hubungan pemahaman mata pelajaran fiqh...

98
HUBUNGAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIQH DENGAN PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN SISWA KELAS 3 MI NURUL HIKMAH KALIBUNTU LOSARI BREBES SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) dalam Ilmu Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam Oleh: M A S Y U D I NIM: 093111267 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Upload: phungtuyen

Post on 07-Apr-2018

234 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIQH DENGAN

PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN SISWA KELAS 3

MI NURUL HIKMAH KALIBUNTU LOSARI BREBES

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)

dalam Ilmu Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh:

M A S Y U D I

NIM: 093111267

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2010

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Masyudi

NIM : 093111267

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya

sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 31 Mei 2011

Saya yang menyatakan,

M a s y u d i

NIM: 093111267

KEMENTERIAN AGAMA R.I.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang

Telp. 024-7601295 fax. 7615387

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan:

Judul : Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dengan

Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI

Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes 2010

Nama : Masyudi

NIM : 093111267

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program : Pendidikan Agama Islam

Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah

Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dapat diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam

Semarang, 30 Juni 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dr. Ahwan Fanani Karnadi, P.Hd

NIP: 197809302003121001 196803171994031003

Penguji I, Penguji II,

Dr. H. Suja,i, M.Ag H. Abdul Wahib, M.Ag

NIP: 197005031996031003 NIP: 1960061519910310004

NOTA PEMBIMBING Semarang, 31 Mei 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. Wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi

naskah skripsi dengan:

Judul : Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dengan

Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes 2010

Nama : Masyudi

NIM : 093 111 267

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing,

Amin Farih, M.Ag

NIP.19710614 200003 1 002

ABSTRAKSI Judul : Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dengan Pengamalan

Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI Nurul Hikmah

Kalibuntu Losari Brebes 2010

Penulis : M a s y u d i

NIM : 093111267

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana Pemahaman

Mata Pelajaran Fiqh di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes? 2) Bagaimana

Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu

Losari Brebes ? 3) Bagaimana Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dengan

Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu

Losari Brebes ? Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pemahaman

Mata Pelajaran Fiqh di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, 2) Pengamalan

Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari

Brebes, 3) Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dengan Pengamalan Ibadah

Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes di MI

Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Data dikumpulkan

dengan menggunakan metode : 1) Observasi, yaitu untuk memperoleh data yang

berkaitan dengan keadaan umum MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, 2)

Angket atau kuesioner, yaitu untuk mengumpulkan data tentang Pemahaman Mata

Pelajaran Fiqh Dengan Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa 3) Dokumentasi,

untuk mengetahui sejarah, struktur organisasi dan keadaan guru dan siswa.

Hasil perhitungan statistik dengan analisa korelasi product moment

menunjukkan bahwa bahwa baik rhitungmaupun hitungt ternyata lebih besar dari

kondisi r tabelmaupun tabelt . Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan rxy

=

1,398 sedangkan tabelt untuk N=22 pada taraf signifikansi 5%=0,997 dan taraf

signifikansi 1%=0,999, demikian pula pada 6,397hitungt sedangkan tabelt untuk

(0,10 : 20) = 2,845.

Dengan demikian hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa

hipotesis yang penulis ajukan yang berbunyi “Ada Hubungan Pemahaman Mata

Pelajaran Fiqh Dengan Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes” telah terbukti.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan

masukan bagi kepala madrasah, pengurus, dan para guru MI Nurul Hikmah Kalibuntu

Losari Brebes agar dapat menumbuhkan pemahaman mata pelajaran fiqh dan

pengamalan ibadah puasa ramadhan siswa di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari

Brebes.

Motto

Dari Sa’id Bin Musayyab sesungguhnya dia telah

mendengarkan dari Abi Hurairah r.a berkat,

Rasulullah telah bersabda: “Semua amalan

manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, maka

itu adalah untukku dan aku yang akan memberikan

ganjaran. (H.R. Muslim)1

1 Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Isma’il Bin Ibrahim, Shahih Muslim, Juz I (Surabaya:

Darul Fikri, tth), hlm. 124

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati skripsi ini kupersembahkan kepada:

Ayah dan ibu tercinta yang senantiasa mendidik dan curahkan

kasih sayang kepada anak-anaknya dengan penuh kesabaran dan do’a

yang tulus tiada henti demi kebahagiaan anaknya

Istri dan anakku tercinta yang telah memberikan dukungan penuh

kepadaku

Sahabat-sahabat setiaku, terimakasih atas spirit dan inspirasi yang

diberikan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan. Tak lupa shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan

kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-

orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.

Dengan kerendahan hati, peneliti sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan

mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun

ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan

baik, selama masa penelitian.

2. Drs. Amin Farih, M.Ag., selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.

4. Arifin, S.Pd.I,MM selaku Kepala MI Nurul Huda yang telah memberikan izin

riset dalam penelitian ini.

5. Suheidi S.Pd.I, selaku kepala MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

6. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian

skripsi ini.

Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga

budi baiknya diterima oleh Allah SWT. Penyusun mengakui kekurangan dan

keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan

saran yang bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi

ini. Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.

Semarang, 31 Mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................ i

Deklarasi..............…………………………………………………....……………ii

Halaman Pengesahan............................................................................................. iii

Halaman Persetujuan Pembimbing........................................................................ iv

Abstrak.................................................................................................................... v

Halaman Motto ......................................................................................................vi

Halaman Persembahan ..........................................................................................vii

Kata Pengantar......................................................................................................viii

Daftar Isi ................................................................................................................iv

halaman

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………... 1

B. Rumusan Masalah..………………………………………….. 3

C. Manfaat Penelitian…..……………………………………….. 3

BAB II PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIQH DAN PENGAMALAN

IBADAH PUASA RAMADHAN

A. Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh…………………………… 5

1. Pengertian Fiqh…………………………………………... 5

2. Materi Pelajaran Fiqh…………………………………….. 7

B. Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan……………………….. 8

1. Pengertian dan asal mula Puasa…………………………... 8

2. Dasar hukum adanya puasa……………………………….. 11

3. Tujuan dan hikmah berpuasa……………………………… 17

4. Macam-macam puasa……………………………………... 28

5. Syarat rukun puasa………………………………………... 31

6. Syarat-syarat wajib dan hal-hal yang membatalkan

puasa……………………………………………………….

33

C. Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dan

Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan………………………..

36

D. Kajian Yang Relevan………………………………………... 37

E. Pengajuan Hipotesis…………………………………………. 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 40

B. Waktu Dan Tempat Penelitian………………………………. 40

C. Variabel Dan Indikator………………………………………. 40

D. Metode Penelitian..................................................................... 41

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel............... 41

F. Teknik Pengumpulan Data…………………………………. 42

G. Tehnik Analisa Data................................................................. 45

a. Analisis Pendahuluan……………………………………... 46

b. Analisis Uji Hipotesis…………………………………….. 46

c. Analisis Lanjutan…………………………………………. 46

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN

PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIKIH DENGAN

PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN SISWA KELAS 3

MI NURUL HIKMAH KALIBUNTU LOSARI BREBES

A. Gambaran Umum MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari

Brebes

48

1. Letak Geografis…………………………………………… 48

2. Sejarah Berdirinya………………………………………… 49

3. Visi Misi Dan Sasaran MI Nurul Hikmah Kalibuntu

Losari Brebes……………………………………………

49

4. Keadaan Guru………………………...................................

51

5. Keadaan Siswa..................................................................... 52

6. Keadaan Sarana Dan Prasarana…………………………… 52

B. Pelaksanaan Pengajaran Fikih Di MI Nurul Hikmah

Kalibuntu Losari Brebes……………………………………...

54

1. Mampu Memahami Syahadat Dengan Benar……………... 54

2. Kemampuan Memahami Ibadah Sholat............................... 57

3. Kemampuan Memahami Ibadah Puasa…………………… 60

C. Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes…………………………….

63

1. Melaksanakan Ibadah Puasa Wajib……………………….. 63

2. Menjalankan Ibadah Puasa Dengan Benar……………….. 66

3. Melakukan Puasa Hanya Karena Allah…………………… 68

D. Pengujian Hipotesis………………………………………...... 72

a. Analisis Pendahuluan…………………………………….. 72

b. Analisis Uji Hipotesis……………………………………. 77

c. Analisis Lanjutan…………………………………………. 79

E. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………... 80

F. Keterbatasan Penelitian……………………………………… 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………... 82

B. Saran-saran…………………………………………………... 83

C. Penutup………………………………………………………. 83

1

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah

Puasa (as-saum) merupakan ibadah yang berat bagi setiap umat islam,

dikarenakan secara fisik dia harus tidak makan dan tidak minum mulai dari

terbit fajar sampai sore hari. Sedangkan secara psikologis adalah menahan diri

dari berbagai hal yang menyebabkan batalnya puasa, misalnya menggunjing,

berkata kotor, berprsangka buruk terhadap orang lain, iri dengki, dan lain-lain.

Sehingga dengan denikian ibadah puasa merupakan ibadah wajib yang

dilakukan secara individual, yang mempunyai dimennsi jasmani dan rohani

yang memang berat.

Secara istilah puasa berarti menahan diri dengan sengaja dari makan,

minum dan bersetubuh, dan segala hal yang membatalkan puasa sehari penuh

dari terbit fajar sampai terbenam matahari untuk menjalankan perintah Allah

dan mendekatkan diri kepada-Nya1 Imam Ghazali menambahkan, bahwa

puasa dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu: Pertama, puasa biasa adalah

menahan diri dari makan, minum, dan hubungan biologis antara suami istri

dalam jangka waktu tertentu. Kedua, puasa khusus yaitu menjaga telinga,

mata, lidah serta kaki dan anggota badan lainnya dari berbuat dosa. Ketiga,

puasa sangat khusus yaitu menjaga hati dengan mencegah memikirkan

perkara-perkara yang hina dan duniawi, yang ada hanya mengingat Allah dan

akhirat.2 Adapun landasan hukum diwajibkannya puasa ramadhan, secara

tegas disampaikan oleh Allah melalui Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah 183.

1 Mukri, Ghazali, Menikmati Ramadhan Bersama Nabi, Tiga Lentera Utama, Yogyakarta,

2001, hlm. 1 2 Al-Ghazali, Imam, Ibadah Perspektif Sufistik, Risalah Gusti, Surabaya, 1997, hlm. 77

2

“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu

bertqwa”.3

Dengan sedikit pemaparan tersebut di atas, karena demikian beratnya

ibadah puasa ramadan maka sangatlah perlu pananaman aqidah bagi generasi

muda yang sedini mungkin. Maksud dan tujuannya adalah agar mereka

mampu dan mau menjalankan ibadah wajib ini dengan baik dan benar. Salah

satu jalan agar mereka mengenal ibadah wajib puasa Ramadan sedini mungkin

adalah dengan memahamkan mereka, melalui mata pelajaran fiqh di tingkat

Madrasah Ibtidaiyah (MI). Sebab melalui proses pembelajaran yang benar dari

sisi pemahaman konsep dan pengamalan, mereka akan dapat melaksanakan

ibadah puasa Ramadan dalam kontek yang sebenar-benarnya. Yaitu

menjalankan ibadah wajib dengan ikhlas semata-mata hanya mencari

keridloan Allah SWT, seperti yang tersirat dalam Al-Qur’an Surat Al-

Bayyinah: 5 yang berbunyi:

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan

memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang

lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan

yang demikian Itulah agama yang lurus (Q.S.Bayyinah: 5)

Dari segi psikis landasan orang berpuasa adalah seperti yang di

ceritakan dalam hadist yang berbunyi:

3 Al-Qur’an, Penerbit PT Mekar, Surabaya, 1998, hlm. 21

3

Dari Sa’id Bin Musayyab sesungguhnya dia telah mendengarkan dari

Abi Hurairah r.a berkat, Rasulullah telah bersabda: “Semua amalan

manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, maka itu adalah untukku

dan aku yang akan memberikan ganjaran. (H.R. Muslim)4

B. Rumusan Masalah

Agar terjadi kejelasan dalam penulisan penelitian, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Siswa Kelas 3 MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ?

2. Bagaimana Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ?

3. Bagaimana Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dengan

Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI Nurul Hikmah

Kalibuntu Losari Brebes ?

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah

tentang keilmuan bagi para guru di Di MI Nurul Hikmah Kalibuntu

Losari Brebes, terutama dalam bidang pengamalan ibadah puasa

ramadhan

b. Menambah cakrawala pengetahuan tentang pemahaman mata pelajaran

fiqh dan pengamalan ibadah puasa ramadhan bagi diri penulis, maupun

bagi teman-teman mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Walisongo Semarang pada umumnya, yang sedang

melakukan penelitian dan kajian.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Menambah wawasan tentang Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan,

sehingga pada akhirnya dapat digunakan sebagai acuan untuk

4 Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Isma’il Bin Ibrahim, Shahih Muslim, Juz I

(Surabaya: Darul Fikri, tth), hlm. 124

4

memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada peserta didik pada

saat melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya.

b. Membantu para guru untuk dapat melaksnakan tugas dengan baik

sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, terutama dalam

mempersiapkan bahan kajian yang akan diberikan kepada peserta

didik.

5

BAB II

PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIKIH

DAN PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN

A. Pemahaman Mata Pelajaran Fikih

1. Pengertian Fikih

Ilmu Fikih adalah .mengetahui hukum-hukum syara yang

berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf, baik perbuatan anggota

badan maupun batin. Seperti hukum wajib, haram, mubah, sah dan tidak

sahnya suatu perbuatan itu.1

a. Fiqih (fiqhu)

Fiqih (fiqhu) artinya faham atau tahu. Dilihat dari segi ilmu

pengetahuan yang berkembang dalam kalangan umat Islam, fiqih itu

ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan/membahas/memuat

hukum-hukum Islam yang bersumber pada al-Qur'an sunnah, dan dalil-

dalil syar'i yang lain.2 Dalam ruang lingkup pengajaran ibadah ini

meliputi semua rukun Islam; membicarakan hal-hal yang wajib, yang

sunnah, yang bias membuat ibadah itu sah atau batal, rukun, syarat,

kaifiat dan baiatnya, tidak mungkin diajarkan keseluruhannya dalam

suatu tingkat pengajaran Untuk tingkat sekolah rendah tentu hanya di

ajarkan pokok-pokoknya saja. Sedangkan dalam pelajaran fiqih

dibicarakan berbagai aspek ibadah itu, seperti bentuknya, macam-

macamnya, caranya, waktunya, hukumnya, fadilah atau hikmahnya

dan sebagainya.3

b. Selanjutnya TM. Hasbi Ash-Shiddiqiey menukil pengertian Fikih

menurut mazhab Syafi‟i:

1 H. Muhammad Rifa.I, Ushul Fiqih, (Semarang: Wicaksana, 1998), hlm. 7.

2 Zakiyah Darajat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

1995), hlm. 78 3 Ibid., hlm. 77

6

“Fikih adalah ilmu yang menerangkan segala hukum syara

yang berhubungan dengan perbuatan para mukallaf yang

dikeluarkan (diistinbatkan) dari dalil-dalil yang tafshili”.4

Mempelajari Fikih diperintahkan Allah swt dan rasul-Nya, karena

Fikih merupakan bagian dari ilmu agama. Allah swt memerintahkan

kepada manusia agar diantara mereka ada yang meninggalkan

kampung halaman untuk memperdalam masalah agama, supaya

mereka memberikan pengajaran kepada masyarakat tentang agama.

Firman Allah swt:

Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi

semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi tiap-tiap

golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam

pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi

peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali

kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.. (QS. At-

Taubah:122)

Sabda Rasulullah saw: روي اتن وهة عن يىنس عن اتن شهاب قال قال حميد تن

سمعت النثي صل عثد الزحمن سمعت معاوية خطيثا يقىل

الله عليه وسلم يقىل من يزد الله ته خيزا يفقهه في الدين وإنما

أنا قاسم والله يعطي ولن تزال هذه الأمة قائمة عل أمز الله لا

يضزهم من خالفهم حت يأتي أمز الله

4 Ibid., hlm. 25 . 26.

7

Diriwayatkan oleh Ibnu Wahhab dari Yunus dari Ibnu Syihab

berkata: berkata Humaid ibnu Abdirrahman mendengar

Mu.awiyah di dalam khutbahnya ia berkata: Aku mendengar

Rasulululah saw telah bersabda: barangsiapa yang dikehendaki

Allah akan diberikannya kebajikan dan keutamaan, niscaya

diberikan kepadanya keluasaan faham dalam agama..(HR.

Bukhari dan Muslim).

Dari pengertian-pengertian di atas penulis melihat antara

definisi yang satu dengan lainnya memiliki titik persamaan bahwa

Fikih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara. yang

berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf yang diistinbatkan dari

dalil-dalil yang tafshili.

