fakultas ushuluddin institut agama islam negeri...

93
i METODE DAN CORAK TAFSIR FAIDH AR-RAHMAN KARYA MUHAMMAD SHALEH IBN UMAR AS-SAMARANI (1820 – 1903 M) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadist (TH) Oleh : MISBAHUS SURUR NIM : 64211009 FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: nguyenkien

Post on 06-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

i

METODE DAN CORAK TAFSIR FAIDH AR-RAHMAN

KARYA MUHAMMAD SHALEH IBN UMAR AS-SAMARANI

(1820 – 1903 M)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratGuna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadist (TH)

Oleh :

MISBAHUS SURURNIM : 64211009

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

ii

Page 3: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

iii

Page 4: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

iv

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 15 Mei 2011

Deklalator

Misbahus Surur

Page 5: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

v

MOTTO

“Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan

yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.

(Qs. Al-A’raf 07:199)

بوميلنفونیكياڠتوانداملفیسن-فیسنبوتنربيیاالیلدداديایكولنحكمھيووتنبلیك,بوتنحكمةتنفاكؤ

اهللاوحدانیة

Ya tuhanku Engaku tidak akan mungkin menciptakan langit dan bumi

tanpa ada hikmahnya, tetapi semua ini pasti ada hikmahnya dan itu

menjadi tanda-tanda ke-Esa-an Mu.

(Tafsir Faidh ar-Rahman fi TarjamahTafsir Kalam Malik ad-Dayyan, Juz 2, hlm 306)

Page 6: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

vi

ABSTRAKSI

MISBAHUS SURUR, (NIM: 064211009), penelitian tentang “Metodedan Corak Tafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-DayyanKarya Muhammad Shaleh Darat”. Fakultas Ushuluddin IAIN WalisongoSemarang 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mengkaji bentuk(pendekatan), metode dan corak penafsiran Muhammad Shaleh Darat dalamTafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan dan untukmengetahui dan menemukan kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalamTafsir Faidh al-Rahman serta mencari sebab-sebab yang melatar-belakangipenulisan Tafsir Faidh al-Rahman tersebut oleh Muhammad Shaleh Darat.

Ada beberapa alasan mengapa penulis mengangkat Tafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan dan metode dan corakpenafsiran Muhammad Shaleh Darat. Alasan Pertama, Kitab tafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah Kalam Malik ad-Dayyan dalam uraiannya menggunakancorak al-Isyari. Alasan kedua ialah, Muhammad Shaleh Darat dalam menafsirkanayat-ayat al-Qur’an menggunakan huruf pegon agar bisa dipahami olehmasyarakat pada saat itu. Alasan Ketiga ialah, Dalam sejarah pesantren,Muhammad Shaleh Darat disebut sebagai “Delegator Pesantren”. Karena dia tidakpernah ikut membesarkan pesantren orang tuanya, sebagaimana mafhumnya anakkiai, dia justru lebih memilih berdikari untuk memajukan pesantren orang lain danmembuat pesantren sendiri,

Kajian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library research) yangsasarannya adalah metode dan corak penafsiran Muhammad Shaleh Darat dalamTafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan.

Sumber data penelitian ini bersumber dari dua data; primer dan sekunder,sumber primernya adalah. Tafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir KalamMalik ad-Dayyan, Sedangkan sumber sekunder yang digunakan adalah buku-bukuyang terkait dengan Muhammad Shaleh Darat dan ilmu-ilmu yang terkait dalamberbagai disiplin ilmu khususnya Ilmu Tafsir. Metode Pengumpulan Data adalahdengan menggunakan metode dokumentasi, penelitian ini bersifat kualitatifberupa penelitian kepustakaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian iniakan disesuaikan dengan objek permasalahan yang dikaji. Sebagaimana tersebutdi atas, objek penelitian yang dikaji dalam tulisan ini, berupa pemikiran makaobjek penelitian tersebut dianalisis dengan mengunakan analisis deskriptif yangmeliputi dua jenis pendekatan. Pendekatan analisis isi (content analysis) danPendekatan Sosio-Historis.

Dalam Tafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan, Muhammad Shaleh Darat mengambil berbagai penjelasan yangbersumber dari para mufassir terdahulu. Muhammad Shaleh Darat menggunakanmetode ijmali dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Dan corak yang digunakanMuhammad Shaleh Darat dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah corak fiqih dancorak tasawuf.

Page 7: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

vii

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan keinsyafan selaku hamba, anak, insan

akademis yang memikul berbagai tanggungjawab dalam mengarungi proses

keindahan, maka karya sangat kecil ini senantiasa penulis persembahkan kepada

semua orang yang telah melukis hidupku dengan "Cinta" mewarnainya dengan

"Do'a" dan membingkainya dengan "Kasih Sayang" teristimewa untuk:

Almarhum Bapak ku Muhammad Ihsan dan Nyai Rodiyah tercintayang telah memberiku kasih sayang dan memberiku pemahamantentang makna kehidupan dalam alam fana ini.

Ibuku..…Seringkali keringat yang engkau cucurkan aku balas dengankenakalan….Keikhlasan yang engkau berikan sering aku balas dengan kedustaan.….

Para-para Masyayeh dan semua guru-guru Islam ku yang telahmenuntunku dalam memahami arti Islam secara kaffah dan semogaselalu dan terus membimbingku dalam jalan yang di ridhoi AllahSWT….

Kakak-kakak ku tersayang yang selalu memberikan support baik darisegi moril dan materiil

Rekan-rekan se-perjuangan di Fakultas Ushuluddin angkatan 2006jurusan Tafsir Hadits.Thanks For All.

Buat sahabat terdekatku. Kalian lah yang tak bosan bosannyamemberikan dorongan dan juga kebersamaan kita. takkan pernahpenulis lupakan.

Fakultas (Ushuluddin)ku tercinta, semoga karya ini menjadi bukticintaku kepadamu dan bukan menjadi lambang perpisahan engkau danaku.

Page 8: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa syukrulillah senantiasa penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT atas selesainya penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga

selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Penulis hendak

menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya dan setinggi-tingginya

kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya

2. Bapak, Ibu, semua kakak-kakak ku serta keluarga dan saudara tercinta

yang telah mencurahkan semua kasih sayang dan pengorbanan serta berkat

do’anya, penulis dapat menyelesaikan tugas belajar sampai akhir yakni

dengan diperolehnya gelar sarjana.

3. Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A., selaku Rektor beserta civitas Akademika

IAIN Walisongo Semarang.

4. Yang Terhormat Bapak Dr. Nasihun Amin, M. A, selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, dan PD I, PD II, dan PD III

Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.

5. Kepala dan Sekretaris jurusan Tafsir dan Hadits Fakultas Ushuluddin

IAIN Walisongo Semarang.

6. Bapak Dr. H. Ghazali Munir, M.A, selaku pembimbing I, dan Bapak Moh.

Masrur , M. Ag, selaku pembimbing II, Penulis mengucapkan banyak

terima kasih atas semua saran, arahan, bimbingan, keikhlasan serta

kebijaksanaannya meluangkan waktu dalam membimbing penulis

melakukan penelitian ini.

7. Segenap Bapak dan Ibu pimpinan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan

Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang dan semua pihak yang telah

memberikan pelayanan Perpustakaan dengan baik.

8. Segenap Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh karyawan di lingkungan

Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.

9. Spesial untuk teman-teman yang ada dalam ruang pikiranku. Juga kepada

semua teman-teman seangkatanku (KMA 2006) terima kasih atas ruang

Page 9: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

ix

dan waktunya dalam menemaniku belajar. Teman-teman IAIN Walisongo

Semarang khususnya Fakultas Ushuluddin angkatan 2006. Semoga

persahabatan kita tak akan pernah putus. Teman-teman satu komplek.

10. Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Terima kasih atas semuanya.

Tidak ada yang dapat penulis berikan sebagai balas budi atas kebaikan,

kemudahan, bantuan serta dukungan selain ucapan do’a semoga Allah membalas

nya, Amien … jazakumullah khairul jaza’.

Meski telah berusaha bekerja secara maksimal, namun Penulis menyadari

bahwa masih banyak kelemahan yang terdapat dalam karya ini, baik secara

tekhnik penulisan maupun subtansi isinya. Semoga dibalik ketidak kesempurnaan

manusiawi penulis, karya ini mampu menjadi sesuatu yang berguna dan

bermanfaat bagi pembangunan keilmuan secara khusus dan bidang lainnya.

Semarang, 20 Mei 2011

Salam Hormat

Penulis

Page 10: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan ejaan Arab dalam Skripsi ini berpedoman pada keputusanMenteri Agama dan Menteri Departemen Pendidikan Republik Indonesia Nomor :158 Tahun 1987. dan 0543/U/1987. Tentang pedoman Transliterasi Arab-Latin,dengan beberapa modifikasi sebaga berikut :

A. Konsonan Tunggal

HurufArab Nama Huruf Latin Nama

أبتثجحخدذرزسشصضطظعغفق

alif

ba

ta

sa

jim

ha

kha

dal

zal

razai

sin

syin

saddad

ta

za

`ain

gain

fa

qaf

tidak di lambangkan

btsj

h

kh

d

zrzssy

shdtz_`

gfq

tidak di lambangkan

be

te

as (dengan titik diatas)

je

ha(dengan titik diatas)

ka dan ha

de

zet(dengan titik diatas)

er

zat

es

es dan ye

es dan hade (dengan titik diatas)

te(dengan titik diatas)

zet(dengan titik diatas)

koma terbalik diatas

ge

ef

ki

Page 11: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

xi

كلمنوھـءي

kaf

lam

mim

nun

wau

hahamzah

ya

kl

m

n

wh_`

yang

ka

el

em

en

we

ha

apostrufte

B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis Rangkap

متعد د ة Ditulis Muta`addidahقدر Ditulis qaddara

C. Ta` Marbutah diakhir Kata1. Bila dimatikan ditulis dengan h.

حكمة Ditulis Hikmahعلة Ditulis `illah

(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalambahasa Indonesia, seperti zakat, shalat, dan sebagainya, kecuali biladikehendaki lafaz aslinya).2. Bila diikuti dengan kata sandang “ al ” serta bacaan kedua terpisa, maka

ditulis dengan h.

كرامة األ ولیاء Ditulis Karamah al-Auliya`زكاة الفطر Ditulis Zakah al-fitri

D. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat

ذوي الفرض Ditulis Zawi al-Furudاھل السنة Ditulis Ahl al-Sunnah

E. Kata Sandang Alif+LamPenulisan kata sandang al (ال) disesuaikan dengan huruf yang

mengikutinya. Jika huruf yang mengikutinya huruf qamariyyah, makapenulisan al (ال) tetap seperti semula. Namun jika huruf yang mengikutinya

Page 12: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

xii

adalah huruf syamsiyyah, maka akan disesuaikan dengan huruf yangmengikutinya. Contoh :

القرآ ن : Al-Qur`an

لشمسا : Asy-SyamsCatatan : Transliterasi tersebut tidak diterapkan secara ketat untuk penulisan

nama orang Indonesia dan orang-orang yang didalamnya terdapat katasandang al (ال) yang diikuti oleh kata “Allah”. Seperti: Abdullahtidak ditulis Abd. Allah.

Page 13: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN DEKLARASI ............................................................................ iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. viii

HALAMAN TRANSLITERASI..................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 6

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ......................................... 6

D. Kajian Pustaka.................................................................... 7

E. Metodologi Penelitian ........................................................ 8

F. Sistematika Penulisan ....................................................... 10

BAB II : SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR

A. Pengertian Tafsir ................................................................ 12

B. Metode Penafsiran.............................................................. 13

C. Corak Penafsiran ................................................................ 18

D. Sejarah Perkembangan Tafsir di Indonesia........................ 23

BAB III : KARAKTERISTIK TAFSIR FAIDH AR-RAHMAN

A. Biografi K.H Muhammad Shaleh Darat............................. 27

B. Karya-karya K.H Muhammad shaleh darat ....................... 29

C. Sketsa Tafsir Faidh ar-Rahman

1. Latar Belakang Penulisan .......................................... 33

2. Sistematika dan Teknik Penulisan ............................ 36

Page 14: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

xiv

3. Sumber Penafsiran ................................................... 38

4. Contoh Penafsiran ..................................................... 38

BAB IV : ANALISA TERHADAP TAFSIR FAIDH AR-RAHMAN

A. Metode Tafsir Faidh ar-Rahman ........................................ 64

B. Corak Tafsir Faidh ar-Rahman........................................... 67

C. Ciri-Ciri Khusus Tafsir Faidh ar-Rahman.......................... 70

D. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Faidh ar-Rahman......... 71

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 73

B. Saran-Saran ........................................................................ 75

C. Penutup............................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKARIWAYAT HIDUP PENULISLAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW,

sekaligus petunjuk untuk umat manusia kapan dan di manapun, sekaligus

memiliki berbagai macam keistimewaan. Keistimewaan tersebut, antara lain

susunan bahasanya yang unik lagi mempesonakan, dan pada saat yang sama

mengandung makna-makna yang dapat dipahami oleh siapapun yang

memahami bahasanya, walaupun tentunya tingkat pemahaman mereka akan

berbeda-beda akibat berbagai faktor.1

Ibn Kaldun (w.1382), pernah berkata al-Qur’an diwahyukan dalam

bahasa orang Arab, sesuai dengan retorika dan gaya mereka, sehingga mereka

semuanya memahaminya.2 Demikian ilustrasi di atas, bahwa al-Qur’an adalah

sumber ajaran Islam yang menempati posisi sentral dan menjadi inspirator,

serta sebagai pemandu gerakan-gerakan umat Islam selama lebih dari empat

belas abad.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap al-Qur’an

melalui penafsiran-penafsirannya akan sangat menentukan bagi maju-

mundurnya umat, dari situlah dibutuhkan perangkat metodologi penafsiran

yang berfungsi mengarahkan penafsiran.3 Dan menjadi bagian penting dari

pembacanya atas apa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW,

asumsi inilah yang menjadi motivasi bagi munculnya upaya-upaya untuk

memahami dan menafsirkan al-Qur’an di kalangan umat Islam selaras dengan

kebutuhan, tuntutan dan tantangan zaman.

Perlu diketahui bahwa al-Qur’an bagaikan lautan yang keajaibannya

tidak pernah habis difahami, terdapat ragam metode untuk menafsirkan, kitab-

1 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Mizan, Jakarta 1995, hlm. 752M. Dawan Rahardjo, Paradigma al-Qur’an,Metodologi Tafsir & Kritik Sosial, PSAP,

Jakarta, 2005, hlm. 213 Abd. Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir, Teras, Yogyakarta, 2005, hlm. 38

Page 16: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

2

kitab tafsir yang ada sekarang merupakan indikasi kuat, perhatian para ulama

selama ini untuk menjelaskan ungkapan-ungkapan al-Qur’an dan

menerjemahkankan misi-misinya.4

Berbagai upaya menafsirkan al-Qur’an guna mencari dan menemukan

makna-makna yang terkandung di dalamnya, telah dilakukan semenjak

Rasulullah SAW, al-Qur’an sendiri mendorong kearah itu, baik eksplisit

maupun implisit. Secara eksplisit al-Qur’an memerintahkan kita untuk

menyimak dan memahami ayat-ayatnya. (QS. an-Nisa, 4: 82)

كثيرااختلافالوجدوافيهاهللاغيرندعمنكانولوالقرانيتدبرونافلاArtinya: " Maka apakah mereka tidak menperhatikan al-Qur’an,

kalau kiranya al-Qur’an itu bukan berasal dari sisiAllah, tentulah mereka mendapati pertentangan yangbanyak di dalamnya." (QS. an-Nisa, 4: 82)

Pertumbuhan dan perkembangan tafsir sudah ada sejak masa Nabi

Muhammad SAW, di mana Muhammad merupakan orang pertama yang

diberikan tugas, terutama untuk menjelaskan dan menerangkan terhadap ayat-

ayat al-Qur’an, apabila para sahabat mendapatkan suatu kesulitan dalam

memahami al-Qur’an, maka mereka dapat secara langsung menanyakannya

kepada Nabi SAW.5

Di masa Nabi dan Sahabat, mereka menafsirkan al-Qur’an secara ijmali,

tidak memberikan perincian yang jelas, karena dalam tafsiran mereka pada

umumnya jarang menemukan uraian yang detail. Setelah Nabi wafat, para

sahabatlah yang meneruskan penyampaian Islam dan ajarannya, sebagai

penerus penafsiran al-Quran.6

Berdasarkan sejarah yang demikian, maka untuk memahami suatu ayat,

mereka tidak begitu membutuhkan uraian yang rinci, tetapi cukup dengan

4 Rosihan Anwar, Samudra al-Qur’an, Pustaka Setia , Bandung, 2001, hlm. 1485 Muhammad Nor Ichwan, Belajar Mudah Ilmu-ilmu al-Qur’an, Seri Buku Dasar

Ulumul al-Qur’an, Semarang, 2001, hlm. 2356 Abdul Djalal H.A., Ulumul Qur’an, Dunia Ilmu, Surabaya, 1998, hlm. 25

Page 17: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

3

isyarat dan penjelasan global. Dengan demikian itulah perhatian ulama tafsir

terhadap kajian metodelogi dalam menafsiran al-Qur’an masih sangat kurang,

mereka lebih cenderung menafsirkan al-Qur’an tanpa berfikir atau

menetapkan terlebih dahulu teori-teori atau kaidah-kaidah yang digunakan

untuk sampai pada wacana tersebut. Namun bukan berarti mereka tidak

mempunyai teori tentang itu, bahkan tidak mustahil pada umumnya mereka

menguasai teori secara baik. Karena mereka merasa tidak perlu membahasnya

sebab akan sia-sia kerena tidak akan dapat perhatian yang berarti.

Berbeda halnya pada abad modern ini, dengan perkembangan zaman,

ilmu tafsir terus berkembang dengan berbagai metode dan corak tafsir, yang

kesemuanya itu merupakan konsenkuensi logis dari perkembangan ilmu

tafsir.7 Dalam perkembangan tafsir al-Qur’an dari waktu ke waktu hingga

masa sekarang penafsiran al-Qur’an, sesuai dengan keahlian dan

kecenderungan mufassir dan perkembangan zaman yang melingkupinya.

Maka pemahaman terhadap ayat-ayat al-Qur’an, melalui penafsiran-

penafsirannya, mempunyai peranan yang sangat besar bagi maju-mundurnya

umat.

Penafsiran-penafsiran itu sekaligus dapat mencerminkan perkembangan

serta corak pemikiran mereka. Bermacam-macam metodelogi tafsir dan

coraknya telah di perkenalkan dan diterapkan oleh pakar-pakar al-Qur’an. M.

Quraish Syihab menyatakan berbagai corak tafsir yang di kenal luas dewasa

ini, yakni corak penafsiran ilmiah, fiqih, hukum, tasawuf, corak tafsir sastra

budaya dan kemasyarakatan. Dari segi metode Abdul Hayyi al-Farmawi

membagi metode penafsiran menjadi empat macam; metode tahlili, ijmali,

muqarin dan maudui.8 Dalam kaitan ini, studi al-Qur’an tidak lepas dari

metode, yakni suatu cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksudkan Allah dalam al-

Qur’an. Dari sinilah timbul bermacam corak tafsir, ada corak lughawi, falsafi,

7 Muhammad Nor Ichwan, Memasuki Dunia al-Qur’an, Lubuk Raya, Semarang, 2001,hlm. 246.

8 Muhammad Chirzin, Permata al-Qur’an, Qirtas, Yogyakarta, 2003, hlm. 79-89

Page 18: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

4

sufi dan lainnya sesuai dengan kecenderungan dan latar belakang masing-

masing mufassir. Selain karena hal-hal di atas, keragaman corak tafsir

ditunjang pula keadaan al-Qur’an seperti yang dikatakan oleh Abdullah Darraz

dalam al-Naba’ al-‘Azhim “Bagaikan intan yang setiap sudutnya

memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-

sudut yang lain dan tidak mustahil jika anda mempersilakan orang lain

memangdangnya, maka ia akan melihat lebih banyak dari apa yang anda

lihat.” Demikianlah al-Qur’an diibaratkan seperti intan yang sudutnya

memancarkan cahaya yang berbeda, yang berarti bahwa penafsiran seseorang

terhadapnya berbeda dengan penafsiran orang lain.9

Di Indonesia ditemukan berbagai terjemahan dan tafsir al-Qur’an baik

dalam bahasa Indonesia atau Melayu yang lebih dikenal dengan sebutan

bahasa Jawi maupun dalam bahasa daerah seperti bahasa Jawa dan Sunda.10

Di pesantren-pesantren Jawa dipelajari, selain kitab Tafsir al-Munir Nawawi

al-Bantani, juga dipelajari kitab klasik Tafsir al-Thabari dan Tafsir Ibn Katsir,

ditambah tafsir-tafsir modern seperti al-Manar karya Muhammad Abduh dan

Rasyid Ridho dan Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi.11

Kitab tafsir lain yang ditulis ulama Indonesia dengan berbahasa daerah

adalah kitab Tafsir al-Kitabul Mubin karya K.H Muhammad Ramli dengan

bahasa Sunda.12 Kitab tafsir Raudhah al-Irfan fi Ma’rifatil al-Quran karya

Ahmad Sanusi bin Abd. Rohim dari Sukabumi, dengan bahasa Sunda, kitab

Tafsir al-Ibriz li Ma’rifah al-Tafsir al-Quran al-‘Aziz karya KH. Bisri Mustafa

dari Rembang, dengan bahasa Jawa (Arab Pegon) dan kitab tafsir Al-Iklil fi

Ma’ani Tanzil karya KH. Misbah bin Zaenul Musthafa dari Bangilan, dengan

9 M. Quraish Syihab, op. cit., hlm. 7210 Ismail Lubis., Falsifikasi Terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Edisi 1990, Tiara

Wacana, Yogyakarta, 2001, hlm. 105.11 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta 2005, hlm 29712 Nashruddin Baidan , Perkembangan Tafsir al-Qur’an di Indonesia, Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri, Solo, 2003, hlm 102

Page 19: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

5

bahasa Jawa (Arab Pegon) 30 jilid, 4800 halaman,13 dan Kitab Tafsir Faidh

al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan karya KH.

