makalah efusi pleura

54
Daftar Isi Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan 4. Manfaat Bab II Pembahasan 1. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan a. Anatomi b. Fisiologi Organ Pernapasan 2. Pengertian Efusi Pleura 3. Etiologi Efusi Pleura 4. Epidemiologi 5. Manisfestasi Klinis Efusi Pleura 6. Pathofisiologi a. Narasi b. Skematis 7. Pemeriksaan Diagnostik 8. Riwayat keperawatan 9. Analisa data 10. Mediksa b. Adrenergik c. Antikolinergik d. Xanthin 11. Management Medis 12. Management Keperawatan Bab III Daftar Pustaka

Upload: rroga-ririhenaa

Post on 13-Aug-2015

187 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Efusi Pleura

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan1. Latar Belakang2. Rumusan Masalah 3. Tujuan4. Manfaat

Bab II Pembahasan1. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

a. Anatomib. Fisiologi Organ Pernapasan

2. Pengertian Efusi Pleura3. Etiologi Efusi Pleura4. Epidemiologi 5. Manisfestasi Klinis Efusi Pleura 6. Pathofisiologi

a. Narasib. Skematis

7. Pemeriksaan Diagnostik8. Riwayat keperawatan 9. Analisa data10. Mediksa

b. Adrenergikc. Antikolinergikd. Xanthin

11. Management Medis12. Management Keperawatan

Bab III Daftar Pustaka

Page 2: Makalah Efusi Pleura

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal diantaranya

adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum,

ataupun akibat proses keradangan seperti tuberculosis dan pneumonia. Hambatan reabsorbsi

cairan tersebut mengakibatkan penumpukan cairan di rongga pleura yang disebut efusi

pleura. Efusi pleura tentu mengganggu fungsi pernapasan sehingga perlu penatalaksanaan

yang baik. Pasien dengan efusi pleura yang telah diberikan tata laksana baik diharapkan dapat

sembuh dan pulih kembali fungsi pernapasannya, namun karena efusi pleura sebagian besar

merupakan akibat dari penyakit lainnya yang menghambat reabsorbsi cairan dari rongga

pleura, maka pemulihannya menjadi lebih sulit. Karena hal tersebut, masih banyak penderita

dengan efusi pleura yang telah di tatalaksana namun tidak menunjukkan hasil yang

memuaskan.

Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60%

penderita keganasan pleura primer. Sementana 95% kasus mesotelioma (keganasan pleura

primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan

mengalami efusi pleura.

Kejadian efusi pleura yang cukup tinggi apalagi pada penderita keganasan jika tidak

ditatalaksana dengan baik maka akan menurunkan kualitas hidup penderitanya dan semakin

memberatkan kondisi penderita. Paru-paru adalah bagian dari sistem pernapasan yang sangat

penting, gangguan pada organ ini seperti adanya efusi pleura dapat menyebabkan gangguan

pernapasan dan bahkan dapat mempengaruhi kerja sistem kardiovaskuler yang dapat berakhir

pada kematian.

Perbaikan kondisi pasien dengan efusi pleura memerlukan penatalaksanaan yang tepat

oleh petugas kesehatan termasuk perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan di rumah

sakit. Untuk itu maka perawat perlu mempelajari tentang konsep efusi pleura dan

penatalaksanaannya serta asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura. Maka dalam

makalah ini akan dibahas bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleur

Page 3: Makalah Efusi Pleura

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah konsep penyakit efusi pleura?

b. Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura?

3. Tujuan

a. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien denganefusi pleura.

b. Tujuan Khusus

1). Mengidentifikasi konsep efusi pleura meliputi definisi, etiologi,manifestasi

klinis dan patofisiologi.

2). Mengidentifikasi proses keperawatan pada efusi pleura meliputi

pengkajian, analisa data dan diagnosa, intervensi dan evaluasi.

4. Manfaat

a. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan gangguan

efusi pleura sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah respirasi.

b. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal

dalam persiapan praktik di rumah sakit.

Page 4: Makalah Efusi Pleura

BAB II

PEMBAHASAN

1. Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan

a. Anatomi

Page 5: Makalah Efusi Pleura

b. Fisiologi organ pernapasan

Pernapasan adalah pertukaran gas dalam paru. O2 bersifusi kedalam darah dan

pada saat yang sama CO2 dikeluarkan dari darah. Udara dialirkan menuju unit

pertukaran gas melalui jalan nafas. Secara umum suatu proses pernapasan

memerlukan 3 subunit organ pernapasan :

a) Jalan nafas atas

b) Jalan napas bawah dan

c) Unit pertukaran gas

Page 6: Makalah Efusi Pleura

Masing-masing subunit terdiri berbagai organ. Jalan napas atas terdiri atas

hidung, sinus, faring dan laring. Jalan napas bawah terdiri atas trakhea dan bronkus

serta percabangan. Unit pertukaran gasterdiri atas bagian distal bronkus terminal

(bronkiolus respiratorius), dekpus alveolaris, sakes alveolaris, dan alveoli yang

kesemnya disebut sebagai asinis.

1. Hidung

Rongga hidung dibagi menjadi 2 bagian oleh sekat (septum nasal) dan pada

masing-masingsisi lateral rongga hidung terdapat 3 saluran yang dibentuk akibat

penonjolan terbinasi (konka). Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang banyak

mengandung vaskoler dan juga ditumbuhi oleh bulu.

Fungsi utama hidung, yaitu penyaring , pelembab dan pelembab.

2. Sinus parasmatis

Sinus parasmatis adalah rongga tulang tengkorak yang terletak didekat hidung

dan mata. Terdapa 4 sinus, yaitu frontalis, etmoidalis, sfenoodalis dan maksilaris.

Sinus dilapisi pleh mukosa hidung dan epitel kolumnar bertingkat semu yang bersilia.

Fungsi sinus adalah memperingankan tulang tongkorak, memproduksi mukosa serosa

yang dialirkan kehidung, dan menimbulkan resoransi suara sehingga memberi

karakteristik suara yang berbeda pada tiap indivisu.

