bab i

154
BAB I ANATOMI FISIOLOGI MATA DAN TELINGA A. Anatomi Fisiologi Mata Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot penggerak bola mata, kotak mata (rongga tempat mata berada), kelopak, dan bulu mata. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak. 1. Kelopak Mata Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata yang di butuhkan untuk penglihatan. Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang di tutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga 1

Upload: riina-nurr-setyaningsih

Post on 03-Jan-2016

123 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

ANATOMI FISIOLOGI MATA DAN TELINGA

A. Anatomi Fisiologi Mata

Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna.

Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot

penggerak bola mata, kotak mata (rongga tempat mata berada), kelopak, dan bulu mata.

Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada

objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera

dihantarkan ke otak.

1. Kelopak Mata

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan

sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan

alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma

sinar dan pengeringan bola mata.

Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata yang di

butuhkan untuk penglihatan. Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata

terjadi karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan

buka tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang

masuk.

Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di

bagian belakang di tutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan

penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi

keratitis et lagoftalmos. Pada kelopak terdapat bagian-bagian :

a. Kelenjar seperti: kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar

Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.

b. Otot seperti: M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas

dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra

terdapat otot orbikularis okuli yang di sebut sebagai M. Rioland M.

orbikularis berfungsi menutup bolamata yang dipersarafi N. facial M. levator

palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus

atas dengan sebagian menembus M. orbikularis. Okuli menuju kulit kelopak

bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebr terlihat sebagai

1

Page 2: BAB I

sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi

untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.

c. Tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar didalamnya atau kelenjar

Meibom yang bermuara pada margo palpebra.

d. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita

merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh

lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan

jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20

pada kelopak  bawah).

a. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah arteri palpebra.

b. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang

kelopak  bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat

denganmelakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus

okuli.Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang

menghasilkan musin.

2. Sistem Lakrimal

Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem

ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktu snaso

lakrimal, meatus inferior. Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :

a. Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo

anterosuperior rongga orbita.

b. Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus

lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian depan rongga

orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di

dalam meatus inferior

Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam

sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak menyinggung

bolamata, maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora.

Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar

lakrimal.

2

Page 3: BAB I

Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya

dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang disertai

dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui pungtum lakrimal.

3. Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.

Bermacam-macam obat mata dapat di serap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva

mengandung kelenjar musin yang di hasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi

bolamata terutama kornea.

Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu mata

atau lensakontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata. Bersama-sama

dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini turut menjaga agar

cornea tidak kering. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :

a. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar di gerakkan dari

tarsus.

b. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di

bawahnya.

c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

peralihankonjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan

forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya

sehingga bola mata mudah bergerak.

4. Bola Mata

Bola mata terdiri atas :

a. Dinding bola mata, terdiri atas :

1) sclera

2) kornea.

b. Isi bola mata.

Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa. Bola mata berbentuk

bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea)

mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2

kelengkungan yang berbeda. Bola mata di bungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :

1) Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada

mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan

sklera di sebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk

ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar di banding sklera.

3

Page 4: BAB I

2) Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi

oleh ruangyang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada

ruda paksa yangdisebut perdarahan suprakoroid.Jaringan uvea ini terdiri atas

iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris di dapatkan pupil yang oleh 3 susunan

otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Ototdilatator di

persarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi

oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk

lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak di belakang iris

menghasilkan cairan bilik mata (akuoshumor), yang dikeluarkan melalui

trabekulum yang terletak pada pangkal iris di bataskornea dan sklera.

3) Retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10

lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akanmerubah sinar

menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga

yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari

koroid yang di sebut ablasi retina. Badan kaca mengisi rongga di dalam bola

mata dan bersifat gelatin yang hanyamenempel pupil saraf optik, makula dan

pars plans. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan

tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.

Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya

pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada

akomodasi atau melihat dekatsehingga sinar dapat difokuskan di daerah

makula lutea. Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar

lakrimal yang terletak didaerah temporal atas di dalam rongga orbita.

Gambar 3. Penampang horizontal mata kanan

4

Page 5: BAB I

5. Sklera

Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus

dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea. Sklera

sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal dan

tebalnya kira-kira 1 mm.

Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai

kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Di

bagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut kribosa. Bagian

luar sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh

konjungtiva. Diantara stroma sklera dan kapsul Tenon terdapat episklera. Bagian

dalamnya berwarna coklat dan kasar dan di hubungkan dengan koroid oleh filamen-

filamen jaringan ikat yang berpigmen, yang merupakan dinding luar ruangan suprakoroid.

Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau merendah

padaeksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak.

6. Kornea

Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput

mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah

depandan terdiri atas lapis:

a. Epitel

Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang sating tumpang

tindih;satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal Bering terlihat

mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke depan menjadi lapissel sayap dan semakin

maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di

sampingya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula

okluden;ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan

barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila

terjadi gangguanakan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm

permukaan.

b. Membran Bowman

Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen yang

tersusuntidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.- Lapis ini

tidak mempunyai daya regenerasi

5

Page 6: BAB I

c. Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan

lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat

kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama

yang kadang-kadangsampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang

merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit

membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah

trauma.

d. Membran Descement

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea

dihasilkan selendotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastik dan

berkembang terns seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.

e. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm.

Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula

okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar

longus,saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke

dalam stromakornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya.

Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf.

Bulbul Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf

sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem

pompaendotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea.

Endotel tidak mempunyai daya regenerasi. Kornea merupakan bagian mata yang tembus

cahaya dan menutup bola mata disebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh

kornea, dimana 40 dioptri dari 50dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh

kornea

7. Uvea

Walaupun dibicarakan sebagai isi, sesungguhnya uvea merupakan dinding kedua bola

mata yang lunak, terdiri atas 3 bagian, yaitu iris, badan siliar, dan koroid. Pendarahan

uvea di bedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arterisiliar posterior

longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf

optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial

6

Page 7: BAB I

inferior, satu pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung

menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior

mendapat perdarahan dari 15 - 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera

di sekitar tempat masuk saraf optic.

Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata

denganotot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar saraf di

bagian posterior yaitu:

a. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut

sensoris untuk komea, iris, dan badan siliar.

b. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf

simpatis yangmelingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea dan

untuk dilatasi pupil.

c. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk

mengecilkan pupil.

Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps. Iris terdiri

atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris dan

koroid. Batasantara korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm temporal

dan 7 mm nasal. Didalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu longitudinal, radiar,

dan sirkular.

Ditengah iris terdapat lubang yang dinamakan pupil, yang mengatur banyak sedikitnya

cahaya yang masuk kedalam mata. Iris berpangkal pada badan siliar danmemisahkan bilik

mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan depan iris warnanyasangat

bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil terutama sekitar pupil yang

disebutkripti.

Badan siliar dimulai dari basis iris kebelakang sampai koroid, yang terdiri

atas otot-otot siliar dan proses siliar. Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi. Jika

otot-otot ini berkontraksi ia menarik  proses siliar dan koroid kedepan dan

kedalam, mengendorkan zonula Zinn sehingga lensamenjadi lebih cembung.

Fungsi proses siliar adalah memproduksi Humor Akuos. Koroid adalah suatu membran

yang berwarna coklat tua, yang letaknya diantara skleradan. retina terbentang dari ora

serata sampai kepapil saraf optik. Koroid kaya pembuluh darahdan berfungsi terutama

memberi nutrisi kepada retina.

7

Page 8: BAB I

8. Pupil

Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang

masuk. Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis.

Orangdewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat

rasa silau yangdibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pupil waktu tidur kecil , hal ini

dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu

tidur akibat dari Berkurangnya rangsangan simpatis dan Kurang rangsangan hambatan

miosis.

Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun korteks

menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur hambatan

subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan

miosis. Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada

akomodasi danuntuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya

dikecilkan.

9. Sudut bilik mata depan

Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.

Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan

pengalirankeluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola

mata sehingatekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini

didapatkan jaringantrabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot

iris.

Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan

disiniditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan

batas belakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman

trabekulamengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan

siliar danuvea. Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer

endotel danmembran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan mata

keluar kesalurannya. Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat

glaukoma sudut tertutup,hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia

posterior perifer.

10. Retina

Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada

serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian

anterior  berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu

8

Page 9: BAB I

penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1-2mm yang

berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak

mengkilat yang merupakan reflek fovea.

Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat

putihkemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang ditengahnya agak melekuk

dinamakanekskavasi faali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk kedalam bola

mata ditengah papil saraf optik. Arteri retina merupakan pembuluh darah terminal. Retina

terdiri atas lapisan:

a. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang

mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut. Membran limitan eksterna yang

merupakan membran ilusi.

b. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.

Ketigalapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.

c. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis

selfotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.

d. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller

Lapisini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.

e. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel

bipolar,sel amakrin dengan sel ganglion.

f. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron

kedua.

g. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch

saraf optik. Didalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah

retina.

Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.

Batanglebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut lebih

banyak. Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optik dan tidak

mempunyai daya penglihatan (bintik buta).

11. Badan kaca

Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara

lensadengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air

sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca

sama denganfungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat.

9

Page 10: BAB I

Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca

melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang

disebut ora serata, pars plana,dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan

tidak terdapatnya pembuluh darahdan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan

badan kaca akan memudahkanmelihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi.

Struktur badan kaca merupakan anyaman yang bening dengan diantaranya

cairan bening. Badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan menerima nutrisinya

dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina.

12. Lensa mata

Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm tebalnya dan berdiameter 9

mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung daripada

bagiananterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang dinamakan

ekuator. Lensamempunyai kapsul yang bening dan pada ekuator difiksasi oleh zonula

Zinn pada badansiliar. Lensa pada orang dewasa terdiri atas bagian inti (nukleus) dan

bagian tepi (korteks). Nukleus lebih keras daripada korteks.

Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks makinmenipis,

sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus. Secara fisiologik lensa

mempunyai sifat tertentu, yaitu :

a. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi

untuk menjadi cembung.

b. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,- Terletak di

tempatnya.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :

a. Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia.

b. Keruh atau spa yang disebut katarak.

c. Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.

Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan

berat. Fungsi lensa adalah untuk membias cahaya, sehingga difokuskan pada retina.

Peningkatan kekuatan pembiasan lensa disebut akomodasi.

13. Rongga Orbita

Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang

membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita

yangterutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus.

Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga

10

Page 11: BAB I

hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya.

Dinding orbita terdiri atas tulang :

a. Atap atau superior : os.frontal.

b. Lateral : os.frontal. os. zigomatik, ala magna os. Fenoid.

c. inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. Palatine.

d. Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. Etmoid.

Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optik, arteri, vena,

dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid. Fisura orbita superior di sudut orbita

atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V), saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf

okulomotor (III), saraf nasosiliar (V), abdusen(VI), dan arteri vena oftalmik. Fisura

orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf infra-

orbita dan zigomatik dan arteri infra orbita. Fosa lakrimal terletak di sebelah temporal atas

tempat duduknya kelenjar lakrimal. Rongga orbita tidak mengandung pembuluh atau

kelenjar limfa.

14. Otot Penggerak Mata

Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan mata

tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.1 Otot penggerak mata

terdiriatas 6 otot yaitu :

1) Otot Oblik Inferior

Oblik inferior mempunyai origo pada foss lakrimal tulang lakrimal, berinsersi

padasklera posterior 2 mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf okulomotor,

bekerja untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi.

2) Otot Oblik Superior

Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenodi di atas

foramenoptik, berjalan menuju troklea dan dikatrol batik dan kemudian berjalan di

atas otot rektussuperior, yang kemudian berinsersi pada sklera dibagian temporal

belakang bola mata. Oblik superior dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang

keluar dari bagian dorsal susunansaraf pusat. Mempunyai aksi pergerakan miring dari

troklea pada bola mata dengan kerja utamaterjadi bila sumbu aksi dan sumbu

penglihatan search atau mata melihat ke arch nasal. Berfungsi menggerakkan bola

mata untuk depresi (primer) terutama bila mata melihat kenasal, abduksi dan

insiklotorsi.Oblik superior merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan

tertipis.

11

Page 12: BAB I

3) Otot Rektus Inferior

Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior

dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persilangan

denganoblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood. Rektus inferior dipersarafi

oleh n. III. Fungsi menggerakkan mata- depresi (gerak primer)

1) eksoklotorsi (gerak sekunder)

2) aduksi (gerak sekunder)

Rektus inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan.

d. Otot Rektus Lateral

Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen

optik.Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakkan mata

terutama abduksi.

e. Otot Rektus Medius

Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura saraf

optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat

neuritisretrobulbar, dan berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius

merupakan otot matayang paling tebal dengan tendon terpendek. Menggerakkan mata

untuk aduksi (gerak primer).

f. Otot Rektus Superior

Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita superior

beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada pergerakkan bola

mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm di belakang limbus

dandipersarafi cabang superior N.III. Fungsinya menggerakkan mata-elevasi, terutama

bila mata melihat ke lateral :

1) aduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral

2) insiklotorsi

15. Humor Aqueous

a. Anatomi

Struktur dasar mata yang berhubu ngan dengan aqueous humor adalah korpus

siliaris,sudut kamera okuli anterior dan sistem aliran aqueous humor.

1) Korpus silaris

Berfungsi sebagai pembentuk aqueous humor. Memiliki panjang 6 mm,

berbentuk segitiga pada potongan melinta ng, membentang ke depan dari ujung

12

Page 13: BAB I

anterior koroid ke pangkal iris.Terdiri dari 2 bagian yaitu anterior : pars plicata (2

mm) dan posterior : pars plana (4 mm). Tersusun dari 2 lapisan sel epitel siliaris

a) Non pigmented ciliary epithelium (NPE)

b) Pigmented ciliary epithelium (PE)

Aqueous humor disekresikan secara aktif oleh epitel yang tidak berpigmen.

Sebagai hasil proses metabolik yang terg antung pada beberapa sistem enzim,

terutama pompa Na+/K+ - ATP ase, yang mensekresikan ion Na+ ke ruang

posterior.

2) Sudut kamera okuli anterior

Memegang peranan penting dalam proses aliran aqueous humor. Dibentuk

oleh akar iris, bagian paling anterior ka rpus siliaris, sklera spur, trabecular

meshwork dan garis schwalbe (bagian akhir dari membran descemet kornea).

3) Sistem aliran aqueous humor

Melibatkan trabecular meshwork, kanalis schlemm, saluran kolektor, vena

aqueous dan vena episklera.

a) Trabecular meshwork

Suatu struktur mirip saringan yang dilalui oleh aqueous humor, 90%

aqueous humor mengalir melalui bagian ini. Terdiri dari 3 bagian :

1. Uvea meshwork

Bagian paling dalam dari trabecular me shwork , memanjang dari akar

iris dan badan siliar ke arah garis schwalbe. Susunan anyaman trabekular

uvea memiliki ukuran lubang sekitar 25 μ hingga 75μ. Ruangan

intertrabekular relatif besar dan memb erikan sedikit tahanan pada jalur

aliran aqueous humor.

2. Corneoscleral meshwork

Membentuk bagian tengah terbesar dari trabecular meshwork , berasal

dari ujung sklera sampai garis schwal be. Terdiri dari kepingan trabekula

yang berlubang elips yang lebih kecil dari uveal meshwork (5 μ-50 μ).

3. Juxtacanalicular (endo thelial) meshwork

Membentuk bagian paling luar dari trabecular meshwork yang

menghubungkan corneoslceral meshwork dengan endotel dari dinding

bagian dalam kanalis schlemm. Bagian trabecular meshwork ini berperan

besar pada tahanan normal aliran aqueous humor.

13

Page 14: BAB I

b) Kanalis Schlemm

Merupakan saluran pada perilimbal sklera, dihubungkan oleh septa.

Dinding bagian dalam dari kanalis schlemm dibatasi oleh sel endotel yang

ireguler yang memiliki vakuola yang besar. Dinding terluar dari kanal dibatasi

oleh sel rata yang halus dan mencakup pembukaan saluran pengumpul yang

meninggalkan kanalis schlemm pada sudut miring dan berhubungan secara

langsung atau tidak langsung dengan vena episklera.

c) Saluran Kolektor

Disebut juga pembuluh aqueous intr asklera, berjumlah 25- 35 dan

meninggalkan kanalis schlemm pada sudut lingkaran ke arah tepi ke dalam

vena episklera. Pembuluh aqueous intrasklera ini dibagi ke dalam dua sistem.

Pembuluh terbesar berjalan sepanjang intrasklera dan berakhir langsung ke

dalam vena episklera (sistem direk) dan beberapa saluran kolektor

membentuk plexus intrasklera sebelum memasuki vena episklera (sistim

indirek).

b. Fisiologi

Humor Aqueous merupakan cairan jernih yang mengisi bola mata tepatnya pada

anterior chamber (kamera anterior oculli) dan posterior chamber (kamera posterior

occuli) dengan volume sekitar 250µL dan kecepatan produksi 1,5-2 µL/menit. Humor

aqueous diproduksi oleh epitel badan siliar. Setelah diproduksi oleh badan siliar

humor aqueous masuk pada kamera posterior, kemudian mengalir ke kamera anterior

melalui pupil dan berakhir pada jalinan trabekular pada sudut kamera anterior.

Jalinan trabecular dibentuk oleh jaringan-jaringan kolagen dan dibungkus oleh sel-

sel trabekular yang membentuk suatu saringan dengan ukuran menyerupai pori-pori

yang semakin mengecil saat mendekati canal schlemm. Pori-pori ini akan membesar

saat otot siliaris berkontraksi, dan pada saat itulah terjadi proses drainase humor

aqueous.

14

Page 15: BAB I

Kecepatan aliran humor aqueous dalam kanalis Schlemm dipengaruhi oleh

pembentukan saluran-saluran transelular siklik pada lapisan endotel, Saluran eferen

kanalis schlemm mengalirkan cairan ke dalam sistem vena. Aqueous humor

memegang peranan penting dalam fisiologi mata manusia yaitu:

a) Sebagai pengganti sistem vaskuler untuk bagian mata yang avaskuler,

seperti kornea dan lensa.

b) Memberi nutrisi penting bagi mata seperti oksigen, glukosa dan asam

amino.

c) Mengangkut metabolit dan substans i toksik seperti asam laktat dan CO2.

d) Aqueous humor berputar dan memper tahankan TIO yang penting bagi

pertahanan struktur dan penglihatan mata.

e) Aqueous humor mengandung askorbat dalam kadar yang sangat tinggi

yang berperan dalam membersihkan radikal bebas dan melindungi mata

dari serangan sinar ultraviolet dan radiasi lainnya

f) Dalam kondisi yang berbeda seperti inflamasi dan infeksi, aqueous humor

memberi respon imun humoral dan seluler. Selama inflamasi pembentukan

aqueous humor menurun dan meningkatkan mediator imun.

1) Komposisi aqueous humor

Komposisi aqueous humor normal antara lain air (99,9%), protein (0,04%) dan

yang lainnya yaitu Na+ (144 mm/kg), K+ (4,5 mm/kg), Cl- (110 mmol/kg), glukosa

(6,0 mm/kg), asam laktat (7,4 mm/kg), asam amino (0,5 mm/kg), inositol (0,1

mmol/kg).

Komposisi aqueous humor ditentukan oleh transfer selektif (contoh : Na+, K+,

Cl-, Water Channel, Na+ / K+ ATP ase, K+ Channel, Cl- Channel, H+ ATP-ase)

yang berperan dalam sekresi aqueous humor oleh epitel siliaris. Aktivitas dan

distribusi seluler di sepanjang membran sel PE dan NPE menentukan pengaturan

sekresi dari stroma ke kamera oku li posterior yang meliputi 3 langkah :

a) Mengambil larutan dan air dari permukaan stroma oleh sel PE.

b) Pemindahan dari sel PE ke NPE melalui gap junction

c) Pemindahan larutan dan air dari se l NPE ke kamera okuli posterior

Dengan cara yang sama mekanisme transpor larutan dan air dari kamera okulia

posterior kembali ke stroma. Dalam resorbsi ini, transpor lain mungkin juga

terlihat dalam pengeluaran Na+, K+ dan Cl- kembali ke stroma.

15

Page 16: BAB I

Komposisi aqueous humor merupakan keseimbanga yang dinamis yang

ditentukan oleh produksi, aliran keluar dan pertukaran dalam jaringan pada

kamera okuli anterior. Komposisi aqueous humor lainnya yaitu : ion anorganik ,

ion organik, karbohidrat, glutation , urea, protein, faktor pengatur pertumbuhan,

oksigen dan CO2.

2) Pembentukan Aqueous Humor

Pembentukan aqueous humor adalah suatu proses biologis yang mengikuti

irama sirkadian. Aqueous humor dibentuk oleh korpus siliaris yang masing-masing

dibentuk oleh 2 lapis epitel diatas stroma dan dialiri oleh kapiler-kapiler fenestrata,

yang berisi pembuluh kapiler yang sangat banyak, yang terutama difasilitasi oleh

cabang lingka r arteri utama dari iris.

Permukaan apikal dari lapisan epit el luar yang berpigmen dan lapisan epitel

dalam yang tidak berpigmen berhadapan satu dengan yang lainnya dan disatukan

oleh tight junction , yang merupakan bagian penting berhubungan dengan sawar

darah-aqueous. Lapisan epit el dalam yang tidak berpigmen yang menonjol ke

kamera okuli posterior, berisi banyak mitochondria dan mikrovilli, sel-sel ini

diduga sebagai tempat yang pasti dari produksi aqueous humor. Aqueous humor

diproduksi melalu i 3 mekanisme fisiologis yaitu:

a) Difusi

Adalah pergerakan pasif ion-ion melalui membran karena perbedaan

konsentransi. Sewaktu aqueous humor lewat dari kamera okuli posterior

sampai ke kanalis schlemm, mengalami kontak dengan korpus siliaris, iris,

lensa, vitreus, kornea dan trabecular meshwork. Terjadi pertukaran secara

difusi dengan jaringan sekitarnya, se hingga aqueous humor pada kamera

okuli anterior lebih menyerupai plasma dibandingkan dengan aqueous humor

pada kamera okuli posterior.

b) Ultrafiltrasi

Adalah suatu proses dimana cairan dan bahan terlarut melewati membran

semi permeabel dibawah gradien tekanan. Setiap menitnya ± 150 ml darah

mengalir melalui kapiler prosesus siliaris. Selama darah melewati kapiler

prosesus siliaris, sekita r 4% filter plasma mengala mi penetrasi dalam dinding

kapiler ke dalam rongga interstisial antara kapiler dan epitel siliaris. Dalam

korpus siliaris, gerakan cairan dipengaruhi oleh perbedaan tekanan hidrostatis

16

Page 17: BAB I

antara tekanan kapiler dan tekanan cairan interstisial ,ditahan oleh perbedaan

antara tekanan onkotik plasma dan aqueous humor.

