penyelenggaraan kursus calon pengantin...

99
PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN) OLEH KUA DI KECAMATAN PAGEDONGAN KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di KUA Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Syari'ah Jurusan Ahwalus Sakhsiyyah Oleh: DIAH MAZIATU CHALIDA 042111147 FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Upload: vuongkien

Post on 06-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN)

OLEH KUA DI KECAMATAN PAGEDONGAN KABUPATEN

BANJARNEGARA (Studi Kasus di KUA Kecamatan Pagedongan

Kabupaten Banjarnegara)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Ilmu Syari'ah Jurusan Ahwalus Sakhsiyyah

Oleh:

DIAH MAZIATU CHALIDA 042111147

FAKULTAS SYARI'AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

Page 2: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

iv

Page 3: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

v

Page 4: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

vi

M O T T O

ô⎯ ÏΒuρ ÿ⎯ϵ ÏG≈ tƒ# u™ ÷βr& t, n=y{ / ä3 s9 ô⎯ ÏiΒ öΝ ä3 Å¡àΡr& %[`≡ uρø—r& (# þθãΖ ä3 ó¡tFÏj9 $yγ øŠ s9 Î) Ÿ≅ yèy_ uρ Ν à6 uΖ ÷ t/ Zο ¨Š uθ̈Β ºπ yϑômu‘ uρ

4 ¨βÎ) ’ Îû y7 Ï9≡ sŒ ;M≈ tƒ Uψ 5Θöθs) Ïj9 tβρ ã ©3 x tGtƒ ∩⊄⊇∪

Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Ruum: 21).

Page 5: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

vii

Page 6: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

viii

PERSEMBAHAN

Dalam perjuangan mengarungi samudra Ilahi tanpa batas, dengan keringat dan air

mata kupersembahkan karya tulis skripsi ini termasuk orang-orang yang selalu hadir dan

berharap keindah-Nya. Kupersembahkan bagi mereka yang tetap setia berada di ruang dan

waktu kehidupan ku khususnya buat:

• Orang tuaku tersayang yang selalu memberi semangat dan motivasi dalam menjalani

hidup ini.

• Suamiku M. Ain Zungasa dan anakku tercinta Yoosac Muhammad Imtaz

Alifadin yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, terutama dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini.

• Semua keluargaku yang selalu memberi motivasi dalam mengarungi kehidupan

terutama dalam penyelesaian studi ini.

• Teman-Temanku jurusan AS, angkatan 2004 Fak Syariah yang selalu bersama-

sama dalam meraih cita dan asa.

Penulis

Page 7: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

ix

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini

tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga

skripsi ini tidak berisi satupun pemikiran-pemikiran orang lain, kecuali informasi yang

terdapat dalam daftar kepustakaan yang dijadikan bahan rujukan.

Jika dikemudian hari terbukti sebaliknya maka penulis bersedia menerima sanksi berupa

pencabutan gelar menurut peraturan yang berlaku.

Semarang, 4 Desember 2010

DIAH MAZIATU CHALIDA NIM: 042111147

Page 8: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

x

ABSTRAK

Permasalahan keluarga yang terjadi dimasyarakat menyebabkan Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama berinisiatif melaksanakan program suscatin, program ini diharapkan mampu untuk meningkatkan kualitas keluarga yang baik.

Tingginya angka perceraian, terutama pada usia pernikahan kurang dari 5 tahun dan banyaknya kasus kekerasan dalam rumah tangga merupakan sebab dikeluarkannya Keputusan Menteri Agama dan juga Surat Edaran dari Dirjen Bimas Islam. Peraturan tersebut mengamanatkan bahwa pengetahuan tentang pekawinan haruslah diberikan sedini mungkin, sejak sebelum berlangsungnya perkawinan, yaitu melalui kursus calon pengantin (suscatin).

Program ini dimasukkan kedalam salah satu proses dan prosedur perkawinan dan wajib diikuti oleh calon pengantin yang mau menikah. Materi pelajaran yang diberikan meliputi 7 aspek, yaitu ; tata cara dan prosedur perkawinan, pengetahuan agama, peraturan perundang-undangan dibidang perkawinan dan keluarga, kesehatan dan reproduksi, manajemen keluarga, psikologi perkawinan dan keluarga serta hak dan kewajiban suami istri.

Kursus calon pengantin ini dilaksanakan setiap 3 bulan sekali dengan waktu pelajaran selama 1 hari (24 jam), adapun narasumbernya adalah dari berbagai pihak antara lain ; KUA, Pengadilan Agama, BKKBN, Puskesmas, BP4, PKK dan kadang dihadirkan pula dari para praktisi lainnya.

Penyusunan skripsi ini, menggunakan jenis penelitian lapangan (field research). Data primer, yaitu hasil wawancara dan dokumen yang relevan dengan tema skripsi, sedangkan data sekunder , yaitu literatur lainnya yang relevan dengan judul skripsi ini. Metode analisisnya adalah deskriptif analitis berdasarkan data langsung dari subyek penelitian. Oleh karena itu pengumpulan dan analisis data dilakukan secara bersamaan, bukan terpisah sebagaimana penelitian kuantitatif.

Setelah dilakukan penelitian tersebut, maka diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan kursus calon pengantin oleh KUA di Kecamatan Pagedongan sangat tepat dan penting mengingat masih banyaknya calon pengantin yang belum paham arti sebuah perkawinan, sehingga kekurang pahamannya mengakibatkan masih banyaknya perceraian dan KDRT, dan telah sesuai dengan payung hukum yang ada.

KATA PENGANTAR

Page 9: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

xi

Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang, Sholawat dan Salam

kepada pemimpin umat manusia, Nabi agung Muhamad SAW, keluarga, sahabat dan para

pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman. Karena hanya atas taufik dan rahmat-Nya serta

barokah yang agung dari Rasulullah, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN

(SUSCATIN) OLEH KUA DI KECAMATAN PAGEDONGAN (Studi Kasus di KUA

Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara)” ini disusun untuk memenuhi salah

satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Syari’ah Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-

saran dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu

penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Imam Yahya M.A selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang.

2. Bapak M. Arifin S.Ag M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Pimpinan perpustakaan Institut yang telah memberikan izin dan layanan

kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Para dosen Pengajar di lingkungan Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang,

beserta staf yang telah membekali berbagai pengetahuan.

Page 10: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

xii

5. Orang tuaku yang senantiasa berdoa serta memberikan restunya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Suami dan anakku tercinta yang tidak pernah berhenti menjadi inspirasi pengobar

semangat untuk menggapai hidup yang lebih baik, terutama sekali dalam penyelesaian

skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, dan semoga apa yang tertulis

dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada

umumnya. Amin

Penulis

Page 11: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii

HALAMAN MOTTO……………………………………………………………. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………. v

HALAMAN DEKLARASI……………………………………………………… vi

ABSTRAK……………………………………………………………………….vii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………....ix

DAFTAR ISI……………………………………………………………………... x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………….1

B. Perumusan Masalah………………………………………………3

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………4

D. Telaah Pustaka……………………………………………………4

E. Metode Penelitian………………………………………………...6

F. Sistematika Penulisan…………………………………………….9

BAB II : TUGAS DAN KEWENANGAN KUA

A. Sejarah tentang KUA…………………………………………...11

B. Tugas dan Fungsi KUA Kecamatan Pagedongan………………17

C. KUA dan Perkawinan…………………………………………..28

Page 12: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

xiv

D. KUA dan BP4…………………………………………………..31

BAB III : PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN)

DI KUA KECAMATAN PAGEDONGAN

A. Deskripsi Masyarakat Kecamatan Pagedongan………………..35

B. Peserta Kursus Calon Pengantin……………………………….35

C. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan Suscatin…………………38

D. Materi dan Narasumber………………………………………...39

E. Motivasi dan Tujuan…………………………………………...61

BAB IV : DASAR HUKUM PELAKSANAAN KURSUS CALON

PENGANTIN (SUSCATIN)

A. Landasan Hukum Pernikahan Menurut Agama Islam ………....67

B. Dasar Hukum KUA Mewajibkan Suscatin…………………..…72

C. Dasar Hukum Pembentukan Keluarga Sakinah………………...75

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………81

B. Saran-Saran ……………………………………………………82

C. Penutup ………………………………………………………..84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 13: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

pasal 1 disebutkan : Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa. Untuk dapat terbina dan terciptanya suatu rumah tangga

yang sakinah mawaddah dan rahmah, Islam telah memberi petunjuk tentang

hak dan kewajiban sebagai suami istri. Apabila Hak dan kewajiban masing-

masing sudah terpenuhi, maka dambaan suatu rumah tangga yang sakinah

akan terwujud.1Tetapi dalam mewujudkan keinginan tersebut bukanlah

perkara yang mudah, karena ternyata banyak permasalahan yang timbul dan

mengganggu bahtera rumah tangga yang pada akhirnya menghambat cita-cita

mulia perkawinan itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah

preventif, selektif dan antisipatif dari setiap individu yang berkeinginan

untuk mewujudkan keluarga yang sakinah. mawaddah dan rahmah.

Perceraian memang halal namun Allah sangat membencinya. bahkan

Rasulullah pernah menyatakan istri-istri yang meminta cerai kepada

1 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada,1998,hlm.181.

Page 14: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

2

suaminya tanpa alasan yang dibenarkan dia tidak akan mencium bau surga.

Hal ini sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW :

2طالقامن غئرباس فحرام علئهاراءحة الجنتةىماامراةسالتزوجهاا

Karena itu pulalah Pemerintah Indonesia merumuskan perundangan

yang mempersulit terjadinya perceraian dan membentuk badan penasehatan

perkawinan atau lebih dikenal BP4. Pelestarian sebuah pernikahan tidak bisa

diupayakan setelah terjadinya masalah dalam rumah tangga. Namun

pelestarian sebuah pernikahan haruslah diupayakan sejak sebelum terjadinya

pernikahan. Melalui KMA No.477 Tahun 2004, pemerintah mengamanatkan

agar sebelum pernikahan dilangsungkan, setiap calon pengantin harus

diberikan wawasan terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah tangga melalui

kursus calon pengantin (suscatin).

Dengan keluarnya Surat Edaran Dirjen Bimas Islam Nomor

DJ.II/PW.01/1997/2009 tentang kursus calon pengantin, merupakan respon

dari tingginya angka perceraian dan kasus KDRT di Indonesia. Dengan

mengikuti suscatin pasangan calon pengantin yang mau melenggang ke

jenjang pernikahan akan dibekali materi dasar pengetahuan dan ketrampilan

dalam kehidupan berumah tangga.

Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan

program kursus calon pengantin (suscatin) ini sebagai salah satu persyaratan

proses pendaftaran pernikahan. Program kursus calon pengantin akan terlihat

jelas implikasinya apabila ada hubungan kerjasama antara pihak pelaksana

2 Aِbd Rahman Ghazaly, Fikih munakahat, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup,

2003,hlm 213

Page 15: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

3

dan peserta suscatin, apalagi kursus calon pengantin bertujuan meningkatkan

kualitas keluarga melalui pembinaan dan pembekalan dalam pasangan suami

istri.

KUA Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara merupakan

salah satu wilayah dimana penduduknya, khususnya calon pengantin

mengikuti kursus calon pengantin (suscatin). Akan tetapi selama ini belum

dikaji lebih jauh mengenai penyelenggaraan kursus calon pengantin (suscatin)

oleh KUA di Kecamatan Pagedongan. Untuk mengkaji lebih lanjut mengenai

penyelenggaraan kursus calon pengantin khususnya di Kecamatan

Pagedongan Kabupaten Banjarnegara maka penulis tuangkan dalam skripsi

yang berjudul : “Penyelenggaraan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) oleh

KUA di Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi perumusan

masalah adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan kursus calon pengantin (suscatin) oleh KUA di

Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara.

2. Mengapa KUA mewajibkan kursus calon pengantin bagi calon pasangan

suami istri.

Page 16: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

4

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kursus calon pengantin oleh KUA di

Kecamatan Pagedongan kabupaten Banjarnegara.

2. Untuk mengetahui mengapa KUA mewajibkan kursus calon pengantin

bagi calon pasangan suami istri.

D. Telah Pustaka

Sepanjang pengetahuan penulis, ada beberapa penelitian yang materi

bahasanya hampir sama dengan penelitian ini, namun fokus penelitiannya

belum menyentuh pada persoalan seputar penyelenggaraan suscatin oleh

KUA di Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara.

a. Skripsi yang berjudul Analisis Pemikiran Ali Akbar tentang Perawatan

Cinta Kasih dalan Keluarga Ditinjau dari Bimbingan dan Konseling Islam

disusun oleh Ary Cahyani (NIM 1101066 IAIN Walisongo).

Menurut penulis skripsi ini bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kerukunan rumah tangga sehingga sukar dalam merawat

cinta kasih, diantaranya: (a).Tidak mengetahui dan mempelajari agama

islam; (b) masalah ekonomi; (c) soal seks; (d) suami yang mudah terayu

oleh perempuan lain sehingga si istri menjadi cemburu. Dari berbagai

problem rumah tangga, bimbingan dan konseling terhadap berbagai

problem rumah tangga relevan dengan fungsi bimbingan konseling Islam

yaitu membantu agar klien dapat menjalani kehidupan berumah tangga

Page 17: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

5

secara benar, bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang

timbul dalam kehidupan perkawinan. Oleh karena itu maka konseling

keluarga khususnya yang islami pada prinsipnya berisi dorongan untuk

menghayati dan menghayati kembali prinsip-prinsip dasar, hikmah, tujuan

dan tuntunan hidup berumah tangga menurut ajaran islam. Konseling

diberikan agar suami/istrei menyadari kembali posisi masing-masing

dalam keluarga dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang

terbaik bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya.

b. Skripsi yang berjudul: Bimbingan dan Konseling Perkawinan dan

Implikasinya dalam Membentuk Kelarga Sakinah disusun Wiwik

Murhatiwi (NIM 1101091 IAIN Walisongo). Pada intinya dipaparkan

bahwa dalam perkawinan masalah hubungan seksual merupakan masalah

yang cukup rumit. Hubungan seksual ini dapat menjadi sumber masalah

dalam perkawinan, dan dapat berakibat runyamnya kehidupan keluarga

sampai pada perceraian. Contoh cukup banyak dan dapat diikuti melalui

media masa. Walaupun telah dikemukakan di bagian depan bahwa

perkawinan itu bukan semata-mata mengenai hubungan seksual saja, tetapi

masalah hubungan seksual dalam perkawinan kiranya tidak dapat

diabaikan. Hal ini dapat diikuti masalah melalui sebuah majalah yang

cukup terkenal dengan judul “Gadis Bintang”. Sebuah Diskusi. LBH

Yogya kewalahan menghadapi gadis hamil. KUHP perlu direvisi? (Tempo,

No. 40 Tahun XIII, 3 Desember 1983). Dari apa yang dikemukakan oleh

tempo tersebut jelas bahwa masalah hubungan seksual tidak dapat

Page 18: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

6

diabaikan dalam pasangan pria dan wanita. Dan bila dikaji lebih jauh,

penyimpangan-penyimpangan dalam hal kehidupan keluarga, misalnya

istri menyeleweng ataupun sebaliknya, bila mau secara jujur hal tersebut

bersumber pada masalah hubungan seksual ini.

c. Skripsi yang berjudul: Upaya Badan, Pembinaan dan Pelestarian

Perkawinan (BP-4) dalam Membina Keluarga Sakinah di Kecamatan

Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah tahun 2002 di susun oleh

Mustikawati, 2002. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa tentang peran BP-4

Seputih Mataram dalam mencegah terjadinya perceraian, melalui

bimbingan penyuluhan Islam berusaha membantu menyadarkan keluarga

yang bermasalah dan pada akhirnya semua komponen keluarga akan

menyadari posisi, hak dan kewajiban masing-masing.

Dari beberapa penelitian dapat diketahui bahwa penelitian terdahulu

berbeda dengan apa yang akan peneliti lakukan, karena penelitian terdahulu

belum mengungkapkan penyelenggaraan suscatin (dari peserta, waktu

maupun materi serta narasumbernya) oleh KUA di Kecamatan Pagedongan

dan dasar hukum serta latar belakang pelaksanaan kursus tersebut.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang

langkah-langkah sistematis dan logis dalam mencari data yang berkenaan

dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan

Page 19: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

7

selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. Metode penelitian dalam skripsi ini

dapat dijelaskan sebagai berikut3:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field research),

yaitu penelitian yang objeknya mengenai gejala-gejala atau peristiwa-

peristiwa yang terjadi pada kelompok masyarakat4. Penelitian ini

menggunakan jenis kualitatif dan dengan menggunakan metode

deskriptif analisis. Metode ini bermaksud menggambarkan dan

memaparkan keadaan obyek penelitian, yaitu menggambarkan tentang

penyelenggaraan suscatin oleh KUA di Kecamatan Pagedongan

Kabupaten Banjarnegara.