Jadi yang dimaksud dengan minat belajar Fikih adalah

kecenderungan untuk selalu mengingat dan memperhatikan secara

terus menerus terhadap ilmu yang menerangkan tentang segala hak dan

kewajiban seorang mukallaf (ilmu fikih) yang disertai dengan

keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikannya

dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap

2. Materi Pelajaran Fikih

Ilmu tentang ibadah dimuat dalam Ilmu Fikih. Ibadah adalah wajib,

mempelajari ilmu tentang ibadah wajib pula, karena tidak mungkin

seseorang melaksanakan ibadah itu hanya mengetahui esensi dari ibadah

saja tanpa mengetahui cara melakukan ibadah tersebut. Allah swt

menciptakan Jin dan Manusia itu untuk mengabdi kepada-Nya. Ini

ditegaskan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzaariyaat ayat 56

yang berbunyi:

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

beribadah kepada Ku..” (Q.S. Adz-Dzaariyaat:56)

8

Secara tegas Allah swt memerintahkan manusia untuk beribadah

kepada-Nya dengan Firman-Nya dalam Al-Qur.an surat Al-Baqarah ayat

21 yaitu:

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan

orangorang sebelummu, agar kamu bertakwa..” (Q.S. Al-Baqarah:

21)

Perintah itu adalah esensi dari semua tugas manusia sehingga tugas

pendidikan juga merupakan salah satu tugas dalam rangka beribadah

kepada-Nya.

B. Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan

1. Pengertian dan asal mula Puasa

Secara etimologi Puasa dari segi bahasa berarti menahan (imsak)

dan mencegah (kalf) dari sesuatu, dengan kata lain yang sifatnya menahan

dan mencegah dalam bentuk apapun termasuk didalamnya tidak makan

dan tidak minum dengan sengaja (terutama yang beretalian dengan

agama).5 Arti puasa dalam bahasa Arab disebut Shiyam atau Shaum secara

bahasa berarti ‟menahan diri‟(berpantang) dari suatu perbuatan.6

Sedangkan secara terminology puasa artinya menahan dan

mencegah diri dari hal-hal yang mubah yaitu berupa makan dan

berhubungan dengan suami istri, dalam rangka Taqarub ilallahi

(mendekatkan diri pada Allah swt,). Dalam hukum Islam puasa berarti

menahan, berpantang, atau mengendalikan diri dari makan, minum, seks,

5 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hlm.

771. 6 Ahmad Syarifuddin , Puasa Menuju Sehat Fisik dan psikis, (Jakarta: Gema Insani, 2003), hlm.

43.

9

dan hal-hal lain yang membatalkan diri dari terbit fajar (waktu subuh)

hingga terbenam matahari (waktu maghrib).7

Jadi, pengertian puasa menuju sehat secara syar‟i adalah menahan

dan mencegah kemauan dari makan, minum. Bersetubuh dengan istri, dan

yang semisalnya sehari penuh, dari terbit fajar siddiq (waktu subuh)

hingga terbenamnya matahari (waktu maghrib), dengan tunduk dan

mendekatkan diri kepada Allah.8

Ada juga yang mendefinisikan puasa dari segi syara‟, puasa berarti

menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya dengan niat yang

dilakukan oleh orang yang bersangkutan pada siang hari, mulai terbit fajar

sampai terbenam matahari, dengan kata lain, Puasa adalah menahan diri

dari perbuatan (fi‟li) yang berupa dua macam syahwat (syahwat perut dan

syahwat kemaluan) serta menahan diri dari segala sesuatu agar tidak

masuk perut, seperti obat atau sejenisnya. Hal itu dilakukan pada waktu

yang telah ditentukan, yaitu semenjak terbit fajar kedua (fajar shadiq)

sampai terbenam matahari, oleh orang tertentu yang berhak

melakukannya, yaitu orang muslim, berakal. Tidak sedang haid, dan tidak

nifas. Puasa harus dilakukan dengan niat; yakni, bertekad dalam hati untuk

mewujudkan perbuatan itu secara pasti, tidak ragu-ragu, tujuan niat adalah

membedakan antara perbuatan ibadah dan perbuatan yang telah menjadi

kebiasaan.9

Pengertian puasa banyak yang mendefinisikan, sedangkan menurut

istilah banyak para para pakar yang memberikan definisi antara lain

menurut Yusuf Qardawi bahwa puasa adalah menahan dan mencegah

kemauan dari makan, minum, bersetubuh dengan istri dan semisal sehari

penuh, dari terbitnya fajar siddiq hingga terbenamnya matahari, dengan

niat tunduk dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.10

7 Ibid., hlm. 43.

8 Yusuf Qardawi, Fiqih Puasa, (Surakarta: Era Interrmedia, 2000), hlm. 18.

9 Wahbah Al-Zuhayly, Puasa Dan I‟tikaf, Kajian Berbagai Mazhab, ( Bandung: Remaja Rosda

Karya, 1998), hlm. 84-65. 10

Yusuf Qardawi, op.cit., hlm. 18.

10

Istilah puasa pada era sekarang bukanlah hal yang asing, ataupun

baru, orang-orang mesir kuno telah mengenal puasa 5000 tahun sebelum

agama samawi diturunkan orang Yunani dan Romawi juga telah mengenal

sebelum lahirnya agama Nasrani.

Proses pelaksanaan puasa itu nampak ketika ada larangan yang

diberikan kepada Nabi Adam dan Dewi Hawa ketika berada di surga tidak

boleh makan buah pohon khuldi (nama pohon ini tidak dapat dipastikan

karena tidak ada keterangan dari Al-Qur‟an maupun Hadits)11

, yang

berimbas keduanya diturunkan di dunia. Awal munculnya puasa berawal

dari sejarah turunnya ayat;

Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu, jika kamu

melihat seorang manusia, maka katakanlah: Sesungguhnya aku telah

bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku

tidak akan berbicara dengan seseorang manusiapun pada hari ini.

(Q.S. Maryam ; 26).12

Namun pada dasarnya puasa telah dilakukan sejak zaman dahulu

seperti yang dilakukan oleh Nabi Musa as. dan Nabi Isa as. bersama

umatnya, diperintahkan oleh Allah melakukan Puasa Ramadhan pada

masa itu. Walaupaun berkelanjutan dengan adanya perubahan model yang

dilakukan pendeta-pendetanya, yaitu dengan menambah sepuluh hari,

yang aslinya tiga puluh hari jadi empat puluh hari, adanya dalih nazar

ketika ada kaumnya yang sakit parah (pendeta), apabila pendeta itu

sembuh maka mereka akan menambahnya menjadi empat puluh hari,

jadilah puasanya kaum nasrani menjadi empat puluh hari.13

11

Ahmad Syarifuddin, loc.cit., hlm. 44. 12

Al-Qur‟an Dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota, 1989), hlm. 465. 13

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Pedoman Puasa, (Semarang, Pustaka Rizki Pustaka,

2000) cet. 4, hlm

11

Nabi Muhammadpun melihat dari golongan orang yahudi yang

melakukan puasa hari Assyura pada waktu golongan itu belum tersentuh

dengan ajaran Islam, sehingga Nabi Muhammad menyuruh kepada umat

Islam untuk melakukan hal yang sama. Memang dalam pelaksanaan puasa

sudah dilakukan sejak dulu,14

sebelum Islam datang, praktek puasa pada

masa itu istilahnya juga difardlukan oleh Allah, sama difardlukannya

ibadah puasa Ramadhan kepada umat Islam.

Fakta sejarah yang ditemui pada umat-umat dan bangsa-bangsa

yang terdahulu menunjukkan bahwa mereka melakukan puasa sebagai

sebuah naluri fitrah tanpa standar dan ukuran yang jelas serta tegas.

Tindakan para pendeta Yahudi dan Nasrani, misalnya, kewajiban puasa

selama tiga puluh hari di bulan Ramadhan yang bertepatan dengan musim

panas, mereka merubah waktunya kemusim semi karena dirasa

memberatkan. Puasa yang semula sehari mereka merubah menjadi sehari

semalam, yaitu mulai matahari terbenam hingga matahari terbenam

keesokannya.15

Ini membuktikan betapa terjadi distorsi pada ia badah puasa oleh

umat dan bangsa terdahulu. Hal ini terbukti pada Al-Qur‟an surah Al-

Baqarah ayat 35, Allah melarang Nabi Adam dan Dewi Hawa memakan

buah pohon tertentu, sementara ada yang menamainya dengan nama nuah

khuldi, buah kekekalan, sebagaimana tersebut dalam dalam Al-Qur‟an

surah Thaha ayat 120, tetapi nama itu adalah nama yang diberikan setan.

Inilah barang kali puasa dalam arti menahan diri dari hal-hal yang

dilarang.16

2. Dasar hukum adanya puasa

Di dalam Al-Qur‟an kata shiyam disebutkan sebanyak 8 kali,

kesemuanya dalam arti puasa menurut pengertian hukum syariat. Al-

Qur‟an juga menggunakan kata shiyam satu kali, tetapi maknanya adalah

menahan diri untuk tidak berbicara, yaitu pada Q.W.; 26 seperti diajarkan

14

Ibid., hlm. 2 15

Ahmad Syarifuddin op.cit., hlm. 50-51. 16

Ibid., hlm. 44.

12

malaikat Jibril kepada Mariam a.s. ketika ada yang mempertanyakan

tentang kelahiran anaknya (Isa a.s.) kata tersebut juga terdapat dalam

bentuk perintah berpuasa dibulan Ramadhan , satu kali dalam bentuk kata

kerja yang menyatakan bahwa “berpuasa adalah baik untukmu” dan satu

kali menunjukkan kepada pelaku-pelaku puasa pria dan wanita yaitu ash-

shaimin wash-shaimat.

“Hai Orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu

berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu

agar kamu bertakwa (Q.S: 2: 183)”17

Dalam Al-Qur‟an, ada sebagian ayat yang diawali dengan “ya

ayyuhannas” ( Wahai manusia), dan ada pula ayat yang diawali dengan

“ya ayyuhalladzina amanu” (wahai orang-orang yang beriman). Ayat

yang diawali dengan “ya ayyuhannas” pada umumnya turun di Makkah

sebelum nabi Hijrah, sedang ayat yang diawali dengan “ya ayyuhalladzina

amanu” turun di Madinah. Jika dilihat ayat diatas, ayat tersebut diawali

dengan “ya ayyuhalladziina amanu”. Ayat ini mewajibkan puasa kepada

orangorang yang beriman dengan memakai kata kutiba. Secara harfiah

kata kutiba berarti dituliskan. Tetapi dalam ini berarti diwajibkan. Alasan

menggunakan lafadz kutiba, menurut ulama‟ tafsir, kewajiban puasa telah

ada sejak sejarah manusia. Karena itu. Allah tidak menggunakan redaksi

kata furidha (diwajibkan/difardhukan) melainkan kata kutiba alasannya

antara lain; pertama, kata kutiba mempunyai arti seolah-olah dia sudah

tertulis begitu lama sehingga tetap menjadi kewajiban, masalahnya ada

hukum tertulis dan hukum tidak tertulis.

17

Depag, loc.cit., hlm. 44.

13

Kalau hukum sudah berlangsung lama dan begitu penting, biasanya

disebut hukum tertulis. Kata kutiba juga menunjukkan bahwa kewajiban

puasa sudah ada sejak Nabi Adam a.s. kedua, dipakai kutiba karena

pentingnya kewajiban ini. Puasa adalah suatu kewajiban yang sangat

penting, bukan sekadar perintah biasa, dikatakan penting karena Allah

sendiri yang akan memberikan imbalan pahala kepada orang yang

berpuasa. Ketiga, kewajiban puasa ini tertulis di semua kitab suci yang

azali, seperti terdapat dalam kitab Injil, Zabur, dan Shuhuf-shuhuf Ibrahim,

perbedaannya hanyalah pada tata caranya sedangkan kewajiban puasanya

itu sendiri sudah tertulis.18

Kemudian arti Al-Shiyam (bentuk jamak dari shaum, puasa)? puasa

adalah menahan, tentu bukan hanya sekedar menahan nafsu, makan dan

minum. Prinsip shiyam adalah menahan diri dari makan dan minum,

menggauli istri, boros dan melakukan segala tindakan yang merusak

hubungan dengan Tuhan, jadi Shiyam itu menahan bukan hanya dari

makan dan minum, tapi segala-galanya. Lafadz kama kutiba „ala laadzina

min qablikum (sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu).

Kewajiban puasa sudah ada sejak dulu jauh sebelum Nabi Muhammad

SAW. Tapi tatacara yang berbeda beda tapi esensinya sama, yaitu

pengendalian diri agar menjadi hamba yang bertakwa. La‟allakum

tattaqun (agar kamu bertakwa) kata la‟ala (agar) menunjukkan adanya

kaitan antara kata takwa dengan pelaksana utama, sementara untuk arti

takwa sendiri terperinci sebagai berikut; dimulai dari arti lafadz ta‟ itu

sendiri, diartikan dengan tawakal.19

(pasrah, menyerahkan kepada Allah

SWT), ada pula yang mengartikan dengan arti tawadu‟20

(merendahkan

diri), tidak sombong, sopan santun, tahu diri keberadan manusia sebagai

Khalifah. Selanjutnya arti lafadz “qaf‟ diartikan dengan qana‟ah21

18

Said agil Husain Al-Munawar et. al., Meramadhankan Semua Bulan puasa Sebagai Tangga

Ruhani, (Jakarta,: Iman Dan Hikmah), hlm. 64-65. 19

Ibid., hlm. 66 20

Nur Ahmad (eds.), (Jakarta: Kompas, 2000), hlm. 66. 21

Said Agil Husain Al-Munawar et.al., op.cit., hlm. 66.

14

(menerima, bersikap sederhana) menerima atas semua yang telah diberikan

oleh Allah selama ini. Tidak ambisius terhadap hal-hal yang belum

diberikan, kemudian lafadz, wawu, diartikan dengan wara‟ ( menjaga diri

dari semua perbuatan dan makanan yang tidak halal serta tidak

membiasakan dengan dosa-dosa kecil) terutama dalam puasa.

Seseorang (remaja) dalam menjalankan ibadah puasa mestinya

dapat menerima apa yang ada dihadapannya.tidak malah serakah dengan

hak orang lain, ada sebuah tahu diri, menjaga diri, apalagi dalam masalah

makan dan minum, tahu dari manakah makan dan minum yang

diperolehnya.

Permasalahannya ketika setiap sesuatu yang dimasukkan dalam

perut seseorang (remaja) akan berekses dalam kesehatan seseorang, baik

kesehatan jasmani ataupun kesehatan rohani, sementara untuk arti Alif,

diartikan dengan ikhlas,22

ikhlas dalam melakukan ibadah puasa, tidak

adanya sifat riya‟ (pamer dengan sesuatu yang lain, ikhlas dalam bentuk

apapun yang telah ia kerjakan tanpa adanya unsur lain, justru yang

dianggap sempurna puasa seseorang (remaja) yaitu dengan jalan ikhlas

dengan sepenuh hati.

(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika diantara kamu

ada yang sakit atau dalam perjanan (lalu ia berbuka), maka

(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak sehari yang ditinggalkan itu

pada hari-hari yang lain. Dan wajib bai orang-orang yang berat

menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah,

(yaitu) : memberi makan seorang miskin, barang siapa yang

22

Ibid., hlm. 66

15

dengan kertelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang

lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah :

184).23

Arti lafadz dari keseluruhan ayat tersebut adalah, arti lafadz,

ayyamma „dudat ada beberapa penafsiran: Pertama, puasa itu sudah

ditentukan dihari-hari tertentu, yaitu sejak awal ramadhan sampai akhir

bulan ramadhan. Kedua, hari-hari tertentu yang memberikan gambaran

bahwa orang-orang sakit tidak bisa berpuasa dihari-hari tertentu.

Semuanya itu harus diganti dengan hari yang lain, ketiga, dikatakan bulan

ramadhan karena bulan itu diakhir kedua puluh sembikan atau ketiga

puluhnya. Jadi diakhir bulan hijriyah, kemudian untuk arti maridla, disini

ada beberapa pendapat, tapi penulis lebih cenderung mengarahkan pada

pendapat yang mengatakan bahwa yang boleh untuk tidak berpuasa adalah

bagi mereka yang dapat melemahkan fisik (tubuh seseorang/remaja)

seseorang untuk menjalani ibadah puasa atau kalau si penderita itu tidak

mau minum obat ia akan parah, jadi ketika ia berpuasa kemudian ia tidak

mampu dalam kewajaran maka ia diperbolehkan untuk tidak berpuasa.

Untuk masalah musafir dalam lafadz Aw „ala safarin, ( mereka

yang musafir) dijelaskan bagi mereka yang bebergian jauh yang sudah

menempuh 40 mil , kemudian yang menjadikan patokan perjalanan selama

itu adalah kadar masyaqqahnya (keberatannya), ketika musafir (orang

yang bepergian) itu pergi dalam keadaan puasa itu menemui keneratan

maka diperbolehkan untuk berbuka.

Sementara untuk lafadz waantasumu khairun lakum inkuntum

ta‟lamun( puasa itu baik jika kamu mengetahui), disini dapat diartikan

kata khair disini menunjukkan keabikan bak dari sisi dunia maupun

akhirat. Dari sisi akhirat sudah pasti mendapatkan pahalnya berlipat ganda,

dari sisi dunia, puas sebagai perisai seseorang (remaja) dalam

23

Depag, loc. cit. Hlm. 44.