Konsentrasi koloid dalam ruang jaringan prosesus siliaris ± 75% dari

konsentrasinya di plasma. Konsentras i tinggi koloid dalam ruang jaringan

prosesus siliaris mempengaruhi pergerakan cairan dari plasma ke dalam

stroma siliar tapi mengurangi gerakan cairan dari stroma ke kamera okuli

posterior.

c) Transpor aktif

Merupakan proses yang membut uhkan energi yang menggerakkan

substansi secara selektif melawan gradien elektrokimia menyeberangi

membran sel. Proses ini diperankan oleh berjut a sel epitel tidak berpigmen

yang mensekresikan aqueous humor, setara dengan 1/3 volume intraselnya per

menit. Ion-ion yang diangkut melalui epitel siliaris tidak berpigmen belum

jelas, menurut kebanyakan teori termasuk sodium, klorida dan bikarbonat.

Pembentukan aqueous humor kebanyakan me rupakan hasil dari transpor

aktif dari epitel tidak berpigmen korpus siliaris yang melibatkan Na+/ K+ -

ATP ase pada membran sel.Aktivitas enzim karbonik anhidrase II juga terlibat

dalam proses ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan aqueous

humor:

1. Variasi diurnal

Aliran aqueous humor lebih tinggi pada pagi hari dibandingkan sore

hari. Laju pembentukan aqueous humor selama tidur kira-kira ½ kali laju

pada saat bangun.

2. Umur

Penurunan pembentukan aqueous humor berhubungan dengan usia,

terutama usia 60 tahun. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan

penurunan ultrastruktur sel epitel siliaris.

3. Tekanan intraokuler

Beberapa peneliti telah menemukan mekanisme feedback yang

menyebabkan peningkatan atau penurunan pembentukan aqueous humor

berhubungan dengan perubahan tekanan intraokuler.

17

Page 18: BAB I

4. Aliran darah ke badan siliaris

Penurunan aliran plasma yang sediki t menuju prosesus siliaris tidak

menurunkan produksi aqueous humor secara bermakna. Namun

vasokonstriksi yang kuat mengurangi laju aliran aqueous humor.

5. Kontrol saraf

Perangsangan saraf simpatis servik al dapat menurunkan produksi

aqueous humor.

6. Pengaruh hormon

Baker dan yang lain mempelajari melatonin, progesteron dan

desmopresin memiliki efek terhadap laju pembentukan aqueous humor,

namun tidak ada yang menemukan efek yang begitu berarti.

7. Regulasi Intraseluler

Kemungkinan guanosin monofosfat siklik merupakan second

mesangger beta-bloker, simpatominetik dan penghambat carbonic

anhydrase.

8. Penggunaan obat-obatan

Sekresi aqueous humor berkurang oleh karena penggunaan obat

seperti beta-bloker, simpatomimetik dan penghambat carbonic anhydrase.

9. Tindakan pembedahan

Tindakan cyclodestructive seperti cyclocryotherapy dan laser ablatio

mengurangi produksi aqueous humor.

e. Jenis persyarafan

Akson sel ganglion berjalan kekaudal disaraf optikus dan berakhir dikorpus

genikulatum lateralis, yang merupakan bagian dari talamus. Serabut dari masing-

masing hemiretina nasal bersilangan di kiasma optikum. Dikorpus genikulatum,

serabut dari separuh bagian nasal (medial) satu retina dan separuh temporal

(lateral) retina yang lain bersinaps di sel yang aksonnya membentuk traktus

genikulokalkarina. Traktus ini berjalan kelobus oksipitalis korteks serebri. Area

utama penerima sensasi penglihatan (korteks visual primer, area brodmann 17 ;

juga dikenal sebagai V1, terutama teletak disisi fisura kalkarina.

Sebagian akson sel ganglion berjalan dari nukleus genikulatum lateral

kedaerah pretektum otak tengah dan kolikulus superior, tempat akson ini

membentuk hubungan yang memperantarai refleks pupil dan gerakan mata.

18

Page 19: BAB I

Korteks frontalis juga berperan dalam gerakan mata, dan terutama untuk

menghaluskannya. Lapangan mata depan (frontal eye field) belateral dibagian

korteks ini berperan dalam pengendalian gerakan sakade.

Akson lain berjalan lansung dari kiasma optikum ke nukleus suprakiasma

dihipotalamus, tempat akson tersebut membentuk hubungan yang mensikronkan

berbagai irama endokrin dan sirkadian lain dengan siklus terang gelap.

f. Reseftor

Segmen luar adalah modifikasi silia dan terdiri dari tumpukan diskus atau

sakulus gepeng teratur yang menyusun membran. Sakulus dan diskus ini

mengandung senyawa fotosensitif yang bereaksi terhadap cahaya sehingga

mencetuskan potensial aksi dijaras penglihatan. Segmen dalam kaya dengan

mitokondria. Dibagian ekstrafovea retina, sel batang lebih menonjol , dan terdapat

korvengensi yang cukup besar. Sel bipolar gepeng membuat hubungan sinaps

dengan beberapa sel kerucut, dan sel bipolar batang membuat hubungan sinaps

dengan beberapa sel batang. Karena terdapat sekitar 6 juta kerucut dan 120 juta sel

batang disetiap mata manusia, tetapi hanya 1,2 juta serabut saraf disetiap optikus,

keseluruhan konvergensi reseftor yang terjadi melalui sel bipolar pada sel ganglion

adalah sekitar 105:1.

g. Proteksi

Mata terlindung dengan baik dari cedera oleh dinding orbita yang terdiri dari

tulang. Kornea dibasahi dan dijaga tetap jernih oleh air mata yang mengalir dari

kelenjar lakrimalis dibagian atas masing-masing orbita yang melintasi permukaan

mata untuk bermuara melalui duktus lakrimalis kedalam hidung. Berkedip

membantu kornea tetap lembab. Faktor lain dalam reaksi dalam fluktuasi intensitas

cahaya adalah adanya dua jenis reseftor. Sel batang sangat peka terhadap cahaya

dan merupakan reseftor untuk penglihatan malam (penglihatan skotofik).

perangkat penglihatan skotofik tidak mampu memisahkan detail dan batas objek

atau menentukan warnanya. Sel kerucut memiliki ambang yang jauh lebih besar,

tetapi sitem kerucut memiliki ketajaman yang jauh lebih besar dan merupakan

sistem yang berperan dalam penglihatan pada cahaya terang (penglihatan fotopik)

dan penglihatan warna.

19

Page 20: BAB I

h. Mekanisme Pembentukan Bayangan

Mata mengubah energi dari spektrum yang dapat terlihat menjadi potensial

aksi disaraf optikus. Panjan gelombang cahaya yang dapat terlihat berkisar dari

sekitar 397-723 nm. Bayangan suatu benda didalam lingkungan difokuskan

diretina. Berkas cahaya yang mencapai retina akan mencetuskan potensial didalam

sel kerucut dan batang. Impuls yang timbul diretina dihantarkan kekorteks serebri,

tempat impuls tersebut menimbulkan sensasi penglihatan.

a) Prinsip optik

Berkas cahaya akan berbelok (mengalami pembiasan) apabila berjalan dari

satu medium dengan kepadatan tertentu kemedium yang lain dengan kepadatan

yang berbeda, kecuali apabila berkas tersebut jatuh tegak lurus terhadap

permukaan. Berkas cahaya sejajar yang jatuh ke lensa bikonveks akan

mengalami pembiasan ketitik (fokus utama) dibelakang lensa. Fokus utama

terletak pada garis yang berjalan melintasi pusat kelengkungan lensa, sumbu

utama. Jarak antara lensa dan fokus utama disebut jarak fokus utama. Untuk

keperluan praktis, berkas cahaya dari benda yang jatuhdilensa dengan jarak

lebih dari 20 ft (6m) dianggap sejajar.

b) Akomodasi

Apabila otot siliaris berada dalam keadaan istirahat, berkas cahaya paralel

yang jatuh dimata yang secara optik normal (emetrop) akan difokuskan di

retina. Selama relaksasi ini dipertahankan, berkas cahaya dari benda yang

jaraknya kurang dari 6 m dari pengamat akan difokuskan dibelakang retina,

dan akibatnya benda tersebut tampak kabur.

c) Titik dekat

Akomodasi adalah proses aktif yang memerlukan kerja otot sehingga dapat

melelahkan. Memang, otot siliaris adalah salah satu otot yang paling sering

digunakan didalam tubuh. Seberapa kelengkungan lensa yang dapat

difokuskan diretina walaupun telah dilakukan akomodasi maksimum. Titik

terdekat dimata tempat suatu benda dapat difokuskan denganjelas oleh

akomodasi disebut titing penglihatan.

20

Page 21: BAB I

d) Respon dekat

Selain akomodasi, sumbu penglihatan berkonvergensi dan pupil

berkonstriksi jika seseorang melihat benda yang terletak dekat. Respon tiga

bagian ini akomodasi, konvergensi sumbu penglihatan, dan konstriksi pupil

disebut respons dekat.

i. Gangguan Yang Sering Terjadi Pada Mekanisme Pembentukan

Bayangan

Pada beberapa orang, bola berukuran lebih pendek daripada normal dan berkas

cahaya yang sejajar difokuskan dibelakang retina. Kelainan ini disebut hiperopia

atau rabun jauh. Akomodasi yang terus menerus, bahkan sewaktu melihat benda

jauh, sebagian dapat megompensasi kelainan, tetapi kerja otot yang terus menerus

akan melelahkan dan dapat menimbulkan nyeri kepala serta mengaburkan

penglihatan. Konvergensi sumbu penglihatan yang terus menerus yang disertai

akomodasi ahirnya dapat menimbulkan juling (strabismus). Pada miopi (rabun

dekat) diameter anterior posterior bola mata terlalu panjang. Astigmatisma adalah

keadaan kelengkungan kornea yang tidak merata.

a) Pembentukan bayangan

Pada dasarnya, pengolahan informasi penglihatan diretina melibatkan

pembentukan tiga bayangan. Bayangan pertama,yang dibentuk oleh efek

cahaya terhadap fotoreseptor, diubah menjadi bayangan kedua di sel bipolar,

dan ini kemudian diubah menjadi bayangan ketiga disel ganglion. Pada

pembentukan bayangan kedua sinyal mengalami perubahan oleh sel horizontal,

dan pada pembentukan bayangan ketiga, sel diubah oleh sel amakrin. Hanya

terjadi sedikit perubahan pola impuls dikorpus genikulatum lateral sehingga

bayangan ketiga mencapai korteks oksipitalis.

j. PENGLIHATAN WARNA

a) Karakteristik warna

Warna memiliki tiga sifat : corak (hue), intensitas, dan sarturasi (derajat

kebebasan dari pengenceran dengan warna putih). Untuk setiap warna terdapat

warna komplementer yang apabila dicampurkan dengan warna tersebut, akan

menghasilkan sensasi putih. Hitam adalah sensasi yang dihasilkan jika tidak

21

Page 22: BAB I

terdapat cahaya, tetapi hitam merupakan sensasi positif, karena mata yang buta

tidak melihat hitam, mata yang buta tidak dapat melihat apa-apa . sensasi

putih, setiap warna spektrum, dan bahkan warna ekstrapektum, lembayung,

dapat dihasilkan dengan mencampurkan cahaya merah (panjang gelombang

723-647 nm), cahaya hijau (575-492 nm), dan cahaya biru(492-450) dengan

berbagai perbandingan. Dengan demikian merah, hijau, dan biru disebut warna

primer. Hal penting ketiga adalah bahwa warna dipersepsikan sebagian

bergantung pada warna benda lain dalam lapangan pandang.

b) Mekanisme retina

Teori Young-Helmholttz tentang penglihatan warna pada manusia

mempostulasikan keberadaan tiga jenis sel kerucut, yang masing-masing

mengandungfotopigmen berlainan dan paling peka terhadap salah satu dari

ketiga warna primer. Sensasi dari setiap warna tertentu ditentukan oleh

frekuensi relatif impuls dari ketiga sistem sel kerucut tersebut.

c) Mekanisme saraf

sensasi warna diperantarai oleh sel ganglion, yang mengurangi atau

menambah masukan dari satu jenis sel kerucut kemasukan dari sel kerucut

jenis lain.

d) Pewarisan buta warna

Kelainan penglihatan warna terjadi akibat kelainan herediter pada sekitar

8% pria dan 0,4% wanita pada populasi kaukasoid.

k. ASPEK LAIN FUNGSI PENGLIHATAN

a) Adaptasi gelap

Apabila seorang berdiam cukup lama dilingkungan yang terang lalu

berpindak kelingkungan yang temaram, retina secara bertahap menjadi lebih

peka terhadap cahaya sewaktu orang tersebut menjadi terbiasa dalam gelap.

Penurunan ambang penglihatan ini dikenal sebagai adaptasi gelap.

22

Page 23: BAB I

b) Ketajaman penglihatan

Adalah derajat persepsi detail dan kontur benda. Ketajaman penglihatan

biasanya disefinisikan berkaitan dengan jarak pisah minimum ( minimum

separable) yaitu jarak terpendek ketika dua garis masih terlihat terpisah dan

masih terlihat terpiusah dan tetap terlihat dua garis.

c) Lapangan pandang dan penglihatan binokular

Lapangan pandang setiap mata adalah bagian dunia luar yang dapat dilihat

oleh mata tersebut. Secara teoritis, lapangan pandang tersebut seharusnya

sirkuylar tetapiu sebenarnya terpotong ditengah oleh hidung dan diatas oleh

atap orbita.

l. GERAKAN MATA

Terdapat empat jenis pergerakan mata, masing-masing dikontrol oleh sistm

saraf yang berlainan, tetapi menggunakan jaras ahir yang sama yakni neuron

motorik yang mempersrafi otot mata eksternal. Sakade, gerakan menyentak yang

mendadak, terjadi sewaktu pandangan berpindah dari satu benda kebenda lain.

Gerakan-gerakan ini membawa benda yang diperhatikan ke fovea dan mengurangi

adaptasi dijaras penglihatan yang akan terjadi seandainya pandangan difikasi

kesebuah benda untuk waktu yang lama. Smooth pursuit movement (gderakan

mengejar yang halus) adalah gerakan mata mengikuti jejak suatu benda yang

sedang bergerak. Gerakan vestibular, penyesuaian yang terjadi sebagai respon

terhadap ransangan yang dicetuskan dikanalis semisirkularis, mempertahankan

fiksasi penglihatan disaat kepala bergerak. Gerakan konvergensi membawa sumbu

penglihatan kearah satu sama lain saat perhatian ditujukan kepada benda yang

terletak dekat dengan pengamat.

23

Page 24: BAB I

B. Anatomi system pendengaran dan keseimbangan

1. ANATOMI

1) Telinga luar dan tengah

Telinga luar menyalurkan gelombang suara ke meatus auditorius eksternus. Pada

beberapa hewan, telinga dapat bergerak seperti antenna radar yang mencari suara. Di

meatus, kanalis auditorius esksternus berjalan ke dalam menuju membrane timpani

( gendang telinga ).

Telinga tengah adalah rongga berisi udara di dalam tulang temporalis yang terbuka

melaui tuba audioturius ( eustachius ) ke naso faring dan melaui nasofaring ke luar.

Tuba biasanya tertutup, tetapi selama mengunyah, menelan, dan menguap saluran ini

terbuka, sehingga tekanan udara di kedua sisi gendang telinga seimbang. Tiga tulang

pendengaran, yaitu maleus, inkus, dan stapes, terletak di telinga tengah. Manubrium

( tangkai maleus ) melekat ke belakang membrane timpani. Bagian kepala tulang ini

melekat pada dinding telinga tengah, dan tonjolannya yang pendek melekat ke inkus,

yang kemudian bersendi dengan bagian kepala stapes. Stapes diberi nama demikian

karena mirip dengan sanggurdi. Lempeng kakinya ( foot plate ) didekatkan oleh

ligamentum anulare ke dinding fenestra ovalis. Dua otot rangka kecil, tensor timpani

dan stapedius, juga terletak di telinga tengah. Kontraksi otot yang pertama menarik

24

Page 25: BAB I

manibrum meleus ke medial dan mengurangi getaran di membran timpani, kontraksi

otot stapedius menarik lempeng kaki stapes menjahui fenestra ovalis.

b. Telinga dalam

Telinga dalam atau ( labirin, rumah siput ) terdiri dari dua bagian, satu berada di

dalam yang lainnya. Labirin tulang adalah serangkaian saluran di dalam bagian

pertosa tulang temporalis. Di dalam saluran – saluran ini terdapat labirin membranosa

yang dikelilingi oleh cairanj yang disebut perilimfe. Struktur membranosa ini kurang

mirip dengan bentuk saluran tulang. Saluran tulang terisi oleh cairan yang disebut

endolimfe, dan tidak terdapat hubungan di antara ruang – ruang yang terisi oleh

endolimfe dengan yang terisi oleh perilimfe.

c. Koklea

Bagian koklea labirin merupakan saluran melingkar yang pada manusia

panjangnya 35 mm dan membentuk 23/4 kali putaran. Disepanjang struktur ini terdapat

membrane basilaris dan membrane reissner yang membaginya memjadi 3 ruang

( skala ). Skala vestibule di bagian atas skala timpani di bagian bawah mengandung

perilimfe dan berhubungan satu sama lain di apeks koklea melalui lubang kecil disebut

helikotremia. Di dasar koklea, skala vestibuli berakhir di fenestra ovalis, yang tertutup

oleh lempeng kaki stapes. Skala timpani berakhir di fenestra rotundum, yakni foramen

di dinding medial telinga tengah yang tertutup oleh memmbran timpani sekunder yang

lentur. Skala media, dan ruang koklea tengah, bersambungan dengan dua skala

lainnya.

d. Organ corti

Organ corti, struktur yang mengandung sel rambut merupakan reseptor

pendengaran yang terletak di membrane basilaris. Organ ini berjalan di apeks atau ke

dasar koklea, dan dengan demikian bentuknya seperti spiral. Tonjolan sel rambut

menembus lamina retikularis yang keras dan berbentuk seperti membrane. Lamina ini

di tunjang oleh pilar corti. Sel rambut tersusun dalam empat baris : tiga baris sel

rambut luar yang terletak di lateran terhadap terowongan yang di bentuk oleh pilar

corti, dan satu baris sel rambut dalam yang terletak disebelah medial terhadap

terowongan. Di setiap koklea manusia terdapat 20.000 sel rambut luar dan 3500 sel

rambut dalam. Terdapat membrana tektoria yang tipis, liat, tetapi elastic dan menutupi

25

Page 26: BAB I

barisan – barisan sel rambut. Ujung sel rambut luar terbenam didalamnya, tetapi ujung

sel rambut dalam tidak. Badan sel neuron aferen yang menyebar di sekitar dasar sel

rambut terletak di ganglion spiralis di dalam modiolus, bagian tengah yang bertulang

tempat koklea melingkar. Sembilan puluh sampai 95% neuron aferen ini mempersarafi

sel rambut dalam hanya 5 – 10% yang mempersarafi sel rambut luar yang jumlahnya

lebih banyak, dan setiap neuron mempersarafi beberapa sel luar ini. Sebaliknya,

sebagian besar serabut aferen di saraf auditorius berakhir di sel rambut luar dan bukan

sel rambut dalam. Akson neuron aferen yang mempersarafi sel rambut membentuk

bagian auditorius ( koklea ) saraf kranialis ke delapan.

Di koklea, terdapat taut erat di antara sel rambut dan dinding falang di dekatnya

yang mencegah indolimfe mencapai dasar sel. Namun, membrane basilaris relative

permeable terhadap perlimfe di skala timpani, dan akibatnya, terowongan organ corti

dan dasar sel rambut di basahi oleh perlimfe. Karena terdapat taut erat yang serupa,

susunan sel rambut di bagian lain telinga dalam juga serupa, yaitu tonjolan sel rambut

dibasahi oleh endolimfe, sementara dasarnya dibasahi oleh perlimfe.

e. Kanalis semisirkularis

Di kedua sisi kepala, kanalis semisirkularis saling tegak lurus satu sama lain,

sehingga kanalis – kanalis ini terletak pada 3 bidang ruangan. Di dalam kanalis tulang,

terdapat kanalis membranosa yang terbenam dalam parilimfe. Struktur reseptor, Krista

ampularis, terletak di ujung tiap – tiap kanalis membranosa yang melebar ( ampula ).

Setiap krista terdiri dari sel rambut dan sel sustentakularis yang dilapisi oleh pemisah

gelantinosa ( kapula ) yang menutup ampula. Tonjolan sel rambut terbenam di dalam

kapula, dan dasar sel rambut berkontak erat dengan serabut aferen bagian vestibularis

saraf kranialis ke delapan.

f. Ultrikulus & sakulus

Di dalam tiap – tiap labirin membranosa, di lantai ultrikulus, terdapat organ

otolitik ( macula ). Macula lain terletak di dinding sakulus dengan posisi semi

ventrikal. Macula mengandung sel sustentakularis dan sel rambut, dipayungi

membrane otolitik tempat terbenamnya Kristal – Kristal kalsium karbonat. Pada

manusia otolit, yang juga dikenal sebagai otokonia atau debu telinga, memiliki

panjang 3 – 19 um dan lebih padat dibandingkan dengan endolimfe. Tonjolan sel

rambut terbenam di dalam membran. Serabut – serabut saraf dari sel rambut

26

Page 27: BAB I

bergabung dengan serabut – serabut dari Krista di bagian ventibularis saraf kranialis

ke delapan.

g. Jalur sentral

Serabut aferen di bagian auditorik saraf kranialis ke delapan berakhir di nucleus

koklearis dorsal dan ventral. Dari sini, implus pendengaran berjalan melalui berbagai

rut eke kolikulus inferior, pusat untuk reflex pendengaran, dan melalui korpus

genikulatum medial di thalamus ke korteks auditorik. Implus lain masuk ke formasio

retikularis. Informasi dari kedua telinga di masing – masing olive superior, dan di

tingkat yang lebih tinggi, sebagian besar neuron berespons terhadap masukan dari

kedua telinga. Di korteks auditorik primer, sebagian besar neuron berespons terhadap

masukan dari kedua telinga, tetapi mungkin juga terdapat deretan sel yang dirangsang

oleh masukan dari telinga ipsilateral. Area asosiasi pendengaran yag terletak dekat

dengan area penerima pendengaran primer tersebar luas. Berkas olivokolekleris

( olivococlear bundle ) adalah berkas serabut eferen yang mencolok di tiap – tiap

serabut auditorius yang berasal dari kompleks olivarius superior ipsi lateral serta

kontralateral dan berakhir terutama di sekitar dasar sel rambut luar organ Corti.

Badan sel dari 19.000 neuron yang mempersarafi Krista dan macula di tiap – tiap

sisi terletak di ganglion vestibularis. Tiap –tiap saraf vestibularis berakhir di keempat

bagian nucleus vestibularis ipsilateral dan di lobus flokulonodularis serebelum serabut

– serabut dari kanalis semi serkularis terutama berakhir di bagian superior dan medial

nucleus vestibularis dan proyeksi terutama ke inti – inti yang mengontrol ke gerakan

mata. Serabut serabut dari utrikulus dan sakulus terutama berakhir di bagian lateral

( nucleus deiter ), yang berproyeksi ke medulla spinalis. Serabut – serabut ini juga

berakhir di neuron yang berproyeksi ke serebelum dan formasio retikularis. Nucleus

vestibularis juga berproyeksi ke thalamus, dan dari tempat ini ke kedua bagian korteks

somatosensorik primer.

h. Sel rambut

1) Struktur

Seperti dinyatakan diatas, reseptor sensorik di telinga terdiri dari 6 kelompok

sel rambut di labirin membranosa. Sel rambut di organ Corti menyalurkan sinyal

pendengaran, sel rambut di utrikulus menyalurkan sinyal percepatan horizontal.