Dalam penelitian ini bertujuan mengembangkan teori

berdasarkan data dan pengembangan pemahaman. Data yang

dikumpulkan disusun, dijelaskan, dan selanjutnya dilakukan analisa,

dengan maksud untuk mengetahui hakikat sesuatu dan berusaha mencari

pemecahan melalui penelitian pada factor-faktor tertentu yang

berhubungan dengan fenomena yang sedang diteliti5.

3 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta ; Gajah Mada University

Press, 1991, hlm.24. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka

Cipta,Cet.II, 1998, hlm 15. 5 Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, Jakarta : Bumi Aksara, 1999,

hlm.15.

Page 20: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

8

2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

a. Penentuan Sumber Data

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini,

maka sumber data yang diperlukan adalah subjek dari mana data itu

diperoleh. Sumber data diperoleh dari data lapangan yang ditunjang

dengan studi kepustakaan (library research). Data lapangan diperoleh

melalui study documenter berupa dokumen dari KUA Kecamatan

Pagedongan Kabupaten Banjarnegara dan wawancara dengan pejabat

KUA serta peserta suscatin.

b. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui

beberapa instrument, sebagai berikut:

1) Wawancara, dilakukan secara terbuka dengan menggunakan

pedoman wawancara. Wawancara ini dilakukan secara tidak

terstruktur.

2) Studi Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda, foto-foto dan sebagainya6. Dalam

hal ini penulis menggunakan dokumentasi (dokumentasi dari

KUA Kecamatan Pagedoan Kabupaten Banjarnegara).

6Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm 206

Page 21: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

9

3. Metode Analisis Data

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis data adalah

sebagai berikut :

Menginventarisir data, yaitu pengumpulan data penelitian.

a. Klasifikasi data, yaitu melakukan kualifikasi data sesuai dengan

perumusan masalah dan tujuan penelitian.

b. Menggunakan metode deskriptif analisis yaitu menggambarkan dan

menguraikan penyelenggaraan kursus calon pengantin oleh KUA di

Kecamatan Pagedongan Kabupaten banjarnegara.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-

masing menampilkan titik berat yang berbeda, namun dalam satu kesatuan

yang saling mendukung dan melengkapi.

Bab pertama berisi tentang pendahuluan, merupakan gambaran

umum secara global namun integral komprehensif dengan memuat : latar

belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisi tinjauan umum tentang KUA yang didalamnya

memuat tugas dan kewenangan KUA, KUA dan perkawinan serta KUA dan

BP4 (Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan).

Bab ketiga berisi gambaran umum tentang pelaksanaan Kursus

Calon Pengantin (suscatin) di KUA Kecamatan Pagedongan Kabupaten

Page 22: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

10

Banjarnegara meliputi waktu dan tempat, peserta, materi, nara sumber,

motivasi dan tujuan serta analisanya.

Bab keempat berisi tentang landasan hukum KUA mewajibkan

kursus calon pengantin (suscatin).

Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan, saran dan

penutup

Page 23: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

11

BAB II

TUGAS DAN KEWENANGAN

KANTOR URUSAN AGAMA ( K U A )

A. Sejarah Tentang KUA

Kantor Urusan Agama adalah instansi terkecil Kementrian Agama

yang ada di tingkat Kecamatan. KUA bertugas membantu melaksanakan

sebagian tugas Kantor Kementrian Agama Kabupaten di bidang urusan

agama islam di wilayah kecamatan1.

Jauh sebelum bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya

pada tanggal 17 Agustus 1945, Bangsa Indonesia sudah mempunyai lembaga

kepenghuluan yaitu semenjak berdirinya Kesultanan Mataram. Pada saat itu

Kesultanan Mataram telah mengangkat seseorang yang diberi tugas dan

wewenang khusus di bidang kepenghuluan. Pada masa pameritahan Kolonial

Belanda, Lembaga Kepenghuluan sebagai lembaga swasta yang diatur dalam

suatu Ordonansi, yaitu Huwelijk Ordonatie S. 1929 NO. 348 jo S. 1931

NO.467, Vorstenladsche Huwelijk Ordoatie S. 1933 NO. 98 dan Huwelijs

Ordoatie Buetengewesten S. 1932 NO. 482. Untuk Daerah Vortenlanden dan

seberang diatur dengan Ordonansi tersendiri. Lembaga tersebut dibawah

pengawasan Bupati dan penghasilan karyawanya diperoleh dari hasil biaya

nikah, talak dan rujuk yang dihimpun dalam kas masjid.2

1Informasi Pelayanan KUA Kecamata Pagedongan, Juni 2010 2 http://kutarik.com/profile/sejarah.html, diakses tgl. 28 desember 2010

Page 24: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

12

Kemudian pada masa pemerintahan Penduduk Jepang, tepatnya pada

tahun 1943 Pemerintah Jepang di Indonesia mendirikan Kantor Shumubu

(KUA) di Jakarta. Pada waktu itu yang ditunjuk sebagai Kepala Shumubu

untuk wilayah Jawa dan Madura adalah KH. Hasim Asy’ari pendiri Pondok

Pesantren Tebuireng Jombang dan pendiri jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

Sedangkan untuk pelaksanaan tugasya, KH. Hasim Asy’ari menyerahkan

kepada puteranya K. Wahid Hasyim sampai akhir pendudukan Jepang pada

bulan Agustus 1945.

Setelah merdeka, Menteri Agama H. M. Rasjidi mengeluarkan

Maklumat No. 2, tanggal 23 April 1946 yang isi maklumat tersebut

mendukung semua lembaga keagamaan dan ditempatkan kedalam

Kementerian Agama.

Departemen Agama adalah departemen perjuangan. Kelahirannya

tidak dapat dipisahkan dengan dinamika perjuangan bangsa. Pada saat bangsa

ini berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamirkan,

Maka lahirlah Kementrian Agama. Pembentukan Kementrian Agama tersebut

selain untuk menjalankan tugasnya sebagai penanggugjawab realisasi

Pembukaan UUD 1945 dan pelaksanaan pasal 29 UUD 1945, juga sebagai

pengukuhan dan peningkatan status Shumubu ( Kantor Urusan Agama

Tingkat Pusat ) pada masa penjajahan Jepang.

Berdirinya Kementrian Agama disahkan berdasarkan Penetapan

Pemerintah Nomor : I/SD tanggal 3 Januari 1946 bertepatan dengan 2

Muharram 1364 H. Menteri Agama pertama adalah H.M. Rasyidi, BA. Sejak

Page 25: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

13

itu dimulailah penataan struktur di lingkungan Kementrian Agama. Pada

tahap ini, Menteri Agama H.M. Rasyidi mengambil alih beberapa tugas untuk

dimasukkan dalam lingkungan Departemen Agama. Tugas pokok

Departemen Agama waktu itu ditetapkan berdasarkan Penetapan Pemerintah

Nomor : 5/SD tanggal 25 Maret 1946 dan Maklumat Pemerintah Nomor 2

tanggal 24 April 1946 yang menyatakan bahwa tugas pokok Kementrian

Agama adalah : menampung urusan Mahkamah Islam Tinggi yang

sebelumnya menjadi wewenang Departemen Kehakiman dan menampung

tugas dan hak mengangkat Penghulu Landraat, Penghulu Anggota Pengadilan

agama, serta Penghulu Masjid dan para pegawainya yang sebelumnya

menjadi wewenang dan hak Presiden dan Bupati. Disamping pengalihan

tugas di atas, Menteri Agama mengeluarkan Maklumat Menteri Agama

Nomor 2 tanggal 23 April 1946 yang menyatakan, bahwa: pertama, instansi

yang mengurus persoalan keagamaan di daerah atau SHUMUKA (tingkat

karesidenan) yang di masa pendudukan Jepang termasuk dalam kekuasaan

Residen menjadi Djawatan Agama Daerah yang berada di bawah wewenang

Kementrian Agama. Kedua, Pengangkatan Penghulu Landraat (Penghulu

pada Pengadilan Agama) Ketua dan Anggota Raad (Pengadilan) Agama yang

menjadi hak Residen dialihkan menjadi hak Kementrian Agama. Ketiga,

Pengangkatan Penghulu Masjid yang berada dibawah wewenang Bupati

dialihkan menjadi wewenang Kementrian Agama. Sebelum maklumat Mentri

Agama dilaksanakan secara efektif, kelembagaan pengurusan agama di

daerah berjalan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Sejak jaman

Page 26: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

14

penjajahan, perangkat organisasi kelembagaan yang mengurus agama yang

telah tersebar ke seluruh plosok tanah air, hingga tingkat kecamatan bahkan

sampai desa. Perangkat ini bekerja sebagai tenaga sukarelawan (buka

pegawai negeri). Pejabat yang melayani umat Islam, khususnya yang

berkaitan dengan nikah, talak, rujuk, kemasjidan/ perwakafan, ditingkat

Kabupaten dijabat oleh Penghulu, ditigkat Kawedanan dan Kecamatan dijabat

oleh Naib Penghulu.

Selanjutnya ditetapkan Peraturan Menteri Agama Nomor 188 5/K.I

Tahun 1946 tanggal 20 Nopember 1946 tentang Susunan Kementrian Agama.

Pada tahap awal struktur organisasi Departemen Agama sangat sederhana

yakni hanya berada di tingkat pusat yang berdiri dari 8 bagian yaitu: Bagian

A (Sekertariat); Bagian B (Kepenghuluan); Bagian C (Pendidikan Agama);

Bagian D (Penerangan Agama); Bagian E (Masehi Kristen); Bagian F

(Masehi Katolik); Bagian G (Pegawai); Bagian H (Keuangan/

Perbendaharaan).

Pada tahun 1947, setelah diberlakukan Undang-undang Nomor 22

tahun 1946 tentang Pencatatan, Nikah, Talak, dan Rujuk, jabatan

kepenghuluan dan kemasjidan diangkat menjadi pegawai negeri. Pejabat

Raad Agama, yang semula terangkap fungsinya oleh Penghulu, setelah

diberlakukanya undang-undang tersebut diangkat tersendiri oleh Kementrian

Agama. Petugas yang mengurusi agama di desa, khususnya dalam hal

pernikahan dan kematian (yang di wilayah jawa bisa disebut dengan modin)

diterbitkan dan diatur tersediri melalui Maklumat Bersama Nomor 3 tahun

Page 27: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

15

1947, tertanggal 30 April, yang ditandatanggani Menteri Dalam Negeri Mr.

Moh. Roem dan Menteri Agama KH. R. Fathurrahman Kafrawi. Melalui

Maklumat tersebut para modin memiliki hak dan kewajiban berkenaan

dengan peraturan masalah keagamaan di Desa, yang kedudukanya setaraf

dengan pamong di tingkat pemerintah Desa. Sebagaimana pamong yang lain

mereka di beri imbalan jasa berupa hak menggarap (mengelola) Tanah

Bengkok Milik Desa.

Sejak awal berdirinya Departemen Agama hingga tahun 1950-an,

stabilitas politik belum dapat berjalan dengan baik. Pihak Belanda dan Sekutu

tidak rela Indonesia merdeka. Dua kali aksi militer dilancarkan: Pertama,

tanggal 21 Juli 1947 dan kedua tanggal 19 Desember 1948. Kabinet yang

dibentuk Pemerintah Republik Indonesia rata-rata berumur pendek, karena

silih bergantinya kabinet system parlementer.

Dalam situasi perang (karena aksi militer), penataan kantor Agama

di daerah jelas terganggu. Di berbagai daerah, kantor Agama berpindah

pindah, dari daerah yang di duduki Belanda kedaerah yang secara de facto

masih dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia. Saat itu Pemerintah

Agama menginstruksikan bahwa dalam menghadapi perang melawan kolonial

Belanda, setiap aparat Kementerian Agama diharuskan turut serta berjuang

mempertahankan Negara Republik Indonesia. Karena alasan itu pula, selama

terjadi peperangan tersebut, pengiriman jama’ah haji sempat dihentikan.

Struktur Kantor Agama (1949) diatas terus berlangsung hingga

terjadi penyempurnaan struktur berdasarkan PP Nomor 33 Tahun 1949 dan

Page 28: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

16

PP Nomor 8 tahun 1950 tentang Susunan Organisasi Kementrian Agama.

Sejak itu struktur Departemen Agama. Sejak itu struktur Departemen Agama

mengalami perubahan sebagai berikut: a. Tingkat pusat dengan susunan

Organisasi sebagai berikut: 1) Menteri Agama; 2) Secretariat Jenderal yang

terdiri dari: Bagian Sekertariat; Bagian Kepenghuluan; Bagian Pendidikan;

Bagian Keuangan/Perbendaharaan; b. Tingkat Daerah dengan susunan

organisasi sebagai berikut: 1) Kantor Agama Provinsi; 2) Kantor Agama

Kabupaten; 3) Kantor Kepenghuluan Kawedanan; 4) Kantor Kenaiban

kecamatan.

Berdirinya Departemen Agama Republik Indonesia, tepatnya pada

tanggal 3 Januari 1946. yang tertuang dalam Penetapan Pemerintah No. 1/SD

tahun 1946 tentang Pembentukan Kementerian Agama, dengan tujuan

Pembangunan Nasional yang merupakan pengamalan sila Ketuhanan Yang

Maha Esa. Dengan demikian, agama dapat menjadi landasan moral dan etika

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan pemahaman dan

pengamalan agama secara benar diharapkan dapat mendukung terwujudnya

masyarakat Indonesia yang religius, mandiri, berkualitas sehat jasmani rohani

serta tercukupi kebutuhan material dan spiritualnya.

Guna mewujudkan maksud tersebut, maka di daerah dibentuk suatu

Kantor Agama. Untuk di Jawa Timur sejak tahun 1948 hingga 1951, dibentuk

Kantor Agama Provinsi, Kantor Agama Daerah (Tingkat Karesidenan) dan

Kantor Kepenghuluan (Tingkat Kabupaten) yang merupakan perpanjangan

Page 29: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

17

tangan dari Kementrian Agama Pusat Bagian B, yaitu: Bidang Kepenghuluan,

Kemasjidan, Wakaf dan Pengadilan Agama.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan terbitnya Keputusan

Menteri Agama (KMA) Nomor 517 Tahun 2001 tentang penataan Organisasi

Kantor Urusan Agama Kecamatan, maka Kantor Urusan Agama (KUA)

berkedudukan di wilayah kecamatan dan bertanggung jawab kepada Kepala

Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota yang dikoordinasi oleh Kepala

Seksi Urusan Agama Islam/Bimas dan Kelembagaan Agama Islam dan di

pimpin oleh seorang Kepala, yang mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan

Agama Islam dalam wilayah Kecamatan. Dengan demikian, eksistensi KUA

Kecamatan sebagai institusi Pemerintah dapat diakui keberadaanya, karena

memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan bagian dari struktur

pemerintahan di tingkat Kecamatan.

B. Tugas dan Fungsi KUA Kecamatan Pagedongan

1. Tugas KUA

Kantor Urusan Agama Kecamatan Pagedongan mempunyai tugas

melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kantor Kementerian Agama di

wilayah Kecamatan berdasarkan kebijakan Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Banjarnegara dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Adapun tugas-tugasnya meliputi :

Page 30: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

18

a. Melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten

di bidang urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan.

b. Membantu Pelaksanaan tugas Pemerintah di tingkat Kecamatan dalam

bidang keagamaan.

c. Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas Kantor Urusan Agama

Kecamatan.

d. Melaksanakan tugas koordinasi Penilik Agama Islam, Penyuluh

Agama Islam dan koordinasi/kerjasama dengan Instansi lain yang erat

hubungannya dengan pelaksanaan tugas KUA Kecamatan.

e. Selaku PPAIW (Pegawai Pencatat Akta Ikrar Wakaf).

