadris :

تعلم ابقة فيحدث فيها تغييرا هو تغ ال رة س ى خب رء عل تعلم يطل ر فى ذهن الم يي

6...جديدا(Belajar adalah suatu perubahan pada diri seseorang yang belajar

karena pengalaman lama, kemudian dengan pengalaman tadi terjadi perubahan baru).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan belajar adalah

suatu perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar yang

dihasilkan dari pengalaman dan latihan.

c. Kesulitan Belajar

Setelah mengetahui apa itu belajar, berikutnya adalah

mengetahui definisi dari kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan

terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability.7

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, kesulitan belajar adalah suatu

kondisi dimana siswa tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan

adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.8

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, kesulitan belajar

adalah suatu keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar

sebagaimana mestinya.9

5 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1991), hlm. 36. 6 Sholeh Abdul Majid dan Abdul Aziz Abdul Majid, At Tarbiyah Waturuqu al Tadris, Juz

I (Makkah: Darul Ma'arif, t.th.), hlm. 169. 7 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1999), hlm. 6. 8 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 201. 9 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),

Cet. 1, hlm. 74.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

19

d. Diagnosis Kesulitan Belajar

Dengan mengaitkan kedua pengertian dasar di atas, kita dapat

mendefenisikan diagnosis kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya

untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-

kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai

data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga

memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta

mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.10

2. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, internal, dan eksternal.

Penyebab pertama kesulitan belajar (learning disabilities) adalah faktor

internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis: sedangkan

penyebab utama problematika belajar (learning problems) adalah faktor

eksternal, yaitu antara lain tanpa strategi pembelajaran yang keliru,

pengolahan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar

anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak

tepat.11

a. Faktor internal

Faktor internal, adalah faktor yang timbul dari dalam anak itu

sendiri, baik fisik maupun mental. Seperti kesehatan, rasa aman,

kemampuan, minat dan lain sebagainya. Aspek-aspek tersebut sangat

besar pengaruhnya terhadap hasil tidaknya seorang dalam belajar,

faktor jenis ini, berwujud juga sebagai kebutuhan dari individu yang

bersangkutan.12

Faktor-faktor internal meliputi:

1. Faktor jasmaniah terdiri dari

a) Faktor kesehatan

10Abin Syamsuddin Makmun, Op. Cit., hlm. 309. 11 Mulyono Abdurrohman, Op. Cit. , hlm. 13. 12 Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990),,

hlm. 51.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

20

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya/bebas dari penyakit.13 Untuk dapat belajar

dengan baik, bisa berkonsentrasi dengan optimal, faktor

kesehatan perlu dipelihara dengan sebaik-baiknya.14

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang

baik atau kurang sempurna mengenai tubuh / badan. Dengan

keadaan seperti ini dapat mempengaruhi belajar siswa.15

2. Faktor psikologis

a) Intelegensi

Intelegensi adalah salah satu faktor penting yang ikut

menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang; terlebih-

lebih pada waktu anak masih sangat muda, intelegensi sangat

besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. 16

b) Perhatian

Untuk dapat belajar dengan baik, seseorang anak harus

ada perhatian terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya.

Apabila pelajaran yang disajikan tidak menarik maka timbullah

rasa bosan, malas untuk belajar, sehingga prestasi dalam

belajarnya menurun.17

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan belajar.

Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap bahan

pelajaran, jika yang dipelajari tidak sesuai maka siswa tidak

akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik

baginya. Sedangkan bahan pelajaran yang menarik minat

13 Slameto. Op. Cit. hlm. 54. 14 Ibid., hlm. 59. 15 Slameto. Op. Cit. hlm. 55. 16 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),

hlm, 122 . 17 Mahfudh Shalahuddin, Op. Cit. hlm. 61.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

21

siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat

menambah motivasi belajar.18

d) Bakat

Disamping intelegensi bakat merupakan faktor yang

besar pengaruhnya terhadap proses hasil belajar siswa. belajar

pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar

kemungkinan berhasilnya usaha itu.19

e) Motivasi

Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada

dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau

dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi.20

f) Kematangan

Kematangan adalah keseimbangan antara potensi-potensi

jasmaniah maupun rohaniyah. Agar dalam mengajarkan

sesuatu yang baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi

telah memungkinkan; potensi-potensi jasmani atau rohaninya

telah matang untuk itu. 21

g) Kesiapan

Adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi.

Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena

jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil

belajarnya akan lebih baik.22

18 Slameto, Op. Cit., hlm. 57. 19 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit. hlm, 162. 20 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1990),

Cet. 3. hlm, 39. 21 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 19997), hlm.

102. 22 Slameto, Op. Cit. hlm, 59.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

22

3. Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan

tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan

jasmani dan rohani (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh

dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan

terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di

dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-

bagian tertentu.

Kelelahan rohani; dapat dilihat dari kelesuan dan kebosanan,

sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah

yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi semua masalah

selalu sama/ konstan tanpa ada variasi.23

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri

seseorang yang berasal dari lingkungan mereka.24

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik.