3. Faring

Faring atau tenggorokan adalah yang terhubung antar hidung dan rongga

mulut kelaring. Dibagi 3 area, yaitu nasal, oral dan laring. Faring nasal/ disebut

rasofaring terletak disisi posterior hidung, diatas palatum terdapat kelenjar adenoid

dan mcasa tuba eustachii. Faring oral atau disebut orofaring berlokasi dimulut, are

orofaring dibatasi secara superior pleh palatum, inferior oleh pangkal lidah dan

lengkung oleh lengkung platinum. Torsil terdapat pada orofaring. Faring larengal atau

disebut laringofaring/hipofaring terletak bagian inferior, terdapat epiglottis, kartilago

arytenoid sinos puifomis. Fungsi faring adalah sebagai tempat lewatnya udara menuju

paru atau lewatnya makanan menuju lambung.

Page 7: Makalah Efusi Pleura

4. Laring

Unit terakhir pada bagian nafas atas, disebut sebagai kotak suara karena pita

suara terdapat disini inferor faring dan menghubungkan faring dengan trakhea. Batas

bawah dari laring sejajar dengan vertebral seuikalis ke 6. Bagian atas terdapat glottis

saat terjadi proses menelan. Pada laring juga terdapat tiroid, tulang krikoid, dan

katilaga arytenoid. Epiglottis merupakan daun katub kartilago yang menutupi ostiom

selama menelan, glottis merupakan oskium atara pita suara laring. Terdapat juga

kartilago tiroid yang merupakan kartilago terbesar pada faring dan sebagaian

membentuk jaken (Addanis Apple). Katalago ariterioro digunakan dalamgerakan pita

suara sedangkan pita suara itu sendiri merupakan ligemen yang dikontrol oleh

gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara, pita suara melekat pada lumen laring.

Fungsi laring adalah memisahkan makan dan udara, fonasi atau menghasilkan

suara, inisiasi timbulnya batuk dari saluran napas atas. Pengaturan ini dilakukan

dengan menggunakan mekanisme penutupan jalan napas oleh epiglottis. Kegagalan

epiglottis untuk menutup pintu jalan napas berakibat masuknya makan atau minuman

kedalam jalan napas (aspirasi).

Suara ditimbulkan akibat adanya pergerakan kartilago arytenoid yang

mendorong bersamaan dengan ekspirasi saat glottis tertutup dank arena fibrasi pita

suara. Suara yang timbul inilah yang kemudian digetarkan melalui palatum, lidah,

bibir sehingga membentuk berbagai bunyi (baik vocal maupun konsonan).

5. Trakhea

Disebub juga pipa udara, merupakan organ silibdris sepanjang sekitar 10-12

cm (pada dewasa) dan berdiameter 1,5-2,5 cm. terletak digaris tengah leher dan pada

garis tengah sternum. Trachea memanjang dan kartigo krikoid pada laring hingga

bronkus ditorak. Trachea terdiri atas otot polos dengan sekitar 20 cicin kartigo

inkomplet dan ditutupi oleh membrane fibroelastik. Dinding posterior trachea tidak

disokong oleh kartilago dan hanya terdapat membrane fibroelastik yang menyekat

trachea dan esopagus.

Page 8: Makalah Efusi Pleura

6. Percabangan bronkus

Disebut pohon brankial adalah yang menghubungkan jalan nafas hingga unit

asinus. Bronkus primer berasal dari percabangan trachea menjadi 2 cabang utama

sehingga karina. Karina terlertak sekitar iga kedua atau pada vertebra orakal kelima.

Terdapat banyak reseptor batuk pada karina. Bronkus utama kiri memiliki sudut lebih

tajam dibandingkan brnkus kanan sehingga aspirasi cenderung terjadi masuk kedalam

bronkus dalam kanan. Bronkus utama kiri kemudian bercabang menjadi 2 cabang

lobaris, satu cabang untuk menyuplai lobus kiri atas dan yang lain menyuplai lobus

paru kiri bawah. Perkembangan bronkus labus kiri atas selamanya beracabang

menjadi 4 bronkus yang lebih kecil, yaitu capital posterios , asterios, medio-basal,

latero-basal dan posterior-basal.

Bronkus kanan bagian dalam 3 cabang lotaris yang masing-masing

mempunyai udara pada tiga lobus kiri paru, yaitu lobus atas, lobus tengah dan lobus

bawah. Bronkus lobus paru kiri atas selanjutnya bercabang menjadi tiga segmen

yaituanterior, apical dan posterior. Bonkus lobus tengah paru kanan bercabang

menjadi 2 segment, yaitu lateral dan medal. Logus bawah bercabang menjadi 5

cabang, yaitu superior, anterior-basal, latero-asal, medio basal dan posterior-basal

sehingga total terdapat 10 segmen pada paru kanan. Selanjutnya, bronkus

subsegmental, bronkus terminal, bronkiolus, bronkiolus terminal, dan bronkiolus

repiratorius bercaban menjadi bronkiolus respiratorius terminalis hingga akhirnya

pada sampai duktus alveolaris, sekus alveolaris,sekus alveoli/

Bronkus dilapisi oleh epitel pseudostratifikasi kolumnar bersilia

(pseudostratifiedcissated columnar epithelium). Epitel pada bronkiole merupakan

lapisan tunggal dan sel epitel semakin berbentuk kubord dan kemudian menipis pada

tinggkat bronkiolus. Pada bronkiolus terminal sudah tidak terdapat lagi sel kelenjar

dan silia, dibawah epitel terdapat dua lapisan, dekat otot dan pembuluh darah terdapat

sel mast yang berperan dalam melepas histamin sebagai respon untuk reaksi antigen-

antibodi (reaksi alergi)

Page 9: Makalah Efusi Pleura

7. Asinus

Unit pernapasan terminal atau juga asinus tempat merupakan terjadinya

pertukaran gas, pertukaran gas terjadi membrane setebal 1 mm. O2 harus melaui

membran ini sebelum ditransfer kedalam darah dan dibawa oleh hemoglobin. Pada

saat yang sama CO2 meninggalkan darah untuk dipkshaksi.

2. Pengertian efusi pleura

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruangan pleura yang terletak

diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi

biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.

Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)

berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa

adanya friksi. Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan

berlebuhan dari dalam kavum pleura di antara pleura parietalis dan pleura visceralis

(Price C Sylvia, 1995).

Cairan dalam jumlah berlebihan tersebut dapat mengganggu pernapasaan dan

membatasi peregangan paru selama inhalasi. Kelebihan cairan rongga pleura dapat

terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovakuler, dan infeksi.

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit

primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat

berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa

darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara

permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya

merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural

mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang

memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,

2002).

Page 10: Makalah Efusi Pleura

3. Etiologi

Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan

primer pada pleura hanya ada dua macam yaitu infeksi kuman primer intrapleura dan

tumor primer pleura. Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi :

a. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada

dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor

ovarium) dan sindroma vena kava superior.

b. Peningkatan produksi cairan berlebih, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),

bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor

dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena

tuberculosis.

Secara patologis, efusi pleura disebabkan oleh keadaan-keadaan:

a. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)

b. Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya hipoproteinemia)

c. Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)

d. Berkurangnya absorbsi limfatik

Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah:

a. Transudat

Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites, hipoproteinemia pada nefrotik sindrom,

obstruksi vena cava superior, pasca bedah abdomen, dialisis peritoneal, dan atelektasis

akut.

b. Eksudat

1) Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses)

2) Neoplasma (Ca. paru-paru, metastasis, limfoma, dan leukemia)

Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,

tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari

empat mekanisme dasar :

1) Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

2) Penurunan tekanan osmotic koloid darah

Page 11: Makalah Efusi Pleura

3) Peningkatan tekanan negative intrapleural

4) Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

Perbedaan cairan transudat dan eksudat (Somantri, 2008: 99)

Indikator Transudat Eksudat

1. Warna

2. Bekuan

1. Berat Jenis

2. Leukosit

3. Eritrosit

4. Hitung jenis

5. Protein Total

6. LDH

7. Glukosa

10.  Fibrinogen

11.  Amilase

12.  Bakteri

1. Kuning pucat dan

jernih

2. (-)

1. <1018

2. <1000 /uL

3. sedikit

4. MN (limfosit/mesotel)

5. <50% serum

6. <60% serum

7. =plasma

10.  0,3-4%

11.  (-)

12.  (-)

1. Jernih, keruh, purulen,

dan hemoragik

2. (-)/(+)

3. >1018

4. Bervariasi, >1000/uL

5. Biasanya banyak

6. Terutama PMN

7. >50% serum

8. >60% serum

9. = / < plasma

10.  4-6 % atau lebih

11.  >50% serum

12.  (-) / (+)

4. Epidemiologi

Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, salah

satunya di Indonesia. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh infeksi tuberkolosis. Bila di

negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif,

keganasan, dan pneumonia bakteri. Di Amerika efusi pleura menyerang 1,3 juta org/th. Di

Indonesia TB Paru adalah peyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. 2/3 efusi

pleura maligna mengenai wanita. Efusi pleura yang disebabkan karena TB lebih banyak

mengenai pria. Mortalitas dan morbiditas efusi pleura ditentukan berdasarkan penyebab,

tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam cairan pleura.

Page 12: Makalah Efusi Pleura

5. Manisfestasi klinis

Manifestasi klinis efusi pleura bervariasi terkait proses penyakit penyebabnya.

Gejala yang utama adalah:

a. Sesak napas, merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan.

Mengindikasikan efusi luas, namun biasanya <500ml.

b. Nyeri dada pleuritik, biasanya dideskripsikan sebagai nyeri tajam atau

menusuk, terutama saat inspirasi dalam. Nyeri biasanya terlokalisasi pada

dinding dada, atau pada bahu ipsilateral, atau abdomen atas. Nyeri ini

menunjukkan adanya iritasi pleura, yang biasanya turut dipertimbangkan

dalam penegakan diagnosis karena kebanyakan efusi transudatif tidak

menyebabkan iritasi pleura.

c. Batuk, biasanya nonproduktif

Pemeriksaan fisik bervariasi tergantung volume efusi pleura. Biasanya jika efusi

>300 mL didapatkan tanda efusi pada pemeriksaan fisik:

a. pekak/penurunan resonansi pada perkusi

b. penurunan fremitus taktil

c. Egofoni

d. pleural friction rub

e. gerakan asimetris cavum thorax

Gejala dan pemeriksaan fisik lain sesuai dengan penyakit yang mendasari,

misalnya edem ekstremitas, ortopnea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea, S2 gallop pada

congestive heart failure; atau keringat malam, demam, hemoptisis, dan penurunan berat

badan pada TB; atau demam akut, sputum purulen, dan nyeri pleuritik pada pneumonia

bakterial.

Page 13: Makalah Efusi Pleura

6. Pathofisiologi

a. Narasi

Patofisiologi terjadinya effusi pleura tergantung pada keseimbangan antaracairan

dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleuradibentuk secara

lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yangterjadi karena

perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan interstitialsubmesotelial kemudian

melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selainitu cairan pleura dapat

melalui pembuluh limfe sekitar pleura.Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi

penimbunan cairan berupatransudat maupun eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan

tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal jatung kongestif. Pada kasus ini

keseimbangankekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pmbuluh darah. Transudasi

jugadapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal.

Penimbunantransudat dalam rongga pleura disebut hidrotoraks. Cairan pleura

cenderungtertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi.Penimbunan eksudat

disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, danakibat peningkatan permeabilitas

kapiler atau gangguan absorpsi getah bening.Jikaefusi pleura mengandung nanah,

keadaan ini disebut empiema. Empiema disebabkanoleh prluasan infeksi dari struktur

yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasidari pneumonia, abses paru atau

perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Bilaefusi pleura berupa cairan hemoragis

disebut hemotoraks dan biasanya disebabkankarena trauma maupun keganasan.Efusi pleura

akan menghambat fungsi paru dengan membatasi pengembangannya. Derajat gangguan fungsi

dan kelemahan bergantung pada ukurandan cepatnya perkembangan penyakit. Bila cairan

tertimbun secara perlahan-lahanmaka jumlah cairan yang cukup besar mungkin akan

terkumpul dengan sedikitgangguan fisik yang nyata.