16

kehidupannya. Sehingga orang yang berpuasa selam satu bulan atau

hingga lebih ia akan tetap terjaga.24

Ayat selanjutnya adalah :

(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan bulan

yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur‟an sebagai

petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai

petunjuk itu dan pembeda (antara yang baik dan yang bathil).

Karena itu barang siapa diantara kamu hadir (di negeri tempat

tinggalnya) di bulan ini, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan

itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka)

maka (wajilah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkan

itu, pada harihari yang lain. Allah menghendaki kesukaran bagimu

dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah

kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberijkan

kepadamu supaya kamu bersyukur”. (Al-Baqarah: 185).25

Ayat diatas menjelaskan keistimewaan bulan Ramadhan, syahru

Ramadhan alladzi unzila fihi Al-Qur‟an, bulan Ramadhan adalah bulan

diturunkannya Al-Qur‟an. Apa kebaikan di akhirat dari diturunkannya Al-

Qur‟an, karena Al-Qur‟an adalah hudan linnas, petunjuk bagi manusia,

oleh karena dibulan puasa khusunya bulan Ramadhan alangkah baiknya

kita sering membaca Al-Qur‟an. Selain sebagai Hudan Linnas, Al-Qur‟an

disebut juga Al-Furqan, sebab membedakan mana yang mana yang baik

(benar) dan yang buruk (salah). Kalimat setelahnya menerangkan inti pada

24

Said Agil Husain Al-Munawar, op.cit., hlm. 68-71. 25 Depag. op.cit., hal 44.

17

ayat itu adalah bagi orang yang melihat tanggal penetapan puasa agar

segera melaksanakan yang sesuai dengan petunjuk Allah yang telah

diberikan. Selanjutnya keterangan mengenai tentang menghendakinya

Allah mengenai kemudahan bukan menghendaki yang susah (kesulitan).

Alasan Allah menggunakan la‟alakum tasykurun, mudahmudahan kamu

bersyukur. Supaya manusia (termasuk remaja) mengetahui bahwa Allah

maha pemurah, sehingga manusia mensyukuri nikmat Allah.26

3. Tujuan dan hikmah berpuasa

Puasa dalam pandangan Islam adalah ibadah vertikal, langsung

kepada Illahi Rabbi dilakukan oleh seseorang (remaja) hamba secara

sendiri-sendiri (individual). Pesan untuk berpuasa bagi segenap umat

Islam disandarkan pada etika yang terdapat dalam Al-Qur‟an yang menjadi

pedoman mutlak bagi kebebaran maupun keabsahannya dalam

kehidupan.27

Secara jelas Al-Qur‟an menyatakan bahwa tujuan puasa yang

hendaknya diperjuangkan adalah untuk mencapai ketakwaan atau realisasi

ketakwaan yakni menjalankan perintah Allah SWT. Dan menjauhkan diri

dari segala sesuatu yang dilarang-Nya28

dan la‟allakum tattatquun. Ini

berarti bahwa menahan diri dari lapar dan dahaga bukan tujuan utama dari

puasa. Puasa merupakan satu ibadah yang unik. Segi keunikannya

misalnya, bahwa puasa merupakam rahasia antara Allah dan pelakunya.

Bukankah manusia yang berpuasa dapat bersembunyi untuk minum dan

makan? Bukankah sebagai insan, siapapun yang berpuasa, memiliki

keinginan untuk makan atau minum pada saat-saat tertentu dari siang hari

puasa?

Kalau demikian, apa motivasinya menahan diri dari keinginan itu

tentu bukan karena takut atau segan dari manusia, sebab jika demikian, dia

dapat bersembunyi dari pandangan mereka. Namun kenyataannya manusia

26

Said Agil Husain Al-Munawar, op.cit., hlm 73. 27

Syahrin Harahap et. al., Nasehat Para Ulama‟ Hikmah Puasa, Berpuasalah Agar Hidup

dibimbing Menuju-Nya, (Jakarta: Raja Grafindo Jaya, 2001), hlm. 137. 28

Wabah Al-Zuhaily, loc.cit., hlm.86.

18

melaksanakan ibadah puasa hanya karena Allah SWT semata bukan

karena unsur lain. 29

Berpuasa bagi orang Islam (remaja) bukan saja berbakti kepada

Allah, tetapi disiplin jiwa dan moril, suatu kesadaran hidup yang tinggi

bukankah tidak ada daya nafsu yang lebih besar dari pada melepaskan

lapar, sedang makan dan minuman dibawah dipelupuk mata, meskipun

demikian, daya nafsu ini dikalahkan oleh orang yang berpuasa.30

Puasa telah lama dikenal oleh umat manusia, namun mereka

bukan berarti telah usang atau ketinggalan zaman. Karena generasi abad

sekarang inilah masih melakukannya. Puasa dalam arti “ mengendalikan

dan menahan diri untuk tidak makan dan minum dalam waktu–waktu

tertentu” dilakukan antara lain dengan tujuan memelihara kesehatan atau

merampingkan tubuh, atau dalam bentuk mogok makan sebagai pertanda

protes atas perlakuan pihak lain, atau dilakukan sebagai tanda solidaritas

atas malapetaka yang menimpa teman atau saudara, seperti yang terdapat

disentara suku-suku di India dan lainnya yang hingga kini masih berlaku.

Puasa dengan makna ragam tujuan dan bentuk tersebut dihimpun oleh satu

esensi, yaitu “pengendalian diri”. Puasa yang dilakukan umat Islam digaris

bawahi oleh Al-Qur‟an sebagai “bertujuan untuk memperoleh takwa”.

Tujuan tersebut tercapai dengan menghayati arti puasa itu sendiri.

Memahami dan menghayati arti puasa memerlukan pemahaman terhadap

dua hal pokok yang menyangkut hakikat manusia dan kewajibannya

dibumi ini. Pertama, manusia diciptakan oleh Tuhan dari tanah, kemudian

dihembuskan kepadanya Ruh ciptaan-Nya, dan diberikan potensi untuk

mengembangkan dirinya hingga mencapai satu tingkat yang

menjadikannya wajar untuk menjadi Khalifah (pengganti) Tuhan dalam

memakmurkan bumi ini. Kedua, dalam perjalanan manusia menuju ke

bumi, ia (Adam) melewati (”transit” di) surga, agar pengalaman yang

29

Muhammad Quraish Shihab , Membumikan Al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1992),hlm.

530-531. 30

R.H. Su‟dan, Alqur‟an Dan Panduan Kesehartan Masyarakat, (Yogyakarta: Dana

Bhakti Prima Yasa, 1997), hlm. 223.

19

diperolehnya disana dapat dijadikan bekal dalam menyukseskan tugas

pokok di bumi ini. Pengalaman tersebut antara lain adalah persentuhannya

dengan keadaan di surga itu sendiri.31

Ibadah puasa bukan hanya sekedar rutinitas tahunan (bulan

Ramadhan) dengan mengerjakan amal ibadah seperti membaca Al-Qur‟an,

shalat tarawih dan berbagai aktivitas rutin lainnya, akan tetapi lebih dari

itu, ibadah puasa hendaknya dapat mendidik seseorang (remaja)

mengantarkan pribadi-pribadi yang tangguh, memiliki komitmen moral

yang tinggi serta membentuk kepribadian muslim yang paripurna.32

Secara

jelas Al-Qur‟an menyatakan bahwa tujuan puasa yang hendaknya

diperjuangkan adalah untuk mencapai ketakwaan atau la‟allakum

tattaqun.33

Dalam rangka memahami tujuan tersebut agaknya perlu digaris

bawahi, banyak diantara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu

dari Puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga.34

Banyak orang berpuasa

tidak ada nilai baginya kecuali lapar dan dahaga. Dan banyak orang

bangun malam tidak ada nilai baginya selain terjaga (tidak tidur) dan

kepayahan.35

Itu adalah hasil yang diperoleh oleh orang (remaja) yang

berpuasa ketika tidak tahu apa yang menjadi tujuan pokoknya.

Ada pengertian arti takwa itu sendiri; yang diartikan menurut

masing-masing huruf hijaiyyah pembentuk kata ‟taqwa‟ (dalam bahasa

Arab), memberikan ciri-ciri orang yang bertakwa sebagai berikut.

Pertama, Tawadu‟, maksudnya, sopan santun, tidak sombong, tidak

berbuat sewenang-wenang. Orang yang bertakwa meyadari bahwa dirinya

bukan apa-apa. Apa yang ada paada dirinya: pangkat, kedudukan, jabatan

atau kekayaan, hanyalah barang titipan yang pada saatnya nanti akan

diambil oleh Allah, karena Allah lah pemiliknya yang hakiki, maka dari itu

31

Muhammad Quraish Shihab, loc.cit., hlm. 307. 32

Syahrin Harahap, et,al., loc.cit., hlm. 137. 33

Quraish Shihab, loc.cit., hlm. 230. 34

Ibid.,hlm. 231. 35

Rahman, loc.cit., hlm. 58.

20

sungguh tidak pantas ketika puasa seseorang (remaja) menyombongkan

diri dengan modal barang titipan. Kedua, Amanah, maksudnya, bersikap

sederhana, bila seseorang (remaja) telah mampu menyadari siapa dirinya

dan mampu menekan egonya yang tidak baik, maka ia tidak akan bersikap

aneh (yang menyalahi aturan agama). Tidak ambisius untuk mencapai

sesuatu dengan jalan yang tidak benar. Ketiga, wara‟; menjaga diri dari

semua perbuatan dan makanan yang tidak halal, orang yang bertakwa tidak

akan melakukan penyelewengan, tidak akan korup dan tidak akan

melakukan perbuatan yang tidak benar.36

Puasa merupakan suatu rangka pokok dari rangka-rangka

pembinaan Iman, dalam Nash Al-Qur‟an dan Al-Hadits, serta ijma‟ yang

muktabar menyatakan bahwa puasa benar-benar suatu rangka dari

kerangka pembinaan iman puasa. Suatu rukun dari rukun dari rukun-rukun

Islam, dan suatu ibadah ruhiyah yang positif yang difardlukan secara tetap

dan teguh.37

Puasa merupakan salah satu ibadah besar dalam agama Islam.

Ia termasuk dalam amal badani, amal nafsi (amal yang berkaitan dengan

jiwa) dan amal Ijabi (amal yang positif) karena itu puasa melibatkan

jasmani dan rohani sekaligus, hal ini berbeda dengan ibadah lain, yang lain

hanya melibatkan jasmani atau rohani saja, disamping itu pula puasa

Ramadhan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga hal

ini terasa berat. Dikatakan amal badani karena puasa menuntut adanya

kemampuan dari segi fisik. Yang diwajibkan puasa adalah orang-orang

yang mampu untuk melaksanakannya. Diluar itu tidak ada kewajiban

baginya, karena ia merupakan salah satu syarat wajib berpuasa. Oleh sebab

itu orang-orang yang tidak mampu seperti orang sakit, orang dalam

perjalanan, orang yang sudah tua renta hamil atau menyusui tidak

diwajibkan berpuasa akan tetapi bagi mereka adalah mengganti pada hari-

hari yang lain atau membayar fidyah.

36

Nur Ahmad (eds), loc.cit., hlm. 66-67. 37

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, loc.cit., hlm. 15.

21

Maka barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam

perjalanan (lalu ia berkata), maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak

hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi

orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak puasa)

membayar fidyah (yaitu): memberi makan seorang miskin.

(Q.S.2:184).38

Tujuan tersebut tercapai dengan menghayati arti puasa itu sendiri.

Memahami dan menghayati arti puasa memerlukan pemahaman terhadap

dua hal pokok menyangkut hakekat manusia dan kewajibannya di bumi

ini. Pertama, manusia diciptakan oleh Allah dari tanah kemudian

dihembuskan kepadanya ruh ciptaan-Nya dan diberikan potensi untuk

mengembangkan dirinya hingga mencapai satu tingkat yang

menjadikannya wajar untuk menjadi Khalifah (pengganti) Tuhan dalam

memakmurkan bumi ini Tuhan menciptakan manusia diberi potensi untuk

memiliki sifat-sifat Tuhan sesuai dengan kemampuan sebagai makhluk.

Kedua, dalam perjalanan manusia menuju ke bumi Adam melewati surga,

agar pengalamannya disana dapat dijadikan bekal dalam menyukseskan

tugas pokoknya dibumi. Hal ini mendorongnya untuk menciptakan

bayangan surga di bumi, sebagaimana pengalamannya dengan setan

mendorongnya untuk berhati-hati agar tidak terpedaya lagi sehingga

mengalami kepahitan yang dirasakan ketika terusir dari surga.39

Adapun hikmah berpuasa dalam Islam, adalah untuk

mempersiapkan kita memperoleh takwa bukan untuk sesuatu kepentingan

Tuhan.

38

R.H.A. Soenarjo, et. al., Al-Qur‟an Dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara

penterjemah/penafsir Al-Qur‟an, 1997), hlm.44. 39

Muhammad Quraish Shihab, loc.cit., hlm.307-308.

22

Mekanisme puasa tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan

jasmani, tetapi juga terhadap rohani pelakunya, lebih dari itu, kesehatan

jasmani dan kesehatan rohani akan berpengaruh terhadap kesehatan sosial.

Puasa yang mencapai tingkat ihsan dan itqan adalah puasa yang

memadukan aktivitas fisik dan aktivitas psikis. Puasa lahir dan puasa

batin. Disamping mengendalikan diri dari makan, minum, seks, dan

semacamnya juga mengupayakan menahan diri dari maksiat. Anggota

tubuh yang berpuasa tidak hanya mulut dan kemaluan (Farj), namun mata,

telinga, tangan, kaki, dan hati juga diupayakan turut berpuasa.40

Dalam kaitannya dengan hikmah yang terjadi dalam melaksanakan

ibadah puasa secara garis besar di uraikan dalam dua masalah, yaitu:

1. Pengaruh puasa terhadap kesehatan jasmani (ditinjau dari sisi

kedoktreran).

Para dokter bersepakat bahwa kelebihan-kelebihan dalam segi

makan dan minum akan berdampak buruk bagi kesehatan.41

Dalam

anatomi tubuh manusia dibekali beberapa terapi alamiah dalam

keadaan tubuh tidak kemasukan sebutir nasipun, manusia masih

mempunyai cadangan energi yang disebut glikogen. Cadangan yang

diperoleh dari karbohidrat ini bertahan selama 25 jam, dengan

demikian, anak atau seseorang yang menjalankan puasa tidak perlu

khawatir menjadi sakit karena tubuh mempunyai mekanisme alamiah

untuk mempertahankan dirinya. Secara prinsip denganberpuasa dapat

diperoleh hal-hal:

a. Mengistarahatkan organ-organ pencernaan

Manusia dalam kesehariannya atau diluar puasa bulan puasa ketika

sedang tidak berpuasa, alat-alat pencernaan di dalam tubuh akan

bekerja ekstra keras, oleh karena itu. Sudah sepatutnya alat

pencernaan tersebut diberi waktu untuk beristirahat, paling

sedikitnya selama satu bulan dalam setahun. Makanan yang masuk

40

Ibid., hlm. 75. 41

Jejen Musfah, Panduan danMakna Puasa, Menggapai Ridho Illahi Dibulan Suci,

Yogyakarta, Hihrah, 2003, hlm. 36

23

kedalam tubuh manusia (remaja) memerlukan proses pencernaan

kuramng lebih dari delapan jam yang terdiri dari empat jam

diproses di dalam lambung dan empat jam di usus kecil (ileum).

b. Membersihkan tubuh dari racun, kotoran dan ampas

Dalam tubuh manusia terdapat sampah berbahaya semisal feaces

atau tinja, urine, CO 2 dari keringat maka dari itu tubuh akan

terancam bahaya juka mengalami sembelit yang disebabkan oleh

menumpuknya sisa-sisa sari makanan (tinja) di usus yang

dampaknya akan menyebabkan tinja/racun terserap kembali pada

tubuh.

c. Mempercepat regenerasi kulit

Tubuh manusia(remaja) mengalami metabolisme energi yakni,

peristiwa perubahan dari energi yang terkandung dalam zat gizi

menjadi energi potensial dalam tubuh, sisanya akan disimpan

dalam tubuh, sel ginjal, sel kulit, pelupuk mata serta dalam bentuk

lemak dan glikogen. Cadangan gizi inilah yang akan membakar

menjadi energi jika jika tubuh tidak mendapat suplai pangan dari

luar, ketika berpuasa manusia (remaja) akan cadangan energi yang

tersimpan dalam organ-organ tubuh akan dikeluarkan, yang

akhirnya melegakan pernafasan organorgan tubuh dan sel

penyimpanan.42

Menghambat perkembangan atau pertumbuhan

bakteri, virus dan sel kanker. Dalam tubuh manusia (anak) terdapat

parasitparasit yang menumpang hidup termasuk menumpang

makan dan minum, dengan jalan menghentikan pemasukan

makanan. Maka kuman-kuman penyakit seperti bakteri-bakteri dan

selsel kanker tidak akan bisa bertahan hidup, mereka akan keluar

melalui cairan tubuh bersama sel-sel yang telah mati dan toksin.

d. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh

Adanya penambahan sel darah putih, hal ini berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh para ahli kesehatan. Meningkatkan daya serap

42

Rahman, loc.cit., hlm. 136-139.

