askep pada pasien efusi pleura

23
Askep pada Pasien Efusi Pleura (KMB I) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu tanda adanya penyakit. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 – 20 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya gesekan antara kedua pleura saat bernafas. Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tubercolusis, infeksi paru nontubercolusis, sirosis hati, gagal jantung kongesif. Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Sementara di Negara berkembang seperti Indonesia, diakibatkan oleh infeksi tubercolusis. Atas pertimbangan itulah kami mengangkat masalah ini sebagai makalah kami. B. Identifikasi Masalah

Upload: riorendrarizqi

Post on 08-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Askep Pada Pasien Efusi Pleura

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

Askep pada Pasien Efusi Pleura (KMB I)

BAB IPENDAHULUAN

A.     Latar BelakangEfusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi

atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu tanda adanya penyakit. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 – 20 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya gesekan antara kedua pleura saat bernafas. Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tubercolusis, infeksi paru nontubercolusis, sirosis hati, gagal jantung kongesif.

Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Sementara di Negara berkembang seperti Indonesia, diakibatkan oleh infeksi tubercolusis. Atas pertimbangan itulah kami mengangkat masalah ini sebagai makalah kami.

B.     Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakng masalah yang telah di kemukakan, identifikasi masalah

dalam makalah ini adalah berikut:1.      Apa definisi Efusi Pleura?2.      Bagaimana etiologi Efusi Pleura?3.      Apa saja manifestasi klinik dari Efusi Pleura?4.      Apa saja tanda dan gejala Efusi Pleura?5.      Bagaimana patofisiologi penyakit Efusi Pleura?6.      Bagaimana penatalaksanaan medis Efusi Pleura?7.      Apa pemeriksaan penunjang untuk Efusi Pleura?8.      Bagaimana pengobatan Efusi Pleura?9.      Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi dari penyakit Efusi Pleura?

Page 2: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

C.     Tujuan Penulisan1.      Mengetahui definisi Efusi Pleura2.      Mengetahui bagaimana etiologi Efusi Pleura3.      Mengetahui apa saja manifestasi klinik dari Efusi Pleura4.      Mengetahui apa saja tanda dan gejala Efusi Pleura5.      Mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit Efusi Pleura6.      Mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis Efusi Pleura7.      Mengetahui apa pemeriksaan penunjang untuk Efusi Pleura8.      Mengetahui bagaimana pengobatan Efusi Pleura9.      Mengetahui bagaimana komplikasi yang dapat terjadi dari penyakit Efusi Pleura

Page 3: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.     Definisi Efusi Pleura     Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga

pleura ( Sylvia, A. Price, 1995 Hal. 704 )Efusi pleura adalah jumlah cairan nonpurulen yang berlebihan dalam rongga

pleural; antara lapisan viseral dan parietal ( Susan Martin Tucker, 1998 Hal.265)

B.     Etiologi     Secara umum penyebab efusi pleura adalah sebagai berikut :

a.       Pleuritis karena bakteri piogenikb.      Pleuritis tuberkulosac.       Efusi pleura karena kelainan intra abdominal, seperti : sirosis hati, pankretitis, abses

ginjal, abses hati, dll.d.      Efusi pleura karena gangguan sirkulasi, seperti pada decompensasi kordis, emboli

pulmonal dan hipoalbuminemia.e.       Efusi pleura karena neoplasma, seperti : mesolioma, karsinoma bronkhus, neoplasma

metastati, dan limfoma malignum,f.       Efusi pleura karena trauma, yakni trauma tumpul, laserasi, luka tusuk pada dada, ruptur

esophagus (Sarwono Waspadji, 2000 Hal. 931-935)

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura terbagi lagi menjadi transudat, eksudat, dan hemoragi.

a.       Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri) sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior, tumor, dan sindrom meias.

b.      Eksudat  dapat disebabkan oleh infeksi, TB, pnemonia, tumor, infrak paru, radiasi, dan penyakit kolagen.

c.       Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infrak paru, dan tuberkolosis

Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapi efusi bilateral diteukan pada kegagalan jantung kongestif, sindrom nefrotik, asites, infrak paru, lupus eritematosus sistemis, tumor, dan tuberkolosis.