Melalui KMA Nomor 18 tahun 1975 juncto KMA Nomor 517

tahun 2001 dan PP Nomor 6 tahun 1988 tentang penataan organisasi

KUA Kecamatan secara tegas dan lugas telah mencantumkan tugas KUA,

yaitu:

a. Melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama

Kabupaten/Kota di bidang urusan agama Islam dalam wilayah

kecamatan. Dalam hal ini KUA menyelenggarakan kegiatan

dokumentasi dan statistik (doktik), surat menyurat, pengurusan surat,

kearsipan, pengetikan dan rumah tangga;

b. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dan melaksanakan kegiatan

sektoral maupun lintas sektoral di wilayah kecamatan. Untuk itu,

KUA melaksanakan pencatatan pernikahan, mengurus dan membina

Page 31: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

19

masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan

dan pengembangan keluarga sakinah3.

Adapun implementasi pelaksanaan tugas tersebut diantaranya:

1. Penataan Internal Organisasi.

2. Bidang Dokumentasi dan Statistik (Doktik).

3. Bimbingan Keluarga Sakinah dan Pelayanan Pernikahan.

4. Pembinaan Kemasjidan, Zakat dan Wakaf.

5. Pelayanan Hewan Kurban.

6. Pelayanan Hisab dan Rukyat.

7. Pelayanan Sosial, Pendidikan, Dakwah dan Ibadah Haji.

Sedangkan para pejabat di KUA diantaranya kepala KUA

Kecamatan Pagadongan dengan berpedoman pada Buku Administrasi

KUA yang diterbitkan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa

Tengah mempunyai tugas :

1) Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan semua unsur di

lingkungan KUA Kecamatan dan memberikan bimbingan serta

petunjuk pelaksanaan tugas masing-masing staf (pegawai) KUA

Kecamatan Pagedongan sesuai dengan job masing-masing.

2) Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala KUA Kecamatan wajib

mengikuti dan mematuhi petunjuk serta peraturan yang berlaku.

3 Depag RI, Tugas-Tugas Pejabat Pencatat Nikah, Bimbingan Masyarakat Islam dan

Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI, Jakarta, 2004,hlm 25

Page 32: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

20

3) Setiap unsur di lingkungan KUA Kecamatan, wajib mengikuti dan

mematuhi bimbingan serta petunjuk kepala KUA Kecamatan dan

bertanggungjawab kepada Kepala KUA Kecamatan.

4) Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala KUA Kecamatan

bertanggungjawab kepada Kepala Kementerian Agama Kabupaten/

Kota Madya.

Tugas Kepala KUA

1. Memimpin pelaksanaan tugas Kantor Urusan Agama

Menetapkan / merumuskan Visi dan Misi, Kebijakan, Sasaran,

Program dan Kegiatan Kantor Urusan Agama.

2. Membagi tugas, menggerakkan, mengarahkan, membimbing dan

mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Kantor Urusan Agama.

3. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas

bawahan.

4. Melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang ketatausahaan.

5. Melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang Nikah, Rujuk dan

Keluarga Sakinah.

6. Melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang Zakat dan Wakaf serta

Ibadah Sosial.

7. Melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang data keagamaan dan

tempat ibadah.

8. Melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang kemitraan umat islam

dan pembinaan syari’ah.

Page 33: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

21

9. Melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang urusan haji dan umroh.

10. Melakukan penelaahan dan pemecahan masalah yang timbul di

lingkungan KUA.

11. Melakukan usaha pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan

di bidang pelaksanaan tugas KUA.

12. Mempelajari dan menilai/mengoreksi laporan pelaksanaan tugas di

bawahan.

13. Melakukan kerjasama dengan instansi terkait.

14. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.

15. Melaporkan proses dan pelaksanaan tugas4

Tugas staf administrasi keuangan :

1. Menyiapkan rencana anggaran, menerima, membukukan, menyetorkan

dana kepada Kantor Kementerian Agama di Kabupaten.

2. Menyiapkan bahan dan pencatatan kerja.

3. Menerima biaya nikah. 5

Tugas staf administrasi nikah dan rujuk :

1. Mempelajari dan meneliti berkas permohonan nikah rujuk.

2. Mengisi form NB dan menyiapkan jadwal nikah serta menyiapkan

konsep pengumuman kehendak nikah.

4 Pedoman Pegawai pencatat nikah, Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan, Direktorat

Jenderal Bimas Islam dan penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI, Jakarta, 2004, hlm 5 5 Tabel Struktur dan Tugas Pejabat KUA Kec. Pagedongan

Page 34: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

22

3. Menyiapkan buku Akta Nikah dan bimbingan calon pengantin,

menyiapkan rekomendasi atau numpang nikah diluar wilayah KUA.

Tugas tenaga wiyata bakti :

1. Membantu tugas kepala dan staf KUA.

2. Menyiapkan bahan logistik untuk kegiatan di KUA.

3. Melayani masyarakat yang berkepentingan dengan KUA

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam daftar urut kepangkatan

pegawai KUA Kecamatan Pagedogan ;

Tabel 1

DAFTAR URUT KEPANGKATAN PEGAWAI KUA

KECAMATAN PAGEDONGAN TAHUN 20096

Nama

NIP TTL Jabatan / Gol TMT Pensiun

M. Zayin Bunani, S.Ag

NIP.150318383

Banjanegara,

07 sept 1969 Kepala / III.c 18/03/2009 2025

Masito

NIP. 19590823 198303

1004

Banjanegara,

23 agst 1959 Staf / III.c 01/10/2006 2015

Urip santoso

NIP. 150202712

Banjarnegara, 10

Pebr 1955 Staf / III.a 01/02/2008 2011

6 Ibid.

Page 35: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

23

Tabel 2

Data Wiyata Bhakti Pada KUA Kec. Pagedongan tahun 20097

No NAMA TTL NO SK TMT

1 A.Khozin

Amanullah,S.Ag

Banjarnegara, 09-

07-1976

Wk/3.b/BA.01/787/2004 1 januari

2004

2. Fungsi KUA

Berdasarkan KMA nomor 517 tahun 2001 tentang Penataan

Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, maka Kantor Urusan

Agama Kecamatan Pagedongan selain memiliki tugas pokok tersebut di

atas juga mempunyai fungsi melaksanakan kegiatan dengan potensi

organisasi sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi. Menyelenggarakan

kegiatan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan, dan

rumah tangga Kantor Urusan Agama Kecamatan.

b. Melaksanakan pencatatan Nikah dan Rujuk, mengurus dan membina

masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan

dan pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan

yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam

dan Penyelenggara Haji berdasarkan Peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Untuk mendukung kinerja KUA dan pelaksanaan pembinaan

kehidupan beragama umat Islam terutama di desa, menteri Agama melalui

7 Bagan Struktur Tenaga wiyata Bhakti KUA kec.Pagedongan Kab. Banjarnegara

Page 36: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

24

Keputusan Menteri Agama Nomor 298 Tahun 2003 menetapkan adanya

pemuka agama desa setempat yang ditunjuk untuk melakukan pembinaan

kehidupan beragama Islam, berkoordinasi dengan instansi terkait dan

lembaga yang ada dalam masyarakat dengan sebutan Pembantu Pegawai

Pencatat Nikah, disingkat Pembantu PPN.

Pembantu PPN tersebut mendapat legalitas dari Kementerian

Agama sebagai pengantar orang yang berkepentingan dengan nikah dan

rujuk ke Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan di Jawa dan sebagai

pembina kehidupan beragama di desa. Sedangkan di luar Jawa karena

keadaan wilayah yang luas Pembantu PPN mempunyai tugas yang lebih

berat, yaitu atas nama Pegawai Pencatat Nikah (PPN)/Kepala KUA

Kecamatan melakukan pengawasan langsung terhadap pelaksanaan nikah

dan rujuk yang terjadi di desanya dan melaporkan pelaksanaannya kepada

PPN/KUA. Di samping itu Pembantu PPN bertugas membina kehidupan

beragama serta selaku Ketua BP4 di desa juga bertugas memberi nasehat

perkawinan8.

Dari uraian diatas, maka berdasarkan KMA tersebut tugas-tugas

pokoknya adalah :

1. Pelayanan nikah dan rujuk.

2. Pembinaan kehidupan beragama Islam di desa.

8 Pedoman Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan

Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Haji, Departemen Agama RI, Jakarta, 2004,hlm 3

Page 37: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

25

Secara rinci tugas tersebut dapat di uraikan sebagai berikut :

a. Pelayanan Nikah dan Rujuk

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

bahwa mereka yang melaksanakan perkawinan menurut ketentuan

agama Islam, pencatatannya dilakukan oleh PPN di KUA Kecamatan.

Pencatatan perkawinan tersebut melakukan penelitian yang

seksama agar terpenuhi, baik ketentuan perundang-undangan maupun

kaidah munakahat dan diperoleh data yang akurat. Kepala KUA selaku

PPN harus dapat mempertanggungjawabkan pencatatan yang

dilakukannya. Untuk itu ia dibantu oleh Pembantu PPN yang

diharapkan lebih dapat mengetahui keadaan sehari-hari dari mereka

yang melakukan pernikahan.

Tugas pelayanan nikah dan rujuk oleh pembantu PPN adalah

sebagai berikut :

1. Menerima informasi/pelaporan dari masing-masing pihak yang

berkepentingan melakukan pernikahan (calon suami, calon isteri

dan wali) dan mencatatnya dalam buku model N10.

2. Melakukan penelitian awal tentang status dan keabsahan data

masing-masing pihak, baik berdasarkan surat-surat keterangan

yang dikeluarkan kepala desa/lurah dan instansi lainya maupun

berdasarkan wawancara langsung.

Page 38: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

26

3. Memberikan penasihatan kepada masing-masing pihak tentang hal-

hal yang sebaiknya dilakukan. Misalnya tentang hak dan kewajiban

suami-isteri, serta tentang perlunya memperoleh imunisasi TT dari

Puskesmas.

4. Mengantar mereka ke KUA Kecamatan untuk melaporkan rencana

pernikahan, sekurang-kurangnya sepulih hari sebelum pelaksanaan

pernikahan.

5. Mendampingi PPN dalam mengawasi pelaksanaan akad nikah baik

yang di lakukan di balai nikah maupun yang dilakukan di luar balai

nikah.

6. Melakukan sebagaimana tersebut pada huruf a sampai dengan

huruf e mereka yang melaporkan akan melakukan rujuk9.

b. Pembinaan kehidupan beragama Islam di Desa

Dalam KMA Nomor 298 tahun 2003 disebutkan bahwa

Pembantu PPN selain memberikan pelayanan nikah dan rujuk juga

mempunyai tugas melakukan pembinaan kehidupan beragam Islam di

Desa.

Pembinaan kehidupan beragama Islam di Desa dapat berupa

kegiatan yang bersifat ubudiyah mahdhah (langsung berhubungan

dengan Allah) dan dapat berupa kegiatan yang bersifat ubudiyah

ijtimaiyah (hubungan antar sesama umat).

9 Ibid

Page 39: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

27

Kegiatan pembinaan kehidupan beragama islam tersebut

meliputi antara lain:

1. Membina kerukunan masjid dari aspek idarah, imarah dan ri’ayah.

2. Mengkoordinasikan kegiatan peningkatan kemampuan baca tulis

Al qur’an (pengajian) ditiap-tiap masjid serta mengusahakan buku-

buku perpustakaan masjid.

3. Memberikan penasehatan kepada keluarga bermasalah.

4. Membina pengamalan ibadah sosial.

5. Mengkoordinasikan dan menggerakkan lembaga-lembaga semi

resmi yang membantu tugas departemen agama (BKM, BP4, P2A

dan LPTQ) ditingkat Desa.

Adapun daftar orang-orang yang menjadi Pembantu PPN di

Kecamatan Pagedongan dapat dilihat ditabel berikut ini :

Tabel 3

Data Pembantu Petugas Pencatat Nikah pada KUA

Kecamatan Pagedongan tahun 200910

No Nama Wilayah Kerja Alamat TMT

1 Chambari Kadus IV,V,V Kurban, pagedongan 1972

2 Masngudi Kadus I,II,III Dagan sari, Pagedongan 1991

3 Badrudin Zarkasi Kadus III,VII Ponjen, Pagedongan 2006

4 H. Amin fadhillah Kadus I,II Gunung Jati, Pagedongan _

5 Suryanto Kadus III,IV Gunung Jati, Pagedongan _

6 Slamet Harwono Kadus I,II Twelagiri Rt 01/01 2005

7 Dalhar Kadus III,IV Twelagiri Rt 01/III 1990

8 Nahrudin Kadus I,II,III Keb. Duwur Rt. 4/III _

10 Bagan Struktur Pembantu Pegawai Pencatat Nikah pada KUA Kec.Pagedongan, tahun

2009

Page 40: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

28

9 Taryono Kadus IV Pesangkalan Rt. 01/I _

10 Afandi Yamin Kadus III,IV Kebutuh Jurang Rt. 01/IX 1993

11 Shaifuloh Kadus II Kebutuh Jurang Rt. 02/V 1991

12 Komarudin Kadus I Kebutuh Jurang Rt. 01/III 1991

13 Kuspriyono Kadus I,II,IV Pesangkalan Rt. 01/I _

14 Sardinur Kadus IV-V Kebutuh Duwur _

15 Purwanto Kadus I,II,IV Duren Rt. 01/II 1985

16 Muslim Kadus III Duren Rt. 03/III 1997

17 Muchlas Kadus III Silegi Lebakwangi _

18 Idrus Abadi Kadus IV,V Lebakwangi Rt. 01/VI 1991

19 Ramlan Kadus V Gunungjati _

20 Sukhaelan Kadus

II,III,IV,V

Gentansari Rt. 02/IV 1991

21 Wagiman Kadus I Gentansari Rt. 03/I 1994

C. KUA dan Perkawinan

Kantor Urusan Agama adalah merupakan lembaga atau instansi yang

memiliki kewenangan dalam masalah perkawinan. Salah satu kewenangan

tersebut adalah sebagai lembaga yang mencatat perkawinan. Pada dasarnya

perkawinan merupakan suatu hal yang dianjurkan oleh syara’. Salah satu

Firman Allah yang bertalian dengan disyari’atkannya pernikahan adalah :

(#θßsÅ3Ρ r& uρ 4‘ yϑ≈ tƒ F{ $# óΟ ä3Ζ ÏΒ t⎦⎫ ÅsÎ=≈ ¢Á9 $# uρ ô⎯ ÏΒ ö/ ä.ÏŠ$t6 Ïã öΝ à6 Í←!$tΒÎ) uρ 4 βÎ) (#θçΡθä3 tƒ u™!# t s) èù

ãΝ Îγ ÏΨøóムª!$# ⎯ ÏΒ ⎯ Ï&Î#ôÒsù 3 ª!$# uρ ìì Å™≡ uρ ÒΟŠ Î=tæ ∩⊂⊄∪

Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui (QS. An-Nuur 24)11

11 Yayasan penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan

Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, 1986, hlm.549.

Page 41: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

29

Perkawinan di Indonesia, ada perkawinan yang tercatat dan ada

perkawinan yang tidak tercatat, baik sebelum terbentuknya Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan maupun setelahnya. Berdasarkan

kitab-kitab yang dijadikan pedoman oleh Kementerian Agama12 dalam

menyelesaikan perkara dalam lingkup Peradilan Agama, tidak terdapat ulama

yang menetapkan bahwa salah satu syarat perkawinan adalah pencatatan, baik

sebagai syarat sah maupun sebagai syarat pelengkap. Akan tetapi, dalam

Undang-Undang Perkawinan yang diberlakukan, pasal yang mengatur

pencatatan perkawinan selalu ada, sebagai bagian dari pengawasan

perkawinan yang diamanatkan oleh Undang-Undang.13

Perkawinan tidak tercatat termasuk salah satu perbuatan hukum yang

tidak dibolehkan oleh Undang-undang, karena terdapat kecenderungan kuat

dari segi sejarah hukum perkawinan, bahwa perkawinan tidak tercatat

termasuk perkawinan yang illegal. Meskipun demikian, dalam pasal 5 ayat (1)

Kompilasi Hukum Islam (KHI) terdapat informasi implisit bahwa pencatatan

perkawinan bukan sebagai syarat sah perkawinan, tetapi sebagai alat untuk

menciptakan ketertiban perkawinan. Oleh karena itu, dalam pasal 7 ayat (3)

KHI diatur mengenai itsbat nikah (pengesahan perkawinan) bagi perkawinan

yang tidak tercatat. Dengan kata lain, perkawinan tidak tercatat adalah sah,

12 Pada tahun 1953, Departemen Agama menetapkan 13 (tiga belas) kitab fikih yang dijadikan pedoman dalam memutuskan perkara di Pengadilan Agama. Tiga belas kitab tersebut adalah: (1) al-bajuri, (2) fathul Mu’in, (3) Syarqawi ‘ala al-tahrir,(4) al –Mahalli, (5) fath al – wahab, (6) Tuhfat, (7) Taqrib al Musytaq (8) Qawanin al-Syar’iyyat usman bin yahya, (9)Qwanin al- Syar’iyyat Shadaqat Di’an (10) Syamsuri fi al-faraidh (11)Bugyat al-Musytarsidin, (12)al- Fiqh ‘ala madzahib al-arba’ah, dan (13) Mughni al Muhtaj. Lihat Amrullah Ahmad, Dimensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional (Mengenang 65 tahun Prof. Dr.Bustanul. arifin, S.H), Jakarta: Gema InsaniPress,1996, hlm.11. Jaih Mubarok, Modernisasi Hukum Perkawinan di Indonesia, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005, hlm.33.

