asuhan keperawatan dengan klien efusi pleura

37
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernapasan masih menduduki peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Efusi pleura adalah salah satu kelainan yang mengganggu sistem pernapasan Efusi pleura sendiri sebenarnya bukanlah diagnosa dari suatu penyakit melainkan hanya lebih merupakan symptom atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya. Penyebab efusi pleura bisa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndroma 1

Upload: dian-kasihsa-sondi

Post on 01-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernapasan masih menduduki

peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Efusi pleura

adalah salah satu kelainan yang mengganggu sistem pernapasan Efusi pleura sendiri

sebenarnya bukanlah diagnosa dari suatu penyakit melainkan hanya lebih merupakan

symptom atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana

terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan

membahayakan jiwa penderitanya.

Penyebab efusi pleura bisa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya

neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari

organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik,

hipoalbumin dan lain sebagainya. Tingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh

jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika

efusi luas, expansi paru akan terganggu dan pasien akan mengalami sesak, nyeri dada,

batuk non produktif bahkan akan terjadi kolaps paru dan akibatnya akan terjadilah gagal

nafas. Kondisi-kondisi tersebut diatas tidak jarang menyebabkan kematian pada

penderita efusi pleura.

1

Page 2: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

Berdasarkan data dari medical record di UPF ilmu penyakit paru RSUD Dr.

Soetomo  tahun 2005, didapatkan data bahwa effusi pleura menduduki peringkat kedua

setelah TB paru dengan jumlah kasus yang datang sebanyak 364 orang dan angka

mortalitasnya mencapai 26 orang. Sedangkan tahun 2008 menduduki peringkat ke lima

dengan angka mortalitasnya mencapai 31 orang dan prosentase 8,0% dari 387 kasus

efusi pleura yang ada, sementara tahun 2011 mencapai 7,65% dari 366 kasus efusi

pleura dan menduduki peringkat kedua setelah TB paru atau angka mortalitasnya

mencapai 38 orang, (medical record RSUD Dr Soetomo tahun 2000).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep dasar medic dari efusi pleura?

Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada penderita efusi

pleura?

1.3 Tujuan penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien

penderita efusi pleura

1.3.2 Tujuan khusus

Mengidentifikasi konsep dasar efusi pleura, meliputi, definisi, etiologi,

manifestasi klinis, patofisiologi dan komplikasi.

2

Page 3: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

Mengidentifikasi proses keperawatan pada kasus efusi pleura, meliputi

pengkajian, analisa data dan diagnosa serta intervensi

1.4 Manfaat

Mahasiswa memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan efusi pleura sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah system

respirasi.

Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat

menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.

3

Page 4: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi dan Fisiologi

Anatomi

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian

samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh

diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada 2 bagian yaitu paru-paru kanan

(pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo

sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput

yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi

paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang

menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut

pleura luar (pleura parietalis).

Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan

pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari

plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat

permeabel terhadap air dan zat-zat lain.

4

Page 5: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

Fisiologi

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau

dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh

susunan saraf otonom.

Menurut tempat terjadinya pertukaran gas, maka pernapasan dapat

dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.

Pernapasan luar adalah pertukaran gas yang terjadi antara udara dalam

alveolus dengan darah dalam kapiler

Pernapasan dalam adalah pertukaran gas yang terjadi antara udara dalam

kapiler dengan sel-sel tubuh.

Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh

perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar

tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan

masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka

udara akan keluar.

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan

udara(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi), maka mekanisme

pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan

pernapasan perut.

5

Page 6: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

Pernapasan Dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang

rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Fase inspirasi. 

Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga

rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada

menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar

yang kaya oksigen masuk.

2. Fase ekspirasi. 

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara

tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang

rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya,

tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada

tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya

karbon dioksida keluar.

Pernapasan Perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya

melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga

perut dan rongga dada.

Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap

yakni sebagai berikut.

6

Page 7: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

1. Fase Inspirasi. 

Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma

mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi

kecil sehingga udara luar masuk.