Muhammad Shaleh Ibn Umar As-Samarani dari Semarang, dengan bahasa

Jawa (Arab Pegon).

Pada skripsi ini, penulis mencoba mengangkat karya tafsir KH.

Muhammad Shaleh as-Samarani yakni Tafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah

Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan, kajian terhadap corak dan metode KH.

Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani dalam menafsirkan al-Qur’an.

Kitab tafsir yang diperbincangkan di sini terdiri dari dua jilid besar, jilid

pertama ada 503 halaman dan jilid kedua ada 705 halaman

Ada beberapa alasan yang bisa dimunculkan mengapa tafsir Faidh al-

Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan dan kenapa pula penulis

mengangkat corak dan metode penafsiran Muhammad Shaleh Ibn Umar as-

Samarani?

Pertama, Kitab tafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik

ad-Dayyan dalam uraiannya menggunakan corak Tafsir al-Isyari.14 Corak

Tafsir al-Isyari adalah menakwilkan ayat-ayat al-Qur’an, yang berbeda

dengan dlahirnya berdasarkan isyarat-isyarat yang tersembunyi, yang hanya

tampak jelas oleh pimpinan suluk, namun tetap dapat dikompromikan dengan

arti dlahir yang dimaksud.

kedua ialah, KH. Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani dalam

menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an menggunakan huruf Pegon agar bisa

dipahami oleh masyarakat pada saat itu. Huruf Pegon adalah tulisan Arab

tetapi berbahasa Jawa.

Ketiga ialah, Dalam sejarah pesantren, Kiai Muhammad Shaleh Ibn

Umar as-Samarani disebut sebagai “Delegator Pesantren”. Karena dia tidak

pernah ikut membesarkan pesantren orang tuanya, sebagaimana mafhumnya

13 Musyrifah Sunanto, op, cit, hlm. 29714 Ghazali Munir “Teologi Islam Terapan (Studi Implementasi Iman Menurut Muhammad

Shalih as-Samarani)” TEOLOGIA Jurnal-Jurnal Ilmu Ushuluddin, Fakultas Ushuluddin IAINWalisongo Semarang, Semarang, Vol. 17 No. 2, Juli 2006, hlm. 304.

Page 20: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

6

anak kiai.dia justru lebih memilih berdikari untuk memajukan pesantren orang

lain dan membuat pesantren sendiri, karena sebagai ulama yang berpikira

maju, dia senantiasa menekankan perlunya ikhtiar dan kerja keras, setelah itu

menyerahkan diri secara pasrah kepada Yang Maha Kuasa.

B. Rumusan Masalah

Dari deskripsi permasalahan yang dikemukakan di atas, telah memberi

kerangka bagi penulis untuk merumuskan pokok permasalahan yang akan

menjadi acuan penulis. Adapun pokok permasalahan tersebut adalah:

1. Bagaimana metode dan corak penafsiran KH. Muhammad Shaleh Ibn

Umar as-Samarani dalam Tafsir Faidh ar-Rahman fi Tarjamah Tafsir

Kalam Malik ad-Dayyan?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Dari latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui sebab-sebab KH. Muhammad Shaleh Ibn Umar as-

samarani dalam menulis kitab Tafsir Faidh ar-Rahman fi Tarjamah Tafsir

Kalam Malik ad-Dayyan.

2. Untuk mengetahui metode dan corak penafsiran KH. Muhammad Shaleh

Ibn Umar as-Samarani dalam Tafsir Faidh ar-Rahman fi Tarjamah Tafsir

Kalam Malik ad-Dayyan.

3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan Tafsir Faidh ar-Rahman fi

Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan.

Setelah mengetahui tujuan dari penelitian ini, maka diharapkan

mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Agar dapat memperkenalkan bahwa Tafsir Faidh ar-Rahman fi Tarjamah

Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan banyak mengandung hal-hal yang baru

dalam bidang tafsir dan memperluas kajian penafsiran al-Qur’an.

2. Sebagai sumbangan pemikiran kepada masyarakat yang berniat mendalami

Tafsir Faidh ar-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan

karya K.H. Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani pada khususnya

dan tafsir-tafsir lain pada umumnya.

Page 21: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

7

D. Kajian Pustaka

Pelaksanaan penelitian kali ini, penulis tidak akan mampu untuk

mencapai tujuan yang diinginkan tanpa adanya peran secara tidak langsung

oleh para peneliti sebelumnya yang telah menulis mengenai KH. Muhammad

Shaleh Ibn Umar as-Samarani.

Adapun buku-buku karya ilmiah yang menelaah dan membahas tentang

pemikiran-pemikiran KH. Muhammad Shaleh as-Samarani telah banyak

ditemukan, di antaranya Buku “ Shalat Jum’at Bergantian Implementasi

Konsep Iman Dan Amal Muhammad Salih Ibn Umar as-Samarani Dalam

Masyarakat Modern ” karya Ghazali Munir. Buku “KH. Muhammad Salih al-

Samarani, Studi Tafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik al-

Dayyan” karya Muchayyar H.S (Disertasi Muhayyar H.S ini, hanya mengenai

ayat-ayat keluarga dalam surat an-Nisa’). Buku “ Tuhan, Manusia, Dan Alam

Dalam Pemikiran Kalam Muhammad Salih as-Samarani” karya Ghazali

Munir. Kemudian Buku “Majmu’at al-Syari’at al-Kafiyat li al-‘Awwam

(Suatu kajian Terhadap Kitab Fiqh Berbahasa Jawa Akhir Abad 19”karya

Abdullah Salim. Buku “ 99 Kiai Kharismatik Indonesia Biografi, Perjuangan,

Ajaran, dan Doa-doa Utama yang Diwariskan ” karya A. Aziz Masyhuri.

Sedangkan kitab-kitab dan buku-buku karya ilmiah yang membahas

tentang metode dan corak tafsir telah banyak ditemukan di antaranya buku

Nashrudin Baidan, yaitu Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Kemudian karya,

Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Muhammad Chirzin, Permata al-

Qur’an, ia menyinggung tentang metode dan corak tafsir. Muhammad Nur

Ichwan, Belajar Mudah Ilmu-Ilmu al-Qur’an, dan Tafsir Ilmy Memahami al-

Qur’an Melalui Pendekatan Sains Modern.Ahmad Arif Junaidi, Pembaharuan

Metode Tafsir al-Qur’an. Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi

Model Penafsiran. Mengingat belum ada orang yang mengkaji metode dan

corak Tafsir Faidh ar-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan

bahasa Jawa (Arab Pegon). Maka skripsi ini berusaha untuk mengungkapkan

metode dan corak Tafsir Faidh ar-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik

ad-Dayyan sebagai baham penelitian.

Page 22: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

8

E. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan kajian yang bisa dipertanggungjawabkan secara

ilmiah maka, penelitian ini menggunakan metodologi sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian dan subyek yang diteliti, penelitian ini

merupakan penelitian pustaka (library research), yaitu menjadikan bahan

pustaka sebagai sumber data utama yang bertujuan untuk menggali teori-

teori dan konsep-konsep yang telah ditentukan oleh para ahli terdahulu,

mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang yang akan diteliti,

memperoleh orientasi yang luas mengenai topik yang di pilih,

memanfaatkan data sekunder dan menghindarkan duplikasi penelitian.15

2. Sumber Data.

Mengingat penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang sumber

datanya adalah kepustakaan, maka untuk mencapai hasil yang optimal,

maka sumber data dibedakan sesuai dengan kedudukan data tersebut,

dalam penulisan kali ini, data dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan

data sekunder.

a. Sumber Primer

Jenis data primer adalah data yang pokok yang berkaitan dan

diperoleh secara langsung dari obyek penelitian, sumber data

primer adalah sumber data yang dapat memberikan data

penelitian secara langsung.16 Adapun sumber primernya adalah

Kitab Tafsir Faidh ar- Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik

ad-Dayyan karya K.H. Muhammad Shaleh Ibn Umar as-

Samarani.

15 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta,1982, hlm. 70

16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rieneka Cipta,Jakarta, 2002, hlm. 117

Page 23: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

9

b. Sumber Sekunder

Sumber ini adalah data yang materinya secara tidak langsung

berhubungan dengan masalah yang diungkapkan.17 Data ini

berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data sekunder berisi

tentang tulisan-tulisan yang berhubungan dengan materi pokok

yang dikaji. Adapun data-data tersebut dapat diperoleh dari buku-

buku, artikel, majalah maupun media lain yang mendukung.

Adapun sumber sekundernya antara lain, adalah buku “Tuhan,

Manusia dan Alam dalam Pemikiran Kalam Muhammad Shalih

as-Samarani” karya Ghazali Munir. Artikel “Teologi Islam

Terapan (Studi Implementasi Iman Menurut Muhammad Shalih

as-Samarani)”, Ghazali Munir, Teologia Jurnal Ilmu-Ilmu

Ushuluddin, Vol. 17,Nomor 2, Juli 2006, buku “99 Kiai

Kharismatik Indonesia, Biografi Perjuangan, Ajaran, dan Doa-

doa Utama yang Diwariskan” karya K.H. A. Aziz Masyhuri dan

Buku “ Shalat Jum’at Bergantian Implementasi Konsep Iman

Dan Amal Muhammad Salih Ibn Umar as-Samarani Dalam

Masyarakat Modern ” karya Ghazali Munir

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu: metode dokumentasi. Sebagaimana tersebut di atas bahwa objek

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah metode dan corak

penafsiran yang dilakukan oleh Muhammad Shaleh Ibn Umar as-

Samarani. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat kualitatif berupa

penelitian kepustakaan dengan cara mendokumentasikan data baik data

primer dan sekunder maupun pelengkap, selanjutnya penelitian juga

menghimpun data dari berbagai sumber sekunder.

17 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Gajah Mada University Press,Yogyakarta, 1996, hlm. 217

Page 24: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

10

4. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan

analisis deskriptif yang meliputi dua jenis pendekatan.

a. Pendekatan analisis isi (Content analysis) yaitu analisis

terhadaparti dan kandungan yang ada pada keseluruhan teks

karya Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani dalam rangka

untuk menguraikan secara lengkap literatur dan teliti terhadap

suatu obyek penelitian.18Yaitu metode penyusunan dan

penganalisaan data secara sistematis dan obyektif.19 Metode ini

juga merupakan jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan ilmiah dengan mengadakan perincian terhadap

obyek yang diteliti, atau cara pengunaan suatu obyek ilmiah

tertentu dengan memilah-memilah antara pengertian yang lain

untuk memperoleh kejelasan.

b. Pendekatan Sosio-Historis pendekatan ini digunakan untuk

menganalisis pemikiran Muhammad Shaleh Ibn Umar as-

Samarani dengan melihat seberapa jauh pengaruh tingkat

sosial-kultural dalam membentuk cara pandang Muhammad

Shaleh Ibn Umar as-Samarani terhadap realitas yang

dihadapinya, cara pandangan kemudian membentuk pola pikir

(Mode of thought) Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani

sehingga menpengaruhi kostruksi pemikiranya dalam

menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika ini akan disampaikan secara kronologis dari bab I sampai

terahir, yang merupakan kesatuan yang tak terpisahkan sehingga

menggambarkan keterkaitan antara bab satu dengan bab yang lain agar

18 Sumadi Suryabrata B.A., Metodelogi Penelitian, Pelajar Press , Jakarta, 1997, hlm. 1919 Noeng Mahajir, Metode Penelitian Kualitatif, Bayu Idra Grafika, Yogyakarta, 1996,

hlm. 49

Page 25: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

11

tercapai jawaban permasalahan dari apa yang menjadi tujuan penulis.

Selanjutnya akan dituangkan sebagai berikut:

Bab I. Merupakan Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, Kajian pustaka,

metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II. Dalam bab ini akan memuat Studi Tafsir al-Qur’an Indonesia.

Pertama, Pengertian Tafsir. Kedua, Metode Penafsiran. Ketiga, Corak

Penafsiran al-Qur’an. Keempat, Sejarah Perkembangan Tafsir di Indonesia.

Bab III. Memuat tentang Karakteristik kitab Tafsir Faidh ar-Rahman.

Dalam bab ini ada tiga hal yang akan dibicarakan. Pertama, biografi

Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani. Kedua, Karya-karya Muhammad

Shaleh Ibn Umar as-Samarani. Ketiga, Sketsa kitab Tafsir Faidh ar-Rahman.

Dalam uraian ini, akan merangkum empat sub bagian. Pertama, Latar

belakang penulisan. Kedua, Sistematika dan teknik penulisan. Ketiga, Sumber

penafsiran. Keempat, Contoh Tafsir Faidh ar-Rahman.

Bab IV. Merupakan analisis metode dan corak tafsir Faidh ar-Rahman

di sertai dengan contoh penafsiran, kelebihan, kekurangan dan kekhasan tafsir

Faidh ar-Rahman.

Bab V. Bab ini merupakan proses akhir dari bab-bab sebelumnya, yaitu

berupa penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran dan kata-kata penutup.

Page 26: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

12

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR

A. Pengertian Tafsir

Tafsir secara etimologi, kata “tafsir” diambil dari kata “fassara –

yufassiru – tafsira” yang berarti keterangan atau uraian.1 Kata “tafsir”

mengikuti wazan (taf’il) yang berasal dari kata al-fasr yang berarti

menjelaskan, menyingkap dan menampakkan atau menerangkan makna yang

abstrak, kata kerjanya mengikuti wazan daraba-yadribu dan nasara-yansuru.

Dikatakan fasara (asy-syai’a) yafsiru dan yafsuru, fasran dan fasarahu

artinya abanahu (menjelaskannya). Kata at-tafsir dan al-fasr mempunyai arti

menjelaskan dan menyingkap yang tertutup. Sedang kata at-tafsir berarti

menyingkapkan maksud sesuatu lafazd yang musykil, sulit. Pengertian tafsir

dengan makna di atas, sesuai dengan firman Allah dalam (QS. al-Furqan,

25:33) 2

}۳۳,الفرقان {ولا يأتونك بمثل إلا جئناك بالحق وأحسن تفسريا

Artinya: "Mereka tidak datang kepadam udenganperumpamaan, melainkan kami datangakan kepadamukebenaran dan sebaik-sebaik penjelasan" ( QS. Al-Furqan, 25: 33)

Tafsir menurut istilah, sebagaimana didefinisikan Abu Hayyan ialah

ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafadz al-Qur’an, tentang

petunjuk-petunjuk, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun

ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan baginya tersusun serta

hal-hal yang melengkapinya.3

1 Rosihan Anwar, Ulum al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm 209.

2 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Litera Antar Nusa, Jakarta, 2001, hlm.455.

3 Ibid, hlm. 456

Page 27: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

13

Tafsir al-Qur’an adalah penjelasan maksud firman–firman Allah sesuai

dengan kemampuan manusia. Kemampuan itu bertingkat-tingkat, sehingga

apa yang dicarinya atau diperoleh seorang penafsir dari al-Qur’an bertingkat-

tingkat pula. Kecenderungan manusia juga berbeda-beda dengan yang

dihidangkan dari pesan-pesan Illahi dapat berbeda antara yang satu dengan

yang lain. 4

Ali Hasan al-’Arid, tafsir adalah ilmu yang membahas tentang cara

mengucapkan lafadz al-Qur’an makna-makna yang ditunjukkan dan hukum-

hukumnya baik ketika berdiri sendiri atau pun tersusun serta makna-makna

yang dimungkinkan ketika dalam keadaan tersusun.5

Sedangkan tafsir menurut az-Zarkasyi dalam al-Burhan ialah: suatu

pengetahuan yang dengan pengetahuan itu dapat dipahamkan kitabullah yang

diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW, menjelaskan maksud-

maksudnya, mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya.6

Jadi tafsir adalah suatu hasil usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad

manusia untuk menyingkap nilai-nilai samawi yang terdapat di dalam al-

Qur’an agar dapat diaplikasikan sebagai dasar utama dalam penetapan hukum.

B. Metode Penafsiran

Kata “Metode” berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti cara

atau jalan. Dalam bahasa Inggris, kata ini ditulis method, dan bahasa Arab

menerjemahkannya dengan manhaj7 dan dalam bahasa Indonesia, kata tersebut

mengandung arti: cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya) cara kerja yang bersistem

4 M. Quraish Shihab, Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian, Lentera Hati, Ciputat,Tangerang, 2000, Volume 5, hlm. i

5 Ahkmad Rofiki, Studi Penafsiran Ayat-ayat Tentang Ahli Kitab Menurut Prf. Dr.Hamkadalam Tafsir al-Azhar, IAIN Press, Semarang ,1998, hlm. 17.

6 Mashuri Sirajuddin Iqbal, A. Fudlali, Pengantar Ilmu Tafsir, Angkasa, Bandung, 1989,hlm. 86

7 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawir: Arab-Indonesia, Pustaka Gresif,Surabaya, 1997, hlm. 849

Page 28: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

14

untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai suatu yang di

tentukan.8

Metode tafsir ialah ilmu tentang metode menafsirkan al-Qur’an. Dengan

demikian, kita dapat membedakan antara dua istilah itu, yakni metode tafsir,

dan ilmu tentang cara tersebut. Pembahasan teoritis dan ilmiah mengenai

metode muqarin (perbandingan) misalnya, disebut pembahasan metodik.

Sedangkan cara menyajikan atau memformulasikan tafsir tersebut dinamakan

teknik atau seni penafsiran.

Berikut ini, akan dikemukakan selayang pandang tentang perkembangan

metode penafsiran pada abad ke XX M, zaman yang penuh dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi (iptek), serta era globalisasi dan reformasi.

Sejak zaman Rasulullah SAW, sudah dikenal dua cara penafsiran al-

Qur’an, yaitu penafsiran berdasarkan petunjuk wahyu dan penafsiran

berdasarkan ijtihad atau ra’yi. Rasulullah sendiri sesungguhnya sudah

menafsirkan al-Qur’an berdasar ijtihad, akan tetapi, ijtihad Rasulullah SAW

itu tentunya ditopang oleh wahyu, yaitu akan dikoreksi oleh wahyu sekiranya

tidak tepat.9 Oleh karena itu, setelah Rasulullah SAW wafat muncullah

perbedaan pemahaman para sahabat terhadap al-Qur’an, perbedaan mereka

sangat beragam, meskipun mereka memahami al-Qur’an secara global.

