asuhan keperawatan dengan klien efusi pleura
DESCRIPTION
Asuhan Keperawatan Dengan Klien efusi pleuraTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernapasan masih menduduki
peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Efusi pleura
adalah salah satu kelainan yang mengganggu sistem pernapasan Efusi pleura sendiri
sebenarnya bukanlah diagnosa dari suatu penyakit melainkan hanya lebih merupakan
symptom atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana
terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan
membahayakan jiwa penderitanya.
Penyebab efusi pleura bisa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya
neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari
organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik,
hipoalbumin dan lain sebagainya. Tingkat kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh
jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan pada paru. Jika
efusi luas, expansi paru akan terganggu dan pasien akan mengalami sesak, nyeri dada,
batuk non produktif bahkan akan terjadi kolaps paru dan akibatnya akan terjadilah gagal
nafas. Kondisi-kondisi tersebut diatas tidak jarang menyebabkan kematian pada
penderita efusi pleura.
1
Berdasarkan data dari medical record di UPF ilmu penyakit paru RSUD Dr.
Soetomo tahun 2005, didapatkan data bahwa effusi pleura menduduki peringkat kedua
setelah TB paru dengan jumlah kasus yang datang sebanyak 364 orang dan angka
mortalitasnya mencapai 26 orang. Sedangkan tahun 2008 menduduki peringkat ke lima
dengan angka mortalitasnya mencapai 31 orang dan prosentase 8,0% dari 387 kasus
efusi pleura yang ada, sementara tahun 2011 mencapai 7,65% dari 366 kasus efusi
pleura dan menduduki peringkat kedua setelah TB paru atau angka mortalitasnya
mencapai 38 orang, (medical record RSUD Dr Soetomo tahun 2000).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar medic dari efusi pleura?
Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada penderita efusi
pleura?
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien
penderita efusi pleura
1.3.2 Tujuan khusus
Mengidentifikasi konsep dasar efusi pleura, meliputi, definisi, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi dan komplikasi.
2
Mengidentifikasi proses keperawatan pada kasus efusi pleura, meliputi
pengkajian, analisa data dan diagnosa serta intervensi
1.4 Manfaat
Mahasiswa memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan efusi pleura sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah system
respirasi.
Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat
menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi dan Fisiologi
Anatomi
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada 2 bagian yaitu paru-paru kanan
(pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo
sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput
yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi
paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut
pleura luar (pleura parietalis).
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan
pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari
plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat
permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
4
Fisiologi
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau
dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas, maka pernapasan dapat
dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran gas yang terjadi antara udara dalam
alveolus dengan darah dalam kapiler
Pernapasan dalam adalah pertukaran gas yang terjadi antara udara dalam
kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar
tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan
masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka
udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan
udara(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi), maka mekanisme
pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut.
5
Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang
rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Fase inspirasi.
Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga
rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada
menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar
yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi.
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara
tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang
rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya,
tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada
tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya
karbon dioksida keluar.
Pernapasan Perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya
melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga
perut dan rongga dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap
yakni sebagai berikut.
6
1. Fase Inspirasi.
Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma
mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi
kecil sehingga udara luar masuk.
2. Fase Ekspirasi.
Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma
(kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada
mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara
keluar dari paru-paru.
2.2 Konsep Dasar
1. Pengertian
Beberapa pengertian efusi pleura diantaranya sebagai berikut:
a. Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan
(terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleura). (Irman Somantri, 2009)
b. Efusi pleura adalah cairan dalam rongga pleura yang disebabkan oleh beberapa
macam penyakit/sebab. (Arita Murwani, S.Kep, 2009)
c. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam
pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya keseimbangan
antara produksi dan absorbs dikapiler dan pleura viseralis. (Muttaqin Arif, 2008).
7
Dari beberapa pengertian tentang efusi pleura dapat disimpulkan bahwa,
Efusi pleura merupakan suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan
disebabkan oleh beberapa macam penyakit/sebab yang berupa cairan transudat
atau eksudat yang diakibatkan terjadinya keseimbangan antara produksi dan
absorbsi dikapiler dan pleura viseralis.
2. Etiologi
Efusi pleura biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain. Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi 2, yaitu:
a. Transudat dapat disebabkan oleh: kegagalan jantung kongestif, sindroma
nefrotik, asites, sindroma vena cava superior, dan tumor.
b. Eksudat disebabkan oleh infeksi TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi, dan
penyakit kologen.