Sel rambut di sakulus menyalurkan sinyal percepatan ventrikal, dan satu kelompok

27

Page 28: BAB I

di masing – masing dari ketiga kanalis semikularis menyalurkan sinyal percepatan

rotasi. Tiap – tiap sel terbenam di epitel yang terbentuk oleh sel penunjang atau

sustentakuler, dengan ujung basal berkontak erat dengan neuron aferen. Dari ujung

apeks muncul rambut atau tonjolan ( prosesus ) berbentuk batang sebanyak 30 –

150 buah.

Kecuali di koklea, slah satu tonjolan ini, kinosilium, adalah silia sejati tetapi

tidak motil dengan Sembilan pasang mikrotubulus yang mengelilinginya dan

sepasang mikrotubulus tengah. Kinosilium adalah salah satu tonjolan yang paling

besar dan memiliki ujung yang tumpul. Pada mamalia dewasa, kinosilium tidak

terdapat pada sel rambut koklea. Namun, tonjolan lain, yang disebut stereosilia,

terdapat di semua sel rambut. Stereosilia memiliki inti yang terdiri dari filament

aktin yang sejajar. Aktin dilapisi oleh berbagai isoform myosin. Didalam

sekelompok tonjolan pada tiap – tiap sel terdapat susunan yang teratur. Di

sepanjang sumbu yang menuju kinosilium, stereosilia menjadi semakin tinggi, di

sepanjang sumbu tegak lurus, semua stereosilia tingginya sama.

2) Masking

Telah diketahui bahwa adanya satu suara akan menurunkan kemampuan

seseorang untuk mendengar suara lain. Fenomena ini dikenal sebagai masking

( penyamaran ). Fenomena ini diperkirakan disebabkan oleh refrakter relative atau

absolute pada reseptor dan serabut saraf auditorik yang sebelumnya terangsang

terhadap rangsangan lain. Tingkat suara yang menutupi suara lain berkaitan

dengan nadanya. Kecuali pada lingkungan yang sangat kedap suara, efek

penyamaran suara latar akan meningkatkan ambang pendengaran dengan besaran

tertentu dan dapat diukur.

3) Transmisi suara

Telinga mengubah gelombang suara dilingkungan eksternal menjadi potensial

aksi di saraf pendengaran. Gelombang diubah oleh gendang telinga dan tulang

pendengaran menjadi gerakan lempeng kaki stapes. Gerakan gelombang ini

menimbulkan gelombang didalam cairan telinga dalam. Efek gelombang pada

organ Corti menimbulkan potensial aksi di serabut saraf.

28

Page 29: BAB I

2. FISIOLOGI

a. Fungsi membran timpani dan tulang pendengaran

Sebagai respons terhadap perubahan tekanan yang dihasilkan oleh gelombang

suara di permukaan luarnya, membran timpani bergerak keluar masuk. Dengan

demikian, membran berfungsi sebagai resonator yang menghasikan ulang getaran dari

sumber suara. Membran ini berhenti bergetar hampir segera setelah gelombang suara

berhenti, yaitu membran ini mengalami peredaman kritis ( critically damped ) yang

hampir total. Gerakan membran tempani di salurkan ke manubreum maleus. Maleus

bergoyang pada sumbu melalui taut tonjolan panjang dan pendek sehingga tonjolan

pendek menayalurkan manubreum ke inkus. Inkus bergerak ke sedemikian rupa ke

bagian sehingga getaran diteruskan ke bagian ke kepala stapes. Pergerakan ke kepala

stapes menyebabkan lempeng kakinya bergerak k menuju mundurseperti pintu yang

berngsel di tepi posterior fenestra ovalis. Dengan demikian tulang – tulang

pendengaran berfungsi sebagai system pengungkit yang mengubah getaran resonan

membran timpani menjadi gerakan stapes terhadap skala vestebuli koklea yang berisi

perelimfe. System ini mningkatkan tekanan suara yang tiba di fenestra ovalis, karena

efek pengungkit maleus dan inkus melipat gandakan gaya 1,3x lebih kuat dan luas

membran timpani jauh lebih besar dibandingkandengan luas lempng kaki stapes.

Sebagian ebergu suara akan hilang akibat peristensi, tetapi telah diperhitungkan

bahwa,pada frekuensi dibawan 3000hz, 60% energy suara yang jatuh di membran

tempani akan ditransmisikan ke cairan di dalam keoklea.

1) Reflek timpani

Apabila otot telinga tengah tensor timpani dan stapedius berkontraksi,

manubrium maleus akan tertarik ke dalam dan lempeng kaki stapes terdorong

keluar. Hal ini akan menurunkan transmisi suara. Suara keras akan mencetuskan

reflex kontraksi pada otot – otot ini secara umum disebut reflex timpani. Fingsinya

bersifat proyektif, yakni mencegah rangsangan berlebihan pada reseptor

pendengaran yang dihasilkan oleh gelombang suara yang kuat. Namun, waktu

reaksi untuk refleks ini adalah 40 -160 mdet sehingga reflex ini tidak dapat

melindungi telinga dari rangsangan kuat yang singkat seperti yang dihasilkan oleh

suara tembakan.

29

Page 30: BAB I

2) Hantaran tulang dan udara

Hantaran ( konduksi ) gelombang suara ke cairan di telinga dalam melaui

membran timpani dan tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk

pendegaran normal, disebut hantaran osikular. Gelombang suara juga mencetuskan

getaran membran timpani sekundr yang menutup fenestra retundum. Proses ini

yang tidak penting untuk pendengaran normal, adalah hantaran udara. Hantaran

tipe ke 3, hantaran tulang, adalah transmisi getaran dari tulang tengkorak ke cairan

telinga dalam. Hantaran tulang yang cukup besar teradi apabila kita menempelkan

garpu tala atau benda lain yang bergetar langsung ke tengkorak. Jalur ini juga

berperan dalam penyaluran suara yang sangat keras.

b. Fungsi sel rambut dalam dan luar

Sel rambut dalam dalam adalah sel sensorik utama yang menghasilkan potensial

aksi di saraf pendengaran, dan diperkirakan sel ini dirangsang oleh gerakan cairan. Di

pihak lain, sel rambut luar mmiliki fungsi berbeda. Sel ini berespons terhadap suara,

seperti sel rambut dalam, tetapi depolarisasi menyebabkan nya memendek dan

hiperpolarisasi menyebabkan nya memanjang. Sel ini melakukannya diatas bagian

membran basialis yang fleksibel, dan gerakan ini sedikit banyak meningkatkan

amplitude dan kejernihan suara. Perubahan pada sel rambut luar ini terjadi sejajar

dengan perubahan pada prestin, yang merupakan protein membran, dan protein ini

mungkin merupakan protei motorik bagi sel rambut luar.

Sel rambut luar menerima persarafan kolinergik melaui komponen eferen saraf

auditorik, dan asetilkolin menyebabkan hiperpolarisasi sel. Namun, fungsi fisiologis

dari persarafan ini belum diketahui.

30

Page 31: BAB I

BAB II

KONSEP DASAR KATARAK

A. DEFINISI

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya

mengenai kedua mata dan berjalan progresif. (Kapita Selekta Kedokteran)

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat

proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). Dapat juga

berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka

panjang, penyakit sistemis, seperti diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme, pemanjaan

radiasi, pemanjaan yang lama sinar matahari (sinar ultraviolet), atau kelainan mata seperti

uveitis anterior. (Keperawatan Medikal Bedah, vol.3)

Katarak adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,

umumnya akibat dari proses penuaan terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun. Katarak

sering terjadi secara bilateral, tetapi tiap katarak mengalami kemajuan secara independen.

(Rencana Asuhan Kperawatan-Doenges).

B. KLASIFIKASI

1. Klasifikasi Katarak Berdasarkan Usia.

a. Katarak kongenital adalah katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun.

1) Katarak lamelar/zonular

Katarak lamelar ini mempunyai sifat herediter dan ditransmisikan dominan,

biasanya bilateral. Kekeruhan pada serat lensa dalam kapsul lensa berbatas tegas

dengan bgn perifer tetap bening. Katarak zonular terlihat segera sesudah bayi lahir,

kekeruhan dpt menutup seluruh celah pupil, bila tidak dilakukan dilatasi dapat

mengganggu penglihatan.

2) Katarak polaris posterior

Disebabkan menetapnya selubung vaskular lensa, kadang menetapnya Hialoid

sehingga terjadi kekeruhan lensa bagian belakang.

31

Page 32: BAB I

3) Katarak polaris anterior

Gangguan terjadi pd saat kornea belum seluruhnya melepaskan lensa dalam

perkembangan embrional juga berakibat terlambatnya pembentukan bilik mata

depan. Kadang 2x didapatkan suatu kekeruhan dari bilik mata depan ke kornea.

4) Katarak nuklearis atau inti

Tampak seperti bunga karang, di daerah nukleus lensa. Sering hanya berupa

kekeruhan bbtk bintik bintik. Jarang terjadi dan gangguan terjadi pada trimester

pertama kehamilan.

5) Katarak sutural Y suture

Merupakan garis pertemuan serat-serat lensa primer dan membentuk batas

depan dan belakang daripada inti lensa. Katarak ini mengenai daerah sutura fetal,

bersifat stasis terjadi bilateral dan familial.

b. Katarak juvenil adalah katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun. Kekeruhan lensa

yang tjd pd saat masih tjd perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya

konsistensinya lembek spt bubur dan sering disebut soft cataract.

c. Katarak senilis adalah katarak setelah usia 50 tahun

1) Katarak nuklear

Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Inti

lensa yang awalnya putih kekuningan coklat kehitam-hitaman ( katarak

brunesen /nigra).

2) katarak kortikal

Terjadi penyerapan air lensa jadi cembung dan terjadi miopisasi. Penderita

seakan-akan mendapatkan kekuatan baru utk melihat dekat pd usia yg bertambah.

3) katarak kupuliform

Dapat dilihat pd stadium dini dari katarak kortokal atau nuklear. Kekeruhan

terletak dilapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring.

32

Page 33: BAB I

Pada katarak senile dikenal 4 stadium. Yaitu insiepien, imatur, matur dan

hipermatur. Pada stadium insipient dapat terjadi perbaiakn penglihatan dekat akibat

peningkatan indeks refraksi lensa.

Tabel 6.1 Stadium pada katarak senile

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong NormalTremulans (Hanya bila zonula

putus)

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif

Penyulit - Glaukoma - Uveitis, Glaukoma

d. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa

degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai

pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris

sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.

Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak

intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan

miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan

mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada

pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel

serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

e. Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra)

terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan

miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan

biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum

memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit

Mata, ed. 3)

2. Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:

a. Katarak Inti (Nuclear)

33

Page 34: BAB I

Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau

bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.

b. Katarak Kortikal.

Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih

mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan.

Banyak pada penderita DM

c. Katarak Subkapsular.

Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar

masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu

yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.

C. ETIOLOGI

Penyebabnya bermacam-macam. Umumnya adalah usia lanjut (senile), tetapi dapat terjadi

secara congenital akibat infeksi virus dimasa pertumbhan janin, genetic, dan gangguan

perkembangan; kelainan sistemik atau metabolic, seperti diabetes mellitus, galaktosemi, dan

distrofi miotonik, traumatic, terapi kortikosteroid sistemik, dan sebagainya. Sedangkan rokok

dan mengkonsumsi alcohol dapat meningkatkan resiko katarak.

D. MANIFESTASI KLINIS

Katarak didiagnosa terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien melaporkan

penurunan ketajamaan penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampao derajat tertentu

yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temiuan objektif biasanya meliputi

pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupi; sehingga retina tak akan tampak dengan

oftalmoskop.

Ketika lensa sudah mejadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan

dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau

redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan sistori bayangan dan susah melihat dimalam

hari. Pupil, yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak

biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangan memburuk,

lensa koreksi yang lebih kuat pun akan mampu memperbaiki penglihatan.

Orang dengan katarak secara khas mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang

menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya ada yang mengatur

34

Page 35: BAB I

ulang perabot rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka. Ada

yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindun

cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.

Keluhan yang timbul adalah penurunan tajam penglihatan secara progresif dan

penglihatan seperti berasap. Sejak awal katarak dapat terlihat melalui pupil yang telah

berdilatasi dengan oftalmoskop, slit lamp, atau shadow test. Setelah katarak bertambah

matang, maka retina menjadi semakin sulit dilihat sampai akhirnya reflek fundus tidak ada

dan pupil berwarna putih.

E. PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti

kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga kompenen

anatomis. Pada zoa sentral terdapat nucleus, di perifer ada korteks, yang mengelilingi

keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus

mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas

seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan

bentuk katarak yang paling bermakna Nampak seperti Kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan

pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di

luar lensa, misalnya, dapat meyebabkan penglihatan mengalami distori. Perubahan kimia

dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan

menghambatnya jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein

lensa normal terjadi disertai influx air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa

yang tegang dan mengganggu transmisi sniar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim

mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan munurun

dengan bertambahnya usia tidak ada pada kebanyakan pasien ang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namum mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat

disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis. Seperti diabetes, namun sebenarnya

merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang

secara kronil dan “matang” ketika orang memasuki decade ke tujuh. Katarak dapat besifat

congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan

ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Factor yang paling sering yang berperan

35

Page 36: BAB I

dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol. Merokok,

diabetes, dan asupan vitamin antioksi dan yang kurang dalam jangka waktu lama.

F. PATOFLOW

36

Page 37: BAB I

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Kartu nama snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral

penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus atau vitreus

humor, kesalahan refraksi, atau penyakit sistem saraf atau penglihatan keretina atau

jalan optik.

2. Lapang penglihatan: penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, massa tumor pada

hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri selebral atau glaukoma.

3. Pengukuran tonigrafi: mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg).

4. Pengukuran gonioskopi: membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup

glaukoma.

5. Tes provokatif: digunakan dalam menentukan adanya/ tipe glaukoma bila TIO normal

atau hanya meningkat ringan.

6. Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler,mencatat atrofi lempeng

optik, papil edema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan

belahan-lampu memastikan diagnose katarak .

7. Darah lengkap ,laju sedimentasi (LED): menunjukkan anemia sistemik/infeksi.

8. EKG,kolestrol serum,dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan

aterosklerosis, PAK.

9. Tes toleransi glukosa/ FBS: menentukan adanya kontrol diabetes.

H. PENATALAKSANAAN

Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser.

Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat

digunakan untuk mecairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula

(Pakalo, 1992). Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai

ke titik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya

konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji

derajat gangguan fungsi sehari-hari, sepertii berdandan, ambulasi, aktivitas rekreasi, menyetir

mobil, dan kemampuan bekerja, sangat penting untuk menetukan terapi mana yang paling

cocok bagi masing-masing penderita.

Pembedahan dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikan rupa

sehingga menggangu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperti

glaucoma dan uveitis. Tingkat keberhasilan pada katarak senile 90%, sedangkan komplikasi

yang mungkin timbul akibat operasi adalah adalah glaucoma, ablasi retina, perdarahan

37

Page 38: BAB I

vitreus, infeksi, atau pertumbuhan epitel ke kamera okuli anterior. Katarak congenital arus

dideteksi didini karena bila menutupi aksis visual harus segara dioperasi untuk mencegah

ambliopia.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja

ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang

dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi, bila ketajaman pandang mempengaruhi

keamanaan atau kualitas hidup atau bila visiualisasi segmen posterior sangat perlu

mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus, seperti pada diabetes

dan glaucoma. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada

orang berusia lebih dari 65 tahun. Masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anastesia

local berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis.

Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien.

Pengambilan keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya.

Dukungan psikososial dan financial serta konsekuansi pembedahan harus di evaluasi, karena

sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pasca operasi. Kebanyakan operasi dilakukan

dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata. Obat

penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan

dengan draping bedah. Anastesi umum diperlukan bagi yang tak bias menerima anastesia

local, yang tak mampu bekerja sama dengan alasan fisik atau psikologis, atau yang tak

berespons terhadap anastesia local.

Ada 2 macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak: Ekstraksi

intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang

mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaucoma atau

mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika.

Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa

dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga kortek dan

nucleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namaun dengan teknik dapat

timbul penyulit katarak sekunder karena seluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat

dilakukan pada katarak senile yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh

dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur yang masih memiliki

zonula zinn. Dapat pula dilakukan teknik ekstrakapsular dengan fakoemulsifikasi yaitu

fragmentasi nucleus lensa dengan gelombang ultrasonic, sehingga hanya diperlukan insisi

38

Page 39: BAB I

kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien

meningkat.

Sebaiknya ditanam lensa intraocular pada saat pebedahan, sehingga tidak perlu memakai

kacamata afakia yang tebal atau lensa kontak. Kontraindikasi pemasangan lensa intraocular

adalah uveitis berulang, retinopati diabetic proliferative, rubeosis iridis dan glaucoma

neovaskular.

1. Ekstraksi katarak intrakapsuler

Ekstraksi katarak intrakapsuler (ICCE, intracapsular cataract extraction) adalah

pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan, lensa

diangkat dengan cryoprobe, yang dilakukan secara langsung pada kapsul lentis. Bedah

beku berdasar pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau abnormalitas.

Instrument bedah beku bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada

benda yang lembab. Ketika cryoprobe diletkan secara langsung pada kapsula lentis,

kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat dengan lembut. Yang dahulu

merupakan cara pengangkatan katarak utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena

tersedianya teknik bedah yang lebih canggih.

2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler.

Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (ECCE, extracapsular cataract extraction) sekarang

merupakan teknik yang lebih disukai dan mencapai 98% pembedahan katarak. Mikroskop

digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi

pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan menghisap sisa

fragment kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap. Dengan meninggalkan

kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh, dapat mempertahankan arsitekstur bagian

posterior mata, jadi memngurangi insiden komplikasi yang serius.

3. Fakoemulsifikasi.

Merupakan penemuan terbaru pada ekstraksi ekstrakapsuler. Cara ini memungkinkan

pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason

frekuensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi aprtikel kecil yang

kemudian diaspirasi melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi

kontinous.Teknik ini memerlukan waktu penyembuhan yang lebih pendek dan penurunan

39

Page 40: BAB I

insidensi astigmatisme pasca operasi. Keduan teknik irigasi-aspirasi dan fakoemulsifikasi

dapat mempertahankan kapsula posterior, yang nantinya digunakan untuk penyangga IOL.

Ekstraksi katarak dan implantasi IOL dapat dilakukan bersama dengan transplantasi

korneaatau pembedahan untuk glaucoma. Pengangkatan lensa, karena lensa kristalina

bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan focus mata, maka bila lensa diangkat,

pasien memerlukan koreksi optikal. Koreksi ini dapat dilakukan dengan salah satu dari

tiga metode: kaca mata apakia, lensa kontak atau implant IOL.

4. Kaca mata apakia.

Mampu memberikan pandangan sentral yang baik. Namun pembesaran 25-30%,

menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer, yang menyebabkan kesulitan

dalam memahami relasi spasial, membuat benda-benda nampak jauh lebih dekat dari yang

sebenarnya. Kaca mata ini juga menyebabkan aberasi sferis, mengubah garis lurus

menjadi lengkung. Pandangan binokuler tak dapat dilakukan kecuali kedua lensa telah

diangkat dari mata. Memerlukan waktu penyesuaian yang lama sampai pasien mampu

mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi aman dengan medan

pandangan yang terbatas. Kaca mata apakia sangat tebal dan merepotkan serta membuat

mata terlihat lebih besar.

5. Lensa kontak.

Jauh lebih nyaman dibandingkan dengan kaca mata apakia. Tak terjadi pembesaran

yang bermakna (5-10%), tak terdapat aberasi sferis, tak ada penurunan lapang pandang

dan tak ada kesalahan orientasi spasial. Lensa jenis ini memberikan rhabilitasi visual yang

hamper sempurna bagi mereka yang mampu menguasai cara memasang, melepaskan dan

merawat dan bagi mereka yang dapat megenakannya dengan nyaman. Kebanyakan lansia

mengalami kemunduran keterampilan tangan, sehingga perawatan higienik lensa kontak

harian menjadi sulit. Pada beberapa pasien, lensa jangka panjang dapat memberikan

alternative yang beralasan, namun lensa jangka panjang memerlukan kunjungan berkala

untuk pengelepasan dan pembersihan. Harganya juga mahal dan sering harus diganti

karena hilang atau sobek. Kerugian lainnya adalah meningkatnya resiko keratitis

infeksiosa.

6. Implan lensa intraokuler (IOL)

40

Page 41: BAB I

Memberikan alternative bagi lensa apakia yang tebal dan berat untuk mengoreksi

penglihatan pasca operasi. Implant IOL telah menjadi pilihan koreksi optikal karena

semakin halusnya teknik bedah mikro dan kemajuan rancang bangunan IOL. IOL adalah

lensa permanen plastic yang secara bedah di implantasi kedalam mata. Mampu

menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal. Karena IOL mampu

menghilangkan efek optikal lensa afakia yang menjengkelkan dan dan ketidak-praktisan

penggunaan lensa kontak, maka hamper 97% pembedahan katarak (lebih dari seribu tiap

tahun) dilakuakan bersamaan dengan pemasangan IOL.

Kemajuan terkini lensa yang dapat dilipat saat pemasangan, memungkinkan

pemasangan melalui insisi yang lebih kecil yang dibuat untuk fakoemulsifikasi sementara

ukuran lensanya tetap seperti semula saat pemasangan selesai. Pemasangan lensa ini dapat

dilakukan hanya dengan “satu jahitan atau tanpa jahitan sama sekali”.

Sekitar 95% IOL dipasan dikamera posterior, dan yang 5% sisanya dipasang di

kamera anterior. Lensa kamera anterior dipasang pada apsien yang menjalani ekstraksi

intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa sengaja selama prosedur

ekstrakapsuler. Kombinasi ekstraksi ekstrakapsuler dan pemasangan lensa posterior lebih

disukai karena lebih tidak menimbulkan komlikasi yang membahayakan penglihatan.

Banyak pasien yang memerlukan koreksi refraksi setelah pemasangan IOL untuk

pandangan dekat. Dengan adanya IOL difraktif multifocal yang canggih dapat

menurunkan kebutuhan koreksioptikal hamper pada separuh resipen, menurut laporan

FDA terbaru (Roy & Tindall, 1993).

Ada beberapa kontaindikasi pemasangan IOL, termasuk uveitis berulang, retinoati

diabetika proliferative, dan glaucoma neovaskuler.