Munculnya perbedaan tersebut kembali kepada perbedaan pemikiran dan

pengetahuan mereka, penguasaan mereka terhadap bahasa, keterkaitan mereka

dengan Rasullulah SAW, dan apakah mereka benar-benar memanfaatkan

beliau, serta pengetahuan mereka tentang sebab-sebab turunnya ayat.10

Jika ditelusuri perkembangan tafsir al-Qur’an sejak dulu hingga

sekarang, akan ditemukan bahwa pada garis besarnya penafsiran al-Qur’an itu

dilakukan dengan empat cara (metode) yaitu: ijmali (global), tahlili (analitis),

muqarin (perbandingan), dan maudhu’i (tematik)

8 Anton M. Mulyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm.173.

9 Pesantren No.1/ Vol.Vll, P3M, Jakarta, 1991, hlm. 410 Muhammad Nor Ichwan, Belajar Mudah ‘Ulumul al-Qur’an, Seri Buku Dasar Ulumul

Qur’an, Semarang, 2001, hlm. 243

Page 29: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

15

Munculnya metode-metode tafsir sebagaimana tersebut di atas lebih

banyak disebabkan oleh tuntutan perkembangan masyarakat yang selalu

dinamis (berubah-ubah). Pada zaman Nabi dan sahabat misalnya, pada

umumnya mereka adalah ahli bahasa Arab dan mengetahui secara baik latar

belakang turunya ayat serta mengalami secara langsung situasi dan kondisi

umat ketika ayat-ayat al-Qur’an turun.

Dengan kenyataan sejarah ini, maka untuk memahami suatu ayat cukup

dengan isyarat dan penjelasan global dari Nabi Saw, itulah sebabnya Nabi

tidak perlu memberikan tafsiran yang detail terhadap satu ayat atau kata dalam

al-Qur’an.

Para ulama zaman dahulu, sejak abad ke II H., sudah ada yang mengatur

dan merencanakan cara bagaimana orang dapat menafsirkan atau menjadi

mufassir al-Qur’an dengan sebaik-baiknya.11 Kondisi ini membawa pengaruh

pada perkembangan pemikiran Islam, kerena berbagai peradaban dan

kebudayaan non–Islam masuk dalam dunia intelektual Islam. Para ahli tafsir

mengantisipasi dengan menyajikan penafsiran al-Qur’an yang sesuai dengan

kondisi umat yang semakin beragam. Hal ini menjadi salah satu pendorong

munculnya tafsir dengan metode analitis.12

Di samping itu, umat Islam juga ingin mengetahui pemahaman ayat-ayat

al-Qur’an yang kelihatannya sama, padahal membawa pengertian yang

berbeda, juga hadist-hadist yang nampak bertentangan dengan al-Qur’an.

Namun demikan hal tersebut tidak mungkin terjadi karena keduanya

berasal dari sumber yang sama, yakni al-Qur’an. Kenyataan ini mendorong

para ulama untuk melakukan perbandingan penafsiran, kemudian muncul

metode tafsir muqarin.

Permasalahan kehidupan pada abad modern berbeda jauh dengan

kehidupan generasi sebelumnya, seperti mobilitas yang tinggi, perubahan

situasi yang cepat, dan lain-lain. Sehingga masyarakat tidak mempuyai waktu

luang untuk membaca kitab tafsir yang besar, pada hal untuk mendapatkan

11 Munawer Kholil, Al-Qur’an dari Masa ke Masa, Rahmadani, Solo ,1994, hlm. 20012 Nashrudin Baidan, op. cit., hlm. 6

Page 30: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

16

petunjuk al-Qur’an umat Islam dituntut untuk membaca kitab-kitab tafsir,

untuk itu ulama tafsir abad modern menawarkan tafsir tematis, selama

permasalahan yang ingin mereka pecahkan dapat dijumpai dalam kitab tafsir

tersebut.13

Secara sistematis metodelogi penafsiran al-Qur’an dalam wacana studi

tafsir yang berkembang dari periode klasik sampai abad modern (abad XX M),

ada empat, yaitu: metode ijmali (global), metode tahlili (analitik), metode

muqarin (perbandingan), dan metode Maudhu’i (tematik).14

1. Metode Ijmali (Global)

Metode ijmali ialah menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara

ringkas, dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti dan jelas

dibaca, sistematika penulisannya berdasarkan urutan Mushaf

Usmani.Yang menjadi tolak ukur metode global ini adalah pola atau

sistematika pembahasan terhadap ayat-ayat al-Qur’an.15

Dalam metode ini mufassir akan membahas ayat demi ayat sesuai

dengan urutan mushaf, setelah itu mengemukakan makna global yang

dimaksud ayat tersebut.16 Dalam metode tafsir ijmali ini dapat digunakan

ilmu-ilmu bantu seperti mengunakan hadist Nabi SAW, pendapat kaum

salaf, peristiwa sejarah, Asbab an-Nuzul dan kaidah-kaidah bahasa.17

Di antara kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ini adalah :

Tafsir al-Jalalain karya Jalal al-Din al-Suyuthi dan Jalal al-Din al-

Mahally; At-Tafsirul-Wajiz karya Wahbah az-Zuhaili; Tafsir al-Qur’an

al-Azhim karya Muhammad Farid Wajdy; Shafwah al-Bayan li Ma’aniy

al-Qur’an karya Husanain Muhammad Makhmut; Tafsir al-Qur’an

karya Ibn Abbas,s yang dihimpun oleh al-Fairuz Abady; al-Tafsir al-

13 Ibid, hlm. 714 Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i,Terj. Rosihan Anwar, Pustaka Setia,

Bandung, 2002, hlm. 19015 Nashrudin Baidan, hlm, 13-1416 Abdul Hayy al-Farmawi, op. cit, hlm. 3817 Muhammad Nor Ichwan, Tafsir Ilmy Memahami al-Qur’an Melalui Pendekatan Sains

Modern, Menara Kudus, Jogja, 2004, hlm. 119.

Page 31: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

17

Washith karya Commite Ulama (Produk Lembaga Pengkajian

Universitas al-Azhar); al-Tafsir al-Muyassar karya Abd al-Jalil Isa; al-

Tafsir al-Muhktashar karya Commite Ulama ( Produk Majlis Tinggi

Urusan Ummat Islam).18

2. Metode Analitis ( tahlili)

Secara etimologis, tahliliy berasal dari bahasa Arab : hallala-

yuhallilu-tahlil yang berarti “mengurai, menganalisis”. Dengan demikian

yang dimaksud metode tahliliy atau yang menurut Muhammad al-Baqir

al-Sadr sebagai metode Tajzi’i (al-Ittijah al-Tajzi’i)19 adalah

menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang

terkandung didalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu, serta menerangkan

makna-makna yang tercakup sesuai dengan keahlian dan kecenderungan

mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.

Dalam metode ini, biasanya mufassir menguraikan makna yang

dikandung oleh al-Qur’an, ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai

dengan urutannya didalam mushaf. Uraian tersebut menyangkut berbagai

aspek seperti kosa kata, konotasi kalimatnya, latar belakang turunnya

ayat, ayat-ayat yang terkait (munasabah), dan tak ketinggalan pendapat-

pendapat yang diberikan berkenaan dengan tafsiran ayat, baik yang

disampaikan oleh Nabi, sahabat, para tabi’in maupun ahli tafsir lainnya.

Penafsiran yang mengikuti metode ini dapat mengambil bentuk

ma’tsur dan ra’yu.20 Para ulama membagi corak tafsir al-Qur’an dengan

metode tahlili kepada beberapa macam yaitu Tafsir Sufi, Tafsir Falsafi,

Tafsir Fiqih, Tafsir Ilmi dan Tafsir Adabi al-Ijtima’i.21

18 Muhammad Nor Ichwan, Tafsir ‘Ilmiy Memahami al-Qur’an Melalui Pendekatan SainsModern, Menara Kudus, Jogja, 2004, hlm. 120.

19 Tafsir Tajzi’i secara harfiyah dapat diartikan sebagai tafsir yang menguraikan secarabagian perbagian, atau tafsir secara parsial.

20 Nashrudin Baidan, Rekonstrukis Ilmu Tafsir, STAIN Press, Surakarta ,1999, hlm. 55-56.

21 Said Agil Husin al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,Ciputat Press, Jakarta, 2002, hlm. 69

Page 32: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

18

3. Metode Muqarin (Komparatif)

Metode ini adalah mengemukakan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an

yang di tulis oleh sejumlah mufassir. Dengan cara menghimpun

sejumlah ayat-ayat al-Qur’an, kemudian ia mengkaji dan meneliti

penafsiran sejumlah mufassir, mengenai ayat tersebut melalui kitab-kitab

mereka. Metode muqarin mempuyai ruang lingkup dan wilayah kajian

yang luas. Metode ini dapat juga dilakukan dengan memperbandingkan

(teks) nash ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki persamaan atau kemiripan

redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama, membandingkan ayat

al-Qur’an dengan hadis Nabi yang secara lahiriyah terlihat

bertentangan.22 Dan membandingkan berbagai pendapat para ulama

tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.23

4. Metode Tematik (Maudhu’i)

Metode tematik ialah metode yang membahas ayat-ayat al-Qur’an

yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama

membicarakan satu topik masalah dan cara dilakukan berdasarkan

kronologi serta sebab turunnya ayat tersebut. Penafsiran dilakukan

setelah menghimpun dan menyusun ayat-ayat tertentu kemudian

diberikan keterangan dan penjelasan serta disimpulkan, secara khusus

mufassir melakukan studi tafsirnya ini dengan meneliti ayat-ayat tersebut

dari seluruh aspeknya, dan melakukan analisis berdasarkan ilmu yang

benar

C. Corak Penafsiran

Perkembangan tafsir al-Qur’an dari waktu ke waktu hingga masa

sekarang dikenal berbagai corak penafsiran al-Qur’an, sesuai dengan keahlian

dan kecenderungan mufassir dan perkembangan zaman yang melingkupinya.

Hal itu ditopang oleh al-Qur’an sendiri seperti dikatakan Abdullah Darraz,

bagaikan intan yang setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda

22 Nashrudin Baidan, op. cit., hlm. 6523 Ibid, hlm. 63

Page 33: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

19

dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut yang lain.24 Setiap mufassir yang

memiliki bidang keahlian tertentu dan menafsirkan al-Qur’an berdasarkan

latar belakang keahlian dan ilmu-ilmu yang dimilikinya, kemudian muncullah

corak tafsir yang bermacam-macam sebagaimana yang akan dijelaskan di

bawah ini.25

1. Corak Tafsir fiqih atau hukum

Tafsir fiqh adalah corak penafsiran al-Qur’an yang menitikberatkan

bahasannya dan tinjauannya pada aspek hukum dari al-Qur’an. Corak

tafsir ini sudah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW. Tafsir fiqih

bersamaan dengan Tafsir bi al-Ma’tsur sama-sama di nukilkan dari Nabi

Saw, para sahabat langsung mencari keputusan hukum dari al-Qur’an dan

berusaha menarik kesimpulan dari hukum syari’ah berdasarkan ijtihad.

Hasil ijtihad yang dituangkan dalam penafsiran ini disebut Tafsir al-Fiqhi.

Tafsir fiqh ini banyak ditemukan dalam kitab-kitab fiqh karya imam-

imam dari berbagai madzhab yang berbeda. Dari kalangan Mu’tazilah

lahir kitab tafsir yang fanatik terhadap madzhabnya, yaitu al-Kasysyaf

karya al-Zamakhsyariy. Dari kalangan Hanafiyah lahir kitab yang

mendukung madzhabnya, yaitu Ruh al-Ma’ani karya al-Alusi dan Tafsir

al-Nasafiy. Dari kalangan Malikiyah lahir kitab tafsir yang berorientasi

kepada madzhabnya, yaitu al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an karya al-Qurtubi

.dan dari kalaangan Syafi’iyyah lahir kitab tafsir yang cenderung kepada

madzhabnya, yaitu al-Tafsir al-Kabir (Mafatih al-Ghaib) karya al-Fahr al-

Din al-Raziy.26 Dan al-Jashash dalam Tafsir Ahkam al-Qur’an.27

2. Corak Tafsir Ilmiy

Tafsir ilmiy adalah suatu ijtihad atau usaha keras seorang mufasir

dalam mengungkapkan hubungan ayat-ayat kauniyah (al-Ayat al-

24 Muhammad Chirzin, Permata al-Qur’an, Qirtas, Yogyakarta, 2003, hlm 7925 Pesantren No.1/ Vol. Vll /1991, op. cit, hlm.526 Muhammad Nor Ichwan, op cit, hlm. 112.27 Abdul Hayy al-Farmawi, op. cit, hlm. 26

Page 34: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

20

Kauniyah) dalam al-Qur’an dengan penemuan-penemuan sains modern,

yang bertujuan untuk memperlihatkan kemukjizatan al-Qur’an.

Corak ilmiy adalah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan

pendekatan ilmiah, atau menggali kandungannya berdasarkan teori-teori

ilmu pengetahuan yang ada maka sebagian dari para ulama mencoba

menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan bidang ilmu serta hasil

kajian mereka terhadap gejolak atau fenomena alam yang terjadi pada saat

menafsirkan dan menulis kitab tafsir mereka.28

Para ulama yang menafsirkan al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan

sains modern antara lain : al-Ghazali, Fahr al-Din al-Razi, al-Baidhawi,

Badr al-Din Muhammad bin Abdullah al-Zarkasyi, Jalal al-Din al-Suyuthi,

Abu al-Fadhil al-Mursi, Thathawi Jauhari, Muhammad Abduh, Fakh al-

Razi (dengan kitabnya Tafsir Mafatih al-Ghaib), al-Alamah Wahid al-Din

Khan (dengan kitabnya al-Islam Yatahaadda), dan Hanafi Ahmad (dengan

kitabnya al-Tafsir al-Ilmiy li al-Ayah al-Kauniyah)..29

3. Corak Tafsir al-Sufiy (Tasawuf)

Penafsiran yang dilakukan oleh para sufi, pada umumnya dikuasai

oleh ungkapan mistik. Ungkapan-ungkapan tersebut tidak dapat dipahami

kecuali orang-orang sufi dan yang melatih diri untuk menghayati ajaran

tasawuf. Terdapat dua arah dalam menafsirkan al-Qur’an dengan corak:

a. Tasawuf Teoretis ( al-Tasawuf al-Nadhary)

Aliran ini mencoba meneliti dan mengkaji al-Qur’an berdasarkan

teori-teori mazhab dan sesuai dengan ajaran-ajaran mereka. Mereka

berusaha maksimal untuk menemukan ayat-ayat al-Qur’an tersebut,

faktor-faktor yang mendukung teori mereka, sehingga tampak

berlebihan dan keluar dari dhahir yang dimaksudkan syara’ dan

didukung oleh kajian bahasa.

28 Quraisyh Syihab D.k.k., Sejarah Ulumul Qur’an, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1999,hlm.18.

29 Muhammad Nor Ichwan, op cit, hlm. 127.

Page 35: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

21

Penafsiran demikian ditolak dan sangat sedikit jumlahnya. Tidak

pernah ada karya yang lahir dari aliran ini. Hanya karya-karya

penafsiran ayat-ayat al-Qur’an secara acak yang dinisbatkan kepada

Ibn Arabi yang bernama kitab al-Futuhat al-Makiyyah dan al-

Fushush al-Hikam.

b. Tasawuf praktis ( al-Tasawu al-‘Amaly)

Yang dimaksud dengan tasawuf praktis adalah tasawuf yang

mempraktekkan gaya hidup sengsara, zuhud dan meleburkan diri

dalam ketaatan Allah SWT. Para tokoh aliran ini menamakan tafsir

mereka dengan al-Tafsir al-Isyari, atau disebut juga Tafsir al-Faidhi

yaitu menta’wil ayat-ayat, berbeda dengan arti dhahirnya berdasar

isyarat-isyarat tersembunyi yang hanya tampak jelas oleh para

pemimpin suluk, namun tetap dapat dikompromikan dengan arti

dhahir yang dimaksudkan.

Di antara kitab tafsir tasawuf praktis ini adalah ‘Arais al-Bayan fi

Haqaiq al-Qur’an karya Imam as-Syirazi, Ruh al-Ma’ani karya Al-

Alusi, Gharaib al-Qur’an wa Raghaib al-Furqan karya Imam al-

Naisabury, Tafsir al-Qur’an al-Karim karya Tusturi dan Haqaiq al-

Tafsir oleh al-Alamah Abu Abdurrahman al-Sulami al-Sufi.30

c. Corak Tafsir Sastra (Bahasa)

Corak Tafsir Sastra adalah tafsir yang didalamnya menggunakan

kaidah-kaidah linguistik. Corak ini timbul akibat timbul akibat banyaknya

orang non-Arab yang memeluk Agama Islam serta akibat kelemahan orang

Arab sendiri dibidang sastra yang membutuhkan penjelasan terhadap arti

kandungan Al-Qur’an dibidang ini. Corak tafsir ini pada masa klasik

diwakili oleh zamakhsyari dengan Tafsirnya al-Kasyaf. 31

30Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2007, hlm 72.

31 Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i, Terj. Rosihan Anwar, op. cit., hlm.30

Page 36: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

22

d. Corak Tafsir al-Falsafi (Teologi)

Tafsir falsafi adalah cara penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dengan

menggunakan teori-teori filsafat. Penafsiran ini berupaya

mengompromikan atau mencari titik temu antara filsafat dan agama serta

berusaha menyingkirkan segala pertentangan di antara keduanya.32

Di antara ulama yang gigih menolak para filosof adalah Hujjah al-

Islam Imam Abu Hamid Al-Ghazali yang mengarang kitab al-Isyarat dan

kitab-kitab lain untuk menolak paham mereka. Tokoh yang juga menolak

filsafat adalah Imam Fakhr Ad-Din Ar-Razi, yang menulis sebuah kitab

tafsir untuk menolak paham mereka kemudian diberi judul Mafatih al-

Ghaib. Kedua, kelompok yang menerima filsafat bahkan mengaguminya.

Menurut mereka, selama filsafat tidak bertentangan dengan agama Islam,

maka tidak ada larangan untuk menerimanya. ulama yang membela

pemikiran filsafat adalah adalah Ibn Rusyd yang menulis pembelaannya

terhadap filsafat dalam bukunya at-Tahafut at-Tahafut, sebagai sanggahan

terhadap karya Imam al-Ghazali yang berjudul Tahafut al-Falasifah.33

e. Corak Tafsir Adabi al-Ijtima’i (sosial kemasyarakatan)

Corak tafsir Adabi al-Ijtimai adalah corak penafsiran yang

menjelaskan ayat-ayat al-Quran berdasarkan ketelitian ungkapan-

ungkapan yang disusun dengan bahasa yang lugas, dengan menekankan

tujuan pokok diturunkannya al-Qur’an, lalu mengaplikasikannya pada

tatanan sosial, seperti pemecahan masalah-masalah umat Islam dan

bangsa.34

Di antara kitab tafsir yang menggunakan corak ini adalah kitab tafsir

ditampilkan oleh Syaikh Muahmud Syalthut dalam kitab tafsir Al-Qur’an

al-Karim, kitab Tafsir al-Wadhih karya Muhammad Mahmud Hijazy,

32Rohimin, op. cit, hlm 73.33 Mohammad Nor Ichwan, op.cit, hlm. 115-11634 Ibid, hlm. 115

Page 37: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

23

Muhammad Rasyid Ridha dalam kitab Tafsir al-Manar dan oleh al-

Maraghi dalam kitab Tafsir al-Maraghi.35

D. Sejarah Perkembangan Tafsir di Indonesia

Perkembangan tafsir dapat pula ditinjau dari sudut metode penafsiran,

walaupun disadari bahwa setiap mufassir mempunyai metode yang berbeda

dalam perincianya dengan mufassir lain. Namun secara umum dapat diamati

bahwa sejak periode ketiga dari penulisan kitab-kitab tafsir sampai sekarang

para mufassir menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara ayat demi ayat, sesuai

dengan susunannya dalam mushaf. Jika kita telusuri perkembangan tafsir al-

Qur’an sejak dulu sampai sekarang, akan ditemukan bahwa dalam garis besar

penafsiran al-Qur’an dilakukan melalui empat cara, metode ijamli (global),

tahlili (analitis), muqarin (perbandingan), dan maudhu’i (tematik).

Awal mucul karya tafsir yang di tulis dalam bahasa Melayu atau Jawi

pada abad ke XVII M. Adalah sebuah tafsir berbahasa Arab-Melayu karya

Ulama Aceh Abd Ra’uf al-Singkeli (1024-1105 H/1615-1693 M) bernama

Tarjuman al-Mustafid, tafsir lengkap 30 juz pertama di Nusantara.

Sebelumnya hanya ada Tafsir Surat al-Kahfi yang diperkirakan ditulis oleh

Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al-Sumatrani (yang mengikuti Tafsir al-

Kazim) yang menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara mistis.36

Meski Abdul Ra’uf al-Singkili tidak menyebutkan tahun penyelesaian

kitabnya, tetapi kitab ini adalah kitab tafsir paling awal peredarannya di

wilayah Melayu-Indonesia. Sebagai terjemahan tafsir pertama, tidak

mengherankan kalau karya ini beredar luas di wilayah Indonesia dan di

negara-negara yang menggunakan bahasa Melayu.