C.     Manifestasi klinikKebanyakan efusi pleura bersifat asimtomatik, timbul gejala sesuai dengan

penyakit yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritik. Ketika efusi sudah membesar dan menyebar, kemungkinan timbul

Page 4: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar akan megakibatkan nafas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena, dullnes pada perkusi dan penurunan bunyi pernapasan pada sisi yang terkena. (Irman Soemantri, 2007 Hal. 98)

Manifestasi klinik yang muncul ( Tierney, 2002 dan Tucker , 1998 ) adalah:a.       Sesak nafasb.      Nyeri dadac.       Kesulitan bernafasd.      Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksie.       Keletihanf.       Batuk

D.     Tanda dan gejalaTanda dan gejala yang muncul adalah

a.       Sesak nafasb.      Nyeri dadac.       Pleuritikd.      Deviasi trakeae.       Nyeri perutf.       Batukg.       Cegukanh.      Pernafasan yang cepati.        Rasa Berat pada dada

Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada, pleuritis ( Pneumonia), panas tinggi, subfebril ( Tuberkulosis), banyak keringat, batuk, dan banyak riak.

E.      Patofisiologi penyakitNormalnya hanya terdapat 10-20ml cairan pada rongga pleura, jumlah cairan di

rongga pleura tetap. Karena adanya tekanan hidrostatis pleura parientalis sebesar 9cm H2O. Akumulasi  cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun (misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat adanya proses peradangan atau neoplasma. Bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negativ intrapleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsogaf, 1995).

Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan dalam cavum pleura. kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa proses yang meliputi (Guyton dan Hall, 1997) :

a.       Adanya hambatan drainase limpatik dari rongga pleura

Page 5: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

b.      Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura

b.      Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan terjadinya transudasi cairan yang berlebihan

c.       Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dan rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat.

Infeksi pada tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang masuk melalui saluran pernafasan menuju alveoli, sehingga terjadilah infeksi primer. dari infeksi ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis lokal ) dan diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus ( Limfangitis regional ).

Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permeabilitas membran. Permeabilitas membran akan meningkan dan akhirnya menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain juga dapat diakibatkan dari robeknya perkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga, atau kolumna vertebralis.

Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkulosis paru adalah eksudat yang berisi protein dan terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serosa, namun kadang-kadang bisa juga hemarogi.

F.      Penatalaksanaan medis1.      Terapia.       Pleuritis tuberkulosis

Pengobatan dengan obat-obat anti tuberkulosis paru (Rifampisim, INH, Pirozinamid atau etambutol).

b.      Efusi pleura karena neoplasmaPengobatan dengan kemoterapi dan mengurangi timbulnya cairan dengan pleurodesis memakai zat-zat tetrasuklin.

c.       Efusi karena prankreatitisPengobatannya dengan cara memberikan terapi peritoneo sentesis disamping terapi dengan diuretic terapi terhadap penyakit asalnya.

2.      Tindakan Medisa.       WSD (Water Sealed Drainage )

Merupakan suatu tindakan yang memungkinkan cairan atau udara keluar dari rongga pleura dn mencegah aliran balik kerongga pleura, sisi pemasangan untuk drainage dekat dengan intracosca kelima atau keenam pada garis midklavikula.

b.      Torakosintesis

Page 6: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

Merupakan aspirasi cairan pleura sebagai sarana untuk diagnosis maupun teurapeutik. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru disela iga lX garis askila posterior dengan memakai jarum abbocath no 14 atau 16. Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan spesimen guna keperluan analisa dan untuk menghilangkan dispnea. Namun, bila penyebab dasar adalah malignasi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu. Torakosintesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein, dan kadang pneumotoraks.

c.       Pemberian antibiotik, Jika ada infeksid.      Pleurodesis

Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat ( tetrasiklin, kalk, dan biomisin ) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.

e.       Biopsi pleura : untuk mengetahui adanya keganasan

G.     Pemeriksaan penunjang1.      Sinar Tembus Dada

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan lateral lebih tinggi dan pada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dan lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dari dalam paru-paru itu sendiri.