Dalam lingkunganlah anak didik berinteraksi dalam rantai kehidupan

yang disebut ekosistem. Selama hidup anak didik tidak akan bisa

menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial

budaya. Interaksi dari dengan lingkungan yang berbeda ini selalu

terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik. Lingkungan mempunyai

pengaruh yang cukup signifikan terhadap belajar anak didik di

sekolah.25 Faktor eksternal ini dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu:

faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

23 Slameto, Op. Cit, 59 24 Mahfudh Shalahuddin, Op. Cit. hlm. 51. 25 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit. hlm. 142, 143.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

23

1. Faktor keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang primer

dan fundamental sifatnya . di situlah anak dibesarkan, memperoleh

penemuan awal dan belajar yang memungkinkan perkembangan

selanjutnya bagi dirinya. Dan di situ pula anak pertama-tama

memperoleh kesempatan menghayati pertemuan-pertemuan dengan

sesama manusia. Dan keluarga merupakan pusat ketenangan hidup

dan pangkalan (home base) yang paling vital.26

Faktor lingkungan keluarga ini meliputi:

a) Cara orang tua mendidik

Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu didorong dan

pengertian orang tua. Oleh karena itu cara orang tua mendidik

besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya karena keluarga

adalah lembaga pendidikan pertama dan utama.27 Dalam hal ini

maka pihak orang tua berkewajiban memberikan pengertian

dan dorongan, serta semaksimal mungkin membantu dalam

memecahkan masalah-masalah serta kesulitan-kesulitan yang

dihadapi anak dalam belajar di sekolah.28 Dengan demikian

peran orang tua sebagai pembimbing dan pendidik di dalam

keluarga memegang peranan penting untuk membantu

memecahkan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami anak.

b) Relasi antar anggota keluarga

Hubungan antar anggota keluarga yang kurang intim,

akan menimbulkan suasana yang kaku dan tegang dalam

keluarga, yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk

belajar. Oleh karena itu, suasana keluarga yang akrab,

26 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1996), hlm. 16. 27 Slameto, Op. Cit,. hlm. 60. 28 Mahfudh Shalahuddin, Op. Cit. hlm. 64.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

24

menyenangkan dan penuh rasa kasih sayang, akan memberikan

motivasi yang mendalam pada anak.29

c) Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai suatu atau

kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di

mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan

faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja.

Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan

memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana rumah

yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antar

anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak

menjadi bosan dirumah, suka keluar rumah, akibatnya

belajarnya kacau.

Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah

diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram.

d) Keadaan ekonomi keluarga

Dalam kegiatan belajar, seorang anak memerlukan

sarana-sarana atau fasilitas-fasilitas belajar. Dan fasilitas

belajar itu hanya dapat dipenuhi jika keluarga mempunyai

cukup uang.

Jika anak hidup dalam keluarga miskin/kurang mampu,

kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan

anak terganggu sehingga belajar anak juga terganggau. 30 Jika

keadaannya demikian anak perlu diberikan pengertian agar

anak mengetahui keadaan ekonomi keluarga sehingga anak

menyadari keadaan tersebut.

29 Ibid., hlm. 63. 30 Slameto, Op. Cit,. hlm. 63.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

25

e) Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua,

bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di

rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat,

orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya,

membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di

sekolah.31

f) Latar belakang Kebudayaan

Secara khusus, Kebudayaan dapat dipandang sebagai

semua cara hidup (way of life) yang dipelajari dan diharapkan,

yang sama-sama diikuti oleh para anggota dari suatu

kelompok masyarakat tertentu.32 Dan disetiap

kelompok/keluarga mempunyai kebiasaan dan tingkat

pendidikan yang berbeda yang akan mempengaruhi sikap anak

dalam belajar.33 Maka, kepada anak-anak hendaknya

ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong

semangat anak untuk belajar.34

2. Faktor sekolah

Lingkungan sekolah adalah lingkungan kedua setelah

lingkungan keluarga. Sekolah didirikan oleh masyarakat atau

negara untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah

tidak mampu lagi memberi bekal persiapan hidup berupa

pengajaran bagi anak-anaknya.35 Tapi dalam lingkungan sekolah

banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap belajar

siswa, yang mencakup:

a) Metode mengajar

31 Ibid., hlm. 64. 32 Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional. t.th). hlm. 375-

376. 33 Slameto, Loc. Cit. 34 Mahfudh Shalahuddin, Loc. Cit. 35 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Remaja

Rosdakarya, 1995), hlm. 123,124.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

26

Banyak metode belajar-mengajar yang dikenal guru.

Akan tetapi, bagaimana menggunakan suatu metode dengan

pendekatan keterampilan agar dapat menunjang siswa belajar

aktif masih menjadi problem.36 Oleh karena itu pemilihan

metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar

siswa yang tidak baik pula. Seperti halnya guru kurang

persiapan dalam dan kurang menguasai bahan pelajaran

sehingga guru menyajikannya tidak jelas, atau penggunaan

metode mengajar yang monoton atau tidak bervariasi akan

membuat siswa menjadi jenuh, cepat bosan, mengantuk, pasif

dan hanya mencatat saja. Agar siswa dapat belajar dengan baik,

maka metode mengajar harus diusahakan yang tepat, efisien,

variatif dan seefektif mungkin.37

b) Kurikulum

Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus

ditempuh/diselesaikan anak didik untuk memperoleh Ijazah.