Selama hampir tiga abad kitab Tarjuman al-Mustafid merupakan satu-

satunya terjemahan lengkap al-Qur’an di tanah Melayu. Baru pada abad ke-20

muncul tafsir baru yang semula memakai bahasa Arab Melayu. Untuk wilayah

berbahasa Jawa, di penghujung abad ke-18, Syaikh Nawawi al-Bantani

membuat tafsir Marah Labid li Kasyfi Ma’na al-Qur’an al-Majid, diterbitkan

35 Said Agil Husein al-Munawar, op. cit, hlm. 7136Ibid, hlm 289.

Page 38: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

24

di Makkah pada tahun 1880 M, ditulis dengan bahasa Arab.37 Dalam cetakan

Beirut yang terbit pada tahun 1981 M, terdapat tiga nama bagi kitab tafsir

Nawawi, yaitu Tafsir Marah Labid, Tafsir Nawawi, dan Tafsir al-Munir li

Ma’alim al-Tanzil.

Selanjutnya pada tahun 1891, ada Kitab Tafsir Faidh al-Rahman fi

Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan karya KH. Muhammad Shaleh

Darat dengan bahasa Jawa (Arab Pegon).

Penafsiran al-Qur’an terbanyak di Indonesia terdapat dalam rentangan

masa abad ke-20. Pada awal abad itu tafsir al-Qur’an pertama ditulis oleh

Mahmud Yunus, H. Ilyas Muhammad Ali dan H.M Kasim Bakry,

penulisannya dilakukan secara berangsur-angsur mulai tahun 1922 M sampai

tahun 1938 M.

Sesudah itu muncul Tafsir al-Furqan, kitab tafsir karya A. Hasan yang

mulai ditulis pada tahun 1928 M – 1941 M. sampai surat Maryam. Pada tahun

1956 M, beliau menulis lagi juz pertama sampai juz ke-30 memakai huruf

Latin (sebelunya memakai huruf Arab Melayu).

Muncul sezaman dengan Tafsir al-Furqan adalah Tafsir al-Qur’an al-

Karim karya tiga Ulama Sumatra, yaitu H.A Halim Hasan, H. Zaenal Arifin

Abbas, dan Abd. Rahman Haitami. Juz 1 dan juz ke-2 yang diterbitkan pada

tahun 1937 M – 1941 M. memakai huruf Arab Melayu. Tafsir ini hanya

sampai juz ke-7.

Masa tahun 1960 pasca kemerdekaan, di majalah Gema Islam muncul

artikel bersambung Tafsir al-Azhar karya Hamka. Tafsir ini berasal dari kuliah

subuh Hamka di Masjid al-Azhar Kebayoran Baru yang dimulai tahun 1958.

Sezaman dengan Tafsir al-Azhar, diterbitkan Tafsir Qur’an karya H.

Zainuddin Hamidy dan Fahruddin Hs. Tafsir ini sudah mulai ditulis tahun

1953 dan cetakan pertamanya tahun 1959. Kemudian tafsir karya T.M. Hasbi

ash-Shiddiqi yaitu Tafsir al-Qur’an al-Majid al-Nur terbit pertama kali tahun

37 Musyrifah Sunanto, op cit, hlm 291.

Page 39: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

25

1956 dan Tafsir al-Qur’an al-Karim al-Bayan dicetak pertama kali tahun

1971.

Selanjutnya, al-Qur’an dan Terjemahannya dan al-Qur’an dan

Tafsirnya, disusun oleh Tim Dewan Penerjemah Yayasan Departemen Agama

pada tahun 1967. kemudian pada tahun 1981, Tafsir Rahmat karya H. Omar

Bakri.

Kitab tafsir lain yang ditulis ulama Indonesia dengan berbahasa daerah

adalah kitab Tafsir al-Kitabul Mubin karya K.H Muhammad Ramli dengan

bahasa Sunda. Kitab tafsir Raudhah al-Irfan fi Ma’rifatul al-Quran karya

Ahmad Sanusi bin Abd. Rohim dari Sukabumi, dengan bahasa Sunda, kitab

Tafsir al-Ibriz li Ma’rifah al-Tafsir al Quran al-‘Aziz karya KH. Bisri Mustafa

dari Rembang, dengan bahasa Jawa (Arab Pegon) dan kitab tafsir Al-Iklil fi

Ma’ani Tanzil karya KH. Misbah bin Zaenul Musthafa dari Bangilan, dengan

bahasa Jawa (Arab Pegon) 30 jilid, 4800 halaman.

Ada pula kitab tafsir karya Dr. Quraisy Shihab Tafsir al-Amanah yang

termuat semula pada majalah Amanah, menunjukkan kecenderungan baru

dalam metode penafsiran Qur’an di Indonesia. Selain itu diterbitkan pula

Tafsir al-Misbah pada tahun 2002.

Selain itu karya-karya tafsir muncul dari para mufasir yang berlatar

belakang pendidikan umum, seperti:

- Prof. Ahmad Baiquni, M.Sc, Ph.D. (1923-1999) dengan judul Al-

Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman.

- Baharuddin Lopa (1935-2001) menulis tafsir dengan judul Al-Qur’an

dan HAM.

- Muhammad Dawam Raharjo38 menulis tafsir dengan judul

Ensiklopedi al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep

Kunci.

38 A. Hasan Asy’ari Ulama’i, “Ensiklopedi al-Qur’an (Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci karya dawam raharjo)” TEOLOGIA Jurnal-Jurnal Ilmu Ushuluddin, FakultasUshuluddin IAIN Walisongo Semarang, Semarang, Volume 15 Nomor 2, Juli 2004, hlm 124

Page 40: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

26

Terakhir sekali, tafsir modern yang berbahasa Arab diterbitkan dalam

bentuk terjemahan di Indonesia seperti Tafsir fi Zhilalil Qur’an karya Sayid

Quthub dan Tafsir al- Maraghi karya Ahmad Musthafa al-Maraghi.39

39 Musyrifah Sunanto, op cit, hlm 298

Page 41: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

27

BAB III

KARAKTERISTIK TAFSIR FAIDH AR-RAHMAN

A. Biografi K.H. Muhammad Shaleh Darat

Nama lengkapnya adalah Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani,

atau lebih dikenal dengan sebutan Kiai Shaleh Darat. Ayahnya adalah Kiai

Umar. Kiai Umar dan Kiai Syada’ serta Kiai Murtadha merupakan pejuang

dan orang kepercayaan Pangeran Dipenogoro di Jawa bagian Utara,

Semarang. Kiai Shaleh Darat dilahirkan di Desa Kedung Jumbleng,

Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, sekitar tahun 1235

H/1820 M. Sedangkan informasi lainnya menyatakan bahwa, Kiai Shaleh

Darat dilahirkan di Bangsri, Jepara. Beliau wafat di Semarang pada hari

Jum’at Legi tanggal 28 Ramadhan 1321 H/18 Desember 1903 M.1 di

makamkan di Pemakaman Umum Bergota Semarang. Makamnya banyak

diziarahi orang, baik dari Semarang dan sekitarnya maupun dari daerah lain,

khususnya pada upacara khaulnya.

Di kalangan para Kiai Jawa maupun Semarang dan sekitarnya lebih

dikenal dengan sebutan: “Kiai Shaleh Darat” atau “Mbah Shaleh Darat”.

Sebutan itu, beliau akui sendiri dan tertera pada sampul karya tulisnya yang

berjudul: Syarh Barzanji.

Beliau disebut Kiai Shaleh Darat, karena beliau tinggal di kawasan yang

bernama “Darat”, yaitu suatu daerah dekat pantai utara Semarang, tempat

mendarat orang-orang dari luar Jawa. Kini daerah “Darat”, termasuk wilayah

kelurahan Dadapsari kecamatan Semarang Utara. Adanya penambahan ini,

memang sudah menjadi kebiasaan atau ciri dari orang-orang yang terkenal di

masyarakatnya.

Setelah belajar di beberapa daerah di Jawa, seperti di daerah Waturoyo

Kajen Margoyoso Pati, di Kudus, di Desa Bulus Gebang, dan di Semarang,

Kiai Shaleh Darat bersama ayahnya berangkat ke Makkah untuk menunaikan

1 K.H. A. Aziz Masyhuri, 99 Kiai Kharismatik Indonesia Biografi, Perjuangan, Ajaran,dan Doa-doa Utama yang Diwariskan, Kutub, Yogyakarta, 2008, hlm 66

Page 42: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

28

ibadah haji. Ayahnya wafat di Makkah, kemudian Kiai Shaleh Darat menetap

di Makkah beberapa tahun untuk menuntut ilmu. Pada waktu itu abad ke-19,

banyak santri Indonesia yang berdatangan ke Makkah guna menuntut ilmu

agama di sana. Termasuk di dalamnya, Kiai Shaleh Darat. Beliau pergi ke

Makkah dan menetap di sana guna menuntut ilmu agama dalam waktu yang

cukup lama. Sayangnya, tidak diketahui secara pasti tahun berapa beliau ke

Makkah dan kapan kembali ke tanah air.2

Karier Kiai Shaleh Darat diawali sebagai guru yang diperbantukan di

Pondok Pesantren Salatiang, yang terletak di Desa Maron, Kecamatan Loana,

Purworejo. Pesantren ini didirikan sekitar abad ke-18 oleh tiga orang sufi,

masing-masing adalah Kiai Achmad Alim, Kiai Muhammad Alim, dan Kiai

Zain al-Alim.dalam perkembangan selanjutnya, pesantren ini dipercayakan

kepada Kiai Zain al-Alim. Sementara Kiai Achmad Alim mengasuh sebuah

pesantren yang bernama al-Imam, di Desa Bulus, Kecamatan Gebang. Adapun

Kiai Muhammad Alim mengembangkan pesantrennya di Desa Maron, yang

kini dikenal dengan pesantren al-Anwar. Jadi kedudukan Kiai Shaleh Darat

sebagai pengajar yang membantu Kiai Zain al-Alim.

Pesantren Salatiang sendiri lebih memfokuskan pada bidang

penghafalan al-Qur’an, di samping mengajarkan kitab kuning. Di sinilah besar

kemungkinan, Kiai Shaleh Darat diperbantukan untuk mengajarkan kitab-

kitab kuning, seperti Fiqh, Tafsir, Nahwu, dan Sharaf kepada santri yang

sedang menghafalkan al-Qur’an.3

Tidak jelas, berapa lama Kiai Shaleh Darat menjadi guru pembantu di

pesantren Salatiang. Sejarah hanya mencatat, bahwa sekitar tahun 1870-an

Kiai Shaleh Darat mendirikan pesantren baru di Darat, Semarang. Hitungan

ini didasarkan pada kitabnya, Matn al-Hikam, yang ditulis rampung dengan

2 Ibid, hlm 673 Ibid. hlm 76

Page 43: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

29

menggunakan bahasa Arab Pegon pada tahun 1289 H/1871 M.4 Pesantren

Darat merupakan pesantren tertua kedua di Semarang, setelah pesantren

Dondong Mangkang Wetan, di Semarang yang didirikan oleh Kiai Sada’ dan

Kiai Darda’. Di pesantren ini juga Kiai Shaleh Darat pernah menuntut ilmu

sebelum pergi ke Makkah.

Selama mengasuh pesantren, Kiai Shaleh Darat dikenal kurang begitu

memperhatikan kelembagaan pesantren. Karena faktor inilah, pesantren Darat

menghilang tanpa bekas sepeninggal Kiai Shaleh Darat, pada tahun 1903 M.

konon bersamaan dengan wafatnya Kiai Shaleh Darat, salah seorang santri

seniornya, Kiai Idris dari Solo, telah memboyong sejumlah santri dari

pesantren Darat ini ke Solo. Kiai Idris inilah yang kemudian menghidupkan

kembali Pondok Pesantern Jamsaren, yang pernah didirikan oleh Kiai Jamsari.

Ada versi lain yang menyebutkan bahwa pesantren yang didirikan oleh

Kiai Shaleh Darat bukanlah arti sebenarnya, di mana ada bangunan fisik yang

mendukung. Pesantren Darat hanyalah bentuk majelis pengajian dengan kajian

bermutu yang diikuti oleh para santri kalong. Ini mungkin terjadi, mengingat

kedekatan Pesantren Darat dengan Pesantren Mangkang, di mana Kiai Shaleh

Darat pernah belajar di sana, bisa mempengaruhi tingkat ketawadluan Kiai

senior.5

B. Karya-karyanya.

Di akhir abad 19 dan awal ke-20, banyak ulama Indonesia yang

menghasilkan karya tulis besar. Tidak sedikit dari karya-karya mereka yang

ditulis dengan bahasa Arab. Setelah Kiai Ahmad Rifa’i dari kalisasak (1786),

yang banyak menulis kitab berbahasa Jawa, tampaknya Kiai Shaleh Darat

adalah satu-satunya ulama, akhir abad ke-19 yang karya tulis keagamaannya

berbahasa Jawa.

4 Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren Perhelatan Agama dan Tradisi, LKIS,Yogyakarta, 2004, hlm. 138. Lihat, Muhammad Shaleh ibn Umar as-Samarani, Matn al-Hikam,Toha Putra, Semarang, t.th, hlm. 2.

5 K.H. A. Aziz Masyhuri, op. cit, hlm 75

Page 44: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

30

Adapun karya-karya Kiai Shaleh Darat yang sebagiannya merupakan

terjemahan, kurang lebih ada 14 buah, yaitu:

1. Majmu’at al-Syariat al-Kafiyat li al-Awam.6

Kitab ini terdiri dari dua bagian, yaitu : bagian pertama, berkaitan

dengan permasalahan iman dan sedikit persoalan akhlak atau moral

dalam hubungannya dengan penguasa. Bagian kedua, berkaitan dengan

fiqh, terutama yang berkaitan dengan masalah ubudiyah, diteruskan

dengan masalah muamalah dan munakahat.

2. Munjiyat Metik Saking Ihya ‘Ulum al-Din al-Ghazali.7

Sebuah kitab yang merupakan petikan dari kitab Ihya ‘Ulum al-Din

jilid III dan IV. Kitab ini terdiri dari dua bagian, yaitu :

- Bagian pertama, Muhlikat Madzmumah atau perbuatan yang

dapat membinasakan dan tercela.

- Bagian kedua, Munjiyat Mahmudah atau perbuatan yang

menyelamatkan dan terpuji.

3. Lathaif al-Thaharat wa Asrar al-Sholah fi Kaifiyat Sholat al-Abidin wa

al-Arifin.8

Kitab ini ditulis dengan bahasa Jawa dan selesai pada tanggal 27

Sya’ban 1307 H/18 April 1890 M, kemudian dilanjutkan dengan

pembahasan Asrar Shaum atau rahasia-rahasia puasa, keutamaan bulan

Sya’ban, bulan Muharram, dan bulan Rajab.

4. Manasik al-Hajj wa al-‘Umrah

Kitab ini berisi tuntunan atau tata cara ibadah haji dan umrah yang

dimulai dengan riwayat melaksanakan haji, kemudian keutamaan Bait

Allah, syarat dan rukun haji beserta umrah, tata kerama melaksanakan

ibadah haji.

6 Muhammad Shaleh ibn Umar as-Samarani, Majmu’at al-Syariat al-Kafiyat li al-Awam,Toha Putra, Semarang, t.th.

7 Muhammad Shaleh ibn Umar as-Samarani, Munjiyat Metik Saking Ihya’ Ulum ad-Dinal-Gazali, Toha Putra, Semarang, t.th.

8 Muhammad Shaleh ibn Umar as-Samarani, Lathaif al-Thaharat wa Asrar al-Sholah fiKaifiyat Sholat al-Abidin wa al-Arifin, Toha Putra, Semarang: t.th.

Page 45: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

31

5. Matn al-Hikam9

Kitab ini merupakan terjemahan dan ringkasan dari kitab al-Hikam

karya Syaikh Ahmad ibn Ata’ al-Askandari, merupakan kitab terjemahan

dalam bahasa Jawa, merupakan kitab Tasawuf.

6. Sabilul al-Abid Terjemah Jauhar al-Tauhid, karya Ibrahim Laqqani

Kitab ini merupakan terjemahan berbahasa Jawa. Dalam kitab ini

disampaikan, bahwa orang Islam wajib mengetahui tiga hal, yaitu:

pertama, Ilmu Tauhid. Kedua, Ilmu Fiqih. Ketiga, Ilmu Tasawuf.

7. Fasalatan

Kitab ini ditujukan untuk orang-orang awam, yang berisi hal-hal

yang berhubungan dengan shalat (tuntunan shalat) lima waktu sesuai

syari’at, kitab ini ditulis dengan bahasa Jawa berhuruf Arab Pegon.

8. Minhaj al-Atqiya fi Syarh Ma’rifah al-Atqiyah ila Thariq al-Aulia

Kitab ini merupakan terjemahan dan syarh dari nazham Hidayah

al-Azkiya’ ila Thariq al-Auliya karya Syaikh Zain ad-Din al-Malibari,

dengan menggunakan bahasa Jawa huruf Arab dengan maksud agar

manfaat bagi Awam al-Mukmin al-Jawi.

9. Al-Mursyid al-Wajiz fi ‘Ilm al-Qur’an al ‘Aziz

Kitab ini berisi tentang ilmu-ilmu al-Qur’an dan ilmu tajwid,

meliputi: pendidikan al-Qur’an, keutamaan mengajarkan al-Qur’an,

biaya pendidikan al-Qur’an, kesopanan membaca al-Qur’an dan

menghafalkannya, serta tajwid (sifat-sifat huruf, bacaan sampai pada

tanda waqof).

10. Syarh Barzanji.

kitab ini merupakan terjemahan dari kitab Barzanji karya Syaikh

Baranji dengan menggunakan bahasa Jawa huruf Arab seperti ktab-

kitabnya yang lain.

9 Muhammad Shaleh ibn Umar as-Samarani, Matn al-Hikam, Toha Putra, Semarang, t.th.

Page 46: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

32

11. Kitab Tafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-

Dayyan.10

Sebuah kitab tafsir al-Qur’an al-‘Azhim yang bercorak isyari dari

surat al-Fatihah sampai surat al-Nisa’, terdiri dari dua jilid besar, jilid

pertama terdiri dari surat al-Fatihah sampai surat al-Baqarah sebanyak

503 halaman, sedangkan jilid kedua terdiri dari surat Ali ‘Imran sampai

surat al-Nisa’ sebanyak 705 halaman.

12. Kitab Al-Mahabbah wa al-Mawaddah fi Tarjamah Qaul al-Burdah fi

Mahabbah wa al-Madhu ‘ala Sayyid al-Mursalin.

Kitab ini terkenal dengan sebutan Syarh al-Maulid al-Burdah dan

kitab ini adalah karya Abu Abd Allah Muhammad Said al-Busiri (1212-

1296 M) dalam bentuk syair. Berisi tentang sanjungan terhadap Nabi

Muhammad SAW, sejumlah kemu’jizatan Rasulullah SAW, keagungan

al-Qur’an, peperangan dan ditutup dengan doa.

13. Kitab Manasik Kaifiyah al-Shalat al-Musyafirin.

Kitab ini ditulis pada tahun 1288 H/1870 M, diterjemahkan ke

dalam bahasa Melayu oleh ‘Abd al-Ra’uf Trenggono (sumber lain

mengatakan Abd al-Yusuf Trenggono). Kitab ini (kalau melihat

judulnya) berisi tentang tata cara melaksanakan shalat fardu bagi orang

yang sedang dalam perjalanan.

14. Kitab Hadits al-Mi’raj.

Kitab ini selesai ditulis pada malam Ahad jam 10.00 (22.00)

tanggal 2 Rajab 1314 H/7 Desember 1896 M. dan dicetak pada tanggal

26 Rabi’uts Tsani 1315 H./24 September 1897 M. kitab ini dicetak

sebelum kitab Fasalatan dan Sabilul al-Abid Terjemah Jauhar al-

Tauhid.

10Muhammad Shaleh ibn Umar as-Samarani Tafsir Faidh ar-Rahman fi Tarjamah TafsirKalam Malik ad-Dayyan , Percetakan Haji Muhammad Amin, Singapura, juz 1, 1309 H/1893 M.dan juz 2, 1312 H/1895 M.

Page 47: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

33

C. Sketsa Tafsir Faidh ar-Rahman

1. Latar Belakang Penulisan

Mengenal sosok Kiai Shaleh Darat tidak bisa luput dari perhatian kita

terhadap kitab tafsîr Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-

Dayyan sebagai karya terbesarnya dalam bidang tafsir. Sebuah kitab tafsîr

yang dikarang oleh ulama besar bernama K.H. Muhammad Shaleh Ibn

Umar as-Samarani (1321 H/1903 M).