Hal ini yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura adalah terdorongnya mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Namun, bila terdapat atelektasis pada sisi yang bersamaan dengan cairan. Mediastinum akan tetap pada tempatnya.

2.      TorakosentesisAspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnosis maupun teropeutik.

Pelaksanaan dilakukan sebaiknya pasa posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru di sela iga lX  garis aksila posterior dengan memakai jarum Abbocath no 14 atau 16. Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000-1500cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi sekaligus banyak akan menimbulkan pleura shock ( hipertensi ) atau edema paru-paru. Edema paru-paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat mengembang.

3.      Biopsi PleuraPemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukan

50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura. Bila hasil biopsi pertama tidak memuaskan dapat dilakukan biopsi ulangan. Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks dan penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.

4.      Pendekatan pada efusi yang tidak terdiagosisPemeriksaan tambahan :

a.       Bronkoskopi  : Pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, dan abses paru-paru.b.      Scaning isotop : Pada kasus-kasus dengan emboli paru-paru

Page 7: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

c.       Torokoskopi ( Fiber-optic pleuroscopy) : Pada kasus-kasus dengan neoplasma atau TBC

H.     Pengobatan Efusi PleuraPengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit

yang mendasarinya, mencegah penumpakan kembali cairan, serta untuk mengurangi ketidak nyamanan dan dispnea. (Irman Samontri, 2007 Hal. 100)

a.       Jika caranya sedikit, hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya. Jika caranya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak napas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).

b.      Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka panjang.c.       Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bila dilakukan penutupan rongga pleura.

seluruh cairan dibuang melalui selang, lalu dimasukan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat cairan tambahan.

d.      Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bila dilakukan pembedahan atau pemberian obat anti kanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.

I.        Komplikasi yang dapat terjadia.       Infeksi dan fibrosis paru (Mansjoer, 2001)b.      Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks.

c.       AtalektasisAtalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh

penekanan akibat efusi pleura.d.      Kolaps Paru

Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang disebabkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Efusi Pleura

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN1. PENGUMPULAN DATAa. Identitas KlienNama                                  :  Tn. DJenis kelamin                      : Laki-LakiUmur                                  : 45 tahun

Page 8: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

Status Pernikahan                : MenikahSuku/Bangsa                       : IndonesiaPekerjaan                            : Pegawai SwastaPendidikan terakhir                         : SMAAlamat                                : Jl DR. Sitanala no. 235 Tangerang BantenNomor Register                   : -Tanggal MRS                      : -Tanggal Pengkajian             : -Diagnosa Medis                  : Efusi Pleurab. Identitas Penanggung JawabNama                                  : Ny. MJenis kelamin                      : PerempuanUmur                                  : 40 tahunStatus Pernikahan                : MenikahSuku/Bangsa                       : IndonesiaPekerjaan                            : Pegawai swastaPendidikan terakhir             : SMKAlamat                                : Jl DR. Sitanala no. 235 Tangerang Banten

2. RIWAYAT KEPERAWATANa. Keluhan utama

Nyeri Dada dan Sesakb. Riwayat Kesehatan Sekarang

Tn.D  berumur 45thn datang ke poliklinik umum RSUD Kab. Tangerang. Saat datang klien batuk, sesak nafas, nyeri dada, rasa berat pada dada, berat badan menurun. Saat dikaji oleh perawat, klien mengeluh nyeri bagian dada dengan skala nyeri 5 (skala 0-10), nyeri seperti tertindih beban berat, nyeri bertambah saat beraktifitas berat dan berkurang saat beristirahat.c. Riwayat Kesehatan DahuluImunisasi         : Klien mengatakan terakhir imunisasi saat masih kecil.Alergi               : Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi.Penyakit yang pernah diderita : Klien mengatakan mempunyai penyakit TB paruObat-obatan yang pernah di digunakan : RifampicinRiwayat masuk RS : Klien mengatakan masuk RS. G pada tahun 2013Riwayat kecelakan : -Riwayat tindakan operasi : -

d. Riwayat Kesehatan KeluargaPasien mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan yang berat

atau menular.

