bab i pendahuluan.doc

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan racun (toksin) bakteri Clostridium tetani, dengan gejala kejang otot secara proksimal, diikuti kekakuan otot seluruh badan (termasuk rahang), menyakitkan dan dapat menyebabkan kegagalan pernapasan bahkan kematian. Beberapa ahli sering menyebut penyakit ini dengan lockjaw karena terjadi kejang pada otot rahang. (Zulkoni,2010) Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang langsing dengan ujung yang berbentuk bulat berukuran 5 µ x 0,5 µ, mempunyai sifat gram-positif anaerob, bersifat motil dengan flagela peritritch dan tidak membentuk kapsul. Spora yang berbentuk sferis dan terletak di daerah terminal tampak melebar, sehingga memberi gambaran 1

Upload: deby-jayanti

Post on 08-Nov-2015

227 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

8

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan racun (toksin) bakteri Clostridium tetani, dengan gejala kejang otot secara proksimal, diikuti kekakuan otot seluruh badan (termasuk rahang), menyakitkan dan dapat menyebabkan kegagalan pernapasan bahkan kematian. Beberapa ahli sering menyebut penyakit ini dengan lockjaw karena terjadi kejang pada otot rahang. (Zulkoni,2010)Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang langsing dengan ujung yang berbentuk bulat berukuran 5 x 0,5 , mempunyai sifat gram-positif anaerob, bersifat motil dengan flagela peritritch dan tidak membentuk kapsul. Spora yang berbentuk sferis dan terletak di daerah terminal tampak melebar, sehingga memberi gambaran seolah-olah kuman ini berbentuk mirip pemukul genderang (drum-stick). (Soedarto,2003)

Tetanus pada neonatus, yang dapat muncul jika ujung umbilikus terkontaminasi setelah kelahiran, merupakan penyebab yang penting dari kematian di negara berkembang. Tetanus jarang terjadi di negara maju (0,2 kasus per sejuta), biasanya terjadi pada pasien yang lebih tua di mana imunitasnya sudah menurun. Seringkali terdapat riwayat luka yang sepele saat berkebun. (Gillespie & Bamford,2008)Organisme ini tersebar di tanah banyak tempat di seluruh dunia. Normalnya basil terdapat dalam usus kuda, sapi dan herbivora lain serta kadang-kadang di temukan pada manusia. Antara 2 30% orang dewasa mengandung kuman ini, dengan proporsi tertinggi pada komunitas pertanian. (Rudolph,2006)Insiden tetanus menggambarkan distribusi geografi organisme, standar kebersihan, dan kewaspadaan akan risiko luka yang terkontaminasi. (Rudolph,2006)Tetanus terjadi secara sporadis dan hampir selalu menimpa individu non imun, individu dengan imunitas parsial dan individu dengan imunitas penuh yang kemudian gagal mempertahankan imunitas secara adekuat dengan vaksinasi ulangan. Walaupun tetanus dapat dicegah dengan imunisasi, tetanus masih merupakan penyakit yang membebani di seluruh dunia terutama di negara beriklim tropis dan negara-negara sedang berkembang, sering terjadi di Brazil, Filipina, Vietnam, Indonesia, dan negara lain di benua Asia. Penyakit ini umum terjadi di daerah pertanian, di daerah pedesaan, pada daerah dengan iklim hangat, selama musim panas dan pada penduduk pria. Pada negara-negara tanpa program imunisasi yang komprehensif, tetanus terjadi terutama pada neonatus dan anak-anak. (Sudoyo,2009)

Di Amerika Serikat dan negara-negara lain yang berhasil dengan program imunisasinya, tetanus neonatus jarang sekali terjadi, dan penyakit ini menjangkiti kelompok usia yang lain dan pada kelompok yang secara tidak adekuat dicapai oleh imunisasi seperti pada orang bukan kulit putih. Secara khusus, orang berusia lanjut sangat mencolok terjangkiti. Kurang dari 100 kasus telah dilaporkan pada the Centers for Disease Control (CDC) setiap tahun: 94% kasus terjadi pada usia 20 tahun dan 68% pada usia lebih dari 50 tahun. Walaupun demikian, beban penyakit ini lebih besar karena pelaporan tidak lengkap. (Isselbacher,1999)Di Amerika Serikat, sebagian besar tetanus terjadi setelah cedera akut, seperti luka tusuk, laserasi, atau abrasi dan sering didapat di dalam rumah, selama berkebun atau berternak, atau dalam kegiatan di luar rumah lainnya. Cederanya bisa besar tetapi seringkali yang sepele, sehingga tidak mencari pertolongan secara medis. Penyakit ini dapat merupakan komplikasi pada penyakit menahun seperti ulkus kulit, abses, dan gangren. Tetanus juga dikaitkan dengan luka bakar, sengatan beku (frostbite), infeksi telinga, pembedahan, abortus, partus, dan penyalahgunaan obat, terutama popping kulit. Pada beberapa pasien tidak ditemukan adanya jalan masuk. (Isselbacher,1999)Menurut SKRT 1995, Angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 58/1000 kelahiran hidup. Tetanus menyumbang 50% kematian bayi baru lahir dan sekitar 20% kematian bayi, serta merupakan urutan ke-5 penyakit penyebab kematian bayi di Indonesia. Karena kontribusinya yang besar pada AKB, maka penyakit ini masih merupakan masalah besar bagi dunia kesehatan. (Widoyono,2008)Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara jumlah kasus tetanus berdasarkan bulan, kelompok umur dan berdasarkan kabupaten / kota di Provinsi Sumatera utara tahun 2012 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :Gambar 1.1Grafik Jumlah Kasus Tetanus Berdasarkan Bulan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

Keterangan : Januari : 3

Juli

: 1

Februari : 27Agustus: 5

Maret : 2

September: 1

April : 2

Oktober: 1

Mei : 17November: 1

Juni : 2

Desember: 1 (STP Puskesmas Provsu)

Gambar 1.2Grafik Jumlah Kasus Tetanus Berdasarkan Kelompok Umur di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

Keterangan : 0 7 hari : 110 14 tahun: 9

8 28 hari: 115 19 tahun : 12

< 1 tahun: 020 44 tahun : 22

1 4 tahun: 445 54 tahun : 7

5 9 tahun: 655 59 tahun : 0 (STP Puskesmas Provsu)

70 + tahun: 1

Gambar 1.3Grafik Jumlah Kasus Tetanus Berdasarkan Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

Keterangan: Binjai

: 37

Deli Serdang

: 4

Tobasa

: 2

Pak pak barat: 9

Batubara

: 6

Labura

: 3

Tapanuli Selatan: 1 (STP Puskesmas Provsu)

Berdasarkan uraian diatas disebutkan bahwa kuman ini umumnya tersebar luas di tanah dan normalnya terdapat dalam usus kuda, sapi dan herbivora lain namun beberapa sumber bacaan menyebutkan bahwa kuman ini terutama terdapat pada kuda dan jarang pada herbivora lain. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbandingan Keberadaan Clostridium tetani pada feses sapi dengan kuda di Kota Binjai Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara tahun 2014.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini Berapa besar perbandingan keberadaan Clostridium tetani pada feses sapi dengan kuda di Kota Binjai Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara tahun 2014.1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dengan jelas keberadaan Clostridium tetani pada feses sapi dengan kuda di Kota Binjai Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara tahun 2014 serta besar perbandingan antara keduanya.1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui gambaran mikroskopis Clostridium tetani pada feses sapi dan kuda.1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan keterampilan dalam bidang penelitian khususnya tentang Perbandingan keberadaan Clostridium tetani pada feses sapi dengan kuda di Kota Binjai Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara tahun 2014 dan sebagai syarat menyelesaikan program pendidikan Sarjana Kedokteran .

1.4.2 Bagi Institusi

Sebagai referensi di perpustakaan yang dapat digunakan untuk menambah wawasan dan informasi bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia.1.4.3 Bagi Masyarakat

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat terutama tentang bahaya tetanus dan pentingnya menjaga kebersihan.

1

_1451790626.xls

_1451790652.xls

_1451790360.xls