Page 14: Makalah Efusi Pleura

b. Skematis

Efusi Pleura

Transudat

Susah tidur

Eksudat

Proses penyakitKeganasan & infeksi

Bagal jantung

Konstipasi

Ekspansi paru (↓)

Penumpukan cairan dipleura

Gangguan keseimbangan produksi & atisorpsi ciran

Kurang informasi(↑) permeabilitas

kapiler

(↑) tek. Osmotik

TerapiCairan keluar dari kapiler

Tek. Amotik (↓)

Sirosis hepatitis

Berdungan vena

Tidak nafsu makan

BedrestKelemahan

Energy menurun

Lemas

Ancaman kematian

Tidak terpenuhi kejaringan

Penurunan peristaltik

Sulit bernapas

Nyeri

WSDPembungan

Iritasi pleura

O2 (↓)

Kurang pengetahuan

Sesak napas

Page 15: Makalah Efusi Pleura

7. Pemeriksaan diagnostic

a. Pemeriksaan radiologik (rontgen dada)

Pada permulaan didapati menghilangnya sudut kosto frenik. Bila cairan 300ml,

akan tampak cairan dengan permukaan melengkung, mungkin terdapat pergeseran

dimediatirum.

b. Ultrasonografi

c. Torakosentefis/ fungsi pleura

Untuk mengetahui kejernihan, warna, biokan tampilan, sitology, berat jenis,

fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati

cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hematoraks), pus (piatorax) atau klus

(klotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa fransudat (hasil bendungan) atau eskudat

(hasil radang).

d. Cairan pleural

Untuk diaralisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, hasil tahan asam (untuk

TBC), hitung sel darah merah dah putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktal

desidrgenase (LDH), protein, analisis sitolagi untuk sel-sel malignan, dan pH.

e. Biopsi pleura

Dengan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara napas.

f. CT scan

Menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukan adanya pneumonia.

g. Bronkoskopi

Dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.

Page 16: Makalah Efusi Pleura

8. Riwayat Keperawatan

Ruangan : Monika

Kamar : 8

Tgl. Masuk RS : 4 Desember 2012

I. A. Identitas pasien

Nama lengkap : Ny. Y

Nama panggilan : Ny. Y

TTL (umur) : Taniran, 18 Desember 1939 (73 tahun)

Jenis kelamin : Perempuan

: Kawin

Jumlah anak : 3 orang

Warga Negara : WNI

Suku : Dayak

Bahasa yang dipakai : Daerah (Ma’anyan)

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Alamat rumah : jln. A. Yani, no xx, Tamiyang Layang (kal-teng)

No. telp : -

B. Identitas infomasi/penanggung jawab

Nama : Tn. H

Hubungan dengan pasien : Anak

Umur : 39 Tahun

Pendidikan : SLTA

Alamat rumah : jln. A. Yani, no xx, Tamiyang Layang (kal-teng)

Telp. : -

C. Data medik

Dikirim oleh : Gawat darurat

Diagnose medik : Efusi pleura

Waktu & tgl pengobatan terakhir : 07.00 am & 4 Desember 2012

II. Keadaan umum

Cara masuk : Kereta dorong

Page 17: Makalah Efusi Pleura

Keluhan utama : Sedang

Tanda-tanda vital

1. Kesadaran

a. Kualitatif : Compos mentis

b. Kualitatif (Skala Coma Glasgow)

Respon mata : 4

Respon verbal : 3

Respon motoric : 6 +

Jumlah : 13

Kesimpulan : Respon verbal, kata-kata tidak jelas

2. Suhu : 37’c (Ketiak)

3. Nada : 106 x/menit (teratur)

Arteri : Radialis

4. Tekanan darah : 140/90 mmHg

Posisi pasien pada saat pengukuran : Duduk

5. Pernafasan

Frekensi : 22 x/menit

Irama : Kusmaul

6. Tinggi badan : 150 cm

7. Berat badan : 40 kg

III. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang : Gangguan pernapasan karena ada penumpukan

cairan di pleura

Riwayat kesehatan dahulu : TB Paru

Riwayat kesehatan keluarga (dilengkapi genogram) : -

IV. Pengkajian pola kesehatan

A. Persepsi kesehatan-Pola peliharaan kesehatan

Kebiasaan sehari-hari/kebiasaan sebelum sakit :

- Mandi 2x sehari

- Pagi 06.30 am

- Sore 05.30 pm

Keadaan pasien saat ini :

- Diseka oleh perawat 2x sehari

- Pagi 08.00 am

Page 18: Makalah Efusi Pleura

- Sore 05.30 pm

Masalah : Pasien tidak bisa berktivitas

B. Pola nutrisi metabolik

Kebiasaan sehari-hari/keadaan sebelum sakit :

- Makan 3x sehari : Sayur, Ikan, Nasi, Jarang makan buah

Keadaan pasien saat ini :

- Makan 3x sehari : Bubur + telur

Sayur Pasien tidak mampu

Osengan tempe + buah menghabiskan makan

Pemeriksaan fisik

a. Kulit

1. Warna kulit : Pucat

2. Turgor kulit : Kering

3. Edema :

b. Rambut :Kusam dan Tipis

c. Mata

1. Sclera : Tidak ikterus

2. Konjungtiva : Anemik

3. Lensa : Tidak keruh

4. Kelopak mata : Tidak edema

5. Operasi : Tidak ada

Tanggal operasi : -

d. Mulut dan tenggorokan

Bibir : Pucat

Mulut/gusi : Mukosa (pucat)

Gigi : Kusam

Lidah : Pucat dan gangguan pengecapan

Tonsil : Merah

e. Abdomen

Nyeri lambung : Ada

C. Pola eliminasi

Kebiasaan sehari-hari/keadaan sebelum sakit :

BAB kebiasaan 1x sehari tapi terkadang tidak ada, BAK sering di rumah

Page 19: Makalah Efusi Pleura

Keadaan pasien saat ini : BAB (-), BAK sering (memakai pampers)

