bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/bab i-ii.pdf · 2020. 7. 10. · bab i...

25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total dan low density lipoprotein (LDL) (Rahardja dan Tjay, 2015). Kolesterol total yang tinggi dan lebih kuat dengan peningkatan kolesterol LDL dalam darah dihubungkan secara positif dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) (Harvey dan Champe, 2013) dan stroke (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2013), dimana kedua penyakit ini bertanggung jawab atas 15,2 juta kematian dari total 56,9 juta kematian pada tahun 2016 (WHO, 2018). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) Indonesia tahun 2018, diketahui bahwa sebanyak 7,6% penduduk Indonesia memiliki nilai kolesterol total tinggi; 24,3% memiliki nilai High Density Lipoprotein (HDL) rendah; 9% memiliki nilai LDL tinggi dan sebanyak 3,4% memiliki nilai LDL sangat tinggi. Berdasarkan Data Profil Penyakit Tidak Menular (PTM) pada tahun 2016, provinsi NTT menduduki peringkat ke 16 dari 34 provinsi untuk presentasi pengunjung Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM dan Puskesmas dengan kolesterol total tinggi. Penanganan hiperkolesterolemia dapat dilakukan dengan terapi, yaitu terapi non farmakologi dan terapi farmakologi baik menggunakan obat sintesik maupun obat herbal. Terapi non farmakologi adalah terapi dengan cara mengubah pola hidup, misalnya dengan mengurangi asupan makanan yang berkolesterol tinggi seperti jeroan dan hati; meningkatkan konsumsi makanan berserat (Rahardja dan Tjay, 2015); menghentikan kebiasaaan rokok, menurunkan berat badan dan melakukan aktivitas secara teratur misalnya berjalan cepat 30 menit perhari (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2013). Terapi non farmakologi merupakan terapi hiperkolesterolemia yang paling aman, karena

Upload: others

Post on 06-Mar-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hiperkolesterolemia adalah suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai

dengan peningkatan kadar kolesterol total dan low density lipoprotein (LDL)

(Rahardja dan Tjay, 2015). Kolesterol total yang tinggi dan lebih kuat dengan

peningkatan kolesterol LDL dalam darah dihubungkan secara positif dengan

kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) (Harvey dan Champe, 2013) dan stroke

(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2013), dimana kedua

penyakit ini bertanggung jawab atas 15,2 juta kematian dari total 56,9 juta

kematian pada tahun 2016 (WHO, 2018). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan

Dasar (RisKesDas) Indonesia tahun 2018, diketahui bahwa sebanyak 7,6%

penduduk Indonesia memiliki nilai kolesterol total tinggi; 24,3% memiliki nilai

High Density Lipoprotein (HDL) rendah; 9% memiliki nilai LDL tinggi dan

sebanyak 3,4% memiliki nilai LDL sangat tinggi. Berdasarkan Data Profil

Penyakit Tidak Menular (PTM) pada tahun 2016, provinsi NTT menduduki

peringkat ke 16 dari 34 provinsi untuk presentasi pengunjung Pos Pembinaan

Terpadu (Posbindu) PTM dan Puskesmas dengan kolesterol total tinggi.

Penanganan hiperkolesterolemia dapat dilakukan dengan terapi, yaitu terapi

non farmakologi dan terapi farmakologi baik menggunakan obat sintesik maupun

obat herbal. Terapi non farmakologi adalah terapi dengan cara mengubah pola

hidup, misalnya dengan mengurangi asupan makanan yang berkolesterol tinggi

seperti jeroan dan hati; meningkatkan konsumsi makanan berserat (Rahardja dan

Tjay, 2015); menghentikan kebiasaaan rokok, menurunkan berat badan dan

melakukan aktivitas secara teratur misalnya berjalan cepat 30 menit perhari

(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2013). Terapi non

farmakologi merupakan terapi hiperkolesterolemia yang paling aman, karena

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

2

tidak menimbulkan efek samping seperti pengobatan dengan obat, namun

sebagian besar pasien tidak berkeinginan atau susah untuk merubah gaya

hidupnya, sehingga diterapi secara farmakologi atau terapi dengan obat-obatan.

Obat sintetik yang digunakan untuk terapi hiperkolesterolemia adalah obat

antilipemika yaitu obat yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan atau

trigliserida (TG) yang tinggi dalam darah, selain itu penurunan kolesterol total

dengan antilipemika dapat melarutkan plak aterosklerosis, yang merupakan salah

satu pencetus PJK (Rahardja dan Tjay, 2015). Obat antilipemika ini terdiri dari

beberapa golongan yang berbeda yaitu pengikat asam empedu, asam nikotinat,

golongan fibrat, golongan statin dan golongan obat lainnya, namun obat-obat ini

memiliki efek samping yang bisa membahayakan maupun membuat penderita

hiperkolesterolemia menjadi tidak nyaman, contohnya obat golongan statin, obat

golongan ini jika digunakan dengan dosis maksimum 80 mg selama 12 bulan

dapat terjadi miopati atau gangguan pada otot (Perhimpunan Dokter Spesialis

Kardiovaskular Indonesia, 2013), selain itu obat golongan ini juga dapat

mengakibatkan gangguan mata dan fungsi hati (Rahardja dan Tjay, 2015), untuk

mengatasi kejadian efek samping obat antilipemika maka diperlukan terapi

alternatif menggunakan obat-obatan herbal karena selain lebih mudah didapatkan,

efek sampingnya lebih kecil dibandingkan dengan obat-obat sintetik tetapi harus

tetap diperhatikan penggunaannya yaitu tepat bahan, tepat dosis, tepat waktu

penggunaan, tepat cara penggunaan, tepat telaah informasi, dan tanpa

penyalahgunaan (Sari, 2006).

Tanaman yang dapat dijadikan obat herbal untuk terapi hiperkolesterolemia

adalah tanaman yang memiliki senyawa saponin, steroid (khususnya steroid

phytosterol), alkaloid, tanin dan flavonoid. Saponin bekerja dengan cara

menghambat penyerapan kolesterol (Kamesh dan Sumathi, 2012), steroid

(phytosterol) berkompetisi dengan kolesterol pada saat proses penyerapan dalam

usus (Ogbe et al., 2015), alkaloid dan tanin mempercepat pembuangan kolesterol

melalui feses (Rahayu, 2005; Lajuck 2012) sedangkan flavanoid dapat

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

3

menghambat enzim pembentuk kolesterol yang menyebabkan gangguan sintesis

kolesterol (Sekhon dan Loodu, 2012), sehingga terjadi penurunan kadar

kolesterol. Salah satu tanaman yang memiliki senyawa tersebut adalah daun

tanaman kapuk atau Ceiba pentandra L. (Osuntoku et al., 2017; Enechi et al.,

2013; Anasane dan Chaturvedi, 2018).

Tanaman kapuk adalah salah satu tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

masyarakat Indonesia, karena tanaman ini mudah ditemui dan sering

dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kasur, bantal maupun sebagai bahan

makan ternak. Beberapa penggunaan daun kapuk sebagai pengobatan tradisional

di Indonesia adalah untuk pengobatan cacar dan koreng oleh masyarakat Desa

Trunyan, Bali. Suku Muna, Sulawesi Tenggara menggunakan daun kapuk sebagai

pengobatan maag dan demam (Jumiarni dan Komalasari, 2017). Walaupun

tanaman ini belum banyak digunakan di Indonesia untuk pengobatan, namun

sering dimanfaatkan di Afrika sebagai pengobatan tradisional, salah satunya

untuk pengobatan diabetes (Fofié et al., 2018). Berdasarkan penelitian Aloke et

al, (2010), Parameshwar et al, (2010), Satyaprakash et al, (2013) dan Muhammad

et al, (2016) diketahui bahwa serbuk daun kapuk yang ditambahkan ke pakan

tikus, ekstrak akar kapuk ekstrak batang kapuk dan ekstrak daun kapuk memiliki

efek hipolipidemik pada tikus diabetes. Penelitian lain dilakukan oleh Singht et al

(2017) menunjukkan bahwa batang tanaman kapuk dapat menurunkan kadar

kolesterol pada tikus hiperkolesterol.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai uji aktivitas ekstrak etanol 70% daun kapuk (Ceiba pentandra. L)

terhadap penurunan kadar kolesterol total tikus hiperkolesterolemia.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diambil rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah ekstrak etanol 70% daun kapuk (Ceiba pentandra. L) pada dosis 400

mg/KgBB dan 800 mg/KgBB memiliki aktivitas menurunkan kadar kolesterol

total tikus hiperkolesterolemia?

2. Berapakah dosis ekstrak etanol 70% daun kapuk (Ceiba pentandra. L) yang

paling optimal dalam menurunkan kadar kolesterol total pada tikus

hiperkolesterolemia?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui aktivitas ekstrak etanol 70% daun kapuk (Ceiba pentandra. L)

dosis 400 mg/KgBB dan 800 mg/KgBB dalam menurunkan kadar kolesterol

total tikus hiperkolesterolemia.

2. Mengetahui dosis ekstrak etanol 70% daun kapuk (Ceiba pentandra. L) yang

paling optimal dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus

hiperkolesterolemia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan data mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun kapuk,

terhadap kolesterol total sehingga dapat menambah perkembangan ilmu

pengetahuan dan wawasan.

2. Sebagai informasi kepada masyarakat tentang manfaat tanaman kapuk, untuk

mengatasi hiperkolesterolemia.

3. Sebagai data awal penelitian untuk peneliti selanjutnya, agar dapat dijadikan

referensi, sehingga dapat mengembangkan penelitian yang lebih baik.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kapuk

1. Klasifikasi Tanaman

Berdasarkan Ilmu Taksonomi, klasifikasi tanaman kapuk randu adalah

sebagai berikut (ITIS, 2019):

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Viridiplatae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Ceiba

Spesies : Ceiba pentandra (L.)

Kapuk dalam bahasa manggarai adalah kawu, Neke dalam bahasa tetun (Belu)

dan dalam bahasa dawan (Timor), rongngo (Sumba Barat Daya). Berdasarkan

Materia Medika (1989) diketahui beberapa nama daerah untuk tanaman kapuk

yaitu seperti daerah sumatera: panju, panjai (Aceh); kakabu (Gayo); ponji (Batak)

daerah Jawa: randu (sunda); kapo (Madura); landu (Kangean) dan daerah Bali:

Kuthuh. Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Tanaman Kapuk (BPTP kepulauan Bangka Belitung, 2017)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

6

2. Deskripsi Tanaman

Tanaman kapuk memiliki batang yang berbentuk silinder, berwarna cokelat

atau abu-abu, kulit batangnya halus sampai agak retak, dan terdapat duri-duri

tajam pada bagian atas batang. Daunnya berupa daun majemuk, dengan tulang

daun menjari dan berkerumun di ujung dahan, panjang tangkai daun 5-25 cm,

bagian pangkalnya berwarna merah, daun berwarna hijau serta tidak berbulu

(Salazar dan Joker, 2001). Pada musim panas, tanaman kapuk akan berbunga

(Kurnia et al., 2014), bunganya menggantung dan berupa bunga majemuk

dengan warna seperti keputih-putihan. Bunga tanaman kapuk ini bergerombol

pada ranting; (Salazar dan Joker, 2001), memiliki 5 kelopak bunga yang meyatu

membentuk mahkota yang berbentuk terompet, berkelamin ganda (Hermaprodit)

(National Parks Board Singapura, 2013) dan jika terjadi pembuahan maka akan

terbentuk buah kapuk.

Buah tanaman kapuk berbentuk seperti kapsul lonjong panjang yang

panjangnya dapat mencapai 15 cm, licin dan runcing di kedua ujungnya. Warna

buah akan berubah dari hijau menjadi coklat ketika matang, lalu buah akan pecah

dan membagi dari dasar ke puncak menjadi 5 bagian lalu melepaskan biji kapuk

yang berwarna hitam atau coklat tua yang berada pada serat kapas, namun tidak

melekat pada serat kapas, tetapi serat ini dapat membawa biji pada jarak yang

sangat jauh dari pohon induk jika ada angin yang kuat (National Parks Board

Singapura, 2013).

3. Kandungan Senyawa

Daun tanaman kapuk mengandung senyawa flavanoid, saponin, tanin,

alkaloid, steroid, fenol, phylate dan oxalate (Osuntoku et al., 2017; Enechi et al.,

2013; Anasane dan Chaturvedi, 2018)).

3.1 Flavonoid

Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol dimana senyawa ini

merupakan zat warna merah, ungu, biru dan sebagian zat warna kuning yang

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

7

terdapat dalam tanaman. Beberapa kemungkinan fungsi flavonoid yang lain bagi

tumbuhan adalah sebagai zat pengatur tumbuh, pengatur proses fotosintesis, zat

antimikroba, antivirus dan antiinsektisida (Kristanti et al., 2008). Senyawa

flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang dapat meningkatkan pertahanan

diri dari penyakit yang diinduksi oleh radikal bebas. Flavonoid dapat menghambat

kerja enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A

reduktase) (Sekhon dan Loodu, 2012), yaitu enzim yang berperan dalam sintesis

kolesterol (Rahardja dan Tjay, 2015), sehingga terjadi penurunan kadar kolesterol

3.2 Saponin

Saponin tersebar luas diantara tanaman tinggi, keberadaan saponin sangat

mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila

digojog menimbulkan buih yang stabil. Saponin berasa pahit menusuk dan

menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi tehadap selaput lendir.

Saponin juga dapat menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis,

bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan banyak diantaranya digunakan

sebagai racun ikan. Semua saponin dapat mengakibatkan hemolisis, oleh karena

itu, relatif berbahaya bagi semua organisme binatang bila saponin diberikan

secara parenteral. Setengah sampai beberapa mg/kgBB saponin dapat berakibat

fatal dan mematikan pada pemberian i.v. Begitu pula pemakaian sterol saponin

kompleks dalam jangka panjang akan mematikan bila diberikan secara parenteral

(Endarini, 2016). Saponin dapat berikatan dengan garam empedu, dimana garam

empedu ini berperan sebagai pengemulsi kolesterol sehingga dapat terjadi

reabsorbsi kolesterol, karena saponin berikatan dengan garam kolesterol, maka

penyerapan kolesterol di usus terganggu, sehingga terjadi penurunan kadar

kolesterol (Oyewolw, 2011; Rahardja dan Tjay, 2015).

3.3 Tanin

Tanin adalah suatu senyawa yang terdapat pada tanaman, dimana sebagian

besar tumbuhan yang memiliki senyawa tanin dihindari oleh hewan pemakan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

8

tumbuhan karena rasanya yang sepat (Harborne, 2006). Tanin memiliki aktivitas

antibakteri, karena toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri, akibat

terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas sehingga

pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati (Ajizah, 2004). Tanin mengurangi

penimbunan kolesterol dalam darah dan mempercepat pembuangan kolesterol

melalui feces (Rahayu, 2009).

3.4 Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang mengandung atom N

heterosiklik, berbobot molekul kecil, mengandung nitrogen dan memiliki efek

farmakologi pada manusia dan hewan (Endarini, 2016). Alkaloid memiliki efek

antibakteri, efek antibakteri ini terjadi karena alkaloid mengganggu komponen

penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak

terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Aniszewski,

2007). Alkaloid dapat menghambat aktivitas enzim lipase pankreas sehingga

meningkatkan sekresi lemak melalui feses; akibatnya penyerapan lemak oleh hati

terhambat sehingga tidak dapat diubah menjadi kolesterol (Lajuck, 2012).

3.5 Steroid

Steroid adalah kelompok senyawa bahan alam yang kebanyakan strukturnya

terdiri atas 17 karbon, membentuk struktur 1,2- siklopentenoperhidrofenantren.

Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa yang pengelompokannya

didasarkan pada efek fisiologis yang dapat ditimbulkan (Endarini, 2016).

Phytosterol adalah salah satu senyawa jenis steroid yang dapat menurunkan

kadar koelsterol karena dalam lumen usus, phytosterol bersaing dengan

kolesterol untuk diabsorbsi, sehingga penyerapan kolesterol teganggu (Ogbe et

al., 2015).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

9

B. Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan untuk obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang

telah dikeringkan. Simplisia terbagi menjadi 3 golongan yaitu simplisia nabati,

simplisia hewani dan simplisia mineral. Simplisia nabati yaitu simplisia yang

dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman yaitu isi sel yang

secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan

dari selnya, atau gabungan antara ketiganya. Simplisia hewani adalah simplisia

yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh

hewan dan belum berupa zat kimia murni sedangkan simplisia mineral adalah

simplisia yang berupa mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara

sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Farmakope Indonesia Ed. III).

C. Ekstraksi

1. Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat

yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian

tanaman obat tersebut. Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua zat

aktif dan komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Hal yang perlu

diperhatikan dalam melakukan ekstraksi adalah pertama, jumlah simplisia yang

akan diekstrak, semakin banyak simplisia yang digunakan, maka jumlah pelarut

yang digunakan juga semakin banyak. Kedua, derajat kehalusan simplisia yang

akan diekstrak, semakin halus suatu simplisia, maka luas kontak permukaan

dengan pelarut juga akan semakin besar sehingga proses ekstraksi akan dapat

berjalan lebih optimal, yang ketiga adalah pelarut yang digunakan untuk ekstraksi

karena senyawa dengan kepolaran yang sama akan lebih mudah larut dalam

pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama pula (like disolves like). Hal

keempat dan kelima yang harus diperhatikan adalah waktu ekstraksi dan metode

ekstraksi karena waktu yang digunakan selama proses ekstrasi, menentukan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

10

banyaknya senyawa-senyawa yang terekstrak sedangkan metode ekstraksi karena

beberapa proses ekstraksi memerlukan keadaan dan kondisi tertentu (Marjoni,

2016).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, lalu

semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa yang tersisa diperlakukan

sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Farmakope Indonesia

ed.V). Berdasarkan konsistensinya ekstrak dibagi menjadi 3 yaitu ekstrak cair

(extracta fluida (liquida), ekstrak semisolid (extracta spissa) atau ekstrak kental,

dan ekstrak kering (extracta sicca). Ekstrak cair (extracta fluida (liquida) adalah

ekstrak hasil penyarian bahan alam dan masih mengandung pelarut, ekstrak

semisolid (extracta spissa) atau ekstrak kental adalah ekstrak yang telah

mengalami proses penguapan dan sudah tidak mengandung cairan pelarut lagi,

tetapi konsistensinya tetap cair pada suhu kamar sedangkan ekstrak kering

(extracta sicca) adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan tidak

lagi mengandung pelarut dan berbentuk padat atau kering (Marjoni, 2016).

2. Jenis-Jenis Ekstraksi

Berdasarkan penggunaan panas, ekstraksi dibagi menjadi ektraksi secara

dingin dan ekstraksi secara panas (Marjoni, 2016).

2.1 Ekstraksi secara dingin

Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa-

senyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau

bersifat termolabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara

yaitu maserasi dan perkolasi.

2.1.1 Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan cara

merendam simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu tertentu

pada temperatur kamar dan terlindungi dari cahaya. Prinsip kerja dari maserasi

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

11

adalah proses melarutnya zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu

pelarut (like dissolved like). Ekstraksi zat aktif dilakukan dengan cara merendam

simplisia nabati dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada suhu kamar

dan terlindung dari cahaya. Pelarut yang digunakan, akan menembus dinding sel

dan kemudian masuk ke dalam sel tanaman yang penuh dengan zat aktif.

Pertemuan antara zat aktif dan pelarut akan mengakibatkan terjadinya proses

pelarutan dimana zat aktif akan terlarut dalam pelarut. Pelarut yang berada

didalam sel mengandung zat aktif sementara pelarut yang berada di luar sel

belum terisi zat aktif, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara konsentrasi zat

aktif didalam dengan konsentrasi zat aktif yang ada di luar sel. Perbedaan

konsentrasi ini akan mengakibatkan terjadinya proses difusi, dimana larutan

dengan konsentrasi tinggi akan terdesak keluar sel dan digantikan oleh pelarut

dengan konsentrasi rendah. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sampai didapat

suatu kesetimbangan konsentrasi larutan antara di dalam sel dengan konsentrasi

larutan di luar sel. Pelarut yang digunakan untuk maserasi adalah pelarut yang

dapat digunakan pada maserasi adalah air, etanol, etanol-air atau eter.

2.1.2 Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin dengan cara

mengalirkan pelarut secara kontinyu pada simplisia selama waktu tertentu

(Marjoni, 2016). Dibandingkan dengan metode maserasi, metode ini tidak

memerlukan tahapan penyaringan perkolat, hanya kerugiannya adalah waktu

yang dibutuhkan lebih lama dan jumlah pelarut yang digunakan lebih banyak.

Metode kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut: Rendam serbuk

simplisia dengan penyari, proses ini dilakukan di dalam perkolator. Tutup

perkolator dan biarkan selama 24 jam. Setelah itu buka keran perkolator, biarkan

cairan menetes dengan kecepatan tertentu, tambahkan berulangulang cairan

penyari secukupnya sehingga bahan selalu terendam. Penetesan dihentikan pada

saat jumlah pelarut yang digunakan sudah mencapai 10 (sepuluh) kali jumlah

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

12

serbuk simplisia. Peras massa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat.

Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari ditempat sejuk,

terlindung dari cahaya. Enap tuangkan atau saring (BPOM, 2012).

2.2 Ekstraksi secara panas

Metode panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang terkandung dalam

simplisia sudah dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang membutuhkan

panas diantaranya seduhan, coque, infusa, dekokta, refluks, soxhletasi dan

destilasi (Marjoni, 2016).

2.2.1 Seduhan

Seduhan merupakan metode ekstraksi paling sederhana hanya dengan

merendam simplisia dengan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit).

2.2.2 Coque (penggodokan)

Coque (penggodokan) merupakan proses penyarian dengan cara menggodok

simplisia menggunakan api langsung dan hasilnya dapat langsung digunakan

sebagai obat baik secara keseluruhan termasuk ampasnya atau hanya hasil

godokannya saja tanpa ampas.

2.2.3 Infusa

Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia

nabati dengan air pada suhu 90° selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain,

kecuali dinyatakan lain, influsa dilakukan dengan cara sebagai berikut simplisia

dengan derajat kehalusan tertentu dimasukan kedalam panci infusa, kemudian

ditambahkan air secukupnya. Panaskan campuran di atas penangas air selama 15

menit, dihitung mulai suhu 90°C sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas

menggunakan kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas

sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.

2.2.4 Dekokta

Dekokta merupakan proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan

infusa, perbedaannya hanya terletak pada lamanya waktu pemanasan. Waktu

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

13

pemanasan pada dekokta lebih lama dibanding metode infusa, yaitu 30 menit

dihitung setelah suhu mencapai 90°C. Metode ini sudah sangat jarang digunakan

karena selain proses penyariannya yang kurang sempurna dan juga tidak dapat

digunakan untuk mengekstaksi senyawa yang bersifat yang termolabil.

2.2.5 Refluks

Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih pelarut

selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik

(kondensor). Proses ini umumnya dilakukan 3-5 kali pengulangan pada residu

pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi yang cukup sempurna.

2.2.6 Soxhletasi

Soxhletasi merupakan proses ekstrasi panas menggunakan alat khusus berupa

ekstraktor soxhlet. Suhu yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan suhu

pada metode refluks. Prinsip kerja soxhletasi merupakan proses ekstraksi dari

senyawa kimia yang terdapat dalam bahan alam menggunakan pelarut yang

mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa kimia yang terdapat dalam

bahan alam tersebut dengan cara penyarian berulang-ulang. Sokletasi umumnya

menggunakan pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa

kimia yang terdapat pada bahan tetapi tidak melarutkan zat padat yang tidak

diinginkan

2.2.7 Destilasi

Destilasi adalah Suatu metode pemisahan zat cair dari campurannya

berdasarkan perbedaan titik didih dari zat tersebut. Dalam proses destilasi,

campuran zat dididihkan sampai menguap dan uap ini kemudian didinginkan

kembali menjadi bentuk cairan Prinsip dari destilasi adalah penguapan cairan dan

pengem- bunan kembali uap cairan tersebut pada suhu titik didih. Titik didih

suatu cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer.

Cairan yang diembunkan kembali disebut destilat. (Marjoni, 2016).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

14

3. Pelarut

Pelarut pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah

yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut. Pelarut yang

digunakan pada proses ekstraksi haruslah merupakan pelarut terbaik untuk zat

aktif yang terdapat dalam sampel atau simplisia, sehingga zat aktif dapat

dipisahkan dari simplisia dan senyawa lainnya yang ada dalam simplisia tersebut.

Hasil akhir dari ekstraksi ini adalah didapatkannya ekstrak yang hanya

mengandung sebagian besar dari zat aktif yang diinginkan. Berdasarkan

kepolarannya, pelarut dibagi menjadi 3 yaitu pelarut polar, semipolar dan non

polar (Marjoni, 2016).

3.1 Pelarut polar

Pelarut polar adalah senyawa yang memiliki rumus umum ROH dan

menunjukkan adanya atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif

(oksigen). Pelarut dengan tingkat kepolaran yang tinggi merupakan pelarut yang

cocok untuk semua jenis zat aktif (universal) karena di samping menarik senyawa

yang bersifat polar, pelarut polar juga tetap dapat menarik senyawa-senyawa

dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Contoh pelarut polar diantaranya air,

metanol, etanol dan asam asetat (Marjoni, 2016).

3.2 Pelarut semipolar

Pelarut semipolar adalah pelarut yang memiliki molekul yang tidak

mengandung ikatan O-H. Pelarut dalam kategori ini, semuanya memiliki ikatan

dipol yang besar. lkatan dipol ini biasanya merupakan ikatan rangkap antara

karbon dengan oksigen atau nitrogen. Pelarut semipolar memiliki tingkat

kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik

digunakan untuk melarutkan senyawa-senyawa yang juga bersifat semipolar dari

tumbuhan. Contoh pelarut semipolar adalah aseton, etil asetat, DMSO dan

dikloro metana (Marjoni, 2016).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

15

3.3 Pelarut nonpolar

Pelarut nonpolar merupakan senyawa yang memilki konstanta dielektrik yang

rendah dan tidak larut dalam air. Pelarut ini baik digunakan untuk menarik

senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar seperti

minyak. Contoh pelarut nonpolar adalah Heksana, kloroform dan eter (Marjoni,

2016).

D. Hiperkolesterolemia

1. Lipid dan Lipoprotein

Semua sel membutuhkan lipid (lemak) untuk mensintesis membran dan

menyediakan energi, sehingga lipid ditranspor dalam darah sebagai lipoprotein.

(Aaronson dan Ward, 2008). Menurut Rahardja dan Tjay (2015) lipoprotein

sesuai dengan lipidanya dibagi dalam beberapa komponen, yaitu pertama

kilomikron yang merupakan lipoprotein yang dibentuk di dinding usus dari TG

(trigliserida) dan kolesterol dari makanan; kedua lipoprotein kerapatan (densitas)

sangat rendah (VLDL = Very Low Density Lipoprotein) yaitu lipoprotein dari hati

yang bersamaan dengan kilomikron mengangkut sebagian besar trigliserida dan

asam lemak bebas ke jaringan otot dan lemak; ketiga lipoprotein kerapatan rendah

(LDL = Low Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang mengangkut sebagian

besar (±70%) kolesterol darah dari hati yang memiliki reseptor-reseptor LDL ke

jaringan, hampir seluruh partikel LDL dibentuk dari VLDL, proses penarikan

LDL dari plasma melalui reseptor-reseptor ini merupakan mekanisme utama

dalam pengendalian nilai LDL, dalam hal tertentu, oksi-LDL, yakni kolesterol

yang telah dioksidasi oleh radikal bebas, dapat mengendap pada dinding

pembuluh darah mengakibatkan aterosklerosis; dan yang keempat Lipoprotein

kerapatan tinggi (HDL= High Density Lipoprotein) yaitu lipoprotein yang

mengangkut kelebihan kolesterol (dan asam lemak) yang tidak dapat digunakan

oleh jaringan perifer, kembali ke hati untuk diubah menjadi asam empedu, HDL

memiliki berat jenis tertinggi.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

16

2. Metabolisme Lipoprotein

Lipid dimetabolisme dengan 2 cara, yaitu melalui jalur eksogen dan melalui

jalur endogen.

2.1 Jalur eksogen

Jalur eksogen menghantarkan lipid yang dikonsumsi dari makanan ke

jaringan tubuh dan hati. TG dan kolesterol yang dikonsumsi dari makanan

bergabung dengan apoprotein dalam mukosa usus membentuk kilomikron

Kilomikron ini masuk kedalam darah melalui sistem limfatik, dan berikatan

dengan endotel kapiler dalam otot dan jaringan adiposa. Didalam otot dan

jaringan adipose tersebut, trigliserida terhidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase

(LPL), menghasilkan asam lemak yang memasuki jaringan dan kilomikron

remnant. Hati mengambil kilomikron remnant yaitu kilomikron yang telah

dihilangkan sebagian kecil trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil, tetapi

jumlah ester kolesterolnya tetap kilomikron remnant ini akan dibersihkan oleh

hati dari sirkulasi dengan mekanisme endositosis lisosom. Hasil metabolisme ini

berupa kolesterol bebas yang akan digunakan untuk sintesis berbagai struktur

(membrane plasma, myelin, hormon steroid dsb), disimpan dalam hati sebagai

kolesterol ester lagi atau dieskkresikan ke dalam empedu (sebagai kolesterol atau

asam empedu) atau diubahmenjadi lipoprotein endogen yang dikeluarkan ke

dalam plasma. Kolesterol juga dapat disintesis dari asetat dibawah pengaruh

enzim HMG-CoA reduktase yang menjadi aktif jika terdapat kekurangan

kolesterol endogen. Asupan kolesterol dari darah juga diatur oleh jumlah

reseptor LDL yang terdapat pada permukaan sel hati (Gunawan, 2011).

2.2 Jalur endogen

Jalur endogen membentuk siklus lipid antara hati dan jaringan perifer. Hati

membentuk VLDL, yang terdiri dari TG dengan beberapa kolesterol. VLDL ini

diubah menjadi IDL dan LDL, sebagian besar LDL mengandung kolesterol ester

yang akan diambil oleh hati. LDL sisanya berperan untuk mendistribusikan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

17

kolesterol ke jaringan perifer. Sel-sel mengatur ambilan kolesterolnya dengan

mengekspresikan lebih banyak reseptor LDL (Aaronson dan Ward, 2008).

Kolesterol dibuang dari jaringan oleh HDL, HDL berasal dari hati dan usus

sewaktu terjadi hidrolisis kilomikron dibawah pengaruh enzim Lecithin

cholesterol acyltransferase (LCAT). Ester kolesterol ini akan mengalami

perpindahan dari HDL kepada VLDL atau IDL sehingga dengan demikian terjadi

kebalikan arah transport kolesterol dari perifer menuju hati untuk dikatabolisme,

aktivitas ini mungkin berperan sebagai antiaterogenik (Gunawan, 2011).

Metabolisme lipoprotein melalui jalur endogen dan eksogen dalam tubuh dapat

dilihat pada gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Metabolisme lipoprotein melalui jalur endogen dan eksogen dalam tubuh (Rader

dan Hobbs, 2008)

3. Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia adalah suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai

dengan peningkatan kadar kolesterol total dan LDL (Rahardja dan Tjay, 2015).

Pada pasien dengan hiperkolesterolemia derajat sedang perubahan gaya hidup

seperti diet, latihan dan menurunkan berat badan dapat menyebabkan penurunan

kadar LDL yang cukup dan peningkatan kadar HDL, namun, sebagian besar

pasien tidak berkeinginan atau susah untuk merubah gaya hidupnya secara

memadai untuk mencapai tujuan terapi sehingga terapi denan obat mungkin

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

18

diperlukan. Pasien dengan kadar LDL lebih tinggi dari 160 mg/dL dan dengan

satu faktor risiko utama lainnya, seperti hipertensi, diabetes, merokok atau

riwayat keluarga PJK dini, merupakan kandidat untuk terapi obat. Pasien dengan

dua atau lebih faktor risiko harus ditangani secara agresif, dengan tujuan

menurunkan kadar LDL, pasien tersebut menjadi kurang dari 100 mg/dL dan pada

beberapa pasien serendah 70 mg/dL (Harvey dan Champe, 2013). Nilai normal,

garis batas tinggi dan tinggi untuk kolesterol total, HDL, LDL dan TG dapat

dilihat pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Nilai normal, garis batas tinggi dan tinggi untuk kolesterol total, HDL, LDL dan

TG (Goodman and Gilman, 2014)

Kolesterol total Keterangan

<200 mg/dl Normal

200-239 mg/dl Garis batas tinggi

≥240 mg/dl Tinggi

HDL-C

<40 mg/dl Rendah (dianggap<50 mg/dl

adalah rendah untuk wanita)

>60 mg/dl Tinggi

LDL-C

<100 mg/dl Optimum

100-129 mg/dl Hampir optimal

130-159 mg/dl Garis batas tinggi

160-189 mg/dl Tinggi

≥190 Sangat tinggi

Trigliserida

<150 mg/dl Normal

150-199 mg/dl Garis batas tinggi

200-499 mg/dl Tinggi

≥500 mg/dl Sangat tinggi

4. Terapi Hiperkolesterolemia

Terapi hiperkokesterolemia dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu terapi secara

non farmakologi dan terapi secara farmakologi (Dipiro et al., 2015)

4.1 Terapi non farmakologi

Terapi non farmakologi dilakukan dengan cara mengatur diet yang

mempertahankan berat badan normal, mengurangi asupan makanan yang

berkolesterol tinggi misalnya jeroan dan hati; meningkatkan konsumsi makanan

berserat (Rahardja dan Tjay, 2015); melakukan aktivitas secara teratur misalnya

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

19

berjalan cepat 30 menit perhari (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular

Indonesia, 2013). Bila individu dengan hiperkolesterolemia dipacu oleh

beberapa penyakit seperti diabetes mellitus, pecandu alkohol atau

hipertiroidisme maka penyakit tersebut perlu diobati, individu tersebut

dianjurkan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan pembentukan

aterosklerosis, yaitu menghentikan rokok, mengobati hipertensi, olahraga

secukupnya dan pengawasan kadar gula darah pada pasien diabetes (Gunawan,

2011)

4.2 Terapi Farmakologi

Obat-obat yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan atau TG darah yang

tinggi (biasa disebut juga antilipemika) tersedia dalan 4 kelompok utama yaitu

Damar Penukar Anion/pengikat asam empedu/bile acid sequestrant, asam

nikotinat (niacin), fibrat dan statin.

4.2.1 Damar Penukar Anion/Pengikat Asam Empedu/Bile Acid Sequestrant

Kolestiramin dan kolestipol (sequesteran asam empedu) yang merupakan

obat-obat penurun kolesterol tertua (Rahardja dan Tjay, 2015). Damar penukar

ion menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat asam empedu dalam

saluran cerna dan mengganggu sirkulasi enterohepatik karena sirkulasi

enterohepatik dihambat oleh resin maka kolesterol yang diabsorbsi lewat saluran

cerna akan terhambat dan keluar bersama tinja kedua hal ini akan menyebabkan

penurunan kolesterol dalam hati (Gunawan, 2011). Obat golongan pengikat asam

empedu ini tidak mempunyai efek terhadap kolesterol HDL dan juga konsentrasi

TG dapat meningkat, sedangkan efek samping yang ditimbulkan berkenaan

dengan sistem pencernaan seperti rasa kenyang, terbentuknya gas, dan konstipasi

(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2013).

4.2.2 Asam Nikotinat (Niacin)

Asam nikotinat merupakan hipolipidemik yang paling efektif dalam

peningkatan HDL sebanyak 30-40%, obat ini menurunkan TG sebaik fibrat

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

20

yaitu 35-45% dan menurunkan LDL 20-30%, untuk mendapatkan efek

hipolipidemik, asam nikotinat harus diberikan dalam dosis yang lebih besar

daripada yang diperlukan untuk efeknya sebagai vitamin. Pada jaringan lemak,

asam nikotinamik menghambat hidrolisis TG dan hormone-sensitive lipase,

sehingga mengurangi transport asam lemak bebas ke hati dan mengurangi

sintesis TG hati. Penurunan sintesis TG ini akan menyebabkan berkurangnya

produksi VLDL sehingga LDL berkurang. Selain itu asam nikotinak juga

meningkatkan aktivitas LPL yang akan menurunkan kadar kilomikron dan TG

VLDL. Kadar HDL meningkat sedikit sampai sedang karena menurunnya

katabolisme Apo Al, oleh mekanisme yang belum diketahui (Gunawan, 2011).

Alasan terbanyak menghentikan penggunaan niasin pada bulan pertama adalah

efek samping berupa keluhan pada kulit (ruam, pruritis, flushing), keluhan

gastrointestinal, DM dan keluhan musculoskeletal (Perhimpunan Dokter

Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2013).

4.2.3 Golongan Fibrat

Fibrat adalah agonis dari PPAR-α, dengan berikatan dengan reseptor ini,

fibrat menurunkan regulasi gen apoC-III serta meningkatkan regulasi gen apoA-I

dan A-II. Berkurangnya sintesis apoC-III menyebabkan peningkatan katabolisme

TG oleh lipoprotein lipase, berkurangnya pembentukan kolesterol VLDL, dan

meningkatnya pembersihan kilomikron. Peningkatan regulasi apoA-I dan apoA-

II menyebabkan meningkatnya konsentrasi kolesterol HDL. Fibrat dapat

menyebabkan miopati, peningkatan enzim hepar, dan kolelitiasis. Risiko miopati

lebih besar pada pasien dengan gagal ginjal kronik dan bervariasi menurut jenis

fibrat. Gemfibrozil lebih berisiko menyebabkan miopati dibandingkan fenofibrat

jika dikombinasikan dengan statin. Jika fibrat diberikan bersama statin maka

sebaiknya waktu pemberiannya dipisah untuk mengurangi konsentrasi dosis

puncak, misalnya: fibrat pada pagi dan statin pada sore hari. (Perhimpunan

Dokter Speseialis Kardiovaskular Indonesia, 2013). Contoh obat golongan fibrat

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

21

ini adalah klofibrat, simfibrat, fenofibrat dan abenzafibrat (Rahardja dan Tjay,

2015).

4.2.4 Golongan Statin

Statin saat ini merupakan obat hipolipidemik yang paling efektif dan aman.

Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol hati, dengan

menghambat enzim HMG-CoA reduktase sehingga terjadi penurunan sintesis

kolesterol (Gunawan, 2011). Simvastatin yang digunakan dengan dosis

maksimum (80 mg) berhubungan dengan miopati atau jejas otot terutama jika

digunakan selama 12 bulan berturutan (Perhimpunan Dokter Spesialis

Kardiovaskular Indonesia, 2013). Contoh obat golongan statin adalah lovostatin,

simvastatin, provastatin, atrovastatin dan rosuvastatin (Rahardja dan Tjay, 2015).

4.2.5 Obat lainnya

Bawang putih memiliki antara lain khasiat antiaterogen, menurunkan LDL,

menghambat agregasitrombosit dan menurunkan tekanan darah. Maka sangat

berguna sebagai obat tambahan pada penanganan dan pencegahan aterosklerosis

dan PJP (Rahardja dan Tjay, 2015).

Minyak ikan mengandung 2 jenis asam lemak omega-3 dengan 5/6 ikatan

tak jenuh (poly-unsaturated fatty acids, PUFA), yaitu EPA (eicospentaemic

acid) dan DHA (docosahexaenic acid), kedua PUFA ini memiliki banyak khasiat

antara lain menurunkan kadar TG darah tetapi efeknya terhadap HDL belum

dipastikan (Rahardja dan Tjay, 2015).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

22

E. Hewan Uji

1. Klasifikasi

Klasifikasi tikus putih (R. norvegicus) menurut Myres dan Armitage (2004):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus

2. Karakteristik Hewan Uji

Tikus putih memiliki sifat yang menguntungkan sebagai hewan uji penelitian

diantaranya, perkembangbiakan cepat, mempunyai ukuran yang lebih besar dari

mencit, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, pertumbuhannya cepat, dan

temperamennya baik (Akbar, 2010). Penggunaan tikus putih jantan sebagai

binatang percobaan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena

tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus

putih betina. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat

yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus

betina (Pujiatiningsih, 2014).

F. Metode Uji Kolesterol Total

Pemeriksaan kolesterol total dapat dilakukan dengan dua metode yaitu

Metode Reaksi Liberman-Burchard dan Metode Cholesterol Oxidase–

Peroxsidase Aminoantypirin (CHOD PAP)

1. Metode Reaksi Liberman-Burchard

Dasarnya adalah kolesterol dengan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat

membentuk warna hijau kecoklatan. Absorbansi diukur pada spektrofotometer

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

23

dengan panjang gelombang 546 nm. Kelemahan dari metode ini adalah

perbedaan penimbunan warna antara reaksi ikatan dari steroid selain kolesterol,

interpretasi, haemoglobin, bilirubin, iodida, salisilat, vitamin dan vitamin D

(Andayani, 2016). Prinsipnya adalah Kolesterol dengan asam asetat anhidrida

dan asam sulfat pekat membentuk warna hijau kecoklatan. Absorben warna ini

sebanding dengan kolesterol dalam sampel (Andayani, 2016).

2. Metode Cholesterol Oxidase–Peroxsidase Aminoantypirin (CHOD PAP)

Dasarnya adalah kolesterol dibentuk setelah hidrolisa dan oksidase H2O2

bereaksi dengan 4-aminoantipyrin dan fenol dengan katalisator peroksida

membentuk quinoneimine yang berwarna. Absorbansi warna ini sebanding

dengan kolesterol dalam sampel. Metode pemeriksaan pada penelitian ini

menggunakan CHOD-PAP dengan prinsip : Ester kolesterol dengan adanya

enzim kolesterol esterase diubah menjadi kolesterol dan asam amino bebas.

Kolesterol yang terbentuk dioksidasi dengan bantuan enzim kolesterol oksidase

membentuk kolestenon dan hydrogen peroksida. Hydrogen peroksida yang

terbentuk bereaksi dengan DSBmT (disolphobutyl-m-toluidin disodium dan 4-

aminoantipyrin dengan bantuan enzim peroksida membentuk quinonimin yang

berwarna merah muda. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan

konsentrasi kolesterol total (Lestari dan Santhy, 2017)

Cara pengerjaan yang dilakukan untuk mengukur kolesterol pada tikus

putih adalah pertama-tama sampel darah tikus diambil sebanyak 2 ml melalui

pleksus retro orbitalis oleh petugas laboratorium setelah tikus dipuasakan selama

12 jam. Sampel darah tersebut diletakkan pada tabung dan dipisahkan antara

darah dan serum melalui proses sentrifuge. Serum darah kemudian digunakan

untuk mengukur kadar kolesterol total. Kadar kolesterol total diperiksa

menggunakan metode CHOP-PAP Enzymatic Colorimeter Test (Arief, 2012).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

24

G. Kerangka Teori

Daun kapuk

Ceiba pentandra L.

Memiliki senyawa saponin, steroid

(khususnya steroid phytosterol), alkaloid,

tanin dan flavonoid

Saponin :

menghambat

penyerapan

kolesterol

(Kamesh

dan

Sumathi,

2012),

flavanoid dapat

menghambat

enzim

pembentuk

kolesterol yang

menyebabkan

gangguan

sintesis

koleterol

(Sekhon dan

Loodu, 2012),

alkaloid dan

tanin :

mempercepat

pembuangan

kolesterol

melalui feses

(Rahayu,

2005; Lajuck

2012)

Steroid

(phytosterol)

berkompetisi

dengan

kolesterol

pada saat

proses

penyerapan

dalam usus

(Ogbe et al.,

2015)

Menurunkan kolesterol

Penelitian oleh Aloke et al,

(2010), Parameshwar et al,

(2010), Satyaprakash dan et al,

(2013) serbuk daun kapuk yang

ditambahkan ke pakan tikus,

ekstrak akar kapuk dan ekstrak

batang kapuk memiliki efek

hipolipidemik pada tikus

diabetes

Penelitian oleh Singht et al

(2017): batang tanaman kapuk

dapat menurunkan kadar

kolesterol pada tikus

hiperkolesterol.

Penelitian oleh Muhammad et

al (2016) : adanya efek

hipolipidemik pada tikus

diabetes setelah pemberian

ekstrak etanol daun kapuk

dengan dosis 200 mg/KgBB

dan 400 mg/KgBB, dimana

efek hipolipidemik lebih besar

terjadi pada tikus diabetes yang

diberikan dosis 400 mg/KgBB.

1. Pemberian ekstrak etanol 70% daun kapuk (Ceiba petandra L)

dosis 400 mg/KgBB dan 800 mg/KgBB pada tikus

hiperkolesterolemia memiliki aktivitas dalam menurunkan

kadar kolesterol total tikus hiperkolesterolemia.

2. Dosis 800 mg/KgBB ekstrak etanol 70% daun kapuk (Ceiba

pentandra. L) adalah dosis yang paling optimal dalam

menurunkan kadar kolesterol total tikus hiperkolesterolemia.

Gambar 2.3 Kerangka teori

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ucb.ac.id/81/2/Bab I-II.pdf · 2020. 7. 10. · BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... Tanaman kapuk dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

25

H. Kerangka Konsep

Gambar 2.4 Kerangka konsep

I. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Pemberian ekstrak etanol 70% daun kapuk (Ceiba petandra L) dosis 400

mg/KgBB dan 800 mg/KgBB pada tikus hiperkolesterolemia memiliki

aktivitas dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus hiperkolesterolemia.

2. Dosis 800 mg/KgBB ekstrak etanol 70% daun kapuk (Ceiba pentandra. L)

adalah dosis yang paling optimal dalam menurunkan kadar kolesterol total

tikus hiperkolesterolemia.

Penurunan kadar kolesterol total tikus

jantan galur wistar hiperkolesterolemia

Variabel terikat Variabel bebas

Ekstrak etanol 70% daun kapuk

randu

Variabel kontrol

Galur, jenis kelamin, berat badan,

pakan, dan lingkungan hidup.