24

tubuh, Umumnya orang hanya menyerap 35 % dari gizi makanan

yang dikonsumsinya dengan berpuasa penyerapan gizi dapat

mencapai 85 %.43

e. Menciptakan keseimbangan elektrolit di dalam lambung

Keberadaan zat kimia yang bersifat alkali dan bersifat asam di

dalam tubuh manusia (remaja) harus seimbang.

f. Memperbaiki fungsi hormon

Kelenjar endokrin akan menghasilkan zat-zat kimia yang

mengeluarkan hormon, jika tugasnya sudah selesai, maka

pengeluaran hormon akan dihentikan untuk sementara waktu

sambil menunggu tugas yang sama berikutnya, hal ini karena pada

saat-saat terttentu misalnya disaat sedih, gembira, cemas, bersikap

sosial dan sebagainya.

g. Meningkatkan fungsi organ reproduksi

Peningkatan fungsi organ reproduksi ini erat kaitannya dengan

peremajaan sel yang mendatangkan perubahan pada sel-sel

urogenitalis dan jaringan-jaringan organ reproduksi wanita, terjadi

perubahan metabolik pada saat menjalankan puasa, terutama yang

dilangsungkan lewat kelenjar-kelenjar endokrin.

h. Meremajakan atau mempercepat pegenasi sel-sel tubuh. Organ-

organ tubuh ketika manusia menjalankan puasa organ ini akan

dalam keadaan rileks, organ-organ tubuh disini terdiri dari

jaringan-jaringan yang merupakan kumpulan dari sel-sel sejenis

serta ada berbagai macam sel dalam tubuh manusia, antara lain sel

darah, sel tulang, sel syaraf, sel otot dan sel lemak.

i. Meningkatkan fungsi fisiologis organ tubuh.

Manusia (remaja) berpuasa berati memberikan kesempatan interval

selam kurang lebih empat belas jam bgi organ-organ tubuh seperti

lambung, ginjal dan lever, selama itu tubuh tidak menerima

makanan maupun minuman. Sehingga akan menimbulkan efek

43

Ibid., hlm. 140-142.

25

berupa rangsangan terhadap seluruh sel, jaringan dan organ tubuh,

efek rangsangan ini akan menghasilkan, memulihkan dan

meningkatkan fungsi fisiologinya, misalkan panca indra menjadi

semakin tajam dan peka.

j. Meningkatkan fungsi Syaraf.

Syaraf merupakan merupakan bagian yang sangat vital, karena

susunan syaraf terdiri dari otak dan syaraf tulang belakang,

permasalahannya otak bertindak atas dasar informasi yang

diterimaa terus menerus dan tiada putus-putusnya yang dibantu

oleh hormon dan syaraf, serta otak juga mengatur suhu badan

tekanan darah, keseimbangan kadar kimia dalam tubuh oksigen dan

karbon dioksida dalam darah, serta keadaan dan kadar berbagai zat

kimia yang dikirimkan dan diambil dari berbagai organ tubuh.44

2. Pengaruh Puasa terhadap kesehatan Rohani

a. Puasa dapat menghilangkan sifat hewaniyah

Dalam melakukan ibadah puasa tidak hanya diwajibkan menahan

lapar dan haus semata akan tetapi wajib pula menahan dan

menutup segala atau segenap panca indera dari semacam pengaruh

dan perbuatan maksiat dan harus mampu mencegah gerakan tubuh

maupun bisikan bathin yang dapat menimbulkan pengaruh pada

perbuatan jelek dan tidak terpuji.

b. Menciptakan dan meningkatkan daya nalar.

Biasanya puasa sebagai penapis dan penyaring yang selanjutnya

menentukan kadar ketakwaan seseorang (remaja). Mereka

membentuk watak yang kukuh tegak dalam segala keadaan dan

waktu. Tidak gampang terperdaya dari terpaan dan godaan,

lantaran menghujam direlung hati iman yang mapan. Malah yang

hebat lagi puasa dapat membersihkan rohani dan meningkatkan

nalar pikiran dari segala muskil kesukaran, serta merta mampu

mengentas derajat kemanusiaan.

44

Ibid., hlm. 141-148.

26

c. Nalar pikiran ke Alam Illahi.

Sudah banyak tokoh Islam atau para ulama‟ yang mashur, cerdas

lewat usahanya melalui puasa, acapkali membuahkan tulisan-

tulisan yang berharga seperti Buya Hamka, beliau melakukan

meditasinya lewat prosesi ibadah puasa, ada nalar yang mengarah

kepada ruh yang ditiupkan, disini istilahnya alam ilahiyah

d. Aku (Ego) lahir dan Aku bathin

Puasa merupakan intuisi disiplin moral dan fisik yang menerawang

ke alam ilahi, adalah tujuan mulua manusia (remaja) mencapai

tingkatan spiritual manusia yang paling tinggi.

e. Egois menjadi Ikhlas

Dalam perjalanan yang lebih nyat, penyakit egosentris acapkali

menggunakan golongan lain sebagai alat untuk mempengaruhi atau

menguasai sesuatu menjadi objek.

f. Puasa dan penyakit psikosomatik

Perlu adanya pembuktian adanya dari cabang ilmu kesehatan

misalnya ilmu urai tubuh (anatomi), ilmu pengobatan

(farmakologi), ilmu sebab-sebab penyakit (acteologi), ilmu asal

datangnya penyakit (patologi) dan ilmu ketentuan hilangnya

penyakit (prangnostik).45

Secara psikologis puasa juga dapat berfungsi sebagai

pencegah gangguan jiwa, hal ini didasarkan pada para pakar ilmu jiwa

yang menyimpulkan bahwa yang mendorong manusia bertindak,

berperilaku dan bekerja adalah berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang

dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kebutuhan jasmani dan

kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani (psikologis) merupakan

kebutuhan disiplin rohani dan melatih diri terhadap batasan-batasan

yang telah ditentukan. Melatih disiplin rohani artinya untuk

mengekang hawa nafsu dan dikendalikan kearah perbuatan-perbuatan

yang baik, yaitu ajaran supaya manusia siap menghadapi penderitaan

45

Ibid., hlm. 149-154.

27

dan cobaan serta menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dilarang

agama dan memperbanyak amal sholeh, kegiatan kemanusiaan dan

kaih sayang.46

Sedangkan menurut Al Ghazali Mukri manfaat puasa secara

psikologis dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Puasa sebagai pembersih jiwa dan pelatihjiwa, puasa berrarti

membersihkan jiwa dengan mentaati perintah Allah dan manjauhi

larangan-Nya. Puasa juga pelatihan jiwa agar selalu

menghambakan diri secara total kepada Allah SWT dengan

menahan nafsu makan, minum, dan seksual serta menahan segala

sesuatu yang menjadi kesenangan jiwa, semata-mata hanya

mencari ridho Allah.

b. Puasa sebagai tarqhiyah yaitu peningkatan rohani, puasa akan

mangangkat rohaniyah umat atas keinginan-keinginan materi

mereka, karena manusia memiliki dua unsur yang saling

bertentangan . jika unsur rohani (kejiwaan) yang menang maka ia

akan naik ketingkat malaikat. Bisa jadi inilah salah satu

kegembiraan yang dirasakan oleh setiap orang yang berpuasa,

setiap kali ia dapat menyempurnakan puasanya.

c. Puasa sebagai sarana tarbiyah dzaliyah yaitu pembinaan diri, puasa

dibulan ramadhan adalah sebuah madrasah dimana kaum muslimin

mengalami masa tarbiyah di dalamnya. Puasa bermakna mendidik

kesungguhan, jihat melawan hawa nafsu, membiasakan berlaku

sabar, dan menahan keinginan syahwat.47

Kemudian dengan memperhatikan dan mempelajari rahasia-

rahasia puasa, dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah memfardlukan

puasa atas manusia (remaja) terkandung makna beberapa hal,antara

lain:

46

Zakiyah Darajat, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Ruhama, 2003,

hlm. 27 47

Mukri, Ghazali, Menikmati Ramadhan Bersama Nabi, Yogyakarta: Tiga Lentera, 2001,

hlm 20-26

28

a. Untuk menanam rasa sayang dan ramah tamah kepada fakir

miskin, kepada anak yatim dan kepada orang yang melarat

hidupnya.

b. Untuk membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah. Kita

mengetahui, bahwa puasa itu suatu amalan Allah yang berat dan

sukar. Maka apabila kita dapat memelihara segala amanah dengan

sempurna terdidiklah kita untuk memelihara segala amanah yang

dipertaruhkan kepada kita.

c. Untuk menyuburkan dalam jiwa kita kekuatan menderita apabila

kita terpaksa menderita dan untuk menguatkan iradat, atau

kehendak kita dan untuk meneguhkan azimah atau keinginan dan

kemauan.48

4. Macam-macam puasa

a. Puasa wajib. (fardlu)

Puasa wajib disini bisa juga disebut dengan puasa fardlu, yang

terdiri dari Puasa Ramadhan, puasa qadla‟(mengganti puasa

Ramadhan yang batal pada hari-hari yang lain), puasa kifarat (puasa

yang diwajibkan karena melakukan pelanggaran terhadap ketentuan

agama). Dan puasa untuk melaksanakan nazar (puasa yang dijanjikan

oleh seseorang atas dirinya), semuanya hukumnya wajib, namun

biasanya yang dikategorikan puasa fardlu di sini adalah Puasa

Ramadhan.49

b. Puasa kafarat

Ialah Puasa yang wajib ditunaikan karena berbuka dengan

sengaja dalam bulan Ramadhan (dalam hal ini khilaf), bukan karena

sesuatu „udzur yang dibenarkan syara‟, karena bersetubuh dengan

sengaja dalam bulan ranadhan pada siang hari, karena membunuh

dengan tidak sengaja, karena mengerjakan sesuatu yang diharamkan

dalam Haji, serta tidak sanggup menyembelih binatang Hadyu, karena

48

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 49. 49

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, loc. cit., hlm. 76.

29

merusak sumpah dan berdziar terhadap istri50

(menyerupakan Bentuk

Tubuh Istri Disamakan Dengan Muhrimnya).

Puasa kafarat ini mempunyai beberapa bentuk. Diantaranya

puasa kafarat karena salah membunuh, puasa kafarat karena sumpah

dan nazar. Bentuk-bentuk ini mempunyai hukum-hukum tertentu.51

Puasa kafarat, ialah puasa yang wajib dikerjakannya untuk menutupi

sesuatu keteledoran yang telah kita (remaja) lakukan;

1) Karena merusak puasa dengan bersetubuh, yaitu dengan puasa dua

bulan berturur-turut.

2) Karena membunuh orang dengan tidak sengaja, yaitu puasa dua

bulan berturut-turut, jika tidak sanggup harus memerdekaan

seorang budak

3) Karena seseorang (remaja) mengerjakan sesuatu yang haram

dikerjakan dalam ihram, serta tidak boleh menyembelih binatang

Hadyu.52

c. Puasa yang diharamkan.

Ialah puasa yang dilakukan diwaktu hari raya Idul Fitri maupun

Idul Adha, pada hari Tasyriq (tanggal 11,12,13 zulhijjah ), istri

melakukan puasa sunnah tidak mendapatkan izin dari suami. Untuk

masalah puasa hari raya semua ulama‟ sepakat mengharamkan, kecuali

Imam Hanafi, alasannya berpuasa pada dua hari raya tersebut adalah

makruh yang diharamkan itu adalah hampir mendekati kepada haram,

sementara untuk masalah puasa di hari Tasyriq, para ulama‟ berbeda

pendapat, Imam Syafi‟i puasa hari Tasyriq hukumnya tidak dihalalkan,

baik pada waktu melaksanakan ibadah haji atau bukan, Imam

Hambali; tidak diharamkan berpuasa pada hari tasryiq, selain

melaksanakan haji, tetapi tidak diharamkan kalau pada waktu

melaksamnakan haji, Imam Hanafi; berpuasa pada hari Tasyriq adalah

makruh hanya diharamkan pada hari 11 dan 12 Zulhijjah pada waktu

50

Ibid., hlm. 77. 51

Rahman Sani, op.cit., hlm. 35. 52

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 165.

30

selain haji, tapi tidak diharamkan kalau dalam melaksanakan ibadah

haji, sementara puasa sunnahnya istri ulama‟ sepakat bahwa istri tidak

boleh berpuasa sunnah tanpa mendapatkan izin suaminya, kalau

puasanya mengganggu hak-hak suaminya selain menurut Imam

Hanafi, beliau mengatakan puasa istri tanpa izin suaminya adalah

makruh saja bukan haram.53

d. Puasa makruh,

Ada beberapa pendapat tentang puasa ini, para ulama‟ Hanya

hari jum‟at saja, puasa hari sabtu saja, sehari atau dua hari sebelum

puasa Ramadhan serta puasa separuh terakhir pada bulan Sya‟ban yang

tidak ada hubungannya dengan hari-hari sebelumnya dan tidak ada

sebab yang mengharuskan atau mewajibkan untuk berpuasa.

e. Puasa yang disunnahkan.

Puasa yang dilaksanakan diluar bulan Ramadhan sebagai

tambahan yang dianjurkan. Serta dapat melengkapi yang fardlu apabila

tidak ada kekurangan atau cacat padanya. Puasa sunnah dapat

diistilahkan dengan puasa tathawu‟ antara lain; puasa enam hari di

bulan syawal, puasa tanggal 9 Dzulhijjah, puasa „Assyura dan Tasyu‟a

yaitu hari yang kesepuluh dan kesembilan di bulan Muharram, puasa

tiga hari di tiap-tiap bulan (tanggal 13, 14, 15, bulan qamariah), puasa

senin kamis, puasa di bulan-bulan haram (Dzulqo‟dah, Dzulhijjah,

Muharram, dan Rajab)54

, puasa di bulan Sya‟ban dan puasa Daud,

yaitu puasa sehari puasa sehari tidak puasa, puasa setiap hari senin dan

hari kamis55

, serta puasa lain yang tidak menentang pada syara‟.

f. Puasa Sya‟ (ragu-ragu)

Puasa hari sya‟ itu biasanya dikerjakan ketika apakah sudah

masuk bulan Ramadhan atau belum, kemudian ada titik terang bahwa

hari tersebut masuk bulan ramadhan, oleh para ulama‟ ada khilafiyah

untuk masalah mengqhadha‟ atau apakah mendapat pahala, menurut

53

Rahman Sani, op.cit., hlm. 39-41. 54

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit. hlm. 77. 55

Rahman Sani, op.cit., hlm. 43

31

Imam Hanafi ia mendapatkan pahala dan tidak wajib mengqhada‟.

Tapi untuk Imam Syafi‟i , Imam Hambali, Imam Maliki, berpendapat

puasanya tidak mendapatkan pahala dan ia harus mengqhada‟nya.56

5. Syarat rukun puasa

a. Niat

Orang yang menjalankan puasa haruslah melakukan niat

didalam hati dimalam hari, karena setiap perbuatan dikatakan sah

apabila disertai dengann niat, amal (perbuatan) tanpa niat maka sia-

sialah perbuatan tersebut, begitu pula untuk puasa diwajibkan untuk

niat. Niat diwajibkan bagi puasa yang wajib ataupun puasa nazar tapi

untuk puasa sunah tidak disyaratkan niat pada malam hari namun yang

penting niat sebelum tergelincirnya matahari walaupun pada malamnya

tidak ada niat untuk puasa. Disamping itu juga puasa untuk setiap

harinya merupakan ibadah yang tersendiri-sendiri, jadinya untuk setiap

melakukan puasa, wajib melakukan niat didalam hari pada waktu

malam harinya, pada tiap-tiap malam.57

Dari Hafshah Ummul Mukminin bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi

wa Sallam bersabda: "Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum

fajar, maka tidak ada puasa baginya." Riwayat Imam Lima.

Tirmidzi dan Nasa'i lebih cenderung menilainya hadits mauquf.

Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban menilainya shahih secara

56

Ibid., hlm. 42. 57

Bulughul Maram, Dani Hidayat - [email protected], Hadist ke 490

32

marfu'. Menurut riwayat Daruquthni: "Tidak ada puasa bagi

orang yang tidak meniatkan puasa wajib semenjak malam." 58

Jadi yang dikehendaki dalam ibadah puasa disini adalah harus

adanya niat, untuk membedakan antar ibadah satu dengan yang

lainnya.

b. Menahan diri dari makan dan minum serta bersetubuh dan sengaja

muntah

Pengertian puasa menuju sehat secara syar‟i adalah menahan

dan mencegah kemauan dari makan, minum. Bersetubuh dengan istri,

dan yang semisalnya sehari penuh, dari terbit fajar siddiq (waktu

subuh) hingga terbenamnya matahari59

(waktu maghrib), dengan

tunduk dan mendekatkan diri kepada Allah. Jadi dengan sendirinya

orang (remaja) yang puasa tidak boleh makan dan minum dengan

sengaja pada waktu yang dilarang ketika puasa, tapi apabila tidak

sengaja maka mereka (remaja) wajib qadla‟, ini menurut Ulama‟

madzab namun untuk masalah pembayaran kafarah para Ulama‟

madzab berbeda pendapat, Imam Hanafi mewajibkan membayar

kafarah, sedangkan Imam Syafi‟i dan Imam Hambali tidak

mewajibkan membayar, tetapi bagi orang yang makan dan minum

dengan atau karena lupa, maka tidak harus mengqhada‟ dan tidak pula

membayar kafarah.60

Apalagi mereka melakukan bersetubuh diwaktu

puasa, maka mereka wajib mengqhada‟ dan membayar kafarah, ini

menurut Ulama‟ madzhab. Sementara membayar kafarahnya adalah

dengan memerdekakan budak, dan apabila tidak mendapatkan atau

tidak bisa membeli budak61

, maka ia (remaja) harus berpuasa selama

dua bulan berturut-turut. Dan jika tidak mampu, maka mereka (remaja)

harus memberikan, akan kepada enam puluh orang fakir miskin.

