hubungan pemahaman mata pelajaran fiqh...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIQH DENGAN
PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN SISWA KELAS 3
MI NURUL HIKMAH KALIBUNTU LOSARI BREBES
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)
dalam Ilmu Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh:
M A S Y U D I
NIM: 093111267
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2010
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Masyudi
NIM : 093111267
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 31 Mei 2011
Saya yang menyatakan,
M a s y u d i
NIM: 093111267
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 fax. 7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan:
Judul : Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dengan
Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI
Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes 2010
Nama : Masyudi
NIM : 093111267
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program : Pendidikan Agama Islam
Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dapat diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam
Semarang, 30 Juni 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Dr. Ahwan Fanani Karnadi, P.Hd
NIP: 197809302003121001 196803171994031003
Penguji I, Penguji II,
Dr. H. Suja,i, M.Ag H. Abdul Wahib, M.Ag
NIP: 197005031996031003 NIP: 1960061519910310004
NOTA PEMBIMBING Semarang, 31 Mei 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. Wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi
naskah skripsi dengan:
Judul : Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dengan
Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes 2010
Nama : Masyudi
NIM : 093 111 267
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing,
Amin Farih, M.Ag
NIP.19710614 200003 1 002
ABSTRAKSI Judul : Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dengan Pengamalan
Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI Nurul Hikmah
Kalibuntu Losari Brebes 2010
Penulis : M a s y u d i
NIM : 093111267
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana Pemahaman
Mata Pelajaran Fiqh di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes? 2) Bagaimana
Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu
Losari Brebes ? 3) Bagaimana Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dengan
Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu
Losari Brebes ? Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pemahaman
Mata Pelajaran Fiqh di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, 2) Pengamalan
Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari
Brebes, 3) Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dengan Pengamalan Ibadah
Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes di MI
Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Data dikumpulkan
dengan menggunakan metode : 1) Observasi, yaitu untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan keadaan umum MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, 2)
Angket atau kuesioner, yaitu untuk mengumpulkan data tentang Pemahaman Mata
Pelajaran Fiqh Dengan Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa 3) Dokumentasi,
untuk mengetahui sejarah, struktur organisasi dan keadaan guru dan siswa.
Hasil perhitungan statistik dengan analisa korelasi product moment
menunjukkan bahwa bahwa baik rhitungmaupun hitungt ternyata lebih besar dari
kondisi r tabelmaupun tabelt . Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan rxy
=
1,398 sedangkan tabelt untuk N=22 pada taraf signifikansi 5%=0,997 dan taraf
signifikansi 1%=0,999, demikian pula pada 6,397hitungt sedangkan tabelt untuk
(0,10 : 20) = 2,845.
Dengan demikian hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa
hipotesis yang penulis ajukan yang berbunyi “Ada Hubungan Pemahaman Mata
Pelajaran Fiqh Dengan Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes” telah terbukti.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan
masukan bagi kepala madrasah, pengurus, dan para guru MI Nurul Hikmah Kalibuntu
Losari Brebes agar dapat menumbuhkan pemahaman mata pelajaran fiqh dan
pengamalan ibadah puasa ramadhan siswa di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari
Brebes.
Motto
Dari Sa’id Bin Musayyab sesungguhnya dia telah
mendengarkan dari Abi Hurairah r.a berkat,
Rasulullah telah bersabda: “Semua amalan
manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, maka
itu adalah untukku dan aku yang akan memberikan
ganjaran. (H.R. Muslim)1
1 Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Isma’il Bin Ibrahim, Shahih Muslim, Juz I (Surabaya:
Darul Fikri, tth), hlm. 124
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati skripsi ini kupersembahkan kepada:
Ayah dan ibu tercinta yang senantiasa mendidik dan curahkan
kasih sayang kepada anak-anaknya dengan penuh kesabaran dan do’a
yang tulus tiada henti demi kebahagiaan anaknya
Istri dan anakku tercinta yang telah memberikan dukungan penuh
kepadaku
Sahabat-sahabat setiaku, terimakasih atas spirit dan inspirasi yang
diberikan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Tak lupa shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-
orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Dengan kerendahan hati, peneliti sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan
mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun
ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan
baik, selama masa penelitian.
2. Drs. Amin Farih, M.Ag., selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.
4. Arifin, S.Pd.I,MM selaku Kepala MI Nurul Huda yang telah memberikan izin
riset dalam penelitian ini.
5. Suheidi S.Pd.I, selaku kepala MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
6. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian
skripsi ini.
Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga
budi baiknya diterima oleh Allah SWT. Penyusun mengakui kekurangan dan
keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan
saran yang bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi
ini. Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Semarang, 31 Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................ i
Deklarasi..............…………………………………………………....……………ii
Halaman Pengesahan............................................................................................. iii
Halaman Persetujuan Pembimbing........................................................................ iv
Abstrak.................................................................................................................... v
Halaman Motto ......................................................................................................vi
Halaman Persembahan ..........................................................................................vii
Kata Pengantar......................................................................................................viii
Daftar Isi ................................................................................................................iv
halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………... 1
B. Rumusan Masalah..………………………………………….. 3
C. Manfaat Penelitian…..……………………………………….. 3
BAB II PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIQH DAN PENGAMALAN
IBADAH PUASA RAMADHAN
A. Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh…………………………… 5
1. Pengertian Fiqh…………………………………………... 5
2. Materi Pelajaran Fiqh…………………………………….. 7
B. Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan……………………….. 8
1. Pengertian dan asal mula Puasa…………………………... 8
2. Dasar hukum adanya puasa……………………………….. 11
3. Tujuan dan hikmah berpuasa……………………………… 17
4. Macam-macam puasa……………………………………... 28
5. Syarat rukun puasa………………………………………... 31
6. Syarat-syarat wajib dan hal-hal yang membatalkan
puasa……………………………………………………….
33
C. Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dan
Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan………………………..
36
D. Kajian Yang Relevan………………………………………... 37
E. Pengajuan Hipotesis…………………………………………. 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 40
B. Waktu Dan Tempat Penelitian………………………………. 40
C. Variabel Dan Indikator………………………………………. 40
D. Metode Penelitian..................................................................... 41
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel............... 41
F. Teknik Pengumpulan Data…………………………………. 42
G. Tehnik Analisa Data................................................................. 45
a. Analisis Pendahuluan……………………………………... 46
b. Analisis Uji Hipotesis…………………………………….. 46
c. Analisis Lanjutan…………………………………………. 46
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN
PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIKIH DENGAN
PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN SISWA KELAS 3
MI NURUL HIKMAH KALIBUNTU LOSARI BREBES
A. Gambaran Umum MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari
Brebes
48
1. Letak Geografis…………………………………………… 48
2. Sejarah Berdirinya………………………………………… 49
3. Visi Misi Dan Sasaran MI Nurul Hikmah Kalibuntu
Losari Brebes……………………………………………
49
4. Keadaan Guru………………………...................................
51
5. Keadaan Siswa..................................................................... 52
6. Keadaan Sarana Dan Prasarana…………………………… 52
B. Pelaksanaan Pengajaran Fikih Di MI Nurul Hikmah
Kalibuntu Losari Brebes……………………………………...
54
1. Mampu Memahami Syahadat Dengan Benar……………... 54
2. Kemampuan Memahami Ibadah Sholat............................... 57
3. Kemampuan Memahami Ibadah Puasa…………………… 60
C. Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes…………………………….
63
1. Melaksanakan Ibadah Puasa Wajib……………………….. 63
2. Menjalankan Ibadah Puasa Dengan Benar……………….. 66
3. Melakukan Puasa Hanya Karena Allah…………………… 68
D. Pengujian Hipotesis………………………………………...... 72
a. Analisis Pendahuluan…………………………………….. 72
b. Analisis Uji Hipotesis……………………………………. 77
c. Analisis Lanjutan…………………………………………. 79
E. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………... 80
F. Keterbatasan Penelitian……………………………………… 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………... 82
B. Saran-saran…………………………………………………... 83
C. Penutup………………………………………………………. 83
1
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Masalah
Puasa (as-saum) merupakan ibadah yang berat bagi setiap umat islam,
dikarenakan secara fisik dia harus tidak makan dan tidak minum mulai dari
terbit fajar sampai sore hari. Sedangkan secara psikologis adalah menahan diri
dari berbagai hal yang menyebabkan batalnya puasa, misalnya menggunjing,
berkata kotor, berprsangka buruk terhadap orang lain, iri dengki, dan lain-lain.
Sehingga dengan denikian ibadah puasa merupakan ibadah wajib yang
dilakukan secara individual, yang mempunyai dimennsi jasmani dan rohani
yang memang berat.
Secara istilah puasa berarti menahan diri dengan sengaja dari makan,
minum dan bersetubuh, dan segala hal yang membatalkan puasa sehari penuh
dari terbit fajar sampai terbenam matahari untuk menjalankan perintah Allah
dan mendekatkan diri kepada-Nya1 Imam Ghazali menambahkan, bahwa
puasa dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu: Pertama, puasa biasa adalah
menahan diri dari makan, minum, dan hubungan biologis antara suami istri
dalam jangka waktu tertentu. Kedua, puasa khusus yaitu menjaga telinga,
mata, lidah serta kaki dan anggota badan lainnya dari berbuat dosa. Ketiga,
puasa sangat khusus yaitu menjaga hati dengan mencegah memikirkan
perkara-perkara yang hina dan duniawi, yang ada hanya mengingat Allah dan
akhirat.2 Adapun landasan hukum diwajibkannya puasa ramadhan, secara
tegas disampaikan oleh Allah melalui Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah 183.
1 Mukri, Ghazali, Menikmati Ramadhan Bersama Nabi, Tiga Lentera Utama, Yogyakarta,
2001, hlm. 1 2 Al-Ghazali, Imam, Ibadah Perspektif Sufistik, Risalah Gusti, Surabaya, 1997, hlm. 77
2
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertqwa”.3
Dengan sedikit pemaparan tersebut di atas, karena demikian beratnya
ibadah puasa ramadan maka sangatlah perlu pananaman aqidah bagi generasi
muda yang sedini mungkin. Maksud dan tujuannya adalah agar mereka
mampu dan mau menjalankan ibadah wajib ini dengan baik dan benar. Salah
satu jalan agar mereka mengenal ibadah wajib puasa Ramadan sedini mungkin
adalah dengan memahamkan mereka, melalui mata pelajaran fiqh di tingkat
Madrasah Ibtidaiyah (MI). Sebab melalui proses pembelajaran yang benar dari
sisi pemahaman konsep dan pengamalan, mereka akan dapat melaksanakan
ibadah puasa Ramadan dalam kontek yang sebenar-benarnya. Yaitu
menjalankan ibadah wajib dengan ikhlas semata-mata hanya mencari
keridloan Allah SWT, seperti yang tersirat dalam Al-Qur’an Surat Al-
Bayyinah: 5 yang berbunyi:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian Itulah agama yang lurus (Q.S.Bayyinah: 5)
Dari segi psikis landasan orang berpuasa adalah seperti yang di
ceritakan dalam hadist yang berbunyi:
3 Al-Qur’an, Penerbit PT Mekar, Surabaya, 1998, hlm. 21
3
Dari Sa’id Bin Musayyab sesungguhnya dia telah mendengarkan dari
Abi Hurairah r.a berkat, Rasulullah telah bersabda: “Semua amalan
manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, maka itu adalah untukku
dan aku yang akan memberikan ganjaran. (H.R. Muslim)4
B. Rumusan Masalah
Agar terjadi kejelasan dalam penulisan penelitian, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Siswa Kelas 3 MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ?
2. Bagaimana Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ?
3. Bagaimana Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fiqh Dengan
Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI Nurul Hikmah
Kalibuntu Losari Brebes ?
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah
tentang keilmuan bagi para guru di Di MI Nurul Hikmah Kalibuntu
Losari Brebes, terutama dalam bidang pengamalan ibadah puasa
ramadhan
b. Menambah cakrawala pengetahuan tentang pemahaman mata pelajaran
fiqh dan pengamalan ibadah puasa ramadhan bagi diri penulis, maupun
bagi teman-teman mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Walisongo Semarang pada umumnya, yang sedang
melakukan penelitian dan kajian.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Menambah wawasan tentang Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan,
sehingga pada akhirnya dapat digunakan sebagai acuan untuk
4 Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Isma’il Bin Ibrahim, Shahih Muslim, Juz I
(Surabaya: Darul Fikri, tth), hlm. 124
4
memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada peserta didik pada
saat melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya.
b. Membantu para guru untuk dapat melaksnakan tugas dengan baik
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, terutama dalam
mempersiapkan bahan kajian yang akan diberikan kepada peserta
didik.
5
BAB II
PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIKIH
DAN PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN
A. Pemahaman Mata Pelajaran Fikih
1. Pengertian Fikih
Ilmu Fikih adalah .mengetahui hukum-hukum syara yang
berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf, baik perbuatan anggota
badan maupun batin. Seperti hukum wajib, haram, mubah, sah dan tidak
sahnya suatu perbuatan itu.1
a. Fiqih (fiqhu)
Fiqih (fiqhu) artinya faham atau tahu. Dilihat dari segi ilmu
pengetahuan yang berkembang dalam kalangan umat Islam, fiqih itu
ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan/membahas/memuat
hukum-hukum Islam yang bersumber pada al-Qur'an sunnah, dan dalil-
dalil syar'i yang lain.2 Dalam ruang lingkup pengajaran ibadah ini
meliputi semua rukun Islam; membicarakan hal-hal yang wajib, yang
sunnah, yang bias membuat ibadah itu sah atau batal, rukun, syarat,
kaifiat dan baiatnya, tidak mungkin diajarkan keseluruhannya dalam
suatu tingkat pengajaran Untuk tingkat sekolah rendah tentu hanya di
ajarkan pokok-pokoknya saja. Sedangkan dalam pelajaran fiqih
dibicarakan berbagai aspek ibadah itu, seperti bentuknya, macam-
macamnya, caranya, waktunya, hukumnya, fadilah atau hikmahnya
dan sebagainya.3
b. Selanjutnya TM. Hasbi Ash-Shiddiqiey menukil pengertian Fikih
menurut mazhab Syafi‟i:
1 H. Muhammad Rifa.I, Ushul Fiqih, (Semarang: Wicaksana, 1998), hlm. 7.
2 Zakiyah Darajat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), hlm. 78 3 Ibid., hlm. 77
6
“Fikih adalah ilmu yang menerangkan segala hukum syara
yang berhubungan dengan perbuatan para mukallaf yang
dikeluarkan (diistinbatkan) dari dalil-dalil yang tafshili”.4
Mempelajari Fikih diperintahkan Allah swt dan rasul-Nya, karena
Fikih merupakan bagian dari ilmu agama. Allah swt memerintahkan
kepada manusia agar diantara mereka ada yang meninggalkan
kampung halaman untuk memperdalam masalah agama, supaya
mereka memberikan pengajaran kepada masyarakat tentang agama.
Firman Allah swt:
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi tiap-tiap
golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.. (QS. At-
Taubah:122)
Sabda Rasulullah saw: روي اتن وهة عن يىنس عن اتن شهاب قال قال حميد تن
سمعت النثي صل عثد الزحمن سمعت معاوية خطيثا يقىل
الله عليه وسلم يقىل من يزد الله ته خيزا يفقهه في الدين وإنما
أنا قاسم والله يعطي ولن تزال هذه الأمة قائمة عل أمز الله لا
يضزهم من خالفهم حت يأتي أمز الله
4 Ibid., hlm. 25 . 26.
7
Diriwayatkan oleh Ibnu Wahhab dari Yunus dari Ibnu Syihab
berkata: berkata Humaid ibnu Abdirrahman mendengar
Mu.awiyah di dalam khutbahnya ia berkata: Aku mendengar
Rasulululah saw telah bersabda: barangsiapa yang dikehendaki
Allah akan diberikannya kebajikan dan keutamaan, niscaya
diberikan kepadanya keluasaan faham dalam agama..(HR.
Bukhari dan Muslim).
Dari pengertian-pengertian di atas penulis melihat antara
definisi yang satu dengan lainnya memiliki titik persamaan bahwa
Fikih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara. yang
berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf yang diistinbatkan dari
dalil-dalil yang tafshili.
Jadi yang dimaksud dengan minat belajar Fikih adalah
kecenderungan untuk selalu mengingat dan memperhatikan secara
terus menerus terhadap ilmu yang menerangkan tentang segala hak dan
kewajiban seorang mukallaf (ilmu fikih) yang disertai dengan
keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikannya
dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap
2. Materi Pelajaran Fikih
Ilmu tentang ibadah dimuat dalam Ilmu Fikih. Ibadah adalah wajib,
mempelajari ilmu tentang ibadah wajib pula, karena tidak mungkin
seseorang melaksanakan ibadah itu hanya mengetahui esensi dari ibadah
saja tanpa mengetahui cara melakukan ibadah tersebut. Allah swt
menciptakan Jin dan Manusia itu untuk mengabdi kepada-Nya. Ini
ditegaskan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzaariyaat ayat 56
yang berbunyi:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada Ku..” (Q.S. Adz-Dzaariyaat:56)
8
Secara tegas Allah swt memerintahkan manusia untuk beribadah
kepada-Nya dengan Firman-Nya dalam Al-Qur.an surat Al-Baqarah ayat
21 yaitu:
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orangorang sebelummu, agar kamu bertakwa..” (Q.S. Al-Baqarah:
21)
Perintah itu adalah esensi dari semua tugas manusia sehingga tugas
pendidikan juga merupakan salah satu tugas dalam rangka beribadah
kepada-Nya.
B. Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan
1. Pengertian dan asal mula Puasa
Secara etimologi Puasa dari segi bahasa berarti menahan (imsak)
dan mencegah (kalf) dari sesuatu, dengan kata lain yang sifatnya menahan
dan mencegah dalam bentuk apapun termasuk didalamnya tidak makan
dan tidak minum dengan sengaja (terutama yang beretalian dengan
agama).5 Arti puasa dalam bahasa Arab disebut Shiyam atau Shaum secara
bahasa berarti ‟menahan diri‟(berpantang) dari suatu perbuatan.6
Sedangkan secara terminology puasa artinya menahan dan
mencegah diri dari hal-hal yang mubah yaitu berupa makan dan
berhubungan dengan suami istri, dalam rangka Taqarub ilallahi
(mendekatkan diri pada Allah swt,). Dalam hukum Islam puasa berarti
menahan, berpantang, atau mengendalikan diri dari makan, minum, seks,
5 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hlm.
771. 6 Ahmad Syarifuddin , Puasa Menuju Sehat Fisik dan psikis, (Jakarta: Gema Insani, 2003), hlm.
43.
9
dan hal-hal lain yang membatalkan diri dari terbit fajar (waktu subuh)
hingga terbenam matahari (waktu maghrib).7
Jadi, pengertian puasa menuju sehat secara syar‟i adalah menahan
dan mencegah kemauan dari makan, minum. Bersetubuh dengan istri, dan
yang semisalnya sehari penuh, dari terbit fajar siddiq (waktu subuh)
hingga terbenamnya matahari (waktu maghrib), dengan tunduk dan
mendekatkan diri kepada Allah.8
Ada juga yang mendefinisikan puasa dari segi syara‟, puasa berarti
menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya dengan niat yang
dilakukan oleh orang yang bersangkutan pada siang hari, mulai terbit fajar
sampai terbenam matahari, dengan kata lain, Puasa adalah menahan diri
dari perbuatan (fi‟li) yang berupa dua macam syahwat (syahwat perut dan
syahwat kemaluan) serta menahan diri dari segala sesuatu agar tidak
masuk perut, seperti obat atau sejenisnya. Hal itu dilakukan pada waktu
yang telah ditentukan, yaitu semenjak terbit fajar kedua (fajar shadiq)
sampai terbenam matahari, oleh orang tertentu yang berhak
melakukannya, yaitu orang muslim, berakal. Tidak sedang haid, dan tidak
nifas. Puasa harus dilakukan dengan niat; yakni, bertekad dalam hati untuk
mewujudkan perbuatan itu secara pasti, tidak ragu-ragu, tujuan niat adalah
membedakan antara perbuatan ibadah dan perbuatan yang telah menjadi
kebiasaan.9
Pengertian puasa banyak yang mendefinisikan, sedangkan menurut
istilah banyak para para pakar yang memberikan definisi antara lain
menurut Yusuf Qardawi bahwa puasa adalah menahan dan mencegah
kemauan dari makan, minum, bersetubuh dengan istri dan semisal sehari
penuh, dari terbitnya fajar siddiq hingga terbenamnya matahari, dengan
niat tunduk dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.10
7 Ibid., hlm. 43.
8 Yusuf Qardawi, Fiqih Puasa, (Surakarta: Era Interrmedia, 2000), hlm. 18.
9 Wahbah Al-Zuhayly, Puasa Dan I‟tikaf, Kajian Berbagai Mazhab, ( Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1998), hlm. 84-65. 10
Yusuf Qardawi, op.cit., hlm. 18.
10
Istilah puasa pada era sekarang bukanlah hal yang asing, ataupun
baru, orang-orang mesir kuno telah mengenal puasa 5000 tahun sebelum
agama samawi diturunkan orang Yunani dan Romawi juga telah mengenal
sebelum lahirnya agama Nasrani.
Proses pelaksanaan puasa itu nampak ketika ada larangan yang
diberikan kepada Nabi Adam dan Dewi Hawa ketika berada di surga tidak
boleh makan buah pohon khuldi (nama pohon ini tidak dapat dipastikan
karena tidak ada keterangan dari Al-Qur‟an maupun Hadits)11
, yang
berimbas keduanya diturunkan di dunia. Awal munculnya puasa berawal
dari sejarah turunnya ayat;
Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu, jika kamu
melihat seorang manusia, maka katakanlah: Sesungguhnya aku telah
bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku
tidak akan berbicara dengan seseorang manusiapun pada hari ini.
(Q.S. Maryam ; 26).12
Namun pada dasarnya puasa telah dilakukan sejak zaman dahulu
seperti yang dilakukan oleh Nabi Musa as. dan Nabi Isa as. bersama
umatnya, diperintahkan oleh Allah melakukan Puasa Ramadhan pada
masa itu. Walaupaun berkelanjutan dengan adanya perubahan model yang
dilakukan pendeta-pendetanya, yaitu dengan menambah sepuluh hari,
yang aslinya tiga puluh hari jadi empat puluh hari, adanya dalih nazar
ketika ada kaumnya yang sakit parah (pendeta), apabila pendeta itu
sembuh maka mereka akan menambahnya menjadi empat puluh hari,
jadilah puasanya kaum nasrani menjadi empat puluh hari.13
11
Ahmad Syarifuddin, loc.cit., hlm. 44. 12
Al-Qur‟an Dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota, 1989), hlm. 465. 13
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Pedoman Puasa, (Semarang, Pustaka Rizki Pustaka,
2000) cet. 4, hlm
11
Nabi Muhammadpun melihat dari golongan orang yahudi yang
melakukan puasa hari Assyura pada waktu golongan itu belum tersentuh
dengan ajaran Islam, sehingga Nabi Muhammad menyuruh kepada umat
Islam untuk melakukan hal yang sama. Memang dalam pelaksanaan puasa
sudah dilakukan sejak dulu,14
sebelum Islam datang, praktek puasa pada
masa itu istilahnya juga difardlukan oleh Allah, sama difardlukannya
ibadah puasa Ramadhan kepada umat Islam.
Fakta sejarah yang ditemui pada umat-umat dan bangsa-bangsa
yang terdahulu menunjukkan bahwa mereka melakukan puasa sebagai
sebuah naluri fitrah tanpa standar dan ukuran yang jelas serta tegas.
Tindakan para pendeta Yahudi dan Nasrani, misalnya, kewajiban puasa
selama tiga puluh hari di bulan Ramadhan yang bertepatan dengan musim
panas, mereka merubah waktunya kemusim semi karena dirasa
memberatkan. Puasa yang semula sehari mereka merubah menjadi sehari
semalam, yaitu mulai matahari terbenam hingga matahari terbenam
keesokannya.15
Ini membuktikan betapa terjadi distorsi pada ia badah puasa oleh
umat dan bangsa terdahulu. Hal ini terbukti pada Al-Qur‟an surah Al-
Baqarah ayat 35, Allah melarang Nabi Adam dan Dewi Hawa memakan
buah pohon tertentu, sementara ada yang menamainya dengan nama nuah
khuldi, buah kekekalan, sebagaimana tersebut dalam dalam Al-Qur‟an
surah Thaha ayat 120, tetapi nama itu adalah nama yang diberikan setan.
Inilah barang kali puasa dalam arti menahan diri dari hal-hal yang
dilarang.16
2. Dasar hukum adanya puasa
Di dalam Al-Qur‟an kata shiyam disebutkan sebanyak 8 kali,
kesemuanya dalam arti puasa menurut pengertian hukum syariat. Al-
Qur‟an juga menggunakan kata shiyam satu kali, tetapi maknanya adalah
menahan diri untuk tidak berbicara, yaitu pada Q.W.; 26 seperti diajarkan
14
Ibid., hlm. 2 15
Ahmad Syarifuddin op.cit., hlm. 50-51. 16
Ibid., hlm. 44.
12
malaikat Jibril kepada Mariam a.s. ketika ada yang mempertanyakan
tentang kelahiran anaknya (Isa a.s.) kata tersebut juga terdapat dalam
bentuk perintah berpuasa dibulan Ramadhan , satu kali dalam bentuk kata
kerja yang menyatakan bahwa “berpuasa adalah baik untukmu” dan satu
kali menunjukkan kepada pelaku-pelaku puasa pria dan wanita yaitu ash-
shaimin wash-shaimat.
“Hai Orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa (Q.S: 2: 183)”17
Dalam Al-Qur‟an, ada sebagian ayat yang diawali dengan “ya
ayyuhannas” ( Wahai manusia), dan ada pula ayat yang diawali dengan
“ya ayyuhalladzina amanu” (wahai orang-orang yang beriman). Ayat
yang diawali dengan “ya ayyuhannas” pada umumnya turun di Makkah
sebelum nabi Hijrah, sedang ayat yang diawali dengan “ya ayyuhalladzina
amanu” turun di Madinah. Jika dilihat ayat diatas, ayat tersebut diawali
dengan “ya ayyuhalladziina amanu”. Ayat ini mewajibkan puasa kepada
orangorang yang beriman dengan memakai kata kutiba. Secara harfiah
kata kutiba berarti dituliskan. Tetapi dalam ini berarti diwajibkan. Alasan
menggunakan lafadz kutiba, menurut ulama‟ tafsir, kewajiban puasa telah
ada sejak sejarah manusia. Karena itu. Allah tidak menggunakan redaksi
kata furidha (diwajibkan/difardhukan) melainkan kata kutiba alasannya
antara lain; pertama, kata kutiba mempunyai arti seolah-olah dia sudah
tertulis begitu lama sehingga tetap menjadi kewajiban, masalahnya ada
hukum tertulis dan hukum tidak tertulis.
17
Depag, loc.cit., hlm. 44.
13
Kalau hukum sudah berlangsung lama dan begitu penting, biasanya
disebut hukum tertulis. Kata kutiba juga menunjukkan bahwa kewajiban
puasa sudah ada sejak Nabi Adam a.s. kedua, dipakai kutiba karena
pentingnya kewajiban ini. Puasa adalah suatu kewajiban yang sangat
penting, bukan sekadar perintah biasa, dikatakan penting karena Allah
sendiri yang akan memberikan imbalan pahala kepada orang yang
berpuasa. Ketiga, kewajiban puasa ini tertulis di semua kitab suci yang
azali, seperti terdapat dalam kitab Injil, Zabur, dan Shuhuf-shuhuf Ibrahim,
perbedaannya hanyalah pada tata caranya sedangkan kewajiban puasanya
itu sendiri sudah tertulis.18
Kemudian arti Al-Shiyam (bentuk jamak dari shaum, puasa)? puasa
adalah menahan, tentu bukan hanya sekedar menahan nafsu, makan dan
minum. Prinsip shiyam adalah menahan diri dari makan dan minum,
menggauli istri, boros dan melakukan segala tindakan yang merusak
hubungan dengan Tuhan, jadi Shiyam itu menahan bukan hanya dari
makan dan minum, tapi segala-galanya. Lafadz kama kutiba „ala laadzina
min qablikum (sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu).
Kewajiban puasa sudah ada sejak dulu jauh sebelum Nabi Muhammad
SAW. Tapi tatacara yang berbeda beda tapi esensinya sama, yaitu
pengendalian diri agar menjadi hamba yang bertakwa. La‟allakum
tattaqun (agar kamu bertakwa) kata la‟ala (agar) menunjukkan adanya
kaitan antara kata takwa dengan pelaksana utama, sementara untuk arti
takwa sendiri terperinci sebagai berikut; dimulai dari arti lafadz ta‟ itu
sendiri, diartikan dengan tawakal.19
(pasrah, menyerahkan kepada Allah
SWT), ada pula yang mengartikan dengan arti tawadu‟20
(merendahkan
diri), tidak sombong, sopan santun, tahu diri keberadan manusia sebagai
Khalifah. Selanjutnya arti lafadz “qaf‟ diartikan dengan qana‟ah21
18
Said agil Husain Al-Munawar et. al., Meramadhankan Semua Bulan puasa Sebagai Tangga
Ruhani, (Jakarta,: Iman Dan Hikmah), hlm. 64-65. 19
Ibid., hlm. 66 20
Nur Ahmad (eds.), (Jakarta: Kompas, 2000), hlm. 66. 21
Said Agil Husain Al-Munawar et.al., op.cit., hlm. 66.
14
(menerima, bersikap sederhana) menerima atas semua yang telah diberikan
oleh Allah selama ini. Tidak ambisius terhadap hal-hal yang belum
diberikan, kemudian lafadz, wawu, diartikan dengan wara‟ ( menjaga diri
dari semua perbuatan dan makanan yang tidak halal serta tidak
membiasakan dengan dosa-dosa kecil) terutama dalam puasa.
Seseorang (remaja) dalam menjalankan ibadah puasa mestinya
dapat menerima apa yang ada dihadapannya.tidak malah serakah dengan
hak orang lain, ada sebuah tahu diri, menjaga diri, apalagi dalam masalah
makan dan minum, tahu dari manakah makan dan minum yang
diperolehnya.
Permasalahannya ketika setiap sesuatu yang dimasukkan dalam
perut seseorang (remaja) akan berekses dalam kesehatan seseorang, baik
kesehatan jasmani ataupun kesehatan rohani, sementara untuk arti Alif,
diartikan dengan ikhlas,22
ikhlas dalam melakukan ibadah puasa, tidak
adanya sifat riya‟ (pamer dengan sesuatu yang lain, ikhlas dalam bentuk
apapun yang telah ia kerjakan tanpa adanya unsur lain, justru yang
dianggap sempurna puasa seseorang (remaja) yaitu dengan jalan ikhlas
dengan sepenuh hati.
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika diantara kamu
ada yang sakit atau dalam perjanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak sehari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain. Dan wajib bai orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah,
(yaitu) : memberi makan seorang miskin, barang siapa yang
22
Ibid., hlm. 66
15
dengan kertelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah :
184).23
Arti lafadz dari keseluruhan ayat tersebut adalah, arti lafadz,
ayyamma „dudat ada beberapa penafsiran: Pertama, puasa itu sudah
ditentukan dihari-hari tertentu, yaitu sejak awal ramadhan sampai akhir
bulan ramadhan. Kedua, hari-hari tertentu yang memberikan gambaran
bahwa orang-orang sakit tidak bisa berpuasa dihari-hari tertentu.
Semuanya itu harus diganti dengan hari yang lain, ketiga, dikatakan bulan
ramadhan karena bulan itu diakhir kedua puluh sembikan atau ketiga
puluhnya. Jadi diakhir bulan hijriyah, kemudian untuk arti maridla, disini
ada beberapa pendapat, tapi penulis lebih cenderung mengarahkan pada
pendapat yang mengatakan bahwa yang boleh untuk tidak berpuasa adalah
bagi mereka yang dapat melemahkan fisik (tubuh seseorang/remaja)
seseorang untuk menjalani ibadah puasa atau kalau si penderita itu tidak
mau minum obat ia akan parah, jadi ketika ia berpuasa kemudian ia tidak
mampu dalam kewajaran maka ia diperbolehkan untuk tidak berpuasa.
Untuk masalah musafir dalam lafadz Aw „ala safarin, ( mereka
yang musafir) dijelaskan bagi mereka yang bebergian jauh yang sudah
menempuh 40 mil , kemudian yang menjadikan patokan perjalanan selama
itu adalah kadar masyaqqahnya (keberatannya), ketika musafir (orang
yang bepergian) itu pergi dalam keadaan puasa itu menemui keneratan
maka diperbolehkan untuk berbuka.
Sementara untuk lafadz waantasumu khairun lakum inkuntum
ta‟lamun( puasa itu baik jika kamu mengetahui), disini dapat diartikan
kata khair disini menunjukkan keabikan bak dari sisi dunia maupun
akhirat. Dari sisi akhirat sudah pasti mendapatkan pahalnya berlipat ganda,
dari sisi dunia, puas sebagai perisai seseorang (remaja) dalam
23
Depag, loc. cit. Hlm. 44.
16
kehidupannya. Sehingga orang yang berpuasa selam satu bulan atau
hingga lebih ia akan tetap terjaga.24
Ayat selanjutnya adalah :
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur‟an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang baik dan yang bathil).
Karena itu barang siapa diantara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan ini, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka)
maka (wajilah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkan
itu, pada harihari yang lain. Allah menghendaki kesukaran bagimu
dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberijkan
kepadamu supaya kamu bersyukur”. (Al-Baqarah: 185).25
Ayat diatas menjelaskan keistimewaan bulan Ramadhan, syahru
Ramadhan alladzi unzila fihi Al-Qur‟an, bulan Ramadhan adalah bulan
diturunkannya Al-Qur‟an. Apa kebaikan di akhirat dari diturunkannya Al-
Qur‟an, karena Al-Qur‟an adalah hudan linnas, petunjuk bagi manusia,
oleh karena dibulan puasa khusunya bulan Ramadhan alangkah baiknya
kita sering membaca Al-Qur‟an. Selain sebagai Hudan Linnas, Al-Qur‟an
disebut juga Al-Furqan, sebab membedakan mana yang mana yang baik
(benar) dan yang buruk (salah). Kalimat setelahnya menerangkan inti pada
24
Said Agil Husain Al-Munawar, op.cit., hlm. 68-71. 25 Depag. op.cit., hal 44.
17
ayat itu adalah bagi orang yang melihat tanggal penetapan puasa agar
segera melaksanakan yang sesuai dengan petunjuk Allah yang telah
diberikan. Selanjutnya keterangan mengenai tentang menghendakinya
Allah mengenai kemudahan bukan menghendaki yang susah (kesulitan).
Alasan Allah menggunakan la‟alakum tasykurun, mudahmudahan kamu
bersyukur. Supaya manusia (termasuk remaja) mengetahui bahwa Allah
maha pemurah, sehingga manusia mensyukuri nikmat Allah.26
3. Tujuan dan hikmah berpuasa
Puasa dalam pandangan Islam adalah ibadah vertikal, langsung
kepada Illahi Rabbi dilakukan oleh seseorang (remaja) hamba secara
sendiri-sendiri (individual). Pesan untuk berpuasa bagi segenap umat
Islam disandarkan pada etika yang terdapat dalam Al-Qur‟an yang menjadi
pedoman mutlak bagi kebebaran maupun keabsahannya dalam
kehidupan.27
Secara jelas Al-Qur‟an menyatakan bahwa tujuan puasa yang
hendaknya diperjuangkan adalah untuk mencapai ketakwaan atau realisasi
ketakwaan yakni menjalankan perintah Allah SWT. Dan menjauhkan diri
dari segala sesuatu yang dilarang-Nya28
dan la‟allakum tattatquun. Ini
berarti bahwa menahan diri dari lapar dan dahaga bukan tujuan utama dari
puasa. Puasa merupakan satu ibadah yang unik. Segi keunikannya
misalnya, bahwa puasa merupakam rahasia antara Allah dan pelakunya.
Bukankah manusia yang berpuasa dapat bersembunyi untuk minum dan
makan? Bukankah sebagai insan, siapapun yang berpuasa, memiliki
keinginan untuk makan atau minum pada saat-saat tertentu dari siang hari
puasa?
Kalau demikian, apa motivasinya menahan diri dari keinginan itu
tentu bukan karena takut atau segan dari manusia, sebab jika demikian, dia
dapat bersembunyi dari pandangan mereka. Namun kenyataannya manusia
26
Said Agil Husain Al-Munawar, op.cit., hlm 73. 27
Syahrin Harahap et. al., Nasehat Para Ulama‟ Hikmah Puasa, Berpuasalah Agar Hidup
dibimbing Menuju-Nya, (Jakarta: Raja Grafindo Jaya, 2001), hlm. 137. 28
Wabah Al-Zuhaily, loc.cit., hlm.86.
18
melaksanakan ibadah puasa hanya karena Allah SWT semata bukan
karena unsur lain. 29
Berpuasa bagi orang Islam (remaja) bukan saja berbakti kepada
Allah, tetapi disiplin jiwa dan moril, suatu kesadaran hidup yang tinggi
bukankah tidak ada daya nafsu yang lebih besar dari pada melepaskan
lapar, sedang makan dan minuman dibawah dipelupuk mata, meskipun
demikian, daya nafsu ini dikalahkan oleh orang yang berpuasa.30
Puasa telah lama dikenal oleh umat manusia, namun mereka
bukan berarti telah usang atau ketinggalan zaman. Karena generasi abad
sekarang inilah masih melakukannya. Puasa dalam arti “ mengendalikan
dan menahan diri untuk tidak makan dan minum dalam waktu–waktu
tertentu” dilakukan antara lain dengan tujuan memelihara kesehatan atau
merampingkan tubuh, atau dalam bentuk mogok makan sebagai pertanda
protes atas perlakuan pihak lain, atau dilakukan sebagai tanda solidaritas
atas malapetaka yang menimpa teman atau saudara, seperti yang terdapat
disentara suku-suku di India dan lainnya yang hingga kini masih berlaku.
Puasa dengan makna ragam tujuan dan bentuk tersebut dihimpun oleh satu
esensi, yaitu “pengendalian diri”. Puasa yang dilakukan umat Islam digaris
bawahi oleh Al-Qur‟an sebagai “bertujuan untuk memperoleh takwa”.
Tujuan tersebut tercapai dengan menghayati arti puasa itu sendiri.
Memahami dan menghayati arti puasa memerlukan pemahaman terhadap
dua hal pokok yang menyangkut hakikat manusia dan kewajibannya
dibumi ini. Pertama, manusia diciptakan oleh Tuhan dari tanah, kemudian
dihembuskan kepadanya Ruh ciptaan-Nya, dan diberikan potensi untuk
mengembangkan dirinya hingga mencapai satu tingkat yang
menjadikannya wajar untuk menjadi Khalifah (pengganti) Tuhan dalam
memakmurkan bumi ini. Kedua, dalam perjalanan manusia menuju ke
bumi, ia (Adam) melewati (”transit” di) surga, agar pengalaman yang
29
Muhammad Quraish Shihab , Membumikan Al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1992),hlm.
530-531. 30
R.H. Su‟dan, Alqur‟an Dan Panduan Kesehartan Masyarakat, (Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997), hlm. 223.
19
diperolehnya disana dapat dijadikan bekal dalam menyukseskan tugas
pokok di bumi ini. Pengalaman tersebut antara lain adalah persentuhannya
dengan keadaan di surga itu sendiri.31
Ibadah puasa bukan hanya sekedar rutinitas tahunan (bulan
Ramadhan) dengan mengerjakan amal ibadah seperti membaca Al-Qur‟an,
shalat tarawih dan berbagai aktivitas rutin lainnya, akan tetapi lebih dari
itu, ibadah puasa hendaknya dapat mendidik seseorang (remaja)
mengantarkan pribadi-pribadi yang tangguh, memiliki komitmen moral
yang tinggi serta membentuk kepribadian muslim yang paripurna.32
Secara
jelas Al-Qur‟an menyatakan bahwa tujuan puasa yang hendaknya
diperjuangkan adalah untuk mencapai ketakwaan atau la‟allakum
tattaqun.33
Dalam rangka memahami tujuan tersebut agaknya perlu digaris
bawahi, banyak diantara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu
dari Puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga.34
Banyak orang berpuasa
tidak ada nilai baginya kecuali lapar dan dahaga. Dan banyak orang
bangun malam tidak ada nilai baginya selain terjaga (tidak tidur) dan
kepayahan.35
Itu adalah hasil yang diperoleh oleh orang (remaja) yang
berpuasa ketika tidak tahu apa yang menjadi tujuan pokoknya.
Ada pengertian arti takwa itu sendiri; yang diartikan menurut
masing-masing huruf hijaiyyah pembentuk kata ‟taqwa‟ (dalam bahasa
Arab), memberikan ciri-ciri orang yang bertakwa sebagai berikut.
Pertama, Tawadu‟, maksudnya, sopan santun, tidak sombong, tidak
berbuat sewenang-wenang. Orang yang bertakwa meyadari bahwa dirinya
bukan apa-apa. Apa yang ada paada dirinya: pangkat, kedudukan, jabatan
atau kekayaan, hanyalah barang titipan yang pada saatnya nanti akan
diambil oleh Allah, karena Allah lah pemiliknya yang hakiki, maka dari itu
31
Muhammad Quraish Shihab, loc.cit., hlm. 307. 32
Syahrin Harahap, et,al., loc.cit., hlm. 137. 33
Quraish Shihab, loc.cit., hlm. 230. 34
Ibid.,hlm. 231. 35
Rahman, loc.cit., hlm. 58.
20
sungguh tidak pantas ketika puasa seseorang (remaja) menyombongkan
diri dengan modal barang titipan. Kedua, Amanah, maksudnya, bersikap
sederhana, bila seseorang (remaja) telah mampu menyadari siapa dirinya
dan mampu menekan egonya yang tidak baik, maka ia tidak akan bersikap
aneh (yang menyalahi aturan agama). Tidak ambisius untuk mencapai
sesuatu dengan jalan yang tidak benar. Ketiga, wara‟; menjaga diri dari
semua perbuatan dan makanan yang tidak halal, orang yang bertakwa tidak
akan melakukan penyelewengan, tidak akan korup dan tidak akan
melakukan perbuatan yang tidak benar.36
Puasa merupakan suatu rangka pokok dari rangka-rangka
pembinaan Iman, dalam Nash Al-Qur‟an dan Al-Hadits, serta ijma‟ yang
muktabar menyatakan bahwa puasa benar-benar suatu rangka dari
kerangka pembinaan iman puasa. Suatu rukun dari rukun dari rukun-rukun
Islam, dan suatu ibadah ruhiyah yang positif yang difardlukan secara tetap
dan teguh.37
Puasa merupakan salah satu ibadah besar dalam agama Islam.
Ia termasuk dalam amal badani, amal nafsi (amal yang berkaitan dengan
jiwa) dan amal Ijabi (amal yang positif) karena itu puasa melibatkan
jasmani dan rohani sekaligus, hal ini berbeda dengan ibadah lain, yang lain
hanya melibatkan jasmani atau rohani saja, disamping itu pula puasa
Ramadhan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga hal
ini terasa berat. Dikatakan amal badani karena puasa menuntut adanya
kemampuan dari segi fisik. Yang diwajibkan puasa adalah orang-orang
yang mampu untuk melaksanakannya. Diluar itu tidak ada kewajiban
baginya, karena ia merupakan salah satu syarat wajib berpuasa. Oleh sebab
itu orang-orang yang tidak mampu seperti orang sakit, orang dalam
perjalanan, orang yang sudah tua renta hamil atau menyusui tidak
diwajibkan berpuasa akan tetapi bagi mereka adalah mengganti pada hari-
hari yang lain atau membayar fidyah.
36
Nur Ahmad (eds), loc.cit., hlm. 66-67. 37
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, loc.cit., hlm. 15.
21
Maka barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berkata), maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi
orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak puasa)
membayar fidyah (yaitu): memberi makan seorang miskin.
(Q.S.2:184).38
Tujuan tersebut tercapai dengan menghayati arti puasa itu sendiri.
Memahami dan menghayati arti puasa memerlukan pemahaman terhadap
dua hal pokok menyangkut hakekat manusia dan kewajibannya di bumi
ini. Pertama, manusia diciptakan oleh Allah dari tanah kemudian
dihembuskan kepadanya ruh ciptaan-Nya dan diberikan potensi untuk
mengembangkan dirinya hingga mencapai satu tingkat yang
menjadikannya wajar untuk menjadi Khalifah (pengganti) Tuhan dalam
memakmurkan bumi ini Tuhan menciptakan manusia diberi potensi untuk
memiliki sifat-sifat Tuhan sesuai dengan kemampuan sebagai makhluk.
Kedua, dalam perjalanan manusia menuju ke bumi Adam melewati surga,
agar pengalamannya disana dapat dijadikan bekal dalam menyukseskan
tugas pokoknya dibumi. Hal ini mendorongnya untuk menciptakan
bayangan surga di bumi, sebagaimana pengalamannya dengan setan
mendorongnya untuk berhati-hati agar tidak terpedaya lagi sehingga
mengalami kepahitan yang dirasakan ketika terusir dari surga.39
Adapun hikmah berpuasa dalam Islam, adalah untuk
mempersiapkan kita memperoleh takwa bukan untuk sesuatu kepentingan
Tuhan.
38
R.H.A. Soenarjo, et. al., Al-Qur‟an Dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
penterjemah/penafsir Al-Qur‟an, 1997), hlm.44. 39
Muhammad Quraish Shihab, loc.cit., hlm.307-308.
22
Mekanisme puasa tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan
jasmani, tetapi juga terhadap rohani pelakunya, lebih dari itu, kesehatan
jasmani dan kesehatan rohani akan berpengaruh terhadap kesehatan sosial.
Puasa yang mencapai tingkat ihsan dan itqan adalah puasa yang
memadukan aktivitas fisik dan aktivitas psikis. Puasa lahir dan puasa
batin. Disamping mengendalikan diri dari makan, minum, seks, dan
semacamnya juga mengupayakan menahan diri dari maksiat. Anggota
tubuh yang berpuasa tidak hanya mulut dan kemaluan (Farj), namun mata,
telinga, tangan, kaki, dan hati juga diupayakan turut berpuasa.40
Dalam kaitannya dengan hikmah yang terjadi dalam melaksanakan
ibadah puasa secara garis besar di uraikan dalam dua masalah, yaitu:
1. Pengaruh puasa terhadap kesehatan jasmani (ditinjau dari sisi
kedoktreran).
Para dokter bersepakat bahwa kelebihan-kelebihan dalam segi
makan dan minum akan berdampak buruk bagi kesehatan.41
Dalam
anatomi tubuh manusia dibekali beberapa terapi alamiah dalam
keadaan tubuh tidak kemasukan sebutir nasipun, manusia masih
mempunyai cadangan energi yang disebut glikogen. Cadangan yang
diperoleh dari karbohidrat ini bertahan selama 25 jam, dengan
demikian, anak atau seseorang yang menjalankan puasa tidak perlu
khawatir menjadi sakit karena tubuh mempunyai mekanisme alamiah
untuk mempertahankan dirinya. Secara prinsip denganberpuasa dapat
diperoleh hal-hal:
a. Mengistarahatkan organ-organ pencernaan
Manusia dalam kesehariannya atau diluar puasa bulan puasa ketika
sedang tidak berpuasa, alat-alat pencernaan di dalam tubuh akan
bekerja ekstra keras, oleh karena itu. Sudah sepatutnya alat
pencernaan tersebut diberi waktu untuk beristirahat, paling
sedikitnya selama satu bulan dalam setahun. Makanan yang masuk
40
Ibid., hlm. 75. 41
Jejen Musfah, Panduan danMakna Puasa, Menggapai Ridho Illahi Dibulan Suci,
Yogyakarta, Hihrah, 2003, hlm. 36
23
kedalam tubuh manusia (remaja) memerlukan proses pencernaan
kuramng lebih dari delapan jam yang terdiri dari empat jam
diproses di dalam lambung dan empat jam di usus kecil (ileum).
b. Membersihkan tubuh dari racun, kotoran dan ampas
Dalam tubuh manusia terdapat sampah berbahaya semisal feaces
atau tinja, urine, CO 2 dari keringat maka dari itu tubuh akan
terancam bahaya juka mengalami sembelit yang disebabkan oleh
menumpuknya sisa-sisa sari makanan (tinja) di usus yang
dampaknya akan menyebabkan tinja/racun terserap kembali pada
tubuh.
c. Mempercepat regenerasi kulit
Tubuh manusia(remaja) mengalami metabolisme energi yakni,
peristiwa perubahan dari energi yang terkandung dalam zat gizi
menjadi energi potensial dalam tubuh, sisanya akan disimpan
dalam tubuh, sel ginjal, sel kulit, pelupuk mata serta dalam bentuk
lemak dan glikogen. Cadangan gizi inilah yang akan membakar
menjadi energi jika jika tubuh tidak mendapat suplai pangan dari
luar, ketika berpuasa manusia (remaja) akan cadangan energi yang
tersimpan dalam organ-organ tubuh akan dikeluarkan, yang
akhirnya melegakan pernafasan organorgan tubuh dan sel
penyimpanan.42
Menghambat perkembangan atau pertumbuhan
bakteri, virus dan sel kanker. Dalam tubuh manusia (anak) terdapat
parasitparasit yang menumpang hidup termasuk menumpang
makan dan minum, dengan jalan menghentikan pemasukan
makanan. Maka kuman-kuman penyakit seperti bakteri-bakteri dan
selsel kanker tidak akan bisa bertahan hidup, mereka akan keluar
melalui cairan tubuh bersama sel-sel yang telah mati dan toksin.
d. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Adanya penambahan sel darah putih, hal ini berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh para ahli kesehatan. Meningkatkan daya serap
42
Rahman, loc.cit., hlm. 136-139.
24
tubuh, Umumnya orang hanya menyerap 35 % dari gizi makanan
yang dikonsumsinya dengan berpuasa penyerapan gizi dapat
mencapai 85 %.43
e. Menciptakan keseimbangan elektrolit di dalam lambung
Keberadaan zat kimia yang bersifat alkali dan bersifat asam di
dalam tubuh manusia (remaja) harus seimbang.
f. Memperbaiki fungsi hormon
Kelenjar endokrin akan menghasilkan zat-zat kimia yang
mengeluarkan hormon, jika tugasnya sudah selesai, maka
pengeluaran hormon akan dihentikan untuk sementara waktu
sambil menunggu tugas yang sama berikutnya, hal ini karena pada
saat-saat terttentu misalnya disaat sedih, gembira, cemas, bersikap
sosial dan sebagainya.
g. Meningkatkan fungsi organ reproduksi
Peningkatan fungsi organ reproduksi ini erat kaitannya dengan
peremajaan sel yang mendatangkan perubahan pada sel-sel
urogenitalis dan jaringan-jaringan organ reproduksi wanita, terjadi
perubahan metabolik pada saat menjalankan puasa, terutama yang
dilangsungkan lewat kelenjar-kelenjar endokrin.
h. Meremajakan atau mempercepat pegenasi sel-sel tubuh. Organ-
organ tubuh ketika manusia menjalankan puasa organ ini akan
dalam keadaan rileks, organ-organ tubuh disini terdiri dari
jaringan-jaringan yang merupakan kumpulan dari sel-sel sejenis
serta ada berbagai macam sel dalam tubuh manusia, antara lain sel
darah, sel tulang, sel syaraf, sel otot dan sel lemak.
i. Meningkatkan fungsi fisiologis organ tubuh.
Manusia (remaja) berpuasa berati memberikan kesempatan interval
selam kurang lebih empat belas jam bgi organ-organ tubuh seperti
lambung, ginjal dan lever, selama itu tubuh tidak menerima
makanan maupun minuman. Sehingga akan menimbulkan efek
43
Ibid., hlm. 140-142.
25
berupa rangsangan terhadap seluruh sel, jaringan dan organ tubuh,
efek rangsangan ini akan menghasilkan, memulihkan dan
meningkatkan fungsi fisiologinya, misalkan panca indra menjadi
semakin tajam dan peka.
j. Meningkatkan fungsi Syaraf.
Syaraf merupakan merupakan bagian yang sangat vital, karena
susunan syaraf terdiri dari otak dan syaraf tulang belakang,
permasalahannya otak bertindak atas dasar informasi yang
diterimaa terus menerus dan tiada putus-putusnya yang dibantu
oleh hormon dan syaraf, serta otak juga mengatur suhu badan
tekanan darah, keseimbangan kadar kimia dalam tubuh oksigen dan
karbon dioksida dalam darah, serta keadaan dan kadar berbagai zat
kimia yang dikirimkan dan diambil dari berbagai organ tubuh.44
2. Pengaruh Puasa terhadap kesehatan Rohani
a. Puasa dapat menghilangkan sifat hewaniyah
Dalam melakukan ibadah puasa tidak hanya diwajibkan menahan
lapar dan haus semata akan tetapi wajib pula menahan dan
menutup segala atau segenap panca indera dari semacam pengaruh
dan perbuatan maksiat dan harus mampu mencegah gerakan tubuh
maupun bisikan bathin yang dapat menimbulkan pengaruh pada
perbuatan jelek dan tidak terpuji.
b. Menciptakan dan meningkatkan daya nalar.
Biasanya puasa sebagai penapis dan penyaring yang selanjutnya
menentukan kadar ketakwaan seseorang (remaja). Mereka
membentuk watak yang kukuh tegak dalam segala keadaan dan
waktu. Tidak gampang terperdaya dari terpaan dan godaan,
lantaran menghujam direlung hati iman yang mapan. Malah yang
hebat lagi puasa dapat membersihkan rohani dan meningkatkan
nalar pikiran dari segala muskil kesukaran, serta merta mampu
mengentas derajat kemanusiaan.
44
Ibid., hlm. 141-148.
26
c. Nalar pikiran ke Alam Illahi.
Sudah banyak tokoh Islam atau para ulama‟ yang mashur, cerdas
lewat usahanya melalui puasa, acapkali membuahkan tulisan-
tulisan yang berharga seperti Buya Hamka, beliau melakukan
meditasinya lewat prosesi ibadah puasa, ada nalar yang mengarah
kepada ruh yang ditiupkan, disini istilahnya alam ilahiyah
d. Aku (Ego) lahir dan Aku bathin
Puasa merupakan intuisi disiplin moral dan fisik yang menerawang
ke alam ilahi, adalah tujuan mulua manusia (remaja) mencapai
tingkatan spiritual manusia yang paling tinggi.
e. Egois menjadi Ikhlas
Dalam perjalanan yang lebih nyat, penyakit egosentris acapkali
menggunakan golongan lain sebagai alat untuk mempengaruhi atau
menguasai sesuatu menjadi objek.
f. Puasa dan penyakit psikosomatik
Perlu adanya pembuktian adanya dari cabang ilmu kesehatan
misalnya ilmu urai tubuh (anatomi), ilmu pengobatan
(farmakologi), ilmu sebab-sebab penyakit (acteologi), ilmu asal
datangnya penyakit (patologi) dan ilmu ketentuan hilangnya
penyakit (prangnostik).45
Secara psikologis puasa juga dapat berfungsi sebagai
pencegah gangguan jiwa, hal ini didasarkan pada para pakar ilmu jiwa
yang menyimpulkan bahwa yang mendorong manusia bertindak,
berperilaku dan bekerja adalah berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani (psikologis) merupakan
kebutuhan disiplin rohani dan melatih diri terhadap batasan-batasan
yang telah ditentukan. Melatih disiplin rohani artinya untuk
mengekang hawa nafsu dan dikendalikan kearah perbuatan-perbuatan
yang baik, yaitu ajaran supaya manusia siap menghadapi penderitaan
45
Ibid., hlm. 149-154.
27
dan cobaan serta menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dilarang
agama dan memperbanyak amal sholeh, kegiatan kemanusiaan dan
kaih sayang.46
Sedangkan menurut Al Ghazali Mukri manfaat puasa secara
psikologis dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Puasa sebagai pembersih jiwa dan pelatihjiwa, puasa berrarti
membersihkan jiwa dengan mentaati perintah Allah dan manjauhi
larangan-Nya. Puasa juga pelatihan jiwa agar selalu
menghambakan diri secara total kepada Allah SWT dengan
menahan nafsu makan, minum, dan seksual serta menahan segala
sesuatu yang menjadi kesenangan jiwa, semata-mata hanya
mencari ridho Allah.
b. Puasa sebagai tarqhiyah yaitu peningkatan rohani, puasa akan
mangangkat rohaniyah umat atas keinginan-keinginan materi
mereka, karena manusia memiliki dua unsur yang saling
bertentangan . jika unsur rohani (kejiwaan) yang menang maka ia
akan naik ketingkat malaikat. Bisa jadi inilah salah satu
kegembiraan yang dirasakan oleh setiap orang yang berpuasa,
setiap kali ia dapat menyempurnakan puasanya.
c. Puasa sebagai sarana tarbiyah dzaliyah yaitu pembinaan diri, puasa
dibulan ramadhan adalah sebuah madrasah dimana kaum muslimin
mengalami masa tarbiyah di dalamnya. Puasa bermakna mendidik
kesungguhan, jihat melawan hawa nafsu, membiasakan berlaku
sabar, dan menahan keinginan syahwat.47
Kemudian dengan memperhatikan dan mempelajari rahasia-
rahasia puasa, dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah memfardlukan
puasa atas manusia (remaja) terkandung makna beberapa hal,antara
lain:
46
Zakiyah Darajat, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Ruhama, 2003,
hlm. 27 47
Mukri, Ghazali, Menikmati Ramadhan Bersama Nabi, Yogyakarta: Tiga Lentera, 2001,
hlm 20-26
28
a. Untuk menanam rasa sayang dan ramah tamah kepada fakir
miskin, kepada anak yatim dan kepada orang yang melarat
hidupnya.
b. Untuk membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah. Kita
mengetahui, bahwa puasa itu suatu amalan Allah yang berat dan
sukar. Maka apabila kita dapat memelihara segala amanah dengan
sempurna terdidiklah kita untuk memelihara segala amanah yang
dipertaruhkan kepada kita.
c. Untuk menyuburkan dalam jiwa kita kekuatan menderita apabila
kita terpaksa menderita dan untuk menguatkan iradat, atau
kehendak kita dan untuk meneguhkan azimah atau keinginan dan
kemauan.48
4. Macam-macam puasa
a. Puasa wajib. (fardlu)
Puasa wajib disini bisa juga disebut dengan puasa fardlu, yang
terdiri dari Puasa Ramadhan, puasa qadla‟(mengganti puasa
Ramadhan yang batal pada hari-hari yang lain), puasa kifarat (puasa
yang diwajibkan karena melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
agama). Dan puasa untuk melaksanakan nazar (puasa yang dijanjikan
oleh seseorang atas dirinya), semuanya hukumnya wajib, namun
biasanya yang dikategorikan puasa fardlu di sini adalah Puasa
Ramadhan.49
b. Puasa kafarat
Ialah Puasa yang wajib ditunaikan karena berbuka dengan
sengaja dalam bulan Ramadhan (dalam hal ini khilaf), bukan karena
sesuatu „udzur yang dibenarkan syara‟, karena bersetubuh dengan
sengaja dalam bulan ranadhan pada siang hari, karena membunuh
dengan tidak sengaja, karena mengerjakan sesuatu yang diharamkan
dalam Haji, serta tidak sanggup menyembelih binatang Hadyu, karena
48
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 49. 49
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, loc. cit., hlm. 76.
29
merusak sumpah dan berdziar terhadap istri50
(menyerupakan Bentuk
Tubuh Istri Disamakan Dengan Muhrimnya).
Puasa kafarat ini mempunyai beberapa bentuk. Diantaranya
puasa kafarat karena salah membunuh, puasa kafarat karena sumpah
dan nazar. Bentuk-bentuk ini mempunyai hukum-hukum tertentu.51
Puasa kafarat, ialah puasa yang wajib dikerjakannya untuk menutupi
sesuatu keteledoran yang telah kita (remaja) lakukan;
1) Karena merusak puasa dengan bersetubuh, yaitu dengan puasa dua
bulan berturur-turut.
2) Karena membunuh orang dengan tidak sengaja, yaitu puasa dua
bulan berturut-turut, jika tidak sanggup harus memerdekaan
seorang budak
3) Karena seseorang (remaja) mengerjakan sesuatu yang haram
dikerjakan dalam ihram, serta tidak boleh menyembelih binatang
Hadyu.52
c. Puasa yang diharamkan.
Ialah puasa yang dilakukan diwaktu hari raya Idul Fitri maupun
Idul Adha, pada hari Tasyriq (tanggal 11,12,13 zulhijjah ), istri
melakukan puasa sunnah tidak mendapatkan izin dari suami. Untuk
masalah puasa hari raya semua ulama‟ sepakat mengharamkan, kecuali
Imam Hanafi, alasannya berpuasa pada dua hari raya tersebut adalah
makruh yang diharamkan itu adalah hampir mendekati kepada haram,
sementara untuk masalah puasa di hari Tasyriq, para ulama‟ berbeda
pendapat, Imam Syafi‟i puasa hari Tasyriq hukumnya tidak dihalalkan,
baik pada waktu melaksanakan ibadah haji atau bukan, Imam
Hambali; tidak diharamkan berpuasa pada hari tasryiq, selain
melaksanakan haji, tetapi tidak diharamkan kalau pada waktu
melaksamnakan haji, Imam Hanafi; berpuasa pada hari Tasyriq adalah
makruh hanya diharamkan pada hari 11 dan 12 Zulhijjah pada waktu
50
Ibid., hlm. 77. 51
Rahman Sani, op.cit., hlm. 35. 52
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 165.
30
selain haji, tapi tidak diharamkan kalau dalam melaksanakan ibadah
haji, sementara puasa sunnahnya istri ulama‟ sepakat bahwa istri tidak
boleh berpuasa sunnah tanpa mendapatkan izin suaminya, kalau
puasanya mengganggu hak-hak suaminya selain menurut Imam
Hanafi, beliau mengatakan puasa istri tanpa izin suaminya adalah
makruh saja bukan haram.53
d. Puasa makruh,
Ada beberapa pendapat tentang puasa ini, para ulama‟ Hanya
hari jum‟at saja, puasa hari sabtu saja, sehari atau dua hari sebelum
puasa Ramadhan serta puasa separuh terakhir pada bulan Sya‟ban yang
tidak ada hubungannya dengan hari-hari sebelumnya dan tidak ada
sebab yang mengharuskan atau mewajibkan untuk berpuasa.
e. Puasa yang disunnahkan.
Puasa yang dilaksanakan diluar bulan Ramadhan sebagai
tambahan yang dianjurkan. Serta dapat melengkapi yang fardlu apabila
tidak ada kekurangan atau cacat padanya. Puasa sunnah dapat
diistilahkan dengan puasa tathawu‟ antara lain; puasa enam hari di
bulan syawal, puasa tanggal 9 Dzulhijjah, puasa „Assyura dan Tasyu‟a
yaitu hari yang kesepuluh dan kesembilan di bulan Muharram, puasa
tiga hari di tiap-tiap bulan (tanggal 13, 14, 15, bulan qamariah), puasa
senin kamis, puasa di bulan-bulan haram (Dzulqo‟dah, Dzulhijjah,
Muharram, dan Rajab)54
, puasa di bulan Sya‟ban dan puasa Daud,
yaitu puasa sehari puasa sehari tidak puasa, puasa setiap hari senin dan
hari kamis55
, serta puasa lain yang tidak menentang pada syara‟.
f. Puasa Sya‟ (ragu-ragu)
Puasa hari sya‟ itu biasanya dikerjakan ketika apakah sudah
masuk bulan Ramadhan atau belum, kemudian ada titik terang bahwa
hari tersebut masuk bulan ramadhan, oleh para ulama‟ ada khilafiyah
untuk masalah mengqhadha‟ atau apakah mendapat pahala, menurut
53
Rahman Sani, op.cit., hlm. 39-41. 54
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit. hlm. 77. 55
Rahman Sani, op.cit., hlm. 43
31
Imam Hanafi ia mendapatkan pahala dan tidak wajib mengqhada‟.
Tapi untuk Imam Syafi‟i , Imam Hambali, Imam Maliki, berpendapat
puasanya tidak mendapatkan pahala dan ia harus mengqhada‟nya.56
5. Syarat rukun puasa
a. Niat
Orang yang menjalankan puasa haruslah melakukan niat
didalam hati dimalam hari, karena setiap perbuatan dikatakan sah
apabila disertai dengann niat, amal (perbuatan) tanpa niat maka sia-
sialah perbuatan tersebut, begitu pula untuk puasa diwajibkan untuk
niat. Niat diwajibkan bagi puasa yang wajib ataupun puasa nazar tapi
untuk puasa sunah tidak disyaratkan niat pada malam hari namun yang
penting niat sebelum tergelincirnya matahari walaupun pada malamnya
tidak ada niat untuk puasa. Disamping itu juga puasa untuk setiap
harinya merupakan ibadah yang tersendiri-sendiri, jadinya untuk setiap
melakukan puasa, wajib melakukan niat didalam hari pada waktu
malam harinya, pada tiap-tiap malam.57
Dari Hafshah Ummul Mukminin bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum
fajar, maka tidak ada puasa baginya." Riwayat Imam Lima.
Tirmidzi dan Nasa'i lebih cenderung menilainya hadits mauquf.
Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban menilainya shahih secara
56
Ibid., hlm. 42. 57
Bulughul Maram, Dani Hidayat - [email protected], Hadist ke 490
32
marfu'. Menurut riwayat Daruquthni: "Tidak ada puasa bagi
orang yang tidak meniatkan puasa wajib semenjak malam." 58
Jadi yang dikehendaki dalam ibadah puasa disini adalah harus
adanya niat, untuk membedakan antar ibadah satu dengan yang
lainnya.
b. Menahan diri dari makan dan minum serta bersetubuh dan sengaja
muntah
Pengertian puasa menuju sehat secara syar‟i adalah menahan
dan mencegah kemauan dari makan, minum. Bersetubuh dengan istri,
dan yang semisalnya sehari penuh, dari terbit fajar siddiq (waktu
subuh) hingga terbenamnya matahari59
(waktu maghrib), dengan
tunduk dan mendekatkan diri kepada Allah. Jadi dengan sendirinya
orang (remaja) yang puasa tidak boleh makan dan minum dengan
sengaja pada waktu yang dilarang ketika puasa, tapi apabila tidak
sengaja maka mereka (remaja) wajib qadla‟, ini menurut Ulama‟
madzab namun untuk masalah pembayaran kafarah para Ulama‟
madzab berbeda pendapat, Imam Hanafi mewajibkan membayar
kafarah, sedangkan Imam Syafi‟i dan Imam Hambali tidak
mewajibkan membayar, tetapi bagi orang yang makan dan minum
dengan atau karena lupa, maka tidak harus mengqhada‟ dan tidak pula
membayar kafarah.60
Apalagi mereka melakukan bersetubuh diwaktu
puasa, maka mereka wajib mengqhada‟ dan membayar kafarah, ini
menurut Ulama‟ madzhab. Sementara membayar kafarahnya adalah
dengan memerdekakan budak, dan apabila tidak mendapatkan atau
tidak bisa membeli budak61
, maka ia (remaja) harus berpuasa selama
dua bulan berturut-turut. Dan jika tidak mampu, maka mereka (remaja)
harus memberikan, akan kepada enam puluh orang fakir miskin.
58
Syeih Ibrahim Al-Bajuri, Hasiyah Al-Bajuri „Ala Ibnu Qasim Al-Ghurry, (Bandung:
Al-Ma‟arif, tth). Juz 2, hlm. 288. 59
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 82. 60
Rahman Sani, loc. cit., hlm. 20. 61 Teungku Muhamad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 21.
33
Namun seandainya mereka (remaja) tidak mampu maka mereka
(remaja) berhak atas pemberian itu, untuk masalah muntah diwaktu
puasa dengan sengaja maka puasanya dapat merusak puasanya dan
wajib mengqadla‟nya ini menurut Imam Syafi‟i , dan Imam Maliki,
sedang menurut Imam Hanafi, orang yang muntah tidak membatalkan
puasa, kecuali kalau muntahnya sampai memenuhi mulutnya,
sementara Imam Hambali berpendapat muntah karena terpaksa tidak
membatalkan puasa.62
6. Syarat-syarat wajib puasa
a. Islam
Puasa dalah ibadah Islamiyah, tidak sah dilakukan oleh orang
yang bukan Islam, apabila seseorang kafir, baik asli, beribu bapa kafir,
besar dalam kekafiran63
atau kafir murtad berniat berpuasa, maka
tidaklah sah puasanya. Apabila seorang (remaja) muslim yang sedang
berpuasa menjadi murtad karena mencela agama Islam, atau
mengingkari sesuatu hukum Islam yang diijma‟i oleh umat atau dia
mengerjakan sesuatu yang merupakan penghianatan bagi Al-Qur‟an
atau memaki seorang Nabi, niscaya keluar mereka dari Islam dan
batallah puasanya.64
Namun untuk wanita diketahui dengan keluar
darah haid, sekitar umur 9- 11 tahun, akan tetapi untuk batasan itu
tidaklah mutlak, yang penting berapa umur anak itu yang esensi
mereka keluar air sperma untuk laki-laki, keluar darah haid bagi
wanita.
b. Baligh (sampai umur)
Dalam pelaksanaan ibadah puasa, bagi orang (remaja) muslim
haruslah berumur baligh, batasan antara laki-laki dan wanita beda,
untuk batasan laki-laki ditandai dengan keluarnya air sperma (mimpi
basah) kira-kira berumur 10-13 tahun.
62
Rahman Sani, op.cit., hlm. 28 63
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 86. 64
Syeih Al-Bajuri „Ala Ibnu Qasim Al-Ghuzi, loc.cit., hlm. 287.
34
c. Berakal
Ibadah puasa haruslah dilaksanakan oleh orang (remaja) yang
muslim yang berakal, serta tamyiz (bisa membedakan perkara yang
baik dan perkara yang buruk). Orang (remaja) gila tidak boleh
melakukan ibadah puasa karena orang gila tidak termasuk mukallaf
(orang yang kena tuntutan ibadah), maka dengan demikian puasa tidak
wajib bagi orang (remaja) gila ketika sedang gila dan kalau dia
berpuasa, maka puasanya tidak sah, anak kecil tidak diwajibkan
berpuasa, tetapi puasanya tetap sah kalau anak tersebut sudah
mumayyiz.65
d. Suci dari haid dan nifas bagi wanita
Khusus bagi wanita yang haid nifas jika mereka melaksanakan
puasa maka puasanya tidak syah (batal), serta mereka harus
mengqhada‟ puasanya, sebagaimana hadits;
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata, telah
menceritakan kepada saya Zaid dari 'Iyadh dari Abu Sa'id
radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Apabila (seorang wanita) sedang mengalami haidh,
maka dia tidak shalat dan tidak puasa. Yang demikian itu
menunjukkan kurangnya agamanya.
e. Berada dikampung, kota, tidak wajib atas orang musafir orangyang
bepergian).
Diwajibkan puasa bagi orang Islam (remaja) itu ketika
mereka berada di Desanya, namun ketika bepergian maka mereka
diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Itupun kalau mereka
65
Rahman, op.cit.,hlm. 17.
35
menggunakan Rukhsah (keringanan) itu. Asalkan keluarnya mereka
sesuai dengan syarat-syarat yang diperbolehkan untuk melakukan
Shalat Qashar.66
f. Mampu/kuasa untuk berpuasa, tidak wajib atas orang yang lemah dan
orang sakit
Imam empat madzhab mengemukakan, kalau orang yang
berpuasa sakit dan menghawatirkan dengan dirinya, ketika mereka
(remaja) berpuasa maka mereka (remaja) bila suka berpuasalah dan
bila tidak maka berbukalah tertapi tidak ada ketentuan (keharusan)
berbuka baginya, karena berbuka itu merupakan rukhsah (keringanan),
bukan keharusan bagi orang yang berada sakit.67
Untuk mengetahui
apakah mereka (orang yang berpuasa) itu sakit atau penyakitnya akan
bertambah parah bila mereka berpuasa, maka cukuplah baginya
menggunakan perkiraan atau ijtihadnya sendiri. Kalau dirinya sangat
lemah, maka hal tersebut bukan menjadi sebab untuk diperbolehkan
berbuka puasa (selama kelemahan itu sudah biasa bagi dirinya) karena
yang menjadi sebab diharuskannya (kewajiban) berbuka adalah sakit
itu sendiri, bukan karena kelemahan, keletihan atau kelelahan.68
g. Fardlunya puasa, ada empat fardlunya puasa;
1) Niat
Orang yang berpuasa haruslah melakukan niat didalam
hatinya diwaktu malam harinya69
, karena niat merupakan bagian
dari ibadah itu sendiri. Sebab setiap perbuatan yang ada sangkut
pautnya dengan ibadah maka niatlah yang dijadikan patokan sah
tidak diterimanya amal perbuatan manusia (remaja), puasa yang
diharuskan niat diwaktu malam harinya hanyalah puasa wajib,
66
Rahman, op.cit., hlm. 13. 67
Ibid., hlm. 9. 68
Ibid., hlm. 8. 69
Teungku Muhammad Hasbi AS-Shiddieqy, loc.cit., hlm. 80.
36
puasa nazar. Namun untuk puasa yang sunah niatnya yang penting
sebelum tergelincirnya matahari.70
2) Menahan dari makan dan minum
Arti puasa itu sendiri menahan diri dari makan dan minum,
dengan sendirinya ketika seseorang (remaja) menjalani ibadah
puasa maka mereka haruslah menahan dari perkara yang dilarang
dalam puasa, termasuk dalam masalah makan dan minum.
Menahan diri ini dimulai dari terbit fajar hingga terbenam
matahari.71
3) Menahan tidak bersetubuh
Orang puasa sengaja bersetubuh maka mereka wajib
mengqhada‟ puasanya serta wajib membayar kafarah, untuk
kafarahnya menurut ulama‟ madzhab adalah; dengan
memerdekakan budak, dan bila tidak mendapatkan, maka mereka
(remaja) harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Dan jika
tidak mampu, maka mereka (remaja) harus memberi makanan
kepada enam puluh orang fakir miskin, apabila mereka (remaja)
tidak mampu justru mereka (remaja) mendapat santunan atau
sumbangan itu.
4) Tidak dengan sengaja memasukkan sesuatu lewat lubang
Orang (remaja) yang berpuasa dilarang memasukkan
sesuatu kedalam lubang yang menjurus kearah perut, bentuk
apapun yang penting sesuatu itu ketika dimasukkan mengarah atau
menjurus ke arah perut.72
C. Hubungan Pemahaman Mata Pelajaran Fikih Dan Pengamalan Ibadah
Puasa Ramadhan
Fikih adalah ilmu yang menerangkan segala hukum syara yang
berhubungan dengan perbuatan para mukallaf yang dikeluarkan (diistinbatkan)
dari dalil-dalil yang tafshili, sedangkan puasa meruakan ibadah wajib bagi
70
Syeih Al-Bajuri „Ala Ibnu Qasim Al-Ghuzi, loc.cit.,hlm. 288-289. 71
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hlm. 83. 72
Syeih Al-Bajuri „Ala Ibnu Qasim Al-Bajuri, op.cit., Juz. 2.
37
penganut ajaran Islam. Sehingga dalam pelaksanaannya perlu diterangkan
dengan baik dan benar dalammateri fikih. Karena dimungkinkan akan terjadi
salah tafsir dalam penerapannya, jika hal-hal yang berkaitan dengan syarat
rukun dari puasa tidak diterangkan dalam mata fikih.
Jadi pemahaman materi pelajaran fikih yang berkaitan dengan ibadah
puasa mutlak diperlukan oleh murid, untuk menghindari kesalah pahaman
dalam menafsirkannya.
D. Kajian Yang Relevan
Dalam penulisan ini beberapa buku dan karya ilmiah dijadikan sebagai
acuan dalam penulisan, yaitu:
1. Skripsi yang berjudul Hikmah Puasa Dalam Meningkatkan Pendidikan
Spiritual Anak. Skripsi. Semarang ditulis oleh Sabiq Khoeron. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hikmah yang terkandung dalam
melaksanakan ibadah puasa, ada hikmah yang terbersit dalam pelaksanaan
ibadah puasa itu sendiri, baik itu berdampak pada kondisi
seseorang/pelaku puasa (aspek jasmani) dalam hal ini anak (remaja), atau
secara terimplikasi terhadap seseorang/pelaku puasa (aspek rohani) bahkan
dalam aspek sosial (interaksi dengan yang lain). (2) Pelaksanaan puasa
sedikit banyak akan berpengaruh kepada seseorang/pelakunya, karena ada
sebuah batasan yang mengakibatkan para seorang/pelaku puasa akan
tersekat dengan prosesi ibadah puasa itu sendiri. (3) Tujuan dari sebuah
hidup seseorang adalah untuk mencapai derajat ketakwaan kepada Allah
SWT. walaupun dalam mencapai derajat itu butuh proses yang panjang,
namun usaha untuk meningkatkan serta menambah pengabdian kepada
Allah SWT. perlu ditingkatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam ibadah puasa dalam hubungannya dengan peningkatan pendidikan
spiritual anak (remaja) disini sedikitnya ada tiga aspek yang terkandung
ketika seseorang (remaja) yaitu; Pertama, Aspek Rohani, Kedua, Aspek
sosial, Ketiga, Aspek Spiritual. Ketiga aspek akan terwujud apabila
seseorang (remaja) dalam melaksanakan ibadah puasa dengan sungguh-
sunguh, tidak hanya merasakan rasa lapar dan haus namun benar-benar
38
menikmati dan mengamalkan prosesi itu. Semisal dalam aspek rohani,
seseorang (remaja) bisa memelihara dan menahan pandangan mata dari
melihat sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT. Seperti melihat sesuatu
yang akan menarik perbuatan maksiat/durhaka. Atau dari aspek sosial,
seseorang akan merasakan lapar, sama-sama laparnya seorang miskin
ketika tidak makan diwaktu selain puasa, ataupun remaja akan belajar
bagaimana memberikan v zakat ketika akhir bulan Ramadhan kepada fakir
miskin sebagai manifestasi kepedulian sosial. Bahkan dari aspek spiritual,
seseorang (remaja) akan meningkatkan ibadahnya kepada Allah, karena
adanya unsur fitrah yang diberikan kepada dirinya, disamping itu adanya
rasa membutuhkan spiritual atau agama (disini diartikan rasa ketenangan
jiwa dalam kelangsungan hidup. Berdasarkan hasil penelitian ini
diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi muslim,
mahasiswa, pelajar, peneliti, dan semua manusia yang merasakan betapa
nikmatnya hikmah yang terkandung dalam prosesi ibadah puasa itu
sendiri.
2. Skripsi yang berjudul Korelasi Prestasi Belajar Fiqh Dengan Pengamalan
Ibadah Shalat dan Puasa Siswa Kelas VIII MTs. al-Falah Margoyoso
Kalinyamatan Jepara 2006, skripsi ditulis oleh Analis Shofiyati. Penelitian
ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Data dikumpulkan dengan
menggunakan metode : 1) Observasi, yaitu untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan keadaan umum MTs. al-Falah Margoyoso Kalinyamatan
Jepara, 2) Angket atau kuesioner, yaitu untuk mengumpulkan data tentang
pengamalan ibadah shalat dan puasa melalui pertanyaan yang berkaitan
dengan pengamalan ibadah shalat dan puasa, 3) Dokumentasi, untuk
mengetahui sejarah, struktur organisasi dan keadaan guru dan siswa kelas
VIII MTs. al-Falah. Analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi
satu prediktor, dengan prestasi belajar fiqh mempunyai korelasi positif
dengan pengamalan ibadah shalat siswa kelas VIII MTs. al-Falah sebesar
15,09744158. Angka ini lebih besar dari F tabel, baik pada taraf
signifikansi 5% (5 : 86) = 3,92, maupun pada taraf signifikansi 1% (1 : 86)
39
= 6,85. Mengingat F hitung lebih besar dari F tabel, maka hipotesis yang
berbunyi : “Ada korelasi positif antara prestasi belajar fiqh dengan
pengamalan ibadah shalat siswa kelas VIII MTs. al-Falah Margoyoso
Kalinyamatan Jepara” diterima. Dan juga prestasi belajar fiqh mempunyai
korelasi positif dengan pengamalan ibadah puasa siswa kelas VIII MTs. al-
Falah sebesar 9,545986567. Angka ini lebih besar dari F tabel, baik pada
taraf signifikansi 5% (5 : 86) = 3,92, maupun pada taraf signifikansi 1% (1
: 86) = 6,85. Mengingat F hitung lebih besar dari F tabel, maka hipotesis
yang berbunyi : “Ada korelasi positif antara prestasi belajar fiqh dengan
pengamalan ibadah puasa siswa kelas VIII MTs. al-Falah Margoyoso
Kalinyamatan Jepara” diterima. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan
menjadi bahan informasi dan masukan bagi Madrasah Tsanawiyah,
khususnya bagi Kepala Sekolah, guru, atau tenaga pengajar dan siswanya
agar selalu meningkatkan prestasi belajar, khususnya mata pelajaran fiqh.
E. Pengajuan Hipotesis
Maksud dari hipotesis penelitian adalah Pernyataan tentatif yang
merupakan dugaan atau terkaan apa saja yang kita amati dalam usaha untuk
memakainya73
. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, bahwa hipotesis adalah
pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih harus dibuktikan
kenyataanya 74
Dua pengertian diatas, pada hakekatnya hipotesis merupakan kesimpulan
atas kondisi yang masih sementara, namun demikian konklusi yang diambil
tidak boleh dilakukan dengan sembarangan.
Berpijak dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut : “Ada hubungan positif antara Pemahaman Mata
Pelajaran Fikih Dengan Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3
Mi Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes”
73
S. Nasution, Prof.Dr.MA, Metode Research ( Jakarta: Bumi Aksara, 2003 ) hal. 39 74
Sutrisno Hadi, Statistik jilid II, (Yogyakarta: Andi, 2001 ), hal 257
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan rumusan masalah yang
tercantum dalam proposal penelitian, maka tujuan penulisan penelitian ini
adalah:
1. Ingin Mengetahui Pemahaman Mata Pelajaran Fikih Siswa Kelas 3 MI
Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ?
2. Ingin Mengetahui Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI
Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ?
3. Ingin Mengetahui Kualitas Ibadah Puasa Ramadhan Siswa Kelas 3 MI
Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ?
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
Dengan judul penelitian hubungan pemahaman mata pelajaran fiqh
dengan pengamalan ibadah puasa ramadhan kelas III di MI Nurul Hikmah
Kalibuntu Losari Brebes, maka peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Waktu penelitian : 26 Nopember 2010 s/d 25 Januari 2011
2. Tempat penelitian : MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
C. Variabel Penelitian
Dalam suatu penelitian variabel merupakan suatu hal yang pokok, karena
variabel merupakan Obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian1.
Variabel merupakan Obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian.2 Dan dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu meliputi :
1 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Rineka Cipta,
2001), hal 62 2 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka
Cipta, 2001), hlm. 62
41
a. Variabel pertama merupakan variabel bebas (independent variable),
adalah Pemahaman Mata Pelajaran Fikih, dengan indikator-indikatornya
sebagai berikut :
1) Mampu memahami syahadat dengan benar
2) Mampu memahami ibadah sholat
3) Mampu memahami ibadah puasa
b. Variabel kedua merupakan variabel terikat (dependent variable), adalah
Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan, dengan indikator-indikatornya
sebagai berikut:
1) Melaksanakan ibadah puasa
2) Menjalankan ibadah puasa dengan benar
3) Melakukan puasa hanya karena Allah
D. Metode Penelitian
Maksud dari penggunaan metode penelitian adalah agar pelaksanaan
suatu penelitian mencapai hasil yang maksimal. Dan dalam penelitian ini
peneliti menggunakan metode survei dengan teknik analisa pruduct moment.
Pendekatan survei dilakukan untuk mengumpulakn data tentang variabel-
variabel yang menjadi obyek penelitian, kepada sejumlah guru yang berjumlah
cukup banyak dalam waktu yang bersamaan.
E. Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel
Obyek penelitian dalam penulisan penelitian ini adalah semua murid di
MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes. Dalam penelitian ini karena
murid kelas 3 MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes jaumlahnya kurang
dari 100 yaitu 22 murid, maka penulis mengambil sampel secara keseluruhan
atau yang disebut sampel populasi. Seperti yang diterangkan oleh Suharsini
Arikunto bahwa Populasi merupakan keseluruhan dari obyek penelitian.3
3 Suharsini Arikunto, op.cit, hal 102
42
Prof.Dr. Sutriso Hadi menyatakan bahwa Sampel merupakan bagian
yang diambil dari populasi yang dijadikan sebagai sasaran dari populasi 4 Jadi
yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari papulasi, yaitu
22 murid kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.
Teknik atau prosedur cara pengambilan sampel menurut Dr. Suharsini
Arikunto menyatakan Jika subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik
diambil semuanya sehingga merupakan penelitian populasi, jika subyeknya
besar dapat diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih5 Dari
sejumlah populasi sebanyak 22 murid kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu
Losari Brebes, dalam penelitian ini penulis akan mengambil sampel sebesar
100 % atau yang disebut dengan sampel populasi.
F. Tekink Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data diinginkan untuk memperoleh data yang
diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur maupun data yang
dihasilkan dari data empiris. Dalam studi literatur, penulis menelaah buku-
buku, karya tulis, karya ilmiah, maupun dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan tema penelitian untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dan alat
utama bagi praktek penelitian lapangan.
Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat dalam suatu penelitian,
diperlukan adanya metode pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian, dan dalam hal ini penulis menggunakan metode sebagai berikut :
a. Data Kepustakaan ( Library Research )
Digunakan untuk mencari data atau fakta dari teori, yang dapat
mendukung pemahaman penulisan skripsi ini, yaitu buku-buku yang dapat
mendukung landasan teori baik tentang pemahaman mata pelajaran fiqh
maupun buku-buku yang mengupas masalah puasa.
4 Sutrisno Hadi, op.cit, hal 104
5 Suharsini Arikunto, op.cit., hal 107
43
b. Penelitian Lapangan ( Field Research )
Dilakukan ditempat terjadinya gejala – gejala, dan pelaksanaannya
menggunakan metode – metode sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Metode Observasi adalah merupakan kegiatan Menatap
kejadian, gerak atau proses, mengamati bukanlah pekerjaan yang
mudah karena manusia banyak dipengaruhi oleh minat dan
kecenderungan – kecenderungan yang ada, dengan kata lain harus
obyektif 6 Observasi adalah metode yang digunakan melalui
pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap
suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.7 Metode ini
digunakan secara langsung untuk mengamati keadaan tentang
pemahaman mata pelajaran fiqh dengan pengamalan ibadah puasa
ramadhan.
Jadi dalam penelitian ini metode observasi penulis gunakan
untuk melihat, mencatat dan mengamati gejala dan fenomena yang
terjadi di lapangan yang terkait dengan veriabel penelitian. Sehingga
kegiatan ini dapat mengumpulkan data yang berhubungan dengan
veriabel bebas maupun variabel terikat, sebagai pendukung pokok
permasalahan dalam penulisan penelitian ini.
2. Metode Interview
Di dalam buku berjudul Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah
dinyatakan bahwa Interview adalah suatu metode untuk mendapatkan
data anak atau orang, dengan mengadakan hubungan langsung dengan
informan 8 Interview atau wawancara adalah metode yang dilakukan
melalui dialog, secara langsung antara pewawancara (interviewer)
6 op.cit., hal 205
7 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 146
8 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, (Penerbit fak. psikologi
UGM, Yogyakarta 1998), hal 54
44
dengan terwawancara (interviewee) untuk memperoleh data atau
informasi yang dibutuhkan.9
Metode ini digunakan untuk mengadakan wawancara kepada
kepala sekolah, beberapa guru dan beberapa siswa yang ada di MI
Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.
Jadi interview merupakan metode untuk memperoleh data
dengan cara pendekatan personal atau face to face relation dengan
orang lain, sehingga data yang diperoleh akan lebih jelas dan tepat,
selebihnya dapat menyebabkan hubungan pribadi yang lebih akrab.
3. Metode Questionnaire ( Angket )
Metode questionnaire atau angket dilakukan dengan menyebar
angket atau daftar pertanyaan kepada responden yang menjadi wakil
dari populasi, dan metode ini difungsikan untuk memperoleh data yang
terkait dengan variabel – variabel penelitian. Angket adalah suatu
daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden).10
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data dari murid
kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes yang
berhubungan dengan hubungan pemahaman mata pelajaran fiqh
dengan pengamalan ibadah puasa ramadhan kelas 3 di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.
Adapun angket (kuesioner) yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner (angket) tertutup, yaitu angket terstruktur yang
telah memuat alternatif jawaban sehingga responden tinggal memilih
jawaban yang tersedia.11
4. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu merupakan kegiatan Mencari data
mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, surat
9 Ibid, hlm. 145.
10 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 171
11 Zubaidi, Evaluasi Pembelajaran, (Semarang: Fakta IAIN Walisongo, 2001), hlm. 40.
45
kabar, majalah, notulen agenda dan lain – lain 12
Dokumentasi yaitu
mencari atau menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian,
dan sebagainya.13
Dokumentasi adalah salah satu metode yang
digunakan untuk mencari data-data otentik yang bersifat dokumentasi,
data itu berupa data catatan harian, memori atau catatan penting
lainnya. Adapun yang dimaksud dengan dokumentasi adalah data-data
dokumen yang tertulis.14
Dengan metode ini penulis dapat
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan kajian yang berasal
dari dokumen di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.
Dalam penelitian ini metode dokumentasi juga diefektifkan untuk
memperoleh data tentang : letak geografis, keadaan guru dan
karyawan, keadaan bangunan dan fasilitasnya dan lain – lain.
G. Teknik Analisa Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kuantitatif
yaitu suatu analisis yang terdapat kumpulan bahan, keterangan-keterangan
yang berwujud angket (analisis statistik).
Dalam menganalisis data menggunakan teknik analisa data statistik,
yaitu menggunakan nilai angka tentang pengaruh kepemimpinan kepala
madrasah terhadap motivasi mengajar guru di MI Nurul Hikmah Kalibuntu
Losari Brebes. Dan untuk menganalisa data tersebut dilakukan beberapa tahap.
Setelah data secara keseluruhan terkumpul maka langkah selanjutnya
adalah dengan pengajuan melalui pengujian yaitu merubah data dalam bentuk
kualitatif menjadi bentuk kuantitatif. Dan dalam prosesnya melalui tiga tahap,
yaitu :
12
Suharsini Arikunto, op.cit, hal 78 13
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 206. 14
Irawan Sarlito, ”Metode Penelitian Sosial, ” (Bandung : PT Rosdakarya, 2000), cet IV,
hlm. 71-73
46
1. Analisa Pendahuluan
Pada proses pendahuluan yang dilakukan penulis adalah mengolah data
kualitatif menjadi data kuantitatif, yaitu dengan cara memberi skor pada
jawaban responden sesuai dengan jawaban kualitatif.
Sesuai dengan tujuan penelitian adalah usaha memecahkan masalah, maka
dalam analisanya penulis membagi kategori jawaban menjadi empat
kategori, yaitu sebagai berikut :
- Untuk alternatif jawaban ( a ) diberi skor 4
- Untuk alternatif jawaban ( b ) diberi skor 3
- Untuk alternatif jawaban ( c ) diberi skor 2
- Untuk alternatif jawaban ( d ) diberi skor 1
2. Analisis Uji Hipotesis
Pada tahap ini penulis menganalisis uji hipotesis dengan melakukan
perhitungan statistik, dengan cara mengubah data kualitatif menjadi data
kuantitatif.
Adapun untuk menguji kebenaran hipotesanya, penulis menggunakan
analisis statistik yaitu dengan teknik korelasi product moment, dengan
rumus sebagai berikut :
rxy =
))(( 22
yx
xy
keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variable x dan variable y
xy = jumlah product moment x dan y
Dari hasil perhitungan product moment (rxy) tersebut, kemudian
dikonsultasikan dengan tabel interpretasi korelasi product moment
3. Analisis Lanjutan
Di dalam analisis ini, penulis menginterpretasikan hasil yang telah
diperoleh, sehingga pada akhirnya akan dapat diketahui “Sejauh mana
47
hubungan pemahaman mata pelajaran fikih dengan pengamalan ibadah
puasa ramadhan siswa kelas 3 MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes”
Dengan ketentuan jika r 0 ( hasil perhitungan ) telah
dikonsultasikan dengan r tabel maka akan muncul interpretasi yang
diharapkan, sehingga rumusan dari hipotesis yang penulis ajukan, dapat
diterima atau justru ditolak
48
BAB IV
ANALISIS TENTANG
HUBUNGAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIKIH DENGAN
PENGAMALAN IBADAH PUASA RAMADHAN SISWA KELAS 3
MI NURUL HIKMAH KALIBUNTU LOSARI BREBES
A. Gambaran Umum Madrasah MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes salah satu diantara sekian
banyak lembaga pendidikan pada tingkatan dasar yang bercirikan pendidikan
Islam. Keberadaan Madrasah Ibtida’iyah (MI) berada dibawah naungan
departemen agama dan sebagian mata pelajaran umum berkolaborasi dengan
departemen pendidikan nasional. Jadi di Madrasah Ibtida’iyah (MI) disamping
mempunyai muatan agama Islam juga peserta mendapatkan pelajaran umum
yang diperlukan untuk ketrampilan hidupnya kelak.
1. Letak Goegrafis MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes berada di jalan raya desa
Pedukuhan Bojong Kalibuntu. Dan secara geografis MI Nurul Hikmah
Kalibuntu Losari Brebes diabatasi oleh:
a. Sebelah barat : berbatasan dengan jalan raya
b. Sebelah utara : berbatasan dengan tanah masyarakat
c. Sebelah timur : berbatasan dengan kali Cimanis
d. Sebelah selatan : berbatasan dengan Puskesmas Pembantu
Secara geografis MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes berada
pada lingkungan yang mudah dijangkau baik dengan berjalan kaki maupun
dengan berkendaraan, karena letaknya di tepi jalan raya dan berada di
komunitas penduduk. Ditinjau dari sisi lingkungan masyarakat MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, maka dalam masyarakat setempat
termasuk pada lingkungan yang peduli pada pendidikan, yaitu terutama
pada pendidikan agama Islam.
49
Sehingga dengan berdirinya MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari
Brebes, mayarakat berharap dapat berdampak positif terhadap generasi
muda, untuk dapat mengenali, memahami, dan melaksankan ajaran Islam
dengan sebenar-benarnya. Dan dimasa yang akan datang dapat tercipta
sebuah generasi yang berakhlakul karimah, yang hidup dalam baldatun
toyyibatun wa Robbun ghofuur.
2. Sejarah Berdirinya MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
Setuap individu, setiap benda, ataupun setiap lembaga pasti
mempunyai sejarah awal mulanya. Demikian pula dengan keberadaan MI
Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, adalah bagian dari sekian banyak
lembaga pendidikan yang berciri khas Islam, yang ikut serta dalam
mencetak generasi yang cerdas dan berakhlakul karimah.
MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes berdiri pada tahun 1999
yang telah meiliki 6 ruang kelas dan satu kantor. Gedung MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes merupakan swadaya masyarakat desa
Kalibuntu dengan ukuran 24,5 x 7 meter. Adapun gedungnya berdiri di
atas tanah desa (bondo deso) dengan hak guna pakai bangunan madrasah.
3. Visi Misi Tujuan Dan Sasaran MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari
Brebes
Agar setiap warga belajar MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari
Brebes dalam melaksanakan tugas selalu mengutamakan tujuan yang
hendak dicapai oleh madrasah, maka MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari
Brebes mencanakan visi misi dan tujuan serta sasaranya sebagai berikut:
a. Visi MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
Visi MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes adalah
“BERNAUNG” (Betiman, Akhlakul Karimah, dan Unggul Dalam
Prestasi)
b. Misi MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
1) Peserta Didik
Siswa diarahkan menjadi manusia yang cerdas, terampil,
berwawasan kebangsaan dan berbudi pekerti yang luhur, sehingga
50
terwujud peserta didik yang berkarakter keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah, dengan indikasi:
a) Melaksanakan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya
b) Berdisiplin tinggi dan menjadi teladan bagi yang lain
c) Solidaritas dan toleransi antar sesama
d) Mengadakan kegiatan keagamaan yang bersifat rutin sperti;
tadarus Al-Qur’an, sholat sunah dhoha, al-Barzanzi, dan
idstighosah.
2) Guru
Guru profesional yang kemampuan merencanakan proses
pembelajaran dengan pendekatan yang bertumpu pada upaya
pembangkitan peserta didik untuk berpartisipasi aktif baik secara
fisik maupun mental emosional dalam proses pembelajaran
sehingga kemampuan berkompetisi.
3) Madrasah
Madrasah diharapkan dapat befungsi sebagai pusat kegiatan, untuk
melahirkan peserta didik yang bermutu dan menekankan pada:
a) Pengembangan kepribadian danintelektual, sikap dan perilku
yang inovatif dan kreatif
b) Pengembangan ketrampilanyang menopang kreatifitas, minat
dan bakat anak dengan menyelenggarakan pelatihan dakwah,
seni baca Al-Qur’an, kesenian dan kerajinan tangan serta
peternakan dan pertanian.
c) Pelayanan yang sungguh-sungguh dalam kegiatan belajar
mengajar yang mengacu pada prinsip aktivitas, intelektualitas
sosial dan ketrampilan, serta terciptanya interaksi yang lebih
efektif antara guru dengan murid pada umumnya, interaksi
antara murid dengan guru pada khususnya.
d) Mengembangkan pelaksanaan muatan lokal yang berwawasan
lingkungan, pembekalan ketrampilan dan kajian tradisional
serta manifestasi kebudayaan daerah.
51
e) Berusaha menjadi sekolah yang unggul dalam prestasi, dengan
menjalin kerja sama yang erat dengan masyarakat sekitarnya,
sehingga tumbuh rasa kebersamaan, persatuan, keterpaduan
dan bangga serta bertanggung jawab terhadap sekolah.
c. Tujuan Dan sasaran MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa dalam kehidupan
sehari-hari
2) Meningkatkan mutu pendidikan
3) Pencapaian prestasi baik siswa maupun sekolah
4) Membantu pemerintah dalam menuntaskan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
4. Keadaan Guru MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
Untuk mempermudah dan memperlancar jalanya roda pelaksanaan
pembelajaran di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes dibantu oleh
sebanyak 7 orang pengajar. Keberadaan para pengajar di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes berstatus guru honorer dan guru tetap
dalam yayasan. Dan agar lebih jelas berikut ini penulis sajikan tabel
tentang keadaan guru di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.
Tabel 1
Keadaan Guru di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
No Nama L/P Jabatan Pend Mengajar
Kls
1 Suahidi, S.Pd.I L Kamad S1 I - VI
2 Nurhidayah P Guru D2 I - II
3 Umi Salamah P Guru D2 III
4 Masyudi L Guru D2 VI
5 Ianatul M P Guru D2 V
6 Komariyah P Guru D2 IV
7 Irawan L TU SMA TU
Sumber: Papan Monografi Kantor MI Nurul Hikmah
52
5. Keadaan Siswa MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
Jumlah siswa MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes dalam
setiap tahunnya mengalami pasang surut dalam jumlahnya, seperti terlihat
pada tahun ajaran 2010-2011 ini jumlah siswa secara keseluruhan adalah
120 yang terdiri dari 46 siswa laki-laki dan 74 siswa perempuan. Dan
untuk lebih jelas dalam pembagiannya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2
Keadaan Siswa di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
No Kelas Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 I 12 20 32
2 II 7 14 21
3 III 10 11 21
4 IV 9 12 21
5 V 4 6 10
6 VI 4 11 15
Jumlah 46 74 120
Sumber: Papan Monografi Kantor MI Nurul Hikmah 2010-2011
6. Keadaan Sarana Dan Prasarana MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari
Brebes
Sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang yang sangat fital
dalam dunia pendidikan, karena tanpa sarana dan prasarana sulit untuk
mencapai tujuan pendidikan. Berikut ini penulis sajikan keadaan sarana
dan prasarana yang dimiliki oleh MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari
Brebes.
Tabel 3
Keadaan Sarana di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
No Jenis barang Jumlah
1 Ruang Kepala Madrasah 1
2 Ruang Guru 1
53
3 Ruang TU 1
4 Ruang Belajar 6
5 Ruang Tamu 1
6 Ruang Laboratorium -
7 Ruang Perpustakaan 1
8 WC Guru 1
9 WC Siswa 1
10 Lapangan Olah Raga 1
Sumber: Papan Monografi Kantor MI Nurul Hikmah 2010-2011
Sarana penunjang pelaksanaan pembelajaran yang lain di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, adalah seperti yang terlihat dalam tabel
berikut.
Tabel 4
Keadaan Sarana dan Prasarana
di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
No Jenis barang Jumlah
1 Meja kursi Kepala Madrasah 1 set
2 Meja kursi guru 6 set
3 Meja kursi TU 1 set
4 Meja kursi tamu 1 set
5 Meja kursi siswa 150 set
6 Alamari buku perpustakaan 1
7 Alamari Arsip 1
8 Papan tulis 6
9 Papan nama kelas 6
10 Tempat sampah 6
11 Penghapus 6
12 Bola kaki 1
13 Bola kasti 5
54
Sumber: Papan Monografi Kantor MI Nurul Hikmah 2010-2011
Untuk memperlancar proses pengadministrasian MI Nurul Hikmah
Kalibuntu Losari Brebes, juga melengkapi diri dengan hal-hal penunjang
yang lain, seperti terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 4
Keadaan Sarana Penunjang
di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
No Jenis barang Keterangan
1 Buku Induk Siswa Ada
2 Buku Tamu Ada
3 Buku Absen Guru Ada
4 Buku Absen Siswa Ada
5 Buku Inventaris Ada
6 Buku Keuangan Ada
7 Buku Agenda Surat Ada
8 Buku Daftar Kelas Ada
9 Buku Ekspidisi Surat Ada
10 Buku Notulen Rapat Ada
11 Buku Catatan Kegiatan Ada
12 Buku Rapor Siswa Ada
13 Papan Grafis Ada
14 Papan Pengumuman Ada
Sumber: Papan Monografi Kantor MI Nurul Hikmah 2010-2011
B. Pelaksanaan Pengajaran Fikih Di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari
Brebes
1. Mampu Memahami Syahadat Dengan Benar
Data tetang kemampuan memahami syahadat dengan benar dapat
diambil dari ahasil angket nomor satu sampai dengan nomor tiga (seperti
yang terdapat dalam lampiran 2). Hasil yang didapat adalah nialai tertinggi
adalah 12 dan nilai terendah adalah 9, dan dari data ini dapat dianalaisa
beberapa hal.
55
a. Menentukan range
R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.
R = 12 – 9
R = 3
b. Menentukan interval
I = ingdikendakIntervalya
R
I = 4
3
I = 0,75 dibulatkan menjadi 1
Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh
kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini
Tabel 5
Interval Nilai (X)
No Nilai (x) Keterangan
1 12 Sangat baik
2 11 Baik
3 10 Cukup
4 9 Kurang
c. Membuat distribusi frekuensi data tentang kemampuan untuk
membimbing bawahan, dengan memasukan kedalam table berikut
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Tentang
Kemampuan Memahami Syahadat
No Nilai (x) ( f ) ( % )
1 12 2 6,6
2 11 10 33,3
3 10 10 33,3
4 9 8 26,8
Jumlah 30 100,00
56
Dari hasil data distribusi frekuensi tentang kemampuan memahami
syahadat di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, dapat
diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:
Frekuensi pada interval yang keempat sebanyak 8 orang responden,
ketiga sebanyak 10 orang responden, pada interval kedua sebanyak
10 orang responden, dan interval kesatu yaitu sebanyak 2 orang
responden.
d. Membuat gambar histogram
Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data
distribusi frekuensi kemampuan memahami syahadat di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat
divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar
berikut ini:
0
2
4
6
8
10
9 10 11 12
Gambar 1: Kemampuan Memahami Syahadat di MI Nurul Hikmah
Kalibuntu Losari Brebes
e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari Kemampuan Dalam Memahami
Syahadat di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dengan
menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih
dahulu.
57
Tabel 7
Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi
Kemampuan Memahami Syahadat
No Nilai (x) f fx
1 12 2 24
2 11 10 110
3 10 10 100
4 9 8 72
Jumlah 30 306
Mx = N
fX
Mx = 30
306
Mx = 10,2
Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil
perhitungan adalah 10,2 yang termasuk kedalam interval yang kedua
yaitu dalam kategori baik.
2. Kemampuan Memahami Ibadah Sholat
Data tetang kemampuan memahami ibadah sholat dapat diambil
dari ahasil angket nomor satu sampai dengan nomor tiga (seperti yang
terdapat dalam lampiran 3). Hasil yang didapat adalah nialai tertinggi
adalah 12 dan nilai terendah adalah 9, dan dari data ini dapat dianalaisa
beberapa hal.
a. Menentukan range
R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.
R = 12 – 9
R = 3
58
b. Menentukan interval
I = ingdikendakIntervalya
R
I = 4
3
I = 0,75 dibulatkan menjadi 1
Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh
kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini
Tabel 8
Interval Nilai (X)
No Nilai (x) Keterangan
1 12 Sangat baik
2 11 Baik
3 10 Cukup
4 9 Kurang
c. Membuat distribusi frekuensi data tentang kemampuan memahami
ibadah sholat, dengan memasukan kedalam table berikut
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Tentang
Kemampuan Memahami Ibadah Sholat
No Nilai (x) ( f ) ( % )
1 12 3 10,0
2 11 8 26,8
3 10 11 36,4
4 9 8 26,8
Jumlah 30 100,0
59
Dari hasil data distribusi frekuensi tentang kemampuan memahami
ibadah sholat di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dapat
diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:
Frekuensi terbanyak pada interval yang keempat sebanyak 8 orang
responden, ketiga sebanyak 11 orang responden, pada interval kedu
sebanyak 8 orang responden, dan interval kesatu yaitu sebanyak 3
orang responden.
d. Membuat gambar histogram
Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data
distribusi frekuensi kemampuan memahami ibadah sholat di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat
divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar
berikut ini:
0
2
4
6
8
10
12
9 10 11 12
Gambar 2: Kemampuan Memahami Ibadah Sholat di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari Kemampuan Memahami Ibadah
Sholat di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dengan
menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih
dahulu.
60
Tabel 10
Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi
Kemampuan Memahami Ibadah Sholat
No Nilai (x) f fx
1 12 3 66
2 11 8 88
3 10 11 110
4 9 8 72
Jumlah 30 336
Mx = N
fX
Mx = 30
336
Mx = 11,2
Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil
perhitungan adalah 11,2 yang termasuk kedalam interval yang ketiga
yaitu dalam kategori cukup.
3. Kemampuan Memahami Ibadah Puasa
Data tetang kemampuan memahami ibadah puasa dapat diambil
dari ahasil angket nomor satu sampai dengan nomor tiga (seperti yang
terdapat dalam lampiran 4). Hasil yang didapat adalah nialai tertinggi
adalah 11 dan nilai terendah adalah 8, dan dari data ini dapat dianalaisa
beberapa hal.
a. Menentukan range
R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.
R = 11 – 8
R = 3
b. Menentukan interval
61
I = ingdikendakIntervalya
R
I = 4
3
I = 0,75 dibulatkan menjadi 1
Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh
kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini
Tabel 11
Interval Nilai (X)
No Nilai (x) Keterangan
1 11 Sangat baik
2 10 Baik
3 9 Cukup
4 8 Kurang
c. Membuat distribusi frekuensi data tentang kemampuan memahami
ibadah puasa, dengan memasukan kedalam table berikut
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Tentang
Kemampuan Memahami Ibadah Puasa
No Nilai (x) ( f ) ( % )
1 11 5 16,7
2 10 9 30,0
3 9 12 40,0
4 8 4 13,3
Jumlah 30 100,0
Dari hasil data distribusi frekuensi tentang kemampuan memahami
ibadah puasa di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dapat
diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:
62
Frekuensi terbanyak pada interval yang keempat sebanyak 4 orang
responden, ketiga sebanyak 12 orang responden, pada interval kedu
sebanyak 9 orang responden, dan interval kesatu yaitu sebanyak 5
orang responden.
d. Membuat gambar histogram
Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data
distribusi frekuensi kemampuan memahami ibadah puasa di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat
divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar
berikut ini:
0
2
4
6
8
10
12
8 9 10 11
Gambar 3: Kemampuan Memahami Ibadah Puasa di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari Kemampuan Memahami Ibadah
Puasa di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, dengan
menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih
dahulu.
Tabel 12
Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi
Kemampuan Memahami Ibadah Puasa
No Nilai (x) f fx
1 11 5 55
2 10 9 90
3 9 12 108
4 8 4 36
Jumlah 30 289
63
Mx = N
fX
Mx = 30
289
Mx = 9,6
Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil
perhitungan adalah 9,6 yang termasuk kedalam interval yang ketiga
yaitu dalam kategori baik.
C. Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan Siswa MI Nurul Hikmah
Kalibuntu Losari Brebes
1. Melaksanakan Ibadah Puasa Wajib
Data tetang melaksanakan ibadah puasa wajib dapat diambil dari
ahasil angket nomor satu sampai dengan nomor tiga (seperti yang terdapat
dalam lampiran 5). Hasil yang didapat adalah nialai tertinggi adalah 12
dan nilai terendah adalah 9, dan dari data ini dapat dianalaisa beberapa
hal.
a. Menentukan range
R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.
R = 12 – 9
R = 3
b. Menentukan interval
I = ingdikendakIntervalya
R
I = 4
3
I = 0,75 dibulatkan menjadi 1
Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh
kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini
64
Tabel 13
Interval Nilai (X)
No Nilai (x) Keterangan
1 12 Sangat baik
2 11 Baik
3 10 Cukup
4 9 Kurang
c. Membuat distribusi frekuensi data tentang kemampuan melaksanakan
ibadah puasa, dengan memasukan kedalam table berikut
Tabel 14
Distribusi Frekuensi Tentang
Kemampuan Melaksanakan Ibadah Puasa
No Nilai (x) ( f ) ( % )
1 12 1 3,3
2 11 14 46,7
3 10 14 46,7
4 9 1 3,3
Jumlah 30 100,0
Dari hasil data distribusi frekuensi tentang kemampuan memahami
ibadah puasa di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dapat
diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:
Frekuensi terbanyak pada interval yang keempat sebanyak 1 orang
responden, ketiga sebanyak 14 orang responden, pada interval kedu
sebanyak 14 orang responden, dan interval kesatu yaitu sebanyak 1
orang responden.
65
d. Membuat gambar histogram
Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data
distribusi frekuensi kemampuan melaksanakan ibadah puasa di MI
Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat
divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar
berikut ini:
0
2
4
6
8
10
9 10 11 12
Gambar 4: Kemampuan Melaksakan Ibadah Puasa di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari Kemampuan Melaksankan Ibadah
Puasa di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, dengan
menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih
dahulu.
Tabel 15
Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi
Kemampuan Melaksanakan Ibadah Puasa
No Nilai (x) f Fx
1 12 1 12
2 11 14 154
3 10 14 140
4 9 1 9
Jumlah 315
66
Mx = N
fX
My = 30
315
My = 10,5
Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil
perhitungan adalah 10,5 yang termasuk kedalam interval yang kedua
yaitu dalam kategori baik.
2. Menjalankan Ibadah Puasa Dengan Benar
Data tetang menjalankan ibadah puasa dengan benar dapat diambil
dari ahasil angket nomor satu sampai dengan nomor tiga (seperti yang
terdapat dalam lampiran 6). Hasil yang didapat adalah nialai tertinggi
adalah 12 dan nilai terendah adalah 9, dan dari data ini dapat dianalaisa
beberapa hal.
a. Menentukan range
R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.
R = 12 – 9
R = 3
b. Menentukan interval
I = ingdikendakIntervalya
R
I = 4
3
I = 0,75 dibulatkan menjadi 1
Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh
kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini
67
Tabel 16
Interval Nilai (X)
No Nilai (x) Keterangan
1 12 Sangat baik
2 11 Baik
3 10 Cukup
4 9 Kurang
c. Membuat distribusi frekuensi data tentang menjalankan ibadah puasa
dengan benar, dengan memasukan kedalam table berikut
Tabel 17
Distribusi Frekuensi Tentang
Menjalankan Ibadah Puasa Dengan Benar
No Nilai (x) ( f ) ( % )
1 12 1 3,3
2 11 10 33,3
3 10 8 26,7
4 9 11 36,7
Jumlah 30 100,0
Dari hasil data distribusi frekuensi tentang menjalankan ibadah
puasa dengan benar di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ,
dapat diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:
Frekuensi terbanyak pada interval yang keempat sebanyak 11
orang responden, ketiga sebanyak 8 orang responden, pada interval
kedu sebanyak 10 orang responden, dan interval kesatu yaitu
sebanyak 1 orang responden.
d. Membuat gambar histogram
Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data
distribusi frekuensi menjalankan ibadah puasa dengan benar di MI
Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat
68
divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar
berikut ini:
0
2
4
6
8
10
12
9 10 11 12
Gambar 5: Menjalankan Ibadah Puasa Dengan Benar di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari menjalankan ibadah puasa dengan
benar di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dengan
menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih
dahulu.
Tabel 18
Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi
Menjalankan Ibadah Puasa Dengan Benar
No Nilai (x) f Fx
1 12 1 12
2 11 10 110
3 10 8 80
4 9 11 99
Jumlah 30 301
Mx = N
fX
Mx = 30
301
Mx = 10,03
69
Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil
perhitungan adalah 10,03 yang termasuk kedalam interval yang ketiga
yaitu dalam kategori cukup baik.
3. Melakukan Puasa Hanya Karena Allah
Data tetang melakukan puasa hanya karena allah dapat diambil dari
ahasil angket nomor satu sampai dengan nomor tiga (seperti yang terdapat
dalam lampiran 7). Hasil yang didapat adalah nialai tertinggi adalah 12
dan nilai terendah adalah 9, dan dari data ini dapat dianalaisa beberapa hal.
a. Menentukan range
R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.
R = 12 – 9
R = 3
b. Menentukan interval
I = ingdikendakIntervalya
R
I = 4
3
I = 0,75
Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh
kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini
Tabel 19
Interval Nilai (X)
No Nilai (x) Keterangan
1 12 Sangat baik
2 11 Baik
3 10 Cukup
4 9 Kurang
70
c. Membuat distribusi frekuensi data tentang melakukan puasa hanya
karena allah, dengan memasukan kedalam table berikut
Tabel 20
Distribusi Frekuensi Tentang
Menjalankan Ibadah Puasa Hanya Karena Allah
No Nilai (x) ( f ) ( % )
1 12 7 23,3
2 11 10 33,4
3 10 7 23,3
4 9 6 20,0
Jumlah 30 100,0
Dari hasil data distribusi frekuensi tentang melakukan puasa hanya
karena allah di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dapat
diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:
Frekuensi terbanyak pada interval yang keempat sebanyak 6 orang
responden, ketiga sebanyak 7 orang responden, pada interval kedu
sebanyak 10 orang responden, dan interval kesatu yaitu sebanyak 7
orang responden.
d. Membuat gambar histogram
Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data
distribusi frekuensi melakukan puasa hanya karena Allah di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat
divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar
berikut ini:
71
0
2
4
6
8
10
9 10 11 12
Gambar 5: Melakukan Puasa Hanya Karena Allah di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari melakukan puasa hanya karena
Allah di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, dengan
menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih
dahulu.
Tabel 21
Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi
Melakukan Puasa Hanya Karena Allah
No Nilai (x) f Fx
1 12 7 84
2 11 10 110
3 10 7 70
4 9 6 54
Jumlah 30 318
Mx = N
fX
Mx = 30
318
Mx = 10,6
Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil
perhitungan adalah 10,6 yang termasuk kedalam interval yang ketiga
yaitu dalam kategori cukup baik.
72
D. Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis ini terdapat satu hipotesis yang akan diuji
secara empirik untuk mengetahui hubungan antara variable X (pemahaman
mata pelajarn fikih) terhadap variable Y (pengamalan ibadah puasa ramadhan)
yang diperoleh dari hasil angket.
Hal ini dimaksudkan untuk mencari kebenaran hipotesis yang telah
ditentukan yaitu terdapat hubungan positif antara pemahaman mata pelajarn
fikih dengan pengamalan ibadah puasa ramadhan.
1. Analisis Pendahuluan
Dari dua variabel yaitu pemahaman mata pelajarn fikih dan
pengamalan ibadah puasa ramadhan, hasil skore angket yang diteliti
menghasilkan dan skore terendah untuk masing-masing variabel.
Pada variabel pemahaman mata pelajarn fikih skore tertinggi adalah
33 dan skore terendah adalah 26 (terlampir pada lampiran 8). Dengan
perolahan data dari angket variabel ini dapat di cari hal-hal sebagai
berikut:
a. Menentukan range
R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.