Pemeriksaan fisik

a. Abdomen : Supel

Peristaltik usus : Normal

Masalah : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

D. Pola aktivitas latihan

a. Kebiasaan sehari-hari : Beliau pensiunan PNS

b. Keadaan pernafasan : Normal

c. Keadaan jantung : Normal

Keadaan saat ini : Px tidak bisa beraktivitas karena sedang

dirawat di RS

Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas harian (tingkat melakukan aktivitas)

Makan : 2

Mandi : 2

Berpakaian : 2

Kerapian : 4

BAB : 3

BAK : 3

Mobilisasi di tempat tidur

b. Rentang gerak : Kontraktur dan Terbatas karena O2

Otot : Atrofi

Masalah : Intoleransi aktivitas

c. Pernafasan hidung

Mukosa : Pucat

d. Torak dan paru-paru

Bentuk dada : Simentris

Pergerakan rongga dada : Peningkatan sternum

e. Jantung

Frekuensi denyut jantung : Teratur

Pengisian darah ke perifer (CRT) : 3 (Cepat)

E. Pola tidur dan istirahat

Kebiasaan sehari-hari/keadaan sebelum sakit

Page 20: Makalah Efusi Pleura

a. Kebutuhan tidur : 8 jam sehari (10.00 pm – 05.30 am)

b. Kebutuhan istirahat : ± 2-3 jam

Keadaan saat ini

a. Kebutuhan tidur : Terpenuhi, apabila sudah terasa capek mata maka

dengan mudah tertidur

Pemeriksaan fisik (keadaan pasien pada saat diwawancara) : Lesu

F. Pola kognitif dan persepsi sensori

Keadaan saat ini : Ketika disentuh tubuh pasien langsung peka, paham dengan

yang ditanyakan tapi tidak bisa diungkapkan secar verbal

karena O2 sedang terpasang dan penumpukan secret

Pemeriksaan fisik

a. Keadaan orientasi : Baik

b. Kemampuan mendengar

Pendengaran : Baik

c. Kemampuan melihat : Baik

d. Kemampuan menghidu : Baik

e. Kemampuan sensibilitas : Baik

f. Kemampuan pengucapan : Kurang baik

G. Pola persepsi dan konsentrasi dan konsep diri

Kebiasaan sehari-hari : keluarga mengatakan, ibu bisa mengater

dirinya, diberi bantuan karen memang beliua

lagi sakit.

Keadaan pasien pada saat ini : Ketika dilihatnya tidak rapi, maka memberikan

kode 4, segera dirapikan walaupun tidak secara

verbal.

Masalah : -

H. Pola peran dan hubungna dengan sesama

Kebiasaan sehari-hari : Dirumah beliau sebagai ibu rumah tangga yang

baik,mengatur dan memanagemen rumah

dengan anaknya, selalu terbuka

Keadaan pasien saat ini : Kepada perawat beliua mau terbuka bercerita

dan membuka diri melalui peran keluarga

Masalah : -

Page 21: Makalah Efusi Pleura

I. Pola seksual dan reproduksi

Kebiasaan sehari-hari : -

Keadaan pasien pada saat ini : -

Pemeriksaan fisik

a. Payudara : Simetris

J. Pola mekanisme penyesuaian dan toleransi terhadap stress

Keadaan sehari-hari : Masih bisa mengatasi ketika sakit dirumah, keluarga

mengatakan “Ibu terlihat bahagia, karena keluarga

berada disini dan mau menemani ketika sakit”

Keadaan saat ini : Ingin cepat pulang dan sembuh, kangen rumah

K. Pola system nilai kepercayaan

Keadaan sehari-hari : Dalam 1x seminggu beribadat kegereja

Keadaan saat ini : Tidak bisa kegereja karena sedang sakit

Page 22: Makalah Efusi Pleura

9. Analisa Data

Data Etiologi Masalah keperawatan

S: Keluarga mengatakan “Ibu

kesulitan bernafas dan tidak bisa

batuk”

O: K/u : Tidak bisa batuk dan

mengelurkan secret dijalan nafas.

- Ronchi

- R:22x/menit,

normal (ekspirasi

lebih dalam)

- Kesulitan bernafas

- Lemah

- O2 terpasang

(kateter nasal)

Penumpukan cairan dari pleura

Ronchi

Ketidak mampuan untuk batuk

(↓) Ekspansi paru

(↓) O2

Sesak nafas

Energy

Lemah

Ketidak efektipan

bersihan jalan nafas.

S: Keluarga mengatakan “Ibu saya

jarang mau makan itu karena sesak”

O: Mulut & tenggorokan :

Bibir : pucat

Lidah : bang. Pengecapas

Penurunan peristaltic

T: 37’c

Gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh.

Sulit bernafas Tidak terpenuhinya

kejaringan

Sesak nafas

↓O2 ↑ Suhu

↓O2 kejaringan

↓ Ekstremitas ↓ Peristaltik

Tidak nafsu makan

Page 23: Makalah Efusi Pleura

S: Keluarga mengatakan “Ibu saya

ketika sehat bisa beraktivitas tapi

karena sakit ini tidak bisa apa-apa

lagi”

O: pemeriksaan fisik

Makan, mandi, berpakain (bantuan

perawat dan keluarga)

kerapian (bantuan penuh)

BAK (bantuan orang dekat)

Kelemahan carfrofi

Intoleransi aktifitas

Page 24: Makalah Efusi Pleura

10. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidak efektipan bersihan jalan nafas b.d menurunnya eskpansi paru sekunder

terhadap penumpukan cairan di rongga pleura dan penumpukan sekunder.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan

metabolism tubuh, penurunan makan akibat sesak nafas.

c. Intoleransi aktivitas b.d penurunan O2 kebajaringan sekunder karena gangguan pola

nafas tidak efektif.

Page 25: Makalah Efusi Pleura

Diagnosa Keperawatan IKetidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normalKriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.Rencana tindakan : a. Identifikasi faktor penyebab.

Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis effusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.

b. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi. Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.

c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 – 90 derajat.Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal.

d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien). Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.

e. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-paru.

f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.

g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thorax.Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang paru.