Page 9: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

3. PEMERIKSAAN FISIK1. Keadaan Umum

Pasien tampak sesak nafas, Kesadaran Umum Compos Mentis2. Tanda-Tanda Vital• Tekanan Darah          : 90/70 mmHg• Nadi                           : 87x Permenit• Suhu                          : 37,6ºC• RR                             : 35x Permenit3. Antropometri• Tinggi Badan             : 164cm• BB                             : 46kg• Indeks Masa Tubuh   :  BB    =          44        =          44        =  16,3                                                   TB²             (1,64)²             2,68964. Kepala

            Bentuk kepala simetris, rambut dan kulit kepala klien bersih, distribusi rambut merata, tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak ada benjolan, tidak ada keluhan.5. Mata

            Letak bola mata simetris, gerakan bola mata simetris, kelopak mata tidak ada oedema, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, Tekanan Intra Okuler (TIO) sama, pupil dan refleks cahaya normal, ketajaman mata normal OD = 4/5 OS 5/56. Telinga

            Kebersihan telinga bersih, tidak ada oedema dan secret, letak telinga simetris, fungsi pendengaran baik7. Hidung

            Terdapat cuping hidung, kebersihan lubang hidung bersih, tidak ada oedema dan secret, letak hidung simetris, tidak ada peradangan membran mukosa hidung, tidak terdapat polip, fungsi penciuman baik.

8. Mulut dan Faring• Mulut bersih, tidak ada bau mulut, terdapat mukosa pada mulut• Bibir  : Warna pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada kelainan bentuk• Gusi   : Warna merah muda, tidak ada gingivitis, tidak ada perdarahan• Gigi    : Jumlah gigi 33, ada caries gigi pada gigi molar, tidak ada perdarahan, abses, dan benda asing (gigi palsu)• Lidah : Warna pucat dan pergerakan lidah normal• Faring            : Warna merah muda, tidak ada peradangan, tidak ada eksudat, tonsil tidak ada pembesaran9. Leher

            Bentuk leher normal, tidak ada oedema dan jaringan parut, tidak ada tekanan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak ada kaku kuduk dan mobilitas leher normal.

Page 10: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

10. Thorax dan Dada• Bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang belakang, ada retraksi intercostal, tidak ada oedema dan jaringan parut, vocal premitus menurun, neyri dada, pemasangan kateter thorax• Suara nafas menghilang pada bagian terinfeksi, suara ucapan (vocal resonans) normal, saat perkusi terdengar pekak• Pada jantung ada ictus cordis, perkusi jantung normal, bunyi jantung normal• Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara normal, warna aerola coklat, puting susu tidak ada ulcus dan pembengkakan, tidak ada secret.11. Abdomen

            Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan lesi, tidak ada oedema, bising usus 10x permenit, tidak ada nyeri tekan.12. Ekstremitas atas

Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, tidak terdapat oedema, lesi dan jaringan parut, kuku jari bersih, refleks biceps dan trisep +13. Ekstremitas bawah

            Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, tidak terdapat oedema, lesi dan jaringan parut, kuku jari bersih, tidak ada varices, dan refleks babinski +

4. DATA BIOLOGIS1. Pola Nutrisi

  Makana.       Frekuensi    : 3x Seharib.      Jenis                        : Nasi + Lauk + Sayur + Buahc.       Porsi/Jumlah            : 1 Piring kecild.      Keluhan      : Tidak nafsu makane.       Makanan yang dipantang : Tidak Adaf.       Alergi terhadap makanan : Tidak Adag.       Suplemen yang dikonsumsi : Vit. C  Minuma.       Jenis                        : Air putihb.      Jumlah                    : ± 8 Gelas

2. Pola Eliminasi  Buang Air Besar (BAB)

Klien mengatakan BAB tidak teratur  Buang Air Kecil (BAK)a.       Input           : 480ccb.      Output         : 300ccc.       Balance       : Input – Output = 180ccd.      Warna         : Kuning Jernih

Page 11: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

e.       Keluhan      : Tidak ada3. Pola Istirahat/Tidur

a.       Tidur Siang  : ± 2 jamb.      Tidur Malam           : ± 7 Jamc.       Keluhan Tidur : Klien mengatakan terkadang terbangun saat malam hari karena tidak

nyaman tidur4. Personal Hygiene

a.       Mandi                      : 1x Seharib.      Jenis Pakaian           : Kaos dan dasterc.       Perawatan Gigi        : Tidak terlalu rutind.      Penis Hygiene         : Dibersihkan 1x sehari

5. DATA PSIKOLOGISa.       Status Perkawinan   : Menikahb.      Status Emosi            : Terkadang sedikit Cemasc.       Pola Koping            : Positif ( Klien selalu menceritakan masalah yang dihadapinyad.      Pola Komunikatif    : Klien Koperatife.       Konsep Diri :         Gambaran Diri : Klien terbuka dalam semua pertanyaan         Peran Diri :

Klien mengakui dirinya sebagai suami yang baik bagi istrinyaKlien mengakui dirinya sebagai ayah yang baik bagi anaknya

         Harga Diri :Klien mengakui tidak merasa tersisihkanKlien mengakui merasa dibutuhkanKlien mengakui senang menjadi seorang ayah

6. DATA SOSIALKlien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga dan lingkungan sekitar

7. DATA SPIRITUALKlien mengatakan selalu solat 5 waktu dan menjalankan kewajibannya sebagai

umat muslim.

8. THERAPHY

9. DATA PENUNJANGa.       Foto rotgen thoraxb.      Torakosentesisc.       Laboratorium

Page 12: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

II. ANALISA DATA

NO.

DATA INTERPRETASI DATA MASALAH

1. DS : Klien mengatakan sesakDO : Klien terlihat kelelahan, RR=35x permenit, terdapat cuping hidung

Penurunan ekspansi paru-paru 

Sesak

Pola nafas tidak efektif

Pola nafas tidak efektif

2. DS : Klien mengatakan nyeri dadaDO : Klien terlihat menyeringis, skala nyeri 5 (skala 0-10)

Iritasi pleura

Terangsangnya saraf intra thorax

Nyeri

Nyeri

3. DS : Klien mengatakan tidak nyaman dengan pemasangan kateter thoraxDO : klien terlihat bergerak tidak nyaman

Drainase thoraxPemasangan kateter thorax

 

Ketidak nyamnan 

Resiko Trauma

Rasiko trauma

III. DIAGNOSA KEPERAWATANa.       Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru-paru (akumulasi

dari udara/cairan).b.      Nyeri akut berhubungan dengan terangsangnya saraf intra thoraks sekunder terhadap

iritasi pleura.c.       Resiko tinggi terhadap trauma/henti nafas berhubungan dengan proses cidera dan sistem

drainase thorax

Page 13: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

IV. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

No. DiagnosaKeperawatan

PerencanaanTujuan Intervensi Rasional

1. Diagnosa 1 Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan pasien menunjukan pola nafas yang efektif dengan kriteria hasil :

a.       Pasien menunjukan tidak adanya gangguan status pernafasan

b.      Pernafasan pasien menunjukan kecepatan dan irama pernafasan dalam batas normal

c.       Tidak ada pernafasan cuping hidung

Mandiri :1.      Identifikasi etiologi / faktor

pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik.

2.      Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan / pernapasan serak,dispnea, dan perubahan tanda vital.

3.      Ajarkan napas dalam

4.      Latih individu bernapas berlahan dan efektif

Kolaborasi :1.      Berikan oksigen tambahan

melalui kanula/masker sesuai indikasi.

2.      Konsultasi dengan ahli terapi pengobatan dan dokter jika terjadi gagal bernapas dalam proses pengobatan

1.      Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terapeutik.

2.      Distres pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologis dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia/perdarahan.

3.      Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan aktivitas individu

4.      Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tak sakit.

1.      Alat dalam menurunkan kerja napas; meningkatkan penghilangan distres respirasi dan sianosis sehubungan dengan hipoksemia.