Tujuan dari kurikulum adalah agar anak didik menguasai mata

pelajaran38. Kurikulum yang kurang baik seperti kurikulum

yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa tentunya akan

berpengaruh tidak baik terhadap belajarnya.39

c.) Relasi guru dengan siswa

Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, banyak

dipengaruhi komponen-komponen belajar mengajar.

Diantaranya yaitu hubungan guru dengan siswa. Hubungan

guru dengan siswa di dalam proses belajar mengajar

merupakan faktor yang sangat menentukan, karena

bagaimanapun bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun

36 Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Pengembangan Watak Bangsa,

(Jakarta: RajaGrafindo, 2005), hlm. 185. 37 Slameto, Op. Cit., hlm. 65. 38 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Bandung: Sinar

Baru, 1991),hlm. 4. 39 Slameto, Op. Cit., hlm. 65-66.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

27

sempurnanya metode yang dipergunakan, namun jika

hubungan guru dan siswa merupakan hubungan yang tidak

harmonis, maka dapat menciptakan suatu keluaran yang tidak

diinginkan.40 Begitu juga sebaliknya jika hubungan guru dan

siswa merupakan hubungan yang harmonis maka dalam proses

penyampaian pelajaran dapat dioptimalkan. Dengan demikian

proses belajar mengajar akan dapat efektif jika terbina suatu

hubungan serta komunikasi yang baik dan harmonis antara

guru dan murid, proses ini adalah mata rantai yang

menghubungkan antara guru dan murid.41

g) Relasi siswa dengan siswa

Sebagaimana diketahui bahwa sebagian siswa

mempengaruhi sikap dan tingkah laku siswa lain di sekolah.

Oleh karena itu guru yang kurang bisa mendekati siswa dan

kurang bijaksana, maka tidak akan bisa mengetahui, bahwa di

dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat.

Jiwa bebas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing

individu tidak tampak.42

h) Disiplin sekolah

Kedisiplinan erat hubungannya dengan kerajinan siswa

dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah

mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan

melaksanakan tata tertib kedisiplinan pegawai/karyawan dalam

pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas,

gedung sekolah.43 Dengan menerapkan kedsiplinan didalam

sekolah, maka akan menciptakan kondisi belajar yang

40 Sardiman A.M., Op. Cit., hlm. 144. 41 Thomas Gordon, Guru Yang Efektif, Cara Mengatasi Kesulitan Dalam Kelas, terj..

Mudjito, (Rajawali Press: Jakarta,1990), hlm. 3. 42 Mahfudh Shalahuddin, Op. Cit. hlm. 64. 43 Slameto, Op. Cit., hlm. 67.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

28

kondusif. Dengan terciptanya suasana yang kondusif di dalam

sekolah maka proses belajar akan lancar.

i) Media pendidikan

Memang sebuah kenyataan, bahwa pada saat sekarang,

dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka

memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak

dalam jumlah yang besar pula, seperti: buku-buku di

perpustakaan, laboratorium, atau media-media lainnya.44

j) Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar

mengajar, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore, atau malam

hari. Waktu sekolah juga dapat mempengaruhi balajar siswa.

Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di siang hari atau

sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Di

mana siswa harus beristirahat tetapi terpaksa masuk sekolah,

sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk

dan sebagainya. Kesulitan ini disebabkan karena siswa sukar

berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badan yang lemah.

Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh

positif terhadap belajar.45

k) Standar pelajaran diatas ukuran

Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai

dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang terpenting

tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.46

l) Keadaan gedung

Suasana gedung sekolah yang kurang menyenangkan.

Misalnya suasana bising, karena letak sekolah berdekatan

dengan jalan raya, tempat lalu lintas hilir mudik, berdekatan

dengan rumah penduduk, dekat pasar, bengkel, pabrik, dan

44 Mahfudh Shalahuddin, Op. Cit. hlm. 65. 45 Slameto, Op. Cit., hlm. 68. 46 Ibid., hlm. 69.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

29

lain-lain, sehingga anak sukar berkonsentrasi dalam belajar.47

Begitu juga dengan banyaknya siswa yang luar biasa

jumlahnya, keadaan sekolah pada dewasa ini terpaksa kurang.48

Hal ini juga akan mengganggu konsentrasi belajar siswa.

m) Metode belajar

Cara belajar siswa sedikit banyak akan mempengaruhi

terhadap hasil belajarnya, karena cara belajar yang benar,

seperti siswa yang belajar teratur setiap hari dan terprogram

tentunya akan berdampak positif pada hasil belajarnya, begitu

juga sebaliknya cara belajar yang salah akan berdampak buruk.

n) Tugas rumah

Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping

untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan

lain-lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi

tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak

mempunyai lagi untuk kegiatan yang lain.49

3. Faktor Masyarakat

Jika keluarga adalah komunitas masyarakat terkecil, maka

masyarakat adalah komunitas masyarakat dalam kehidupan sosial

yang terbesar50 Lingkungan masyarakat memberi pengaruh kepada

siswa karena keberadaannya dalam lingkungan ini. Faktor-

faktornya antara lain:

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Di samping belajar, siswa juga mempunyai kegiatan-

kegiatan lain di luar sekolah, misalnya dalam kegiatan karang

taruna, bimbingan belajar, les piano, menari, olah raga dan lain

sebagainya. Apabila masalah-masalah tersebut dilakukan

47 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 206. 48 Mahfudh Shalahuddin, Loc. Cit. 49 Slameto, Loc. Cit. 50 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 209.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

30

dengan berlebih-lebihan maka, jelas akan menghambat dalam

kegiatan belajar. Maka dari itu orang tua perlu memperhatikan

kegiatan-kegiatan anak-anaknya, supaya jangan hanyut ke

dalam kegiatan yang tidak menunjang belajarnya.51

b) Mass media

Yang termasuk mass media adalah bioskop, radio, TV,

surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain.

Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat.

Mass media yang baik memberi mempengaruhi yang

baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya

mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa.

Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan

dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan

pendidik, baik dalam keluarga sekolah dan masyarakat.

c) Teman bergaul

Pengaruh teman bergaul siswa memang lebih cepat

masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul

yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu

juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti akan

mempengaruhi yang bersifat buruk juga. 52

d) Bentuk kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat yang berada disekitar rumah di

mana anak itu berada, adalah mempunyai pengaruh yang besar

terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika

seandainya siswa berada di lingkungan yang rajin belajar,

secara otomatis anak akan terpengaruh dan anakpun akan

belajar dengan rajin. Sebaliknya, jika anak hidup dalam

lingkungan yang setiap malam hanya bermain dadu, disko,

51 Mahfudh Shalahuddin, Op. Cit., hlm. 67. 52 Slameto, Op. Cit., hlm. 70, 71.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

31

maka anak-anak itu pun akan cepat sekali terpengaruh

olehnya.53

3. Cara Mengenal Siswa Yang Mengalami Kesulitan Belajar

Siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa yang tidak

dapat belajar secara wajar, disebabkan karena adanya beberapa faktor

sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Dari faktor-faktor tersebut

sehingga dapat diketahui gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain,

guru, ataupun orang tua.

Beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar anak

didik dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut:

a. Menujukkkan prestasi belajar rendah, di bawah rata-rata nilai yang

dicapai oleh kelompok siswa dikelas.

b. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang

dilakukan . padahal anak didik sudah berusaha belajar dengan keras,

tetapi nilainya selalu rendah.

c. Siswa Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu

tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal. Misalnya

mengerjakan soal dalam waktu lama baru selesai.

d. Anak didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak

acuh, berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung dan sebagainya.

e. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya

ditunjukkan kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya anak didik

menjadi pemurung, pemarah, selalu bingung, selalu sedih, kurang

gembira, atau mengasingkan diri dari kawan-kawannya.

f. Anak didik yang Tergolong mempunyai IQ tinggi, yang secara

potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi

kenyataannya mereka mendapatkan prestasi yang rendah.

53 Mahfudh Shalahuddin, Loc. Cit.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

32

g. Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk

sebagian besar mata pelajaran. Tetapi di lain waktu prestasi belajarnya

menurun gratis.54

Burton sebagaimana dikutip oleh Abin Syamsuddin Makmun dalam

bukunya Psikologi Kependidikan memberikan ciri-ciri kesulitan belajar

sebagai berikut:

a. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran yang tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh guru (criterium referenced). Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia angka nilai batas (passing grade, grade-standard -basis) ini adalah angka 6 atau 60 atau C (60% dari tingkat ukuran yang diharapkan atau ideal).

b. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan tingkat kemampuannya: intelegensi, bakat). Ia diramalkan akan (predicted) akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya.

c. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya (his organismic pattern) pada masa perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-referenced).

d. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya.55

4. Diagnostik Sebagai Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar

Tidak banyak siswa yang suka atau mengetahui kegagalan yang

dialaminya. Namun tak dapat dipungkiri, bahwa banyak sekali siswa yang

mengalami kesulitan belajar itu, seperti tidak lulus ujian, mendapat angka

yang buruk dan lain-lain. 56

54 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 212-213. 55 Abin Syamsuddin Makmun, Op. Cit., hlm. 307-308. 56 Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito,

1990), Edisi Ketiga, hlm. 127.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

33

Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa diabaikan

dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya

dan mencari pemecahannya.57

Pemecahan kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara

melakukan diagnosis. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya

prosedur yang terdiri dari atas langkah-langkah tertentu yang

diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang

dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai "diagnostik" kesulitan

belajar.58

Memang pada kenyataannya tes diagnostik kesulitan belajar kurang

sekali diperhatikan sekolah. Lewat tes itu akan dapat diketahui letak

kelemahan seorang siswa. Jika kelemahan sudah ditemukan, maka guru

atau pembimbing sebaiknya mengetahui hal-hal apa saja yang harus

dilakukan guna menolong siswa tersebut.59

Prosedur Diagnosis

Prosedur diagnostik banyak sekali model dan caranya,

diantaranya yaitu prosedur Weener dan Senf yang dikutip oleh

Wardani dan dikutip lagi oleh Muhibbin Syah dalam bukunya

Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, sebagai berikut::

a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.

b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.

c. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.

d. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.

e. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.60

57 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 215. 58 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004), Cet. 10, hlm. 174. 59 Syarif Hidayat, " Tes Diagnostik Atasi Siswa Sulit Belajar", http://www.pikiran-

rakyat.com/cetak/0604/14/0310.htm, hlm. 2. 60 Muhibbin Syah, Op. Cit.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