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral
dan bilateral. Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan
penyakit penyebabnya akan tetapi efusi bilateral ditemukan pada penyakit
kegagalan jantung kongestif, sindrom nefrotik, asites, infark paru, lupus
eritematosus sistemis, tumor dan tuberculosis. (Muttaqin Arif,2008)
8
3. Patofisiologi
Pleura terdiri dari dua lapisan yang berbeda yakni pleura
visceralis dan pleura parietalis yang letaknya berhadapan dan
hanya dipisahkan oleh selapis tipis cairan serosa. Lapisan tipis
dari cairan ini memperlihatkan adanya keseimbangan antara
transudasi dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorpsi oleh vena
visceral dan parietal serta saluran getah bening. Secara normal
ruang pleura mengandung 5 sampai 15 mL cairan berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura
bergerak tanpa adanya friksi dan terjadinya efusi pleura bergantung
pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura.
Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan
berupa transudat maupun eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan
vena pulmonalis, misalnya pada gagal jantung kongastif. Pada kasus ini
keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah.
Transudasi juga dapat terjadi hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan
ginjal. Penimbunan transudat dalam rongga pleura disebut hidrotoraks. Cairan
pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi.
Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura,
dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absosbsi getah bening.
Jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Bila efusi
9
pleura berupa cairan hemoragis disebut hemotoraks dan biasanya disebabkan
karena trauma maupun keganasan. Efusi pleura akan menghambat fungsi paru
dengan membatasi pengembangannya. Derajat gangguan fungsi dan kelemahan
bergantung pada ukuran maka jumlah cairan yang cukup besar mungkin akan
terkumpul dengan sedikit ganguan fisik yang nyata.
Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan
menyebabkan gagal nafas. Gagal nafas didefenisikan sebagai kegagalan
pernafasan bila tekanan partial oksigen (PaO2) ≤ 60 mmHg atau tekanan partial
karbondioksida arteri (PaCO2) ≥ 50 mmHg melalui pemeriksaan analisa gas darah.
4. Manifestasi Klinik
Beberapa manifestasi klinik yang ditemukan pada efusi pleura yaitu
sebagai berikut:
a. Dispnea, terjadi karena ekspansi paru menurun akibat akumulasi cairan dipleura.
b. Nyeri dada, terjadi karena inervasi syaraf luterkostalis dan segmen torakalis.
c. Batuk
d. Berkeringat, akibat terjadinya peningkatan metabolisme tubuh.
e. Demam, biasanya terjadi apabila efusi pleura disebabkan oleh pneumonia
(infeksi).
f. Lemah dan lelah, terjadi karena transport O2 berkurang.
g. Pengembangan dada tidak simetris, terjadi karena akumulasi cairan di pleura.
10
h. Perkusi pekak di atas pleura, terjadi karena akumulasi cairan di pleura.
i. Traktil vocal premitus berkurang, terjadi karena akumulasi cairan di pleura.
j. Hipoksemia bila oksigen terganggu, akibat transport O2 ke jaringan berkurang.
5. Test Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan pada efusi pleura yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Cairan Pleura
Kadar protein pada umumnya tinggi (≥ 3gr/dl), kadar LDH (diatas
200 ul), kadar glukosa (< 60 mg/dl), jumlah eusinofil meningkat,
jumlah limfosit pada hitung jenis leukosit 50% atau lebih dan jumlah
eritrosit ≥ 100.000/ML.
2) Analisa Cairan Pleura
Macam-macam cairan pleura (mikroskopis) yaitu sebagai berikut:
a) Transudat : jernih, kekuningan
b) Eksudat : kuning, kuning kehijauan
c) Kilotoraks : putih seperti susu
d) Empiema : kental dan keruh
e) Empiema anaerob : berbau busuk
f) Mesotelioma maligna : sangat kental dan berbau darah
11
Pemeriksaan cairan pleura hasil thorakosintesis secara makroskopis
biasanya dapat berupa cairan eksudat dan transudat. (Muttaqin Arif,2008).
1. Yellow exudates pleural effusion, terutama terjadi pada keadaan
kegagalan jantung kongestif, sindrom nefrotik, hipoalbuminemia, dan
perikarditis kongestif.
2. Clear transuddate pleural effusion, sering terjadi pada klien dengan
keganasan ekstrapulmoner.