58

Syeih Ibrahim Al-Bajuri, Hasiyah Al-Bajuri „Ala Ibnu Qasim Al-Ghurry, (Bandung:

Al-Ma‟arif, tth). Juz 2, hlm. 288. 59

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 82. 60

Rahman Sani, loc. cit., hlm. 20. 61 Teungku Muhamad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 21.

33

Namun seandainya mereka (remaja) tidak mampu maka mereka

(remaja) berhak atas pemberian itu, untuk masalah muntah diwaktu

puasa dengan sengaja maka puasanya dapat merusak puasanya dan

wajib mengqadla‟nya ini menurut Imam Syafi‟i , dan Imam Maliki,

sedang menurut Imam Hanafi, orang yang muntah tidak membatalkan

puasa, kecuali kalau muntahnya sampai memenuhi mulutnya,

sementara Imam Hambali berpendapat muntah karena terpaksa tidak

membatalkan puasa.62

6. Syarat-syarat wajib puasa

a. Islam

Puasa dalah ibadah Islamiyah, tidak sah dilakukan oleh orang

yang bukan Islam, apabila seseorang kafir, baik asli, beribu bapa kafir,

besar dalam kekafiran63

atau kafir murtad berniat berpuasa, maka

tidaklah sah puasanya. Apabila seorang (remaja) muslim yang sedang

berpuasa menjadi murtad karena mencela agama Islam, atau

mengingkari sesuatu hukum Islam yang diijma‟i oleh umat atau dia

mengerjakan sesuatu yang merupakan penghianatan bagi Al-Qur‟an

atau memaki seorang Nabi, niscaya keluar mereka dari Islam dan

batallah puasanya.64

Namun untuk wanita diketahui dengan keluar

darah haid, sekitar umur 9- 11 tahun, akan tetapi untuk batasan itu

tidaklah mutlak, yang penting berapa umur anak itu yang esensi

mereka keluar air sperma untuk laki-laki, keluar darah haid bagi

wanita.

b. Baligh (sampai umur)

Dalam pelaksanaan ibadah puasa, bagi orang (remaja) muslim

haruslah berumur baligh, batasan antara laki-laki dan wanita beda,

untuk batasan laki-laki ditandai dengan keluarnya air sperma (mimpi

basah) kira-kira berumur 10-13 tahun.

62

Rahman Sani, op.cit., hlm. 28 63

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 86. 64

Syeih Al-Bajuri „Ala Ibnu Qasim Al-Ghuzi, loc.cit., hlm. 287.

34

c. Berakal

Ibadah puasa haruslah dilaksanakan oleh orang (remaja) yang

muslim yang berakal, serta tamyiz (bisa membedakan perkara yang

baik dan perkara yang buruk). Orang (remaja) gila tidak boleh

melakukan ibadah puasa karena orang gila tidak termasuk mukallaf

(orang yang kena tuntutan ibadah), maka dengan demikian puasa tidak

wajib bagi orang (remaja) gila ketika sedang gila dan kalau dia

berpuasa, maka puasanya tidak sah, anak kecil tidak diwajibkan

berpuasa, tetapi puasanya tetap sah kalau anak tersebut sudah

mumayyiz.65

d. Suci dari haid dan nifas bagi wanita

Khusus bagi wanita yang haid nifas jika mereka melaksanakan

puasa maka puasanya tidak syah (batal), serta mereka harus

mengqhada‟ puasanya, sebagaimana hadits;

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam telah

menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata, telah

menceritakan kepada saya Zaid dari 'Iyadh dari Abu Sa'id

radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda: "Apabila (seorang wanita) sedang mengalami haidh,

maka dia tidak shalat dan tidak puasa. Yang demikian itu

menunjukkan kurangnya agamanya.

e. Berada dikampung, kota, tidak wajib atas orang musafir orangyang

bepergian).

Diwajibkan puasa bagi orang Islam (remaja) itu ketika

mereka berada di Desanya, namun ketika bepergian maka mereka

diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Itupun kalau mereka

65

Rahman, op.cit.,hlm. 17.

35

menggunakan Rukhsah (keringanan) itu. Asalkan keluarnya mereka

sesuai dengan syarat-syarat yang diperbolehkan untuk melakukan

Shalat Qashar.66

f. Mampu/kuasa untuk berpuasa, tidak wajib atas orang yang lemah dan

orang sakit

Imam empat madzhab mengemukakan, kalau orang yang

berpuasa sakit dan menghawatirkan dengan dirinya, ketika mereka

(remaja) berpuasa maka mereka (remaja) bila suka berpuasalah dan

bila tidak maka berbukalah tertapi tidak ada ketentuan (keharusan)

berbuka baginya, karena berbuka itu merupakan rukhsah (keringanan),

bukan keharusan bagi orang yang berada sakit.67

Untuk mengetahui

apakah mereka (orang yang berpuasa) itu sakit atau penyakitnya akan

bertambah parah bila mereka berpuasa, maka cukuplah baginya

menggunakan perkiraan atau ijtihadnya sendiri. Kalau dirinya sangat

lemah, maka hal tersebut bukan menjadi sebab untuk diperbolehkan

berbuka puasa (selama kelemahan itu sudah biasa bagi dirinya) karena

yang menjadi sebab diharuskannya (kewajiban) berbuka adalah sakit

itu sendiri, bukan karena kelemahan, keletihan atau kelelahan.68

g. Fardlunya puasa, ada empat fardlunya puasa;

1) Niat

Orang yang berpuasa haruslah melakukan niat didalam

hatinya diwaktu malam harinya69

, karena niat merupakan bagian

dari ibadah itu sendiri. Sebab setiap perbuatan yang ada sangkut

pautnya dengan ibadah maka niatlah yang dijadikan patokan sah

tidak diterimanya amal perbuatan manusia (remaja), puasa yang

diharuskan niat diwaktu malam harinya hanyalah puasa wajib,

66

Rahman, op.cit., hlm. 13. 67

Ibid., hlm. 9. 68

Ibid., hlm. 8. 69

Teungku Muhammad Hasbi AS-Shiddieqy, loc.cit., hlm. 80.

36

puasa nazar. Namun untuk puasa yang sunah niatnya yang penting

sebelum tergelincirnya matahari.70

2) Menahan dari makan dan minum

Arti puasa itu sendiri menahan diri dari makan dan minum,

dengan sendirinya ketika seseorang (remaja) menjalani ibadah

puasa maka mereka haruslah menahan dari perkara yang dilarang

dalam puasa, termasuk dalam masalah makan dan minum.

Menahan diri ini dimulai dari terbit fajar hingga terbenam

matahari.71

3) Menahan tidak bersetubuh

Orang puasa sengaja bersetubuh maka mereka wajib

mengqhada‟ puasanya serta wajib membayar kafarah, untuk

kafarahnya menurut ulama‟ madzhab adalah; dengan

memerdekakan budak, dan bila tidak mendapatkan, maka mereka

(remaja) harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Dan jika

tidak mampu, maka mereka (remaja) harus memberi makanan

kepada enam puluh orang fakir miskin, apabila mereka (remaja)

tidak mampu justru mereka (remaja) mendapat santunan atau

sumbangan itu.

4) Tidak dengan sengaja memasukkan sesuatu lewat lubang

Orang (remaja) yang berpuasa dilarang memasukkan

sesuatu kedalam lubang yang menjurus kearah perut, bentuk

apapun yang penting sesuatu itu ketika dimasukkan mengarah atau

menjurus ke arah perut.72

C. Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fikih Dan Pengamalan Ibadah

Puasa Ramadhan

Fikih adalah ilmu yang menerangkan segala hukum syara yang

berhubungan dengan perbuatan para mukallaf yang dikeluarkan (diistinbatkan)

dari dalil-dalil yang tafshili, sedangkan puasa meruakan ibadah wajib bagi

70

Syeih Al-Bajuri „Ala Ibnu Qasim Al-Ghuzi, loc.cit.,hlm. 288-289. 71

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 83. 72

Syeih Al-Bajuri „Ala Ibnu Qasim Al-Bajuri, op.cit., Juz. 2.

37

penganut ajaran Islam. Sehingga dalam pelaksanaannya perlu diterangkan

dengan baik dan benar dalammateri fikih. Karena dimungkinkan akan terjadi

salah tafsir dalam penerapannya, jika hal-hal yang berkaitan dengan syarat

rukun dari puasa tidak diterangkan dalam mata fikih.

Jadi pemahaman materi pelajaran fikih yang berkaitan dengan ibadah

puasa mutlak diperlukan oleh murid, untuk menghindari kesalah pahaman

dalam menafsirkannya.

D. Kajian Yang Relevan

Dalam penulisan ini beberapa buku dan karya ilmiah dijadikan sebagai

acuan dalam penulisan, yaitu:

1. Skripsi yang berjudul Hikmah Puasa Dalam Meningkatkan Pendidikan

Spiritual Anak. Skripsi. Semarang ditulis oleh Sabiq Khoeron. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hikmah yang terkandung dalam

melaksanakan ibadah puasa, ada hikmah yang terbersit dalam pelaksanaan

ibadah puasa itu sendiri, baik itu berdampak pada kondisi

seseorang/pelaku puasa (aspek jasmani) dalam hal ini anak (remaja), atau

secara terimplikasi terhadap seseorang/pelaku puasa (aspek rohani) bahkan

dalam aspek sosial (interaksi dengan yang lain). (2) Pelaksanaan puasa

sedikit banyak akan berpengaruh kepada seseorang/pelakunya, karena ada

sebuah batasan yang mengakibatkan para seorang/pelaku puasa akan

tersekat dengan prosesi ibadah puasa itu sendiri. (3) Tujuan dari sebuah

hidup seseorang adalah untuk mencapai derajat ketakwaan kepada Allah

SWT. walaupun dalam mencapai derajat itu butuh proses yang panjang,

namun usaha untuk meningkatkan serta menambah pengabdian kepada

Allah SWT. perlu ditingkatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dalam ibadah puasa dalam hubungannya dengan peningkatan pendidikan

spiritual anak (remaja) disini sedikitnya ada tiga aspek yang terkandung

ketika seseorang (remaja) yaitu; Pertama, Aspek Rohani, Kedua, Aspek

sosial, Ketiga, Aspek Spiritual. Ketiga aspek akan terwujud apabila

seseorang (remaja) dalam melaksanakan ibadah puasa dengan sungguh-

sunguh, tidak hanya merasakan rasa lapar dan haus namun benar-benar

38

menikmati dan mengamalkan prosesi itu. Semisal dalam aspek rohani,

seseorang (remaja) bisa memelihara dan menahan pandangan mata dari

melihat sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT. Seperti melihat sesuatu

yang akan menarik perbuatan maksiat/durhaka. Atau dari aspek sosial,

seseorang akan merasakan lapar, sama-sama laparnya seorang miskin

ketika tidak makan diwaktu selain puasa, ataupun remaja akan belajar

bagaimana memberikan v zakat ketika akhir bulan Ramadhan kepada fakir

miskin sebagai manifestasi kepedulian sosial. Bahkan dari aspek spiritual,

seseorang (remaja) akan meningkatkan ibadahnya kepada Allah, karena

adanya unsur fitrah yang diberikan kepada dirinya, disamping itu adanya

rasa membutuhkan spiritual atau agama (disini diartikan rasa ketenangan

jiwa dalam kelangsungan hidup. Berdasarkan hasil penelitian ini

diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi muslim,

mahasiswa, pelajar, peneliti, dan semua manusia yang merasakan betapa

nikmatnya hikmah yang terkandung dalam prosesi ibadah puasa itu

sendiri.

2. Skripsi yang berjudul Korelasi Prestasi Belajar Fiqh Dengan Pengamalan

Ibadah Shalat dan Puasa Siswa Kelas VIII MTs. al-Falah Margoyoso

Kalinyamatan Jepara 2006, skripsi ditulis oleh Analis Shofiyati. Penelitian

ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Data dikumpulkan dengan

menggunakan metode : 1) Observasi, yaitu untuk memperoleh data yang

berkaitan dengan keadaan umum MTs. al-Falah Margoyoso Kalinyamatan

Jepara, 2) Angket atau kuesioner, yaitu untuk mengumpulkan data tentang

pengamalan ibadah shalat dan puasa melalui pertanyaan yang berkaitan

dengan pengamalan ibadah shalat dan puasa, 3) Dokumentasi, untuk

mengetahui sejarah, struktur organisasi dan keadaan guru dan siswa kelas

VIII MTs. al-Falah. Analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi

satu prediktor, dengan prestasi belajar fiqh mempunyai korelasi positif

dengan pengamalan ibadah shalat siswa kelas VIII MTs. al-Falah sebesar

15,09744158. Angka ini lebih besar dari F tabel, baik pada taraf

signifikansi 5% (5 : 86) = 3,92, maupun pada taraf signifikansi 1% (1 : 86)

39

= 6,85. Mengingat F hitung lebih besar dari F tabel, maka hipotesis yang

berbunyi : “Ada korelasi positif antara prestasi belajar fiqh dengan

pengamalan ibadah shalat siswa kelas VIII MTs. al-Falah Margoyoso

Kalinyamatan Jepara” diterima. Dan juga prestasi belajar fiqh mempunyai

korelasi positif dengan pengamalan ibadah puasa siswa kelas VIII MTs. al-

Falah sebesar 9,545986567. Angka ini lebih besar dari F tabel, baik pada

taraf signifikansi 5% (5 : 86) = 3,92, maupun pada taraf signifikansi 1% (1

: 86) = 6,85. Mengingat F hitung lebih besar dari F tabel, maka hipotesis

yang berbunyi : “Ada korelasi positif antara prestasi belajar fiqh dengan

pengamalan ibadah puasa siswa kelas VIII MTs. al-Falah Margoyoso

Kalinyamatan Jepara” diterima. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan

menjadi bahan informasi dan masukan bagi Madrasah Tsanawiyah,

khususnya bagi Kepala Sekolah, guru, atau tenaga pengajar dan siswanya

agar selalu meningkatkan prestasi belajar, khususnya mata pelajaran fiqh.

E. Pengajuan Hipotesis

Maksud dari hipotesis penelitian adalah Pernyataan tentatif yang

merupakan dugaan atau terkaan apa saja yang kita amati dalam usaha untuk

memakainya73

. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, bahwa hipotesis adalah

pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih harus dibuktikan

kenyataanya 74

Dua pengertian diatas, pada hakekatnya hipotesis merupakan kesimpulan

atas kondisi yang masih sementara, namun demikian konklusi yang diambil

tidak boleh dilakukan dengan sembarangan.

Berpijak dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan

hipotesis sebagai berikut : “Ada hubungan positif antara Pemahaman Mata

Pelajaran Fikih Dengan Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3

Mi Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes”

73

S. Nasution, Prof.Dr.MA, Metode Research ( Jakarta: Bumi Aksara, 2003 ) hal. 39 74

Sutrisno Hadi, Statistik jilid II, (Yogyakarta: Andi, 2001 ), hal 257

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan rumusan masalah yang

tercantum dalam proposal penelitian, maka tujuan penulisan penelitian ini

adalah:

1. Ingin Mengetahui Pemahaman Mata Pelajaran Fikih Siswa Kelas 3 MI

Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ?

2. Ingin Mengetahui Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI

Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ?

3. Ingin Mengetahui Kualitas Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI

Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ?

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Dengan judul penelitian hubungan pemahaman mata pelajaran fiqh

dengan pengamalan ibadah puasa ramadhan kelas III di MI Nurul Hikmah

Kalibuntu Losari Brebes, maka peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Waktu penelitian : 26 Nopember 2010 s/d 25 Januari 2011

2. Tempat penelitian : MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

C. Variabel Penelitian

Dalam suatu penelitian variabel merupakan suatu hal yang pokok, karena

variabel merupakan Obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian1.

Variabel merupakan Obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian.2 Dan dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu meliputi :

1 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Rineka Cipta,

2001), hal 62 2 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka

Cipta, 2001), hlm. 62

41

a. Variabel pertama merupakan variabel bebas (independent variable),

adalah Pemahaman Mata Pelajaran Fikih, dengan indikator-indikatornya

sebagai berikut :

1) Mampu memahami syahadat dengan benar

2) Mampu memahami ibadah sholat

3) Mampu memahami ibadah puasa

b. Variabel kedua merupakan variabel terikat (dependent variable), adalah

Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan, dengan indikator-indikatornya

sebagai berikut:

1) Melaksanakan ibadah puasa

2) Menjalankan ibadah puasa dengan benar

3) Melakukan puasa hanya karena Allah

D. Metode Penelitian

Maksud dari penggunaan metode penelitian adalah agar pelaksanaan

suatu penelitian mencapai hasil yang maksimal. Dan dalam penelitian ini

peneliti menggunakan metode survei dengan teknik analisa pruduct moment.