R = 33 – 26
R = 7
b. Menentukan interval
I = ingdikendakIntervalya
R
I = 4
7
I = 1,75
Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh
kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini
73
Tabel 22
Interval Nilai (X)
No Nilai (x) Keterangan
1 32-33 Sangat baik
2 30-31 Baik
3 28-29 Cukup
4 26-27 Kurang
c. Membuat distribusi frekuensi data tentang pemahaman mata pelajarn
fikih, dengan memasukan kedalam table berikut
Tabel 23
Distribusi Frekuensi Tentang
Pemahaman Mata Pelajarn Fikih
No Nilai (x) ( f ) ( % )
1 32-33 9 30,0
2 30-31 8 26,7
3 28-29 9 30,0
4 26-27 4 13,3
Jumlah 30 100,0
Dari hasil data distribusi frekuensi tentang pemahaman mata
pelajarn fikih di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes , dapat
diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:
Frekuensi terbanyak pada interval kesatu yaitu sebanyak 9 orang
responden, pada interval kedu sebanyak 8 orang responden, ketiga
sebanyak 9 orang responden, sedangkan pada interval yang
keempat sebanyak 4 orang responden.
d. Membuat gambar histogram
Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data
distribusi frekuensi dari variabel pemahaman mata pelajarn fikih di MI
74
Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas, maka dapat
divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada gambar
berikut ini:
0
2
4
6
8
10
26-27 28-29 30-31 32-33
Gambar 5: Pemahaman Mata Pelajarn Fikih di MI Nurul Hikmah
Kalibuntu Losari Brebes
e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari dari variabel pemahaman mata
pelajarn fikih di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, dengan
menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel terlebih
dahulu.
Tabel 24
Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi
Pemahaman Mata Pelajarn Fikih
No Nilai (x) f x fx
1 32-33 9 32,5 292,5
2 30-31 8 30,5 244,0
3 28-29 9 28,5 256,5
4 26-27 4 26,5 106,0
Jumlah 30 899
Mx = N
fX
Mx = 30
899
Mx = 29,97
75
Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil
perhitungan adalah 29,97 yang termasuk kedalam interval yang kedua
yaitu berarti bahwa pemahaman mata pelajarn fikih di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes dalam kategori baik.
Sedang Pada variabel pengamalan ibadah puasa ramadhan skore
tertinggi adalah 34 dan skore terendah adalah 28 (terlampir pada lampiran
9). Dengan perolahan data dari angket variabel ini dapat di cari hal-hal
sebagai berikut:
a. Menentukan range
R = Nilai tertinggi – Nilai terendah.
R = 34 – 28
R = 6
b. Menentukan interval
I = ingdikendakIntervalya
R
I = 4
6
I = 1,5
Dari perolehan perhitungan-perhitungan di atas dapat diperoleh
kualifikasi dan interval seperti tabel dibawah ini
Tabel 25
Interval Nilai (X)
No Nilai (x) Keterangan
1 34-35 Sangat baik
2 32-33 Baik
3 30-31 Cukup
4 28-29 Kurang
c. Membuat distribusi frekuensi data tentang pengamalan ibadah puasa
ramadhan, dengan memasukan kedalam tabel berikut
76
Tabel 25
Distribusi Frekuensi Tentang
Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan
No Nilai (x) ( f ) ( % )
1 34-35 3 10,0
2 32-33 11 36,7
3 30-31 11 36,7
4 28-29 5 16,6
Jumlah 30 100,0
Dari hasil data distribusi frekuensi tentang pengamalan ibadah
puasa ramadhan di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes ,
dapat diketahui bahwa penyebaran nilai-nilai sebagai berikut:
Frekuensi terbanyak pada interval kesatu yaitu sebanyak 3 orang
responden, pada interval kedu sebanyak 11 orang responden, ketiga
sebanyak 11 orang responden, sedangkan pada interval yang
keempat sebanyak 5 orang responden.
d. Membuat gambar histogram
Kemudian untuk memperjelas keterangan, berdasarkan hasil data
distribusi frekuensi dari variabel pengamalan ibadah puasa ramadhan
kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes tersebut di atas,
maka dapat divisualisasikan kedalam bentuk histogram, seperti pada
gambar berikut ini:
0
2
4
6
8
10
12
28-29 30-31 32-33 34-35
Gambar 5: Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
77
e. Mencari nilai rata-rata (Mean) dari dari variabel pengamalan ibadah
puasa ramadhan kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes,
dengan menggunakan rumus Mean dengan disajikan memalui tabel
terlebih dahulu.
Tabel 26
Tabel Perhitungan Mean Dari Distribusi Frekuensi
Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan
No Nilai (x) f x fx
1 34-35 3 34,5 103,5
2 32-33 11 32,5 357,5
3 30-31 11 30,5 335,5
4 28-29 5 28,5 142,5
Jumlah 30 939
My = N
fX
My = 30
939
My = 31,3
Dari hasil perhitungan ini maka dapat diketahui bahwa Mean hasil
perhitungan adalah 31,3 yang termasuk kedalam interval yang ketiga
yaitu berarti bahwa pengamalan ibadah puasa ramadhan kelas 3 di MI
Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes dalam kategori cukup baik
2. Analisis Uji Hipotesa
Setelah diketahui nilai yaitu pemahaman mata pelajarn fikih
(lampiran 8) dan pengamalan ibadah puasa ramadhan (lampiran 9),
penelitian menggunakan rumus analisa korelasi product moment.
Sebelum sampai pada pengolahan data, terlebih dahulu penelitian
kemukakan data mentah pemahaman mata pelajarn fikih dan pengamalan
ibadah puasa ramadhan.
78
Tabel 27
Tabel Korelasi Antara Pemahaman Mata Pelajarn Fikih Dengan
Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan
No
Res X Y x y x2 y2 xy
1 30 31 0,2 -0,13 0,04 0,0169 -0,026
2 28 30 -1,8 -1,13 3,24 1,2769 2,034
3 27 30 -2,8 -1,13 7,84 1,2769 3,164
4 31 33 1,2 1,87 1,44 3,4969 2,244
5 28 30 -1,8 -1,13 3,24 1,2769 2,034
6 33 32 3,2 0,87 10,24 0,7569 2,784
7 32 33 2,2 1,87 4,84 3,4969 4,114
8 29 30 -0,8 -1,13 0,64 1,2769 0,904
9 28 30 -1,8 -1,13 3,24 1,2769 2,034
10 30 32 0,2 0,87 0,04 0,7569 0,174
11 27 29 -2,8 -2,13 7,84 4,5369 5,964
12 26 32 -3,8 0,87 14,44 0,7569 -3,306
13 29 33 -0,8 1,87 0,64 3,4969 -1,496
14 32 30 2,2 -1,13 4,84 1,2769 -2,486
15 33 34 3,2 2,87 10,24 8,2369 9,184
16 28 32 -1,8 0,87 3,24 0,7569 -1,566
17 32 34 2,2 2,87 4,84 8,2369 6,314
18 27 28 -2,8 -3,13 7,84 9,7969 8,764
19 28 29 -1,8 -2,13 3,24 4,5369 3,834
20 30 31 0,2 -0,13 0,04 0,0169 -0,026
21 32 33 2,2 1,87 4,84 3,4969 4,114
22 31 32 1,2 0,87 1,44 0,7569 1,044
23 28 33 -1,8 1,87 3,24 3,4969 -3,366
24 28 31 -1,8 -0,13 3,24 0,0169 0,234
25 31 32 1,2 0,87 1,44 0,7569 1,044
26 28 28 -1,8 -3,13 3,24 9,7969 5,634
27 32 29 2,2 -2,13 4,84 4,5369 -4,686
28 33 30 3,2 -1,13 10,24 1,2769 -3,616
29 32 30 2,2 -1,13 4,84 1,2769 -2,486
30 31 33 1,2 1,87 1,44 3,4969 2,244
894 934 130,8 85,467 44,8
Dari data tersebut di atas diketahui:
2X 130,8
2Y 85,467
xyr 44,8
79
Kemudian diamsukkan kedalam rumus korelasi product moment, sebagai
berikut:
rxy =
))(( 22
yx
xy
rxy =
)467,85)(8,301(
44,8
rxy =
11179,08
44,8
rxy =
105,73
44,8
rxy = 0,424
Jadi korelasi hasil perhitungan (rhitung) atau rxy
dengan nilai sebesar 0,424
3. Analisis Lanjut
Pada sub bab analisa lanjut ini dari hasil perhitungan ( rhitung) atau
rxydiuji dengan testt yaitu deangan menggunakan rumus sebagai nerikut:
21
)2(
r
Nrhitung
t
20,4241
)230(0,424
hitungt
0,17971
)28(0,424
hitungt
0,8202
0,424x5,29hitungt
0,905
2,24296hitungt
2,478hitungt
80
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam analisis ini digunakan untuk membuat interprestasi lebih lanjut
dengan membandingkan rhitung ataupun hitungt dengan ketentuan:
1. Jika rhitung>r tabel
maka antara kedua variabel X dan Y ada korelasi yang
signifikan
2. Jika hitungt > tabelt maka antara kedua variabel X dan Y ada korelasi yang
signifikan
Dalam tabel nilai r Product Moment (r tabel) untuk N=30 pada taraf
signifikansi 5%=0,361 dan taraf signifikansi 1%=0,463 dan rxy = 0,424,
demikian pula t tabel untuk (0,01 : 28) = 2,467 dan 2,478hitungt
Dari hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa baik
rhitungmaupun hitungt ternyata lebih besar dari kondisir tabel
maupun tabelt .
Dengan demikian, temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis
kerja ada pengaruh positif yang signifikan. Pemahaman mata pelajarn fikih
dengan pengamalan ibadah puasa ramadhan dapat diterima dengan kata lain
ada korelasi peningkatan positif yang signifikan antara antara pemahaman
mata pelajarn fikih dengan pengamalan ibadah puasa ramadhan kelas 3 di MI
Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes.
F. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa penelitian yang telah dilaksanakan ini jauh
dari sempurna dan banyak hal yang menghambat dan menjadi kendala dalam
penelitian ini. Karena penelitian ini pada dasarnya belum final, maka harapan
penulis ada penelitian selanjutnya yang mengembangkan dan mengkaji ulang
hasil penelitian ini.
Hal ini terjadi karena keterbatasan kemampuan penelitian dan juga
sarana yang penting, misalnya yang berkaitan dengan populasi, indikator,
waktu, dan biaya. Di samping itu, meskipunpenelitiannya mengambil 100%
dari populasi sebagai responden, hasilnya belum bisa menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya.
81
Sedangkan dari isi indikator, baik untuk variabel Pemahaman mata
pelajarn fikih maupun pengamalan ibadah puasa ramadhan belum mencakup
semua hal yang diteliti. Meskipun penelitian ini sudah bisa menjawab
permasalahan yang ada.
82
BAB V
METODE PENELITIAN
A. Kesimpulan
Setelah penulisa mengadakan penelitian dan menganalisa data yang telah
diperoleh, baik yang bersifat teori maupun lapangan dengan pembahasan
skripsi yang berjudul “Pemahaman Mata Pelajarn Fiqh Dengan Pengamalan
Ibadah Puasa Ramadhan Kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari
Brebes”. Maka dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemahaman Mata Pelajarn Fiqh adalah kemampuan seseorang dalam
mengartikan, menafsirkan, menterjemahkan, atau menyatakan sesuatu
dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya,
yang berkaitan ddengan mata pelajaran fiqh. Karena diketahui bahwa
Mean hasil perhitungan adalah 29,97 yang termasuk kedalam interval yang
ketiga yaitu berarti bahwa pemahaman mata pelajarn fiqh di MI Nurul
Hikmah Kalibuntu Losari Brebes dalam kategori baik.
2. Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan merupakan proses perbuatan dalam
melaksanakan atau menunaikan kewajiban ibadah puasa ramadhan.
Adapun Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan siswa kelas Kelas 3 di MI
Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes menunjukkan kondisi yang cukup,
terbukti hasil perhitungan diketahui bahwa Mean hasil perhitungan adalah
31,3 yang termasuk kedalam interval yang ketiga yaitu berarti bahwa
pengamalan ibadah puasa ramadhan kelas 3 di MI Nurul Hikmah
Kalibuntu Losari Brebes dalam kategori cukup baik.
3. Hasil perhitungan statistik dengan analisa korelasi product moment
menunjukkan bahwa bahwa baik rhitungmaupun hitungt ternyata lebih besar
dari kondisir tabelmaupun tabelt . Hal ini dapat diketahui dari hasil
perhitungan rxy = 0,424 sedangkan tabelt untuk N=30 pada taraf
83
signifikansi 5%=0,361 dan taraf signifikansi 1%=0,463, demikian pula
pada 2,478hitungt sedangkan tabelt untuk (0,10 : 28) = 2,467.
B. Saran
Setelah mengadakan penelitian di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari
Brebes tentang Pemahaman Mata Pelajarn Fiqh Dengan Pengamalan Ibadah
Puasa Ramadhan Kelas 3 di MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes, maka
penulis akan menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman mata pelajarn fiqh
memiliki peranan atau korelasi positif terhadap pengamalan ibadah shalat
puasa ramadhan, maka sebaiknya kepala madrasah menyarankan kepada
para guru atau tenaga pengajar untuk meningkatkan aktifitas pembelajaran
mata pelajaran fiqh maupun mata pelajaran lainnya
2. Bagi Siswa
Sebaiknya, siswa juga meningkatkan pemahaman mata pelajarn fiqh,
karena hasil penelitian membuktikan bahwa pemahaman mata pelajarn
fiqh memiliki peranan yang positif untuk meningkatkan pengamalan
ibadah pasa wajib ramadhan.
3. Bagi yayasan MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes untuk dapat
lebih memperhatikan dalam hal menyediakan sarana dan prasarana
pendukung pembelajaran.
4. Bagi lingkungan MI Nurul Hikmah Kalibuntu Losari Brebes untuk dapat
lebih berpeeran aktif, dalam memberikan dukungan positif pada madrasah,
karena maju mundurnya suatu lembaga pendidikan tidak bisa lepas dari
dukungan masyarakat.
C. Penutup
Dengan rasa syukur, penulis memanjatkan puji kehadirat Allah SWT.,
atas berkat taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, meskipun masih sangat sederhana. Hal ini tidak lain
karena sempitnya pengertian dan dangkalnya pengetahuan yang penulis miliki.
84
Namun demikian, mungkin dapat menjadikan bahan pertimbangan bagi siapa
yang akan melakukan penelitian dan pembahasan lebih lanjut.
Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an, Penerbit PT Mekar, Surabaya, 1998
Ash-Shiddiqiey Hasbi T.M., Pengantar Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakarta,
Tahun 2000
Alwi Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Tahun 2007
Arikunto Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Rineka Cipta, 2001
Al-Munawar agil Husain Said et. al., Meramadhankan Semua Bulan puasa
Sebagai Tangga Ruhani, (Jakarta,: Iman Dan Hikmah)
Al-Bajuri Ibrahim Syeih, Hasiyah Al-Bajuri ‘Ala Ibnu Qasim Al-Ghurry,
(Bandung: Al-Ma’arif, tth)
Bulughul Maram, Dani Hidayat - [email protected],
Wahbah Al-Zuhayly, Puasa Dan I’tikaf, Kajian Berbagai Mazhab, ( Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1998)
Depag, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Penerbit Mahkota, Surabaya, Tahun 1989
Darajat Zakiyah dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995)
Mukri, Ghazali, Menikmati Ramadhan Bersama Nabi, Tiga Lentera Utama,
Yogyakarta, 2001
Musfah Jejen, Panduan danMakna Puasa, Menggapai Ridho Illahi Dibulan Suci,
Yogyakarta, Hihrah, 2003
Shihab Quraish Muhammad, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1992)
Syahrin Harahap et. al., Nasehat Para Ulama’ Hikmah Puasa, Berpuasalah Agar
Hidup dibimbing Menuju-Nya, (Jakarta: Raja Grafindo Jaya, 2001)
Su’dan R.H., Alqur’an Dan Panduan Kesehartan Masyarakat, (Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997)
Imam Al-Ghazali, Ibadah Perspektif Sufistik, Risalah Gusti, Surabaya, 1997
Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Isma’il Bin Ibrahim, Shahih Muslim, Juz I
(Surabaya: Darul Fikri, tth)
Poerwadarminta WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1976)
Rifa’i Muhammad H., Ushul Fikih, (Semarang: Wicaksana, 1998)
Syarifuddin Ahmad, Puasa Menuju Sehat Fisik dan psikis, (Jakarta: Gema Insani,
2003)
Qardawi Yusuf, Fiqih Puasa, (Surakarta: Era Interrmedia, 2000)
Tim Penyusun Kamus Dan Pengebangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Tahun 1994
Walgito Bimo, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, Yogyakarta : Penerbit
Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta, 1998
viii
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Masyudi
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Brebes, 19 Oktober 1981
3. NIM. : 093111267
4. Alamat Rumah : Ds. Kalibuntu Kec. Losari Kab. Brebes.
HP. : 081 3227 56071
E-mail :
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SDN Babakan 1 Tahun Lulus 1994
b. SMPN 2 Losari Tahun Lulus 1997
c. MAN Brebes Tahun Lulus 2004
d. D2 STAIC Cirebon Tahun Lulus 2007
2. Pendidikan Non Formal
a. MaDin Cirebon
b. PonPes APIK Kauman Kaliwungu
c. PonPes Gedongan Cirebon
d. PonPes Al Hikmah Benda Bumiayu
3. Prestasi Akademik
a. Peringkat 1 Aliyah UN
b. Peringkat III SMP
c. Juara I Cerdas Cermat PonPes Al Hikmah Benda
4. Karya Ilmiah
Tugas Akhir
Semarang, 14 Juli 2011
Masyudi
NIM.: 093111267