Diagnosa Keperawatan IIGangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas.Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria hasil : Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil laboratorium dalam batas normal.Rencana tindakan : a. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.

Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya, agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

b. Auskultasi suara bising usus. Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya gangguan pada fungsi pencernaan.

c. Lakukan oral hygiene setiap hari. Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.

d. Sajikan makanan semenarik mungkin.

Page 26: Makalah Efusi Pleura

Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan.e. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.

Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan memudahkan reflek.

f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian di’it TKTPRasional : Di’it TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan pembentukan antibody karena diet TKTP menyediakan kalori dan semua asam amino esensial.

g. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal, putmocare) jika intake diet terus menurun lebih 30 % dari kebutuhan.Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah asam lemak dalam tubuh.

Diagnosa Keperawatan III

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan

kebutuhan

Setelah dilakukan askep … jam Klien dapat menoleransi aktivitas & melakukan ADL dgn baikKriteria Hasil:·   Berpartisipasi dalam aktivitas fisik dgn TD, HR, RR yang sesuai·   Warna kulit normal,hangat&kering·   Memverbalisasikan pentingnya aktivitas secara bertahap·   Mengekspresikan pengertian pentingnya keseimbangan latihan & istirahat·   ↑toleransi aktivitas

NIC: Toleransi aktivitas·      Tentukan penyebab intoleransi aktivitas & tentukan apakah penyebab dari fisik, psikis/motivasi·      Kaji kesesuaian aktivitas&istirahat klien sehari-hari·      ↑ aktivitas secara bertahap, biarkan klien berpartisipasi dapat perubahan posisi, berpindah&perawatan diri·      Pastikan klien mengubah posisi secara bertahap. Monitor gejala intoleransi aktivitas·      Ketika membantu klien berdiri, observasi gejala intoleransi spt mual, pucat, pusing, gangguan kesadaran&tanda vital·      Lakukan latihan ROM jika klien tidak dapat menoleransi aktivitas

Page 27: Makalah Efusi Pleura

11. Mediksa

Obat-Obat Bronkodilator

Tipe utama bronkodilator :

1. Adrenergik

2. Antikolinergik

3. Xanthin

1. Adrenergika

Yang digunakan adalah b2-simpatomimetika (singkatnya b2-mimetika) yang

berikut : salbutamol, terbulatin, tretoquinol, fenoterol, rimiterol, prokaterol (Meptin), dan

klenbuterol (Spriropent). Lagi pula, obat long-acting yang agak baru, yaitu salmoterol dan

formoterol (dorudil).

Zat-zat ini bekerja lebih kurang selektif terhadap reseptor b2 adrenergis dan praktis

tidak terhadap reseptor- b1 (stimulasi jantung). Obat dengan efek terhadap kedua reseptor

sebaiknya jangan digunakan lagi berhubung efeknya terhadap jantung, seperti efedrin,

inprenalin, orsiprenalin dan heksoprenalin. Pengecualian adalah adrenalin (reseptor dan

b) yang sangat efektif pada keadaan kemelut.

Mekanisme kerjanya adalah melalui stimulasi reseptor b2 di trachea (batang

tenggorok) dan bronchi, yang menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase. Enzim ini

memperkuat pengubahan adenosintrifosat (ATP) yang kaya energi menjadi cyclic-

adenosin monophosphat (cAMP) dengan pembebasan energi yang digunakan untuk

proses-proses dalam sel. Meningkatnya kadar cAMP di dalam sel menghasilkan

beberapa efek bronchodilatasi dan penghambatan pelepasan mediator oleh mast cells.

Penggunaannya semula sebagai monoterapi kontinu, yang ternyata secara berangsur

meningkatkan HRB dan akhirnya memperburuk fungsi paru, karena tidak

menanggulangi peradangan dan peningkatan kepekaan bagi alergen pada pasien

alergis. Oleh karena itu, sejak beberapa tahun hanya digunakan untuk melawan

serangan atau sebagai pemeliharaan dalam kombinasi dengan obat pencegah, seperti

kortikosteroid dan kromoglikat.

Kehamilan dan laktasi. Salbutamol dan terbutalin dapat digunakan oleh wanita hamil,

begitu pula fenoterol dan heksoprenalin setelah minggu ke-16. salbutamol. Terbutalin,

dan salmeterol mencapai air susu ibu. Dari obat lainnya belum terdapat cukup data

Page 28: Makalah Efusi Pleura

untuk menilai keamanannya; pada binatang percobaan, salmoterol ternyata merugikan

janin (3,4).

Obat-obat adrenergik yang sering digunakan sebagai bronchodilator :

a. Adrenalin epinefrin Lidonest 2%.

Zat adrenergik ini dengan efek alfa + beta adalah bronchodilator

terkuat dengan kerja cepat tetapi singkat dan digunakan untuk serangan asma

yang hebat. Sering kali senyawa ini dikombinasi dengan tranquillizer peroral

guna melawan rasa takut dan cemas yang menyertai serangan. Secara oral,

adrenalin tidak aktif.

Efek samping berupa efek sentral (gelisah, tremor, nyeri kepala) dan

terhadap jantung palpitasi, aritmia), terutama pada dosis lebih tinggi. Timbul

pula hyperglikemia, karena efek antidiabetika oral diperlemah.

Dosis pada serangan asma i.v. 0,3 ml dari larutan 1 : 1.000 yang dapat

diulang dua kali setiap 20 meter (tartrat) (3,4).

b. Efedrin : *Asmadex, * Asmasolon, * Bronchicum”

Derivat – adrenalin ini memiliki efek sentral lebih kuat dengan efek

bronchodilatasi lebih ringan dan bertahan lebih lama (4 jam). Efedrin dapat

diberikan secara oral maka banyak digunakan sebagai obat asma (bebas

berbatas tanpa resep) dalam berbagai sediaan populer, walaupun efek

sampingnya dapat membahayakan.

Resorpsinya baik dan dalam waktu ¼ – 1 jam sudah terjadi

bronchodilatasi. Di dalam hati, sebagian zat dirombak ekskresinya terutama

lewat urin secara utuh. Plasma ½-nya 3-6 jam.