Penatalaksanaan pasca opersi terutama ditujukan untuk mencegah infeksi dan

terbukanya luka operasi. Pasien diminta tidak banyak bergerak dan menghindari

mengangkat beban berat selama sebulan. Mata ditutup selama beberapa hari atau

diindungi dengan kacamata atau pelindung pada siang hari. Selama beberapa minggu

harus dilindungi dengan pelindung logam pada malam hari. Kacamata permanen

diberikan 6-8 minggu setelah operasi.

41

Page 42: BAB I

I. KOMPLIKASI

Meskipun terjadi perbaikan pengembalian ke pandangan epnuh yang sempurna pada

ekstraksi katarak dan implantasi IOL, ada juga komplikasinya. Kerusakan endotel kornea,

sumbatan pupil, glaucoma, perdarahan, fistula luka operasi, edema macula sistoid, pelepasan

koroid, uveitis dan endoftalmitis. Dapat diubah posisinya kembali dengan pemberian posisi

pada kepala, dan diakhiri dengan tetes mata konstriktor, atau pasien memerlukan pembedahan

lagi untuk mereposisi atau mengangkat IOL.

Komplikasi yang umum terjadi pada pembedahan adalah pembentukan membrane

sekunder, yang terjadi sekitar 25% pasien dalam 3-36 bulan setelah pembedahan. Membrane

yang terbentuk sering disalah artikan dengan opasifikasi kapsul posterioratau katarak

sekunder. Membrane ini terbentuk sebagai akibat proliferasi sisa epitel lensa. Dapat

mempengarihu penglihatan dengan mengganggu masuknya cahaya dan meningkatkan

terjadinya disabilitas silau. Dapat dibuat luang melalui membrane (kapsulotomi) dengan

jarum atau laser (laser Yag) untuk mengenbalikan penglihatan.

Pembedahan katarak biasanya dilakukan dengan dasar pasien rawat jalan. Bila pasien

menderita katarak bilateral yang memerlukan ECCE, hanya satu prosedur yang boleh

dilakukan pada saat itu. Kemudian pasien dianjurkan menunggu 6-8 minggu untuk

pembedahan kedua.

J. PENDIDIKAN PASIEN DAN PERTIMBANGAN PERAWATAN DI RUMAH

Setelah periode penyembuhan pasca operasi yang singkat setelah ekstraksi katarak dan

implantasi IOL, pasien dipulangkan dengan disertai instruksi mengenai obat mata,

pembersihan dan perlindungan, tingkat dan pembatasan aktivitas diet, pengontrolan nyeri,

pemberian posisi, janji control, proses pascaoperatif yang diharapkan, dan gejala yang harus

dilaporkan segera kepada ahli bedah. Sebaiknya pendidikan ini diperkuat pasca operasi dan

pengaturan perawatan dirumah harus disusun secara baik. Pasien dianjurkan telah menyusun

cara transportasi untuk pulang, perawatan pada sore harinya, dan transportasi untuk

kunjungan tindak lanjut ke ahli bedah hari berikutnya. Menentukan perlunya alat bantu

kesehatan dirumah sangat penting sebelum pembedahan.

Pasien biasanya cepat kembali ke aktivitas harian normal. Namun, membungkuk dan

mengangkat beban berat harus dibatasi sampai sekitar 1 minggu, bergantung jenis

42

Page 43: BAB I

pembedahan yang dilakukan. Tameng mata dipakai pada malam hari dan kaca mata (kaca

mata hitam ketika berada diluar rumah dengan cahaya terang) pada siang hari perlu dalam 2

minggu untuk melindungi mata dari cedera. Perlunya perlingdungan ini harus ditekankan

karena kebanyakan pasien yang menjalani pengangkatan kaarak adalah amnula dan beresiko

untuk jatuh; trauma tumpul pada mata dapat menyebabkan rutur bola mata yang

mengakibatkan kehilangan penglihatan. Pasien biasanya mendapatkan resep kaca mata dalam

6-8 minggu setelah pembedahan.

PENDIDIKAN PASIEN PERAWATAN-DIRI SETELAH PEMBEDAHAN KATARAK

Catatan: tinjau dengan pasien, oaring terdekat atau pemberi asuhan.

Pembatasan Aktivitas

Diperbolehkan

1. Menonton televisi, membaca bila perlu tetapi jangan terlalu lama.

2. Mengerjakan aktivitas biasatapi dikurangi.

3. Pada awal, “mandi waslap” selanjutnya menggunakan bak mandi atau air pancuran

(dengan pembantu).

4. Tidak boleh membungkuk pada watafel atau bak mandi, condongkan kepala sedikit ke

belakang saat mencuci rambut.

5. Tidur dengan perisai pelingdung mata logam berlubang pada malam hari; mengenakan

kaca mata pada siang hari.

6. Ketika tidur, berbaring berbaring telentang atau miring, tidak boleh telungkup.

7. Aktivitas dengan duduk.

8. Mengenakan kaca mata hitamuntuk kenyamanan.

9. Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai.

Dihindari (paling tidak selama 1 minggu)

1. Tidur pada sisi yang sakit.

2. Menggosok mata; menekan kelopak untuk menutup mata.

3. Mengejan saat defekasi.

4. Memakai sabun mendekati mata.

5. Mengangkat barang lebih dari 7 kg.

6. Berhubungan seks.

7. Mengendarai kendaraan (bila bisa).

8. Batuk, bersin dan muntah.

9. Menundukan kepala sampai bawah pinggang, melipat lutut saja dan punggung tetap lurus

43

Page 44: BAB I

untuk mengambil sesuatu dari lantai.

Obat dan perawatan mata

1. Penggunaaan obat sesuai aturan.

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah memakai obat.

3. Memebersihkan sekitr mata dengan bola kapas steril atau kassa yang dibasahi dengan air

steril atau larutan salin normal; sapu kelopak mat dengan lembut dari sudut dalam keluar.

4. Untuk meneteskan obat mata, duduklah dan kepala condong kebelakang, dengan lembut

tarik kebawah batas kelopak mata bawah.

5. Menggunakan perisai pelindung mata logam berlubang-lubang pada malam hari;

menggunakan kaca mata selama siang hari.

6. Menggunakan semua obat mata tepat sesuai dengan resep sehingga dosis dapat dinilai dan

disesuaikan oleh dokter; pada kunjuangn control pertama.

Melaporkan tanda dan gejala yang tidak biasa

1. Nyeri pada dan sekitar mata, nyeri kepala menetap.

2. Setiap nyeri yang tak berkurang dengan oabt pengurang nyeri.

3. Nyeri disertai mata merah, bengkak atau keluar cairan inflamasi dan cairan dari mata.

4. Nyeri dahi dengan onset mendadak.

5. Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang

penglihatan, kilatan cahaya, percikan atau bintik di depan mata, halo disekitar sumber

cahaya.

44

Page 45: BAB I

BAB III

ASUHAN KEPARAWATAN PADA KATARAK

A. PENGKAJIAN

1. Aktivitas/ Istirahat

Gejala : perubahan aktivitas biasanya ganguan penglihatan.

2. Makanan/ Cairan

Gejala : mual/ muntah (glaukoma akut)

3. Neurosensori

Gejala: gangguan penglihatan (kabur/ tak jelas), sinar terang menyebabkan silau

dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan

dekat/ merasa diruangan (katarak). Penglihatan berawan/ kabur,tampak lingkaran

cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer,fotofobia (glaukoma

akut). Perubahan kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

Tanda: tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil menyempit dan

merah/ mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat). Peningkatan air mata.

4. Nyeri/ Kenyamanan

Gejala: ketidaknyamanan ringan/mata berair glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat

menetap atau tekanan pada dan sekitar mata,sakit kepala (glaukoma akut).

5. Penyuluhan/ Pembelajaran

Tanda: riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan system vaskuler. Riwayat

stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena),

ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma). Terpanjan pada radiasi, steroid/

toksisitas fenitiazin.

B. PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Mencegah penyimpangan penglihatan lanjud.

2. Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan /penurunan ketajaman penglihatan.

3. Mencegah komplikasi.

4. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.

C. TUJUAN PEMULANGAN

1. Penglihatan dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin.

2. Pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif.

45

Page 46: BAB I

3. Komplikasi dicegah/ minimal.

4. Proses penyakit/ prognosis dan program terapi dipahami.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan

intraokuler, dan kehilangan vitreous ditandai oleh tidak dapat di terapkan adanya

tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual.

2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (bedah

pengangkatan katarak) ditandai oleh tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan

gejala-gejala membuat diagnose actual.

3. Gangguan sensori perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan

sensori/ status organ indera dan lingkungan secara terapeutik dibatasi ditandai oleh

menurunnya ketajaman gangguan penglihatan.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan

berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi,

kurang terpajan/ mengingat dan keterbatasan kognitif ditandai oleh pertanyaan/

pernyataan salah konsepsi, tak akurat mengikuti intruksi dan terjadi komplikasi yang

dapat dicegah.

46

Page 47: BAB I

BAB IV

KONSEP DASAR GLAUKOMA

A. DEFINISI

Adapun definisi dari Glaukoma yaitu :

1. Glaukoma adalah penyakit yang ditimbulkan oleh adanya penambahan tekanan dalam

matayang dapat bersifat akut maupun kronik. Glaukoma disebabkan oleh adanya

cairan dalam bilik anterior yang belum sempat disalurkan keluar, sehingga tegangan

yang ditimbulkan dapat menimbulkan tekanan pada saraf optik, yang lama kelamaan

dapat menghilangkan daya melihat pada mata. ( Anatomi dan Fisiologi untuk

paramedis, Eryl C. Pearce )

2. Glaukoma akut adalah penyakit mata yang terjadi secara mendadak dan disertai

dengan rasa sakit akut yang tidak tertahankan. ( Anatomi dan Fisiologi untuk

paramedis, Eryl C. Pearce )

3. Glaukoma kronik adalah penyakit mata yang berkembangnya bertahun – tahun tanpa

disadari, sementara tekanan okuler yang khas perlahan – lahan bertambah. ( Anatomi

dan Fisiologi untuk paramedis, Eryl C. Pearce )

4. Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang

meningkat mendadak sangat tinggi. ( Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 )

5. Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata

sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. ( Kapita Selekta

Kedokteran Ed.3 )

6. Glaukoma merupakan suatu keadaan akibat dari jika aqueous humor tidak dikeluarkan

sama cepatnya dengan pembentukannya sehingga kelebihan cairan akan tertimbun di

rongga anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler ( FISIOLOGI

MANUSIA dari Sel ke Sistem, Lauralee Sherwood)

47

Page 48: BAB I

B. ETIOLOGI

Ada beberapa sebab dan faktor yang beresiko terhadap terjadinya glaukoma. Diantaranya

adalah:

1. Umur

Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari

populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan

bertambahnya usia.

2. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma

Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai

resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik

kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.

3. Tekanan bola mata

Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun

untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf

optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau

dokter spesialis mata. Obat-obatan

4. Pemakai steroid secara rutin

Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter,

obat inhaler untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang

memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-

obatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis

mata untuk pendeteksian glaukoma.

5. Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mata

6. Penyakit lain

Riwayat penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren.(Anonim,2010)

7. Jumlah produksi aquous humor

Aqueous diproduksi oleh epitel tidak berpigmen dari prosesus siliaris, yang

merupakan bagian anterior dari badan siliar. Aqueous humor kemudian mengalir melalui

pupil ke dalam kamera okuli anterior, memberikan nutrisi kepada lensa, iris dan kornea.

Drainase aqueous melalui sudut kamera anterior yang mengandung jaringan trabekular

dan kanal Schlemm dan menuju jaringan vena episklera. (Barbara, 1999). Perjalanan

aliran aqueous humor 80-90% melalui jaringan trabekular, namun terdapat 10% melalui

ciliary body face, yang disebut jalur uveoskleral. Berdasarkan fisiologi dari sekresi dan

48

Page 49: BAB I

ekskresi cairan aqueous, maka terdapat tiga faktor utama yang berperan dalam

meningkatnya tekanan intraokular, antara lain:

a. Kecepatan produksi aqueous humor oleh badan siliar

b. Resistensi aliran aqueous humor melalui jaringan trabekular dan kanal Schlemm

c. Tekanan vena episklera

C. MANIFESTASI KLINIS

Penyakit ini berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan bola mata seperti

normal dan sebagian besar tidak menampakan kelainan selama stadium dini. Pada stadium

lanjut keluhan klien yang mincul adalah sering menabrak akibat pandangan yang menjadi

jelek atau lebih kabur, lapangan pandang menjdi lebih sempit hingga kebutaan secara

permanen. Gejala yang lain adalah:

1. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran.

2. Kornea suram.

3. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.

4. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.

5. Nyeri di mata dan sekitarnya.

6. Udema kornea.

7. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang.

8. Lensa keruh.

9. Tekanan bola mata yang tidak normal

10. Rusaknya selaput jala

11. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat

12. Berakhir dengan kebutaan

D. KLASIFIKASI

Glaucoma diklasifikasikan dalam dua kelompok, sudut terbuka dan penutup sudut

( dahulu disebut sudut tertutup ). Pada glaucoma sudut terbuka, humor aqueus mempunyai

akses bebas ke jaringan – jaringan trabekula dan membatasi aliran humor aqueos ke luar

kamera anterior. Kategori ini dibagi lebih lanjut menjadi glaucoma primer ( penyebab tidak

diketahui, biasanya bilateral dan mungkin diturunkan ) dan glaucoma sekunder ( penyebabnya

diketahui ). Klasifikasi glaukoma meliputi yang berikut :

1. Glaukoma sudut – terbuka

a. Primer

49

Page 50: BAB I

b. Tegang – normal

c. Sekunder

2. Glaukoma penutupan sudut

a. Primer

1) Dengan sumbatan pupil

a) Akut

b) Subakut

c) Kronik

2) Tanpa sumbatan pupil

b. Sekunder

1) Dengan sumbatan pupil

2) Tanpa sumbatan pupil

c. Glaukoma dengan mekanisme kombinasi

d. Glaukoma pertumbuhan/congenital

a. Glaukoma Primer

Glaukoma sudut – terbuka primer ( dahulu disebut glaucoma simple atau sudut

luas ) ditandai dengan atrofi saraf optikus dan kavitasi mangkuk fisiologis dan defek

lapang normal ditandai dengan adanya perubahan meskipun TIO masih dalam batas

parameter normal.

Glaukoma penutupan–sudut primer adalah akibat defek anatomis yang

menyebabkan pendangkalan kamera anterior. Menyebabkan sudut pengaliran yang

sempit pada perifer iris dan trabekulum. Individu yang menderita glaukoma

penutupan–sudut primer sering tidak mengalami masalah sama sekali dan tekanan

intraokulernya normal kecuali terjadi penutupan sudut yang sangat akut ketika iris

berdilatasi, menggulung ke sudut dan menyumbat aliran keluar humor aqueous dari

trabekulum atau mereka mengalami episode yang dipresipitasi oleh dilatasi pupil

moderat atau miosis pupil yang jelas.

Kejadian tersebut dapat terjadi selama dilatasi pupil ketika berada diruangan gelap

atau obat yang menyebabkan dilatasi akut pupil. Dilatasi bisa pula terjadi akibat rasa

takut atau nyeri, pencahayaan yang kurang terang, atau berbagai obat topical atau

sistemik ( vasokonstriktor, bronkodilator, penenang dan anti – Parkinson )

Aktivitas, seperti membaca, yang memerlukan gerakan lensa ke depan dan terapi

miosis juga dapat merupakan faktor presipitasi. Episode glaukoma dapat terjadi pada

50

Page 51: BAB I

orang dengan predisposisi anatomis yang sebelumnya mempunyai hasil pemeriksaan

mata yang sama sekali normal atau yang sebelumnya tidak mengalami gejala sama

sekali. Individu dengan riwayat keluarga glaukoma jenis ini harus menjalani

pemeriksaan lampu slit dan gonioskopi untuk mengevaluasi sudut kamera anteriornya

Glaukoma penutupan – sudut akut merupakan kegawatan medis yang cukup

jarang yang dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan yang bermakna. Pasien

biasanya mengeluh nyeeri mata umum dan berat. Peningkatan tekanan mengganggu

fungsi fungsi dehidrasi permukaan endotel kornea, mengakibatkan edema kornea. Iris

sentral biasanya melekat diatas permukaan anterior lensa, yang dapat mengakibatkan

sedikit tahanan terhadap aliran humos aqueos dari kamera posterior melalui pupil ke

kamera anterior. Ketika aliran melalui pupil terhambat ( sumbatan pupiler ) oleh lensa,

peningkatan tekanan di kamera posterior yang diakibatkannya akan menggembungkan

iris perifer ke depan dan mengadakan kontrak dengan jarring – jarring trabekula.

Temuan ini dinamakan iris bombe. Keadaan ini akan mempersempit atau bahkan

menutup sama sekali sudut kamera anterior dan menyebabkan peningkatan TIO.

Cahaya yang dilihat dari sisi lateral mata dapat memperlihatkan kamera anterior

yang dangkal ( < 3 mm ) atau datar saat iris menggembung ke depan dan menyentuh

permukaan dalam ( endotel ) kornea. Sumbatan pupiler dapat juga diakibatkan oleh

sinekia posterior di mata iris melekat pada lensa, yang dapat diakibatkan oleh

pembedahan penguncian sclera atau akibat lensa yang bengkak, dislokasi atau

bentuknya normal. Iris dan lensa dapat saling melengket ( sinekia ), menghasilkan

pupil ireguler dengan reaktivitasnya terhadap cahaya menurun. Konjungtiva biasanya

merah menyala. Pasien menderita mual dan muntah.

b. Glaukoma Sekunder

Glaukoma dianggap sebagai sekunder bila penyebabnya jelas dan berhubungan

dengan kelainan yang bertanggung jawab pada peningkatan TIO. Secara khas

glaucoma jenis ini biasanya unilateral. Dapat terjadi dengan sudut terbuka atau

tertutup maupun kombinasi keduanya.

Pada glaukoma sudut terbuka sekunder, peningkatan TIO disebabkan oleh

peningkatan tahanan aliran keluar humor aqueos melalui jarring – jarring trabekuler,

kanalis Schlemm dan system vena episkleral. Pori – pori trabekula dapat tersumbat

oleh setiap jenis debris, darah, pus atau bahan lainnya. Peningkatan tahanan tersebut

dapat diakibatkan oleh penggunaan kortikosteroid jangka lama, tumor intraokuler,

uveitis akibat penyakit seperti herpes simpleks atau herpes zoster atau penyumbatan

51

Page 52: BAB I

jarring – jarring trabekula oleh material lensa, bahan viskoelastik ( digunakan pada

pembedahan katarak ), darah atau pigmen.

Pada glaucoma penutupan – sudut sekunder, peningkatan tahanan aliran humor

aqueus disebabkan oleh penyumbatan jaring – jaring trabekula oleh iris perifer.

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh perubahan aliran humor aqueos setelah

menderita penyakit atau pembedahan. Keterlibatan anterior terjadi setelah

terbentuknya membrane pada glaucoma neovaskuler, trauma, anirida dan penyakit

endotel. Penyebab posterior terjadi pada penyumbatan pupil akibat lensa atau IOL

menghambat aliran humor aqueus ke kamera anterior.

c. Glaukoma Tegangan - Normal dan Hipertensi Okeler

Derajat TIO normal ditentukan berdasarkan statistic populasi. Pada beberapa

orang, TIO dengan batas normal bisa saja terlalu tinggi untuk kesehatan saraf optikus

jangka lama. Pada batas skala sebaliknya terdapat berbagai contoh peninggian TIO

tanpa tanda kerusakan saraf, dimana kaput saraf optikus nampaknya tahan terhadap

tekanan yang lebih tinggi dari normal. Tentu saja kerusakan yang berhubungan dengan

glaukoma akhirnya terjadi juga pada beberapa dari mereka.

Glaukoma mekanisme – kombinasi adalah kombinasi dua atau lebih bentuk

kelompok ini. Glaukoma sudut terbuka yang mengalami komplikasi glaukoma

penutupan – sudut ( atau penyempitan sudut yang menghambat aliran humor aqueus )

adalah bentuk yang paling sering pada glaukoma mekanisme – kombinasi

E. PATOFISIOLOGI

Humor akuos di produksi oleh badan siliaris dan mengalir kedalam Camera Oculi Posterior

(COP), yang mengalir di antara permukaan iris posterior dan lensa, di sekitar tepi pupil, dan

selanjutnya masuk ke Camera Oculi Anterior (COA). Humor akuos keluar dari COA pada sudut

COA yang dibentuk oleh dasar iris dan kornea perifer, selanjutnya mengalir melalui trabekulum

dan masuk ke kanal Schlemm. Melalui collector channels, humor akuos masuk ke dalam vena

episklera dan bercampur dengan darah.

Tekanan intra okuler (TIO) merupakan keseimbangan antara kecepatan pembentukan humor

akuos dengan resistensi aliran kasus keluarnya dari COA. Pada sebagian besar kasus gloukoma,

lebih banyak disebabkan karena abnormalitas aliran keluar humor akuos dari COA dibandingkan

peningkatan produksi humor akuos. Patofisiologi dari glaukoma sudut tertutup dengan block pupil

meliputi faktor – faktor yaitu posisi lensa dan iris yang mengakibatkan pencembungan iris perifer

dan predisposisi anatomi mata yang menyebabkan bagian anterior iris perifer menyumbat

trabekulum. Patofisiologi glaukoma sudut tertutup tanpa block pupil terjadi melalui 2 mekanisme

52

Page 53: BAB I

yaitu mekanisme penarikan anterior dan posterior. Pada penarikan anterior, iris perifer ditarik

kearah depan menutup trabekulum karena kontraksi membrane eksudat inflamasi atau serat fibrin.

Pada mekanisme penarikan posterior iris perifer mencembung kearah depan karena lensa vitreus

atau badan siliaris.

F. PATOFLOW

53

Page 54: BAB I

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Penegakkan glaukoma meliputi pemeriksaan mata dengan oftalmoskop untuk mengkaji

kerusakan saraf optikus, tonometri untuk mengukur TIO, perimetri untuk mengukur luas

lapang pandang, dan riwayat okuler dan medis.

Glaukoma sudut – terbuka primer merupakan tipe glaukoma yang paling sering, namun

paling sulit diketahui lebih awal karena pasien tidak menunjukkan gejala sampai pada

perjalanan penyakit yang sudah lanjut. Awitannya insidious, progresif lambat, dan kehilangan

lapang pandang perifer kecil tidak dirasakan. Ketika kehilangan lapang pandang menjadi jelas

bagi pasien, kerusakan ireversibel, ekstensi saraf optikus biasanya sudah terjadi. Pemeriksaan

oftalmologis sangat diperlukan untuk mendiagnosis penyakit ini seawall mungkin agar dapat

diberikan terapi yang memadai untuk mencegah kehilangan penglihatan yang bermakna dan

kebutaan.

Glaukoma sudut – terbuka primer mempunyai prevalensi yang tinggi sehingga pengkajian

glaukoma harus dilakukan sebagai pemeriksaan penyaring pada usia baya dan sebagai bagian

pemeriksaan oftalmik umum. Glaukoma sudut – terbuka primer merupakan penyakit bilateral,

tetapi kerusakannya sering asimetris. Salah satu mata biasanya terpengaruh lebih awal dan

lebih berat dari lainnya.

Gejala glaukoma penutupan – sudut meliputi nyeri, pandangan halo ( melihat halo di

sekeliling benda ), pandangan kabur, mata merah, dan perubahan bentuk mata. Nyeri okuler

mungkin disebabkan oleh peningkatan TIO cepat, inflamasi, atau akibat efek samping yang

ditimbulkan oleh obat ( mis : spasme otot silier ). Nyeri okuler berat dapat disertai mual,

muntah, berkeringat, atau bradikardia. Mata merah mungkin berhubungan dengan iritis akut,

relaksasi obat, glaukoma neovaskuler, hipema, perdarahan subkonjungtiva atau tekanan vena

episkleral yang meningkat. Edema kornea, akibat peningkatan TIO cepat dan dekompensasi

epitel kornea, dapat mengakibatkan pandangan halo. Pandangan kabur episodic juga sering

dijumpai. Beberapa pasien merasa ada perubahan penampilan mata, termasuk kornea

memburam, pergeseran okuler, dan perubahan posisi, ukuran atau bentuk pupil.

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan glaukoma adalah menurunkan TIO ke tingkat konsisten dengan

mempertahankan penglihatan. Penatalaksanaan bisa berbeda bergantung pada klasifikasi

penyakit dan responsnya terhadap terapi. Terapi obat, pembedahan laser, pembedahan

kkonvensional dapat dipergunakan untuk mengontrol kerusakan progresif yang diakibatkan

oleh glaukoma

54

Page 55: BAB I

1. Farmakologi

Terapi obat merupakan penanganan awal dan utama untuk penanganan glaukoma

sudut – terbuka primer. Meskipun program ini dapat diganti, terapi diteruskan seumur

hidup. Bila terapi ini gagal menurunkan TIO dengan adekuat, pilihan berikutnya pada

kebnyakan pasien adalah trabekuloplasti laser dengan pemberian oabt tetap dilanjutkan.

Beberapa pasien memerlukan trebekulotomi. Namun pembedahan laser atau insisional

biasanya merupakan ajuvan bagi terapi obat dan bukannya menggantikannya.

Glaukoma penutupan – sudut akut dengan sumbatan pupil biasanya jarang

merupakan kegawatan bedah. Obat digunakan untuk mengurangi TIO sebanyak mungkin

sebelum iridektomi laser atau insisional. Pada beberapa kasus, hanya obat saja dapat

menghentikan serangan, namun terdapat insidensi kekambuhan yang tingi

Penanganan glaukoma sekunder ditunjukkan untuk kondisi tingginya TIO. Misalnya,

glaukoma yang disebabkan oleh terapi kortikosteroid dengan menghentikan pengobatan

kotikosteroid. Uveitis dengan glaukoma diterapi dengan bahan antiinflamasi. Bahan

antivirus, sikloplegik dan kortikosteroid topikal diresepkan bagi passion glaukoma yang

berhubungan dengan herpes simpleks dan herpes zoster.

Kebanyakan obat mempunyai efek samping yang biasanya menghilang setelah 1 ata 2

minggu. Namun pada beberapa kasus, oabt perlu dihentikan karena pasien tidak

mentoleasinya. Efek samping yang biasa terdapat pada pemakaian obat topical adalah

pandangan kabur, pandangan meremang, khususnya menjelang malam dan kesulitan

memfokuskan pandangan. Kadang – kadang frekuensi denyut jantung dan respirasi juga

terpengaruh.

Obat sistemik dapat menyebabkan rasa kesemutan pada jari – jari kaki, pusing,

kehilangan napsu makan, defekasi tidak teratur, dan kadang batu ginjal. Antagonis Beta –

adrenergic merupakan bahan hipotensif yang paling banyak digunakan karena

efektivitasnya pada berbagai macam glaukoma dan tidak menyebabkan efek samping

yang biasa disebabkan oleh obat lain. Bahan Kolinergik. Obat kolinergik topical ( mis :

pilokarpin hidroklirida, 1 – 4%, asetikolin klorida, karbakol ) digunakan dalam

penanganan glaucoma jangka pendek. Agonis Adrenergik. Mekanisme aksi senyawa

adrenargik pada glaukoma belum dipahami benar.digunakan bersama dengan bahan

penghambat beta – adrenergic, berfungsi saling sinergi dan bukan berlawanan. Inhibitor

Anhidrase Karbonat. Inhibitor anhidrase bikarbonat, mis : asetazolamid ( Diamox ),

diberikan secara sistemik untuk menurunkan IOP dengan menurunkan pembuatan humor

aqueus. Diuretika Osmotik. Bahan hiperosmotik oral gliserol atau intravena ( mis :

55

Page 56: BAB I

manitol ) dapat menurunkan TIO dengan meningkatkan osmolalitas plasma dan menarik

air dari mata ke dalam peredaran darah.

2. Bedah Leser Glaukoma

Bedah laser untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan menurunkan TIO dapat

diindikasikan sebagai penanganan primer untuk glaucoma atau bisa juga dipergunakan

bila terapi obat tidak bisa ditoleransi atau tidak dapat menurunkan TIO dengan adekuat.

3. Bedah Konvensional

Prosedur bedah konvensional dilakukan bila teknik laser tidak berhasil, atau peralatan

laser tidak tersedia, atau bila pasien tidak cocok untuk dilakukan bedah laser ( mis : pasien

tidak bisa duduk diam mengikuti perintah ). Prosedur filtrasi rutin berhubungan dengan

keberhasilan penrunan TIO pada 80 – 90% pasien.

4. Indikator perifer atau sektoral dilakukan untuk mengangkat sebagian iris untuk

memungkinkan aliran humor aqueus dari kamera posterior ke kamera anterior.

5. Trabekulektomi ( prosedur filtrasi ) dilakukan untuk menciptakan saluran pengaliran

baru melalui sclera. Dilakukan dengan melakukan diseksi flap ketebalan setengah

( half – thickness ) sclera dengan engsel di limbus.

6. Prosedur seton meliputi penggunaan berbagai pintasan aqueus sintesis untuk

menjaga kepatenan fistula pengaliran. Tabung terbuka diimplantasi ke kamera anterior

dan menghubungkan dengan medan pengaliran episklera.

I. KOMPLIKASI

1. Sinekia Anterior Perifer ysitu iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan

menghambat aliran humour akueus

2. Katarak dimana lensa kadang-kadang membengkak, dan bisa terjadi katarak. Lensa

yang membengkak mendorong iris lebih jauh ke depan yang akan menambah

hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut.

3. Atrofi Retina dan Saraf Optik dimana daya tahan unsur-unsur saraf mata terhadap

tekanan intraokular yang tinggi adalahburuk.

4. Kebutaan.

56

Page 57: BAB I

BAB V

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GLAUKOMA

A. Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat

Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan

2. Neurosensori

Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan

kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan

dekat/merasa di ruang gelap (katarak).

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,

kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan

kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan

air mata.

3. Nyeri / Kenyamanan

Nyeri disekitar mata, ekspresi wajah meringis

4. Integritas ego

Cemas akan keadaan penyakitnya, gelisah

5. Penyuluhan / Pembelajaran

Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita, bingung

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan 1

Gangguan sensori-perseptual: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan

sensori: gangguan status organ indra

Kriteia Hasil :

1. Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.

2. Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih

lanjut.

Intervensi dan rasional :

Mandiri

1. Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan

Rasional : mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi

57

Page 58: BAB I

2. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan

penglihatan.

Rasional : sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi

kemungkinan atau mengalami pengalaman kehiangan penglihatan sebagian atau total.

Maeskipun kehilangan penglihatan telah terjadi tak dapat diperbaiki (meskipun dengan

pengobatan), kehilangan lanjut dapat dicegah.

3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitng tetesan, mengikuti jadwal, tidak

salah dosis

Rasional : mengontrol TIO, mencegah kehilangan englihatan lanjut

4. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan,

contoh kurangi kekacauan, ingatkaan memutar kepala ke subjek yang terlihat :

perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.

Rasional : menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapangan

pandang/kehilangan penglihatan dan okomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.

Kolaborasi

1. Berikan obat sesuai indikasi :

Kronis, sederhana, tipe sudut terbuka :

Pilokarpin hidroklorida (IsoptoCarpine, OcusertPilo, Pilopine HS Ge);

Rasional : obat miotik topikal ini menyebabkan kontriksi pupil, memudahkan

keluarnya akueus humor.

Timolol maleat (timoptic) ; betaksalol (betopic)

Rasional : menurunkan pembentukan akeues humor tanpa mengubah ukuran pupil,

penglihatan, atau akomodasi. Catatan : Timoptic kontraindikasi pada adanya

bradikardi atau asma

Asetazolamid (Diamox)

Rasional : menurunkan laju produksi akueus humor

Tipe sudut sempit (sudut tutup) :

Miotik (sampai pupil dikontriksikan)

Rasional : membuat kontraksi otot sfingter iris, mendalamkan bilik anterior, dan

mendilatasi pembuluh keluar traktus selama serangan akut/sebelum pembedahan.

Inhibitor karbonik anhidrase, contoh asetazolamid ( Diamox )

Rasional : menurunkan sekresi akueus humor dan menurunkan TIO.

Dipivefrin hidroklorida (propine)

58

Page 59: BAB I

Rasional : mungkin menguntungkan bila pasien tidak berespon terhadap obat lain.

Bebas efek samping seperti miosis, penglihatan kabur, dan kebutaan malam.

Agen hiperosmotik contih manitol (Osmitrol) ; gliserin

Rasional : digunakan untuk menurunkan sirkulasi volume cairan, dimana akan

menurunkan produksi akueus humor bila pengobatan lain belum berhasil.

2. Berikan sedasi, analgesik sesuai kebutuhan

Rasional : serangan akut glaukoma berhubungan dengan nyeri tiba-tiba, yang dapat

mencetuskan ansietas/agitasi, selanjutnya meningkatkan TIO. Catatan : menejemen

medik memerlukan 4-6 jam sebelum TIO menurunkan dan nyeri berkurang.

3. Siapkan intervensi bedah sesuai indikasi :

Angon laser trabekuloplasti (ALT) atau trabekulektomi ; trabekulektomi/trefinasi.

Rasional : operasi penyaringan yang dibuat lubang anatara bilik anterior dan area

subkonjungtiva sehingga akueusdapat mengalir ke lubang trabekaler tertutup.

Catatan : aprasklonidin (Iopidine) tetes mata dapat digunakan pada gabungan terapi

laser untuk menurunkan/mencegah peninggian TIO pascaprosedur.

Iridektomi

Rasional : bedah pengangkatan bagian iris untuk memudahkan drainase akueus

humor. Iris atas biasanya tertutup dengan kelopak mata atas, dan aliran air mata

mencuci bakteri ke bawah.

Penanaman katup Malteno

Rasional : alat percobaan dgunakn untuk memperbaiki atau mencegah jaringan

parut/penutupan kantung drainaseyang dibuat dengan trabekulektomi.

Siklodialisis

Rasional : memisahkan badan siliar dari sklera ntuk memudahkan aliran keluar

akueus humor.

Penghubungan akueus-vena

Rasional : digunakan pada glaukoma keras

Diatermi/bedah beku

Rasional : bila penggobatan lain gagal, kerusakan badan siliar akan menurunkan

pembentukan akueus humor.

Diagnosa keperawatan 2

Ansitas berhubungan dengan faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,

kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan.

Kriteria Hasil :

59

Page 60: BAB I

1. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun   sampai tingkat  dapat diatasi.

2. Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.

3. Pasien menggunakan sumber secara efektif.

Intervensi dan rasional :

Mandiri

1. Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba-tiba dan

pengetahuan kondisi saat ini.

Rasional : Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial

siklus insietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO.

2. Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan

dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan.

Rasional: Menurunkan ansiets sehubungan dengan ketidaktahuan / harapan yang akan

datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang

pengobatan.

3. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.

Rasional: Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah

konsepsi dan pemecahan masalah.

4. Identifikasi sumber/orang yang menolong.

Rasional: Memberikan keyakinan bahwa pasien tdk sendiri dlm menghadapi masalah.

Diagnosa keperawatan 3

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan

berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah

interpretasi.

Kriteria Hasil :

1. Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.

2. Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit.

3. Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi dan rasional :

Mandiri

1. Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi, contoh gelang Waspada-Medik

Rasional : vital untuk memberikan informasi pada perawat pada kasus darurat untuk

menurunkan resiko menerima obat yang dikontraindiksikan (contoh atropin)

2. Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata. Izinkan pasien menngulanng

tindakan.

60

Page 61: BAB I

Rasional: Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan kesempatan pasien

menunjukan kompetensi dan menanyakan pertanyaan.

3. Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat

yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.

Rasional : Penyakit ini dapat di kontrol dan mempertahankan konsistensi program

obat adalah kontrol vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO

dan potensial kehilangan penglihatan tambahan

4. Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan  (penurunan nafsu makan,

mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur, dll).

Rasional: efek samping obat/merugikan rentang dari ketidaknyamanan sampai

ancaman kesehatan berat. Kurang lebih 50% pasien akan mengalami sensitifitas/alergi

terhadap obat parasimpatis (contoh pilokarpin) atau obat antikolinesterase. Masalah ini

memerlukan evaluasi medik dan kemungkinan perubahan program terapi.

5. Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.

Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi terhadap stres, mencegah

perubahan okuler yang mendorong iris kedepan, yang dapat mencetuskan serangan

akut.

6. Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong, menggunakan

baju ketat dan sempit.

Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan serangan akut. Catatan : bila

pasien tidak mengalami nyeri, kerja sama dengan program pengobatan dan

penerimaan perubahan pola hidup sulit dilanjutkan.

7. Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan   berserat.

Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari konstipasi/mengejan

selama defekasi.

8. Tekankan pemeriksaan rutin.

Rasional: Untuk mengawasi kemajuan/pemeliharaan penyakit dan memungkinkan

intervensi dini dan mencegah kehilangan penglihatan lanjut.

9. Nasehatkan pasien untuk melaporkan dengan cepat nyeri mata hebat, inflamasi,

peningkatan fotofobia,peningkatan lakriminasi, perubahan lapang pandang,

penglihatan kabur, kilatan sinar/partikel ditengah lapang pandang.

Rasional : upaya tindakan perlu untuk mencegah kehilangan penglihatan

lanjut/komplikasi lain, contoh robek retina.

10. Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma

61

Page 62: BAB I

Rasional : kecendrungan heriditer dangkalnya bilik anterior, menempatkan anggota

keluarga berisiko pada kondisi ini.

62

Page 63: BAB I

BAB VI

KONSEP DASAR OTITIS MEDIA AKUT

OTETIS MEDIA

Radang telinga tengah (otitis media) adalah yang paling lazim pada masa anak

sesudah infeksi saluran pernafasan. Radang ini didiagnosis paling banyak di Amerika Serikat

dan kedua paling seri pada kedokteran menyeluruh.

Diagnosis yang benar dan pengibatan otitis media adalah penting tidak hanya karena

otitis merupakan penyakit yang demikian lazim tetapi juga karena otitis kadang – kadang

disertai oleh komplikasi yang berarti seperti penyebaran infeksi intracranial dengan

meningitis atau abses otak dan radang akut telinga tengah yang disertai dengan efusi telinga

menetap selama waktu yang berbeda-beda. Yang terkhir dapat mengakibatkan kehilangan

pendengaran konduktif yang bermakna, yang dapat berpengaruh merugikan pada

perkembangan berbicara dan kemampuan berbicara. Otitis media akut biasanya supuratif atau

purulent, tetapi efusi serosa dapat juga mempunyai permulaan akut.

Epidemiologi. Hampir 85% anak mempunyai paling sedikit satu episode otitis media

akut pada umur 3 tahun, dean 50% anak akan mempunyai dua episode atau labih. Bayi dan

anak kecil berisiko paling tinggi untuk otitis media, frekuensi insiden adalah 15 – 20%

dengan puncak terjadi pada umur 6 – 36 bulan dan 4 – 6 tahun. Anak yang menderita otitis

media pada umur tahun pertama mempunyai kenaikan risiko penyakit akut kumat atau kronis.

Sesudah episode pertama, sekitar 40$ anak menderita efusi telinga tengah yang menetap

selama 4 minggu dan 10% menderita efusi yang masih ada pada 3 bulan. Insiden penyakit

cenderung menurun sebagai fungsi dari umur sesudah umur 6 tahun. Insiden tinggi pada laki-

laki, kelompok social ekonomi yang lebih rendah, suku asli Alaska, suku asli Amerika, dan

lebih tinggi pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam. Insiden juga bertambah pada

musim dingin dan awal musim semi.

Patogenesis. Insiden otoitis media akut dan berulang yang tinggi pada anak mungkin

merupakan kombinasi beberapa faktor, dengan disfungsi tuba eustakhii dan kerentanan anak

terhadap infeksi saluran pernapasan atas berulang adalah paling penting. Tuba eustakhii

membuka ke dalam ruang telinga tengah anterior dan menghubungkan struktur tersebut

dengan nasofaring. Dia dilapisi oleh epitel saluran pernapasan dan dikelilingi pada jarak

pendek dekat telinga tengah oleh tulang, tetapi untuk sebagian besar panjangnya ia dikelilingi

63

Page 64: BAB I

oleh kartilago. Tuba eustakhii anak berbeda dengan tuba orang dewasa dalam hal tuba

eustakhii anak lebih horizontal dan lubang pembukaanya, tonus tubarius, agaknya mempunyai

banyak folikel limfoit yang mengelilingnya. Juga pada anak, adenoid dapat mengisi

nasofaring, secara mekanik menyekat lubang hidung dan tuba eustakhii atau berperan sebagai

focus infeksi yang dapat turut menyebabkan edema dan disfungsi tuba eustakhii. Tuba

eustakhii secara normal tertutup pada saat istirahat dan terbuka pada saat menelan karena

kerja otot tensor veli palatine, yang berasal dari dasar tengkorak dan berinsersi di sebelah

lateral ke dalam palatum lunak. Tuba eustakhii melindungi telinga tengah dari sekresi

nasofaring, yang memberikan drainase ke dalam nasofaring sekresi yang dihasilkan dalam

telinga tengah, dan memungkinkan keseimbangan tekanan udara dengan tekanan atmosfir

dalam telinga tengah. Obstruksi mekanik atau fungsional tuba eustakhi dapat mengakibatkan

efusi telinga tengah. Obstruksi mekanik intinsik dapat akibat dari infeksi atau alergi dan

obstruksi ekstrinsik dari adenoid obstruksi atau tumor nasofaring. Kolaps menetap tuba

eustakhii selama menetap dapat mengakibatkan obstruksi fungsional akibat pengurangan

kekakuan tuba, dan mekanisme pembukaan aktif yang tidak efisien, atau keduanya. Obstruksi

fungsional adalah lazim pada bayi dan anak kecil karena jumlah dan kekakuan pada anak

yang lebih tua dan orang dewasa. Karena tuba eustakhii dengan baik sekali terlibhat dengan

otot-otot yang melekat pada palatum lunak dan karena ia merupakan bagian dari dasar

tengkorak, penderita dengan anomali pada daerah ini, seperti palatum lunak penderita dan

anak dengan seindrom down, mempunyai insiden yang jauh lebih tinggi disfungsi tuba

eustakhii dan otitis media kronis dengan efusi.

Obstruksi tuba eustakhii mengakibatkan tekanan telinga tengah negative dan, jika

menetap, mengakibatkan efusi telinga tengah transudatif. Drainase efusi dihambat oleh

pengangkutan mukosiliare yang terganggu dan oleh tekanan negative terus menerus. Bila tuba

eustakhii tidak secara total terobstruksi secara mekanik kontaminasi ruang telinga tengah dari

sekresi nasofaring dapat terjadi karena refluks (terutama bila membrane timpani mengalami

perforasi atau bila ada timpanoplasti tuba), karena aspirasi (dari tekanan telinga tengah yang

sangat negative), atau karena peniupan (insuflasi) selama menangis, peniupan hidung, bersin ,

dan penelanan bila hidung terobstruksi. Perubahan cepat tekanan sekelilingnya atau

barotrauma selama menyelam dalam air atau terbang dapat juga mengakibatkan efusi telinga

tengah akut yang dapat hemoragik. Bayi dan anak kecil mempunyai tuba eustakhii yang lebih

pendek daripada anak yang lebih tua dan orang dewasa, yang membuatnya lebih rentan

terhadap refluks sekresi nasofaring terhadap ruang telinga tengah dan terhadap perkembangan

otitis media akut.

64

Page 65: BAB I

Anak kecil menderita kenaikan frekuensi infeksi virus saluran pernapasan atas. Infeksi

ini mungkin menyebabkan edema mukosa tuba eustakhii sehingga menyebabkan penambahan

disfungsi tuba eustakhii. Pembesaran reaktif jaringan limfoid, seperti adenoid atau jaringan

pada orifisium tuba eustakhii, dapat juga secara mekanik menyekap fungsi tuba dan

memberikan tempat radang. Adanya infeksi virus terbukti menambah adesi bakteri pada

jaringan nasofaring. Ada kenaikan bermakna pada jumlah anak di pusat perawat anak di

amerika serikat pada dua decade terakhir, dan anak pada pusat ini cenderung untuk bertambah

infeksi saluran pernapasan atas. Ini dapat merupakan bagian pada penambahan yang parallel

pada masalah telinga tengah yang ditemukan selama waktu ini. Kenaikan kadar kotinin,

metabolic nikotin, juga telah dikorelasikan dengan kenaikan insiden otitis media dengan efusi

dan otitis media akut pada anak, menunjukkan bahwa pemajanan pasif terhadap asap sigaret

menaikkan masalah telinga, mungkin karena berperan sebagai iritan terhadap epitel saluran

pernapasan dan mempunyai pengaruh yang merugikan dengan gerakan silia dan pembersihan

mukosiliare. Anak dengan alergi yang terdokumentasi dengan baik tampak mempunyai

insiden masalah telinga berulang yang kira-kira sama, faktor alergi mungkin memainkan

sebagian peran pada sekurang-kurangnya beberapa anak dengan infeksi telinga berulang.

Anak kecil mempunyai perkembangan system imatur berkembang yang mungkin

merupakan faktor lain yang menyebabkan insiden tinggi otitis pada kelompok umur ini ;

namun, penelitian pemeriksaan kadar immunoglobulin kuantitatif dan kadar sub kelas IgG

telah menunjukkan tidak ada perbedaan antara anak dengan dan tanpa infeksi telinga

berulang. Trial immunoglobulin intravena profilaksis pada anak dengan otitis media berulang

telah mennjukkan hasil yang bertentangan. Tampak ada kenaikan inseiden masalah imun

humoral yang mempengaruhi epitel pernapasan pada anak yang telah gagal dengan profilaksis

antibiotic atau penempatan tuba ventilasi dan yang telah menderita infeksi berulang yang

melibatkan saluran sinonasal atau saluran pernapasan bawah.

1. Otitis Media Akut

Manifestasi Klinis

Pada perjalanan yang iasa, anak yang menderita infeksi saluran pernapasan atas

selama beberapa hari seara mendadak mengalami otalgia, demam, tidak enak menyeluruh,

dan kehilangan pendengaran. Demam terjadi pada sepertiga sampai setengah penderita ini.

Pada bayi, gejala dapat kurang berlokalisasi dan meliputi iritablitas, diare, muntah, dan

malaise. Pemeriksaan dengan ootoskop pneumatic menunjukan membrane timpani

65

Page 66: BAB I

gerakannya jelek mencembung, hiperemi, keruh; dapat ada otorrea purulent, tetapi nyeri

telinga dan demam tidak selaalu ada. Anak dengan mobilitas berkurang atau tidak ada dan

kekeruhan membrane timpani harus dicurigai menderita titis media bakteria dengan efusi.

Setiap anak dengan demam tanpa focus harus juga dievaluasi untuk inffeksi telinga tengah.

Etiologi

Selain selesma, otitis media supuratif akut adalah keadaan infeksi akut yang paling

sering dijumpai. Keadaan ini disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri pada telinga tengah.

Otitis media akut dapat terjadi mendadak pada anak sehat tetapi paling sering menyertai ISPA

avirus atau bakteri difus. Pasien yang menderita OME kronis dan defisiensi imun adalah

sasaran penyakit otitis media akut berulang

Organisme yang paling sering menyebabkan otitis media akut pada seluruh kelompok

umur adalah Streptococcus pneumonia. Pada anak dibawah umur 5 tahun, Haemophilus

influenzae juga juga sering dijumpai. Yang lebih jarang, agen penyebabnya adalah

Streptokokus β – hemolitikus grup A, Staphylococcus aureus, Moraxella (Branhamella)

catarhallis, dan organisme enteric gram – negative. Organisme enteric lebih sering terdapat

pada pasien dengan tanggap imun yang berubah seperti pada neonatus, pasien anemia

aplastic, atau pasien yang sedang mengalami kemoterapi. Tuberculosis atau jamur jarang

menginfeksi telinga tengah.

Diagnosis

Diagnosis otitis didasarkan pada visualisasi membrane timpani. Pada beberapa anak

yang mempunyai saluran telinga tengah kecil atau sejumlah besar serumen atau yang amat

tidak kooperatif, pemeriksaan ini mungkin sukar dilakukan. Bagian luar saluran telinga

mempunyai bantalan jaringan lunak, kartilago, dan struktur adneska kulit meliputi kelenjar

keringat yang dimodifikasi yang menghasilkan serumen. Kulit setengah bagian dalam saluran

telinga adalah epitel skuamosa yang sangat tipis yang menutupi periosteum dan tulang sangat

peka terhadap sentuhan. Epitel saluran telinga mempunyai fungsi migrasiyang unik, tumbuh

dari membrane timpani dan saluran telinga eksterna ke lateral sehingga ada fungsi

pembersihan alamiah, yang terpasang tetap. Walaupun penting untuk mendapat pandangan

membrana timpani yang tidak terhalang, penggunaan usapan kapas rumahan atau instrument

seperti peniti akan sering mendorong serumen lebih jauh kedalam saluran telinga, dengan

berpotensi mencederai saluran atau kendangan itu sendiri. Dokter yang memeriksa telinga

harus mencoba memanipulasi hanya bagian luar saluran telinga yang kurang sensitive, jika

66

Page 67: BAB I

mungkin. Serumen harus dengan lembut dibersihkan dengan menggunakan lengkungan kawat

halus melalui lubang atau kepala stetoskop yang dipasang. Irigasi lembut dengan semprit

saluran telinga dan penggunaan produk – produk pelunak serumen komersial dapat

membantu. Produk – produk komersial untuk emngambil serume tidak boleh digunakan jika

ada masalah perforasi membrana timpani dan tidak boleh ditinggalkan dalam telinga anak

kecil lebih lama dari pada beberapa menit sebelum telinga diirigasi. Bila diagnosis otitis

media akut diragukan atau identifikasi agen penyebab diinginkan, harus dilakukan aspirasi

telinga tengah. Timpanosentesis harus juga dipertimbangkan pada keadaan seperti berikut :

Untuk anak yang sakit berat atau mereka yang tampak toksik

Untuk anak yang berespon secara tidak memuaskan pada terapi antibiotic

Pada mulainya otitis media pada penderita yang mendapat agen antibiotic

Pada penderita yang mengalami komplikasi intratemporal atau intracranial

supuratif

Untuk otitis pada bayi baru lahir, bayi yang amat muda atau penderita yang

defisien secara imunologis, yang masing – masing dari mereka organisme yang

tidak biasa yang tidak biasa dapat menyebabkan infeksi.

Diagnose banding

Membraana timpani yang merah dihubungkan dengan proses infeksi; namun,

kendangan normal dapat berubah mnejadi merah pada anak yang menangis, sebagaimana

pipinys berubah menjadi merah. Kendangan yang tidak bergerak pada otoskopii pneumatic

menunjukkan adanya tekanan negative atau cairan bermakna. Membrana timpani yang

retraksi dapat bergerak lebih baik pada tekanan negative. Kemungkinan cedera structural pada

kendangan juga harus dikenali. Penebalan setempat kendangan akibat infeksi kronis dan

penempatan pipa ventilasi sebelumnya disebut timpanosklerosis. Ini merupakan degenerasi

hialin lapisan fibrosa tengah membrane timpani yang dapat terkalsifikasi jika telah ada

pefrorasi atau penempatan pipa ventilasi sebelumnya, membrane timpani dapat menyembuh

tanpa lapisan fibrosa tengah normal ini. Akhirnya bagian tipis kendangan cenderung untuk

retraksi bila ada tekanan negative telinga tengah. Bagian membrane timpani yang paling

superior disebut pars faksida. Pada lokasi ini, berkas kolagen kurang terorganisasi dengan

baik, dan kendangan lebih cenderung untuk retraksi. Kantung retraksi dalam dapat mengarah

pada epitel skuomosa dalam telinga tengah dan rongga mastoid, menimbulkan kholesteatoma

67

Page 68: BAB I

yang dapat bertambah besar karena aktifitas enzim jaringan kulit dank arena akumulasi puing-

puing skuamosa dalam kholesteatoma

Komplikasi

Selama fase otitis media akut bila ada efusi, terdapat kehilangan pendengaran

konduktif yang biasanya sembuh sempurna pada penderita yang diobati dengan memadai.

Namun, proses radang dapat merangsang fibrosis, hialinisasi, dan endapan kalsium MT dan

pada struktur telinga tengah. Plak timpanosklerotik ini tampak sebagai bercak bahan putik

irregular. Timpanosklerosis menghalangi mobilitas MT dan kadang-kadang dapat memfiksasi

rantai osikula.

MT dapat mengalami perforasi akibat nekrosis jaringan selama infeksi. Perforasi

inibiasanya kecil, terjadi pada bagian sentral pars tensa, dan menyembuh secara spontan bila

infeksi sembuh. Perforasi yang lebih besar mungki tidak dapat menutup. Otitis media

tuberculosis biasnya menyebabkan banyka perforasi kecil. Rantai osikula juga dapat tetrkena

oleh nekrosis. Piling lazim prosesus longus inkus nekrosis, mengakibatkan osikula tidakk

konsisten. Perforasi MT menetap dan nekrosis osikula, keduanya menyebabkan kehilangan

pendengaran konduktif yang memerlukan koreksi bedah dengan timpanoplasti.

Pada proses penyembuhan perforasi, epitel skuamosa dapat tumbh ke dalam telinga

tengah, membentuk struktur seperti kantong yang mengumpulkan debris epitel yang lepas.

Kista ini disebut “ kolesteatoma”.

Paralisis n. fasialis dapat terjadi pada otitis media supuratif akut. Sekitar sepertiga

penderita mempuyai tulang yang tidak sempurna yang menutupi n. fasialis dalam telinga

tengah. Paralisis dapat persial atau total. Penyembuhan biasanya sempurna jika digunakan

terapi antibiotic dan dilakukan miringotomi. Pemasangan PET memberikkan jalan secara

langsung langsung bagi antibiotic untuk diteteskan pada daerah yang meradang.

Selama otitis media akut, respons radang yang disebut “labirintitis serosa” dapat

terjadi. Biasanya ada vertigo ringan tetapi bukan kehilangan pendengaran. Namun, jika

bakteri menginvansi labirin melalui fenestra ovalis atau rotundum, terjadi labirintis supuratif

akut yang menyebabkan vertigo berat, nistagmus dan kehilangan pendengaran sensorineural

berat. Mungkin perlu dilakukan dreinase bedah terhadap labirin untuk menghindari

penyebaran infeksi.

68

Page 69: BAB I

Keterlibatan mastoid dengan radang dan eksudat purulent selalu ada selama otitis

media akut, seperti ditunjukkan oleh keopakkan system sel udara (mastoiditis) pada

rongenografi. Istilah mastoiditis supuratif akut menggambarkan osteomyelitis mastoid

koalesen akut; sekat-sekat sel udara menjadi konfluen. Hal ini disertai dengan nyeri berat

dibelakang telinga, pembengkakan radang pada mastoid, dan perpindahan aurikula ke depan

dan lateral kepala. Pada pemeriksaan otoskop, dinding postero-superior saluran telinga

tampak melengkung. Kadang- kadang ujung mastoid pecah karena infeksi dan nanah meluap

ked lam bidang leher yang terletak disebelah anterior muskulus sternokleido mastoideus

(absesDezold).

Infeksi ini dapat mencapai sel udara bagian medial os temporale melalui sel

perilabirintin, menyebabkan asteomielitis apeks petrosa. Bila ini terjadi dapat mengakibatkan

paralisis nervus kranialis VI, nyeri retro-orbital dalam akibat terlibatnnya nervus trigemins,

dan otitis media pada sisi yang sama (sindrom Gradenigo). Masteoditis dan petrositis akut

memerlukan dreinase bedah pada daerah yang terkena. Komplikasi intrakanium otitis media

akut yang paling lazim adalah meningitis. Komplikasi ini paling mungkin terjadi bila

diagnosis dan terapi terlambat. Meningitis otitis disertai dengan semua komplikasi neurologis

meningitis yang biasa dan dapat juga disertai dengan tuli sensorineural berat serta disfungsi

labirin. Organisme yang palinglazim menyebabkan meningitis yang menyebabkan ketulian

adalah H.influenzae. sekitar 7 penderita dengan meningitis ini mengalami tuli sensorineral.

Komplikasi intrakranium lain adalah:

Serebritis

Abses epidural

Abses otak

Trobosis sinus lateralis.

Hidrosefalus otitis terjadi bila ada thrombosis sinus petrosus. Pemindaian CT cranium

amat membantu dalam mendeteksi komplikasi intrakranium awal.

Pengobatan

Terapi tergantung pada penyebab bakteria penyakit dan pada hasil uji kerentanan

antibakteria. Organisme penginfeksi yang paling lazim pada otitis media akut adalah

Streptococcus pneumonia. Dua pathogen utama beikutnya adalah Haemophilus influenza

69

Page 70: BAB I

tetapi yang tidak dapat ditipe dan Moraxella catarrhalis. Berbagai bakteria lain menyebabkan

sebagian kecil sisa infeksi. Ini dapat meliputi bakteria gram-positif maupun gram-negatif.

Pada neonatus umur diatas 2 minggu, s. pneumonia dan H. influenza terus merupakan

organisme penginfeksi yang paling lazim. Namun, pada bayi umur kurang dari 2 minggu atau

mereka yang masih dirawat inap, bakteri gram-negatif, Staphylococcus aureus,dan

Strepcoccus grup B menjadi lebih lazim.

Amoksisilin oral adalah antibiotic pilihan awal bila organisme penyebab awal belum

diketahui karen biasanya efektif terhadap bakteri yang paling lazim ditemukan. Obat ini

diberikan 40mg/kg/24 jam tiga kali sehari selama 10 hari. Namun, hampir semua M.

catarhallis dan 25% H. influenza resisten terhadap amoksilin. Lagi pula, makin bertambahnya

insiden resisten penisilin telah ditemukan pada S. pneumonia, dan S. pneumonia resisten yang

bermultiplikasi telah diidentifikasi diseluruh dunia. Ada juga kekhawatiran karena semakin

bertambahnya insiden S. pneumonia resisten yang bermultiplikasi akibat sering menggunakan

antibiotic pada anak berkontak fisik dekat, seperti pada pusat perawatan anak. Karenanya,

pada penderita yang baru minum amoksilin atau yang hidupdidaerah yang insiden resisten

yang ditengahi β-laktramase yang tinggi, ada berbagai antibiotic lain yang ersedia untuk

mengobati otitis media akut pada anak.

Bila organisme yang resisten yang dibiakan dari aspirat telinga tengah atau dari

otorrea, atau bila penderita gagal membaik secara klinis sesudah pengobatan amoksilin awal

dan jika timpanosentesis atau miningotomi tidak dilakukan, agen antibiotic awal harus

diganti. Pilihan yang tepat dapat berupa:

Eritromisin (100mg/kg/24 jam trisulfa atau 150 mg/kg/24 jam sulfisoksazol) 4x sehari.

Trimetropim – sulfametoksasol (8 dan 40 mg/kg/24 jam) 2x sehari

Sefaklor (40 mg/kg/24 jam)3x sehari

Amoksilin – klavulanat (40 mg/kg/24 jam)3x sehari

Sefuroksim aksetil (125 – 250 mg/kg/24 jam) 2x sehari

Sefiksim (8 mg/kg/24 jam) 1x sehari atau 2x sehari

Jika penderita alergi terhadap penisilin, kombinasi eritromisin oral dan tripel

sulfonamide atau sulfisoksazol merupakan alternative. Gabungan Trimetropim –

sulfametoksasol dapat juga diberikan pada mulanya pada individu sensitive-penisilin, tetapi

70

Page 71: BAB I

keefektifannya dalam mengobati otitis media akut yang disebabkan oleh Staphylococcus atau

strain resisten S. pneumonia adalah belum pasti. Kombinasi sulfonamide mempunyai angka

efek samping yang amat merugikan, yang pada kesempatan yang jarang adalah serius dan

bahkan mematikan.

Terapi suportif tambahan, termasuk analgesic, antipireutik, dan panas local, biasanya

membantu. Meperidin hidrokloridadapat juga dipertlukan untuk sedasi. Dekongestan oral

(missal, pseudo – efedrin hidroklorida) dapat melegakan kongesti hidung dan antihistamin

dapat membantu penderita dengan alergi hidung yang diketahui atau yang dicurigai. Namun

kemanjuran antihistamin dan dekongestan pada pengobatan otitis media akut belum

ditegakkan.

Pada penderita dengan nyeri telinga berat yang luar biasa miringotomi dapat pada

mulanya dilakukkan untuk memberikan kesegaran segera. Bila drainase terapeutik diperlukan,

pisau miringotomi harus digunakan dan insisi dibuat cukup besar untuk memungkinkan

drainase telinga tengah yang cukup.

Jika manifestasi klinis infeksi akut penderita bertambah selama 24 jam pertama

meskipun dengan terapi antibiotic harus dicurigai infeksi bersama seperti meningitis akut atau

komplikasi otitis media supuratif. Anak harus diperiksa ulang dan timpanoseresis serta

miringoyomi dilakukan. Sama dengan halnya jika penderita berlanjut menderita nyeri,

demam, atau keduanya yang lumayan sesudah 24 – 48 jam, timpanosentesis dan miringotomi

harus dilakukan sebagai prosedur diagnistik dan terapeutik; diagnose organisme yang sering

resisten dalam masyarakat harus diberikan.

Semua penderita harus dievaluasi ulang sekitar 2 minggu sesudah pemberian

pengobatan, pada saat ini harus ada bukti penyembuhan otoskopik, seperti pengurangan

radang dan pengembalian mobilitas membrana timpani. Pemantauan periodic terindikasi pada

penderita yang telah mengalami episode kumat. Jika cairan telinga-tengah menetap, penderita

harus diobati seperti yang diuraikan pada seksi berikut.

2. Efusi Telinga-tengah Menetap

Jika efusi telinga-tengah menetap sesudah 10-14 hari terapi antimikroba untuk otitis

media inisial, satu atau lebih pilihan berikut dianjurkan selama fase subakut berikutnya, tetapi

tidak ada dari cara ini yang telah diperagakan efektif pada percobaan secara acak dan

terkendali:(1) pemberian antimikroba berbeda dari agen inisial (agen antimikroba baru dapat

71

Page 72: BAB I

efektif terhadap organisme yang resisten terhadap antimikroba sebelumnya); (2) dekongestan

hidung lopikal atau sistemik, antihistamin, atau kombinasi dari obat-obatan ini:

(3)kortikosteroid sistemik; dan (4) inflasi-tuba eustakhii-telinga-tengah. Banyak klinisi yang

tidak mengobati anak (kecuali pada kehilangan pendengaran) dengan efusi telinga-tengah

yang tidak bergejala yang masih ada sesudah 2 minggu, tetapi lebih suka memeriksa kembali

6 minggu kemudian-yaitu, 2 bulan sesudah kunjungan pertama-yang pada saat tersebut

kebanyakan penderita bebas efusi. Pengobatan dengan antimikroba lain, seperti sefaklor,

trimetoprim-sulfametoksazol, eritromisin-sulfisoksazol, amoksisilin-klavulanat,sefuroksim

aksetil, atau sefiksim, yang adalah efektif terhadap bakteri resisten, dapat terindikasi jika anak

mempunyai tanda atau gejala infeksi menetap, seperti otalgia, atau jika organisme tersebut

telah diisolasi dari efusi subakut dalam masyarakat.

3. Otitis Media Akut Berulang

Ada anak yang mengalami episode otitis media akut barulang pada hampir setiap

infeksi saluran pernapasan, mempunyai gejala-gejala lebihatau kurang dramatis, berespons

baik terhadap terapi, dan mengalami lebih sedikit episode dengan bertambahnya usia. Yang

lain mempunyai efusi telinga-tengah menetap dan menderita episode otitis media akut

berulang yang menumpang pada gangguan kronis. Anak dengan otitis media akut berulang

yamg sembuh secara total antara episode dapat ditatalaksana seperti yang digambarkan

sebelumnya, tetapi jika penyakitsering dan dekat satu sama lain, terindikasi evaluasi lebih

lanjut serupa dengan evaluasi yang diuraikan dibawah untuk penderita yang menderita otitis

media kronis dengan efusi. Pada beberapa dari anak ini penyebab yang mendasari tidak jelas,

tetapi antibiotik profilaksis (dosis harian amoksisilin, 20 mg/kg/24 jam, atau sulfonomid, 50

mg/kg/24 jam) dapat efektif pada beberapa anak bila diberikan selama masa beberapa bulan,

biasanya selama musim dingin (winter). Miringotomi dan pipa ventilasi dapat juga efektif

tetapi harus dicadangkan pada penderita yang padanya profilaksis antimikroba pasca

diagnosis etiologi organisme pada efusi gagal untuk mencegah otitis media akut berulang

denagn kehilangan pendengaran atau padanya komoprofilikasis tidak dikehendaki karena

72

Page 73: BAB I

alergi terhadap penisilin atau sulfonamid. Kemanjuran pencegahan komoprofilikasis

antimikroba dan miringotomi dengan pemasukan pipa timpanotomi telah diperagakan [ada

trial klinis. Adenoidektomi biasanya tidak bermanfaat untuk pencegahan otitis media akut

berulang. Namun, imunisasi dengan vaksin pneumokokus polivalen dapat efektif bila

diberikan pada penderita di atas umur 2 tahun.

4. Otitis Media dengan efusi

Otitis media dengan efusi adalah efusi telinga-tengah yang tidak ada manifestasi klinis

infeksi akut, seperti otalgia dan demam. Otitis ini timbul setela 90% anak sesudah episode

pertama otitis media. Lama (bukan keparahannya) efusi dapat dibagi menjadi akut (kurang

dari 3 minggu), dan kronis (lebih lama dari 3 bulan). Efusi dapat serosa (encer), mukoid

(kental), dan purulen.

Etiologi.

Efusi teling tengah terjadi bila system pengangkutan terganggu atau bila saluran

evakuasi tersumbat. System pengangkutan mukosa liar dapat berubah karena perubahan

kualitas sekresi atau karena gangguan fungsi silia. Jalur efakuasi dapat dipngaruhi oleh

obstruksi atau disfungsi fisiologis tuba eustachii.

Beberapa factor menimbulkan predisposisi anak terhadap OME, yang paling menonjol

adalah posisi horizontal dan dukungan kartilaginosa fraksid pada tuba eustachii. Semakin tua

anatominya berubah dan tuba eustachii berfungsi secara lebih efisien.

Deformitas kranio fasial juga menimbulkan predisposisi anak terhadap OME, yang

paling lazim adalah deformitas celah palatum; hamper semua penderita dengan celah palatum

yang tidak diperbaiki menderita otista media sekretorik. Anomaly kradiofasial dengan

maksila pndek dan sempit (missal syndrome down) juga dosertai dengan insiden OME tinggi,

agaknya karena perubahan pada anatomi nasofaring.

Radang pada saluran pernafasan atas juga menimbulkan predisposisi pada OME.

OME akut sering ditemukan selama infeksi virus pernapasan atas (ISPA). Biasanya sembuh

secara sepontan bila tanda-tanda ISPA dan system menghilang tetapi dapat menjadi kronis.

OME terjadi pada infeksi bakteri yang terlokalisasi atau difus pada saluran pernapasan.

73

Page 74: BAB I

Sinusitis, faringitis, atau bronchitis biasanya disertasi dengan OME. Bila ISPA sembuh, ME

juga bias sembuh, tetapi efusi dapat menjadi kronis.

Alergi dapat juga berperan pada OME. OME dapat terjad musiman dengan keparahan

gejala alergi yang berfluktuasi. Pajanan terhadap rokok tembakau meningkatkan resiko OME

secara signifikan. Berkombinasi dengan adanya rinore, pajanan terhadap rokok sigaret

meningkatkan rsiko anak terhadap efusi telinga tengah kronis enam kali lipat. Penyakit

sistemik yang mengenai komposisi jaringan atau cairan sering disertai efusi telinga tengah.

Otitis sekretorik sering ditemukan bersama hipotiroidisme, amiloidosis, gagal ginjal, gagal

jantung, dan mukopolisakaridosis, juga pada remaja yang hamil. Pada syndrome Kartagener,

motilitas silia abnormal dan sekresi telinga tengah tidak terbersihkan sebagaimana mestinya.

Pasien dengan fibrosis kistik, yang sering menderita radang saluran pernapasan, juga

mempunyai insiden efusi telinga tengah kronis yang tinggi.

Masanasofaringeal dapat mempengaruhi fungsi tuba eustachii secara mekanis dengan

menyekat orifisium, atau mungkin menyebabkan disfungsi dengan mengubah hubungan

tekanan dinamis pada nasofaring saat menelan. Penyulit yang paling lazim adalah jaringan

adenoid. Tumor jinak, seperti angiofibroma nasofaringeal, polip antral-koanao, dan tumor

kelenjar liur minor, juga dapat menyumbat nasofaring dan menyebabkan OME. Tumor ganas

yang paling umum pada daerah ini adalah rhabdomiosarkoma, limfoma, dan

karsinomanasofaring. OME yang disebabka oleh suatu tumor biasanya unilateral pada

mulanya dan menjadi bilateral dengan brtumbuhnya tumor.

Trauma pada nasofaring dengan radang dan berkembangnya otitis media sekretoria

umum terjadi akibat pipanasogastrik dan pipa nasotrakea. Efusi teling tengah hamper selalu

muncul seteslah dua hingga tiga hari pemasangan intubasi nasotrakea. Hal ini dpat terjadi

sumber sepsis pada pasien yang diintubasi. Fraktur ostemporale atau trauma bedah pada

daerah tuba eustachii seperti pada flap faring akibat ketidak mampuan flofaringeal juga dapat

menimbulkan OME.

Keadaan yang menyebabkan otitis media sekretorik :

o Peradangan faring

Infeksi (faringitis)

Alergi

Polutan

74

Page 75: BAB I

Merokok sigaret

Debu

Asap dari hobi danketrampilan

Kelembapan rendah

o Obstruksi faring

Hyperplasia adenotonsil

Tumor

o Deformitas anatomi

Celah palatum

Anomaly kraniofasial (sindrom Crouzon)

Sindrom down

o Penyakit sistemik dan endokrin

Mukopolisakaridosis

Hipotriodisme

o Trauma faring

Pembedahan

Luka bakar

Pipa (nasotrakea, nasogastrik)

o Barotrauma

Pesawat udara

Scuba diving

Manifestasi klinis

Seringkali, ditemukan membrana timpani teretraksi. Membran biasanya keruh, tetapi

bila ia tembus pandang, batas air udara atau gelombung udara dapat ditemukan dan cairan

kuning sawo atau kadang-kadang putih kebiruan dapat tampak pada telinga tangah (Gb.590-

3). Mobilitas kendangan hampir selalu terganggu. Kadang-kadang, walau pun ada sedikit

efusi, membrana timpani terektrasi dan mobilitasnya terganggu, biasanya karena tekanan

udara telinga-tengah negatif; bila ekstrem, ini disebut”atelektasis membrana timpani”. Tidak

75

Page 76: BAB I

ada eritema yang menyertai kecuali kalau anak menangis kuat dan membrana timpani

mungkin sukar. Ketajaman pendengaran biasanya tidak ada, mungkin ada gangguan perilaku

akibat dari ketidakmampuan anak berkomunikasi dengan cukup. Rasa penuh dalam telinga,

tinitis, dan bahkan vertigo dapat ada. Beberapa penderita, walaupun efusi telinga-tengah tebal,

dapat mendengar cukup baik;timpanometrik lebih dapat dipercaya daripada audiometri.

Pengobatan

Pengobatan mungkin tidak terindikasi, karena sedikit diketahui tentang kemungkinan

komplikasi dan sekuele yang terkait dengan kondisi ini atau pengobatannya, dan karena

kebanyakan efusi ini biasanya sembuh secara spontan dengan pengamatan dan pengendalian

faktor risiko lingkungan. Namun, walaupun arti kehilangan pendengaran adalah tidak pasti,

kehilangan demikian dapat mengganggu perkembangan kognitif dan kemampuan

berbicaradan mengakibatkan gangguan dalam penyesuaian psikososial. Karena ketidakpastian

ini, beberapa klinisi percaya pengobatan terindikasi pada keadaan tertentu. Misalnya,

pengobatan dapat terindikasi pada anak dengan efusi telinga-tengah kronis bilateral dan

kehilangan pendengaran yang mencolok, walaupun pengobatan mungkin tidak perlu pada

anak yang menderita otitis media dengan efusi unilateral tidak bergejala dan hanya kehilangan

pendengaran ringan, tanpa perubahan sekunder serius pada embrana timpani. Di samping

kehilanggan pendengaran konduktif atau sensorineural, keadaan lain harus dipikirkan dalam

memutuskan apakah mengobati dan terapi yang mana yang digunakan adalah sebagai berikut:

(1) kejadian otitis media dengan efusi pada bayi muda yang tidak mampu

mengkomunikasikan mengenai gejala-gejalanya dan mungkin menderita penyakit supuratif;

(2) infeksi saluran pernapasan atas terkait; (3) vertigo; (4) perubahan membrana timpani

seperti atelektasis berat, terutama kantong retraksi berat pada kuadran posterosuperior, pars

flaksida, atau keduanya; (5) perubahan telinga tengah seperti otitis adhesif atau keterlibatan

akumulasi sejumlah efusi berlebihan selama beberapa bulan.

Salah satu pengobatan otitis media dengan efusi yang paling populer, kombinasi

pemberian dekongestan dan antihistamin secara oral terbukti tidak efektif pada bayi dan anak

dengan otitis media subakut dan kronis dengan efusi. Kemanjuran terapi kortikosteroid

topikal intranasal dan sistemik tidak terbukti, dan risiko terapi kortikosteroid bisanya lebih

besar daripada kemungkinan manfaatnya. Namun, walaupun kemanjuran imunoterapi dan

pengendalian alergi saluran pernapasan atas, metode manajemen ini agaknya beralasan untuk

mereka yang menderita otitis media berulang dengan efusi. Pengembangan tuba eustakhii,

76

Page 77: BAB I

dengan menggunakan metode pelitzer atau dengan menggunakan manuaver valsalva, juga

tidak efektif pada anak dengan otitis media kronis dengan efusi.

Observasi atau trial antibiotik dan pengendalian faktor risiko lingkungan merupakan

pilihan pengobatan yang terindikasi untuk anak dengan efusi akut atau subakut, karena bakteri

yang serupa dengan bakteri yang terdapat pada otitis media akut telah diisolasi dari bagian

aspirat telinga tengah yang berarti pada anak dengan otitis media dengan efusi, antibiotik

yang dipilih dan lama pengobatan harus sampai seperti lama pengobatan yang dianjurkan

pada otitis media akut. Pada trial klinis, baik amoksisilin maupun amoksisilin klauvant

terbukti secara bermakna lebih efektif dari pada plasebo, pengobatan yang dianjurkan adalah

selama 10-30 hari dalam dosis terapeutik. Kemanjuran agen amtimikroba lain untuk

pengobatan stadium otitis media ini lah diperagakan dengan tepat pada trial klinis.

Jika efusi menetap selama 3 bulan atau lebih (kronis) atau jika telah ada episode otitis

media akut berulang yang sering, penderita memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk

kehilangan pendengaran, alergi pernapasan, jaringan adenoid yang mengobstruksi hidung dan

nasofaring, dan gangguan imunologi (jiak organ lain terlibat) atau kelainan seperti celah

submukosa palatum atau tumor nasofaring. Jika dari keadaan ini tidak ada pengamatan lebih

lanjut atau terapi antibiotik dan pengendalian faktor ririko lingkungan merupakan alternatif

yang tepat. Jika ada kehilangan pendengaran yang bermakna, miringotomi dengan

pemasukkan pipa timpanostomi merupakan pilihan tambahan, sesudah trial antibiotik. Efusi

yang menetap selama 4-6 bulan, pasca pemberian antibiotik yang cukup, dengan kehilangan

pendengaran yang bermakna (terutama bilateral) merupakan indikasi untuk miringotomi dan

pemasukkan pipa timpanoplasti. Alasan untuk prosedur ini adalah untuk memperbaiki

ventilasi telinga tengah. Prosedur ini adalah prosedur bedah yang paling sering dilakukan

pada anak di amerika serikat.

Miringotomi dan pemasukkan pipa ventilasi dapat juga membantu pada penderita

dengan atelektasis membrana timpani bila ada nyari, kehilangan pendengaran, vertigo, atau

tinitis. Pipa ventilasi dapat mencegah cedera struktural dan kholesteatoma jika kantong

retraksi dalam terjadi pada kuadran posterosuperior atau pada bagian atas (pars flaksida)

bagian membrana timpani. Namun kemanjuran pipa ventilasi pada berbagai keadaan, tidak

terbukti. Lagi pula, otorrea yang menyusahkan kadang-kadang berkembang sesudah

pemasukkan pipa dan iasanya dapat diobati dengan berhasil dengan tetes telinga yang

mengandung neomisin, polimiksin, atau kolistin dengan hidrokortison. Jika otitis media

terjadi, ia harus diobati dengan antibiotik sistemik. Karena obat-obat ini mungkin ototoksik,

77

Page 78: BAB I

beberapa dokter menggunakan antibiotik sistemik tanpa tetes teliga. Miringotomi dengan

aspirasi efusi telinga tengah mungkin tepat pada anak ini yang padanya prosedur dapat

dilakukan tanpa bantuananestesi umum. Miringotomi kedua dapat terindikasi jika efusi masih

ada segera sesudah indikasi miringotomi sembuh (yaitu jika penyakit menetap).

Adenoidektomi untuk otitis media kronis dengan efusi dapat memberi manfabeberapa

anak, tetapi yang lain membaik secara spontan, dan penderita yang lain lagi menderita

penyakit persisten walaupun dilakukan pembedahan adenoid atau tonsil. Karena efektivitas

adenoidektomi pada otitis media kronis dengan efusi tampak tidak terkait dengan ukuran

adenoid, seleksi anak yang mungkin mendapat manfaat dari adenoidektomi sekarang harus

dihubungkan dengan kemungkinan mandapat manfaat yang dipertimbangkan terhadap biaya

dan kemungkinan risiko. Untuk anak yang menderita otitis media berulang atau kronis dengan

efusi dan yang telah mengalami satu miringotomi atau lebih dan operasi pipa timpanostomi

pada masa yang lalu, adenoidektomi dapat merupakan pilihan yang pantas. Adanya obstruksi

saluran pernapasan, adenoiditis akut berulang atau kronis, atau kedua keadaan juga lebih

mendorong indikasi dalam mempertimbangkan adenoidektomi pada anak yang menderita

otitis media kronis dengan efusi.

Komplikasi.

Karena bersifat prevalen dan dapat menyebabkan komplikasi serius OME penting

didiagnosis dan diobati cairan dalam telinga tengah mengubah sifat mekanis kompleks telinga

yang menimbulkan kehilangan pendengaran konduktif yang dapat berkisar dari 5 dB (ringan)

hingga 40 db (sedang). Cairan juga dapat berubah-ubah cirinya dari waktu ke waktu. Karena

itulah, OME merupakan penyebab gangguan pendengaran persisten dan fluktuatif yang paling

lazim pada anak. Kehilangan pendengaran ringan akibat OME menyebabkan tertundanya

perkembangan bicara dan bahasa pada anak. Nilai mereka rendah pada ujian yang

membutuhkan penerimaan dan pemrosesan rangsang auditorik, dan juga sulit menghasilkan

respon verbal. Anak yang menderita OME juga memiliki kesulitan membaca dan aritmatika.

Periode kritis jejak auditorik juga dapat dilewati selama kehilangan pendengaran yang dapat

dipengaruhi kemampuan belajar seumur hidup. OME sering disertai dengan otitis media

supuratif akut berulang. Inveksi berulang mungkin memerlukan pemberian antibiotic

berulang.

78

Page 79: BAB I

BAB VII

ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS MEDIA PADA ANAK

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian mata, telinga, hidung, dan tenggorokan

a. Infeksi telinga kronis (biasanya sekurang-kurangnya 4 kali dalam satu tahun)

b. Nyeri pada telinga

c. Kehilangan pendengaran

d. Drainase berwarna hijau kekuningan dari telinga

e. Nyeri ketika menelan

2. Integumen

a. Demam

3. Psikososial

a. Iritabilitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko cedera (perdarahan) yang berhubungan dengan pembedahan.

2. Ansietas berhubungan dengan prosedur bedah dan peristiwa perioperasi.

3. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di rumah.

4. Risiko infeksi yang berhubungan dengan kelainan (prabedah).

5. Risiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan stress akibat hospitalisasi

(prabedah).

6. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan

C. INTERVENSI

DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL

1. Risiko cedera (perdarahan)

yang berhubungan dengan

pembedahan.

1. Pantau jumlah drainase

telinga selama periode

pascaoperasi. Segera

1. Sedikit drainase yang

berwarna kemerahan adalah

normal selama beberapa hari

79

Page 80: BAB I

Dengan kriteria hasil :

a. Anak tidak

memperlihatkan tanda

perdarahan akibat dari

pembedahan yang ditandai

oleh tidak ada perdarahan,

nilai hemoglobin dan

hematokrit sesuai usia,

serta membran mukosa

berwarna merah muda.

laporkan kepada ahli bedah

bila ada perdarahan yang

berat atau perdarahan yang

terjadi lebih dari 3 hari

setelah pembedahan.

2. Beri obat antihistamin dan

dekongestan sesuai indikasi.

3. Pantau nilai hemoglobin dan

hematokrit.

pertama setelah pembedahan.

Perdarahan yang berat atau

perdarahan yang terjadi

selama lebih dari 3 hari

setelah pembedahan

merupakan fonomena yang

tidak normal.

2. Obat-obatan ini dapat

mengkonstriksi pembuluh

darah sehingga mengurangi

jumlah perdarahan.

3. Nilai-nilai ini bila ditemukan

rendah abnormal, dapat

mengindikasikan perdarahan.

2. Ansietas berhubungan dengan

prosedur bedah dan peristiwa

perioperasi.

Dengan kriteria hasil :

a. Anak dan orang tua

mengalami penurunan rasa

cemas yang ditandai oleh

ungkapan pemahaman

tentang prosedur

pembedahan dari

lingkungan pembedahan.

1. Jelaskan prosedur bedah

kepada anak dan orang tua

dengan menggunakan istilah

yang sederhana. Apabila

anak menjalani anestesia

lokal, jelaskan bahwa ia

akan terbangun selama

prosedur sehingga ahli

bedah dapat menguji

pendengarannya. Jawab

setiap pertanyaannya dengan

sederhana dan jujur.

2. Jelaskan bahwa tergantung

waktu pembedahan, anak

mungkin tidak diberi makan

atau minum setelah tengah

malam pada hari

1. Informasi yang demikian

dapat mengurangi rasa takut

dan kecemasan dengan

mempersiapkan anak dan

orang tua, untuk mengatisipasi

peristiwa apa yang akan

terjadi selama pembedahan.

2. Anak mungkin menjadi takut

jika ia tidak memperoleh

makanan atau minuman

sepanjang malam, atau pada

pagi hari sebelum

80

Page 81: BAB I

pembedahan dilakukan

untuk mencegah anak

muntah dan aspirasi selama

pembedahan.

3. Jelaskan kepada orang tua

bahwa pembedahan

mungkin tidak dilakukan

jika anak memiliki tanda

dan gejala infeksi akut,

termasuk peningkatan suhu,

hidung terdapat sekret, dan

nyeri pada telinga, pada hari

pembedahan.

4. Beri tahu orang tua tentang

kemungkinan lama

pembedahan dan tempat

mereka dapat menunggu

selama prosedur dan priode

pemulihan. Pastikan mereka

mengetahui orang yang akan

menghubungi mereka,

ketika prosedur selesai

dilakukan.

5. Jelaskan kepada anak dan

orang tua tentang

kemungkinan kondisi

pascaoperasi, termasuk

drainase telinga, kehilangan

pendengaran, dan nyeri.

pembedahan. Menjelaskan hal

ini kepada anak sebelumnya

dapat mengurangi rasa cemas

dan takut.

3. Pembedahan tidak dapat

dilakukan dalam kondisi ini,

sehubungan dengan risiko

septikemia atau infeksi yang

meluas.

4. Tidak mengetahui berapa lama

pembedahan berlangsung

dapat membuat orang tua

cemas selama pembedahan.

Mengetahui berapa lama

pembedahan akan

berlangsung, dan siapa orang

yang akan berbicara

dengannya setelah prosedur,

dapat mengurangi rasa takut

dan khwatiran mereka.

5. Memahami apa yang akan

terjadi setelah prosedur, dapat

mengurangi rasa cemas.

81

Page 82: BAB I

3. Defisit pengetahuan yang

berhubungan dengan

perawatan di rumah.

Dengan kriteria hasil :

a. Orang tua

mengungkapkan

pemahaman tentang

instruksi perawatan di

rumah.

1. Anjurkan orang tua untuk

segera mela[porkan kepada

dokter setiap kejadian

demam, peningkatan

drainase yang bercampur

darah, atau peningkatan rasa

nyeri.

2. Jelaskan kepada orang tua

untuk menjaga telinga anak

tidak basah. Anjurkan

mereka untuk meletakkan

bola kapas atau penyumbat

telinga didalam telinga anak

selama anak mandi dan

keramas sampai slang keluar

atau dokter menasihatkan

hal yang sebaliknya. Hal

yang sebaliknya juga

anjurkan mereka untuk tidak

membiarkan anaknya

berenang selama masa ini.

3. Instruksikan orang tua untuk

menutup telinga anak ketika

ia bepergian keluar dalam

cuaca dingin, dan berangin.

4. Sampaikan kepada orang tua

untuk bertatap muka dengan

anak ketika berbicara

dengannya dan berbicara

dengan lebih jelas dan

sedikit lebih keras.

1. Tanda-tanda ini dapat

mengindikasikan infeksi atau

perdarahan.

2. Pemasangan slang

memungkinkan air masuk ke

dalam telinga tengah dengan

mudah sehingga

meningkatkan risiko infeksi.

3. Udara dingin dapat

menimbulkan nyeri telinga.

4. Anak dapat mengalami

kehilangan pendengaran

selama beberapa minggu

pertama setelah pembedahan.

82

Page 83: BAB I

5. Anjurkan orang tua tujuan

dan penggunaan obat

analgesik dan antibiotik.

Jelaskan juga cara

pemberian, dosis, dan efek

samping. Peringatkan

mereka untuk tidak memberi

anak obat dari golongan

aspirin

5. Anak mungkin membutuhkan

obat antibiotik untuk

mengurangi risiko infeksi

pascaoperasi, dan analgesik

untuk membantu

mengedalikan rasa nyeri.

Aspirin dapat menyebabkan

perdarahan.

4. Risiko infeksi yang

berhubungan dengan kelainan

(prabedah).

Dengan kriteria hasil :

a. Anak tidak menunjukkan

tanda-tanda infeksi yang

ditandai oleh suhu tubuh

kurang dari 37,80 C dan

tidak ada tanda-tanda

drainase telinga, batuk,

mengi, ronki kasar di

lapangan paru atau

iritabilitas.

1. Beri minum bayi sebanyak

5-10 ml air, setelah setiap

pemberian makan.

2. Buang formula atau susu

yang mengering dengan

menggunakan aplikator

yang berujung kapas basah.

3. Setelah setiap pemberian

makan, letakkan bayi di

ayunan bayi atau baringkan

bayi di tempat tidurnya

dengan posisi miring kanan

dengan kepala tempat tidur

ditinggikan 300.

4. Kaji bayi untuk menentukan

bila ada tanda infeksi,

1. Air dapat membersihkan

pasase nasal dan palatum,

serta mencegah susu

mengumpul di saluran eutasia,

yang pada gilirannya dapat

mengarah pada terjadinya

infeksi.

2. Merontokkan dan melepaskan

materi yang berkerak dalam

botol, dapat menjaga agar

celah tersebut bersih dan

bebas dari bekteri sehingga

mengurangi risiko infeksi.

3. Mengatur posisi bayi dengan

cara ini dapat mencegah

aspirasi yang dapat

menimbulkan pneumonia.

4. Kekambuhan otitis media

yang terjadi akibat saluran

83

Page 84: BAB I

termasuk drainsane telinga

yang berbau dan demam.

Beri obat antibiotik sesuai

program.

eustasia yang tidak normal

dapat dikaitkan dengan celah

bibir dan palatum.

5. Risiko perubahan peran orang

tua yang berhubungan dengan

stress akibat hospitalisasi

(prabedah).

Dengan kriteria hasil :

a. Orang tua mengajukan

pertanyaan yang tepat

tentang kondisi anak,

dapat melibatkan

perawatan anak kedalam

gaya hidup normal

mereka, serta

mengekspresikan perasaan

mereka tentang

penampilan baik.

1. Beri kesempatan pada

orang tua untuk

menggendong serta

memeluk anak, dan dapat

mempraktikkan tugas

pemberian perawatan

sebelum pemulangan.

2. Anjurkan orang tua untuk

mempersiapkan anggota

keluarga, termasuk saudara

kandung dan kerabat lain,

untuk menyambut kehadiran

anak dirumah. Nasihatkan

mereka untuk menjekaskan

kepada seluruh anggota

keluarga, tentang

penampilan anak dengan

menggunakan istilah

sederhana, memperlihatkan

kepada mereka gambar, dan

meminta mereka

mengunjungi anak di rumah

sakit.

3. Anjurkan orang tua

memperlakukan anak

layaknya anggota keluarga

yang normal, dan

menjadwalkan kegiatan

1. Kesempatan ini meningkatkan

ikatan dan mempersiapkan

orang tua dalam perawatan

anak dirumah.

2. Mempersiapkan anggota

keluarga untuk kedatangan

anak memungkinkan mereka

beradaptasi dengan

penampilan anaknya, dan

memungkinkan orang tua

berfokus pada kebutuhan anak

yang mendesak.

3. Orang tua perlu memiliki

pemikiran bahwa anak mereka

merupakan individu yang

normal, yang menderita otitis

media bukan sebagai individu

84

Page 85: BAB I

perawatan mereka kedalam

rutinitas sehari-hari.

4. Anjurkan orang tua untuk

meminta bantuan dari

anggota keluarga yang lain

atau dari teman saat

memberi makan dan

perawatan anak

5. Rujuk orang tua ke

kelompok pendukung yang

tepat serta pusat

kraniofasial, jika ada.

yang sedang sakit sehingga

dapat memberi perawatan

dirumah yang adekuat, dan

menjaga keutuhan keluarga.

4. Meminta bantuan orang lain

dalam perawatan anak dan

pemberian makan dapat

memberi orang tua

kesempatan istirahat, serta

berfokus pada kebutuhan

mereka sendiri.

5. Kelompok pendukung

memberi kesempatan pada

orang tua untuk berbagi

perasaan dan pengalaman

dengan orang tua lain, yang

juga memiliki situasi yang

sama, dapat mengurangi

kecemasan dan meningkatkan

keterampilan koping serta

keterampilan penyelesaian

masalah. Serta pusat

kraniofasial memiliki

pengalaman dalam memberi

perawatan bagi anak-anak

dengan otitis media.

6. Nyeri yang berhubungan

dengan pembedahan.

Dengan kriteria hasil :

a. Anak dapat

mempertahankan tingkat

kenyamanan yang ditandai

1. Kaji anak untuk mengetahui

iritabilita, kehilanganselera

makan, dan kegelisahan

setiap 2 jam setelah

pembedahan.

1. Anak mungkin terlalu muda

usianya untuk

mengekspresikan rasa tidak

nyaman melalui kata-kata,

petunjuk perilaku adalah satu-

satunya indikasi nyeri.

85

Page 86: BAB I

oleh tangisan dan

iritabilitas yang berkurang.

2. Beri obat analgesik sesuai

indikasi.

3. Lakukan aktivitas

pengalihan, misalnya

permainan, kartu, videotape,

dan membaca buku untuk

anak yang lebih besar.

2. Obat analgesik dapat

mengurangi nyeri.

3. Aktivitas pengalihan

memfokuskan kembali

perhatian anak, mengurangi

persepsinya terhadap nyeri.

86

Page 87: BAB I

BAB VIII

PROSEDUR

A. PEMERIKSAAN FISIK

1. MATA

Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata. Dalam

setiap pengkajian selalu bandingkan antara mata kanan dengan mata kiri. Teknik yang

digunakan adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi merupakan teknik yang paling penting

dilakukan sebelum palpasi.

a. Inspeksi

Dalam inspeksi yang dikaji adalah bagian-bagian mata (bola mata, kelopak mata,

konjungtiva, sklera, dan pupil), ketajaman penglihatan (visus) dengan bantuan kartu

Snellen, dan pemeriksaan lapangan pandangan.

1) Secara umum untuk pemeriksaan fisik mata dilihat kelopak mata, konjungtiva

(pucat atau tidak), sklera kuning atau tidak. Mata oedem/hiperemia/sekret mata

berlebihan dapat terjadi karena adanya reaksi alergi, benda asing, perlukaan,

dll.

2) Pada inspeksi mata juga dilihat adanya mata cekung seperti pada klien

dehidrasi. Dapat diamati pula ada tidaknya infeksi pada mata (konjungtivitis

atau keratitis dll). Katarak pada mata dapat diamati pada lansia.

3) Pemeriksaan visus (ketajaman penglihatan).

Alat yang digunakan adalah Optotip dari Snellen yang diletakkan sejarak 5

atau 6 meter dari klien. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut pada kedua mata.

Visus normal= 5/5 atau 6/6. Bila mata klien hanya sanggup membaca jelas hingga

pada baris tertentu misalnya baris “4 meter”, maka pencatatan visusnya OD=4/5

atau 4/6 untuk mata kanan, sedanga untuk mata kiri dicatat OS=4/5 atau 4/6.

87

Page 88: BAB I

4) Funduskopi

Funduskopi merupakan pengkajian mata tingkat mahir. Funduskopi dilakukan

untuk mengetahui susunan retina dengan menggunakan opthalmoscope. Untuk

dapat melakukan funduskopi, maka diuperlukan pengetahuan anatomi dan

fisiologi mata yang memadai, serta ketrampilan khusus.

5) Inspeksi kelopak mata

a) Amati edema palpebra pada kelopak mata. Edema palpebra mudah tampak,

cairan edema mudah terkumpul di palpebra karena jaringan palpebra

sangat longgar dan akan lebih terlihat saat klien bangun tidur. Secara

normal, edema palpebra akan hilang/berkurang setelah beraktivitas dengan

posisi tegak karena kemudian cairan akan terkummpul di ekstremitas

bawah (sesuai hukum gravitasi).

b) Amati kelopak mata yang selalu tertutup/tidak mampu membuka, disebut

ptiosis (contoh pada kasus Myastheniagravis) dan kelopak mata yang tidak

mampu menutup rapat (terus terbuka), yang disebut Lagopthalmus.

6) Inspeksi konjungtiva dan sklera

a) Amati konjungtiva dan sklera dengan cara sebagai berikut.

1. Anjurkan klien untuk melihat ke depan

2. Amati konjungtiva untuk mengetahui ada tidaknya kemerah-merahan.

3. Pemeriksaan konjungtiva dilakukan dengan cara menarik kelopak mata

bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari

4. Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian bawah,

catat bila didapatkan warna yang tidak normal, misalnya anemik atau

adanya pus (infeksi)

5. Saat memeriksa konjungtiva, amati pula warna sklera, catat adanya

perubahan warna menjadi ikterik.

b) Amati warna iris, serta ukuran dan bentuk pupil.

Evaluasi reaksi pupil terhadap cahaya dengan menggunakan senter.

Normalnya pupil adalah sama besar (isokor). Pupil yang mengecil disebut

miosis, sangat kecil disebut pin point, sedangkan pupil yang mengalami

dilatasi (melebar) disebut midriasis.

88

Page 89: BAB I

b. Langkah-langkah dalam melakukan inspeksi gerakan mata dan medan penglihatan.

1) Dalam menilai gerakan mata, anjurkan klien melihat kedepan.

2) Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salah satu deviasi.

Amati pula apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secara spontan

(nistagmus), seperti gerakan bola mata mula-mula lambat bergerak ke satu

arah, kemudian dengan cepat kembali ke posisi semula.

3) Luruskan jari telunjuk dan dekatkan dengan jarak sekitar 15-30 cm.

4) Beritahu klien untuk mengikuti gerakan jari perawat dan anjurkan klien untuk

tetap mempertahankan posisi kepala. Gerakan jari perawat ke-8 arah untuk

mengetahui fungsi 6 otot mata.

5) Selanjutnya untuk menilai medan penglihatan, kaji mata klien secara terpisah,

dengan cara menutup mata yang tidak diperiksa.

6) Anjurkan klien untuk memfokuskan pada satu titik pandang, misalnya hidung

perawat.

7) Gerakan jari perawat secara vertikal dari samping dan dekatkan ke mata klien

secara perlahan-lahan.

8) Anjurkan klien untuk memberitahu sewaktu mulai melihat jari perawat.

9) Selanjutnya kaji mata sebelahnya.

c. Cara pemeriksaan visus dan hasilnya

Teknis

1) Menggunakan kartu snellen dan penerangan cukup

2) Pasien didudukan dengan jarak 6 meter, paling sedikit jarak 5 meter dari kartu

snellen

3) Kartu snellen digantungkan sejajar setinggi/lebig dari mata pasien

4) Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan terlebih dahulu, sedangkan mata kiri

ditutup. Pasien diminta membaca huruf snellen dari baris paling atas ke bawah.

Hasil pemeriksaan dicatat, kemudian diulangi untuk mata sebelahnya.

d. Hasil yang mungkin didapatkan adalah sebagai berikut :

1) VOD 6/6

2) VOS 6/6

3) Nilai ini berarti:

a) 6/6pasien dapat membaca seluruh huruf di deretan 6/6 pada kartu snellen

b) 6/12 pasien dapat membaca sampai baris 6/12 pada kartu snellen

c) 6/30 pasien dapat membaca sampai baris 6/30 pada kartu snellen

89

Page 90: BAB I

d) 6/60 pasien bisa membaca barisan sampai huruf 6/60, biasanya  huruf yang

paling atas. Visus yang tidak 5/5 atau 6/6 dilakukan pemeriksaan lanjutan

dengan memakai try lens

4) Apabila tidak bisa membaca huruf snellen pasien  diminta menghitung jari

pemeriksa

a) 5/60 pasien bila hitung jari pada jarak 5 meter

b) 1/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 1 meter

5) Apabila pasien tidak bisa juga menghitung jari, maka dilakukan pemeriksaan

selanjutnya dengan menilai gerakan tangan di depan pasien dengan latar

belakang terang. Jika pasien dapat mementukan arah gerakan tangan pada

jarak 1 m, maka tajam penglihatan dicatat.

a) Visus 1/300 (hand Movement/HM) kadang sudah perlu menentukan arah

proyeksinya.

6) Jika tidak bisa melihat gerakan tangan, dilakukan penyinaran dengan penlight

ke arah mata pasien. Apabila pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak

disinari dari segera posisi (nasal, temporal, atas, dan bawah)

e. Palpasi

Pemeriksaan palpasi pada bola mata untuk memeriksa secara kasar adanya

peninggian tekanan intraokuler misalnya pada penderita glaukoma. Kadang-kadang

perlu membalik kelopak mata dengan teknik tertentu. Palpasi juga ditujukan untuk

mengetahui tekanan bola mata dan adanya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola

mata secara khusus diperlukan tenometri yang memerlukan keahlian khusus . palpasi

untuk mengetahui tekanan bola mata dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Berikan klien untuk duduk

2) Anjurkan klien untuk memejamkan mata

3) Lakukan palpasi pada kedua mata. Bila tekanan bola mata tinggi, maka akan

teraba keras.

 

 

 

90

Page 91: BAB I

2. TELINGA

Alat-alat yang perlu disiapkan adlah spekulum telinga/othoscope(otosko), garpuu tala,

dan arloji.

a. Inspeksi dan palpasi telinga

1) Pasien dalam posisi duduk. Pasien yang masih anak-anak dapat duduk di

pangkuan orangtuanya

2) Atur posisi duduk perawat menghadap pada sisi telinga yang akan dikaji.

3) Diawali dengan mengamati telinga luar, perhatikan adanya perubahan bentuk,

warna, lesi, maupun massa.

4) Pengkajian palpasi dengan cara memegang telinga dengan ibu jari dan jari

telunjuk. Palpasi kartilago telinga luar dan catat bila ada nyeri.

5) Tekan bagian tragus kedalam dan tekan pula tulang telinga di bagian bawah

daun telinga. Bila ada peradangan, klien akan merasa nyeri.

6) Selanjutnya pegang bagian pinggir daun telinga dan secara perlahan-lahan

tarik daun telinga ke atas atau ke belakang sehingga lubang telinga mudah

utnuk diamati.

7) Lihat lubang telinga, perhatikan terhadap ada tidaknya peradangan,

perdararahan, maupun kotoran.

8) Masukkan spekulum telinga secara hati-hati. Bila sudah tepat letakkan mata di

atas eye-piece.

9) Amati membran timpani, perhatikan bentuk, warna, transparansi, kilau,

perforasi, atau adanya darah/cairan.

b. Langkah-langkah pengkajian pendengaran dengan menggunakan arloji sbb:

1) Pegang sebuah arloji disamping telinga klien

2) Tanyakan apakah klien mendengar detak arloji

3) Pindah posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan minta klien untuk

menyatakan bila sudah tidak lagi mendenga suara detak arloji. Normalnya

detak arloji masih dapat didengar sampai jarak sekitar 30 cm.

4) Bandingkan telinga kanan dan kiri.

Pengkajian pendengaran dengan menggunakan garpu tala terdiri atas

pemeriksaan Rinne dan Weber, yaitu sbb:

91

Page 92: BAB I

1) Pemeriksaan Rinne. Tujuan melakukan pemeriksaan Rinne adalah untuk

membandingkan antara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu

telinga pasien. Ada dua macam pemeriksaan Rinne, yaitu sbb:

a) Garpu tala 512 Hz dibunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya

tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus

eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala

kita pindahkan di depan meatus akustikus eksternus pasien. Pemeriksaan

Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya, sebaliknya dikatakan

negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya.

b) Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan

tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera

pindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksternus. Tanyakan

kepada pasien apakah bunyi garpu tala di depan meatus akustikus eksternus

lebih keras dari pada dibelakang meatus akustikus eksternus (planum

mastoid). Pemeriksaan Rinne positif jika pasien mendengar di depan

meatus akustikus eksternus lebih keras, sebaliknya diakatakan negatif jika

pasien mendengar di depan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau

lebih keras di belakang.

Ada tiga interpretasi dari hasil pemeriksaan Rinne, yaitu sbb:

a) Normal : pemeriksaan Rinne +

b) Tuli konduksi: pemeriksaan Rinne – (getaran dapat didengar melalui tulang

lebih lama)

c) Tuli persepsi, terdapat tiga kemungkinan.

1. Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala

2. Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (pemeriksaan

Rinne : +/-)

3. Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada

posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-

mula timbul.

92

Page 93: BAB I

2) Pemeriksaan Weber. Tujuan melakukan Pemeriksaan Weber adalah untuk

membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara melakukan

Pemeriksaan Weber yaitu:

a) Bunyikan garpu tala  512 Hz lalu tangkainya kita letakkan lurus pada garis

horizontal.

b) Tanyakan pasien. Telinga mana yang mendengar  atau dapat mendengar

lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras

hanya pada satu telinga, maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut.

c) Jika kedua telinga pasien sama-sama tidak mendengar atau sama-sama

mendengar, maka berarti tidak ada lateralisasi

Interpretasi

a) Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut

lateralisasi ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama

kerasnya

b) Pada lateralisasi ke kanan terdapat kemungkinannya:

1. Tuli konduksi sebelah kanan, misalnya adanya otitis media di sebelah

kanan

2. Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga

kanan lebih hebat

3. Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu,

maka lebih dapat didengar pada sebelah kanan

4. Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebat

daripada sebelah kanan

5. Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kanan jarang terdapat.

3) Pemeriksaan Swabach. Tujuan Pemeriksaan Swabach adalah

membandingkan daya transpor melalui tulang mastoid antara pemeriksa

(normal) dengan probandus. Dasarnya adalah gelombang dalam endolymphe

dapat ditimbulkan oleh getaran yang datang melalui udara. Getaran yang

datang melalui tengkorak, khususnya osteo temporale.

a) Penguji meletakkan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan pada puncak

kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garpu tala tersebut

makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garpu

tala lagi.

93

Page 94: BAB I

b) Pada saat garpu tala tidak terdengar lagi, pindahkan garpu tala itu ke

puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya

(pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan akan terjadi, yaitu akan

mendengar suara atau tidak mendengar suara.

3. HIDUNG

Hidung dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung. Dimulai dari

bagian luar hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus. Bila memungkinkan, selama

pemeriksaan klien dalam posisi duduk

a. Prosedur pemeriksaan fisik hidung

Alat –alat yang digunakan : ostoskop, spekulum hidung, dan lampu (penlight).

1) Langkah-langkah inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan sinus-sinus sbb:

a) Perawat duduk menghadap klien

b) Atur penerangan dan amati hidung bagian luar. Perhatikan bentuk tulang

hidung klien dari tiga sisi yaitu sisi depan, samping, dan atas.

c) Perhatikan perubahan warna kulit hidung dan adanya pembengkakan.

d) Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar, catat bila ditemukan

ketidaknormalan tulang hidung.

e) Palpasi sinus maksilaris, frontalis, dan etmoidalis. Perhatikan terhadap

adanya nyeri tekan.

2) Langkah-langkah inspeksi hidung bagian dalam:

a) Duduk menghadap ke arah klien

b) Atur penerangan sehingga dapat menerangi lubang hidung

c) Elevasikan ujung hidung dengan cara menekan hidung secara ringan

dengan ibu jari, kemudian amati bagian anterior lubang hidung.

d) Pasang spekulum hidung secara perlahan-lahan untuk mengamati rongga

hidung

e) Atur posisi kepala klien dengan sedikit menengadah untuk memudahkan

pengamatan rongga hidung

f) Amati bentuk dan posisi septum hidung, kartilago, dan dinding rongga

hidung serta selaput lendir pada rongga hidung. Catat bila ditemukan

adanya perubahan warna, sekresi dan bengkak

94

Page 95: BAB I

g) Setelah selesai angkat spekulum secara perlahan-lahan.

B. Prosedur Pemberian Obat Mata

Obat mata dapat diberikan pada mata dengan irigasi atau instilasi. Irigasi mata dilakukan

untuk mencuci kantong konjungtiva. Obat untuk mata di instilasi dalam bentuk cair atau

salep. Tetes mata di kemas dalam wadah plastik tetesan tunggal yang digunakan untuk

meneteskan sendian. Salep biasanya tersedia dalam tube kecil. Semua wadah harus

menyatakan bahwa obat digunakan untuk mata. Biasanya digunakan sendian steril, tetapi

teknik steril tidak terlalu di indikasikan. Cairan yang diserap biasanya di encerkan misalnya,

kekuatan kurang dari 1 persen.

1. Perlengkapan

a. Sarung tangan bersih

b. Spons steri yang direndam dalam salin normal steril

c. Obat

d. Pembalut (bantalan) mata steril bila diperlukan dan plester mata dari kertas untuk

memfikasikannya.

2. Tambahan alat untuk irigasi :

a. Larutan irigasi dan spuit atau selang irigasi

b. Spons steril yang kering

c. Handuk tahan lembab

d. Baskom (piala ginjal)

3. Persiapan

a. Cek catatan pemberian obat.

1) Cek nama obat,dosis,dan kekuatan obat pada catatan pemberian obat.Juga

komfirmasikan frekuensi instilasi yang di program dan mata yang akan diobati.

Singkatan sering digunakan untuk mengindentifikasikan mata : OD (mata

kanan), OS (mata kiri),OU (kedua mata).

2) Bila catatan pemberian obat tidak jelas atau informasi terkait tidak ada,

bandingkan dengan program tertulis dokter yang terbaru.

3) Laporkan setiap ketidak sesuaian kepada perawat atau dokter jaga, sesuai

ketentuan kebijakan instituti.

4) Ketahui alasan mengapa klien mendapat obat tersebut, Klasifikasi obat, kontra

indikasi, rentang dosis obat yang biasa, efek samping dan pertimbangan

95

Page 96: BAB I

keperawatan dalam  memberikan dan mengefaluasikan hasil akhir yang

diharapkan dari obat.

NO PROSEDUSEDURKETERANGAN

YA TIDAK

1 Mengecek program terapi medik    

2 Mengucapkan salam trapeupetik    

3 Jaga privasi klien    

4 Melakukan kontrak (waktu,tempat,topic)    

5 Jelaskan prosedur kepada klien    

6 Persiapkan alat    

7 Cuci tangan    

8 Pakai hanscoon    

9 Bantu klien ke posisi yang nyaman, baik duduk atau berbaring.    

10

Bersihkan kelopak dan bulu mata

a. Gunakan balutan kapas steril yang telah dibasahi dengan

cairan irigasi steril atau salin normal steril, dan usap dari

kantus dalam ke kantus luar.

   

11 Berikan obat mata

a. Minta klien untuk melihat ke atas, berikan spons kering yang

steril kepada klien.

b. Pajankan kantong konjungtiva bawah dengan meletakan ibu

jari atau jari dari tangan anda yang tidak dominan pada tulang

pipi klien tepat dibawah mata dan secara perlahan tarik kulit

pipi kebawah. Bila jariingan mengalami edema, pegang

jaringan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan.

c. Dekati mata dari samping dan teteskan obat dalam jumlah

yang benar pada sepertiga luar kantongkonjungtiva bagian

bawah. Pegang alat tetes 1-2 cm di atas kantong.

d. Pegang tube di atas kantong konjungtiva bawah, pencet tube

sehingga keluar salep sepanjang 2cm dan masukan ke kantong

konjungtiva bwah, dari arah kantus dalam ke kantus luar.

e. Minta klien untuk menutup kelopak mata, tetapi tidak

   

96

Page 97: BAB I

menutup mata dengan erat.

f. Variasi : Irigasi

g. Letakan bantalan penyerap dibawah kepala, leher,dan bahu.

Letakan piala ginjal di samping mata untuk menampung

drainase.

h. Pajankan kantong konjungtiva di bawah.

i. Isi dan pegang alat irigasi mata sekitar 2,5 cm di atas mata

j. Lakukan irigasi mata, arahkan larutan ke kantong konjungtiva

bagian bawah dan dari arah kantus dalam ke kantus luar

k. Lakukan Irigasi sampai larutan yang keluar dari mata menjadi

jernih (tidak ada rabas) atau sampai semua larutan telah habis

digunakan.

l. Minta klien untuk menutup dan menggerakan mata secara

periodik

12

Bersihkan dan keringkan kelopak mata sesuai keperluan. Lap

kelopak mata secara perlahan dari arah kanus dalam ke kanus luar

untuk membersihkan obat yang berlebih.

   

13Passang bantalan mata bila diperlukan, dan tempelkan plester

mata dari kertas.

   

14 Kaji respon klien.    

15 Merapikan dan membereskan alat    

16 Melepaskan hanscoon    

17 Cuci tangan    

18 Dokumentasi    

C. OBAT TELINGA

Irigasi atau instilasi pada saluranpendengaran eksternal umumnya dilakukan untuk tujuan

pembersihan, walaupun kadang kala di programkan pemberian larutan panas dan antiseptik.

Irigasi yang dilakukan di rumah sakit memerlukan teknik aseptik sehingga mikroorganisme

tidak akan masuk kedalam telingga. Teknik steril digunakan bila gendang telingga mengalami

perforasi. Posisi saluran pendengaran eksternal berbeda-beda sesuai dengan usia. Pada anak

yang berusia dibawah 3 tahun, saluran ini mengarah ke atas. Pada dewasa, stuktur saluran

pendengaran eksternalberbentuk S dengan panjang sekitar 2,5 cm.

97

Page 98: BAB I

1. Perlengkapan

a. Sarung tanggan bersih

b. Lidi kapas

c. Botol obat yang benar dengan alat tetes

d. Ujung karet yang fleksibel ( pilihan) pada ujung alat tetes, yang mencegah

terjadinya cidera karena gerakan mendadak, contohnya pada klien yang

mengalami disorientasi

e. Bulatan kapas

2. Untuk irigasi, Tambahan :

a. Handuk tahan lembab

b. Baskom(piala ginjal)

c. Larutan irigasi sekitar 500ml atau sesuai program pada suhu yang sesuai

d. Wadah untuk larutan irigasi

e. Spuit (bulb karet atau spuit Asepto sering digunakan)

NO ProsedurKeterangan

YA Tidak

1 Salam traupetik    

2 Jelaskan prosedur kepada klien    

3 Jaga privasi klien    

4 Siapkan alat    

5 Cuci tangan    

6 Bantu klien dengan posisi nyaman yaitu berbaring dengan

telingga yang di obati berada di atas

   

7 Pakai hanscoon    

8 Bersihkan daun telinga dan lubang saluran telinga dengan lidi

kapas dan larutan untuk membersihkan dun dan lubang

telinga.

   

9 Berikan obat telinga

a. Hangatkan wadah obat di tangan anda, atau letakan

sebentar dalam air hangat

b. Isi sebagian alat tetes telinga dengan obat.

c. Luruskan saluran pendengaran, tarik daun telinga ke atas

   

98

Page 99: BAB I

dan belakang.

d. Teteskan obat sesuai dosis di sepanjang sisi saluran

telinga

e. Tekan tragus telinga secara hati-hati namun kuat sebanyak

beberapa kali

f. Minta klien untuk tetap pada posisi miring selama 5 menit

g. Masukan potongan kecil kapas halus dengan longar pada

lubang saluran telinga selama 10-20 menit

h. Variasi : Irigasi Telinga

i. Jelaskan bahwa klien akan mengalami perasaan penuh,

hangat, dan kadang-kadang tidak nyaman saat cairan

kontak dengan membran timpani.

j. Bantu klien untuk duduk atau berbaring dengan kepala

dimiringkan ke arah telinga yang sakit.

k. Letakan handuk tahan lembab di sekitar pundak klien di

bawah telinga yang akan di irigasi.

l. Isi spuit dengan larutan.

m. Luruskan saluran telinga

n. Masukan ujung spuit ke lubang telinga, dan arahkan

larutan ke atas menuju bagian atas saluran secara

perlahan.

o. Lanjutkan memasukan cairan sampai seluruh larutan

terpakai atau sampai saluran bersih

p. Bantu klien ke posisi berbaring miring pada sisi yang

sakit.

q. Letakan potongan kecil kapas halus pada lubang telinga

untuk menyerap cairan yang berlebih.

10 Bantu klien ke posisi yang nyaman    

11 Membereskan alat    

12 Melepaskan hanscoon    

13 Cuci tangan    

14 Kaji respon klien    

15 Melakukan dokumentasi tindakan dan hasil.    

99

Page 100: BAB I

100