34

Selain itu, menurut Mulyono Abdurrahman dalam Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, setidaknya ada tujuh prosedur yang harus dilalui dalam melakukan diagnosis, yaitu: (1) identifikasi, (2) Menentukan prioritas, (3) Menentukan potensi, (4) Penguasaan bidang studi yang perlu diremidiasi, (5) Menentukan gejala kesulitan, (6) analisis berbagai faktor yang terkait dan (7) Menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial.61

Berikut akan dijelaskan seperti berikut ini.

a. Identifikasi

Sekolah yang ingin ,menyelenggarakan program pengajaran

remedial yang sistematis hendaknya melakukan identifikasi untuk

menentukan anak-anak yang memerlukan atau berpotensi

memerlukan pelayanan pelajaran remedial. Pelaksanaan

identifikasi dapat dilakukan dengan memperhatikan laporan guru

kelas atau sekolah sebelumnya, hasil tes intelegensi, atau melalui

instrumen informal, misalnya dalam bentuk observasi, tes hasil

belajar, tes identifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar.

Berdasarkan informasi tersebut, sekolah dapat memperkirakan

berapa jumlah anak yang memerlukan pelayanan pengajaran

remedial.

b. Menentukan prioritas

Tidak semua anak yang oleh sekolah dinyatakan sebagai

Berkesulitan belajar memerlukan pelayanan khusus oleh guru

remedial, lebih-lebih jika guru remedial masih sangat terbatas.

Oleh karena itu sekolah perlu menentukan prioritas anak mana

yang diperkirakan dapat diberi pelayanan pengajaran remedial oleh

guru kelas atau guru bidang studi. Anak-anak yang Berkesulitan

belajar yang Tergolong berat mungkin yang perlu memperoleh

prioritas utama untuk memperoleh pelayanan pengajaran remedial.

61 Mulyono Abdurrahman, Op. Cit., hlm. 21.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

35

c. Menentukan potensi

Potensi yang dimiliki anak pastilah berbeda-beda. Biasanya

potensi anak didasarkan pada tes intelegensi. Oleh karena itu

setelah identifikasi anak berkesulitan belajar dilakukan, maka

untuk menentukan potensi anak diperlukan tes intelegensi. 62 Selain

daripada itu untuk menentukan potensi anak dapat dilakukan

dengan meneliti pekerjaan rumah, meneliti tugas kelompok, dan

melakukan tes prestasi/hasil belajar.63 Salah satu dari tes ini dapat

digunakan untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh anak.

d. Penguasaan bidang studi yang perlu diremidiasi

Berdasarkan analisis yang dilakukan tadi, guru diharapkan

dapat menentukan bidang studi tertentu yang dianggap bermasalah

dan memerlukan pengajaran remediasi.64

Salah satu karakteristik yang anak yang berkesulitan belajar

adalah prestasi belajar yang rendah yang dengan hasil nilai yang

berada dibawah rata-rata (mean).65 Dan dari identifikasi ini guru

dapat menentukan bidang studi serta anak mana yang sedang

mengalami kesulitan belajar.

e. Menentukan gejala kesulitan

Pada langkah ini guru remedial perlu melakukan observasi

dan analisis cara belajar anak. Cara anak mempelajari suatu bidang

studi sering dapat memberikan informasi diagnostik tentang

sumber penyebab yang orisinil dari suatu kesulitan.

f. Analisis berbagai faktor yang terkait

Pada langkah ini guru remedial melakukan analisis terhadap

hasil belajar-hasil pemeriksaan ahli-ahli lain seperti dokter,

konselor, dan pekerja sosial. Berdasarkan dari analisis tersebut

guru remedial dapat menggunakannya sebagai landasan dalam

62 Ibid., hlm. 21-22. 63 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 216. 64 Muhibbin Syah, Op. Cit., hlm. 176. 65 Mulyono Abdurrahman, Op. Cit., hlm. 22.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

36

menentukan strategi belajar pengajaran remedial yang efektif dan

efisien.66

g. Menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial

Setidaknya ada tiga langkah yang harus dilakukan untuk

menyusun rekomendasi pengajaran remedial, yaitu:

a) Prognosis

Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan

program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus

diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari

kesulitan belajar.

Adapun tahapan-tahapan dalam prognosis adalah sebagai

berikut: 67

1) Who :

2) What :

3) When :

4) Where :

5) Which :

6) How :

Siapakah yang memberikan bantuan

kepada anak? Siapakah yang harus

mendapat bantuan?

Materi apa yang diperlukan? Alat

bantu apa yang harus dipersiapkan?

Pendekatan dan metode apa yang

digunakan dalam memberikan

bantuan kepada anak?

Kapan pemberian itu diberikan

kepada anak?

Di mana pemberian itu dilaksanakan?

Anak didik mana yang diprioritaskan

mendapatkan bantuan lebih dahulu?

Bagaimana pemberian bantuan itu

dilaksanakan? Dengan cara

pendekatan individual ataukah

pendekatan kelompok? Bentuk

66 Ibid., hlm. 22-23. 67 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 218-219.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

37

treatmen yang bagaimana yang

mungkin diberikan kepada anak?

b) Treatment (perlakuan)

Perlakuan di sini maksudnya adalah bantuan kepada

anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar)

sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosa

tersebut. Bentuk treatmen yang mungkin dapat diberikan,

adalah:

• Melalui bimbingan belajar kelompok,

• Melalui bimbingan belajar individual

• Melalui pengajaran remedial dalam bidang studi tertentu,

• Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-

masalah psikologis,

• Melalui bimbingan orang tua, dan pengatasan kasus

sampingan yang mungkin ada.