13 Ibid, hlm.69

Page 42: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

30

tetapi kurang sempurna. Ketidaksempurnaan itu dapat dilihat dari ketentuan

pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam (KHI) tersebut.

Aqad pada perkawinan tidak tercatat biasanya dilakukan di kalanagan

terbatas, di hadapan bapak kyai atau tokoh agama, tanpa kehadiran petugas

dari Kantor Urusan Agama, dan tentu saja tidak memiliki surat nikah yang

resmi. Dalam pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun

1974 ditegaskan bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Perkawinan tidak tercatat secara agama

adalah sah manakala sudah memenuhi syarat dan rukun. Meskipun demikian,

karena pernikahan tersebut tidak tercatat maka dalam hukum positif dianggap

tidak sah karena tidak sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974.14

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditegaskan bahwa perkawinan di

Indonesia ada perkawinan yang tercatat dan ada pula perkawinan yang tidak

tercatat. Perkawinan yang tercatat ada yang menyebut ‘kawin resmi’ atau

‘kawin kantor’ . demikian pula, ada yang menyebut perkawinan tidak tercatat

sebagai ‘nikah sirri’, ‘nikah dibawah tangan’, ‘nikah syar’i’, ‘kawin liar’,

‘kawin modin’, dan kerap pula disebut ‘kawin kyai’.15 Menurut Jaih Mubarok,

pada umumnya yang maksud perkawinan tidak tercatat adalah perkawinan

yang tidak dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) atau perkawinan yang

dilakukan oleh orang-orang islam di Indonesia, memenuhi baik syarat maupun

rukun sebuah pernikahan, dan tidak didaftarkan pada PPN. Perkawinan yang

14 Moh Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

dari Segi Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002, hlm.224 15 Mukhlisin Muzarie, Kontroversi Perkawinan Wanita hamil, Yogyakarta: Pustaka

Dinamika, 2002, hlm.110

Page 43: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

31

tidak berada di bawah pengawasan PPN, dianggap sah secara agama tetapi

tidak mempunyai kekuatan hukum karena tidak memiliki bukti-bukti

perkawinan sah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.16

Pengertian yang sama dikemukakan oleh Idris Ramulyo, yang

dimaksud perkawinan tidak tercatat adalah suatu perkawinan yang dilakukan

oleh orang-orang islam Indonesia, memenuhi baik rukun-rukun maupun

syarat-syarat perkawinan, tetapi tidak didaftarkan pada pejabat pencatat

nikah.17

Menurut Mukhlisin Muzarie, yang dimaksud perkawinan tidak tercatat

adalah perkawinan yang secara material telah memenuhi ketentuan syari’at

sesuai dengan maksud pada pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 (Undang-Undang Tentang Perkawinan) tetapi tidak memenuhi ketentuan

ayat (2) pasal tersebut jo pasal 10 ayat 3 PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 9

Tahun 1975 (Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974).18

Berdasarkan keterangan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa

perkawinan tidak tercatat termasuk salah satu perbuatan hukum yang kurang

dikehendaki oleh undang-undang (pemerintah).

D. KUA dan BP4 (Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian

Perkawinan)

Menurut konsiderasi Keputusan Komisi A Musyawarah Nasional BP4

XII poin (b) disebutkan bahwa BP4 adalah lembaga semi resmi yang bertugas

16 Jaih Mubarok, Op.cit, hlm.87. 17 Moh Idris Ramulyo, Op.cit, hlm 226 18 Mukhlisin Muzarie, loc.cit.

Page 44: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

32

membantu Kementerian Agama dalam meningkatkan mutu perkawinan

dengan mengembangkan keluarga sakinah. BP4 sendiri merupakan singkatan

dari Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan.19

Sebelumnya artinya tidak seperti itu, singkatan BP4 adalah Badan Penasihatan

Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian. Namun sejak Munas BP4 XII di

Jakarta pada tanggal 2-5oktober 2001 pengertian BP4 yang tercantum dalam

Anggaran Dasar telah mengalami perubahan seperti yang sekarang ini.

Mengapa perlu diadakan perubahan nama, ini semata-mata didasarkan

pertimbangan demi peningkatan kinerja dan menyesuaikan diri dengan tujuan

dibentuknya BP4. Menurut pasal 3 Anggaran Dasar, BP4 bersifat profesi

sebagai pengemban tugas dan mitra kerja Kementerian Agama dalam

mewujudkan keluarga yang sakinah.

Menurut pasal 4 Anggaran Dasar, BP4 berdasarkan Islam dan

berasaskan Pancasila, sedangkan menurut pasal 5 Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga, tujuan didirikannya organisasi BP4 adalah untuk

mempertinggi berkaitan dengan mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga

sakinah sesuai dengan ajaran islam untuk mencapai masyarakat yang maju,

mandiri, sejahtera materiil dan spiritual.

Dalam rangka mencapai tujuan diatas upaya-upaya pokok yang

dilakukan BP4 sesuai dengan pasal 6 Anggaran Dasar, BP4 mempunyai

pokok-pokok upaya dan usaha sebagai berikut :

19 Depag RI, Tanya Jawab Seputar Keluarga Sakinah, Jawa Tengah: Proyek Pembinaan

Keluarga Sakinah Kanwil Depag Propinsi Jawa Tengah, 2004, hlm.46.

Page 45: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

33

1. Memberikan bimbingan dan penasihatan serta penerangan mengenai

nikah, talak, cerai dan rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun

kelompok.

2. Memberikan bimbingan dan penyuluhan agama, UU Perkawinan, Hukum

Munakahat, UU Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam, UU No. 38

Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, UU No. 17 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Haji dan Umroh dan lain-lain yang berkaitan dengan

hukum keluarga dan adat istiadat (Ahwal Al-Syakhshiyyah).

3. Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan

perselisihan rumah tangga. Menurunkan terjadinya perselisihan serta

perceraian, poligami yang tidak bertanggung jawab, pernikahan dibawah

umur dan pernikahan tidak tercatat.

4. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki

kesamaan tujuan baik didalam negeri maupun diluar negeri.

5. Menerbitkan dan menyebarluaskan Majalah Perkawinan dan Keluarga,

buku, brosur-brosur dan media elektronik yang dianggap perlu.

6. Membantu penyelenggaraan kursus calon pengantin, penataran/pelatihan,

diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis yang berkaitam dengan

perkawinan dan keluarga.

7. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatan, penghayatan

dan pengamalan nilai-nilai keagamaan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah

dalam rangka membina keluarga sakinah.

Page 46: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

34

8. Berperan serta aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan

membina keluarga sejahtera.

9. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga.

10. Upaya dan usaha lain yang dipandang perlu dan bermanfaat untuk

kepentingan organisasi serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.

Diantara 10 tugas pokok BP4 itu yang secara kontinyu telah dilakukan

selama ini baru dua tugas pokok, yaitu : (1). Memberikan bimbingan dan

penasihatan perkawinan serta penerangan mengenai nikah, talak, cerai dan

rujuk (NTCR) kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok. (2).

Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan

perselisihan rumah tangga, menurunkan terjadinya perselisihan serta

perceraian, poligami yang tidak bertanggung jawab, pernikahan dibawah umur

dan pernikahan yang tidak tercatat.20

Tidak efektifnya kinerja dari BP4 ini dikarenakan munculnya UU

PNPB pada awal tahun 2000 berikut peraturan pemerintahnya, yang sebagian

dari peraturan dan UU tersebut memutus aliran dana pencatatan nikah dan

rujuk bagi kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh BP4 dan badan-badan

semi resmi yang bekerjasama dengan Kementerian Agama lainnya, termasuk

didalamnya pencabutan tentang aturan biaya ‘bedolan’ pada tahun 1998,

meskipun sampai sekarang pungutan bedolan masih berlangsung secara

sembunyi-sembunyi.

20 Depag RI, Op.Cit,hlm 46-49

Page 47: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

35

BAB III

PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN)

DI KUA KECAMATAN PAGEDONGAN KABUPATEN BANJARNEGA

A. Deskripsi Masyarakat Kecamatan Pagedongan

Kecamatan Pagedongan merupakan salah satu Kecamatan yang berada

di Kabupaten Banjarnegara yang berjarak kurang lebih 5 KM dari kota

Banjarnegara, memiliki batas wilayah sebelah barat dengan Kecamatan

Bawang, sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Kebumen

sedangkan sebelah utara dengan Kecamatan Banjarnegara. Luas wilayah

Pagedongan adalah 8.055,233 Ha dengan tekstur wilayah terbesar

tegalan/lahan kering karena banyak dikelilingi perbukitan.

Jumlah penduduk Kecamatan Pagedongan 39.604 jiwa dengan

mayoritas beragama Islam.1 Mata pencaharian sebagian besar penduduknya

ialah petani kebun walaupun ada yang bekerja disektor lain seperti wirausaha,

pegawai negeri/swasta, TNI/Polri, buruh pabrik dan bangunan dan lain-

lainnya.

B. Peserta kursus calon pengantin (Suscatin)

Peserta program kursus calon pengantin (suscatin) sebagian besar

merupakan pasangan yang mau menikah baik laki-laki maupun perempuan,

yaitu para pasangan muda yang sudah mendaftar di KUA Kecamatan

1 Data Monografi kec. Pagedongan tahun 2009

Page 48: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

36

Pagedongan maupun mereka yang sedang merencanakan mau menikah. Salah

satu pasangan calon pengantin tersebut (baik pihak laki-laki maupun

perempuan) merupakan penduduk Kecamatan Pagedongan Kabupaten

Banjarnegara. Peserta kursus calon pengantin yang bukan merupakan

pasangan muda yang mau menikah juga diperbolehkan mengikuti program

kursus calon pengantin ini, diantaranya mereka adalah orang-orang yang

pernah gagal dalam membina rumah tangga bersama pasangannya baik janda

(pihak perempuan yang pernah gagal dalam membina rumah tangga) maupun

duda (pihak laki-laki yang pernah gagal dalam membina rumah tangga) yang

pihak janda maupun duda telah menjadi calon pengantin lagi maupun mereka

yang belum berkeinginan untuk menikah kembali (masih memutuskan untuk

hidup sendiri)2. Para orang tua dari calon pengantin juga sering ikut

mendampingi anak-anaknya, sebagai bentuk dukungan kepada putra-putrinya

untuk mengarungi kehidupan berumah tangga. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Pagedongan.

Program kursus calon pengantin (suscatin) sebagian besar diikuti oleh para

pasangan calon suami istri, laki-laki maupun perempuan yang masih sendirian

dan mereka yang pernah gagal membina rumah tangga serta beberapa orang

tua dari mereka kadang-kadang juga mengikuti program ini.

Menurut analisis penulis sebaiknya peserta ditambah dari tokoh

masyarakat dengan tujuan jika suatu saat terjadi konflik rumah tangga diantara

2 Wawancara dengan M.Zayin Bunani, S.Ag selaku kepala KUA Kec. Pagedongan Kab.

Banjarnegara pada tgl. 13 Nov.2010

Page 49: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

37

pasangan suami istri, para tokoh tersebut bisa menjadi mediator

dilingkungannya masing-masing.

Setiap pelaksanaan kursus calon pengantin selalu diikuti oleh para

calon pengantin dengan jumlah yang relative banyak, ini menunjukkan animo

masyarakat dalam hal ini calon pengantin yang cukup tinggi. Sebagaimana

terlihat dari daftar peserta kursus calon pengantin dibawah ini

Tabel 4

Daftar peserta suscatin KUA Kecamatan Pagedongan

Tanggal 14 Nopember 20103

NO NAMA ALAMAT

1 Fatonah Twelagiri, Pagedongan

2 Tuslam Twelagiri, Pagedongan

3 Yuswanto Pesangkalan, Pagedongan

4 Ernawati Pesangkalan, Pagedongan

5 Isawati Duren, Pagedongan

6 Nyana Wanadri, Pagedongan

7 Ngudi Waluyo Duren, Pagedongan

8 Mugiono Lebakwangi, Pagedongan

9 Muhisam Lebakwangi, Pagedongan

10 M. Khafid Aris S. Lebakwangi, Pagedongan

11 Sri Wahyuni Gentansari, Pagedongan

12 Hartini Pagedongan

13 Siti Jamilah Pagedongan

14 Darinah Gunung Jati, Pagedongan

3 Data peserta Kursus Calon pengantin KUA Kec. Pagedongan Banjarnegara, tanggal 14

Nov, 2010

Page 50: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

38

15 Mahfut H Gunung Jati, pagedongan

16 Fauzan Kebutuh Duwur, Pagedongan

17 Tirmi Kebutuh Duwur, Pagedongan

18 Rusnidi Kebutuh Jurang, Pagedongan

C. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan kursus calon pengantin (suscatin)

Penyelenggaraan kursus calon pengantin (suscatin) di KUA

Kecamatan Pagedongan pertama kali dilaksanakan pada tanggal 4 November

2003, dan sejak saat itu kursus calon pengantin di laksanakan setiap tiga bulan

sekali. Kursus calon pengantin dilaksanakan dalam waktu satu hari, sehingga

tidak terlalu menyita waktu dan mengganggu aktivitas-aktivitas sehari-hari

para peserta suscatin. Tetapi pada pelaksanaannya KUA Kecamatan

Pagedongan juga sering menyelenggarakan kursus calon pengantin diluar

jadwal rutin tersebut (tiga bulan). Hal tersebut dikarenakan dalam rentang

waktu selama tiga bulan banyak pasangan calon pengantin yang mau menikah

dan tidak bisa diundurkan maupun dimajukan tanggal pernikahannya, karena

biasanya jauh-jauh hari sebelumnya mereka telah menetapkan tanggal secara

bersama sama antara pihak keluarga laki-laki dan pihak keluarga perempuan,

ataupun ada yang masih mempercayai hari baik dan hari buruk dengan

meminta waktu yang tepat untuk menikahkan anaknya kepada seseorang yang

dianggap mumpuni. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh KH

Abdul Wahab ; “Sebagian masyarakat di Kecamatan Pagedongan masih

Page 51: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

39

percaya terhadap orang pintar, terutama untuk meminta penentuan waktu

dalam menikahkan anak-anaknya”4.

Waktu penyelenggaraan kursus calon pengantin diluar jadwal tiga

bulan tersebut dilaksanakan satu ataupun beberapa hari sebelum pasangan

tersebut menikah, sehingga dengan demikian peserta dari suscatin tersebut

hanya calon pasangan suami istri di waktu tersebut.

Adapun penyelenggaraan kursus calon pengantin bertempat di aula

Kantor Urusan Agama Kecamatan Pagedongan dengan alamat di jalan raya

pagedongan KM 9 Banjarnegara.

D. Materi dan Narasumber dalam Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin

(SUSCATIN)

Materi kursus calon pengantin tertumpu pada 7 aspek, yaitu ;

1.Tata cara dan prosedur perkawinan 2.Pengetahuan agama 3.Peraturan

perundang-undangan di bidang perkawinan dan keluarga 4.Kesehatan dan

reproduksi 5.Manajemen keluarga 6.Psikologi perkawinan dan keluarga

7.hak dan kewajiban suami istri.

1. Tata cara dan prosedur perkawinan

Tata cara dan prosedur perkawinan merupakan tahapan yang

harus dikerjakan oleh calon pengantin meliputi persyaratan-persyaratan

yang bersifat administrasi. Yang menjadi narasumber materi ini adalah

dari Kantor Urusan Agama, dengan waktu 2 jam pelajaran (JPL),

adapun materi-materinya antara lain

4 Wawancara dengan KH. Abdul Wahab ,selaku tokoh masyarakat di kec. Pagedongan

pada tgl, 19 Nov,2010

Page 52: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

40

Persyaratan Administrasi :

a. Meminta surat keterangan dari Desa/Kelurahan masing-masing :

a.1. Keterangan untuk Nikah (Model N1)

a.2. Keterangan asal usul (Model N2)

a.3. Surat persetujuan mempelai (Model N3)

a.4. Surat keterangan orang tua (Model N4)

a.5. Surat pemberitahuan untuk nikah (Model N7)

b. Menyerahkan pas foto berwarna ukuran 2x3, 3 lembar.

c. Photo copy KTP dan Kartu Keluarga (KK)5.