Pendekatan survei dilakukan untuk mengumpulakn data tentang variabel-

variabel yang menjadi obyek penelitian, kepada sejumlah guru yang berjumlah

cukup banyak dalam waktu yang bersamaan.

E. Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel

Obyek penelitian dalam penulisan penelitian ini adalah semua murid di

MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes. Dalam penelitian ini karena

murid kelas 3 MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes jaumlahnya kurang

dari 100 yaitu 22 murid, maka penulis mengambil sampel secara keseluruhan

atau yang disebut sampel populasi. Seperti yang diterangkan oleh Suharsini

Arikunto bahwa Populasi merupakan keseluruhan dari obyek penelitian.3

3 Suharsini Arikunto, op.cit, hal 102

42

Prof.Dr. Sutriso Hadi menyatakan bahwa Sampel merupakan bagian

yang diambil dari populasi yang dijadikan sebagai sasaran dari populasi 4 Jadi

yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari papulasi, yaitu

22 murid kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.

Teknik atau prosedur cara pengambilan sampel menurut Dr. Suharsini

Arikunto menyatakan Jika subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik

diambil semuanya sehingga merupakan penelitian populasi, jika subyeknya

besar dapat diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih5 Dari

sejumlah populasi sebanyak 22 murid kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu

Losari Brebes, dalam penelitian ini penulis akan mengambil sampel sebesar

100 % atau yang disebut dengan sampel populasi.

F. Tekink Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data diinginkan untuk memperoleh data yang

diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur maupun data yang

dihasilkan dari data empiris. Dalam studi literatur, penulis menelaah buku-

buku, karya tulis, karya ilmiah, maupun dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan tema penelitian untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dan alat

utama bagi praktek penelitian lapangan.

Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat dalam suatu penelitian,

diperlukan adanya metode pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan

penelitian, dan dalam hal ini penulis menggunakan metode sebagai berikut :

a. Data Kepustakaan ( Library Research )

Digunakan untuk mencari data atau fakta dari teori, yang dapat

mendukung pemahaman penulisan skripsi ini, yaitu buku-buku yang dapat

mendukung landasan teori baik tentang pemahaman mata pelajaran fiqh

maupun buku-buku yang mengupas masalah puasa.

4 Sutrisno Hadi, op.cit, hal 104

5 Suharsini Arikunto, op.cit., hal 107

43

b. Penelitian Lapangan ( Field Research )

Dilakukan ditempat terjadinya gejala – gejala, dan pelaksanaannya

menggunakan metode – metode sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Metode Observasi adalah merupakan kegiatan Menatap

kejadian, gerak atau proses, mengamati bukanlah pekerjaan yang

mudah karena manusia banyak dipengaruhi oleh minat dan

kecenderungan – kecenderungan yang ada, dengan kata lain harus

obyektif 6 Observasi adalah metode yang digunakan melalui

pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap

suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.7 Metode ini

digunakan secara langsung untuk mengamati keadaan tentang

pemahaman mata pelajaran fiqh dengan pengamalan ibadah puasa

ramadhan.

Jadi dalam penelitian ini metode observasi penulis gunakan

untuk melihat, mencatat dan mengamati gejala dan fenomena yang

terjadi di lapangan yang terkait dengan veriabel penelitian. Sehingga

kegiatan ini dapat mengumpulkan data yang berhubungan dengan

veriabel bebas maupun variabel terikat, sebagai pendukung pokok

permasalahan dalam penulisan penelitian ini.

2. Metode Interview

Di dalam buku berjudul Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah

dinyatakan bahwa Interview adalah suatu metode untuk mendapatkan

data anak atau orang, dengan mengadakan hubungan langsung dengan

informan 8 Interview atau wawancara adalah metode yang dilakukan

melalui dialog, secara langsung antara pewawancara (interviewer)

6 op.cit., hal 205

7 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 146

8 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, (Penerbit fak. psikologi

UGM, Yogyakarta 1998), hal 54

44

dengan terwawancara (interviewee) untuk memperoleh data atau

informasi yang dibutuhkan.9

Metode ini digunakan untuk mengadakan wawancara kepada

kepala sekolah, beberapa guru dan beberapa siswa yang ada di MI

Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.

Jadi interview merupakan metode untuk memperoleh data

dengan cara pendekatan personal atau face to face relation dengan

orang lain, sehingga data yang diperoleh akan lebih jelas dan tepat,

selebihnya dapat menyebabkan hubungan pribadi yang lebih akrab.

3. Metode Questionnaire ( Angket )

Metode questionnaire atau angket dilakukan dengan menyebar

angket atau daftar pertanyaan kepada responden yang menjadi wakil

dari populasi, dan metode ini difungsikan untuk memperoleh data yang

terkait dengan variabel – variabel penelitian. Angket adalah suatu

daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur

(responden).10

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data dari murid

kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes yang

berhubungan dengan hubungan pemahaman mata pelajaran fiqh

dengan pengamalan ibadah puasa ramadhan kelas 3 di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.

Adapun angket (kuesioner) yang dipergunakan dalam penelitian

ini adalah kuesioner (angket) tertutup, yaitu angket terstruktur yang

telah memuat alternatif jawaban sehingga responden tinggal memilih

jawaban yang tersedia.11

4. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi yaitu merupakan kegiatan Mencari data

mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, surat

9 Ibid, hlm. 145.

10 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 171

11 Zubaidi, Evaluasi Pembelajaran, (Semarang: Fakta IAIN Walisongo, 2001), hlm. 40.

45

kabar, majalah, notulen agenda dan lain – lain 12

Dokumentasi yaitu

mencari atau menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,

majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian,

dan sebagainya.13

Dokumentasi adalah salah satu metode yang

digunakan untuk mencari data-data otentik yang bersifat dokumentasi,

data itu berupa data catatan harian, memori atau catatan penting

lainnya. Adapun yang dimaksud dengan dokumentasi adalah data-data

dokumen yang tertulis.14

Dengan metode ini penulis dapat

mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan kajian yang berasal

dari dokumen di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.

Dalam penelitian ini metode dokumentasi juga diefektifkan untuk

memperoleh data tentang : letak geografis, keadaan guru dan

karyawan, keadaan bangunan dan fasilitasnya dan lain – lain.

G. Teknik Analisa Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kuantitatif

yaitu suatu analisis yang terdapat kumpulan bahan, keterangan-keterangan

yang berwujud angket (analisis statistik).

Dalam menganalisis data menggunakan teknik analisa data statistik,

yaitu menggunakan nilai angka tentang pengaruh kepemimpinan kepala

madrasah terhadap motivasi mengajar guru di MI Nurul Hikmah Kalibuntu

Losari Brebes. Dan untuk menganalisa data tersebut dilakukan beberapa tahap.

Setelah data secara keseluruhan terkumpul maka langkah selanjutnya

adalah dengan pengajuan melalui pengujian yaitu merubah data dalam bentuk

kualitatif menjadi bentuk kuantitatif. Dan dalam prosesnya melalui tiga tahap,

yaitu :

12

Suharsini Arikunto, op.cit, hal 78 13

Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 206. 14

Irawan Sarlito, ”Metode Penelitian Sosial, ” (Bandung : PT Rosdakarya, 2000), cet IV,

hlm. 71-73

46

1. Analisa Pendahuluan

Pada proses pendahuluan yang dilakukan penulis adalah mengolah data

kualitatif menjadi data kuantitatif, yaitu dengan cara memberi skor pada

jawaban responden sesuai dengan jawaban kualitatif.

Sesuai dengan tujuan penelitian adalah usaha memecahkan masalah, maka

dalam analisanya penulis membagi kategori jawaban menjadi empat

kategori, yaitu sebagai berikut :

- Untuk alternatif jawaban ( a ) diberi skor 4

- Untuk alternatif jawaban ( b ) diberi skor 3

- Untuk alternatif jawaban ( c ) diberi skor 2

- Untuk alternatif jawaban ( d ) diberi skor 1

2. Analisis Uji Hipotesis

Pada tahap ini penulis menganalisis uji hipotesis dengan melakukan

perhitungan statistik, dengan cara mengubah data kualitatif menjadi data

kuantitatif.

Adapun untuk menguji kebenaran hipotesanya, penulis menggunakan

analisis statistik yaitu dengan teknik korelasi product moment, dengan

rumus sebagai berikut :

rxy =

))(( 22

yx

xy

keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variable x dan variable y

xy = jumlah product moment x dan y

Dari hasil perhitungan product moment (rxy) tersebut, kemudian

dikonsultasikan dengan tabel interpretasi korelasi product moment

3. Analisis Lanjutan

Di dalam analisis ini, penulis menginterpretasikan hasil yang telah

diperoleh, sehingga pada akhirnya akan dapat diketahui “Sejauh mana

47

hubungan pemahaman mata pelajaran fikih dengan pengamalan ibadah

puasa ramadhan siswa kelas 3 MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes”

Dengan ketentuan jika r 0 ( hasil perhitungan ) telah

dikonsultasikan dengan r tabel maka akan muncul interpretasi yang

diharapkan, sehingga rumusan dari hipotesis yang penulis ajukan, dapat

diterima atau justru ditolak

48

BAB IV

ANALISIS TENTANG

HUBUNGAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIKIH DENGAN

PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN SISWA KELAS 3

MI NURUL HIKMAH KALIBUNTU LOSARI BREBES

A. Gambaran Umum Madrasah MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes salah satu diantara sekian

banyak lembaga pendidikan pada tingkatan dasar yang bercirikan pendidikan

Islam. Keberadaan Madrasah Ibtida’iyah (MI) berada dibawah naungan

departemen agama dan sebagian mata pelajaran umum berkolaborasi dengan

departemen pendidikan nasional. Jadi di Madrasah Ibtida’iyah (MI) disamping

mempunyai muatan agama Islam juga peserta mendapatkan pelajaran umum

yang diperlukan untuk ketrampilan hidupnya kelak.

1. Letak Goegrafis MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes berada di jalan raya desa

Pedukuhan Bojong Kalibuntu. Dan secara geografis MI Nurul Hikmah

Kalibuntu Losari Brebes diabatasi oleh:

a. Sebelah barat : berbatasan dengan jalan raya

b. Sebelah utara : berbatasan dengan tanah masyarakat

c. Sebelah timur : berbatasan dengan kali Cimanis

d. Sebelah selatan : berbatasan dengan Puskesmas Pembantu

Secara geografis MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes berada

pada lingkungan yang mudah dijangkau baik dengan berjalan kaki maupun

dengan berkendaraan, karena letaknya di tepi jalan raya dan berada di

komunitas penduduk. Ditinjau dari sisi lingkungan masyarakat MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, maka dalam masyarakat setempat

termasuk pada lingkungan yang peduli pada pendidikan, yaitu terutama

pada pendidikan agama Islam.

49

Sehingga dengan berdirinya MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari

Brebes, mayarakat berharap dapat berdampak positif terhadap generasi

muda, untuk dapat mengenali, memahami, dan melaksankan ajaran Islam

dengan sebenar-benarnya. Dan dimasa yang akan datang dapat tercipta

sebuah generasi yang berakhlakul karimah, yang hidup dalam baldatun

toyyibatun wa Robbun ghofuur.

2. Sejarah Berdirinya MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

Setuap individu, setiap benda, ataupun setiap lembaga pasti

mempunyai sejarah awal mulanya. Demikian pula dengan keberadaan MI

Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, adalah bagian dari sekian banyak

lembaga pendidikan yang berciri khas Islam, yang ikut serta dalam

mencetak generasi yang cerdas dan berakhlakul karimah.

MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes berdiri pada tahun 1999

yang telah meiliki 6 ruang kelas dan satu kantor. Gedung MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes merupakan swadaya masyarakat desa

Kalibuntu dengan ukuran 24,5 x 7 meter. Adapun gedungnya berdiri di

atas tanah desa (bondo deso) dengan hak guna pakai bangunan madrasah.

3. Visi Misi Tujuan Dan Sasaran MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari

Brebes

Agar setiap warga belajar MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari

Brebes dalam melaksanakan tugas selalu mengutamakan tujuan yang

hendak dicapai oleh madrasah, maka MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari

Brebes mencanakan visi misi dan tujuan serta sasaranya sebagai berikut:

a. Visi MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

Visi MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes adalah

“BERNAUNG” (Betiman, Akhlakul Karimah, dan Unggul Dalam

Prestasi)

b. Misi MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

1) Peserta Didik

Siswa diarahkan menjadi manusia yang cerdas, terampil,

berwawasan kebangsaan dan berbudi pekerti yang luhur, sehingga

50

terwujud peserta didik yang berkarakter keimanan dan ketaqwaan

kepada Allah, dengan indikasi:

a) Melaksanakan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya

b) Berdisiplin tinggi dan menjadi teladan bagi yang lain

c) Solidaritas dan toleransi antar sesama

d) Mengadakan kegiatan keagamaan yang bersifat rutin sperti;

tadarus Al-Qur’an, sholat sunah dhoha, al-Barzanzi, dan

idstighosah.

2) Guru

Guru profesional yang kemampuan merencanakan proses

pembelajaran dengan pendekatan yang bertumpu pada upaya

pembangkitan peserta didik untuk berpartisipasi aktif baik secara

fisik maupun mental emosional dalam proses pembelajaran

sehingga kemampuan berkompetisi.

3) Madrasah

Madrasah diharapkan dapat befungsi sebagai pusat kegiatan, untuk

melahirkan peserta didik yang bermutu dan menekankan pada:

a) Pengembangan kepribadian danintelektual, sikap dan perilku

yang inovatif dan kreatif

b) Pengembangan ketrampilanyang menopang kreatifitas, minat

dan bakat anak dengan menyelenggarakan pelatihan dakwah,

seni baca Al-Qur’an, kesenian dan kerajinan tangan serta

peternakan dan pertanian.

c) Pelayanan yang sungguh-sungguh dalam kegiatan belajar

mengajar yang mengacu pada prinsip aktivitas, intelektualitas

sosial dan ketrampilan, serta terciptanya interaksi yang lebih

efektif antara guru dengan murid pada umumnya, interaksi

antara murid dengan guru pada khususnya.

d) Mengembangkan pelaksanaan muatan lokal yang berwawasan

lingkungan, pembekalan ketrampilan dan kajian tradisional

serta manifestasi kebudayaan daerah.

51

e) Berusaha menjadi sekolah yang unggul dalam prestasi, dengan

menjalin kerja sama yang erat dengan masyarakat sekitarnya,

sehingga tumbuh rasa kebersamaan, persatuan, keterpaduan

dan bangga serta bertanggung jawab terhadap sekolah.

c. Tujuan Dan sasaran MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa dalam kehidupan

sehari-hari

2) Meningkatkan mutu pendidikan

3) Pencapaian prestasi baik siswa maupun sekolah

4) Membantu pemerintah dalam menuntaskan Wajib Belajar

Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

4. Keadaan Guru MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

Untuk mempermudah dan memperlancar jalanya roda pelaksanaan

pembelajaran di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes dibantu oleh

sebanyak 7 orang pengajar. Keberadaan para pengajar di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes berstatus guru honorer dan guru tetap

dalam yayasan. Dan agar lebih jelas berikut ini penulis sajikan tabel

tentang keadaan guru di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.

Tabel 1

Keadaan Guru di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

No Nama L/P Jabatan Pend Mengajar

Kls

1 Suahidi, S.Pd.I L Kamad S1 I - VI

2 Nurhidayah P Guru D2 I - II

3 Umi Salamah P Guru D2 III

4 Masyudi L Guru D2 VI

5 Ianatul M P Guru D2 V

6 Komariyah P Guru D2 IV

7 Irawan L TU SMA TU

Sumber: Papan Monografi Kantor MI Nurul Hikmah

52

5. Keadaan Siswa MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

Jumlah siswa MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes dalam

setiap tahunnya mengalami pasang surut dalam jumlahnya, seperti terlihat

pada tahun ajaran 2010-2011 ini jumlah siswa secara keseluruhan adalah

120 yang terdiri dari 46 siswa laki-laki dan 74 siswa perempuan. Dan

untuk lebih jelas dalam pembagiannya dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2

Keadaan Siswa di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

No Kelas Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 I 12 20 32

2 II 7 14 21

3 III 10 11 21

4 IV 9 12 21

5 V 4 6 10

6 VI 4 11 15

Jumlah 46 74 120

Sumber: Papan Monografi Kantor MI Nurul Hikmah 2010-2011

6. Keadaan Sarana Dan Prasarana MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari

Brebes

Sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang yang sangat fital

dalam dunia pendidikan, karena tanpa sarana dan prasarana sulit untuk

mencapai tujuan pendidikan. Berikut ini penulis sajikan keadaan sarana

dan prasarana yang dimiliki oleh MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari

Brebes.

