199512497 laporan pendahuluan efusi pleura
DESCRIPTION
199512497 Laporan Pendahuluan Efusi PleuraTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
Kasus (Efusi Pleura)
A. Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain.
Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus. (Baughman C Diane, 2010)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya
friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang
disebakan oleh banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-
paru.
B. Etiologi
Menurut jenis cairan yang terakumulasi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :
1. Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh).
Penyakit yang menyertai transudat :
a) Gagal jantung kiri.
b) Sindrom nefrotik.
c) Obstruksi vena kava superior
d) Asites pada serosis hati
e) Sindrom meig’s (asites dengan tumor ovarium).
2. Eksudat ( ekstravasasi cairan kedalam jaringan ).
Cairan ini dapat terjadi karena adanya :
a) Infeksi
b) Neoplasma/tumor
c) Infark paru
C. Tanda dan Gejala
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita
akan sesak napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri
dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis),
banyak keringat, batuk.
3. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Damoiseu).
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya
bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam).
Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
1. Batuk
2. Pernafasan yang cepat
3. Demam
4. Cegukan
D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga
pleura.Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis
pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura
parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis.
Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian
kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan
disini mencapai 1 liter per hari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan
tekanan vena (gagal jantung).
Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat
pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena
disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan
osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh
keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan
protein dan berat jenisnya tinggi cairan ini juga mengandung banyak sel darah
putih. Sebaliknya transudate kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga
berat jenisnya rendah. (Guytondan Hall , 1997)
E. Patologi + Pathway
Adanya kebocoran antar alveoli dengan rongga pleura
Udara pindah dari alveoli ke rongga pleura
Paru kolaps (menguncup)
Pneumotoraks (udara terdapat didalam rongga pleura)
Infeksi masuk ke menghambat drainase tekanan osmotik
rongga pleura limfatik plasma
peradangan permukaan tekanan kapiler paru transudasi cairan
pleua meningkat intravaskuler
permeabilitas vaskuler tekanan hidrostatik edema
transudasi Efusi pleura cavum pleur
Penumpukan cairan dalam rongga pleura
Ekspansi paru menurun peningkatan O2 & CO2
Frekuensi paru menurunnya suplai O2
Sesak nafas
Nyeri dada Nafsu makan menurun
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan di dapati
menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300 ml, akan tampak
cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di
mediatinum.
Pola nafas tidak efektif
Nyeri Akut Ketidakseimbangan nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh
Gangguan Pertukaran gas
Gangguan Pola Tidur
2. Ultrasonografi
3. Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna,
sitologi, berat jenis. fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan
posterior, pada sela iga ke-8 terdapat cairan yang mungkin serosa
(serotorak),berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks).
Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau
eksudat (hasil radang).
4. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil
tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan
kimiawi (glukosa,amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis
sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
G. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berasarkan anamnesa teliti dan pemeriksaan
fisik yang baik, foto thorak PA dan lateral dapat membantu diagnosa, sedangkan
diagnosis pasti ditegakkan melalui punksi, biopsi, dan analisis cairan pleura.
1. Pada pemerikasaan fisik thoraks ditemukan:
Inspeksi:
a. Dinding dada simetris / asimetris
b. Sela iga melebar
c. Cembung
d. Gerakan menurun kesisi yang sehat
Palpasi
e. Gerakan fremitus suara menurun.
Perkusi:
f. Redup, garis Ellis Domoiseau (+)
Auskultasi:
g. Pada bagian yang sakit, suara napas menurun
Pada foto thoraks:
Rontgen dada. Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan
untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
Gambaran Efusi pleura akan tampak sbb:
a. Cairan pleura tampak berupa perselubungan hemogen menutupi struktur
paru yang biasanya relatif radioopak dengan permukaan atas cekung.
b. Perselubungan berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah.
c. Kadang-kadang tampak mediastinum terdorong ke arah kontralateral.
CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
Torakosintesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis
(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke
dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Biopsi dan analisis cairan pleura
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan
biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada
sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,
penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.
H. Prognosis
Prognosis sangat bervariasi dan tergantung pada faktor penyebab dan ciri efusi
pleura. Pasien yang mencari pertolongan medis lebih dini karena penyakitnya dan
dengan diagnosis yang tepat serta penatalaksanaan yang tepat pula memiliki angka
komplikasi yang lebih rendah.
I. Penatalaksanaan
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya
penurunan suara pernafasan.
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
2. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan
lokal).
5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber
cairan yang terkumpul.
J. Komplikasi
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis.
Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang
berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan
untuk memisahkan membran-membran pleura tersebut.
b. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembahan paru yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis
Paru fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat
paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
perbaikan jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru yang
menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan
dapat menyebabkan penggantian jaringan baru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a) Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang
dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan
efusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada,
nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir
terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan
keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan
atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC
paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan
lain sebagainya.
f) Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
g) Pemeriksaan Radiologi
Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc
tidak bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa
penumpukan kostofrenikus. Pada efusi pleura sub pulmonal, meski cairan
pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis tampak tumpul, diafragma
kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan dengan foto thorax
lateral dari sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil
yang memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
h) Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara
lain :
a) Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Transudat Eksudat
Kadar protein dalam effusi 9/dl < 3 > 3Kadar protein dalam effuse < 0,5 > 0,5Kadar protein dalam serum - > 200Kadar LDH dalam effusi (1-U) < 200 > 200Kadar LDH dalam effusi < 0,6 > 0,6
Kadar LDH dalam serum
Berat jenis cairan effusi < 1,016 > 1,016
Rivalta Negatif Positif
Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga
cairan pleura :
- Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit
infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma
- Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis
adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).
b) Analisa cairan pleura
- Transudat : jernih, kekuningan
- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan
- Hilothorax : putih seperti susu
- Empiema : kental dan keruh
- Empiema anaerob : berbau busuk
- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah
c) Perhitungan sel dan sitologi
Leukosit 25.000 (mm3) : empiema
Banyak Netrofil : pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB paru
Banyak Limfosit : tuberculosis, limfoma, keganasan.
Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan jamur
Eritrosit : mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan
tampak kemorogis, sering dijumpai pada
pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit >
100000 (mm3 menunjukkan infark paru, trauma
dada dan keganasan.
Misotel banyak :Jika terdapat mesotel kecurigaan TB bisa
disingkirkan.
Sitologi : Hanya 50 - 60 % kasus- kasus keganasan dapat
ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih
terdeteksi karena akumulasi cairan pleura lewat
mekanisme obstruksi, preamonitas atau atelektasis
(Alsagaff Hood, 1995 : 147,148)
d) Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo
cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB
kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang
positif sampai 20 % (Soeparman, 1998: 788).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
(akumulasi udara/cairan).
2. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pertukaran O2 dan CO2
terganggu
5. Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada rongga pleura.
C. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Pola napas tidak
efektif berhubungan
dengan penurunan
ekspansi paru
(akumulasi
udara/cairan)
Tupan :
Pola napas
efektif.
Tupen :
setelah dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3x24 jam
pasien bisa
1. identifikasi etiologi
atau faktor pencetus.
2. Evaluasi fungsi
pernapasan (napas
cepat, sianosis,
perubahan tanda
vital)
1. Pemahaman
penyebab kolaps
perlu untuk
pemasangan selang
dada yang tepat dan
memilih tindakan
terpeutik yang lain.
bernapas dengan
normal
dengan kriteria
hasil:
Menunjukkan
pola napas
normal/efektif
dengan GDA
normal,
Bebas sianosis
dan tanda gejala
hipoksia
3. Auskultasi bunyi
napas.
4. Kaji pasien adanya
nyeri tekan bila
batuk, nafas dalam
5. Pertahankan posisi
nyaman biasanya
peninggian kepala
tempat tidur
6. Bila selang dada
dipasang :
- periksa
pengontrol
penghisap, batas
cairan.
- Observasi
gelembung udara
botol
penampung.
- Klem selang
pada bagian
bawah unit
drainase bila
2. Disteres pernafasan
dan perubahan pada
tanda- tanda vital
dapat terjadi karena
stress foisiologis
dan nyeri qatau
dapat menunjukan
terjadinya syok
sehubungan dengan
hipoksia/
perdarahan .
3. Bunyi nafas dapat
menurun atau tak
ada pada lobus,
segmen paru atau
seluruh area paru
( unilateral). Area
atelektasis tak ada
bunyi nafas, dan
sebagian area
kolaps menurun
bunyinya
4. Sokongan terhadap
terjadi
kebocoran.
- Awasi pasang
surutnya air
penampung.
- Catat
karakter/jumlah
drainase selang
dada.
7. Kolaborasi untuk
pmberian oksigen
melalui kanul/masker
dada dan otot
abnormal membuat
batuk efektif/
mengurangi trauma.
5. menurunkan resiko
obstruksi drainase/
terlepasnya selang
6. Mempertahankan
tekanan negative
intrapleural sesuai
yang diberikan ,
yang meningkatkan
ekspansi optimum
dan drainase cairan
dan melakukan
intervensi
selanjutnya.
7. Alat dalam
menurunkan kerja
nafas;
meningkatkan
penghilangan
distres respirasi dan
sianosis
sehubungan dengan
hipoksemia.2 Gangguan pola
istirahat dan tidur
berhubungan dengan
adanya nyeri.