Untuk pasangan yang sudah pernah menikah ditambah dengan

Akta Cerai dan Penetapan/Putusan dari Pengadilan Agama dan bagi

Duda/Janda yang ditinggal mati harus dilengkapi dengan Surat

Keterangan Kematian (Model N6) dari Desa/Kelurahan dan harus

sudah lepas dari masa idah.

Bagi anggota TNI/Polri, selain memenuhi syarat diatas juga

harus dilengkapi dengan Surat Ijin Kawin (SIK) dari Kesatuanya6.

Untuk Warga Negara Asing (WNA) syarat-syaratnya adalah :

a. Calon suami/istri yang WNI terlebih dahulu melengkapi surat-surat

yang tersebut dalam persyaratan administrasi.

b. Calon suami/istri WNA yang bervisa Turis atau untuk keperluan

menikah saja harus melengkapi; Photo copy buku Passport, Surat

5Pedoman Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, Op.cit, hlm 6-7 6 Ibid

Page 53: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

41

Tanda Melapor Diri dari Pores/Polda, Akta Kelahiran, Surat

Keterangan/Ijin dari Kedutaan atau Perwakilan Diplomatik.

c. Calon suami/istri WNA yang bervisa kerja atau sebagai Tenaga

Kerja Asing, selain syarat diatas juga harus melengkapi; Surat

Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara, Keterangan Ijin

masuk Sementara dari Imigrasi, Surat Model K.II dari Catatan

Sipil, Tanda Lunas Pajak Asing dan semua surat/dokumen yang

tertulis dalam bahasa asing harus terlebih dahulu diterjemahkan

dalam bahasa Indonesia oleh penterjemah resmi (memiliki cap dan

disumpah).

Bagi seorang laki-laki yang telah beristri boleh berpoligami

setelah mendapatkan ijin poligami dari Pengadilan Agama (UU No. 1

Tahun 1974 pasal 4 ayat: 1).

Setelah persyaratan tersebut terpenuhi calon pengantin/Wali

nikah membawa surat-surat tersebut ke KUA Kecamatan sesuai

domisili pengantin wanita, atau diwilayah Kecamatan dimana akad

nikah akan dilaksanakan. Persyaratan tersebut harus diserahakan

minimal 10 hari kerja sebelum akad nikah akan dilaksanakan untuk

diteliti oleh penghulu. Calon pengantin dan wali nikah akan diperiksa

dan menandatangani Persetujuan Nikah (Model N3) serta Daftar

Pemeriksaan Nikah (Model NB). Setelah batas waktu minimal 10 hari,

akad nikah boleh tetap dilaksanakan apabila telah mendapatkan Surat

Dispensasi dari Camat (Kecamatan sesuai domisili pengganti wanita

Page 54: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

42

atau di wilayah dimana akad akan dilaksanakan) sesuai dengan PP No.

9 Tahun 1979 pasal 3 ayat: 2.

Selama selang waktu 10 hari tersebut akan digunakan untuk

pengumuman kehendak nikah, penyelenggaraan kursus calon

pengantin (suscatin) dan melengkapi kekurangan-kekurangan

administrasi lainnya.7

2. Pengetahuan Agama

Peranan Agama sebenarnya ditentukan oleh penganutnya sebab

ketentuan dan anjuran Agama sama sekali tidak akan berarti apa-apa

kalau penganutnya tidak memahami, tidak menghayati, dan tidak

mengamalkan tuntunan Agama. Dalam membentuk keluarga sakinah

maka ‘peran Agama’ yang dituntut disitu adalah peran penganut agama

itu sendiri.

Pengetahuan Agama merupakan kebutuhan pokok setiap

manusia, karena dengannya manusia diingatkan akan Sang Pencipta

dan dengannya pula manusia akan menemukan keharmonisan dalam

berhubungan dengan sesama manusia terutama antara seorang suami

dengan istri.

Hal inilah yang menempatkan pengetahuan Agama menjadi

faktor yang paling penting sehingga dimasukkan dalam materi kursus

calon pengantin (suscatin), materi seputar Agama dilaksanakan selama

7 Modul materi kursus calon pengantin KUA Kec. Pagedongan, Nov.2010

Page 55: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

43

5 jam pelajaran (termasuk sesi Tanya jawab) dengan nara sumber

berasal dari KUA dan BP4.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diamalkan

dalam kaitannya dengan pembinaan kehidupan beragama dalam

keluarga, antara lain :

a. Melaksanakan sholat lima waktu dan membiasakan sholat

berjamaah dalam keluarga atau mengajak keluarga sholat

berjamaah di masjid.

b. Membiasakan berdzikir (mengingat) dan berdo’a kepada Allah

dalam keadaan suka dan duka.

c. Membudayakan ucapan atau kalimat thoyyibah.

d. Membiasakan mengucapkan salam dan menjawabnya.

e. Menjawab seruan adzan.

f. Secara tetap menyisihkan sebagian dari harta untuk kepentingan

Islam (infaq, shodaqoh dll).

g. Jika terjadi perselisihan antara suami istri atau anggota keluarga,

segeralah mengambil air wudhu dan beribadah (sholat atau

membaca Al qur’an).

h. Menghiasi rumah dengan hiasan yang bernafaskan Islam.

i. Berpakaian yang sopan sesuai dengan ketentuan Islam8.

j. Dalam masalah bersenggama, Islam mengatur hal tersebut sebagai

berikut :

8 BP4, Panduan Keluarga Muslim, Badan penasihatan pembinaan dan Pelestarian

Perkawinan(BP4), Kantor wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah,2007, hlm13

Page 56: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

44

a.1. Melakukan hubungan seks hanya boleh dilakukan dengan istri

a.2. Bercanda dan bersenda gurau dengan istri sebelum melakukan

hubungan seks untuk membangkitkan gairah.)

a.3.Hubugan seks sebaiknya tidak dilakukan dalam keadaan perut

kosong atau terlalu kenyang, juga dalam keadaan ingin buag

air.

a.4. Hubungan suami isteri dilakukan dalam keadaan benar-benar

rahasia (tertutup) dari pandangan orag lain, bahkan walaupun

di hadapan bayi, kecuali bayi itu dalam keadaan tidur.

a.5. Ketika sedang melakukan hubungan suami isteri sebaiknya

menggunakan selembar kain (selimut) utuk menutupi tubuh

keduanya (tidak melakukanya dalam keadaan bugil).

a.6. Ketika melakukan hubugan suami isteri sebaiknya tidak

menghadap qiblat.

a.7. Bersiwak (menggosok gigi) sebelum melakukan hubungan

suami isteri.

a.8. Tidak berbicara ketika sedang melakukan hubungan suami

isteri.

a.9. Tidak memikirkan (membayangkan) orang lain selain isteri

sendiri selama melakukan hubungan suami isteri.

Membayangkan (menghayalkan) orang lain selama hubungan,

sama dengan berzina dengan orang yang dibayangkan itu.

Page 57: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

45

a.10.Hubungan seks sebaiknya tidak dilakukan dengan niat semata-

mata hanya untuk melampiaskan hawa nafsu, tetapi sebaiknya

dengan niat berikut ini :

a. Untuk menghindarkan diri dari perbuatan haram.

b. Untuk menyambung keturunan.

c. Untuk memenuhi hak isteri.

Dengan niat-niat seperti ini, selain terpenuhi keinginannya, ia

juga mendapat pahala.

a.11.Jika ingin mengulangi hubungan untuk kali berikutnya, maka

di antara tiap-tiap hubungan sebaiknya mandi dahulu, jika

tidak, wudhu pun sudah mencukupi, atau setidak-tidaknya

istinjak (mencuci kemaluan) dahulu.

a.12.Yang terbaik adalah mandi setiap selesai melakukan hubungan

suami isteri. Akan tetapi diperbolehkan hanya satu kali mandi,

yaitu pada kali yang terakhir (jika hubungan dilakukan lebih

satu kali dalam satu waktu).

a.13.Suami dan isteri wajib mandi setelah melakukan hubungan

seks (mandi janabat), dan yang terbaik adalah mandi janabat

sebelum tidur

a.14.Jika karena sesuatu alasan, suami isteri tidak bisa mandi

janabat sebelum tidur, maka berwudhu pun sudah mecukupi,

dan mandi janabat dilakukan nanti (setelah bangun tidur).

Page 58: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

46

a.15.Jika wudhu tidak dapat dikerjakan, maka sekurang-kurangnya

istinjak (membersihkan kemaluan) dan jika ini pun tidak

mugkin, maka sebaiknya tayyamum dikerjakan sebelum tidur.

Dari sini kita mengerti bahwa tidur tanpa membersihkan diri

dengan air terlebih dahulu adalah dibolehkan. Segala puji bagi

Allah Swt. Yang membuatnya begitu mudah.

a.16.Akan tetapi harus diingat bahwa kita diperbolehkan di dalam

keadaan ini hanya hingga sebelum shubuh.

a.17.Mengeringkan badan juga tidak mengeringkan badan setelah

mandi adalah suatu perbuatan sunnah.

a.18.Bila seseorang berada dalam keadaan hadats besar (yaitu

dalam keadaan wajib mandi) kemudian harus makan atau

minum (misalkan waktu sahur) maka kedua tagan harus dicuci

hingga pergelangan, kumur-kumur dan kemudian makan

(mandi dapat dilakukan kemudian). Dari sini kita mengerti

bahwa jika dibutuhkan maka diperbolehkan makan dan minum

dalam keadaan hadats besar.

a.19.Adalah haram (terlarang) melakukan hubungan suami isteri

dalam keadaa haid (menstruasi). Akan tetapi diperbolehkan

bermesraan, memeluk, dan membelainya, tetapi isteri harus

menutupi bagian aurot pribadinya dari pusar hingga kelututnya

untuk mencegah terjadinya jima’ (hubungan seks). Karena

Allah Swt. Telah melarang melakukan jima’ dalam keadaa

Page 59: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

47

isteri sedang haid, dan perbuatan itu dianggap sebagai suatu

dosa besar. Karena itu apabila hubungan terjadi pada saat haid,

maka segeralah bertaubat dan beristighfar dan lebih baik lagi

mangeluarkan sedekah.

a.20.Ketika melakukan hubungan seks atau ketika mandi telah

menjadi wajib, maka jika berkeringat maka keringatnya itu

adalah suci. Jika keringat itu mengenai pakaian, maka pakaian

itu tetap suci, tetapi air mani adalah tidak suci (najis) dan ini

harus disuci. (al Muwatha)

a.21. Hanya pakaian dari pakaian yang terkena air mani saja yang

tidak suci, sementara pakaian itu sendiri tetap dalam keadaan

suci (tidak perlu dicuci keseluruhan pakaian itu).

Catatan :

Pendapat diatas (poin no. 21 dan no. 22) adalah menurut

madzhab Imam Abu Hanifah dan Imam Malik rah.a.. akan

tetapi menurut madzhab Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal

rah.a. air mani adalah suci. Dalam mahzab Syafi’i, pakaian

yang terkena air mani tidak perlu dicuci, cukup dikerik (bila

telah kering) berdasarkan riwayat dari Aisyah r.ha..

a.22. Jika salah seorang dari isteri-isteri Rasulullah saw. Yang suci

menderita sakit mata, maka Beliau SAW. Tidak melakukan

hubungan denganya hingga ia sembuh dari sakit matanya itu.

Page 60: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

48

a.23. Nabi SAW. Tidak menganjurkan untuk meminum air setelah

kegiatan-kegiatan berikut ini : hubungan suami-isteri,

olahraga, makan, dan mandi.9

k. Setiap orang Islam berkewajiban “mandi wajib” karena :

a.1. Bersenggama antara suami istri walaupun tidak mengeluarkan

mani (sperma).

a.2. Mengeluarkan mani (karena bersenggama atau bukan).

a.3. Haid (menstruasi) bagi wanita.

a.4. Nifas (mengeluarkan darah sesudah bersalin).

a.5. Wiladah (wanita setelah melahirkan).

a.6. Mati.

Cara mandi wajib :

a.1. Membaca basmalah.

a.2. Membasuh farj (kemaluan).

a.3. Niat, diawali mandi atau awal membasuh badan

a.4. Berwudhu.

a.5. Meratakan air ke seluruh tubuh(termasuk rambut).

a.6.Membasuh kepala yang lebat rambutnya, cukup menuangkan

air 3 kali sambil digosok-gosok.

a.7. Mencuci kedua kaki dari bagian kanan kemudian bagian

kiri.

9 Mufti E.M.H. Sulajee, Sunah sehari 24 jam Bersama Rasulullah, Bandung, Pustaka

Ramadhan, 2003,hlm98-101

Page 61: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

49

3. Peraturan perundang-undangan di bidang perkawinan dan

keluarga.

Materi seputar perundang-undangan termasuk salah satu materi

yang diberikan kepada calon pengantin, karena pemahaman

masyarakat tentang Undang-Undang perkawinan masih sangat minim.

Diharapkan dengan diberikannya materi ini masyarakat, khususnya

peserta kursus lebih menghormati arti sebuah perkawinan. Narasumber

dari materi tentang peraturan perundang-undangan perkawinan dan

keluarga adalah dari Pengadilan Agama, dengan narasumber tersebut

peserta suscatin diharapkan untuk tidak akan pernah mendaftarkan

kasus perceraian rumah tangganya di Pengadilan Agama. Materi ini

disampaikan selama 4 jam pelajaran (JPL) termasuk diskusi dan tanya

jawab.

Adapun pembahasannya lebih banyak tentang Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu ;

BAB I

DASAR PERKAWINAN

Pasal 1

Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Page 62: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

50

Pasal 2

1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya itu.

2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut perundang-undangan yang

berlaku.

Pasal 3

1) Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh

mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai

seorang suami.

2) Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk

beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak

yang bersangkutan.

Pasal 4

1) Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang,

sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat (2) undang-undang ini,

maka ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di

daerah tempat tinggalnya.

2) Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberikan

izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang

apabila :

Page 63: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

51

a. isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang

isteri ;

b. isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan;

c. isteri tidak dapat melahirkan keturunan

Pasal 7

1) Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur

19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita mencapai umur 16

(enam belas) tahun.

2) Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta

dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain, yang ditunjuk

kedua orang tua pihak pria maupun wanita.

3) Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan seseorang atau kedua

orang tua tersebut dalam pasal 6 ayat (3) dan (4) undang-undang

ini, berlaku juga dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2)

pasal ini dengan tidak mengurangi yang dimaksud dalam pasal 6

ayat (6)10.

4. Kesehatan dan Reproduksi

Tidak ada kebahagiaan tanpa kesehatan, demikian juga tidak

akan ada kebahagiaan tanpa keturunan. Banyak pasangan suami istri

10 Bahan Penyuluhan hukum, Departemen Agama RI,Direktorat Jenderal Pembinaan

kelembagaan Agama Islam, Jakarta:2001,

Page 64: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

52

yang bercerai disebabkan tidak adanya keturunan namun anehnya

banyak pasangan suami istri yang hancur gara-gara adanya anak, atau

paling tidak mengalami masalah dengan bertambahnya anggota

keluarga, mulai jarang berkomunikasi, jarang berhubungan badan,

kurangnya perhatian pada pasangan (dikarenakan perhatian utamanya

adalah anak) dan lain-lain.

Hal-hal tersebut membuat materi ini banyak mendapat

pertanyaan dari peserta suscatin, dengan narasumber dari BKKBN dan

Puskesmas serta waktu pelajaran selama 3 JPL, materi ini diberikan

dalam berbagai pelajaran, antara lain :

a. Keluarga Berencana

Keluarga Berencana merupakan salah satu upaya mewujudkan

kebahagiaan dan kesejateraan keluarga. Tujuan utama dari KB

adalah untuk lebih menikkatkan kesateraan ibu dan anak. Dengan

mengatur kelahiran, istri banyak mendapat kesempatan untuk

memperhatikan dan mendidik anak di samping memiliki waktu

yang cukup untuk melakukan tugas-tugas sebagai ibu rumah

tangga.

b. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

Dalam upaya mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan

keluarga, gizi memang peranan yang sangat penting. Sehubungan

dengan itu, Islam mengajarkan kepada umatnya agar dapat

Page 65: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

53

mewariskan keturunan yang baik dan menjaga kesehatan tubuh

dengan memekan makanan yang halal lagi baik.

b. Imunisasi

Imunisasi pemberian kekebalan tubuh terhadap penyakit dengan

cara menyuntikan/memberikan kuman yang telah kedalam tubuh.