Siapa yang memberikan treatment, tergantung kepada

garapan yang harus dilaksanakan. Kalau yang harus diatasi

terlebih dahulu itu ternyata penyembahan penyakit kanker yang

diderita oleh anak, maka sudah barang tentu seorang dokterlah

yang berwenang menanganinya.

Sebaliknya kalau bentuk treatmennya adalah

memberikan pengajaran remedial dalam bidang studi

Pendidikan Agama Islam (PAI), maka guru PAI-lah yang lebih

tepat untuk melaksanakan treatment tersebut, dan sebaliknya.68

c) Evaluasi

Evaluasi di sini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya

ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran

masalah kesulitan belajar, atau gagal sama sekali.69

68 Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono, Op. Cit., hlm. 94. 69 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 220.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

38

Alat yang digunakan untuk Evaluasi ini dapat berupa tes

prestasi belajar.

Kalau ternyata treatment yang diterapkan tersebut tidak

berhasil, maka perlu ada pengecekan ke belakang faktor-faktor

apa yang mungkin mejadi penyebab kegagalan treatment

tersebut.70

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal

37 ayat (1) ditegaskan bahwa isi kurikulum pendidilan dasar dan

menengah wajib memuat, antara lain pendidikan agama.71 Dan dalam

pasal 30 ayat 2 menjelaskan bahwa pendidikan keagamaan berfungsi

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami

dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu

agama.72

Dalam menjelaskan pengertian pendidikan agama Islam (PAI),

terlebih dahulu dikemukakan pengertian pendidikan. Pendidikan menurut

Noeng Muhajir, yang dikutip oleh Muntholi’ah adalah upaya terprogram

dari pendidik secara pribadi untuk membantu subyek berkembang ke

tingkat yang normatif lebih baik, yang normatif bukan hanya tujuan tetapi

juga cara/jalannya.73

Sedangkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun

2003, Bab I, pasal 1 ayat (1), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

70 Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono, Op. cit., hlm. 95. 71 ………, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

(Jogjakarta: Media Wacana, 2003), hlm. 27. 72 Ibid., hlm. 23. 73 Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunung Jati,

2002), Cet. 1, hlm. 17.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

39

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan

bangsa.74

Menurut Syaikh Mustafa al-Ghulayani mengatakan pendidikan

adalah:

اد اء اإلرش قيها بم ئين وس وس الناش ى نف لة ف الق الفاض رس االخ ي غ ربيه ه الت

ى صيحة حت نفس والن ات ال ن ملك ة م صبح ملك ر ت رتها الفاضيلة والخي ون ثم م تك ث

75. العمل لنفع الوطنوحب (“Pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa murid serta menyiraminya dengan petunjuk dan nasehat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan serta cinta bekerja yang berguna bagi tanah air”.)

Ada banyak sekali definisi tentang pendidikan agama Islam antara

lain, yaitu:

Menurut Abdul Rachman Saleh, pendidikan agama Islam adalah

usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik/murid agar kelak

setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-

ajaran Islam serta menjadikannya way of life (jalan kehidupan).76

Menurut Tayar Yusuf yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian

Andayani, dalam PAI Berbasis Kompetensi, mengartikan pendidikan

agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan

pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi

muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT.77

Sedangkan dalam kurikulum 2004, dijelaskan bahwa pendidikan

agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta

didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,

bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam

dari sumber utamanya kitab Al Qur'an dan Hadits, melalui kegiatan

74 ……., Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, OP. Cit., hlm. 9. 75 Musthafa al-Ghulayani, Idhah al-Nasihin, (Pekalongan: Rajamurah, 1953), hlm.175. 76 Abdul Rachman Saleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976),

hlm. 19-20. 77 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 204), hlm. 130.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

40

bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi

tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya

dengan kerukunan antar ummat beragama dalam masyarakat hingga

terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.78

2. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai dasar

yang kuat, yaitu dasar yuridis/hukum dan dasar religius.

a. Dasar yuridis/hukum

Dasar pelaksanaan pendidikan berasal dari perundang-undangan

yang secara tidak langsung menjadi pegangan dalam melaksanakan

pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal

tersebut, yaitu:

1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama:

Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD 45 dalam Bab XI pasal

29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: 1. Negara berdasarkan atas

Ketuhanan Yang Maha Esa; 2. Negara menjamin kemerdekaan

tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan

beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.79

3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap. MPR No.

IV/MPR/1973, yang menyatakan bahwa pendidikan agama

diajarkan sejak dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi

negeri.80 Yang kemudian dikokohkan dalam Tap. MPR No.

IV/MPR/1978, dan Ketetapan MPR No. II/MPR/1983, dan

diperkuat lagi oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No.