Selanjutnya penulis mencoba mengenal kitab tersebut lebih jauh, dan

sebagai langkah awal kita harus harus mengingat pendapat Kiai Shaleh

Darat sendiri tentang kitabnya. Menurut keterangan Kiai Shaleh Darat,

penulisan tafsîr Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-

Dayyan ini dilatarbelakangi oleh keinginan Kiai Shaleh Darat untuk

menerjemahkan al-Qur’an ke dalam bahasa Jawa sehingga orang-orang

awam pada masa itu bisa mempelajari al-Qur’an karena saat itu orang-orang

tidak bisa bahasa Arab11 dan sebagai jawaban bagi kegelisahan R.A.

Kartini. Karena pada waktu itu tidak ada ulama yang berani menerjemahkan

al-Qur’an dalam bahasa Jawa karena al-Quran dianggap terlalu suci, tidak

boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun dan melarang keras

penerjemahan dan penafsiran al-Quran dalam bahasa Jawa.12 Dari segi

bentuk dan kemasannya, kitab ini terdiri dari dua jilid dan diterbitan pertama

di Singapura oleh percetakan Haji Muhammad Amin pada tanggal 27

Rabi’ul Akhir 1311 H/7 November 1893 M.

11 kita dapat mengetahuinya dari muqaddimah kitab Tafsir Faidh ar-Rahman fi TarjamahTafsir Kalam Malik ad-Dayyan, sebagai berikut:

رتي معناني اراني لن اورا چرتي معناني قرأن كران اورا ڠن اا-نعجم اورا فدا اڠغالبي ووسن الى احالى انیڠااوي ترجمھني معناني قرأنسنكونو دادي امك ان مكران قرأن تموروني كلون بسا عرب

“Saya melihat secara umum pada orang-orang awam tidak ada yang memperhatikantentang maknanya al-Qur’an karena tidak tahu caranya dan tidak tahu maknanya karenaal-Quran diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, maka dari itu saya bermaksudmembuat terjemahan arti al-Qur’an”12h t t p: www.pakdenono.com Redaksi, Kumpulan Berita-Sejarah-SWARAMUSLIM.net

2003-Mei 2006 “Mengenang Kartini” (Di download pada tanggal 4 Juli 2006).

Page 48: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

34

Dibawah ini, penulis akan menjelaskan cara penyusunan kitab Tafsir

Faidh al-Rahman yang dilakukan oleh Kiai Shaleh Darat dari jilid pertama

sampai jilid kedua.

- Jilid Pertama, diawali dengan muqaddimah kitab Tafsir Faidh al-Rahman, lalu dilanjutkan dengan muqaddimah Surat al-Fatihah,kemudian dilanjutkan dengan penafsiran ayat 1 sampai ayat 7.Kemudian dilanjutkan dengan tafsir Surat al-Baqarah yang dimulaidengan muqaddimah Surat al-Baqarah kemudian penafsiran ayat 1sampai ayat 286. Dengan jumlah isinya 503 halaman. Jilid pertamaini mulai ditulis pada malam Kamis 20 Rajab 1309 H/19 Februari1892 M, dan selesai pada malam Kamis 19 Jumad al-Awal 1310H/9 Desember 1892 M. dicetak di Singapura oleh percetakan HajiMuhammad Amin pada tanggal 27 Rabi’ul Akhir 1311 H/7November 1893 M.

Contoh penafsiran Surat al-Baqarah:

آیةوثمانونسورة البقرة مدنیة مائتان وست او سبع

وولوڠ

- ،لھ فتو اتوا نم سبب اختالفي وفق فو

انا اڠ مكة

،اتوا عرفة اتوا تبوك

اول لي -اتوي ایكي سورة بقرة ایكو اول،سناجن تموروني اورا انا اڠ مكة

فیراڠ فائداھي -اتوي ایكي سورة بقرة ایكو انا فیراڠ،ني ایة بعد الھجرة تمورو

فاوني بطل لن

نھي لن لن سیوو،ڠ جروني ایكي سورة انا سیوو امر ا،

رف و،لن سیوو خبر ،سیوو حكم ا أن چف قر

13.اعوذ باهللا من الشطان الرجیم

Terjemahnya:

Surat al-Baqarah termasuk surat Madaniyah,ayatnya ada dua ratus delapan puluh enam atau dua ratus

delapan puluh tujuh

13 Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Tafsir Faidh ar-Rahman fi TarjamahTafsir Kalam Malik ad-Dayyan, Juz 1, Percetakan Haji Muhammad Amin, Singapura, 1309H/1893 M, hlm 23.

Page 49: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

35

Surat al-Baqarah ini turunnya di Madinah ayatnya ada dua ratusdelapan puluh tujuh atau enam disebabkan perbedaan waqof,bisa dikatakan Madaniyyah atau Makiyyah, yaitu di mana adasurat yang turunnya sesudah hijrah disebut Madaniyyahwalaupun turunnya ada di Makkah atau Arafah atau Tabuk, ayatyang turun sebelum hijrah disebut Makiyyah walaupun turunnyatidak di Makkah, surat al-Baqarah ini awal-awal ayat turunsesudah hijrah, surat al-Baqarah ini banyak sekali manfaatnyajika dibaca di rumah maka syaithan tidak bisa masuk kedalamnya selama tiga hari dan bisa menggagalkan perbuatantukang sihir , di dalam surat al-Baqarah ini terdapat seribuperintah, dan seribu larangan dan seribu hukum, dan seribukhabar, dan disunahkan bagi orang membaca al-Qur’anmengucapkan A’udzubillahi min asy-Syaithon al-Rojim.

- Jilid Kedua, dimulai dari muqaddimah dari penulis kemudianmuqaddimah surat Ali ‘Imran dan dilanjutkan dengan penafsiranayat 1 sampai ayat 200. Kemudian dilanjutkan dengan tafsir suratal-Nisa’ yang dimulai dengan muqaddimah Surat al-Nisa’kemudian penafsiran ayat 1 sampai ayat 176. Dengan jumlah isinya705 halaman. Jilid Kedua ini diselesaikannya pada hari Selasatanggal 17 Safar 1312 H/20 Agustus 1894 M. dan dicetak olehpercetakan Haji Muhammad Amin pada tahun 1312 H/1895 M.

Contoh penafsiran surat al-Nisa’:

سورة النساء مد نیة مائة وخمس او ست او سبع وسبعون ایة

مد نیة نارا

،،

14.سبب سولیاني وقفي

Terjemahnya:

Surat al-Nisa’ termasuk surat Madaniyah, ayatnya ada seratustujuh puluh lima atau enam atau tujuh.

Artinya surat ini dinamakan surat al-Nisa’ sebab turunnya dikota Madinah, ayatnya ada seratus tujuh puluh lima atau enamatau tujuh disebabkan perbedaan pada waqof (tanda berhenti).

14 Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Tafsir Faidh ar-Rahman fi TarjamahTafsir Kalam Malik ad-Dayyan, Juz 2, Percetakan Haji Muhammad Amin, Singapura, 1309H/1893 M, Juz 2, hlm 322.

Page 50: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

36

2. Sistematika dan Teknik Penulisan

Setiap kitab tafsir yang ditulis oleh mufassir memiliki sistematika

yang berbeda dengan kitab lainnya. Perbedaan tersebut sangat tergantung

pada kecenderungan, keahlian, minat, dan sudut pandang penulis yang di

pengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalaman serta tujuan

yang ingin dicapai penulisnya.

Sistematika penafsiran al-Qur’an adalah aturan penyusunan atau tata

cara dalam menafsirkan al-Qur’an, misalnya yang berkaitan dengan teknik

penyusunan atau penulisan sebuah tafsir. Jadi sistematika penafsiran lebih

menekankan pada prosedur penafsiran yang dilalui atau menekankan pada

urutan–urutan al-Qur’an.

Dalam Tafsir Faidh al-Rahman pembahasannya dimulai dengan

mengarahkan keterangan tentang identitas surat yang meliputi sejarah

turunya sebuah surat, kemudian melanjutkannya dengan penjelasan tentang

nama surat, tujuan surat dan jumlah ayat-ayat.

Contoh penafsiran Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani dalam

surat al-Fatihah.

سورة الفاتحة مكیة او مدینیة او مكیة مدینیة

امام كرسانيمووهاتوي سورة فاتحة ایكو نزولي قبل ھجرة دین نماني مكیة

لن دین تموروني ایكو سووسي دین فرضوكاكي . اكثر علماءكرسانيلن البیضاوي

. صالة المكتوبة لن سووسي تموروني سورة اقرأ لن یاایھا المد ثر

مجاھد ستھوني ایكي فاتحھ تموروني بعد ھجرة

.

ڠ ایة بسم اهللا ، كران اویة وروه اڠ ملیاني ایكي سورة ، اتوي ایاتي فاتحة ایكو فتو

كلماھي فاتحة فتو لیكور كلمة ، لن اتوي حروفي فاتحة ایكو ساتوس فتاڠ فولھ حروف

لیاني تشدیدي ، اعلم وروھا سیرا مؤمن ستھوني ایكي فاتحھ ایكو كالم اهللا عزوجل ننفي

نولي كادا

Page 51: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

37

15.االیة

Terjemahnya:

Surat al- Fatihah itu Makiyyah atau Madaniyyah atauMakiyyah Madaniyyah

Menurut Imam al-Baidhawi dan kebanyakan para ulama, suratal-Fatihah itu turunnya sebelum hijrah dan disebut suratMakiyyah. Dan turunnya itu sesudah di fardhukannya sholatmaktubah dan sesudah turunnya Surat Iqra’ dan Surat YaAyyuhal Muddastir dan Imam Mujahid berkata sesungguhnyasurat Fatihah itu turunnya sesudah hijrah dan disebut suratMadaniyyah dan pada waktu dibelokkannya sholat menujuKa’bah, Dan beberapa ulama mufassirin berkata sesungguhnyasurat al-Fatihah turunnya dua kali, Pertama turun di Makkah danyang kedua turun di Madinah, Sebab untuk memberitahu betapaagungnya surat ini, Ayatnya surat al-Fatihah ada tujuh ayat,menurut Imam Syafi’i Bismillah al-Rahman al-Rahimmerupakan satu ayat, dan kalimatnya surat al-Fatihah itu adadua puluh tujuh kalimat, dan hurufnya surat al-Fatihah itu adaseratus empat puluh huruf dan yang lainnya merupakan tasydid,ketahuilah wahai orang mukmin sesungguhnya surat al-Fatihahitu kalam Allah Azza wa Jalla kemudian difirmankan kepadahamba-Nya semua yaitu hamba yang beriman, ketika kamusemua berhadapan dan bertemu dengan-Ku maka ucapkanlahBismillah al-Rahman al-Rahim sampai Wa Iyyaka Nasta’in, dankemudian mintalah kamu semua kepada-Ku denganmengucapkan Ihdinas Shirath al-Ayah.

Dalam menafsirkan ayat demi ayat, beliau terlebih dahulu mengalih

bahasa, menerjermahkan kedalam bahasa Jawa (Arab Pegon). Berdasarkan

pemahamannya dan berpedoman kepada terjemahan Al-Qur’an yaitu Kitab

Imam Jalal al-Din al-Mahalli dan Imam Jalal al-Din al-Suyuthi dan Kitab

Tafsif al Kabir Imam al-Razi dan Kitab Lubab at-Ta’wil Imam al-khazin

dan Kitab Tafsir Imam al-Ghazali.16

15Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op.Cit, Juz 1, hlm 6.16 Ibid, hlm 3.

Page 52: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

38

3. Sumber Penafsiran

Para ulama tafsir mengatakan bahwa mengetahui sumber-sumber

tafsir merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki seorang mufassir. Hal

ini dimaksudkan agar mufassir dapat memahami dan menafsirkan al-Qur’an,

sehingga mufassir tersebut dapat menghasilkan suatu produk penafsiran

yang dapat di pertanggung jawabkan.

Dalam menerjemahkan Tafsir Faidh al-Rahman dalam bahasa Jawa

(Arab Pegon) K.H. Muhammad Shaleh Darat berusaha menjadikannya lebih

mudah dipahami, misalnya dengan cara memberi penjelasan-penjelasan

makna secara global, jelas dan singkat.

Dalam Tafsir Faidh al-Rahman K.H. Muhammad Shaleh Darat

mengambil bahan-bahan atau sumber yang digunakan sebagai rujukan

dalam menulis tafsirnya sebagai berikut:

- Mulai penjelasan dari Al-Quran sendiri sebab menafsirkan Al-

Qur’an dengan menggunakan Al-Qur’an sendiri, merupakan

langkah penafsiran yang paling baik.

- Mengambil keterangan dari sunnah Nabi Saw, karena sunnah

merupakan sumber paling penting yang dibutuhkan mufassir

dalam memahami makna dan hukum yang terdapat dalam surat

atau ayat.

- Mengambil keterangan dari sahabat karena mereka adalah saksi

bagi kondisi turunnya wahyu Al-Qur’an. Mereka juga orang

yang paling tahu tentang tradisi bangsa Arab pada saat wahyu

diturunkan.

- Mengambil keterangan dari para ulama salaf karena mereka

adalah pewaris nabi.

- Mengambil keterangan dari hikayat atau sejarah.

4. Contoh Penafsiran

Untuk mengetahui sejauh mana metode dan corak penafsiran Tafsir

Faidh al-Rahman, lebih lanjut penulis akan mengemukakan contoh

penafsiaran beliau dalam menafsirkan beberapa ayat-ayat al-Qur’an.

Page 53: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

39

a. Contoh penafsiran dalam Tafsir Faidh al-Rahman yang menggunakan

corak Isyari.17 sebagaimana dapat dilihat pada penafsiran ayat-ayat

berikut.

1. Al Baqarah : 173

Artinya : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimubangkai, darah, daging babi, dan binatang yang(ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa(memakannya) sedang Dia tidak menginginkannyadan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak adadosa baginya. Sesungguhnya Allah MahaPengampun lagi Maha Penyayang.

Arti Isyari:

Sesungguhnya makna dari bangkai adalah harta benda.

Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW: “Jika hati kalian lebih

mencintai harta benda dan harta benda itu bisa melupakanmu

dari mencintai Allah, maka harta benda itu bisa jadi haram”.

Sedangkan makna dari babi adalah hawa nafsu, babi dibaratkan

hawa nafsu karena keduanya sama-sama buruk dan sama-sama

jelek di dalam maupun di luarnya. Arti dari darah adalah

syahwat. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW: Jika syahwat

tidak bertempat di dalam darah maka syetan tidak bisa masuk ke

dalam tubuh manusia. Ibarat dari binatang yang (ketika

disembelih) disebut (nama) selain Allah adalah perbuatan-

17 Corak ini paling banyak dalam Tafsir Faidh al-Rahman. Dalam surat al-Baqarah,terdapat 175 ayat, dalam surat Ali Imran terdapat 122 ayat, dalam surat an-Nisa’ terdapat 60 ayat.

Page 54: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

40

perbuatan yang dikerjakan tidak dengan rasa ikhlas dan tidak

karena allah. Jadi ayat ini bisa diartikan sebagai berikut “ haram

jika hati kalian lebih mencintai harta benda daripada cinta

kepada Allah dan cinta kepada hawa nafsu dan cinta kepada

syahwat dan cinta dengan selain Allah tetapi Barangsiapa dalam

Keadaan terpaksa melakukannya, sedang Dia tidak

menginginkannya banyak dan tidak pula melampaui batas,

Maka tidak ada dosa baginya.18

2. An-Nisa : 93

Artinya: Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmindengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam,kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya,dan mengutukinya serta menyediakan azab yangbesar baginya.

Arti Isyari :

Sesungguhnya hati nurani itu sudah beriman pada asal

penciptaannya, dan nafsu amarah itu sudah kufur pada asal

penciptaannya. Dan antara hati nurani dan nafsu amarah itu

saling bermusuhan untuk selamanya. Sesungguhnya hidupnya

hati nurani itu bertujuan untuk membunuh nafsu insani, jadi jika

nafsu insani itu hidup maka hati nurani akan mati. Nafsu insani

bisa menjadi kufur ketika membunuh hati nurani dikarenakan

nafsu insani yang ingin mengalahkan dan menguasai hati nurani

dan balasan dari perbuatan nafsu insani ini adalah neraka

jahanam.19

18 Ibid, hlm 26419Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op. Cit, juz 2, hlm 555

Page 55: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

41

3. An-Nisa : 139

Artinya: Orang-orang yang mengambil orang-orang kafirmenjadi teman-teman penolong denganmeninggalkan orang-orang mukmin. Apakahmereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu?Maka Sesungguhnya semua kekuatan kepunyaanAllah.

Arti Isyari :

Ayat ini menjelaskan bahwa Ahlu Qulub dilarang untuk

duduk bersama atau bermusyawarah kepada Ahlu Nufus dan

tidak boleh mengerjakan apa yang dikerjakan oleh Ahlu Nufus,

jika Ahlu Qulub duduk bersama dan mengerjakan apa yang

dikerjakan oleh Ahlu Nufus maka tidak ada bedanya antara Ahlu

Qulub dan Ahlu Nufus.20

4. Al-Baqarah : 221

20 Ibid. hlm. 645

Page 56: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

42

Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanitamusyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnyawanita budak yang mukmin lebih baik dari wanitamusyrik, walaupun Dia menarik hatimu. danjanganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum merekaberiman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebihbaik dari orang musyrik, walaupun Dia menarikhatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allahmengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya merekamengambil pelajaran.

Arti Isyari :

Berpegangan dengan ajaran orang-orang Islam itu lebih

baik daripada berpegangan dengan ajaran orang-orang Kafir

walaupun dalam ajaran orang-orang Kafir itu penuh dengan

kesenangan nafsu disebabkan orang-orang Kafir itu mengajak

kita menuju ke neraka, dan neraka itu selalu di kelilingi oleh

syahwat. Perbuatan para wanita muslimah itu selalu mengarah

ke surga dan mengajak kita untuk mencari ampunan dari Allah.

Karena surga selalu di kelilingi oleh hal-hal yang tidak

disenangi oleh nafsu.21

5. An- Nisa : 66

Artinya: Dan Sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepadamereka: "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamudari kampungmu", niscaya mereka tidak akanmelakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka.dan Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan

21Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op. Cit, Juz 1, hlm. 340

Page 57: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

43

pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulahhal yang demikian itu lebih baik bagi mereka danlebih menguatkan (iman mereka).

Arti Isyari:

Hakikat dari “Bunuhlah dirimu” adalah membunuh

sesuatu yang mengotori nafsu dan membunuh sesuatu yang

disenangi oleh nafsu sehingga nafsu bisa hidup dan patuh pada

perintah Allah. Dan hakikat dari “keluarlah kamu dari

kampungmu” adalah keluar dari tempat-tempat yang disenangi

oleh nafsu, yang bisa melupakan kepada Allah.22

6. An-Nisa : 116

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosamempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Diamengampuni dosa yang selain syirik bagi siapayang dikehendakiNya. Barangsiapa yangmempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, MakaSesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.

Arti Isyari :

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah sudah membuat surga

beserta penghuninya, yang disebut Sa’adah (orang-orang yang

bahagia) dan sudah membuat neraka beserta penghuninya, yang

disebut Saqiyah (orang-orang yang celaka). Dan Allah juga telah

menciptakan Syetan untuk mengajak manusia dalam kebathilan

dan untuk mengikuti hawa nafsunya, tidak mematuhi perintah

dari Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah “Adapun orang-

orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di

dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan

22Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op. Cit, juz 2 hlm 490

Page 58: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

44

merintih), Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka

tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama

ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang

lain) sebagai karunia yang tiada putus-putusnya” 23

7. Al-Baqarah : 219

Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar danjudi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosayang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya".

Arti Isyari :

Khamar hakekatnya terbuat dari beberapa jenis yaitu

anggur, kurma dan anggur kering. Sedangkan khamar secara

batin terbuat dari beberapa jenis hal yaitu syahwat, hawa, rasa

lupa dan cinta dunia. Jadi khamar batin itu bisa memabukkan

pada nafsu dan memabukkan pada akal insaniyah, dan jika

meminum khamar batin itu merupakan dosa besar.24

8. Ali Imran : 27

Artinya: Engkau masukkan malam ke dalam siang danEngkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau

23 Ibid, hlm 608

24Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op. Cit, Juz 1, Hlm. 336

Page 59: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

45

keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkaukeluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkauberi rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab(batas)".