Manfaatnya adalah agar badan atau tubuh yang diimunisasi akan

semakin kaya dengan zat penolak (anti bodi) yang mampu

mencegah penyakit-penyakit tertentu.11

5. Manajemen ekonomi keluarga

Fenomena emansipasi yang secara bebas tanpa batas memberi

peluang kepada kaum wanita untuk bekerja mandiri mungkin telah

membuat kebanyakan perempuan merasa tidak lagi terbatasi oleh sekat

gerak suami. Disisi lain upah kerja wanita yang lebih murah

menjadikan peluang kerja semakin hari semakin lebih banyak dimiliki

oleh para wanita. Buruh pabrik rokok misalnya, mayoritas dari mereka

adalah perempuan. Disamping lebih murah mungkin juga pekerja

wanita tidak terlalu banyak menuntut, berbeda dengan laki-laki.

Akibatnya banyak wanita yang lebih banyak menghabiskan

waktunya dipekerjaan mereka, sementara anak cukup dititipkan di

tempat penitipan anak, play group ataupun cukup dengan pembantunya

saja. Hal ini menjadi salah satu permasalahan serius yang memicu

11 BP4, Op.Cit, hlm12

Page 66: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

54

perceraian dalam keluarga dan telah banyak didiskusikan oleh banyak

ahli, tapi belum juga menemui titik terang.

Selain itu masalah ekonomi juga dipicu oleh pendapatan

keluarga (suami) yang kecil (kurang), pekerjaan yang tidak mapan dan

gaya hidup yang extravagant* dan hidup diluar kesanggupannya.

Tapi terlepas dari itu semua, pemahaman yang ‘purna’ terhadap

hakekat dan tujuan perkawinan lebih penting dari fenomena tersebut

diatas. Kesadaran untuk hidup sederhana, kesadaran bahwa tujuan dan

hakikat perkawinan bukan sebatas materi saja akan tetapi merupakan

tanggung jawab terhadap Allah dan kebahagiaan rumah tangga bukan

sekedar tercukupinya kebutuhan materi saja terus dibina dan

ditingkatkan, salah satunya lewat pemberian materi tentang

manajemen ekonomi keluarga di kursus calon pengantin (suscatin).

Waktu penyampaian materi dan tanya jawab selama 3 jam pelajaran

dengan narasumber dari BP4 dan PKK.

Antara lain usaha manajemen keluarga dapat dilakukan dengan

cara :

a. Pengoptimalan suami sebagai pencari nafkah, namun tidak

tertutup kemungkinan bagi isteri untuk membantu suami., namun

jangan sampai melupakan kewajibannya sebagai seorang istri dan

ibu bagi anak-anaknya.

Page 67: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

55

b. Pendayagunaan usaha home industri agar isteri dapat membantu

tugas suami namun tetap tidak meninggalkan kewajiban untuk

memberikan perhatian kepada anak.

6. Psikologi Perkawinan

Upaya mewujudkan psikologi perkawinan suami-isteri dapat

dicapai antara lain melalui :

a. Adanya saling pengertian.

Diantara suami-isteri hendaknya saling memahami dan mengerti

tentang keadaan masing-masing, baik secara fisik maupun mental,

masing-masing kelebihan dan kekurangan.

b. Saling menerima kenyataan.

Suami isteri hendaknya sadar bahwa jodoh, rejeki dan mati itu

dalam kekuasaan Allah, tidak dapat dirumuskan secara matematis.

Namun kepada kita manusia diperhatikan untuk melakukan ikhtiar.

hasilnya barulah melakukan suatu kenyataan yang harus diterima,

termasuk keadaan suami atau isteri kita masing-masing kita terima

secara tulus dan ikhlas.

c. Saling menyesuaikan diri.

Penyesuaian diri dalam keluarga berarti setiap anggota keluarga

berusaha untuk dapat saling mengisi kekurangan yang ada pada diri

masing-masing serta mau menerima dan mengakui kelebihan yang

ada pada orang lain dalam lingkungan keluarga.

Page 68: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

56

d. Memupuk rasa cinta.

Untuk dapat mencapai kebahagiaan keluarga, hendaknya antara

suami-isteri senantiasa berupaya memumpuk rasa cinta dengan

saling menyayangi, mengasihi, menghormati serta saling

menghargai dan penuh keterbukaan.

e. Melaksanakan azas musyawarah.

Dalam kehidupan keluarga, sikap bermusyawarah terutama antara

suami dan isteri merupakan sesuatu yang perlu diterapkan. Dalam

hal ini dituntut sikap terbuka lapang dada, jujur, mau menerima

dan memberi serta sikap tidak mau menang sendiri dari pihak

suami maupun isteri.

f. Suka memaafkan.

Diantara suami-isteri harus ada sikap kesediaan untuk saling

memaafkan atas kesalahan masing-masing. Hal ini penting karena

tidak jarang soal yang kecil dan sepele dapat menjadi sebab

terganggunya hubungan suami-isteri yang tidak jarang dapat

menjurus kepada perselisihan yang berkepanjangan dan berujung

pada perceraian.

g. Berperan serta untuk kemajuan bersama.

Masing-masing suami-isteri harus berusaha saling membantu pada

setiap usaha untuk peningkatan dan kemajuan bersama yang pada

gilirannya menjadi kebahagiaan keluarga.12

12 BP4, Op.cit, hlm 10-11

Page 69: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

57

Keluarga dalam lingkup yang lebih besar tidak hanya terdiri

dari ayah, ibu dan anak (nuclear family) akan tetapi menyangkut

hubungan persaudaraan yang lebih besar lagi (extended family), baik

hubungan antara anggota keluarga maupun hubungan dengan

lingkungan masyarakat.

a. Hubungan Antara Anggota Keluarga.

Karena hubungan persaudaraan yang lebih luas menjadi ciri

dari masyarakat kita, hubungan di antara sesama keluarga harus

terjalin dengan baik antara keluarga dari kedua belah pihak. Suami

harus baik dengan pihak keluarga isteri, demikian juga isteri harus

baik dengan keluarga pihak suami.

b. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.

Tetangga merupakan orang-orang yang terdekat yang

umumnya merekalah orang-orang yang pertama tahu dan dimintai

pertolongannya. Oleh karenanya sangatlah janggal kalau hubungan

dengan tetangga tidak mendapatkan perhatian.

Materi tentang psikologi perkawinan ini diberikan selama 2

jam pelajaran oleh KUA, PKK dan terkadang oleh para praktisi

psikologi.

7. Hak dan Kewajiban Suami-Isteri

Narasumber dari materi ini adalah dari BP4 dengan durasi

waktu selama 5 JPL, adapun materinya meliputi :

Page 70: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

58

a. Hak Isteri

1. Hak mengenai harta, yaitu mahar atau maskawin dan nafkah.

2. Hak mendapatkan perlakuan yang baik dari suami.

Firman Allah SWT. :

£⎯ èδρ ç Å°$ tã uρ Å∃ρã ÷èyϑø9 $$Î/ 4 βÎ* sù £⎯ èδθßϑçF÷δÌ x. #© |¤yèsù βr& (#θèδt õ3 s? $\↔ ø‹ x©

Ÿ≅ yèøg s† uρ ª!$# ϵŠ Ïù #Z ÏW Ÿ2# Z ö yz

Artinya : “Dan bergaulah dengan mereka (isteri) dengan cara yang patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (Q.S.An-Nisa’: 19)

3. Agar suami menjaga dan memelihara isterinya. Maksudnya

ialah menjaga kehormatan isteri, tidak menyia-nyiakan, agar

selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan segala

larangan-Nya.

Firman Allah :

$pκ š‰ r'̄≈ tƒ t⎦⎪ Ï% ©! $# (#θãΖ tΒ# u™ (# þθè% ö/ ä3 |¡àΡr& ö/ ä3‹ Î=÷δr& uρ # Y‘$ tΡ) 6(

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neaaka”.(Q.S. At-Tahrim: 6)13

b. Hak Suami.

Ketaatan isteri kepada suami dalam melaksanakan urusan rumah

tangga termaksud di dalamnya memelihara dan mendidik anak,

13 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan

Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1986, hlm549.

Page 71: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

59

selama suami menjalankan ketentuan-ketentuan Allah yang

berhubungan dengan suami-isteri.

c. Hak Bersama Suami-Isteri

Hak-hak bersama diantara kedua suami-isteri adalah :

1. Halalnya pergaulan sebagai suami-isteri dan kesempatan saling

menikmati atas dasar kerjasama dan saling memerlukan.

2. Sucinya hubungan perbesanan.

Dalam hal ini isteri haram bagi laki-laki dari pihak keluarga

suami, sebagaimana suami haram bagi perempuan dari pihak

keluarga isteri.

3. Berlaku hak pusaka-mempusakai.

Apabila salah seorang diantara suami-isteri meninggal, maka

salah satu berhak mewarisi, walaupun keduanya belum

bercampur.

4. Perlakuan dan pergaulan yang baik.

Menjadi kewajiban suami-isteri untuk saling berlaku dan

bergaul dengan baik, sehingga suasananya menjadi tenteram,

rukun dan penuh dengan kedamaian.

a.1. Kewajiban-kewajiban suami-isteri.

a. Kewajiban Isteri.

1. Hormat dan patuh kepada suami dalam batas-batas

yang ditentukan oleh norma agama dan susila.

Page 72: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

60

2. Mengatur dan mengusur rumah tangga, menjaga

keselamatan dan mewujudkan kesejahteraan keluarga.

3. Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah

Allah.

4. Memelihara dan menjaga kehormatan serta

melindungi harta benda keluarga.

5. Menerima dan menghormati pemberian suami serta

mencukupkan nafkah yang diberikannya dengan baik,

hemat, cepat dan bijaksana.

b. Kewajiban Suami.

1. Memelihara, memimpin dan membimbing keluarga

lahir batin, serta menjaga dan bertanggung jawab atas

keselamatan dan kesejahteraannya.

2. Memberi nafkah sesuai dengan kemampuan serta

mengusahakan keperluan keluarga terutama sandang,

pangan, dan papan dengan cara yang halal.

3. Membantu tugas-tugas isteri terutama dalam hal

memelihara dan mendidik anak dengan penuh rasa

tanggungjawab.

4. Memberi kebebasan berfikir dan bertindak kepada

isteri sesuai dengan ajaran agama, tidak mempersulit

apalagi membuat isteri menderita lahir batin yang

dapat mendorong isteri membuat salah.

Page 73: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

61

5. Dapat mengatasi keadaan, mencari penyelesaian

secara bijaksana dan tidak berbuat sewenang-wenang.

c. Kewajiban Bersama Suami-Isteri.

1. Saling menghormati orang tua dan keluarga kedua

belah pihak.

2. Memupuk rasa cinta dan kasih sayang. masing-

masing harus dapat menyesuaikan diri, seiya sekata,

saling mempercayai serta selalu bermusyawarah

untuk kepentingan bersama.

3. Hormat-menghormati, sopan santun, penuh pengertian

serta bergaul yang baik.

4. Matang dalam berbuat dan berfikir serta tidak

bersikap emosional dalam persoalan yang dihadapi.

5. Memelihara kepercayaan dan tidak saling membuka

rahasia pribadi.

6. Sabar dan rela atas kekurangan dan kelemahan

masing-masing.

E. Motivasi dan Tujuan

Motivasi dan tujuan pelaksanaan kurus calon pengantin (suscatin)

dapat dibedakan menjadi 2 yaitu bagi KUA dan peserta suscatin.

1. Motivasi dan tujuan bagi KUA

Page 74: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

62

Merespon dan meminimalisir tingginya angka perceraian dan

KDRT ( kekerasan dalam rumah tangga ), membekali calon pengantin

dengan materi dasar mengenai pengetahuan dan keterampilan

kehidupan berumah tangga. Hal ini senada sebagaimana yang

diungkapkan kepala KUA Kec. Pagedongan bahwa ”Pelaksanaan

kursus calon pengantin (suscatin) sesuai dengan peraturan yang ada

dan dengan tujuan membekali para calon pengantin dalam mengarungi

kehidupan rumah tangga dengan materi-materi yang diharapkan

mampu menjadi pedoman berumah tangga14.”

2. Motivasi dan tujuan peserta

Mendapatkan materi dasar mengenai pengetahuan dan

keterampilan berumah tangga, sebagai bekal untuk mengarungi sebuah

kehidupan rumah tangga.

Wawancara yang penulis lakukan terhadap peserta suscatin

juga mengindikasikan bahwa mereka mengikuti suscatin karena benar-

benar ingin mendapatkan ilmu seputar perkawinan.

a. Fatonah mengatakan “keikutsertaannya menjadi peserta suscatin

karena memang benar-benar mendapatkan ilmu seputar

perkawinan15.”

b. Tuslam yang pernah gagal dalam membina rumah tangga mengaku

sangat semangat mengikuti suscatin karena tidak ingin kekurangan

ilmu sehingga rumah tangganya hancur lagi16.”

14 Wawancara dengan Masito, selaku staf administrasi keuangan KUA kec. Pagedongan, pd tgl 19 Nov.2010

15 Wawancara dengan peserta suscatin 3-10-2010

Page 75: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

63

c. M.Khafid Haris yang beralamat di lebakwangi mengatakan

“meskipun ada biaya uang transport yang diberikan, namun itu

tidak sebanding dengan ilmu yang didapatkan, karena ilmu tentang

rumah tangga tidak setiap hari didapatkan17.”

Analisa penulis mengenai penyelenggaraan suscatin dengan

pemberian materi sangat tepat, karena calon pengantin pasti

membutuhkan bekal ilmu mengenai dasar-dasar pernikahan sebagai

bekal untuk menghadapi kehidupan rumah tangga. Menurut pendapat

Dawn J. Lipthrott,LSCW, seorang Psikoterapis dan juga marriage and

relationship and educator and coach, dia menyatakan bahwa ada lima

tahap dalam kehidupan perkawinan18. Hubungan dalam perkawinan

dapat berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya.

namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang tidak

terjadi secara mencolok dan tidak memiliki patokan batas waktu yang

pasti. Bisa jadi antara pasangan suami isteri yang satu dengan yang

lain memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya.

Tahapan-tahapan tersebut antara lain :

1. Tahap pertama Romantic Love

Saat ini adalah saat anda dan pasangan merasakan gelora cinta

yang menggebu-gebu, ini terjadi saat bulan madu pernikahan.

16 Wawancara dengan peserta suscatin 03-10-2010 17 Wawancara dengan peserta suscatin 15 -10-2010 18 BP4, Majalah Perkawinan dan Keluarga No.455/XXXVIII/2010, hlm 18-19.

Page 76: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

64

2. Tahap kedua Dissapointment or Distress

Ditahap ini pasangan suami isteri saling menyalahkan, memiliki

rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih

benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang

mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stress

yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan oramg lain,

mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang

sesuai dengan minat dan kebutuhan orang lain. Pada tahap ini

banyak pasangan yang memilih mengakhiri hubungan dengan

pasangannya.

3. Tahap ketiga knowledge and Awarenes

pasangan suami isteri yang sampai pada tahap ini akan lebih

memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini

juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan

pernikahan itu terjadi. Pasangan yang sampai pada tahap ini

biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah

tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti

seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.

4. Tahap keempat Transformation

Suami isteri ditahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan

dihati pasangannya. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah

pemahaman yang menyeluruh antara pasangan dalam menyikapi

perbedaan. Saat itu, anda dan pasangan akan menunjukkan

Page 77: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

65

penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan

kehidupan perkawinan yang nyaman dan tenteram

5. Tahap kelima Real Love

Anda akan dipenuhi kebahagiaan, keceriaan, kemesraan,

keintiman, dan kebersamaan dengan pasangan. Waktu yang

dimiliki seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian19.

Banyak calon pengantin yang menyatakan puas, mereka merasa

terbimbing dalam menjalani hidup berumah tangga dan gembira

dengan adanya kursus seperti ini. Kenyataan dilapangan banyak calon

pengantin yang tidak sepenuhnya tahu tentang apa yang harus

dilakukan dalam sebuah pernikahan. Terutama mereka yang sama

sekali sejak kecil tidak pernah merasakan bimbingan agama.