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto Thorax
a). Pemeriksaan foto thoraks PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak
bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa
kostofrenikus. Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan
pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalistampak tumpul dan
diafragma kelihatan meninggi.
b). Foto Thorax Lateral dari sisi yang sakit seringkali memberi hasil
yang memuaskan bila cairan pleura sedikit. (Muttaqin Arif).
c. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk
diagnostik cairan pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologi atau
dominasi sel-sel tertentu seperti:
12
1) Sel neutofil: menunjukkan adanya infeksi akut.
2) Sel limfosit: menunjukkan adanya infeksi kronik seperti; pleuritis,
tuberkulosa atau limfoma malignum.
3) Sel metosel: bila ` jumlahnya meningkat, ini menunjukkan
adanya infark paru. Biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit.
4) Sel mesotel malignan: pada mesoteliomasel-sel besar dengan
banyak inti: pada arthritis rheumatoid
5) Sel LE: pada lupus eritomatesus sistemik (Hetti,2009)
d. Pemeriksaan Biopsi Pleura
Biopsy berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura melalui
biopsi jalur perkutaneus. Biopsi ini dilakukan untuk mengetahui adanya sel-
sel ganas atau kuman-kuman penyakit (Muttaqin Arif, 2008).
e. Pemeriksaan Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril tapi kadang-kadang dapat mengandung
mikroorganisme seperti pneumococcus, klebsiella, pseudomonas,
enterobakteri dan tuberculosa. (Hetti, 2009)
6. Penatalaksanaan
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa
intubasi melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau
bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif.
13
Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam
fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera
dilakukan, tetapi ini tidak berarti tidak diiringi pengeluaran cairan yang
adekuat.Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat
dilakukan pleurodesis yakni meningkatkan pleura viseralis dan pleura parietalis.
Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin, bleomicin, corynecbacterium parvum dan
lain-lain :
a. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
b. Irigasi cairan dalam fisiologis atau larutan anti septic (betadine).
c. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
d. Torasentesis, untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),
menghilangkan dispnea.
e. Water seal drainage (WSD): suatu unit yang bekerja sebagai untuk mengeluarkan
udara dan cairan melalui selang dada. Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika
efusi meninggalkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dan lain-lain. Cairan
efusi sebanyak 1-1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah
meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
f. Antibiotika jika terdapat empiema.
g. Operatif. (Masajats,2009)
14
7. Komplikasi
a. Fibrothoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan
pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks
meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-
jaringan yang berada dibawahnya.
b. Atelektasis
Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurnayang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis Paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat
paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang
menimbulkan peradangan.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atelektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ektrinsik pda sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara keluar
dan mengakibatkan kolaps paru. (Masajats, 2009)
15
2.3 KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian focus
1. Biodata
Umur, alamat, pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan efusi pleura biasanya diawali dengan tanda – tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun, dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul, apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan – keluhan tersebut.
c. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC
paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites, dan sebaginya. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui adanya faktor predisposisi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit –
penyakit yang disinyalir dapat menyebabkan effuse pleura seperti CA paru,
asma, TB paru dan sebaginya.
16
3. Pola fungsional Gordon yang terkait
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolism, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien, selain itu perlu juga ditanyakan kebiasaan makan dan minum pasien
sebelum dan selama MRS pasien dengan effuse pleura akan mengalami
penurunan nafsu makan akiban dari sesak nafas dan penekanan pada struktur
abdomen. Peningkatan metabolism akan terjadi akibat proses penyakit
dengan effuse pleura keadaan umumnya lemah nutrisi dan metabolic.
b. Pola persepsi sensori dan kognitif
Akibat dari effusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan sehingga
menimbulkan rasa nyeri.
c. Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan oksigen jaringan akan kurang terpenuhi dan
akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu,
pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan
untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.
d. Istirahat dan tidur
Karena adanya nyeri dada, sesak nafas, dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahatnya.
17
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : pasien tampak sesak nafas
b. Tingkat kesadaran : komposmentis
c. TTV
RR : takhipnea
N : Takhikardia
S : Jika ada infeksi bisa hipertermia
TD : Bisa hipotensia
d. Kepala : mesochepal
e. Mata : conjungtiva anemis
f. Hidung : sesak nafas, cuping hidung
g. Dada : gerakan pernafasan berkurang
h. Pulmo ( paru – paru )
Inspeksi : terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas, tampak
penggunaan otot bantu nafas
Palpasi : vocal premitus menurun
Perkusi : pekak dan redup
Auskultasi : bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas yang
terkena.