Tabel 3

Keadaan Sarana di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

No Jenis barang Jumlah

1 Ruang Kepala Madrasah 1

2 Ruang Guru 1

53

3 Ruang TU 1

4 Ruang Belajar 6

5 Ruang Tamu 1

6 Ruang Laboratorium -

7 Ruang Perpustakaan 1

8 WC Guru 1

9 WC Siswa 1

10 Lapangan Olah Raga 1

Sumber: Papan Monografi Kantor MI Nurul Hikmah 2010-2011

Sarana penunjang pelaksanaan pembelajaran yang lain di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, adalah seperti yang terlihat dalam tabel

berikut.

Tabel 4

Keadaan Sarana dan Prasarana

di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

No Jenis barang Jumlah

1 Meja kursi Kepala Madrasah 1 set

2 Meja kursi guru 6 set

3 Meja kursi TU 1 set

4 Meja kursi tamu 1 set

5 Meja kursi siswa 150 set

6 Alamari buku perpustakaan 1

7 Alamari Arsip 1

8 Papan tulis 6

9 Papan nama kelas 6

10 Tempat sampah 6

11 Penghapus 6

12 Bola kaki 1

13 Bola kasti 5

54

Sumber: Papan Monografi Kantor MI Nurul Hikmah 2010-2011

Untuk memperlancar proses pengadministrasian MI Nurul Hikmah

Kalibuntu Losari Brebes, juga melengkapi diri dengan hal-hal penunjang

yang lain, seperti terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 4

Keadaan Sarana Penunjang

di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

No Jenis barang Keterangan

1 Buku Induk Siswa Ada

2 Buku Tamu Ada

3 Buku Absen Guru Ada

4 Buku Absen Siswa Ada

5 Buku Inventaris Ada

6 Buku Keuangan Ada

7 Buku Agenda Surat Ada

8 Buku Daftar Kelas Ada

9 Buku Ekspidisi Surat Ada

10 Buku Notulen Rapat Ada

11 Buku Catatan Kegiatan Ada

12 Buku Rapor Siswa Ada

13 Papan Grafis Ada

14 Papan Pengumuman Ada

Sumber: Papan Monografi Kantor MI Nurul Hikmah 2010-2011

B. Pelaksanaan Pengajaran Fikih Di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari

Brebes

1. Mampu Memahami Syahadat Dengan Benar

Data tetang kemampuan memahami syahadat dengan benar dapat

diambil dari ahasil angket nomor satu sampai dengan nomor tiga (seperti

yang terdapat dalam lampiran 2). Hasil yang didapat adalah nialai tertinggi

adalah 12 dan nilai terendah adalah 9, dan dari data ini dapat dianalaisa

beberapa hal.

55

a. Menentukan range

R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.

R = 12 – 9

R = 3

b. Menentukan interval

I = ingdikendakIntervalya

R

I = 4

3

I = 0,75 dibulatkan menjadi 1

Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh

kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini

Tabel 5

Interval Nilai (X)

No Nilai (x) Keterangan

1 12 Sangat baik

2 11 Baik

3 10 Cukup

4 9 Kurang

c. Membuat distribusi frekuensi data tentang kemampuan untuk

membimbing bawahan, dengan memasukan kedalam table berikut

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Tentang

Kemampuan Memahami Syahadat

No Nilai (x) ( f ) ( % )

1 12 2 6,6

2 11 10 33,3

3 10 10 33,3

4 9 8 26,8

Jumlah 30 100,00

56

Dari hasil data distribusi frekuensi tentang kemampuan memahami

syahadat di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, dapat

diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:

Frekuensi pada interval yang keempat sebanyak 8 orang responden,

ketiga sebanyak 10 orang responden, pada interval kedua sebanyak

10 orang responden, dan interval kesatu yaitu sebanyak 2 orang

responden.

d. Membuat gambar histogram

Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data

distribusi frekuensi kemampuan memahami syahadat di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat

divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar

berikut ini:

0

2

4

6

8

10

9 10 11 12

Gambar 1: Kemampuan Memahami Syahadat di MI Nurul Hikmah

Kalibuntu Losari Brebes

e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari Kemampuan Dalam Memahami

Syahadat di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dengan

menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih

dahulu.

57

Tabel 7

Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi

Kemampuan Memahami Syahadat

No Nilai (x) f fx

1 12 2 24

2 11 10 110

3 10 10 100

4 9 8 72

Jumlah 30 306

Mx = N

fX

Mx = 30

306

Mx = 10,2

Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil

perhitungan adalah 10,2 yang termasuk kedalam interval yang kedua

yaitu dalam kategori baik.

2. Kemampuan Memahami Ibadah Sholat

Data tetang kemampuan memahami ibadah sholat dapat diambil

dari ahasil angket nomor satu sampai dengan nomor tiga (seperti yang

terdapat dalam lampiran 3). Hasil yang didapat adalah nialai tertinggi

adalah 12 dan nilai terendah adalah 9, dan dari data ini dapat dianalaisa

beberapa hal.

a. Menentukan range

R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.

R = 12 – 9

R = 3

58

b. Menentukan interval

I = ingdikendakIntervalya

R

I = 4

3

I = 0,75 dibulatkan menjadi 1

Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh

kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini

Tabel 8

Interval Nilai (X)

No Nilai (x) Keterangan

1 12 Sangat baik

2 11 Baik

3 10 Cukup

4 9 Kurang

c. Membuat distribusi frekuensi data tentang kemampuan memahami

ibadah sholat, dengan memasukan kedalam table berikut

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Tentang

Kemampuan Memahami Ibadah Sholat

No Nilai (x) ( f ) ( % )

1 12 3 10,0

2 11 8 26,8

3 10 11 36,4

4 9 8 26,8

Jumlah 30 100,0

59

Dari hasil data distribusi frekuensi tentang kemampuan memahami

ibadah sholat di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dapat

diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:

Frekuensi terbanyak pada interval yang keempat sebanyak 8 orang

responden, ketiga sebanyak 11 orang responden, pada interval kedu

sebanyak 8 orang responden, dan interval kesatu yaitu sebanyak 3

orang responden.

d. Membuat gambar histogram

Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data

distribusi frekuensi kemampuan memahami ibadah sholat di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat

divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar

berikut ini:

0

2

4

6

8

10

12

9 10 11 12

Gambar 2: Kemampuan Memahami Ibadah Sholat di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari Kemampuan Memahami Ibadah

Sholat di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dengan

menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih

dahulu.

60

Tabel 10

Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi

Kemampuan Memahami Ibadah Sholat

No Nilai (x) f fx

1 12 3 66

2 11 8 88

3 10 11 110

4 9 8 72

Jumlah 30 336

Mx = N

fX

Mx = 30

336

Mx = 11,2

Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil

perhitungan adalah 11,2 yang termasuk kedalam interval yang ketiga

yaitu dalam kategori cukup.

3. Kemampuan Memahami Ibadah Puasa

Data tetang kemampuan memahami ibadah puasa dapat diambil

dari ahasil angket nomor satu sampai dengan nomor tiga (seperti yang

terdapat dalam lampiran 4). Hasil yang didapat adalah nialai tertinggi

adalah 11 dan nilai terendah adalah 8, dan dari data ini dapat dianalaisa

beberapa hal.

a. Menentukan range

R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.

R = 11 – 8

R = 3

b. Menentukan interval

61

I = ingdikendakIntervalya

R

I = 4

3

I = 0,75 dibulatkan menjadi 1

Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh

kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini

Tabel 11

Interval Nilai (X)

No Nilai (x) Keterangan

1 11 Sangat baik

2 10 Baik

3 9 Cukup

4 8 Kurang

c. Membuat distribusi frekuensi data tentang kemampuan memahami

ibadah puasa, dengan memasukan kedalam table berikut

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Tentang

Kemampuan Memahami Ibadah Puasa

No Nilai (x) ( f ) ( % )

1 11 5 16,7

2 10 9 30,0

3 9 12 40,0

4 8 4 13,3

Jumlah 30 100,0

Dari hasil data distribusi frekuensi tentang kemampuan memahami

ibadah puasa di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dapat

diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:

62

Frekuensi terbanyak pada interval yang keempat sebanyak 4 orang

responden, ketiga sebanyak 12 orang responden, pada interval kedu

sebanyak 9 orang responden, dan interval kesatu yaitu sebanyak 5

orang responden.

d. Membuat gambar histogram

Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data

distribusi frekuensi kemampuan memahami ibadah puasa di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat

divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar

berikut ini:

0

2

4

6

8

10

12

8 9 10 11

Gambar 3: Kemampuan Memahami Ibadah Puasa di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari Kemampuan Memahami Ibadah

Puasa di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, dengan

menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih

dahulu.

Tabel 12

Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi

Kemampuan Memahami Ibadah Puasa

No Nilai (x) f fx

1 11 5 55

2 10 9 90

3 9 12 108

4 8 4 36

Jumlah 30 289

63

Mx = N

fX

Mx = 30

289

Mx = 9,6

Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil

perhitungan adalah 9,6 yang termasuk kedalam interval yang ketiga

yaitu dalam kategori baik.

C. Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa MI Nurul Hikmah

Kalibuntu Losari Brebes

1. Melaksanakan Ibadah Puasa Wajib

Data tetang melaksanakan ibadah puasa wajib dapat diambil dari

ahasil angket nomor satu sampai dengan nomor tiga (seperti yang terdapat

dalam lampiran 5). Hasil yang didapat adalah nialai tertinggi adalah 12

dan nilai terendah adalah 9, dan dari data ini dapat dianalaisa beberapa

hal.

a. Menentukan range

R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.

R = 12 – 9

R = 3

b. Menentukan interval

I = ingdikendakIntervalya

R

I = 4

3

I = 0,75 dibulatkan menjadi 1

Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh

kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini

64

Tabel 13

Interval Nilai (X)

No Nilai (x) Keterangan

1 12 Sangat baik

2 11 Baik

3 10 Cukup

4 9 Kurang

c. Membuat distribusi frekuensi data tentang kemampuan melaksanakan

ibadah puasa, dengan memasukan kedalam table berikut

Tabel 14

Distribusi Frekuensi Tentang

Kemampuan Melaksanakan Ibadah Puasa

No Nilai (x) ( f ) ( % )

1 12 1 3,3

2 11 14 46,7

3 10 14 46,7

4 9 1 3,3

Jumlah 30 100,0

Dari hasil data distribusi frekuensi tentang kemampuan memahami

ibadah puasa di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dapat

diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:

Frekuensi terbanyak pada interval yang keempat sebanyak 1 orang

responden, ketiga sebanyak 14 orang responden, pada interval kedu

sebanyak 14 orang responden, dan interval kesatu yaitu sebanyak 1

orang responden.

65

d. Membuat gambar histogram

Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data

distribusi frekuensi kemampuan melaksanakan ibadah puasa di MI

Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat

divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar

berikut ini:

0

2

4

6

8

10

9 10 11 12

Gambar 4: Kemampuan Melaksakan Ibadah Puasa di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari Kemampuan Melaksankan Ibadah

Puasa di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, dengan

menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih

dahulu.

Tabel 15

Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi

Kemampuan Melaksanakan Ibadah Puasa

No Nilai (x) f Fx

1 12 1 12

2 11 14 154

3 10 14 140

4 9 1 9

Jumlah 315

66

Mx = N

fX

My = 30

315

My = 10,5

Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil

perhitungan adalah 10,5 yang termasuk kedalam interval yang kedua

yaitu dalam kategori baik.

2. Menjalankan Ibadah Puasa Dengan Benar

Data tetang menjalankan ibadah puasa dengan benar dapat diambil

dari ahasil angket nomor satu sampai dengan nomor tiga (seperti yang

terdapat dalam lampiran 6). Hasil yang didapat adalah nialai tertinggi

adalah 12 dan nilai terendah adalah 9, dan dari data ini dapat dianalaisa

beberapa hal.

a. Menentukan range

R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.

R = 12 – 9

R = 3

b. Menentukan interval

I = ingdikendakIntervalya

R

I = 4

3

I = 0,75 dibulatkan menjadi 1

Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh

kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini

67

Tabel 16

Interval Nilai (X)

No Nilai (x) Keterangan

1 12 Sangat baik

2 11 Baik

3 10 Cukup

4 9 Kurang

c. Membuat distribusi frekuensi data tentang menjalankan ibadah puasa

dengan benar, dengan memasukan kedalam table berikut

Tabel 17

Distribusi Frekuensi Tentang

Menjalankan Ibadah Puasa Dengan Benar

No Nilai (x) ( f ) ( % )

1 12 1 3,3

2 11 10 33,3

3 10 8 26,7

4 9 11 36,7

Jumlah 30 100,0

Dari hasil data distribusi frekuensi tentang menjalankan ibadah

puasa dengan benar di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ,

dapat diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:

Frekuensi terbanyak pada interval yang keempat sebanyak 11

orang responden, ketiga sebanyak 8 orang responden, pada interval

kedu sebanyak 10 orang responden, dan interval kesatu yaitu

sebanyak 1 orang responden.

d. Membuat gambar histogram

Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data

distribusi frekuensi menjalankan ibadah puasa dengan benar di MI

Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat

68

divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar

berikut ini:

0

2

4

6

8

10

12

9 10 11 12

Gambar 5: Menjalankan Ibadah Puasa Dengan Benar di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari menjalankan ibadah puasa dengan

benar di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dengan

menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih

dahulu.

Tabel 18

Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi

Menjalankan Ibadah Puasa Dengan Benar

No Nilai (x) f Fx

1 12 1 12

2 11 10 110

3 10 8 80

4 9 11 99

Jumlah 30 301

Mx = N

fX

Mx = 30

301

Mx = 10,03

69

Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil

perhitungan adalah 10,03 yang termasuk kedalam interval yang ketiga

yaitu dalam kategori cukup baik.

3. Melakukan Puasa Hanya Karena Allah

Data tetang melakukan puasa hanya karena allah dapat diambil dari

ahasil angket nomor satu sampai dengan nomor tiga (seperti yang terdapat

dalam lampiran 7). Hasil yang didapat adalah nialai tertinggi adalah 12

dan nilai terendah adalah 9, dan dari data ini dapat dianalaisa beberapa hal.

a. Menentukan range

R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.

R = 12 – 9

R = 3

b. Menentukan interval

I = ingdikendakIntervalya

R

I = 4

3

I = 0,75

Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh

kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini

Tabel 19

Interval Nilai (X)

No Nilai (x) Keterangan

1 12 Sangat baik

2 11 Baik

3 10 Cukup

4 9 Kurang

70

c. Membuat distribusi frekuensi data tentang melakukan puasa hanya

karena allah, dengan memasukan kedalam table berikut

Tabel 20

Distribusi Frekuensi Tentang

Menjalankan Ibadah Puasa Hanya Karena Allah

No Nilai (x) ( f ) ( % )

1 12 7 23,3

2 11 10 33,4

3 10 7 23,3

4 9 6 20,0

Jumlah 30 100,0

Dari hasil data distribusi frekuensi tentang melakukan puasa hanya

karena allah di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dapat

diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:

Frekuensi terbanyak pada interval yang keempat sebanyak 6 orang

responden, ketiga sebanyak 7 orang responden, pada interval kedu

sebanyak 10 orang responden, dan interval kesatu yaitu sebanyak 7

orang responden.

d. Membuat gambar histogram

Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data

distribusi frekuensi melakukan puasa hanya karena Allah di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat

divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar

berikut ini:

71

0

2

4

6

8

10

9 10 11 12

Gambar 5: Melakukan Puasa Hanya Karena Allah di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari melakukan puasa hanya karena

Allah di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, dengan

menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih

dahulu.

Tabel 21

Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi

Melakukan Puasa Hanya Karena Allah

No Nilai (x) f Fx

1 12 7 84

2 11 10 110

3 10 7 70

4 9 6 54

Jumlah 30 318

Mx = N

fX

Mx = 30

318

Mx = 10,6

Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil

perhitungan adalah 10,6 yang termasuk kedalam interval yang ketiga

yaitu dalam kategori cukup baik.

72

D. Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis ini terdapat satu hipotesis yang akan diuji

secara empirik untuk mengetahui hubungan antara variable X (pemahaman

mata pelajarn fikih) terhadap variable Y (pengamalan ibadah puasa ramadhan)

yang diperoleh dari hasil angket.

Hal ini dimaksudkan untuk mencari kebenaran hipotesis yang telah

ditentukan yaitu terdapat hubungan positif antara pemahaman mata pelajarn

fikih dengan pengamalan ibadah puasa ramadhan.

1. Analisis Pendahuluan

Dari dua variabel yaitu pemahaman mata pelajarn fikih dan

pengamalan ibadah puasa ramadhan, hasil skore angket yang diteliti

menghasilkan dan skore terendah untuk masing-masing variabel.

Pada variabel pemahaman mata pelajarn fikih skore tertinggi adalah

33 dan skore terendah adalah 26 (terlampir pada lampiran 8). Dengan

perolahan data dari angket variabel ini dapat di cari hal-hal sebagai

berikut:

a. Menentukan range

R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.