Arti Isyari :

Allah memasukkan sifat jelek (malam) ke dalam sifat

kebaikan (siang) maka hati hati orang tersebut akan menjadi

jelek (gelap) dan Allah memasukkan sifat kebaikan (siang) ke

dalam sifat jelek atau nafsu (malam) maka hati hati orang

tersebut akan menjadi terang benderang. Allah mengeluarkan

hati yang hidup dari nafsu yang mati dan Allah mengeluarkan

hati yang mati dari nafsu yang hidup.25

9. Ali Imran : 52

Artinya : Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka

(Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akanmenjadi penolong-penolongku untuk (menegakkanagama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabatsetia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong(agama) Allah, Kami beriman kepada Allah; dansaksikanlah bahwa Sesungguhnya Kami adalahorang-orang yang berserah diri.

Arti Isyari :

Sesunggunhya Isa itu diibaratkan seperti ruh dan orang-

orang Kafir diibaratkan seperti nafsu amarah dan al-Hawariyyin

diibaratkan seperti hati dan sifat-sifatnya. Jadi ketika ruh

mengetahui bahwa nafsu amarah tidak mau mematuhi

25Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op. Cit, juz 2, hlm 51

Page 60: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

46

perintahnya. Maka ruh berkata “Siapakah yang akan menjadi

penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” lalu

hati berkata “kamilah yang akan menjadi penolong-penolongmu

untuk (menegakkan agama) Allah”.26

10. Al Baqarah : 46

Artinya : Orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akanmenemui Tuhannya, dan bahwa mereka akankembali kepada-Nya.

Arti Isyari :

Yang dimaksud dengan kata “Menemui Tuhannya” adalah

menemui pembalasan amalnya dari Allah bukan bertemu dengan

wujud asli dari Allah. Dan arti yang lain dari kata “Menemui

Tuhannya” adalah mati. Jadi arti dari ayat ini adalah Orang-

orang yang meyakini, bahwa mereka akan mati, dan bahwa

mereka akan kembali kepada-Nya.27

Contoh penafsiran dalam Tafsir Faidh ar-Rahman pada surat Ali

Imran: 82 secara utuh :

یمناكن نبي محمد سووسي ووس دین جاجیني كي سي میمك سفا وو

سي ت.فاسقكایكو وو٢كونو مكدالم عالم االرواح ایكو مك ووا

.روة فرنتةاورا متو

26 Ibid, hlm 55527Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op. Cit, juz 1, hlm 115

Page 61: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

47

معني االشاري

ذریة ادم علیھ الصالة والسالم ڠتوكاكن استھوني اهللا سبحانھ وتعالى ایكو

.ادم كلون وحدانیة اهللاڠصلب ادم كاي دیني اولیھي جاجیني اهللا اكس

مك .علیھ وسلمرسالة محمد صلى اهللافرا انبیاء كلونڠا جاجیني اسمونو او

ندیكا واذا فدا اولیھي جاجیني انتراني انبیاء كابیھ لن انتراني امتي سناجن ف

ولي بعد ندیكا فمن تالى فكرن نیمیثاق النبي ایكو خصوص انبیاءاخد اهللا

یمناكن ینتا ڠارتیني دین جاجیني انبیاء كابیھ ا.ذلك فاولئك ھم الفاسقون

ایمان كلون محمد ي سكي میمك سفا وونبي محمدڠسیرا كابیھ یا انبیاء ا

مك نولى اورا ایمان فرا انبیاء كابیھ كفوربھ ایمانكسووسي دین جاجیني س

دین اهللا لن اورا ككونو اوكي فاسقون ارتیني متو سمكمك اتوي وو

.امادوي ا

اسباب النزول

ڠاكو نتفي ااھل الكتاب الیھودي و النصاري ٢سبن ٢اكو لن تتكالني فدا

نبي صلى اهللا علیھ رساني كنجڠمك فادو توكر انا اماني نبي ابراھیماا

٢ندیكا سیدنا محمد صلى اهللا علیھ وسلم اتوي سیرا كرو وسلم مك نولي

دین كلن لبران سیرا كارو ساماني نبي ابراھیماڠایكو اورا نتفي ا

ف یھودي لن چواھل الكتاب كابیھ لن فدا ٢مك نولي فدا موریابراھیم

مك تمورون ندیكا مكاتن فونیكانصراني بوتن تریما لن بوتن رضا حكومن ف

٢٨.ایكي ایة فقال تعالى

Artinya: Barang siapa yang berpaling sesudah itu, Makamereka Itulah orang-orang yang fasik

Terjemahnya:

Barang siapa berpaling dari beriman kepada NabiMuhammad sesudah berjanji di Alam Arwah maka orang orangitu disebut Fasiq, maksudnya tidak mengikuti perintah.

Arti isyarahnya:

Sesungguhnya Allah SWT itu menciptakan keluarga NabiAdam as dari tulang rusuknya Adam, hal ini sesuai yangdijanjikan oleh Allah kepada Adam dengan sifat wahdaniyah-

28Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op. Cit, Juz 2, hlm 136.

Page 62: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

48

Nya, begitu juga dengan janjinya para Nabi dengan risalah yangdibawa oleh Nabi Muhammad SAW. maka antara para Nabi danumatnya akan mendapatkan janji dari Allah walaupun firman“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari para nabi” ituberlaku khusus untuk para Nabi disebabkab ada firman yang lain“Barang siapa yang berpaling sesudah itu, Maka mereka Itulahorang-orang yang fasik” artinya dijanjikan kalian semua (paraNabi) jika kalian semua beriman kepada Nabi Muhammad.maka barang siapa berpaling dari iman kepada Muhammadsesudah dijanjikan dari para Nabi, maka kalian akan jadi kufurkemudian tidak beriman, maka orang itu disebut Fasiqun artinyakeluar dari agamanya Allah dan tidak mempunyai agama.

Asbabun Nuzul:

Ketika tiap-tiap Ahlu Kitab dari Yahudi dan Nasranimengaku-ngaku mempunyai agama seperti agamanya NabiIbrahim hingga mereka saling bertengkar di hadapan kanjengNabi Muhammad SAW, kemudian Sayyidina Rasulullah SAWberkata kalian semua itu tidak mengikuti agamanya NabiIbrahim dan kalian semua itu berpaling dari agamanya NabiIbrahim, kemudian Ahlu Kitab Yahudi dan Nasrani marah danberkata tidak terima dan tidak terima jika Engkau berkatademikian, kemudian turunlah ayat ini

b. Contoh penafsiran dalam Tafsir Faidh al-Rahman yang menggunakan

corak fiqih. sebagaimana dapat dilihat pada penafsiran ayat-ayat

berikut

1. Surat an-Nisa’: 102.

- Sholat Khauf

Artinya: Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengahterhadap senjatamu dan harta bendamu, lalumereka menyerbu kamu dengan sekaligus. dantidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-

Page 63: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

49

senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahankarena hujan atau karena kamu memang sakit; dansiap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telahmenyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.

Penjelasannya :

Orang-orang Kafir semua berharap jika kalian semua itu

lupa terhadap senjata dan perbekalan kalian, kemudian orang-

orang Kafir itu akan menyerang kalian dengan satu serangan,

disebabkan kalian semua sedang mengerjakan sholat,

selanjutnya kalian semua akan dibawa dan dipindahkan oleh

orang-orang Kafir, maka dari itu kalian semua diperintahkan

untuk membawa senjata.

Abu Yusuf dan pengikut Imam Abu Hanifah ra. Berkata:

sesungguhnya sholat khauf itu khusus untuk Rasulullah SAW

saja, maka tidak boleh mengerjakan sholat khauf selain Nabi

setelah Nabi SAW wafat, dikarenakan merujuk pada ayat “Dan

apabila kamu berada di tengah-tengah mereka”, dan seluruh

Ulama dan Ahli Fiqh berkata, sesungguhnya sholat khauf itu

jika hukumnya sudah sah untuk Rasulullah SAW maka wajib

bagi yang lain (umatnya) karena kita mengikuti apa yang

Rasulullah SAW kerjakan, Allah SWT berfirman “maka ikutilah

dia”, dan Rasulullah SAW bersabda “Sholatlah kalian semua

seperti apa yang kamu lihat ketika saya sholat”, dan dikarenakan

semua sahabat juga mengerjakan sholat itu.

Sedangkan cara sholat khauf itu sudah banyak ditulis di

dalam kitab-kitab fiqh, maka kembalilah kepada apa yang sudah

kamu ketahui, jadi penjelasan ayat di atas menyuruh kita untuk

membawa senjata ketika sholat jika sewaktu-waktu ada

musuh.29

29Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op. Cit, juz 2, hlm 579.

Page 64: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

50

2. Al-Baqarah : 280

- Dasar hukum hutang piutang

Artinya: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalamkesukaran, Maka berilah tangguh sampai Diaberkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atausemua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamumengetahui.

Penjelasannya:

Sesungguhnya ayat ini masih menjadi perselisihan antara

ulama mufassirin. Ibnu Abbas berkata “sesungguhnya ayat ini

ditujukan khusus bagi orang yang berutang riba”. Imam Mujahid

dan para Ulama Mufassirin berkata “sesungguhnya ayat ini

ditujukan bagi semua orang yang berutang, jika suatu saat orang

yang berhutang mengalami kesulitan maka wajib bagi orang

yang memberi hutang untuk memberi tangguh”. Melunasi

hutang itu lebih utama daripada diberi tangguh walaupun

memberi tangguh sampai dia berkelapangan itu wajib, jadi ada

amal sunah yang lebih utama daripada wajib, disebutkan dalam

satu hadist “Barangsiapa ingin diselamatkan oleh Allah SWT

dari susahnya besok di Hari Kiamat, maka lebih baik ingatlah

kalian terhadap susahnya orang yang berhutang yang tidak

punya apa-apa untuk membayar atau kalian mengurangi

hutangnya”.30

30Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op. Cit, juz 1, hlm 115

Page 65: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

51

3. Al-Baqarah : 228

- Masa iddah wanita

Artinya: Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri(menunggu) tiga kali quru'. tidak boleh merekaMenyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalamrahimnya, jika mereka beriman kepada Allah danhari akhirat. dan suami-suaminya berhakmerujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka(para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanitamempunyai hak yang seimbang dengankewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapiPara suami, mempunyai satu tingkatan kelebihandaripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagiMaha Bijaksana.

Penjelasannya:

Sesungguhnya wanita yang ditalaq atau dikhuluk atau

difasakh oleh laki-laki (suaminya) hukumnya wajib bagi wanita

untuk menahan diri selama tiga kali sesuci, jika wanita tersebut

tidak hamil dan sudah dicampuri dan anak kecil yang belum

haidh dan wanita yang tidak luas darahnya. Jika wanita yang

ditalaq itu sudah hamil maka waktu iddahnya sampai dia

melahirkan. Dan jika wanita yang ditalaq itu belum dicampuri

maka wanita itu tidak punya waktu iddah dan seketika bisa

nikah lagi dengan laki-laki lain sesudah ditalaq. Sedangkan

remaja wanita yang sudah dicampuri maka waktu iddahnya itu

Page 66: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

52

selama tiga bulan sama dengan waktu iddahnya wanita yang

luas darahnya. Semua itu hanya berlaku untuk wanita merdeka.

Sedangkan untuk wanita budak maka masa iddahnya setengah

dari masa iddah wanita merdeka. Dan tidak halal bagi wanita

karena menyembunyikan haidh atau kehamilan atau bulan,

artinya wanita itu wajib tidak boleh bohong jika masih dalam

waktu iddah. Jika berbohong, baru dua kali suci tetapi mengaku

sudah tiga kali suci dan selesai waktu iddahnya kemudian

menikah dengan laki-laki lain, maka laki-laki yang pertama itu

lebih berhak kembali kepada wanita tersebut daripada laki-laki

yang kedua disebabkan nikah yang kedua itu tidak sah. Maka

yang bersalah adalah wanita tersebut karena telah

menyembunyikan haidhnya, sedangkan laki-laki yang

menikahinya itu sah menurut syara’ jika belum ada keterangan

tentang ketetapan wanita tersebut. Furu’ adalah sesuci diantara

dua haidh. Jika sudah suci sebelum haidh kedua maka tidak bisa

dikatakan sebagai furu’. Firman Allah “Jika mereka (para

suami) menghendaki ishlah” itu memberi petunjuk

sesungguhnya rujuk itu halal jika bertujuan untuk ishlah dama

berdamai dengan istrinya. Jika tujuan ishlah itu bisa membuat

bahaya dan susah untuk istrinya maka rujuknya itu haram.31

4. Al-Baqarah : 219

- Dasar hukum khamar dan perjudian

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar danjudi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa

31 Ibid. hlm 350

Page 67: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

53

yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya".

Penjelasannya:

Di dalam minum arak dan perjudian itu termasuk dosa

besar karena sesuatu yang dihasilkan dari dua hal ini adalah

permusuhan dan saling menghujat dengan kata-kata kotor dan

marah. Dan ada beberapa manfaat di dalam minum arak dan

perjudian, manfaat dari minum arak adalah bisa mencerahkan

wajah manusia dan bisa menghilangkan kesusahan dan

menghancurkan makanan yang ada di perut dan seseorang bisa

menjadi berani dan manfaat dari perjudian adalah bisa

menghasilkan uang tanpa susah payah, sedangkan bahayanya

minum arak dan perjudian itu lebih besar daripada manfaatnya.

Imam Syafi’i berkata “Sesungguhnya yang dinamakan khamar

adalah perasan dari anggur dan perasan dari anggur kering dan

perasan dari kurma dan perasan dari gandum dan perasan dari

biji gandum dan perasan dari nasi yang baunya menyengat. Jadi

sesuatu yang memabukkan itu dihukumi khamar”. Sedangkan

Imam Abu Hanifah berkata “yang dinamakan khamar adalah

perasan dari anggur dan dari buah kurma yang baru masak dan

dari anggur kering dan dari kurma, tapi jika sudah dimasak

maka hilang sepertiga dari jenisnya maka jadi halal dan

semuanya itu sudah tidak memabukkan lagi. Nabi SAW

bersabda “Tiap-tiap barang yang memabukkan itu khamar dan

tiap-tiap barang yang memabukkan itu kebanyakan haram”.32

32 Ibid. hlm 336

Page 68: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

54

5. An-Nisa : 101

- Shalat qashar

Artinya: Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Makatidaklah mengapa kamu men-qasharsembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir ituadalah musuh yang nyata bagimu.

Penjelasannya:

Sesungguhnya orang bepergian di bumi itu diberi

kemurahan untuk melakukan shalat qashar walaupun jarak yang

ditempuh itu dekat ataupun jauh. Hal ini sesuai dengan arti ayat

di atas. Imam Dawud at-Thohiri berkata “ Sesungguhnya

bepergian jauh ataupun dekat itu sama-sama diperbolehkan

untuk melakukan shalat qashar. Hal ini sudah sesuai syarat yang

ada pada ayat (Jika kamu takut diserang orang-orang kafir), dan

jika tidak takut diserang, maka tidak boleh melakukan shalat

qashar”. Pendapat Imam Dawud at-Thohiri ini tidak boleh

diikuti karena sudah keluar dari madzhab empat. Sayyidina

Umar Ibn Khattab berkata “Boleh melakukan shalat qashar jika

melakukan perjalanan sehari penuh”. Dan Ibnu Abbas berkata

“Boleh melakukan shalat qashar jika melakukan perjalanan

sehari semalam penuh”. Dan Anas bin Malik berkata “Boleh

melakukan shalat qashar jika melakukan perjalanan sejauh lima

farsakh”. Dan Imam Sya’bi dan Sayyid bin Jubair berkata

“Boleh melakukan shalat qashar jika melakukan perjalanan

selama tiga hari tiga malam”. Hal ini sesuai dengan pendapat

Page 69: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

55

Imam Abu Hanifah “Tidak boleh melakukan shalat qashar jika

belum melakukan perjalanan selama tiga hari tiga malam dan

jika sudah mencapai tiga hari tiga malam maka wajib melakukan

shalat qashar”. Imam Malik dan Imam Syafi’i berkata

“Sesungguhnya musafir yang boleh melakukan shalat qashar

adalah musafir melakukan perjalanan empat malam, tiap-tiap

satu malam adalah satu farsakh, tiap-tiap satu farsakh adalah

tiga mil menurut milnya Bani Hasyim, tiap-tiap mil itu adalah

dua belas ribu jejak.33

6. An-Nisa : 43

- Laranga shalat bagi yang mabuk

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamushalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk,sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.

Penjelasannya:

Sesungguhnya arti dari ayat di atas ada tiga pendapat.

Pendapat pertama yaitu kalian jangan mendekati shalat

dikarenakan mabuk yang disebabkan minum arak atau yang

lainnya sampai kalian tahu apa yang kalian ucapkan di waktu

shalat. Pendapat kedua yaitu yang dilarang itu mabuk, agar

kalian tidak mabuk di waktu shalat, sedangkan shalatnya sendiri

itu tidak dilarang karena shalat itu merupakan suatu ibadah.

Pendapat ketiga adalah kalian jangan dekat-dekat dengan tempat

shalat (masjid) di waktu kalian lagi mabuk dari minuman atau

yang lainnya. Yang dimaksud dengan mabuk adalah perilaku

yang bisa menghalangi atau menutupi akal manusia disebabkan

33Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op. Cit, juz 2, hlm 575

Page 70: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

56

minuman yang memabukkan atau sebab marah atau sebab

tidur.34

7. Al-Baqarah : 232

- Dasar hukum Thalaq

Artinya: Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habismasa iddahnya, Maka janganlah kamu (para wali)menghalangi mereka kawin lagi dengan bakalsuaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antaramereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yangdinasehatkan kepada orang-orang yang beriman diantara kamu kepada Allah dan hari kemudian. itulebih baik bagimu dan lebih suci. Allahmengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Penjelasannya:

Sesungguhnya ayat ini ditujukan kepada para wali

perempuan. Maksudnya tidak berhak bagi wali perempuan

untuk mencegah perempuannya untuk menikah lagi dengan laki-

laki yang sudah menceraikannya karena para wali tidak tahu apa

yang bagus diantara laki-lak- dan perempuan itu dan lebih baik

kalian (para wali) mengikuti apa yang sudah diperintahkan oleh

Allah SWT. Dan ayat ini juga ditujukan umtuk para suami.

Maksudnya tidak berhak bagi laki-laki (suaminya) untuk

mencegah perempuan (istrinya) untuk nikah lagi dengan laki-

laki lain karena disebabkan kalian (suami) benci dan sakit hati

dan hasud karena semua itu merupakan perbuatan orang-orang

34 Ibid. hlm 442

Page 71: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

57

jahiliyah. Maka wajib bagi wali perempuan dan laki-laki yang

sudah menceraikannya untuk meridhoi jika perempuannya ada

yang mau menikahinya dan tidak boleh mencegah dan

memusuhi bagi laki-laki lain yang ingin menikahinya. Karena

sebaiknya laki-laki (suaminya) yang menceraikannya berdoa

agar perempuan (istrinya) diberikan jodoh yang lebih baik.

Imam Syafi’i berkata “ Menurut ayat ini, seorang perempuan itu

tidak boleh menikahkan dirinya sendiri atau menikahkan orang

lain dan pernikahan itu tidak sah jika tidak adanya wali, tetapi

jika perempuan itu boleh menikahkan dirinya sendiri dan

pernikahan boleh tanpa wali maka pernikahanya itu tidak ada

manfaatnya”. 35

8. Al-Baqarah : 220

- Anak yatim

Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim,katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patutadalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka,Maka mereka adalah saudaramu; dan Allahmengetahui siapa yang membuat kerusakan dariyang Mengadakan perbaikan. dan Jikalau Allahmenghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkankesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah MahaPerkasa lagi Maha Bijaksana.

Penjelasannya:

Jika sebagian muslimin bertanya kepadamu (Muhammad)

tentang harta anak yatim. Anak yatim adalah anak yang

35Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op.Cit, Juz 1. Hlm 362

Page 72: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

58

ditinggal mati oleh bapaknya sebelum baligh. Karena

sesungguhnya kalian wajib berhati-hati tentang perkara harta

anak yatim, jika kalian mencampur harta anak yatim dengan

harta kalian maka itu termasuk dosa dan jika kalian memisahkan

makanan kalian dengan makanan anak yatim maka hal itu bisa

menyulitkan anak yatim. Maka berilah penjelasan (hai

Muhammad) kepada semua orang mukmin bahwa “ Memelihara

harta anak yatim untuk usaha yang bermanfaat itu lebih baik dan

lebih besar pahalanya daripada tidak bermanfaat. Dan jika kalian

mencampur harta kalian dengan harta anak yatim untuk belanja

maka hal itu tidak bahaya karena mereka merupakan saudara

seagama kalian”. Allah SWT itu marah kepada orang yang

berniat merusak harta anak yatim dengan cara mencampur

hartanya dengan harta anak yatim. Jika seperti itu, maka Allah

akan membalas kalian dengan menyulitkan kalian yaitu

mengharamkan harta kalian bercampur dengan harta anak

yatim.36

9. Al-Baqarah : 222

- Dasar hukum haidh

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh.

Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". olehsebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari

36 Ibid. hlm 337

Page 73: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

59

wanita di waktu haidh; dan janganlah kamumendekati mereka, sebelum mereka suci. apabilamereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu ditempat yang diperintahkan Allah kepadamu.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yangbertaubat dan menyukai orang-orang yangmensucikan diri.

Penjelasannya:

Orang-orang mukmin bertanya kepadamu (Muhammad)

tentang hukumnya wanita yang haidh. Katakanlah “Haidh itu

merupakan penyakit bagi wanita. Maka tinggalkanlah wanita

yang haidh dari jima’, maksudnya jangalah kalian jima’ di

waktu wanita sedang haidh. Dan janganlah kalian mendekati

wanita yang haidh untuk jima’ sampai selesai mandi sesudah

haidhnya berhenti. Dan apabila wanita itu sudah mandi maka

datangilah wanita itu untuk berjima’. Karena sesungguhnya

Allah SWT akan memberi pahala bagi orang yang suka

bertaubat dari dosanya dan allah juga cinta dan akan memeberi

pahala kepada orang yang suka membersihkan diri dari kotoran

dan najis. Sesunggunhya wanita yang haidh itu tidak boleh

dijima’ sampai sesudah suci dengan cara mandi atau tayamum

dan kufur orang yang menyakini halal jima’ di waktu wanita

sedang haidh. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW “ barang

siapa yang mendatangi wanita yang haidh atau wanita pada

duburnya atau pada tukang tenung maka orang-orang itu

mengingkari dari apa yang Allah turunkan kepada Muhammad”.

Dan diperbolehkan istimta’ pada wanita yang haidh selain puser

dan lutut, dan diperbolehkan tidur bersama dan bersentuhan, dan

diharamkam masuk masjid dan diharamkan shalat dan

diharamkan membaca al-Qur’an dan diharamkan puasa dan

diharamkan ditalaq, dan ketika sudah berhenti (haidhnya) maka

wajib segera mandi untuk mengerjakan shalat. Maka sesudah

Page 74: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

60

suci itu halal dijima’ sesuai dengan perintah, maksudnya tidak

berjimak dengan dubur dan tidak berjima’ sebelum mandi.37

10.Al-Baqarah : 267

- Zakat perdagangan

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalanAllah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baikdan sebagian dari apa yang Kami keluarkan daribumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilihyang buruk-buruk lalu kamu menafkahkandaripadanya, Padahal kamu sendiri tidak maumengambilnya melainkan dengan memincingkanmata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa AllahMaha Kaya lagi Maha Terpuji.

Penjelasannya :

Sesungguhnya Allah SWT sudah memerintahkan kepada

orang mukmin untuk mencari nafkah yang bagus dan halal. Ayat

menjelaskan bahwa orang mukmin itu boleh mendapatkan harta

dengan cari mencari pekerjaan, dan mendapatkan harta itu ada

yang jelek dan ada yang baik. Nabi SAW sudah bersabda “

sesungguhnya harta itu seperti sesuatu yang menarik dan bagus,

barang siapa mencari harta dengan benar yaitu dengan cara yang

halal, maka hal itu akan memberi barokah. Dan banyak sekali

orang-orang yang memasukkan dirinya dalam mencari harta

sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak memandang apakah

37 Ibid. hlm 341

Page 75: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

61

hal itu halal ataupun haram. Maka orang itu akan mendapatkan

neraka. Nabi SAW bersabda “Besok akan datang suatu zaman,

dimana manusia tidak tahu apakah sesuatu yang dicari itu

sesuatu yang halal atau haram”.

Ada perbedaan pendapat diantara para ulama tafsir tentang

infaq. Pertama, mengatakan arti dari infaq adalah zakat wajib.

kedua , arti dari infaq adalah shadaqoh tathawwu’. Ketiga, arti

dari infaq adalah infaq wajib dan infaq tathawwu’. Ayat ini juga

menjelaskan bahwa sesuatu yang dicari manusia itu wajib zakat,

maka wajib zakat perdagangan dan wajib zakat emas dan perak.

Ayat ini juga menunjukkan atas wajibnya zakat bagi setiap

sesuatu yang keluar dari bumi dari beberapa tumbuhan yang

sudah ditanam oleh manusia.

Menurut Imam Syafi’i yang termasuk zakat tumbuhan

adalah anggur dan kurma dan sesuatu yang bisa memberikan

tenaga sekaligus bisa disimpan. Menurut Imam Abu Hanifah,

yang diwajibkan zakat adalah tanaman yang boleh dimakan oleh

manusia, seperti buah-buahan dan sayuran dan kacang dan

semangka dan timun dan kerahi dan apa saja yang tumbuh dari

bumi. Dan wajibnya zakat itu harus sesuai dengan nishabnya

dahulu yaitu lima sho’ dan zakatnya adalah sepersepuluh dari

barang terebut, banyak maupun sedikit barangnya.38

Contoh penafsiran dalam Tafsir Faidh ar-Rahman pada surat an-

Nisa’: 102. secara utuh :

38 Ibid, hlm 456

Page 76: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

62

ان فدا ارف ٢كر

ابیھ كلون مك نولى نوبروك كافرین كابیھ اڠ سیرا ك،٢لن براڠ

كابیھ ،،ساء توبروكن ببر فیسن

قال ابو یوسف لن ،موالني دین فری،لن دین بویوڠ سیرا كابیھ

ستھوني صالة الخوف ایكو خصوصیة ،اب امام ابو حنیفة رضي اهللا عنھ اصح

ي سووس،اتسي كن

تي الكوني صالة الخوف ،،وفا

ستھوني صالة الخوف ایكو تتكالني ووس تتف ،والفقھاء سفا جمھور العلماء

یھ وسلم لقولھ تعالى علمتوروة میلو كالكوھاني سیدنا رسول اهللا صلى اهللا

لن مالیھ كران ،ولقولھ صلى اهللا علیھ وسلم صلوا كما رایتموني اصلى،فاتبعوه

اتوي كیفیاتي صالة الخوف ،سكابھاني فر

،فارجع ان اردت معرفة ،ایكو ووس مشھو

رتیالكاكن نلیكاني انا

39.عدو سوجي

Artinya: Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadapsenjatamu dan harta bendamu, lalu merekamenyerbu kamu dengan sekaligus.

Terjemahnya:

Orang-orang Kafir semua berharap jika kalian semua itu lupaterhadap senjata dan perbekalan kalian, kemudian orang-orangKafir itu akan menyerang kalian dengan satu serangan, disebabkankalian semua sedang mengerjakan sholat, selanjutnya kalian semuaakan dibawa dan dipindahkan oleh orang-orang Kafir, maka dariitu kalian semua diperintahkan untuk membawa senjata, AbuYusuf dan pengikut Imam Abu Hanifah ra, sesungguhnya sholatkhauf itu khusus untuk Rasulullah SAW saja, maka tidak bolehmengerjakan sholat khauf selain Nabi setelah Nabi SAW wafat,dikarenakan merujuk pada ayat “Dan apabila kamu berada ditengah-tengah mereka”, dan seluruh Ulama dan Ahli Fiqh berkata,sesungguhnya sholat khauf itu jika hukumnya sudah sah untukRasulullah SAW maka wajib bagi yang lain (umatnya) karena kitamengikuti apa yang Rasulullah SAW kerjakan, Allah SWTberfirman “maka ikutilah dia”, dan Rasulullah SAW bersabda

39 Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op.Cit, Juz ٢. hlm 579.

Page 77: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

63

“Sholatlah kalian semua seperti apa yang kamu lihat ketika sayasholat”, dan dikarenakan semua sahabat juga mengerjakan sholatitu, sedangkan cara sholat khauf itu sudah banyak ditulis di dalamkitab-kitab fiqh, maka kembalilah kepada apa yang sudah kamuketahui, jadi penjelasan ayat di atas menyuruh kita untukmembawa senjata ketika sholat jika sewaktu-waktu ada musuh.

Page 78: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

64

BAB IV

ANALISIS TERHADAP TAFSIR FAIDH AR-RAHMAN

A. Metode Tafsir Faidh ar-Rahman

Sebagaimana dipahami bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah yang

diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pedoman atau petunjuk

bagi umat Islam. Umat Islam meyakininya sebagai kitab suci yang relevan

bagi kehidupan mereka sepanjang masa. Relevansi al-Qur’an tersebut terlihat

pada petunjuk-petunjuk yang disampaikanya dalam seluruh aspek kehidupan.

Asumsi inilah yang menjadi motivasi bagi munculnya upaya-upaya untuk

memahami dan menafsirkan al-Qur’an di kalangan umat Islam, selaras dengan

kebutuhan, tuntutan dan tantangan zaman.

Adalah realitas yang tidak bisa disangkal bahwa upaya-upaya untuk

memahami dan menafsirkan Al-Qur’an, dengan berbagai perspektif dan

pendekatan dipergunakan, ikut memperkaya hazanah intelektual Islam yang

lahir dan berkembang semenjak awal perkembangan Islam, setidaknya hal ini

ditandai dengan semakin banyaknya karya-karya tafsir yang bermunculan dan

semakin maraknya kajian-kajian Al-Qur’an.

Dalam menafsirkan Al-Qur’an, Muhammad Shaleh Ibn Umar as-

Samarani memanfaatkan berbagai sumber ayat Al-Qur’an, hadis Nabi,

pendapat sahabat dan tabi’in, pandangan para ulama sebelumnya, hikayat, dan

asbaun nuzul.

Metode yang digunakan oleh Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani

di dalam Tafsir Faidh ar-Rahman cenderung menggunakan metode Ijmali

sebagaimana dapat dilihat pada penafsiran Surat Ali Imran: 115

وسن مك اورا عمل كباڠالكوني سیرا كابیھ یا امة اووس فدا كا٢ڠاتوي بوا

بلیك . نجراني عمل خیرڠن سیرا كابیھ لن اورا فدا كتوتوفن سیرا كابیھ افدا كیال

Page 79: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

65

كذات ااتوي اهللا سبحانھ وتعالى ایكو . نجر سیرا كابیھ لن دین ولسدین

سكابیھاني ڠمتقین یعني ارتیني یایكي ایة مخاطب مركودانیني كلون وو

سیرا كعمل كالكوھن ا٢ارتیني اندي . لن كلبو مؤمنین او اھل الكتاب. مؤمنین

. نجر عمل ایرا كابیھالكوني ایكو مسطي دین

اسباب النزول

كرن . اصیالكن ارتااولیھي ڠني كفالني یھودي كابیھ مر٢لن تتكالني فدا نمن

نبي محمد صلى اهللا ڠناوي فرابوتي یاترو اي نبي محمد لن ناوي مرااراه باكل

١. علیھ وسلم مك نولي تمورون ایكي ایة

Artinya: Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, Makasekali-kali mereka tidak dihalangi (menenerimapahala) nya; dan Allah Maha mengetahui orang-orangyang bertakwa.

Terjemahnya:

Kamu tidak akan sia-sia terhadap amal kebaikan yang sudahkamu lakukan maka kamu tidak akan merasa kehilangan dantidak terhalang untuk mandapatkan pahala dari amal kebaikanitu.

Asbabun Nuzul:

Ketika para pemuka Yahudi giat untuk mencari uangdikarenakan untuk memusuhi Nabi saw dan untuk membuatalat untuk memusuhi Nabi Muhammad saw. Kemudianturunlah ayat ini.

Sebuah metode yang berusaha untuk mengungkap kandungan Al-Qur’an

berdasarkan urutan ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Dengan suatu uraian yang

ringkas, tapi jelas serta menjelaskan kata-kata dan istilah yang kurang jelas

dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat dikonsumsi baik dari kalangan

masyarakat awam maupun intelektual.

Metode ini menguraikan makna ayat-ayat secara ringkas dan global.

Selanjutnya memberi penjelasan-penjelasan dengan menggunakan bantuan

dan rujukan dari hadis-hadis Nabi, pendapat kaum salaf, peristiwa sejarah,

1Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Tafsir Faidh ar-Rahman fi Tarjamah TafsirKalam Malik ad-Dayyan, Juz 2, Percetakan Haji Muhammad Amin, Singapura, 1309 H/1893 M,Juz 2, hlm. 184.

Page 80: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

66

asbabul al-Nuzul dan kaidah-kaidah bahasa Arab. Menurut pengamatan

penulis, penggunaan metode ini, Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani

menyesuaikan dengan keilmuan masyarakat Muslim waktu itu yang masih

lemah dari segi keagamaan juga terdapat keistimewaan pada metode ijmali

yaitu suatu metode yang sangat cocok bagi masyarakat awam untuk lebih

praktis dan mudah dipahami.

Metode ijmali ini selalu praktis dan mudah dipahami, tidak berbelit-

belit, menjadikan pemahaman Al-Qur’an segera dapat diserap oleh

pembacanya, terlebih untuk para pemula seperti mereka yang berada dijenjang

pendidikan dasar. Atau mereka yang baru belajar tafsir Al-Qur’an.

Didalamnya terbebas dari kisah-kisah Israilyat, dikarenakan singkatnya

penafsiran yang diberikan, sehingga tafsir Ijmali ini relatif lebih murni

Dengan kondisi yang demikian, pemahaman kosa kata dari ayat-ayat suci

lebih mudah didapatkan daripada penafsiran yang menggunakan tiga metode

lainnya. Hal itu dikarenakan didalam tafsir ijmali mufassir langsung

menjelaskan pengertian kata atau ayat dengan sinonimnya dan tidak

mengemukakan ide-ide atau pendapatnya secara pribadi.2

Pilihan metode ijmali dalam Tafsir Faidh ar-Rahman menurut penulis

didasarkan pada kesadaran Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani untuk

menerjemahkan al-Qur’an ke dalam bahasa jawa karena melihat kondisi dan

situasi apa yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga masyarakat pada masa

itu bisa mempelajari al-Qur’an karena saat itu orang-orang tidak bisa bahasa

Arab3 dan sebagai jawaban bagi kegelisahan R.A. Kartini. Karena pada waktu

2 Nashruddin Baidan, Metodelogi Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka pelajar,1998), hlm. 14-24

3 kita dapat mengetahuinya dari muqaddimah kitab Tafsir Faidh ar-Rahman fi TarjamahTafsir Kalam Malik ad-Dayyan, sebagai berikut:

اراني لن اورا چرتي معناني قرأن كران اورا ڠن اا-نعجم اورا فدا اڠسن غالبي ووالى احالى انیڠااوي ترجمھني معناني قرأنسنكونو دادي امك ان مرتي معناني كران قرأن تموروني كلون بسا عرب

“saya melihat secara umum pada orang-orang awam tidak ada yang memperhatikan tentangmaknanya al-Qur’an karena tidak tahu caranya dan tidak tahu maknanya karena al-Quranditurunkan dengan menggunakan bahasa Arab, maka dari itu saya bermaksud membuatterjemahan arti al-Qur’an”

Page 81: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

67

itu tidak ada ulama yang berani menerjemahkan al-Qur’an dalam bahasa Jawa

karena al-Quran dianggap terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam

bahasa apa pun dan melarang keras penerjemahan dan penafsiran al-Quran

dalam bahasa Jawa4

B. Corak Tafsir Faidh ar-Rahman

Sebagaimana disebutkan dalam bab II bahwa para pakar ulum al-Qur’an

membagikan corak tafsir ke dalam enam corak. corak sastra bahasa, corak

filsafat dan teologi, corak ilmiah, corak fiqih atau hukum, corak tasawuf atau

sufi, dan corak sosial budaya (Adabi al-Ijtima’i).

Pada Tafsir Faidh ar-Rahman Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani

terdapat dua corak penafsiran, yaitu corak fiqih dan corak tasawuf, jadi Tafsir

Faidh ar-Rahman tidak bisa menetapkan corak khusus secara mutlak dalam

memahami ayat-Al-Qur’an. Maka Tafsir Faidh ar-Rahman Muhammad

Shaleh Ibn Umar as-Samarani bisa dikatakan kecenderungan kepada dua

corak. sebagaimana penjelasan dibawah ini.

1. Corak tasawuf Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani dalam Tafsir

Faidh ar-Rahman.5 Sebagaimana terdapat penafsiran pada surat Ali

Imran : 27

4 h t t p: www.pakdenono.com Redaksi, Kumpulan Berita-Sejarah-SWARAMUSLIM.net2003-Mei 2006 “Mengenang Kartini” (Di download pada tanggal 4 Juli 2006).

5 Corak ini paling banyak dalam Tafsir Faidh al-Rahman. Dalam surat al-Baqarah,terdapat 175 ayat yang bercorak isyari dari 286 ayat, Dalam surat Ali Imran terdapat 122 ayat yangbercorak isyari dari 180 ayat, Dalam surat an-nisa’ terdapat 60 ayat yang bercorak isyari dari 186ayat.

Page 82: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

68

االشاري معني

صفاتيغاكن توان اغ صفاتي ظلمانیة البشریة اغدالم ریناني انوار جیستھوني من

ریناني انوار جیغاكن توان اغ منلن . مك دادى فتغ مغكونو اتيالروحانیة

دادى فداغ منجوروغ مغكونو مك الروحانیة اغدالم ظلمات الصفات النفسانیة

یقیة متو سكغ نفس المیت لن ملیھ غتوكاكن توان اغ قلب الحي بالحیوة الحق. اتي

لن غتوكاكن توان اغ قلب المیت كلون سبب سفي حیوة الحقیقیة متو سكغ نفس

. الحي

Artinya : Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkaumasukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkanyang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkanyang mati dari yang hidup. dan Engkau beri rizkisiapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)".

Arti Isyari :

Allah memasukkan sifat jelek (malam) ke dalam sifat

kebaikan (siang) maka hati hati orang tersebut akan menjadi

jelek (gelap) dan Allah memasukkan sifat kebaikan (siang) ke

dalam sifat jelek atau nafsu (malam) maka hati hati orang

tersebut akan menjadi terang benderang. Allah mengeluarkan

hati yang hidup dari nafsu yang mati dan Allah mengeluarkan

hati yang mati dari nafsu yang hidup.6

2. Corak Fiqih Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani dalam Tafsir

Faidh ar-Rahman, sebagaimana terdapat penafsiran pada surat an-Nisa’:

102.

- Mengerjakan sholat khauf

6Muhammad Shaleh ibnu Umar as-Samarani, Op. Cit, juz 2, hlm 51

Page 83: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

69

ان فدا ارف ٢كر

ابیھ كلون مك نولى نوبروك كافرین كابیھ اڠ سیرا ك،٢لن براڠ

كابیھ ،،ساء توبروكن ببر فیسن

قال ابو یوسف لن ،موالني دین فری،لن دین بویوڠ سیرا كابیھ

ستھوني صالة الخوف ایكو خصوصیة ،اب امام ابو حنیفة رضي اهللا عنھ اصح

سووسي ،الك اتسي كن

تي الكوني صالة الخوف ،،وفا

ستھوني صالة الخوف ایكو تتكالني ووس تتف ،والفقھاء سفا جمھور العلماء

علیھ وسلم لقولھ تعالى ھاني سیدنا رسول اهللا صلى اهللامتوروة میلو كالكو

لن مالیھ كران ،ولقولھ صلى اهللا علیھ وسلم صلوا كما رایتموني اصلى،فاتبعوه

اتوي كیفیاتي صالة الخوف ،سكابھاني فر

،عرفة فارجع ان اردت م،ایكو ووس مشھو

رتیالكاكن نلیكاني انا

7.عدو سوجي

Terjemahnya:

Orang-orang Kafir semua berharap jika kalian semua itu lupaterhadap senjata dan perbekalan kalian, kemudian orang-orangKafir itu akan menyerang kalian dengan satu serangan, disebabkankalian semua sedang mengerjakan sholat, selanjutnya kalian semuaakan dibawa dan dipindahkan oleh orang-orang Kafir, maka dariitu kalian semua diperintahkan untuk membawa senjata, AbuYusuf dan pengikut Imam Abu Hanifah ra, sesungguhnya sholatkhauf itu khusus untuk Rasulullah SAW saja, maka tidak bolehmengerjakan sholat khauf selain Nabi setelah Nabi SAW wafat,dikarenakan merujuk pada ayat “Dan apabila kamu berada ditengah-tengah mereka”, dan seluruh Ulama dan Ahli Fiqh berkata,sesungguhnya sholat khauf itu jika hukumnya sudah sah untukRasulullah SAW maka wajib bagi yang lain (umatnya) karena kitamengikuti apa yang Rasulullah SAW kerjakan, Allah SWTberfirman “maka ikutilah dia”, dan Rasulullah SAW bersabda“Sholatlah kalian semua seperti apa yang kamu lihat ketika sayasholat”, dan dikarenakan semua sahabat juga mengerjakan sholatitu, sedangkan cara sholat khauf itu sudah banyak ditulis di dalamkitab-kitab fiqh, maka kembalilah kepada apa yang sudah kamu

7 Ibid, hlm 579.

Page 84: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

70

ketahui, jadi penjelasan ayat di atas menyuruh kita untukmembawa senjata ketika sholat jika sewaktu-waktu ada musuh.