5. Pemeriksaan penunjang
a. pemeriksaan Torak Sinar
18
terlihat : - sudut kostofrenik tumpul
- Obstruksi diafragma sebagian “putih” komplet pada area
yang sakit
b. Torasentesis
Mengambil cairan efusi untuk melihat jenis cairannya serta adanya bakteri
dalam cairan.
c. Biopsi Pleura
Jika penyebab efusi adalah CA untuk menunjukkan adanya keganasan
d. GDA
Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi PACO2 kadang-
kadang meningkat, PAO2 mungkin normal atau menurun, saturasi O2
biasanya menurun.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan pengembangan paru
2. Gangguan rasa nyaman b/d nyeri dada
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
5. Hipertermi b/d proses peradangan
19
C. Intervensi dan Rasional
1. Pola napas tidak efektif b/d penurunan pengembangan paru
Tujuan : Pola napas kembali efektif
Ditandai dengan : Tidak ada dyspnea, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan, RR normal ( 16 – 20 x / menit )
Intervensi :
a. Observasi pernafasan khususnya bunyi nafas dan perkusi
Rasional : bunyi nafas dapat menurun.
b. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan
Rasional : menigkatkan inspirasi maksimum
c. Anjurkan klien untuk tidak beraktivitas
Rasional : aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kenutuhan O2
d. Kolaborasi pemberian O2
Rasional : alat membantu meningkatkan O2
2. Gangguan rasa nyaman b/d nyeri dada
Tujuan : tidak da nyeri dada
Ditandai dengan : - Keluahan nyeri berkurang
- Skala nyeri menurun
Intervensi :
a. Kaji perkembangn nyeri
20
Rasional ; untuk mengetahui terjadinya komplikasi
b. Ajarkan klien tehnik relaksasi
Rasional : untuk meringankan nyeri
c. Beri posisi yang nyaman
Rasional : untuk memberi kenyamanan klien
d. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk mengurangi rasa sakit
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
Tujuan : tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ditandai dengan : nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastic
Intervensi :
a. Observasi nafsu makan klien
Rasional : porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan belum
membaik
b. Beri makan klien sedikit tapi sering
Rasional : meningkatkan masukan secara perlahan
c. Beritahu klien pentingnya nutrisi
Rasional : klien dapat memahami dan mau menigkatkan masukan nutrisi
d. Pemberian diit TKTP
Rasional : meningkatkan energy dan protein pada tubuh sebagai pembangun
21
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Suhu tubuh kembali dalam keadaan normal setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama … x 24 jam
Kriteria Hasil:
1. Suhu tubuh 36,5-37,5 C
2. Kulit hangat dan lembab, membran mukosa lembab
Intervensi
1. Monitoring perubahan suhu tubuh
Rasional : Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui
perkembangan dan kemajuan dari pasien.
2. Berikan kompres hangat
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam.
3. Berikan antipiretik
Rasional : Mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,
meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan
organisme dan autodestruksi dari sel-sel terinfeksi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak-seimbangan suplai
oksigen dengan kebutuhan
Tujuan: klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama … x 24 jam
Kriteria hasil:
22
1. Klien melakuakan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan
2. Klien dapat bergerak secara bebas
3. Kelelahan berkurang atau hilang
4. Tonus otot baik menunjukkan angka 5
Intervensi:
1. Kaji aktifitas yang dilakukan klien
Rasional: mengetahui perkembangan aktivitas day living
2. Latih klien untuk melakukan pergerakan aktif dan pasif
Rasional: supaya otot-otot tidak mengalami kekakuan
3. Berikan dukungan pada klien dalam melakukan latihan secara teratur, seperti:
berjalan perlahan atau latihan lainnya.
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan O2
4. Diskusikan dengan klien untuk rencana pengembangan latihan berdasarkan status
fungsi dasar
Rasional: untuk memberikan terapiyang sesuai pada status pasien saat ini
5. Anjurkan klien untuk konsultasi denan ahli terapi
Rasional: menentukan program latihan spesifik sesuai kemampuan klien
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Efusi pleura merupakan suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh
cairan disebabkan oleh beberapa macam penyakit/sebab yang berupa cairan
transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya keseimbangan antara produksi
dan absorbsi dikapiler dan pleura viseralis.
Pasien dengan gangguan efusi pleura dapat datang dengan berbagai keluhan
termasuk nyeri dada, napas pendek, bahkan pada pemeriksaan juga dapat
ditemukan penurunan bunyi napas dan pekak pada perkusi.
3.2 Saran
Efusi pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada penderita
penyakit paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit primer paru agar
efusi yang terjadi tidak terlalu lama menginfeksi pleura.
24