2. Fase Ekspirasi. 

Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma

(kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada

mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara

keluar dari paru-paru.

2.2 Konsep Dasar

1. Pengertian

Beberapa pengertian efusi pleura diantaranya sebagai berikut:

a. Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan

(terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleura). (Irman Somantri, 2009)

b. Efusi pleura adalah cairan dalam rongga pleura yang disebabkan oleh beberapa

macam penyakit/sebab. (Arita Murwani, S.Kep, 2009)

c. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam

pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya keseimbangan

antara produksi dan absorbs dikapiler dan pleura viseralis. (Muttaqin Arif, 2008).

7

Page 8: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

Dari beberapa pengertian tentang efusi pleura dapat disimpulkan bahwa,

Efusi pleura merupakan suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan

disebabkan oleh beberapa macam penyakit/sebab yang berupa cairan transudat

atau eksudat yang diakibatkan terjadinya keseimbangan antara produksi dan

absorbsi dikapiler dan pleura viseralis.

2. Etiologi

Efusi pleura biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit

lain. Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi 2, yaitu:

a. Transudat dapat disebabkan oleh: kegagalan jantung kongestif, sindroma

nefrotik, asites, sindroma vena cava superior, dan tumor.

b. Eksudat disebabkan oleh infeksi TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi, dan

penyakit kologen.

Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral

dan bilateral. Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan

penyakit penyebabnya akan tetapi efusi bilateral ditemukan pada penyakit

kegagalan jantung kongestif, sindrom nefrotik, asites, infark paru, lupus

eritematosus sistemis, tumor dan tuberculosis. (Muttaqin Arif,2008)

8

Page 9: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

3. Patofisiologi

Pleura terdiri dari dua lapisan yang berbeda yakni pleura

visceralis dan pleura parietalis yang letaknya berhadapan dan

hanya dipisahkan oleh selapis tipis cairan serosa. Lapisan tipis

dari cairan ini memperlihatkan adanya keseimbangan antara

transudasi dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorpsi oleh vena

visceral dan parietal serta saluran getah bening. Secara normal

ruang pleura mengandung 5 sampai 15 mL cairan berfungsi

sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura

bergerak tanpa adanya friksi dan terjadinya efusi pleura bergantung

pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura.

Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan

berupa transudat maupun eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan

vena pulmonalis, misalnya pada gagal jantung kongastif. Pada kasus ini

keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah.

Transudasi juga dapat terjadi hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan

ginjal. Penimbunan transudat dalam rongga pleura disebut hidrotoraks. Cairan

pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi.

Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura,

dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absosbsi getah bening.

Jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Bila efusi

9

Page 10: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

pleura berupa cairan hemoragis disebut hemotoraks dan biasanya disebabkan

karena trauma maupun keganasan. Efusi pleura akan menghambat fungsi paru

dengan membatasi pengembangannya. Derajat gangguan fungsi dan kelemahan

bergantung pada ukuran maka jumlah cairan yang cukup besar mungkin akan

terkumpul dengan sedikit ganguan fisik yang nyata.

Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan

menyebabkan gagal nafas. Gagal nafas didefenisikan sebagai kegagalan

pernafasan bila tekanan partial oksigen (PaO2) ≤ 60 mmHg atau tekanan partial

karbondioksida arteri (PaCO2) ≥ 50 mmHg melalui pemeriksaan analisa gas darah.

4. Manifestasi Klinik

Beberapa manifestasi klinik yang ditemukan pada efusi pleura yaitu

sebagai berikut:

a. Dispnea, terjadi karena ekspansi paru menurun akibat akumulasi cairan dipleura.

b. Nyeri dada, terjadi karena inervasi syaraf luterkostalis dan segmen torakalis.

c. Batuk

d. Berkeringat, akibat terjadinya peningkatan metabolisme tubuh.

e. Demam, biasanya terjadi apabila efusi pleura disebabkan oleh pneumonia

(infeksi).

f. Lemah dan lelah, terjadi karena transport O2 berkurang.

g. Pengembangan dada tidak simetris, terjadi karena akumulasi cairan di pleura.