II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).81

78 Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah, Kurikulum 2004 SMP Mata

Pelajaran Agama Islam, (Jakarta: Depdiknas, 2003), hlm. 340. 79 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit., hlm. 132. 80 Abdul Rachman Saleh, Op. Cit., hlm. 21. 81 Abdul Majid dan Dian Andayani, Loc. Cit.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

41

Serta dalam UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Nasional, yaitu: Pasal 12, Ayat (1): a. setiap peserta didik pada

setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama

sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik

yang seagama.82

Dengan adanya dasar yuridis ini, maka eksistensi Pendidikan

Agama Islam (PAI) di sekolah telah sangat kokoh. Di samping

ketentuan hokum yang secara tegas menjamin dan mewajibkan adanya

PAI disetiap jalur dan jenjang pendidikan, pemerintah juga telah

sungguh-sungguh membantu pelaksanaan PAI di sekolah.83 Dan dengan

adanya UU sistem pendidikan nasional yang baru ini, pelaksanaan

pendidikan agama Islam harus dilaksanakan walaupun siswa itu belajar

di sekolah non Islam.

b. Dasar religius

Dasar religius antara lain yaitu:

1. Al Qur'an surat Al Mujadilah ayat 11

...ا تج ر د مل لعوا أت و أنيذ لأ و مكنوا من م آنيذ ل أ أ هللاعفري... Artinya : "Allah akan mengangkat orang-orang yang

beriman di antara kamu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat".84

82 ……., Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Op. Cit., hlm.15. 83 Chabib Thoha, dan Abdul Mu’ti, “PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar

Mengajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah: Sebuah Pengantar”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), Cet. 1, hlm. xiv.

84 Depag RI, Al Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2001), Cet 10, hlm. 434.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

42

2. Al Qur'an surat Ali Imran ayat 104

نكم أ ... تكن م وف رعمال ب ونرأميوير ى ألخ ل إ ونع دي ةم ول

...ركن ألمن عنوهنيو

Artinya : "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar".85

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Ma'ruf Musthafa Zurayq mengatakan bahwa "Agama adalah spirit

bagi manusia. Guru seharusnya bisa menanamkan spirit agama dalam diri

anak. Agama harus menjadi sumber inspirasi bagi anak dalam menapaki

kehidupan dunia ini".86 Pesan ini setidaknya mampu menjabarkan fungsi

dari pendidikan agama Islam, agar spirit dari agama itu mampu merasuk

dalam diri peserta didik.

Fungsi pendidikan agama Islam di sekolah adalah:

a. Pengembangan

Yaitu, pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT

seta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah

dilakukan dalam lingkungan keluarga.87 Dengan demikian sekolah

berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak

melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan

ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan

tingkat perkembangannya.

b. Penanaman nilai

Yaitu, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan dunia dan

akhirat.88

85Ibid., hlm. 50. 86 Ma'ruf Musthafa Zurayq, Sukses Mendidik Anak, terj. Badruddin, (Jakarta: Serambi,

2003), hlm. 88. 87 Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah, Loc. Cit. 88 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit., hlm. 134.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

43

c. Penyesuaian mental

Yaitu, penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan

sosial melalui pendidikan agama Islam.89

d. Perbaikan

Yaitu, untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-

kekurangan dan kelemahan-kelemahan peseta didik dalam keyakinan,

pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan

Yaitu, untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari

budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran

Yaitu, pengajaran ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam

nyata dan non-nyata), sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran

Yaitu, untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di

bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat dimanfaatkan untuk

dirinya dan bagi orang lain.90

4. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

a. Tujuan pendidikan agama Islam

Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam

pendidikan, sebagaimana ungkapkan Breiter yang dikutip oleh Abdul

Majid dan Dian Andayani, "pendidikan adalah persoalan tujuan dan

fokus. Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar

mempengaruhi perkembangan anak sebagaimana seseorang secara

utuh".91 Dengan adanya tujuan maka arah kemana pendidikan akan

dibawa menjadi jelas.

89 Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah, Loc. Cit. 90 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit., hlm. 134-135. 91 Ibid., hlm. 136.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

44

Secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman

peseta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia yang

muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta

berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

Sedangkan dalam kurikulum PAI SMP dijelaskan bahwa, tujuan

pendidikan agama Islam adalah untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan

pengetahuan, penghayatan, pengamalan, seta pengalaman peserta

didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang

terus berkembang dalam hal keimanan dan ketaqwaannya kepada

Allah SWT seta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat

melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.92

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak

ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama

Islam, yaitu:

1) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam

2) Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan

peserta didik terhadap ajaran Islam

3) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan

peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam

4) Dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang

telah diimani, dipahami, dan dihayati atau diinternalisasikan oleh

peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya

untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran dan nilai-

nilainya dalam kehidupan sehari-hari. .93

92 Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah, Loc. Cit. 93 Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),

Cet. 3, hlm. 78.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

45

Dari tujuan serta dimensi-dimensi pendidikan agama Islam

tersebut di atas dapat diketahui bahwa, pendidikan agama Islam

mengacu pada penanaman nilai-nilai dan tidak dibenarkan melupakan

etika sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai

keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi peserta didik yang

kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat

kelak.94

b. Ruang lingkup pendidikan agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian,

keselarasan dan keseimbangan antara:

• Hubungan manusia dengan Allah SWT

• Hubungan manusia dengan sesame manusia, dan

• Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan

lingkungan.95

Adapun ruang lingkup bahan/materi pelajaran pendidikan agama

Islam SMU/Aliyah, pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu:

al-Qur’an-Hadis, keimanan, syariah, ibadah, muamalah, akhlak, dan

tarikh (sejarah Islam).96 Tapi pada kurikulum 2004 ini, materi

pelajaran dikelompokkan menjadi lima unsur pokok, yaitu: Al-Quran,

Keimanan. Akhlak, fiqh/ibadah, dan tarikh.97

C. Kajian Penelitian Yang Relevan

Sepengetahuan penulis, penelitian ini merupakan penelitian yang

pertama tentang diagnosis kesulitan belajar. Akan tetapi peneliti menemukan

penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu

penelitian skripsi Pahing Muslih, yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN

MINAT BELAJAR SISWA KELAS V YANG BERPRESTASI RENDAH PADA

94 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit. hlm. 136 95 Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Loc. Cit. 96 Muhaimin, et. al., Op. Cit., hlm. 79. 97 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op. Cit. hlm. 155.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

46

MATA PELAJARAN PAI (STUDI TINDAKAN PADA SISWA KELAS V SD

NEGERI GAJI 01 KEC. TEGOWANU, KAB. GROBOGAN)”.

Dalam penelitian yang dilakukan Pahing Muslih, beliau melakukan

perbaikan dan pemecahan masalah minat belajar siswa dengan melakukan

bimbingan belajar yang dilaksanakan setelah pulang sekolah selama dua

bulan.

Pada hasil akhir, dengan dilaksanakannya bimbingan belajar kepada

siswa-siswa yang memiliki minat belajar rendah terhadap mata pelajaran PAI

terdapat perubahan yang berarti dengan meningkatnya minat belajar siswa

pada mata pelajaran PAI.

Dengan berhasilnya Pahing Muslih dalam meningkatkan minat belajar

PAI maka berhasil pula penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan.98

Dari penelitian yang dilakukan oleh Pahing Muslih di atas, nantinya

akan penulis gunakan sebagai sandaran teoritis dan komparasi dalam

mengupas berbagai masalah penelitian yang peneliti lakukan.

D. Hipotesis Tindakan

1. Hipotesis

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan berhasilnya

upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata

pelajaran PAI di kelas III SMU Unggulan Pondok Pesantren Nurul Islami

Wonolopo Mijen Semarang, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar

PAI.

2. Tindakan Penelitian

a. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa di SMU Unggulan

Pondok Pesantren Nurul Islami Wonolopo Mijen Semarang.

98 Pahing Muslih, “Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas V Yang Berprestasi

Rendah Pada Mata Pelajaran PAI (Studi Tindakan Pada Siswa Kelas V SD Negeri Gaji 01 Kec. Tegowanu, Kab. Grobogan)”, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005).

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

47

b. Faktor yang Diteliti

Kesulitan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

dapat digolongkan menjadi empat macam, seperti yang dikemukakan

oleh Oemar Hamalik dalam bukunya , Metode Belajar dan Kesulitan-

Kesulitan Belajar yaitu:99 (1) faktor-faktor yang bersumber dari diri

sendiri, (2) faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah, (3)

faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga dan (4) faktor-

faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat. Keempat faktor

inilah yang akan menjadi indikator-indikator dalam penelitian ini.

a. Faktor-faktor yang bersumber dari diri siswa, terdiri dari:

1) Tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas

2) Kurangnya minat terhadap bahan pelajaran

3) Kesehatan yang sering terganggu.

4) Kebiasaan belajar.

b. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah. terdiri dari:

1) Cara memberikan pelajaran

2) Kurangnya bahan-bahan bacaan

3) Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan.

4) Penyelenggaraan pengajaran terlalu padat.

c. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga, terdiri

dari:

1) Masalah kemampuan ekonomi.

2) Masalah broken home.

3) Rindu kampung.

4) Bertamu dan menerima tamu.

5) Kurangnya kontrol orang tua.

d. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat. terdiri

dari:

1) Gangguan dari jenis kelamin lain.

2) Bekerja disamping belajar di sekolah.

99 Oemar Hamalik, Op. Cit., hlm. 17.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua, bila anak

48

3) Aktif berorganisasi.

4) Tidak dapat mengatur waktu.

5) Tidak mempunyai teman belajar.

3. Rencana Tindakan

Adapun rencana kegiatan yang dilakukan dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah sebagai berikut:

• Membuat lembar observasi tentang bagaimana upaya untuk mengatasi

kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran PAI.

• Secara bersama-sama guru dan peneliti melakukan kolaborasi

membuat perencanaan pengajaran yang membangkitkan keterampilan

intelektual siswa.

• Mendesain apakah upaya-upaya yang telah dilakukan ada

signifikansinya terhadap Peningkatan prestasi belajar.

4. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan upaya-

upaya yang telah ditempuh dalam meningkatkan prestasi belajar pada

siswa yang Berkesulitan belajar. Adapun perencanaan ini adalah memakai

empat tahap:

• Merencanakan

• Melakukan Tindakan

• Observasi

• Merefleksi

5. Observasi

Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan

penelitian tindakan ini dengan menggunakan lembar observasi yang telah

dipersiapkan.

6. Refleksi

Hasil yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis.

Dari hasil observasi guru dapat merefleksi diri tentang kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan.