88849099 laporan farmakologi kel 3

9
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI MULA KERJA, PUNCAK KERJA, LAMA KERJA OBAT ANALGETIK PADA PEMBERIAN PER ORAL DAN INTRAPERITONEAL Oleh : Kelompok IV 1. Aprilia sofiazenty (201010410311113) 2. Raisa Zoraida (201010410311103) 3. Farisa Diwi (201010410311150) 4. Puput sri (201010410311152) 5. Evy mulyana . S (201010410311154) 6. Reza Grazia (201010410311155) 7. Angga isty . A (201010410311156) 8. Tri wahyuni (201010410311158) 9. Angga Wahyu (201010410311159) 10. Sofia Unsiyah (201010410311160) 11. Nehru Marino. A (201010410311162) 12. Zahra (201010410311163) PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Upload: dyla-faradhyla

Post on 12-Aug-2015

145 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

nj

TRANSCRIPT

Page 1: 88849099 Laporan Farmakologi Kel 3

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

MULA KERJA, PUNCAK KERJA, LAMA KERJA OBAT ANALGETIK PADA

PEMBERIAN PER ORAL DAN INTRAPERITONEAL

Oleh :

Kelompok IV

1. Aprilia sofiazenty (201010410311113)

2. Raisa Zoraida (201010410311103)

3. Farisa Diwi (201010410311150)

4. Puput sri (201010410311152)

5. Evy mulyana . S (201010410311154)

6. Reza Grazia (201010410311155)

7. Angga isty . A (201010410311156)

8. Tri wahyuni (201010410311158)

9. Angga Wahyu (201010410311159)

10. Sofia Unsiyah (201010410311160)

11. Nehru Marino. A (201010410311162)

12. Zahra (201010410311163)

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Page 2: 88849099 Laporan Farmakologi Kel 3

I. Tujuan Praktikum

Membedakan mula kerja (onset of action) , puncak efek (peak effect) , lama kerja obat

(duration of action) analgetic pada pemberian peroral dan intraperitonial.

II. Dasar Teori

Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau

menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Ada beberapa obat analgesik yang

berfungsi sebagai penurun panas (antipiretik). Obat-obat analgetik mampu meringankan atau

menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi sistem saraf pusat (ssp) atau menurunkan

kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan.

Rute pemberian obat adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses absorbsi dan

distribusi obat dalam tubuh. Pemberian obat per- oral lebih banyak dijumpai dari pada

pemberian secara intraperitoneal.

Penggunaan obat melalui oral merupakan rute yang paling digunakan, dikarenakan

harga obat lebih murah, mudah dan paling aman. Pada rute ini obat diminum melalui mulut,

ditelan dan diabsorbsi di lambung atau usus halus. Namun, kerugian dari rute oral adalah

absorbsi yang lama, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadarkan diri. Sedangkan

penggunaan obat melalui parenteral berarti rute yang tidak melalui usus, melainkan dengan

cara injeksi atau suntikan. Intraperitoneal merupakan salah satu dari pemberian obat rute

parenteral yang disuntikkan langsung kedalam rongga perut. Dengan rute parenteral absorbsi

obat akan lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan dengan rute oral atau topikal.

Keuntungannya yaitu dapat digunakan untuk pasien yang tidak sadar dan mual. Pemberian

obat secara parenteral dapat menyebabkan infeksi apabila tidak memperhatikan teknik aseptik

dan antiseptik pada saat pemberian obat.

Efek farmakologi obat merupakan fungsi dari konsentrasi obat ditempat kerja obat.

Fase hubungan waktu dan efek obat, yaitu :

a. Onset of Action / Mula kerja Obat waktu yanng diperlukan mulai obat diberikan

(memasuki plasma) sampai konsentrasi efektif minum (obat memberikan respon). Hal

ini dipengaruhi oleh absorbsi dan distribusi obat.

b. Peak effect / Puncak efek terjadi pada saat obat mencapai konsentrasi tertinggi

dalam darah/ plasma.

Page 3: 88849099 Laporan Farmakologi Kel 3

c. Duration of Action / Lama kerja obat lamanya obat mempunyai efek farmakologis.

Jangka waktu dari mula kerja / obat memberikan respon hingga efek obat berakhir.

Dalam hal ini dipengaruhi oleh eksresi obat.

Gb.1. Fase hub. Waktu dan efek obat

III. Alat dan Bahan

3.1 Alat

Analgetic meter beban geser

Hotplate

Spuit 1 ml

Sonde

3.2 Bahan

Tikus

Obat analgetik : xylomidon (250 mg/ml metempiron) tiap tikus (200g) 50

mg/0,2 cc

Antalgin tablet (500mg/tab) dipuyer + CMC + air sampai 20cc tiap tikus

disonde 2 ml.

Page 4: 88849099 Laporan Farmakologi Kel 3

IV. Prosedur Kerja

Rangsangan nyeri dengan tekanan

Persiapkan analgesi meter

Lakukan pengaturan beban yang akan dipakai (beban terkecil)

Posisikan salah satu kaki tikus di alat penekan

Jalankan beban dengan kecepatan stabil ad tikus merespon

Lepaskan beban pada sela jari & catat beban dalam gram

Tikus dibagi 2 untuk per oral dan intraperitoneal

Berikan analgetik

Ukur respon analgetik setiap 5 menit-60 menit

Efek analgetik (+) jika tikus dapat menahan beban 2x beban kontrol

Rangsangan nyeri dengan suhu

Nyalakan hotplate pada suhu 30° C

Page 5: 88849099 Laporan Farmakologi Kel 3

Masukkan tikus dan naikkan suhu 2° C

Hentikan kenaikan suhu ketika tikus merespon nyeri dengan menjilat kaki

Catat suhu

Rangsangan nyeri dengan bahan kimia

Injeksi tikus dengan asam asetat 3% 0,1 mg/10g BB (peritoneal)

Hitung jumlah geliat tikus tiap 5 menit

V. Tabel Pengamatan

Cara

dan

Kelom

pok

Waktu

5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’

Per

oral

Kel I - - - - - - - - + + + +

Kel II - - - - - - - - - - - -

Kel III - - - - - - - - - + + -

Kel IV - - + - - - + - + + + -

Page 6: 88849099 Laporan Farmakologi Kel 3

Kel V - - - - - + + + + + + +

Kel VI - - - - - - - - - - - -

%

kadar

obat

0% 0% 16,67

%

0% 0% 16,67

%

33,3% 16,67

%

50% 66,67

%

66,67

%

33,3

%

Intrape

ritonea

l

Kel I - - - - - - - + + + + +

Kel II + + + + + + + + - - - -

Kel III + + + + + + + + + + + +

Kel IV + + + + + + + + + + + +

Kel V + + + + + + + + + + + +

Kel VI + + + + + + + + + + - -

%

kadar

obat

83,3

%

83,3

%

83,3% 83,3

%

83,3

%

83,3% 83,3% 100% 83,3

%

83,3

%

66,7

%

66,7

%

Dengan melihat tabel diatas dapat kita lihat bahwa rata-rata dari setiap kelompok

mula kerja yang cepat terdapat di cara intraperitoneal, durasi obat pada intraperitoneal juga

lebih lama jika dibanding per-oral.

Pada kelompok kami (4), kami mendapat hasil bahwa durasi obat dengan pemberian

per-oral membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 50 menit. Sedangkan pada pemberian

intraperitoneal yaitu 40 menit. Mula kerja obat secara intraperitoneal pada kelompok 4 lebih

Page 7: 88849099 Laporan Farmakologi Kel 3

cepat karena hanya membutuhkan waktu 5 menit obat sudah bereaksi sementara per-oral

membutuhkan waktu yang agak lama yaitu 15 menit.

VI. Grafik

VII. Pembahasan

Analgesik adalah obat yang menghilangkan rasa nyeri atau mengurangi nyeri tanpa

disertai hilangnya kesadaran atau fungsi sensorik lainya.. Cara pemberian obat pada

percobaan kali ini terdapat dua cara yaitu secara peroral dan intraperitoneal. Proses absorbsi

merupakan dasar yang penting dalam menentukan aktivitas farmakologis obat.

Efek farmakologik obat merupakan fungsi dari konsentrasi obat di tempat kerja obat.

Ada 3 fase yang didapatkan dari hubungan waktu dan efek otot, yaitu; mula kerja, puncak

efek, lama kerja obat. Ketiga fase ini ditentukan oleh kecepatan absorbsi, distribusi, metabo-

lisme dan eksresi obat.

Untuk menghasilkan efek farmakologi atau efek terapi. Obat harus mencapai tempat

aksinya dalam konsentrasi yang cukup untuk menimbulkan respon tercapainya konsentrasi

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

5` 10` 15` 20` 25` 30` 35` 40` 45` 50` 55` 60`

Per Oral

Intraperitoneal

Page 8: 88849099 Laporan Farmakologi Kel 3

obat tergantung dari jumlah obat yang diberikan, tergantung dari jumlah obat yang diberikan,

tergantung pada keadaan dan kecepatan obat diabsorpsi dari tempat pemberian dan

distribusinya oleh aliran darah ke bagian lain dari badan.

Setiap rute pemberian obat memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri dan memiliki

persamaan, yaitu mencapai reseptor kerja yang diinginkan setelah diberikan melalui rute ter-

tentu yang aman dan nyaman. Obat seringkali digunakan secara oral. Kebanyakan obat

ditelan, ditelan dan jarang yang harus larut dalam mulut. Tujuan penggunaan obat melalui

oral terutama untuk memperoleh efek sistemik, yaitu obat masuk ke dalam pembuluh darah

dan beredar ke seluruh tubuh setelah terjadi absorpsi obat dari bermacam-macam permukaan

sepanjang saluran gastro intestinal. Hal ini disebabkan karena pemberian peroral melalui rute

yang sangat panjang, mulai dari kerongkongan, lambung, usus halus, lalu diabsorbsi di usus

halus, karena mesenterika lalu ke vena porta, masuk kehati lalu setelah itu baru ke sistemik

melalui venahepalika, sehingga pemberian peroral membutuhkan mula kerja yang lama dan

juga karena mengalami first passmetabolism, juga dipengaruhi oleh absorbsi obat.Tetapi ada

obat yang ditelan yang memberikan efek lokal dalam usus atau lambung karena obat tidak

larut atau tidak dapat diabsorpsi dalam rute ini. Dibanding melalui tipe lain penggunaan obat

melalui oral adalah yang paling menyenangkan, murah, dan paling aman. Kerugian melalui

oral adalah memberi respon yang lambat dibanding per injeksi dan kemungkinan terjadi

absorpsi obat yang tidak teratur karena bergantung beberapa faktor, misal:

Jumlah dan jenis makanan yang ada di sel lambung

Kemungkinan obat dirusak oleh reaksi asam di perut

Sedangkan pada pemberian intraperitoneal, obat di injeksi pada rongga perut tanpa mele-

wati GIT dan hepar, sehingga obat tidak mengalami absorpsi dan metabolisme. Obat akan

langsung lewat sirkulasi darah dan sistemik. Efek yang timbul juga lebih cepat dan teratur

dibandingkan peroral, dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar,

vomit, dan sangat berguna pada saat darurat. Kerugiannya adalah menyebabkan rasa nyeri,

sulit dilakukan oleh pasien sendiri, dan kurang ekonomis. Namun dapat menyebabkan onset

of action lebih cepat begitu pula duration of action juga cepat.

Page 9: 88849099 Laporan Farmakologi Kel 3

VIII. Kesimpulan

Analgesik bekerja untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri.

Bentuk sediaan obat yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat

yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi

obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal dan sistemik.

Jika diberikan dosis yang sama. Obat melaui intraperitonial memiliki mula kerja yang

cepat dan durasi lama dibanding per oral.

IX. Daftar Pustaka

1. Neal, Michael J . At a Glance Farmakologi Medis. 2002. Jakarta : Erlangga

2. FK UI. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008.

3. Kirana Rahardja, Tjay Tan Hoan. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT. Gramedia, 2007