Hanya saja penyelenggaraan kursus calon pengantin seperti ini

bukan tanpa kendala. Kendala teknis dan pendanaan yang minim

membuat penyelenggaraannya kurang maksimal. Banyaknya materi

yang harus disampaikan dan durasi waktu menjadi masalah tersendiri.

Lihatlah dengan negeri tetangga kita, Malaysia yang telah lebih dulu

mengawalinya. Kursus tidak cukup disampaikan sehari selesai seperti

layaknya seminar, tapi semestinya harus lebih intensif, komprehensif

dan terukur. Dengan demikian masyarakat umum benar-benar

merasakan manfaatnya.

19 Ibid

Page 78: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

66

Kedepan alangkah baiknya bila Pemerintah pusat dalam hal ini

Kementerian Agama merumuskan suatu sistem pembinaan calon

pengantin yang lebih representatif dan berdaya guna. Secara fiqhpun

sudah diisyaratkan “setiap orang yang beramal tanpa background

pengetahuan, maka amalnya akan tertolak dan tidak diterima”.

Mungkin juga tingginya angka perceraian merupakan indikasi amal

yang tertolak karena pernikahannya tidak didasari oleh pengetahuan

yang cukup.

Page 79: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

67

BAB IV

DASAR HUKUM PELAKSANAAN

KURSUS CALON PENGANTIN ( SUSCATIN )

A. Landasan Hukum Pernikahan Menurut Agama Islam

Perkawinan merupakan kebutuhan fitri setiap manusia yang

memberikan banyak hasil yang penting.1 Pernikahan sangat penting dalam

kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan

pernikahan yang sah, pergaulan antara laki-laki dan perempuan terjadi secara

terhormat sesuai kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan.

Pergaulan hidup berumah tangga dibina dalam suasana damai, tenteram, dan

rasa kasih sayang antara suami istri. Anak keturunan dari hasil pernikahan

yang sah menghiasi kehidupan keluarga dan sekaligus merupakan

kelangsungan hidup manusia secara bersih dan berkehormatan.2

Oleh karena itu pada tempatnyalah apabila Islam mengatur masalah

pernikahan dengan amat teliti dan terperinci, untuk membawa umat manusia

hidup berkehormatan, sesuai kedudukannya yang sangat mulia dibandingakan

makhluk Allah yang lain. Hubungan antara laki-laki dan perempuan

ditentukan atas rasa pengabdian kepada Allah dan kebaktian kepada sesama

manusia guna melangsungkan kehidupan sejenisnya. Pernikahan dilaksanakan

1 Ibrahim Amini, Principle Of Marriage family Ethies, Terj. Alwiyah

Abdurrahman,:”Bimbingan Islam Untuk Kehidupan Suami Isteri”, Bandung: Al-bayan,1999,hlm.17.

2 Ahmad Azhar Basir, Hukum Pernikahan Islam, Yogyakarta: UII Press, 2004,hlm.1.

Page 80: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

68

atas dasar kerelaan pihak-pihak yang bersangkutan, yang dicerminkan dalam

peminangan sebelum menikah dan adanya ijab Kabul dalam akad nikah yang

dipersaksikan pula dihadapan masyarakat dalam suatu perhelatan (walimah).

Hak dan kewajiban suami istri diatur sangat rapi dan tertib, demikian pula hak

dan kewajiban orang tua dan anak-anaknya. Apabila terjadi perselisihan

diatur pula bagaimana cara mengatasinya.

Hukum perikahan merupakan bagian dari ajaran Islam yang wajib

ditaati dan dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-

qur’an dan Sunnah Rasul.3

Syeikh Zainuddin Ibn Abd azis Al-Malibary dalam kitabnya mengupas

tentang pernikahan. Pengarang kitab tersebut menyatakan nikah adalah suatu

akad yang berisi pembolehan melakukan persetubuhan dengan menggunakan

lafadz menikahkan atau menikahi. Kata nikah itu sendiri secara hakiki

bermakna persetubuhan.4

Kitab Fath Al-Qarib yang disusun oleh Syeikh Muhammad bin Qasim

Al-Ghazi menerangkan pula tentang masalah hukum-hukum pernikahan

diantaranya dijelaskan kata nikah diucapkan menurut makna bahasanya yaitu

kumpul, wait,, jimak, dan akad. Diucapkan menurut pengertian syara’ yaitu

suatu akad yang mengandung beberapa rukun dan syarat.5

3 Ahmad Warson Al- Munawwir -, Kamus Al- Munawir Arab Indonesia Terlengkap,

Yogyakarta; Pustaka Progresif, 1997,hlm.1461. 4 Syeikh Zaenuddin Ibn Abd Azis Al-Malibary, Fath al-Mu’in, Beirut : Dar Al-fiqr,t.th,

hlm.72. 5 Syeikh Muhammad bin Qasim Al-Ghazi, Fath Al-Qarib, Indonesia: Maktabah Al-Ihya

at-Kutub al-Arabiah,t.th,hlm.48.

Page 81: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

69

Menurut Zakiah Drajat, pernikahan adalah suatu akad atau perikatan

untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam

rangka mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa

tenteram serta kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah SWT.6 Menurut

Zahri Hamid, yang dinamakan nikah menurut syara’ ialah: “Akad (ijab qabul)

antar wali calon isteri dan mempelai laki-laki denga ucapan-ucapan tertentu

dan memenuhi rukun dan syaratnya.7

Dalam pasal 1 Bab 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974, dinyatakan:

“Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.8

Diantara pengertian-pengertian diatas tidak terdapat pertentangan satu

sama lain, bahkan jiwanya adalah sama dan seirama. Karena pada hakikatnya

Syariat Islam bersumber pada Allah SWT. Dengan demikian nikah adalah

akad yang menjadikan halalnya hubungan suami isteri, saling tolong

menolong, serta menimbulkan hak dan kewajiban diantar keduanya.

Hukum pernikahan memuat ketentuan-ketentuan tentang hal ihwal

pernikahan, yakni bagaimana proses dan prosedur menuju terbentuknya ikatan

pernikahan, bagaimana cara menyelenggarakan akad pernikahan menurut

hukum, bagaimana cara memelihara ikatan lahir batin yang telah diikrarkan

6 Zakiah Darajat, Ilmu Fiqh,jilid 2, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,1995,hlm.38. 7 Zahry Hamid, Pokok-Pokok Hukum Pernikahan Islam dan Undang-Undang Pernikahan

di Indonesia, Yogyakarta: Bina Cipta,1978,hlm.1. Beberapa definisi pernikahan dapat pula dilihat dalam Moh. Idris Ramulyo, Hukum Pernikahan Islam, Suatu Analisis dari Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta : Bumi Aksara,2002,hlm.1-4.

8 Muhamad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004,hlm.203.

Page 82: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

70

dalam akad pernikahan sebagai akibat yuridis dari adanya akad tersebut,

bagaimana cara mengatasi krisis rumah tangga yang mengancam ikatan antara

suami isteri, bagaimana proses dan prosedur berakhirnya pernikahan, baik

yang menyangkut hubungan hukum antara bekas suami dan isteri, anak-anak

dan harta mereka. Istilah yang lazim dikenal dikalangan para ahli hukum islam

ialah fikih munakahat atau hukum pernikahan islam.

Oleh karenanya maka orang yang akan melangsungkan akad nikah

hendaklah mengetahui benar-benar maksud dan tujuan pernikahan. Maksud

dan tujuan itu adalah sebagai berikut:

a. Mentaati perintah Allah SWT dan mengikuti jejak para nabi dan rosul,

terutama meneladani sunnah Rosulullah SAW

b. Memelihara pandangan mata, menentramkan jiwa, memelihara nafsu

seksualitas, menenangkan pikiran, membina kasih sayang serta menjaga

kehormatan

c. Melaksanakan pembangunan materiil dan spirituil dalam kehidupan

keluarga sebagai sarana terwujudnya keluarga sejahtera dalam rangka

pembangunan masyarakat dan bangsa.

d. Memelihara dan membina kualitas dan kuantitas keturunan untuk

mewujudkan kelestarian kehidupan keluarga disepanjang masa dalam

rangka pembinaan mental spiritual dan fisik materiil yang diridhai Allah

SWT

Page 83: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

71

e. Mempererat dan memperkokoh tali kekeluargaan antara keluarga suami

dan keluarga isteri sebagai sarana terwujudnya kehidupan masyarakat

yang aman dan sejahtera lahir batin dibawah naungan rahmat Allah SWT.9

Adapun dasar hukum melaksanakan pernikahan adalah sebagai berikut;

Pada dasarnya pernikahan merupakan suatu hal yang diperintahkan Allah

dan dianjurkan oleh syara’. Beberapa firman Allah yang bertalian dengan

disyariatkannya pernikahan ialah ;

1. Surat An-Nur ayat 32

(#θßsÅ3Ρ r& uρ 4‘ yϑ≈ tƒ F{ $# óΟ ä3Ζ ÏΒ t⎦⎫ ÅsÎ=≈ ¢Á9 $# uρ ô⎯ ÏΒ ö/ ä. ÏŠ$t6 Ïã öΝ à6 Í←!$tΒÎ) uρ 4 βÎ)

(#θçΡθä3 tƒ u™!# t s) èù ãΝ Îγ ÏΨ øóムª!$# ⎯ ÏΒ ⎯ Ï&Î#ôÒ sù 3 ª!$# uρ ìì Å™≡ uρ ΟŠ Î=tæ

Artinya ; Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.10

2. Surat Ar-Ruum ayat 21

ô⎯ ÏΒuρ ÿ⎯ ϵÏG≈ tƒ# u™ ÷βr& t, n=y{ / ä3 s9 ô⎯ ÏiΒ öΝ ä3 Å¡àΡr& % [`≡ uρø—r& (# þθãΖ ä3 ó¡tFÏj9 $yγ øŠ s9 Î) Ÿ≅ yèy_ uρ

Ν à6 uΖ ÷ t/ Zο ¨Š uθ̈Β ºπ yϑômu‘ uρ 4 ¨βÎ) ’Îû y7 Ï9≡ sŒ ;M≈ tƒ Uψ 5Θöθs) Ïj9 tβρ ã ©3 x tGtƒ ∩⊄⊇∪

Artinya ; Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.11

9 Zahry Hamid, op.cit, hlm.2. 10 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentasfir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan

Terjemahannya, Jakarta:Depag RI, 1986,hlm.549 11 Ibid, hlm.644.

Page 84: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

72

B. Dasar Hukum KUA Mewajibkan Suscatin

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

pasal 1 disebutkan : Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Untuk dapat terbina dan terciptanya suatu rumah tangga yang sakinah

mawaddah dan rohmah, Islam telah memberi petunjuk tentang hak dan

kewajiban sebagai suami istri. Apabila Hak dan kewajiban masing-masing

sudah terpenuhi, maka dambaan suatu rumah tangga yang sakinah akan

terwujud12.Tetapi dalam mewujudkan keinginan tersebut bukanlah perkara

yang mudah, karena ternyata banyak permasalahan yang timbul dan

mengganggu bahtera rumah tangga yang pada akhirnya menghambat cita-cita

mulia perkawinan itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah

preventif, selektif dan antisipatif dari setiap individu yang berkeinginan untuk

mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

Perceraian memang halal namun Allah sangat membencinya. Bahkan

Rasulullah pernah menyatakan istri-istri yang meminta cerai kepada suaminya

tanpa alasan yang dibenarkan dia tidak akan mencium bau surga. Hal ini

sebagaimana sabda Rosulullah SAW ;

13اىماامراةسالتزوجهاطالقامن غئرباس فحرام علئهاراءحة الجنتة

12 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada,1998,hlm.181. 13 Aِbd Rahman Ghazaly, Fikih munakahat, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup,

2003,hlm 213

Page 85: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

73

Karena itu pulalah Pemerintah Indonesia merumuskan perundangan

yang mempersulit terjadinya perceraian dan membentuk badan penasehatan

perkawinan atau lebih dikenal BP4. Pelestarian sebuah pernikahan tidak bisa

diupayakan setelah terjadinya masalah dalam rumah tangga. Namun

pelestarian sebuah pernikahan haruslah diupayakan sedini mungkin, yaitu

sejak sebelum terjadinya pernikahan. Melalui Keputusan Menteri Agama

(KMA) No.477 Tahun 2004, pemerintah mengamanatkan agar sebelum

pernikahan dilangsungkan, setiap calon pengantin harus diberikan wawasan

terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah tangga melalui kursus calon

pengantin (suscatin).

Dengan keluarnya Surat Edaran Dirjen Bimas Islam Nomor

DJ.II/PW.01/1997/2009 membuat gerak langkah suscatin semakin jelas.

Lahirnya peraturan-peraturan tentang kursus calon pengantin tersebut ,

merupakan bentuk kepedulian nyata Pemerintah terhadap tingginya angka

perceraian dan kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) di Indonesia.

Mayoritas perceraian di Indonesia terjadi dalam usia perkawinan kurang dari 5

tahun, ini mengindikasikan dilapangan bahwa masih sangat banyak pasangan

pengantin muda yang tidak sepenuhnya tahu dan mengetahui tentang apa yang

harus dilakukan dalam sebuah pernikahan. Pengetahuan mereka tentang dasar-

dasar pernikahan masih sangat kurang, sehingga Pemerintah dalam hal ini

Kementerian Agama mengeluarkan peraturan untuk mengadakan kursus calon

pengantin. Dengan mengikuti suscatin pasangan calon pengantin yang mau

melenggang ke jenjang pernikahan akan dibekali materi dasar pengetahuan

Page 86: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

74

dan ketrampilan seputar kehidupan berumah tangga. Kantor Urusan Agama

(KUA) sebagai penyelenggara memasukkan kursus calon pengantin (suscatin)

sebagai salah satu syarat prosedur pendaftaran pernikahan.

Diharapkan dengan dimasukkannya suscatin sebagai salah satu syarat

prosedur pernikahan maka pasangan calon pengantin sudah memiliki wawasan

dan bekal ilmu seputar kehidupan rumah tangga yang pada gilirannya akan

mampu secara bertahap untuk mengurangi atau meminimalisir angka

perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia.

Adapun dasar hukum yang menjadi dasar pelaksanaan kursus calon

pengantin adalah :

1. GBHN Tahun 1999.

2. Sasaran Repelita VI.

3. UU Nomor I Tahun 1974 tentang Perkawinan.

4. UU Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera.

5. Keputusan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pembinaan

Keluarga Sakinah.14

6. Keputusan Menteri Agama (KMA) No.477 tahun 2004 tentang pemberian

wawasan tentang perkawinan dan rumah tangga kepada calon pengantin

melalui kursus calon pengantin.

14 Kanwil Depag Provinsi Jawa Tengah, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Gerakan

Sadar Zakat, Semarang; 2000, hlm 2.

Page 87: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

75

7. Surat Edaran Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (SE Dirjen

Bimas Islam) Nomor. DJ.II/PW.01/1997/2009 tentang kurus calon

pengantin.15

C. Dasar Hukum Pembentukan Keluarga Sakinah

Selain landasan hukum pelaksanaan kursus calon pengantin diatas

Kementerian Agama juga membuat landasan hukum tentang rumah tangga

yang sakinah. Landasan hukum tersebut dimaksudkan agar menjadi acuan

program berkesinambungan setelah adanya program kursus calon pengantin.

Dasar hukum dikeluarkannya pembentukan keluarga sakinah adalah

adanya Keputusan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1999 tentang pembinaan

keluarga sakinah.16

Tujuan dikeluarkannya KMA tersebut adalah menanamkan nilai-nilai

keimanan, ketaqwaan, akhlaqul karimah, kesadaran berbangsa dan bernegara

dalam setiap keluarga muslim. Disamping mengeluarkan landasan hukum,

Kementerian Agama juga menerbitkan cirri-ciri keluarga sakinah dan

indikator keberhasilannya.