10

Page 11: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

h. Perkusi pekak di atas pleura, terjadi karena akumulasi cairan di pleura.

i. Traktil vocal premitus berkurang, terjadi karena akumulasi cairan di pleura.

j. Hipoksemia bila oksigen terganggu, akibat transport O2 ke jaringan berkurang.

5. Test Diagnostik

Pemeriksaan yang dilakukan pada efusi pleura yaitu sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan Cairan Pleura

Kadar protein pada umumnya tinggi (≥ 3gr/dl), kadar LDH (diatas

200 ul), kadar glukosa (< 60 mg/dl), jumlah eusinofil meningkat,

jumlah limfosit pada hitung jenis leukosit 50% atau lebih dan jumlah

eritrosit ≥ 100.000/ML.

2) Analisa Cairan Pleura

Macam-macam cairan pleura (mikroskopis) yaitu sebagai berikut:

a) Transudat : jernih, kekuningan

b) Eksudat : kuning, kuning kehijauan

c) Kilotoraks : putih seperti susu

d) Empiema : kental dan keruh

e) Empiema anaerob : berbau busuk

f) Mesotelioma maligna : sangat kental dan berbau darah

11

Page 12: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

Pemeriksaan cairan pleura hasil thorakosintesis secara makroskopis

biasanya dapat berupa cairan eksudat dan transudat. (Muttaqin Arif,2008).

1. Yellow exudates pleural effusion, terutama terjadi pada keadaan

kegagalan jantung kongestif, sindrom nefrotik, hipoalbuminemia, dan

perikarditis kongestif.

2. Clear transuddate pleural effusion, sering terjadi pada klien dengan

keganasan ekstrapulmoner.

b. Pemeriksaan Radiologi

1) Foto Thorax

a). Pemeriksaan foto thoraks PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak

bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa

kostofrenikus. Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan

pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalistampak tumpul dan

diafragma kelihatan meninggi.

b). Foto Thorax Lateral dari sisi yang sakit seringkali memberi hasil

yang memuaskan bila cairan pleura sedikit. (Muttaqin Arif).

c. Pemeriksaan Sitologi

Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk

diagnostik cairan pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologi atau

dominasi sel-sel tertentu seperti:

12

Page 13: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

1) Sel neutofil: menunjukkan adanya infeksi akut.

2) Sel limfosit: menunjukkan adanya infeksi kronik seperti; pleuritis,

tuberkulosa atau limfoma malignum.

3) Sel metosel: bila ` jumlahnya meningkat, ini menunjukkan

adanya infark paru. Biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit.

4) Sel mesotel malignan: pada mesoteliomasel-sel besar dengan

banyak inti: pada arthritis rheumatoid

5) Sel LE: pada lupus eritomatesus sistemik (Hetti,2009)

d. Pemeriksaan Biopsi Pleura

Biopsy berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura melalui

biopsi jalur perkutaneus. Biopsi ini dilakukan untuk mengetahui adanya sel-

sel ganas atau kuman-kuman penyakit (Muttaqin Arif, 2008).

e. Pemeriksaan Bakteriologi

Biasanya cairan pleura steril tapi kadang-kadang dapat mengandung

mikroorganisme seperti pneumococcus, klebsiella, pseudomonas,

enterobakteri dan tuberculosa. (Hetti, 2009)

6. Penatalaksanaan

Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa

intubasi melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau

bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif.

13

Page 14: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam

fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera

dilakukan, tetapi ini tidak berarti tidak diiringi pengeluaran cairan yang

adekuat.Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat

dilakukan pleurodesis yakni meningkatkan pleura viseralis dan pleura parietalis.

Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin, bleomicin, corynecbacterium parvum dan

lain-lain :

a. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.

b. Irigasi cairan dalam fisiologis atau larutan anti septic (betadine).

c. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.

d. Torasentesis, untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),

menghilangkan dispnea.

e. Water seal drainage (WSD): suatu unit yang bekerja sebagai untuk mengeluarkan

udara dan cairan melalui selang dada. Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika

efusi meninggalkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dan lain-lain. Cairan

efusi sebanyak 1-1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah

meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka

pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.

f. Antibiotika jika terdapat empiema.

g. Operatif. (Masajats,2009)

14

Page 15: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

7. Komplikasi

a. Fibrothoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase

yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan

pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks

meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-

jaringan yang berada dibawahnya.

b. Atelektasis

Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurnayang

disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.

c. Fibrosis Paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat

paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan

jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang

menimbulkan peradangan.

d. Kolaps Paru

Pada efusi pleura, atelektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan

ektrinsik pda sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara keluar

dan mengakibatkan kolaps paru. (Masajats, 2009)

15

Page 16: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

2.3 KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian focus

1. Biodata

Umur, alamat, pekerjaan

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia

b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien dengan efusi pleura biasanya diawali dengan tanda – tanda seperti

batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan

menurun, dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu

muncul, apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau

menghilangkan keluhan – keluhan tersebut.

c. Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC

paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites, dan sebaginya. Hal ini

diperlukan untuk mengetahui adanya faktor predisposisi.

d. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit –

penyakit yang disinyalir dapat menyebabkan effuse pleura seperti CA paru,

asma, TB paru dan sebaginya.

16

Page 17: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

3. Pola fungsional Gordon yang terkait

a. Pola nutrisi dan metabolisme

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolism, kita perlu melakukan

pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi

pasien, selain itu perlu juga ditanyakan kebiasaan makan dan minum pasien

sebelum dan selama MRS pasien dengan effuse pleura akan mengalami

penurunan nafsu makan akiban dari sesak nafas dan penekanan pada struktur

abdomen. Peningkatan metabolism akan terjadi akibat proses penyakit

dengan effuse pleura keadaan umumnya lemah nutrisi dan metabolic.

b. Pola persepsi sensori dan kognitif

Akibat dari effusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan sehingga

menimbulkan rasa nyeri.

c. Pola aktivitas dan latihan

Akibat sesak nafas, kebutuhan oksigen jaringan akan kurang terpenuhi dan

akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu,

pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan

untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu

oleh perawat dan keluarganya.

d. Istirahat dan tidur

Karena adanya nyeri dada, sesak nafas, dan peningkatan suhu tubuh akan

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahatnya.

17

Page 18: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : pasien tampak sesak nafas

b. Tingkat kesadaran : komposmentis

c. TTV

RR : takhipnea

N : Takhikardia

S : Jika ada infeksi bisa hipertermia

TD : Bisa hipotensia

d. Kepala : mesochepal

e. Mata : conjungtiva anemis

f. Hidung : sesak nafas, cuping hidung

g. Dada : gerakan pernafasan berkurang

h. Pulmo ( paru – paru )

Inspeksi : terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas, tampak

penggunaan otot bantu nafas

Palpasi : vocal premitus menurun

Perkusi : pekak dan redup

Auskultasi : bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas yang

terkena.

5. Pemeriksaan penunjang

a. pemeriksaan Torak Sinar

18

Page 19: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

terlihat : - sudut kostofrenik tumpul

- Obstruksi diafragma sebagian “putih” komplet pada area

yang sakit

b. Torasentesis

Mengambil cairan efusi untuk melihat jenis cairannya serta adanya bakteri

dalam cairan.

c. Biopsi Pleura

Jika penyebab efusi adalah CA untuk menunjukkan adanya keganasan

d. GDA

Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi gangguan

mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi PACO2 kadang-

kadang meningkat, PAO2 mungkin normal atau menurun, saturasi O2

biasanya menurun.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan pengembangan paru

2. Gangguan rasa nyaman b/d nyeri dada

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

5. Hipertermi b/d proses peradangan

19

Page 20: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

C. Intervensi dan Rasional

1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan pengembangan paru

Tujuan : Pola napas kembali efektif

Ditandai dengan : Tidak ada dyspnea, tidak ada penggunaan otot bantu

pernapasan, RR normal ( 16 – 20 x / menit )

Intervensi :

a. Observasi pernafasan khususnya bunyi nafas dan perkusi

Rasional : bunyi nafas dapat menurun.

b. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan

Rasional : menigkatkan inspirasi maksimum

c. Anjurkan klien untuk tidak beraktivitas

Rasional : aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kenutuhan O2

d. Kolaborasi pemberian O2

Rasional : alat membantu meningkatkan O2

2. Gangguan rasa nyaman b/d nyeri dada

Tujuan : tidak da nyeri dada

Ditandai dengan : - Keluahan nyeri berkurang

- Skala nyeri menurun

Intervensi :

a. Kaji perkembangn nyeri

20

Page 21: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

Rasional ; untuk mengetahui terjadinya komplikasi

b. Ajarkan klien tehnik relaksasi

Rasional : untuk meringankan nyeri

c. Beri posisi yang nyaman

Rasional : untuk memberi kenyamanan klien

d. Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : untuk mengurangi rasa sakit

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

Tujuan : tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Ditandai dengan : nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastic

Intervensi :

a. Observasi nafsu makan klien

Rasional : porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan belum

membaik

b. Beri makan klien sedikit tapi sering

Rasional : meningkatkan masukan secara perlahan

c. Beritahu klien pentingnya nutrisi

Rasional : klien dapat memahami dan mau menigkatkan masukan nutrisi

d. Pemberian diit TKTP

Rasional : meningkatkan energy dan protein pada tubuh sebagai pembangun

21

Page 22: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan             : Suhu tubuh kembali dalam keadaan normal setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama … x 24 jam

Kriteria Hasil:

1.      Suhu tubuh 36,5-37,5 C

2.      Kulit hangat dan lembab, membran mukosa lembab

Intervensi

1. Monitoring perubahan suhu tubuh

Rasional : Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui

perkembangan dan kemajuan dari pasien.

2. Berikan kompres hangat

Rasional : Dapat membantu mengurangi demam.

3. Berikan antipiretik

Rasional : Mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,

meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan

organisme dan autodestruksi dari sel-sel terinfeksi.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak-seimbangan suplai

oksigen dengan kebutuhan

Tujuan: klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama … x 24 jam

Kriteria hasil:

22

Page 23: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

1.      Klien melakuakan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan

2.      Klien dapat bergerak secara bebas

3.      Kelelahan berkurang atau hilang

4.      Tonus otot baik menunjukkan angka 5

Intervensi:

1.      Kaji aktifitas yang dilakukan klien

Rasional: mengetahui perkembangan aktivitas day living

2.      Latih klien untuk melakukan pergerakan aktif dan pasif

Rasional: supaya otot-otot tidak mengalami kekakuan

3.      Berikan dukungan pada klien dalam melakukan latihan secara teratur, seperti:

berjalan perlahan atau latihan lainnya.

Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan

kebutuhan O2

4.      Diskusikan dengan klien untuk rencana pengembangan latihan berdasarkan status

fungsi dasar

Rasional: untuk memberikan terapiyang sesuai pada status pasien saat ini

5.      Anjurkan klien untuk konsultasi denan ahli terapi

Rasional: menentukan program latihan spesifik sesuai kemampuan klien

23

Page 24: Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleura

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Efusi pleura merupakan suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh

cairan disebabkan oleh beberapa macam penyakit/sebab yang berupa cairan

transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya keseimbangan antara produksi

dan absorbsi dikapiler dan pleura viseralis.

Pasien dengan gangguan efusi pleura dapat datang dengan berbagai keluhan

termasuk nyeri dada, napas pendek, bahkan pada pemeriksaan juga dapat

ditemukan penurunan bunyi napas dan pekak pada perkusi.

3.2 Saran

Efusi pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada penderita

penyakit paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit primer paru agar

efusi yang terjadi tidak terlalu lama menginfeksi pleura.

24