Efek samping, pada orang yang peka, efedrin dalam dosis rendah

sudah dapat menimbulkan kesulitan tidur, tremor, gelisah dan gangguan

berkemih. Pada overdose, timbul efek berbahaya terhadap SSP dan jantung

(palpitasi) (3,4).

c. Isoprenalin : Isuprel Aleudrin

Derivat ini mempunyai efek b1 + b2 adrenergis dan memiliki daya

bronchodilatasi baik tetapi resorpsinya di usus buruk dan tidak teratur.

Resorpsinya dari mulut (oromukosal sebagai tablet atau larutan agak lebih

Page 29: Makalah Efusi Pleura

baik dan cepat, dan efeknya sudah timbul setelah beberapa menit dan bertahan

sampai 1 jamn.

Penggunaannya sebagai obat asma sudah terdesak oleh adrenergika

dengan khasiat spesifik tanpa efek beta-1 (jantung), sehingga lebih jarang

menimbulkan efek samping. Begitu pula turunnya, seperti yang tersebut di

bawah ini, sebaiknya jangan digunakan lagi (3,4).

d. Orsiprenalin (Metaproterenol, Alupent, Silomat comp)

Adalah isomer isoprenalin dengan resorpsi lebih baik, yang efeknya

dimulai lebih lambat (oral sesudah 15-20 menit tetapi bertahan lebih lama,

sampai 4 jam. Mulai kerjanya melalui inhalasi atau injeksi adalah setelah 10

menit.

Dosis 4 dd 20 mg (sulfat), i.m. atau s.c. 0,5 mg yang dapat diulang

setelah ½ jam, inhalasi 3 – 4 dd 2 semprotan (3,4).

e. Salbutamol: ventolin, salbuven

Derivat isoprenalin ini merupakan adrenergikan pertama (1986) yang

pada dosis biasa memiliki daya kerja yang lebih kurang spesifik terhadap

reseptor b2. selain berdaya bronchodilatasi baik, salbutamol juga memiliki efek

lemah terhadap stabilisasi mastcell, maka sangat efektif mencegah maupun

meniadakan serangan asma. Dewasa ini obat ini sudah lazim digunakan dalam

bentuk dosis-aerosol berhubung efeknya pesat dengan efek samping yang

lebih ringan daripada penggunaan per oral. Pada saat inhalasi seruk halsu atau

larutan, kira-kira 80% mencapai trachea, tetapi hanya 7 -8% dari bagian

terhalus (1-5 mikron) tiba di bronchioli dan paru-paru.

Efek samping jarang terjadi dan biasanya berupa nyeri kepala, pusing-

pusing, mual, dan tremor tangan. Pada overdose dapat terjadi stimulasi

reseptor b-1 dengan efek kardiovaskuler: tachycardia, palpitasi, aritmia, dan

hipotensi. Oleh karena itu sangat penting untuk memberikan instruksi yang

cermat agar jangan mengulang inhalasi dalam waktu yang terlalu singkat,

karena dapat terjadi tachyfylaxis (efek obat menurun dengan pesat pada

penggunaan yang terlalu sering).

Dosis 3-4 dd 2-4 mg (sulfat) inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 100 mcg,

pada serangan akut 2 puff yang dapat diulang sesudah 15 menit. Pada

Page 30: Makalah Efusi Pleura

serangan hebat i.m. atau s.c. 250-500 mcg, yang dapat diulang sesudah 4 jam (3,4).

f. Terbutalin : Bricasma, Bricanyl

Derivat metil dari orsiprenalin (1970) ini juga berkhasiat b2 selektif.

Secara oral, mulai kerjanya sesudah 1-2 jam, sedangkan lama kerjnya ca 6

jam. Lebih sering mengakibatkan tachycardia.

Dosis 2-3 dd 2,5-5 mg (sulfat) inhalasi 3-4 dd 1-2 semprotan dari 250

mcg, maksimum 16 puff sehari, s.c. 250 mcg, maksimum 4 kali sehari (3,4).

g. Fenoterol (berotec)

Adalah derivat terbutalin dengan daya kerja dan penggunaan yang

sama. Efeknya lebih kuat dan bertahan ca 6 jam, lebih lama daripada

salbutamol (ca 4 jam).

Dosis : 3 dd 2,5-5 mg (bromida), suppositoria malam hari 15 mg, dan

inhalasi 3-4 dd 1-2 semprotan dari 200 mcg (3,4).

2. Antikolinergika

Di dalam sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergis dan

sistem kolinergis. Bila karena sesuatu sebab reseptor b2 dari sistem adrenergis terhambat,

maka sistem kolinergis akan berkuasa dengan akibat bronchokonstriksi. Antikolimengika

memblok reseptor muskarin dari saraf-saraf kolinergis di otot polos bronchi, hingga

aktivitas saraf adrenergis menjadi dominan dengan efek bronchodilatasi.

Penggunaan terutama untuk terapi pemeliharaan HRB, tetapi juga berguna untuk

meniadakan serangan asma akut (melalui inhalasi dengan efek pesat).

Efek samping yang tidak dikehendaki adalah sifatnya yang mengentalkan dahak

dan tachycardia, yang tidak jarang mengganggu terapi. Yang terkenal pula adalah efek

atropin, seperti mulut kering, obstipasi, sukar berkemih, dan penglihatan buram akibat

gangguan akomodasi. Penggunaanya sebagai inhalasi meringankan efek samping ini (3,4).

Page 31: Makalah Efusi Pleura

Contoh obat antikolinergik yang sering digunakan sebagai bronchodilator :

a. Ipratropium : Atrovent

Derivat-N-propil dari atropin ini (1974) berkhasiat bronchodilatasi,

karena melawan pembentukan cGMP yang menimbulkan konstriksi.

Ipratropin berdaya mengurangi hipersekresi di bronchi, yakni efek

mengeringkan dari obat antikolinergika, maka amat efektif pada pasien yang

mengeluarkan banyak dahak. Khususnya digunakan sebaga inhalasi, efeknya

dimulai lebih lambat (15 menit) dari pada b2-mimetika. Efek maksimalnya

dicapai setelah 1-2 jam dan bertahan rata-rata 6 jam. Sangat efektif sebagai

obat pencegah dan pemeliharaan, terutama pada bronchitis kronis. Kini, zat ini

tidak digunakan (lagi) sebagai monoterapi (pemeliharaan), melainkan selalu

bersama kortikosteroida-inhalasi. Kombinasinya dengan b2-mimetika

memperkuat efeknya (adisi).