2.      Ahli terapi pernapasan adalah spesialis dalam perawatan pernapasan dan biasanya dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan fungsi paru dan fasilitas pengobatan yg ada.

Page 14: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

2. Diagnosa 2 Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien dapat berkurang dengan kriteria hasil :

a.       Keluhan nyeri berkurangb.      Wajah klien terlihat lebih tenangc.       Skala nyeri menurun

1.      Kaji perkembangan nyeri.

2.      Ajarkan klien teknik relaksasi, Beri posisi yang nyaman dan nafas dalam.

3.       

Kolaborasi:1.      Kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian analgetik

1.      Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami.

2.      Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru, ventilasi pada sisi yang tak sakit dan kenyamanan klien .

1.      Menggunakan agen-agen farmakologi ntuk mengurangi rasa sakit.

3. Diagnosa 3 Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi trauma atau henti nafas dengan kriteria hasil :

a.       Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik.

b.      Mengenal kebutuhan /mencari bantuan untuk mencegah komplikasi

1.      Kaji dengan pasien tujuan/fungsi unit drainase dada, catat gambaran keamanan.

2.      Amankan unit drainage pada tempat tidur pasien atau pada sangkutan/ tempat tertentu pada area dengan lalu lintas rendah.

3.      Anjurkan pasien untuk menghindari berbaring/menarik selang.

4.      Observasi tanda distres pernapasan bila kateter torak lepas/tercabut.

1.      Informasi tentang bagaimana sistem bekerja memberikan keyakinan, menurunkan ansietas pasien.

2.      Mempertahankan posisi duduk tinggi dan menurunkan risiko kecelakaan jatuh/unit pecah.

3.      Menurunkan resiko obstruksi drainase/terlepasnya selang.

4.      Pneumotorak dapat terulang/memburuk, karena mempengaruhi fungsi pernapasan dan memerlukan intervensi darurat.

Page 15: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

V. EVALUASI

a.       Pasien menunjukan tidak adanya gangguan status pernafasanb.      Pernafasan pasien menunjukan kecepatan dan irama pernafasan dalam batas normalc.       Tidak ada pernafasan cuping hidungd.      Keluhan nyeri berkurange.       Skala nyeri menurunf.       Wajah klien terlihat lebih tenangg.       Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik.h.      Mengenal kebutuhan /mencari bantuan untuk mencegah komplikasi

Page 16: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

BAB IIIPENUTUP

A.       KesimpulanEfusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga

pleura. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Tanda dan gejala yang mungkin muncul adalah Sesak nafas, Nyeri dada, Pleuritik, Deviasi trakea, Nyeri perut, Batuk, Cegukan, Pernafasan yang cepat, Rasa Berat pada dada. Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit yang mendasarinya, mencegah penumpakan kembali cairan, serta untuk mengurangi ketidak nyamanan dan dispnea. Komplikasi yang dapat terjadi adalah Infeksi paru dan fibrosis paru.

B.       Saran1.      Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk meningkatkan kesadaran

tentang adanya hubungan komunikasi terapeutik yang baik kepada pasien dan keluarga pasien.

2.      Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk memberikan penkes tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien untuk menambah pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya.

3.      Pada semua orang yang mengalami sesak nafas, nyeri daerah dada, pernafasan cepat yang sifatnya masih ringan sebaiknya langsung periksakan ke pelayanan kesehatan agar memperoleh tindakan keperawatan dan pengobatan yang cepat dan tepat sedini mungkin.

Page 17: Askep Pada Pasien Efusi Pleura

DAFTAR PUSTAKA

Soemantri, Irman, 2007. “Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan”,

Salemba Medika: Jakarta

Muttaqin, Arif, 2008. “Buku Ajar Askep Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan”,

Salemba Medika: Jakarta

Gleadle, Jonathan, 2005. “At a Glance Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik”, Erlangga:

Jakrta

Donges, Marilynn E, 1999. “Rencana Asuhan Keperawatan”, EGC: Jakarta

Smeltzer, Suzanna C, 2001. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth Edisi 8 Vol. 1”, EGC: Jakarta