R = 33 – 26

R = 7

b. Menentukan interval

I = ingdikendakIntervalya

R

I = 4

7

I = 1,75

Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh

kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini

73

Tabel 22

Interval Nilai (X)

No Nilai (x) Keterangan

1 32-33 Sangat baik

2 30-31 Baik

3 28-29 Cukup

4 26-27 Kurang

c. Membuat distribusi frekuensi data tentang pemahaman mata pelajarn

fikih, dengan memasukan kedalam table berikut

Tabel 23

Distribusi Frekuensi Tentang

Pemahaman Mata Pelajarn Fikih

No Nilai (x) ( f ) ( % )

1 32-33 9 30,0

2 30-31 8 26,7

3 28-29 9 30,0

4 26-27 4 13,3

Jumlah 30 100,0

Dari hasil data distribusi frekuensi tentang pemahaman mata

pelajarn fikih di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dapat

diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:

Frekuensi terbanyak pada interval kesatu yaitu sebanyak 9 orang

responden, pada interval kedu sebanyak 8 orang responden, ketiga

sebanyak 9 orang responden, sedangkan pada interval yang

keempat sebanyak 4 orang responden.

d. Membuat gambar histogram

Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data

distribusi frekuensi dari variabel pemahaman mata pelajarn fikih di MI

74

Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat

divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar

berikut ini:

0

2

4

6

8

10

26-27 28-29 30-31 32-33

Gambar 5: Pemahaman Mata Pelajarn Fikih di MI Nurul Hikmah

Kalibuntu Losari Brebes

e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari dari variabel pemahaman mata

pelajarn fikih di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, dengan

menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih

dahulu.

Tabel 24

Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi

Pemahaman Mata Pelajarn Fikih

No Nilai (x) f x fx

1 32-33 9 32,5 292,5

2 30-31 8 30,5 244,0

3 28-29 9 28,5 256,5

4 26-27 4 26,5 106,0

Jumlah 30 899

Mx = N

fX

Mx = 30

899

Mx = 29,97

75

Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil

perhitungan adalah 29,97 yang termasuk kedalam interval yang kedua

yaitu berarti bahwa pemahaman mata pelajarn fikih di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes dalam kategori baik.

Sedang Pada variabel pengamalan ibadah puasa ramadhan skore

tertinggi adalah 34 dan skore terendah adalah 28 (terlampir pada lampiran

9). Dengan perolahan data dari angket variabel ini dapat di cari hal-hal

sebagai berikut:

a. Menentukan range

R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.

R = 34 – 28

R = 6

b. Menentukan interval

I = ingdikendakIntervalya

R

I = 4

6

I = 1,5

Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh

kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini

Tabel 25

Interval Nilai (X)

No Nilai (x) Keterangan

1 34-35 Sangat baik

2 32-33 Baik

3 30-31 Cukup

4 28-29 Kurang

c. Membuat distribusi frekuensi data tentang pengamalan ibadah puasa

ramadhan, dengan memasukan kedalam tabel berikut

76

Tabel 25

Distribusi Frekuensi Tentang

Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan

No Nilai (x) ( f ) ( % )

1 34-35 3 10,0

2 32-33 11 36,7

3 30-31 11 36,7

4 28-29 5 16,6

Jumlah 30 100,0

Dari hasil data distribusi frekuensi tentang pengamalan ibadah

puasa ramadhan di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ,

dapat diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:

Frekuensi terbanyak pada interval kesatu yaitu sebanyak 3 orang

responden, pada interval kedu sebanyak 11 orang responden, ketiga

sebanyak 11 orang responden, sedangkan pada interval yang

keempat sebanyak 5 orang responden.

d. Membuat gambar histogram

Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data

distribusi frekuensi dari variabel pengamalan ibadah puasa ramadhan

kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas,

maka dapat divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada

gambar berikut ini:

0

2

4

6

8

10

12

28-29 30-31 32-33 34-35

Gambar 5: Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

77

e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari dari variabel pengamalan ibadah

puasa ramadhan kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes,

dengan menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel

terlebih dahulu.

Tabel 26

Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi

Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan

No Nilai (x) f x fx

1 34-35 3 34,5 103,5

2 32-33 11 32,5 357,5

3 30-31 11 30,5 335,5

4 28-29 5 28,5 142,5

Jumlah 30 939

My = N

fX

My = 30

939

My = 31,3

Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil

perhitungan adalah 31,3 yang termasuk kedalam interval yang ketiga

yaitu berarti bahwa pengamalan ibadah puasa ramadhan kelas 3 di MI

Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes dalam kategori cukup baik

2. Analisis Uji Hipotesa

Setelah diketahui nilai yaitu pemahaman mata pelajarn fikih

(lampiran 8) dan pengamalan ibadah puasa ramadhan (lampiran 9),

penelitian menggunakan rumus analisa korelasi product moment.

Sebelum sampai pada pengolahan data, terlebih dahulu penelitian

kemukakan data mentah pemahaman mata pelajarn fikih dan pengamalan

ibadah puasa ramadhan.

78

Tabel 27

Tabel Korelasi Antara Pemahaman Mata Pelajarn Fikih Dengan

Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan

No

Res X Y x y x2 y2 xy

1 30 31 0,2 -0,13 0,04 0,0169 -0,026

2 28 30 -1,8 -1,13 3,24 1,2769 2,034

3 27 30 -2,8 -1,13 7,84 1,2769 3,164

4 31 33 1,2 1,87 1,44 3,4969 2,244

5 28 30 -1,8 -1,13 3,24 1,2769 2,034

6 33 32 3,2 0,87 10,24 0,7569 2,784

7 32 33 2,2 1,87 4,84 3,4969 4,114

8 29 30 -0,8 -1,13 0,64 1,2769 0,904

9 28 30 -1,8 -1,13 3,24 1,2769 2,034

10 30 32 0,2 0,87 0,04 0,7569 0,174

11 27 29 -2,8 -2,13 7,84 4,5369 5,964

12 26 32 -3,8 0,87 14,44 0,7569 -3,306

13 29 33 -0,8 1,87 0,64 3,4969 -1,496

14 32 30 2,2 -1,13 4,84 1,2769 -2,486

15 33 34 3,2 2,87 10,24 8,2369 9,184

16 28 32 -1,8 0,87 3,24 0,7569 -1,566

17 32 34 2,2 2,87 4,84 8,2369 6,314

18 27 28 -2,8 -3,13 7,84 9,7969 8,764

19 28 29 -1,8 -2,13 3,24 4,5369 3,834

20 30 31 0,2 -0,13 0,04 0,0169 -0,026

21 32 33 2,2 1,87 4,84 3,4969 4,114

22 31 32 1,2 0,87 1,44 0,7569 1,044

23 28 33 -1,8 1,87 3,24 3,4969 -3,366

24 28 31 -1,8 -0,13 3,24 0,0169 0,234

25 31 32 1,2 0,87 1,44 0,7569 1,044

26 28 28 -1,8 -3,13 3,24 9,7969 5,634

27 32 29 2,2 -2,13 4,84 4,5369 -4,686

28 33 30 3,2 -1,13 10,24 1,2769 -3,616

29 32 30 2,2 -1,13 4,84 1,2769 -2,486

30 31 33 1,2 1,87 1,44 3,4969 2,244

894 934 130,8 85,467 44,8

Dari data tersebut di atas diketahui:

2X 130,8

2Y 85,467

xyr 44,8

79

Kemudian diamsukkan kedalam rumus korelasi product moment, sebagai

berikut:

rxy =

))(( 22

yx

xy

rxy =

)467,85)(8,301(

44,8

rxy =

11179,08

44,8

rxy =

105,73

44,8

rxy = 0,424

Jadi korelasi hasil perhitungan (rhitung) atau rxy

dengan nilai sebesar 0,424

3. Analisis Lanjut

Pada sub bab analisa lanjut ini dari hasil perhitungan ( rhitung) atau

rxydiuji dengan testt yaitu deangan menggunakan rumus sebagai nerikut:

21

)2(

r

Nrhitung

t

20,4241

)230(0,424

hitungt

0,17971

)28(0,424

hitungt

0,8202

0,424x5,29hitungt

0,905

2,24296hitungt

2,478hitungt

80

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam analisis ini digunakan untuk membuat interprestasi lebih lanjut

dengan membandingkan rhitung ataupun hitungt dengan ketentuan:

1. Jika rhitung>r tabel

maka antara kedua variabel X dan Y ada korelasi yang

signifikan

2. Jika hitungt > tabelt maka antara kedua variabel X dan Y ada korelasi yang

signifikan

Dalam tabel nilai r Product Moment (r tabel) untuk N=30 pada taraf

signifikansi 5%=0,361 dan taraf signifikansi 1%=0,463 dan rxy = 0,424,

demikian pula t tabel untuk (0,01 : 28) = 2,467 dan 2,478hitungt

Dari hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa baik

rhitungmaupun hitungt ternyata lebih besar dari kondisir tabel

maupun tabelt .

Dengan demikian, temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis

kerja ada pengaruh positif yang signifikan. Pemahaman mata pelajarn fikih

dengan pengamalan ibadah puasa ramadhan dapat diterima dengan kata lain

ada korelasi peningkatan positif yang signifikan antara antara pemahaman

mata pelajarn fikih dengan pengamalan ibadah puasa ramadhan kelas 3 di MI

Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.

F. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari bahwa penelitian yang telah dilaksanakan ini jauh

dari sempurna dan banyak hal yang menghambat dan menjadi kendala dalam

penelitian ini. Karena penelitian ini pada dasarnya belum final, maka harapan

penulis ada penelitian selanjutnya yang mengembangkan dan mengkaji ulang

hasil penelitian ini.

Hal ini terjadi karena keterbatasan kemampuan penelitian dan juga

sarana yang penting, misalnya yang berkaitan dengan populasi, indikator,

waktu, dan biaya. Di samping itu, meskipunpenelitiannya mengambil 100%

dari populasi sebagai responden, hasilnya belum bisa menggambarkan

keadaan yang sesungguhnya.

81

Sedangkan dari isi indikator, baik untuk variabel Pemahaman mata

pelajarn fikih maupun pengamalan ibadah puasa ramadhan belum mencakup

semua hal yang diteliti. Meskipun penelitian ini sudah bisa menjawab

permasalahan yang ada.

82

BAB V

METODE PENELITIAN

A. Kesimpulan

Setelah penulisa mengadakan penelitian dan menganalisa data yang telah

diperoleh, baik yang bersifat teori maupun lapangan dengan pembahasan

skripsi yang berjudul “Pemahaman Mata Pelajarn Fiqh Dengan Pengamalan

Ibadah Puasa Ramadhan Kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari

Brebes”. Maka dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemahaman Mata Pelajarn Fiqh adalah kemampuan seseorang dalam

mengartikan, menafsirkan, menterjemahkan, atau menyatakan sesuatu

dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya,

yang berkaitan ddengan mata pelajaran fiqh. Karena diketahui bahwa

Mean hasil perhitungan adalah 29,97 yang termasuk kedalam interval yang

ketiga yaitu berarti bahwa pemahaman mata pelajarn fiqh di MI Nurul

Hikmah Kalibuntu Losari Brebes dalam kategori baik.

2. Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan merupakan proses perbuatan dalam

melaksanakan atau menunaikan kewajiban ibadah puasa ramadhan.

Adapun Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan siswa kelas Kelas 3 di MI

Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes menunjukkan kondisi yang cukup,

terbukti hasil perhitungan diketahui bahwa Mean hasil perhitungan adalah

31,3 yang termasuk kedalam interval yang ketiga yaitu berarti bahwa

pengamalan ibadah puasa ramadhan kelas 3 di MI Nurul Hikmah

Kalibuntu Losari Brebes dalam kategori cukup baik.

3. Hasil perhitungan statistik dengan analisa korelasi product moment

menunjukkan bahwa bahwa baik rhitungmaupun hitungt ternyata lebih besar

dari kondisir tabelmaupun tabelt . Hal ini dapat diketahui dari hasil

perhitungan rxy = 0,424 sedangkan tabelt untuk N=30 pada taraf

83

signifikansi 5%=0,361 dan taraf signifikansi 1%=0,463, demikian pula

pada 2,478hitungt sedangkan tabelt untuk (0,10 : 28) = 2,467.

B. Saran

Setelah mengadakan penelitian di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari

Brebes tentang Pemahaman Mata Pelajarn Fiqh Dengan Pengamalan Ibadah

Puasa Ramadhan Kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, maka

penulis akan menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman mata pelajarn fiqh

memiliki peranan atau korelasi positif terhadap pengamalan ibadah shalat

puasa ramadhan, maka sebaiknya kepala madrasah menyarankan kepada

para guru atau tenaga pengajar untuk meningkatkan aktifitas pembelajaran

mata pelajaran fiqh maupun mata pelajaran lainnya

2. Bagi Siswa

Sebaiknya, siswa juga meningkatkan pemahaman mata pelajarn fiqh,

karena hasil penelitian membuktikan bahwa pemahaman mata pelajarn

fiqh memiliki peranan yang positif untuk meningkatkan pengamalan

ibadah pasa wajib ramadhan.

3. Bagi yayasan MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes untuk dapat

lebih memperhatikan dalam hal menyediakan sarana dan prasarana

pendukung pembelajaran.

4. Bagi lingkungan MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes untuk dapat

lebih berpeeran aktif, dalam memberikan dukungan positif pada madrasah,

karena maju mundurnya suatu lembaga pendidikan tidak bisa lepas dari

dukungan masyarakat.

C. Penutup

Dengan rasa syukur, penulis memanjatkan puji kehadirat Allah SWT.,

atas berkat taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya, penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini, meskipun masih sangat sederhana. Hal ini tidak lain

karena sempitnya pengertian dan dangkalnya pengetahuan yang penulis miliki.

84

Namun demikian, mungkin dapat menjadikan bahan pertimbangan bagi siapa

yang akan melakukan penelitian dan pembahasan lebih lanjut.

Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semuanya, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Daftar Pustaka

Al-Qur’an, Penerbit PT Mekar, Surabaya, 1998

Ash-Shiddiqiey Hasbi T.M., Pengantar Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakarta,

Tahun 2000

Alwi Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Tahun 2007

Arikunto Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :

Rineka Cipta, 2001

Al-Munawar agil Husain Said et. al., Meramadhankan Semua Bulan puasa

Sebagai Tangga Ruhani, (Jakarta,: Iman Dan Hikmah)

Al-Bajuri Ibrahim Syeih, Hasiyah Al-Bajuri ‘Ala Ibnu Qasim Al-Ghurry,

(Bandung: Al-Ma’arif, tth)

Bulughul Maram, Dani Hidayat - [email protected],

Wahbah Al-Zuhayly, Puasa Dan I’tikaf, Kajian Berbagai Mazhab, ( Bandung:

Remaja Rosda Karya, 1998)

Depag, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Penerbit Mahkota, Surabaya, Tahun 1989

Darajat Zakiyah dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1995)

Mukri, Ghazali, Menikmati Ramadhan Bersama Nabi, Tiga Lentera Utama,

Yogyakarta, 2001

Musfah Jejen, Panduan danMakna Puasa, Menggapai Ridho Illahi Dibulan Suci,

Yogyakarta, Hihrah, 2003

Shihab Quraish Muhammad, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1992)

Syahrin Harahap et. al., Nasehat Para Ulama’ Hikmah Puasa, Berpuasalah Agar

Hidup dibimbing Menuju-Nya, (Jakarta: Raja Grafindo Jaya, 2001)

Su’dan R.H., Alqur’an Dan Panduan Kesehartan Masyarakat, (Yogyakarta: Dana

Bhakti Prima Yasa, 1997)

Imam Al-Ghazali, Ibadah Perspektif Sufistik, Risalah Gusti, Surabaya, 1997

Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Isma’il Bin Ibrahim, Shahih Muslim, Juz I

(Surabaya: Darul Fikri, tth)

Poerwadarminta WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1976)

Rifa’i Muhammad H., Ushul Fikih, (Semarang: Wicaksana, 1998)

Syarifuddin Ahmad, Puasa Menuju Sehat Fisik dan psikis, (Jakarta: Gema Insani,

2003)

Qardawi Yusuf, Fiqih Puasa, (Surakarta: Era Interrmedia, 2000)

Tim Penyusun Kamus Dan Pengebangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Tahun 1994

Walgito Bimo, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, Yogyakarta : Penerbit

Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta, 1998

viii

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap : Masyudi

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Brebes, 19 Oktober 1981

3. NIM. : 093111267

4. Alamat Rumah : Ds. Kalibuntu Kec. Losari Kab. Brebes.

HP. : 081 3227 56071

E-mail :

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. SDN Babakan 1 Tahun Lulus 1994

b. SMPN 2 Losari Tahun Lulus 1997

c. MAN Brebes Tahun Lulus 2004

d. D2 STAIC Cirebon Tahun Lulus 2007

2. Pendidikan Non Formal

a. MaDin Cirebon

b. PonPes APIK Kauman Kaliwungu

c. PonPes Gedongan Cirebon

d. PonPes Al Hikmah Benda Bumiayu

3. Prestasi Akademik

a. Peringkat 1 Aliyah UN

b. Peringkat III SMP

c. Juara I Cerdas Cermat PonPes Al Hikmah Benda

4. Karya Ilmiah

Tugas Akhir

Semarang, 14 Juli 2011

Masyudi

NIM.: 093111267