Dari uraian tersebut penulis dapat menarik kesimpulan setidaknya ada

beberapa karakter yang harus dimiliki oleh sebuah karya tafsir bercorak fiqih

dan tasawuf.

1. Menjelaskan pentunjuk ayat Al-Qur’an sebagi landasan hukum

yang diwajibkan oleh Tuhan untuk hambanya yaitu menunaikan

shalat dan membayar zakat.

2. Menyempurnakan ibadah kita dengan hati yang khusuk dan tidak

melalaikan diri dengan mengotori hati melaui perbuatan maksiat.

Dan menyakini bahwa Allah ada dan Esa serta kekal selama-

lamanya

3. Mengukuhkan keyakinan terhadap apa yang ada disekitar kita

sebagai bukti ada mencipta alam ini yaitu Tuhan Allah.

C. Ciri-Ciri Khusus Tafsir Faidh ar-Rahman

Kekhasan atau ciri khusus bagi Tafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah

Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan yang bisa di lihat sebagaimana yang ada pada

beberapa ciri khas tafsir bahasa Jawa (Arab Pegon) adalah:

- Kekhasan Tafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik

ad-Dayyan yaitu penerjemahannya dalam bahasa Jawa, yang

dituliskan dalam huruf Arab berbahasa Jawa (Arab Pegon).

- Tafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan

dari segi bahasa sama seperti susunan kitab bahasa Arab.

- Gaya bahasa dan terjemahan tafsir al-Qur’an dalam bahasa Jawa

(Arab Pegon) ada berbedaan sedikit dengan gaya bahasa terjemahan

tafsir masa sekarang.

- Menggunakan bahasa yang masih campur aduk antara bahasa Jawa

Pesisiran dan bahasa Jawa Pedalaman dengan bahasa Arab.

- Menggunakan makna isyari, hanya orang-orang tertentu yang bisa

menafsirkan al-Qur’an dengan makna isyari.

Page 85: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

71

Kebanyakan kitab Melayu atau Jawa (Arab Pegon), perlu bimbingan

khusus dalam memahaminya berbeda dengan kitab yang telah diterjemahkan

ke dalam bahasa Indonesia yang mudah untuk memahaminya.

D. kelebihan dan Kekurangan

Tidak ada kitab tafsir yang sempurna dalam semua aspek baik metode,

sistematika atau yang lainnya yang menampilkan pesan Allah secara lengkap.

Jadi kelebihan dan keunggulan kitab tafsir dalam suatu aspek boleh jadi

memiliki kekurangan pada aspek yang lain. Hal inilah disebabkan kekurangan

seorang mufassir sangat dipengaruhi oleh sudut pandang keahlian dan

kecederungan masing-masing. Demikian halnya dengan Tafsir Faidh al-

Rahman di samping memiliki kelebihan juga tidak bisa lepas dari kekurangan

yang dikandungnya, di antaranya, kelebihan dan kekurangannya adalah

sebagai berikut:

1. Kelebihan

- Sebuah kitab terjemahan dan tafsir al-Qur’an yang pertama

dalam Jawa (Arab Pegon).

- Tafsir Faidh al-Rahman memberi kemudahan dalam

memahami ayat-ayat al-Qur’an.

- Sebagai langkah awal untuk mempelajari ilmu tafsir, baik dari

kalangan anak-anak yang baru belajar dan masyarakat awam.

- Tafsir ini memberikan gambaran dan penjelasan bagi para

pembaca tentang hukum dalam al-Qur’an.

- Tafsir Faidh al-Rahman memberi gambaran tentang kehidupan

orang Islam di masa lampau dalam memahami Al-Qur’an.

- Tafsir Faidh al-Rahman walaupun bisa dikatakan sebuah kitab

kecil tetapi penafsiran Muahammad Shaleh Ibn Umar as-

Samarani bisa mencakup beberapa bidang ilmu, Fiqih, tasawuf,

ushuluddin (aqidah).

- Tafsir ini memberikan penjelasan dan keterangan tentang makna

isyari dari suatu ayat.

Page 86: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

72

2. Kekurangan

- Kurang memperhatikan kualitas hadis yang dijadikan sebagai

bahan keterangan dalam penafsirannya, apakah hadis itu

termasuk shaheh atau dhaif.

- K.H Shaleh Darat Dalam memberikan keterangan dalam

tafsirnya, menggunakan bahasa yang masih campur aduk antara

bahasa Jawa Pesisiran dan bahasa Jawa Pedalaman dengan

bahasa Arab, sehingga sulit dipahami.

- Tafsir ini tidak murni berasal dari pemikirannya sendiri tetapi

mengutip dari karya ulama-ulama tafsir terdahulu.

- Tafsir ini hanya berisi empat surat saja, dari surat al-Fatihah

sampai surat an-Nisa, tidak lengkap sampai 30 juz.

- Kesulitan untuk mendapatkan tafsir ini di pasaran karena sudah

tidak di cetak lagi.

- Pengunaan bahasa Melayu atau Jawa (Arab Pegon) dalam

menafsirkan al-Qur’an menunjukan bahwa kitab tafsir tersebut

bersifat lokal yang hanya untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat Jawa saja. Sedang bagi orang non Jawa tetap akan

mengalami kesulitan, karena bahasa Jawa bukan merupakan

bahasa Internasional.

Page 87: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Qur’an sebagai pedoman atau petunjuk bagi umat Islam yang selalu

dikaji oleh umat manusia terutama bagi umat Islam. Supaya dapat memahami

upaya menafsirkan Al-Qur’an dengan berbagai persepektif dan pendekatan

untuk memperkaya hasanah intelektual Islam dengan adanya karya-karya

tafsir yang sudah dihidangkan oleh para ulama tafsir.

Dari berbagai metode dan corak yang terdapat pada karya tafsir, Tafsir

Faidh al-Rahman Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani menggunakan

metode ijmali. Karena penilaian beliau pada masyarakat muslim waktu itu,

masih lemah dari segi keagamaan, maka metode ini sangat cocok bagi

masyarakat awam karena lebih praktis dan mudah dipahami.

Keistimewaan metode ijmali adalah praktis dan mudah dipahami, tanpa

berbelit-belit pemahaman Al-Qur’an segera dapat diserap oleh pembacanya

sebagai mana terlihat di dalam contoh yang telah di nukilkan. pola penafsiran

serupa ini lebih cocok untuk para pemula dan pendidikan dasar atau mereka

yang baru belajar tafsir Al-Qur’an, dikarenakan singkatnya penafsiran yang

diberikan, tafsir Ijmali relatif lebih murni dan terbebas dari pemikiran-

pemikiran israilyat.

Sebagaimana disebutkan dalam bab II bahwa para pakar ulumul Al-

Qur’an membagikan corak tafsir ke dalam enam corak, sastra bahasa, corak

filsafat dan teologi, corak penafsiran ilmiah, corak fiqih atau hukum, corak

tasawuf dan corak sastra budaya (adabi al-ijtimai)

Pada Tafsir Faidh al-Rahman Muhammad Shaleh Ibn Umar as-Samarani

corak penafsiranya diwarnai kepada dua corak, fiqih dan tasawuf. jadi Tafsir

Faidh al-Rahman tidak bisa menetapkan corak khusus secara mutlak dalam

memahami ayat-Al-Qur’an. Maka Tafsir Faidh al-Rahman Muhammad

Shaleh Ibn Umar as-Samarani bisa dikatakan memiliki kecenderungan kepada

dua corak, yaitu corak tasawuf isyari dan corak fiqih.

Page 88: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

74

Tidak ada kitab tafsir yang sempurna dalam semua aspek baik metode,

sistematika atau yang lainnya yang menampilkan pesan Allah secara lengkap.

Jadi kelebihan dan keunggulan kitab tafsir dalam suatu aspek boleh jadi

memiliki kekurangan pada aspek yang lain. Hal inilah disebabkan kekurangan

seorang mufassir sangat dipengaruhi oleh sudut pandang keahlian dan

kecederungan masing-masing. Demikian halnya dengan Tafsir Faidh al-

Rahman di samping memiliki kelebihan juga tidak bisa lepas dari kekurangan

yang dikandungnya, di antaranya, kelebihan dan kekurangannya adalah

sebagai berikut:

1. Kelebihan

- Sebuah kitab terjemahan dan tafsir al-Qur’an yang pertama

dalam bahasa Jawa (Arab Pegon).

- Tafsir Faidh al-Rahman memberi kemudahan dalam

memahami ayat-ayat al-Qur’an.

- Sebagai langkah awal untuk mempelajari ilmu tafsir, baik dari

kalagan anak-anak baru belajar dan masyarakat awam.

- Tafsir ini memberikan gambaran dan penjelasan bagi pembaca

tentang hukum dalam al-Qur’an

- Tafsir ini memberikan penjelasan dan keterangan tentang makna

isyari dari suatu ayat.

2. Kekurangan

- Kurang memperhatikan kualitas hadis yang dijadikan sebagai

bahan keterangan dalam penafsirannya, apakah hadis itu

termasuk shaheh atau dhaif.

- K.H Shaleh Darat dalam memberikan keterangan dalam

tafsirnya, menggunakan bahasa yang masih campur aduk antara

bahasa Jawa Pesisiran dan bahasa Jawa Pedalaman dengan

bahasa Arab, sehingga sulit dipahami.

- Tafsir ini tidak murni berasal dari pemikirannya sendiri tetapi

mengutip dari karya ulama-ulama tafsir terdahulu.

Page 89: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

75

- Tafsir ini hanya berisi empat surat saja, dari surat al-Fatihah

sampai surat an-Nisa, tidak lengkap sampai 30 juz.

- Kesulitan untuk mendapatkan tafsir ini di pasaran karena sudah

tidak di cetak lagi.

- Pengunaan bahasa Melayu atau Jawa (Arab Pegon) dalam

menafsirkan al-Qur’an menunjukan bahwa kitab tafsir tersebut

bersifat lokal yang hanya untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat Jawa saja. Sedang bagi orang non Jawa tetap akan

mengalami kesulitan, karena bahasa Jawa bukan merupakan

bahasa Internasional.

B. Saran-saran

Bahwa betapa penting bagi seorang mufassir mengetahui metode dan

corak didalam menafsirkan al-Qur’an untuk bisa menyesuaikan dengan

kondisi umat dan perubahan zaman. Kerena al-Qur’an adalah kalam Allah

yang harus diyakini dan tempat berbagai petunjuk hidup untuk seluruh umat

Islam.

Maka berangkat dari sinilah kesadaran seorang mufassir, mengunakan

metode dan corak tafsir agar penafsiran al-Qur’an biar tepat dan jelas, karena

hasil penafsiran ini akan mempengaruhi maju mundur bagi umat Islam.

C. Penutup

Mudah-mudahan skripsi ini bisa memberi manfaat, khususnya bagi

penyusun dan bagi pembaca pada umumnya. Penyusun sangat menyadari

bahwa didalam skripsi ini masih terdapat banyak kekuarangan dan kekeliruan

juga, untuk itu saran dan kritik penyusun sangat harapakan.

Page 90: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

DAFTAR PUSTAKA

Abu Zayd, Amin Al-Khulli Nashr Hamid, Metode Tafsir Sastra, Terj, KhoiranNahdliyyin, Yogyakarta, Adab Press IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, cet1, 2004.

Adz-Dzahabi, Muhammad Husein, Penyimpangan Penyimpangan DalamPenafsiran al-Qur’an, Jakarta, CV Rajawali, 1986.

Al-Farmawi, Abdul Hayy, Metode Tafsir Maudhu’i, Terj. Rosihan Anwar,Bandung, Pustaka Setia, 2002.

Al-Maraghi, Abdullah Mustofa, Pakar-Pakar Fiqh Sepanjang Sejarah,Yogyakarta, LKPSM, 2001.

Al-Mahalli, Jalal al-Din, dan Jalal al-Din al-Suyuti, Tafsir al-Jalalain, Mesir, Daral-Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, 1995.

Al-Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor, PT Litera Antar Nusa,2006.

Al-Maliki, Muhammad Alawi, Ilmu Ushul Hadis, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2006.

Al-Munawar, Said Agil Husin, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,Jakarta, Ciputat Press, 2002.

Anwar, Rosihon, Samudra al-Qur’an, Bandung, Pustaka Setia , 2001.

---------------------,Ulum al-Qur’an, Bandung, Pustaka Setia, 2008.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta,Rieneka Cipta, 2002.

As-Samarani, Muhammad Shaleh ibn Umar, Lathaif al-Thaharat wa Asrar al-Sholah fi Kaifiyat Sholat al-Abidin wa al-Arifin, Semarang:Toha Putra, t.th.

------------------------, Majmu’at al-Syariat al-Kafiyat li al-Awam, Semarang: TohaPutra, t.th.

-----------------------,Matn al-Hikam, Semarang: Toha Putra, t.th.

-----------------------Munjiyat Metik Saking Ihya’ Ulum ad-Din al-Gazali,Semarang: Toha Putra, t.th.

-----------------------,Tafsir Faidh ar-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan, juz 1, Singapura, Percetakan Haji MuhammadAmin, 1309 H/1893 M.

Page 91: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

-----------------------,Tafsir Faidh ar-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan, juz 2, Singapura, Percetakan Haji MuhammadAmin, 1312 H/1895 M.

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, ilmu-ilmupokok dalam menafsirkan Al-Qur’an, cet. I, Semarang,Pustaka Rizki Putra, 2002.

-----------------------, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, cet. III,Semarang, Pustaka Rizqi Putra, 2000.

Azhara, Azyumardi, Jaringan Ulama, Jakarta, kencana, 2001.

Baidan, Nashruddin, Metodelogi Penafsiran al-Qur’an, Yogyakarta, PustakaPelajar, 2001.

----------------------, Perkembangan Tafsir al-Qur’an di Indonesia, Solo, TigaSerangkai Pustaka Mandiri, 2003.

----------------------, Rekonstrukis Ilmu Tafsir, Surakarta, STAIN Press, 1999.

Chirzin, Muhammad, Permata Al-Qur’an, Yogyakarta, Qirtas, 2003.

Djalal H.A, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya,Dunia ilmu, 1998.

Hasan, Ahmad Rifa’i, (penyunting), Warisan Intelektual Islam Indonesia, TelaahAtas Karya-Karya Klasik, cet. 1, Bandung, MIZAN, 1987.

Hidayat, Kamarudin, Memahami Bahasa Agama, Jakarta, Paramadiha, 1996.

http://www.pakdenono.com Redaksi, Kumpulan Berita-.net 2003-Mei 2006“Mengenang Kartini” (Di download pada tanggal 4 Juli 2006).

Ichwan, Muhammad Nor, Belajar Mudah Ilmu-ilmu al-Qur’an, Semarang, Seribuku dasar Ulumul Al-Qur’an , 2001.

-----------------------,Memasuki Dunia al-Qur’an, Semarang, Lubuk raya, 2001.

-----------------------,Tafsir Ilmy Memahami al-Qur’an Melalui Pendekatan SainsModern, Jogja, Menara Kudus, 2004.

Ilyas, Hamim, Studi Kitab Tafsir, Yogyakarta, Teras, 2004.

Iqbal, Mashuri Sirajuddin, dan A. Fudlali, Pengantar Ilmu Tafsir, Bandung,Angkasa, 1989.

Junaidi, Ahmad Arif, Pembaharuan Metode Tafsir al-Qur’an, Semarang,Gunung Jati, 2001.

Kholil, Munawer, Al-Qur’an dari Masa ke Masa, Solo,Rahmadani, 1994.

Page 92: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

Lubis, Ismail, Falsifikasi Terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Edisi 1990,Yogyakarta, Tiara Wacana, 2001.

Mahajir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Bayu Idra Grafika,1996.

Masyhuri, A. Aziz, 99 Kiai Kharismatik Indonesia Biografi, Perjuangan, Ajaran,dan Doa-doa Utama yang Diwariskan, Yogyakarta, Kutub, 2008.

Mas’ud, Abdurrahman, Intelektual Pesantren Perhelatan Agama dan Tradisi,Yogyakarta, LKIS, 2004.

Mohammad, Henry, dkk, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, cet. 1,Jakarta, Gema Insani.

Mulyono, Anton M, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,1990.

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawir: Arab-Indonesia, Surabaya,Pustaka Gresif, 1997.

Munir, Ghazali, Shalat Jum’at Bergantian Implementasi Konsep Iman dan AmalMuhammad Salih ibn Umar as-Samarani dalam MasyarakatModern, Semarang, RaSAIL Media Group, 2008.

----------------------- “Teologi Islam Terapan (Studi Implementasi Iman MenurutMuhammad Shalih as-Samarani)” TEOLOGIA Jurnal-JurnalIlmu Ushuluddin, Semarang, Fakultas Ushuluddin IAINWalisongo Semarang, Vol. 17 No. 2, Juli 2006.

-----------------------,Tuhan, Manusia, dan Alam Dalam Pemikiran KalamMuhammad Shalih as-Samrani, Semarang, RaSAIL MediaGroup, 2008.

Nawawi, Hadari, dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta, GajahMada University Press, 1996.

Pesantren No.1/ vol.Vll, P3M, Jakarta, 1991.

Rahardjo, M. Dawan, Paradigma al-Qur’an Metodelogi Tafsir & Kritik Sosial,Jakarta, PSAP, 2005.

Rofiki, Ahkmad, Studi Penafsiran Ayat-ayat Tentang Ahli kitab Menurut Prf.Dr.Hamka dalam Tafsir Al-azhar, Semarang,IAIN Press, 1998.

Rohimin. Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran, Yogyakarta,Pustaka Pelajar, 2007.

Roziqin, Badi’atul, Badiatul Mukhlisin Asti dan Junaidi Abdul Manaf, 101 JejakTokoh Islam Indonesia, Yogyakarta, Penerbit e-Nusantara, 2009.

Page 93: FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/125/jtptiain-gdl... · yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”

Salim, Abd Muin, Metodelogi Ilmu Tafsir , cet I, Yogyakarta, Teras, 2005.

Sanusi, M. Imam, Perjuangan Syaikh K.H. Mutamakkin, Yogyakarta, cet. VII,KMF, 2002.

Shihab, M. Quraisyh, Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian, Ciputat,Tangerang, Lentera Hati, 2000, volume 5.

-----------------------,Membumikan Al-Qur’an, Jakarta, Mizan, 1995.

----------------------,Sejarah Ulumul Qur’an, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1999.

Singarimbun, Masri, dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, jakarta,LP3ES, 1982.

Siddiq, Mahfudz “Al-Qur’an Dalam Perspektif Kebahasaan Dan Kesustraan”TEOLOGIA Jurnal-Jurnal Ilmu Ushuluddin, Semarang, FakultasUshuluddin IAIN Walisongo Semarang, Volume 20 Nomor 1, Juli 2009.

Solihin, Muhammad, Tokoh-Tokoh Sufi Lintas Zaman, Bandung, Pustaka Setia,2003.

Suryabrata, Sumadi, Metodelogi Penelitian, Yogyakarta, Jakarta, Pelajar Press,1997.

Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2005.

Ulama’i, A. Hasan Asy’ari “Ensiklopedi al-Qur’an (Tafsir Sosial BerdasarkanKonsep-Konsep Kunci karya dawam raharjo)” TEOLOGIA Jurnal-JurnalIlmu Ushuluddin, Semarang, Fakultas Ushuluddin IAIN WalisongoSemarang, Volume 15 Nomor 2, Juli 2004.

Webster, Noah, Webster’s New Twentieth Century Dictionary, Cet. II, AmerikaSerikat: William Collins, t.th.

Yusuf, Muhammad, DKK, Studi Kitab Tafsir Menyuarakan Teks yang Bisu,Yogyakarta, Teras, 2004.