Tupan :
Pola tidur
terpenuhi
Tupen :
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3x24 jam
pola tidur
terpenuhi dengan
kriteria hasil :
nyeri berkurang
1. Kaji masalah
gangguan tidur
pasien, karakteristik,
dan penyebab kurang
tidur.
2. Lakukan mandi
hangat sebelum tidur
3. Lakukan masase
pada daerah
belakang, tutup
jendela / pintu jika
perlu
4. Berikan pengobatan
seperti analgetik dan
sedative setengah
jam sebelum tidur.
1. Memberikan
infrmasi dasar
dalam menentukan
rencana perawatan.
2. Meningkatkan tidur
3. Mengurangi
gangguan tidur
4. Mengurangi
gangguan tidur
3 Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia.
Tupan :
Tidak terjadi
anoreksia.
Tupen :
Setelah
dilakukan
1. Catat intake dan
output.2. Anjurkan makan
dalam porsi kecil tapi
sering.3. Ajurkan untuk
1. Menentukan hidrasi
cairan dan
pengeluaran melalui
muntah.2. Dapat mencukupi
asupan nutrisi yang
intervensi
keperawatan
selama 3x24 jam
kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan
kriteria hasil :
klien tidak
merasakan
nausea dan
vomitus,
menghindari
makanan yang
berlemak.
dibutuhkan tubuh.3. Dapat merangsang
mual dan muntah.
4 Gangguan pertukaran
gas berhubungan
dengan penurunan
ekspansi paru
Tupan :
Tidak terjadi
gangguan
pertukaran gas.
Tupen :
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3x24 jam
pertukaran gas
dalam alveoli
adekuat dengan
kriteria hasil :
TTV klien
normal (TD :
120/80 mmHg,
nadi : 60 – 100
x/menit, suhu :
36 – 37 , RR: 16
1. Kaji frekuensi,
kedalaman, dan
kemudahan bernafas.2. Observasi warna
kulit, membrane
mukosa, dan kuku,
catat adanya sianosis
perifer (kuku) atau
sianosis sentral
(sirkumoral).3. Awasi frekuensi
jantung/irama.4. Pertahankan istirahat
dan tidur. Dorong
menggunakan teknik
relaksasi dan
aktivitas senggang.5. Tinggikan kepala dan
1. Manifestasi ditres
pernafasan
tergantung
pada/indikasi
derajat keterlibatan
paru dan status
kesehatan umum2. Sianosis kuku
menunjukkan
vasokontriksi/respo
n tubuh terhadap
demam/menggigil.
Namun sianosis
daun telinga,
membrane mukosa
dan kulit disekitar
mulut menunjukkan
– 24 x/menit ),
bunyi paru
normal, tidak
adanya distress
pernafasan, dapat
menunjukkan
tehnik nafas
dalam dan batuk
efektif, tidak ada
sianosis, kulit
hangat.
dorong sering
mengubah posisi,
nafas dalam , dan
batuk efektif.6. Berikan terapi
oksigen dengan
benar.7. Awasi GDA,nadi
oksimetri
hipoksemia
sistemik.3. Takikardi biasanya
ada akibat
demam/dehidrasi
tetapi dapat juga
sebagai respon
terhadap
hipoksemia.4. Mencegah terlalu
lelah dan
menurunkan
kebutuhan/konsums
i oksigen untuk
memudahkan
perbaikan infeksi.5. tindakan ini
meningkatkan
inspirasi maksimal,
meningkatkan
pengeluaran secret
untuk memperbaiki
ventilasi.6. Tujuan terapi
oksigen adalah
mempertahankan
PaO2 diatas 60
mmHg7. Mengevaluasi
proses penyakit dan
memudahkan terapi
paru.5 Nyeri dada
berhubungan dengan
peradangan pada
rongga pleura
Tupan :
Nyeri dada
berkurang
Tupen :
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3x24 jam
pasien
mengatakan
nyeri dada klien
hilang dengan
kriteria hasil :
nyeri berkurang
dan pasien
tampak tenang.
1. Observasi
karakteristik, lokasi,
waktu, dan
perjalanan rasa nyeri
dada
Tersebut
2. Bantu klien
melakukan tehnik
relaksasi
3. Berikan analgetik
sesuai indikasi
1. Membantu dalam
mengevaluasi rasa
nyeri.
2. Membantu
mengurangi rasa
nyeri.
3. Untuk
mengurangi /
menghilangkan
rasa nyeri.
Daftar Pustaka
Askep dengan Efusi Pleura - x-asuhankeperawatan.blogspot.com.htm
respirasi (efusi pleura)/Laporan Pendahuluan Efusi Fleura.htm
Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah , Brunner and
Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002. respirasi (efusi pleura)/EFUSI
PLEURA _ TMC.htm
Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah , Jakrta, EGC, 2000.