15 BP4,Majalah Perkawinan dan Keluarga, No. 452/xxxv111/2010,Jakarta, 2010, hlm 4 16 Ibid,hlm.2.

Page 88: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

76

Adapun kriteria tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 5

Ciri-ciri keluarga sakinah dan indikator keberhasilannya17

NO CIRI KELUARGA SAKINAH INDIKATOR KEBERHASILAN

I SAKINAH I

1. Keluarga tersebut dibentuk melalui

perkawinan yang sah berdasarkan

peraturan yang berlaku atas dasar

cinta kasih dan kasih sayang;

2. Melaksanakan sholat;

3. Melaksanakan puasa;

4. Membayar zakat fitrah;

5. Mempelajari dasar agama;

6. Mampu membaca Al-Qur’an;

7. Memiliki dasar pendidikan;

8. Ada tempat tinggal;

9. Memiliki pakaian.

SAKINAH I

1. Tidak ada penyimpangan terhadap

peraturan syari’at dan UU No.1/1974;

2. Keluarga memiliki surat nikah;

3. Mempunyai perangkat sholat;

4. Terpenuhinya kebutuhan makanan

pokok;

5. Keluarga memiliki buku-buku agama;

6. Memiliki Al Qur’an;

7. Memiliki ijasah SD;

8. Tersedia tempat tinggal

sekalipun/kontrak;

9. Miliki 2 stel pakaian yang pantas.

II SAKINAH II

1. Memenuhi criteria Sakinah I;

2. Hubungan anggota keluarga

harmonis;

3. Keluarga menamatkan sekolah 9

tahun;

4. Mampu berinfaq;

5. Memiliki tempat tinggal sederhana;

6. Mempunyai tanggung jawab

SAKINAH II

1. Menurunnya angka perceraian dalam

keluarga;

2. Meningkatnya penghasilan keluarga

melebihi keperluan pokok;

3. Memiliki ijasah SLTP;

4. Banyaknya keluarga yang memiliki

rumah sendiri meskipun sederhana;

5. Banyaknya keluarga yang ikut

17 Ibid,hlm4-5.

Page 89: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

77

kemasyarakatan;

7. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga;

kegiatan social kemasyarakatan dan

social keagamaan;

6. Dapat memenuhi empat sehat lima

sempurna.

III SAKINAH III

1. Memenuhi criteria Sakinah II;

2. Membiasakan sholat jama’ah;

3. Pengurus pengajian/organisasi;

4. Memiliki tempat tinggal layak;

5. Memahami pentingnya kesehatan

keluarga;

6. Harmois;

7. Gemar memberikan shodaqoh;

8. Melaksanakan qurban;

9. Keluarga mampu memenuhi tugas

dan kewajibannya masing-masing;

10. Pendidikan minimal SMA.

SAKINAH III

1. Meningkatnya kegiatan dan gairah

keagamaan di masjid-masjid maupun

dalam keluarga;

2. Keluarga aktif menjadi pengurus

kegiatan keagamaan dan social

kemasyarakatan;

3. Meningkatnya kesehatan

masyarakat;

4. Keluarga utuh, tidak cerai;

5. Memiliki ijasah SLTA;

6. Meningkatnya pengeluaran

shodaqoh;

7. Meningkatnya pengeluaran qurban.

I

V

SAKINAH IV

1. Memenuhi criteria Sakinah III;

2. Keluarga tersebut dapat

menunaikan ibadah haji;

3. Salah satu keluarga menjadi

Pimpinan organisasi islam;

4. Mampu melaksanakan wakaf;

5. Keluarga mampu mengamalkan

pengetahuan agama kepada

SAKINAH IV

1. Banyaknya anggota keluarga yang

telah melaksanakan haji;

2. Makin meningkatnya jumlah tokoh

agama dan tokoh organisasi dalam

keluarga;

3. Makin meningkatnya jumlah waqof;

4. Makin meningkatnya kemampuan

masyarakat memahami ajaran agama;

Page 90: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

78

masyarakat;

6. Keluarga menjadi panutan

masyarakat;

7. Keluarga dan anggotanya minimal

sarjana dari Perguruan Tinggi;

8. Keluarga yang menjunjung tinggi

nilai-nilai akhlaqul karimah;

9. Keluarga yang di dalamnya tumbuh

cinta dan kasih sayang.

5. Keluarga mampu mengembangkan

ajaran agama;

6. Banyaknya anggota keluarga yang

memiliki ijasah sarjana;

7. Masyarakat yang berakhlaqul

karimah.

Dari data yang diperoleh dari KUA Kecamatan Pagedongan, diperoleh

kesimpulan bahwa terjadi peningkatan jumlah keluarga sakinah semenjak

mulai diselenggarakannya kursus calon pengantin di kecamatan Pagedongan.

Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh kepala KUA kecamatan

Pagedongan “perubahan dari keluarga pra sakinah menuju keluarga yang

sakinah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sejak suscatin

menjadi agenda di KUA. Peningkatan itu mencapai rata-rata 15% keluarga,

mudah-mudahan dari tahun ke tahun terus meningkat, sehingga kedepan tidak

ada lagi keluarga yang masih berstatus tidak sejahtera”.18

Dengan adanya kriteria tentang keluarga sakinah dan indikator

keberhasilan yang diterbitkan oleh Kementerian Agama tersebut semakin

mempermudah bagi KUA untuk memantau hasil dari penyelenggaraan kursus

calon pengantin. Bagi para peserta dan mantan peserta suscatin juga

18 Wawancara dengan Bapak M. Zayin Bunani, S.Ag. selaku kepala KUA Kec.

Pagedongan, tgl.20 Nov,2010

Page 91: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

79

dimudahkan dengan adanya kriteria-kriteria keluarga sakinah tersebut, mereka

dengan mudah mengetahui keluarganya berada dalam kategori sakinah berapa,

dan apa saja yang harus dilakukan untuk bisa naik ke keluarga sakinah yang

berada diatasnya, apalagi KUA dan juga Kementerian Agama setiap tahun

mengadakan lomba keluarga sakinah baik di tingkat desa, kecamatan,

kabupaten, propinsi maupun tingkat nasional. Momen seperti ini semakin

menjadi penyemangat bagi seluruh komponen anggota keluarga, untuk

bersama-sama menuju keluarga sakinah terbaik, karena disamping akan

mendapatkan penghargaan juga mereka berharap bisa menjadi contoh

dilingkungannya dan yang tak kalah penting mereka juga sangat

mendambakan menjadi keluarga yang sakinah.

Dalam tabel pengamatan yang dilakukan oleh KUA kecamatan

Pagedongan dapat dilihat keluarga dalam satu desa yang sudah maupun yang

belum menjadi keluarga sakinah, adapun tabel tersebut adalah :

Tabel 6

Data Pengamatan Keluarga Sakinah Pada KUA Kecamatan Pagedongan

Tahun 200919

No Desa Jumlah

KK

Pra

Sakinah

Sakinah

I

Sakinah

II

Sakinah

III

Sakinah

Plus

1 Pagedongan 1612 529 389 264 355 75

2 Gunungjati 896 325 215 136 187 33

3 Twelagiri 1320 534 328 126 295 37

19 Laporan Tahunan KUA Kec. Pagedongan Kab. Banjarnegara,Tahun 2009

Page 92: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

80

4 Kebutuh

Duwur

1574 713 190 267 361 43

5 Kebutuh

Jurang

1253 437 206 288 300 22

6 Pesangkalan 770 289 188 176 99 18

7 Duren 639 239 233 78 84 5

8 Lebakwangi 1212 479 229 162 324 18

9 Gentansari 1490 429 162 389 481 29

Jumlah 10766 3978 2140 1886 2486 280

Page 93: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

81

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dengan memperhatikan uraian sebelumnya, maka dapa diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan kursus calon pengantin (suscatin) oleh KUA di Kecamatan

Pagedongan Kabupaten Banjarnegara diikuti oleh para calon pengantin

dan juga oleh para janda maupun duda yang gagal dalam membina rumah

tangga. Kursus rutin dilakukan selama 1 hari (24 jam) setiap 3 bulan

sekali, diluar itu kursus juga dilakukan bagi pasangan yang mau menikah

diluar jadwal rutin tersebut.

Materi yang diberikan meliputi ; 1. tata cara dan prosedur perkawinan, 2.

pengetahuan agama, 3. peraturan perundang-undangan dibidang

perkawinan dan keluarga, 4. kesehatan dan reproduksi, 5. menejemen

keluarga, 6. psikologi perkawinan, 7. hak dan kewajiban suami istri.

Adapun yang menjadi narasumber adalah dari KUA, Pengadilan Agama,

BP4 (Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan),

Puskesmas dan PKK.

Motifasi dan tujuan diadakannya suscatin bagi KUA adalah merespon

dan meminimalisir semakin tingginya angka perceraian dan KDRT

(kekerasan dalam rumah tangga), memberi bekal kepada calon pengantin

Page 94: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

82

yang akan melenggang ke jenjang pernikahan dengan materi dasar

pengetahuan dan ketrampilan tentang kehidupan berumah tangga.

Sedangkan motifasi dan tujuan para peserta kursus calon pengantin

(suscatin) adalah mendapatkan bekal tentang materi dasar pengetahuan

dan ketrampilan dalam kehidupan berumah tangga.

2. Adapun dasar hukum dilaksanakannya suscatin adalah Keputusan Menteri

Agama (KMA) No. 477 Tahun 2004, yaitu Pemerintah mengamanatkan

agar sebelum pernikahan dilangsungkan setiap calon pengantin harus

diberikan wawasan terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah tangga

melalui kursus calon pengantin (suscati). Kemudian menyusul keluarnya

Surat Edaran Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (SE Dirjen

Bimas Islam) Nomor DJ.II/PW.01/1997/2009 Tentang kursus calon

pengantin. Jadi semakin kuat alasan KUA untuk mengadakan kursus

calon pengantin (suscatin).

B. SARAN-SARAN

1. Untuk KUA

Sosialisasi yang lebih intensif pada pelaksanaan rutin (tiga bulan sekali)

agar masyarakat lebih mengetahui manfaat dan kegunaan suscatin juga

penambahan materi yang lebih mendalam dan detail. Memberikan

penghargaan bagi keluarga sakinah atau mengajak mereka yang telah

berhasil untuk menceritakan kisah kehidupan rumah tangganya

Page 95: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

83

(testimoni) sebagai salah satu pemberi materi. Suscatin sebaiknya diikuti

dengan program-program pembinaan berkelanjutan dari KUA agar para

peserta dapat terpantau dari waktu ke waktu.

2. Untuk Peserta

Sebaiknya peserta suscatin ditambah dari tokoh-tokoh masyarakat dengan

tujuan agar suatu saat jika terjadi konflik dilingkungannya para tokoh

tersebut dapat berperan serta menjadi mediator dalam mendamaikan

konflik pasangan suami istri dilingkunganya masing-masing.

Pembekalan dalam kursus calon pengantin harus jalan terus, sebab

tanpa aliran dana yang jelas, suscatin jalannya bisa tersendat-sendat kalau

tidak mau dikatakan mati. Walaupun jalannya terseok-seok dan apa adanya,

hampir semua pihak terutama dijajaran Urusan Agama Islam pusat sampai

daerah menganggap bahwa kursus calon pengantin masih sangat penting.

Dari beberapa catatan kecil yang dibuat oleh sebagian penghulu,

banyak diantara calon pengantin yang belum bisa membaca do’a mandi

hadats besar, apalagi membaca Al-Qur’an, makna perkawinan, serta

bagaimana kehidupan keluarga terkait dengan hak dan kewajiban suami istri

masih belum dipahami secara baik.

Jika benar kondisi ini sangat memprihatinkan, kondisi ini pula yang

dituding sebagai penyebab utama meningkatnya kekerasan dalam rumah

tangga yang berujung pada meningkatnya perceraian.

Page 96: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

84

C. PENUTUP

Dengan berjuang sekuat tenaga, disusun tulisan sederhana ini dengan

menyadari masih adanya kesalahan dan kekurangan sebagai hasil

keterbatasan wawasan penulis terlebih lagi bila ditinjau dari aspek metodologi

maupun kaidah bahasanya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangu

menjadi harapan penulis. Akhir kata penulis mengucapkan

Alhamdulillaahirrobil ’aalamin semoga tulisan diatas ada manfaatnya bagi

kita semua, terutama bagi para pembaca.

Page 97: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

1

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Amrullah, Dimensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nas (Mengenang 65 tahun Prof. Dr.Bustanul. arifin, S.H), Jakarta: Gema InsaniPress,1996. Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta,Cet.II, 1998. Amini, Ibrahim, Principle of Marriage Family Ethies, Terj. Alawiyyah Abdurrahman, “ Bimbingan Islam Untuk Kehidupan Suami isteri”, Bandung: al- Bayan, 1999. Basir, Ahmad Azhar, Hukum Pernikahan Islam, Yogyakarta: UII Press, 2004 BP4, Panduan Keluarga Muslim, Badan penasihatan pembinaan dan Pelestarian Perkawinan(BP4), Kantor wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah,2007 BP4, Majalah Perkawinan dan Keluarga No.455/XXXVIII/2010. . BP4,Majalah Perkawinan dan Keluarga, No. 452/xxxv111/2010,Jakarta, 2010. Bagan Peningkatan Tenaga Keagamaan Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Haji, Departemen Agama RI, Jakarta, 2004. Data peserta Kursus Calon pengantin KUA Kec. Pagedongan Banjarnegara, tanggal 14 Nov, 2010 Data Monografi kec. Pagedongan tahun 2009 Darajat, Zakiah, Ilmu Fiqh ,jilid 2, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,1995 . Depag RI, Tugas-Tugas Pejabat Pencatat Nikah bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI, Jakarta, 2004. Depag RI, Tanya Jawab Seputar Keluarga Sakinah, Jawa Tengah: Proyek Pembinaan Keluarga Sakinah Kanwil Depag Propinsi Jawa Tengah, 2004. Depag RI, Pedoman Pembantu Pegawai Pencatat Nikah Departemen Agama, Bahan Penyuluhan hukum, Departemen Agama RI,Direktorat Jenderal Pembinaan kelembagaan Agama Islam, Jakarta:2001,

Page 98: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

2

Ghazi, Syeikh Muhammad bin Qasim , Fath Al-Qarib, Indonesia: Maktabah Al- Ihya at-Kutub al-Arabiah,t.th, . Hamid , Zahri, Pokok-Pokok Hukum Pernikahan Islam dan Undang-Undang Pernikahan di Indonesia, Yogyakarta: Bina Cipta,1978. http://kutarik.com/profile/sejarah.html, diakses tgl. 28 desember 2010 Kanwil Depag Provinsi Jawa Tengah, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Gerakan Sadar Zakat, Semarang; 2000 Laporan Tahunan KUA Kec. Pagedongan Tahun 2009 Malibari, Syeikh Zaenuddin Ibn Abd Azis, Fath al-Mu’in, Beirut : Dar Al- fiqr,t.th, Modul materi kursus calon pengantin KUA Kec. Pagedongan, Nov.2010 Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al- Munawir Arab Indonesia Terlengkap, Yogyakarta; Pustaka Progresif, 1997. .Mubarok, Jaih, Modernisasi Hukum Perkawinan di Indonesia, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005. Muzarie, Mukhlisin, Kontroversi Perkawinan Wanita hamil, Yogyakarta: Pustaka Dinamika, 2002 Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press,1991. Pelayanan Informasi KUA Kecamata Pagedongan, Juni 2010 Ramulyo, Moh Idris, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dari Segi Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002 Ramulyo, Moh. Idris, Hukum Pernikahan Islam, Suatu Analisis dari Undang- Undang No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta : Bumi Aksara,2002 Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1997 Soemanto, Wasty, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, Jakarta : Bumi Aksara, 1999. Sulajee, Mufti E.M.H., Sunah sehari 24 jam Bersama Rasulullah, Bandung, Pustaka Ramadhan,2003.

Page 99: PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/120/jtptiain-gdl... · Sebagai ujung tombak dari Kementerian Agama,KUA memasukkan program kursus

3

Suma, Muhamad Amin, Hukum Keluarga Islam di Dunia, Jakarta:Raja Grafindo

Persada,2004.

Struktur Tenaga wiyata Bhakti KUA kec.Pagedongan Kab. Banjarnegara

Tabel Struktur dan Tugas Pejabat KUA Kec. Pagedongan

Wawancara dengan M.Zayin Bunani, S.Ag selaku kepala KUA Kec. Pagedongan Kab. Banjarnegara pada tgl. 13 Nov.2010 Wawancara dengan KH. Abdul Wahab ,selaku tokoh masyarakat di

kec.Pagedongan

Wawancara dengan Masito, selaku staf administrasi keuangan KUA kec.

Pagedongan, pd tgl 19 Nov.2010

Wawancara dengan Fatonah peserta suscatin 3-10-2010 Wawancara dengan Tuslam peserta suscatin 03-10-2010 Wawancara dengan M. Hafid Haris peserta suscatin 15 -10-2010 Yayasan penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, 1986,