Resorpsinya secara oral buruk (seperti semua senyawa amonium

kwaterner). Secara tracheal hanya bekerja setempat dan praktis tidak diserap.

Keuntungannya ialah zat ini juga dapat digunakan oleh pasien jantung yang

tidak tahan terhadap adrenergika.

Efek sampingnya jarang terjadi dan biasanya berupa mulut kering,

mual, nyeri kepala, dan pusing.

Dosis inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 20 mcg (bromida) (3,4).

3. Derivat Xanthin: teofilin, aminofilin

Daya bronchorelaksasinya diperkirakan berdasarkan blokade reseptor adenosin.

Selain itu, teofilin seperti kromoglikat mencegah meningkatnya hiperektivitas dan

berdasarkan ini bekerja profilaksi. Resorpsi dari turunan teofilin amat berbeda-beda; yang

terbaik adalah teofilin microfine (particle size 1-5 micron) dan garam-garamnya

aminofilin dan kolinteofilinat. Penggunaanya secara terus-menerus pada terapi

pemeliharaan ternyata efektif mengurangi frekuensi serta hebatnya serangan. Pada

keadaan akut (infeksi aminofilin) dapat dikombinasi dengan obat asam lainnya, tetapi

kombinasi dengan b2-mimetika hendaknya digunakan dengan hati-hati berhubungan

kedua jenis obat saling memperkuat efek terhadap jantung. Kombinasinya dengan efedrin

(Asmadex, Asmasolon) praktis tidak memperbesar efek bronchodilatasi, sedangkan

Page 32: Makalah Efusi Pleura

efeknya terhadap jantung dan efek sentralnya amat diperkuat. Oleh karena ini, sediaan

kombinasi demikian tidak dianjurkan, terutama bagi para manula.

Tablet sustanined release (Euphyllin retard 125-250 mg) adalah efketif untuk

memperoleh kadar darah yang konstan, khususnya pada waktu tidur dan dengan demikian

mencegah serangan tengah malam dan morning dip (3,4).

Kehamilan dan laktasi

Teofilin aman bagi wanita hamil. Karena dapat mencapai air susu ibu, sebaiknya

ibu menyusui bayinya sebelum menelan obat ini (3,4).

Obat-obat golongan xanthin yang sering digunakan sebagai bronchodilator

a. Teofilin : 1,3 dimryilkdsnyin, Quibron-T/SR Theobron.

Alkaloida ini (1908) terdapat bersama kofein (trimetilksantin) pada

daun teh (Yuntheos = Allah, phykllon = daun) dan memiliki sejumlah khasiat

antara lain berdaya spasmolitis terhadap otot polos, khususnya otot bronchi,

menstimulasi jantung (efek inotrop positif) dan mendilatasinya. Teofilin juga

menstimulasi SSP dan pernafasan, serta bekerja diuretis lemah dan singat.

Kofein juga memiliki semua khasiat ini meski lebih lemah, kecuali efek

stimulasi sentralnya yang lebih kuat. Kini, obat ini banyak digunakan sebagai

obat prevensi dan terapi serangan asma.

Efek bronchodilatasinya tidak berkorelasi baik dengan dosis, tetapi

memperlihatkan hubungan jelas dengan kadar darahnya dan kadar di air liur.

Luas terapeutisnya sempit, artinya dosis efektifnya terletak berdekatan dengan

dosis toksisnya. Untuk efek optimal diperlukan kadar dalam darah dari 10-15

mcg/ml, sedangkan pada 20 mcg/ml sudah terjadi efek toksis. Oleh karena itu,

dianjurkan untuk menetapkan dosis secara individual berdasarkan tuntutan

kadar dalam darah. Hal ini terutama perlu pada anak-anak di bawah usia 2

tahun dan pada manula diatas 60 tahun, yang sangat peka terhadap overdose,

juga pada pasien gangguan hati dan ginjal. Terapi dengan teofilin harus

dipandu dengan penentuan kadar dalam darah.

Resorpsinya di usus buruk dan tidak teratur. Itulah sebabnya mengapa

bronchodilator tua ini (1935) dahulu jarang digunakan. Baru pada tahun 1970-

an, diketahui bahwa resorpsi dapat menjadi lengkap bila digunakan dalam

bentuk seruk microfine. (besarnya partikel 5-10 mikron) begitu juga pada

penggunaan sebagai larutan, yang seperlunya ditambahkan alkohol 20%.

Plasma-t ½ nya 3-7 jam, ekskresinya berlangsung sebagai asam metilurat

Page 33: Makalah Efusi Pleura

lewat kemih dan hanya 10% dalam keadaan utuh. Teofilin sebaiknya

digunakan sebagai sediaan ‘sutanined release’ yang memberikan resorpsi

konstan dan kadar dalam darah yang lebih teratur.

Efek sampingnya yang terpenting berupa mual dan muntah, baik pada

penggunaan oral maupun rektal atau parenteral. Pada overdose terjadi efek

sentral (gelisah, sukar tidur, tremor, dan konvulsi) serta gangguan pernafasan,

juga efek kardiovaskuler, seperti tachycardia, aritmia, dan hipotensi. Anak

kecil sangat peka terhadap efek samping teofilin.

Dosis 3-4 dd 125 – 250 mg microfine (retard).

1 mg teofilin 0 aq = 1,1 g teofilin 1 aq = 1,17 g aminofilin 0 aq = 1,23

g aminofilin 1 aq (3,4).

b. Aminofilin (teofilin-etilendiamin, Phyllocomtin continus, Euphylllin)

Adalah garam yang dalam darah membebaskan teofilin kembali.

Garam ini bersifat basa dan sangat merangsang selaput lendir, sehingga secara

oral sering mengakibatkan gangguan lambung (mual, muntah), juga pada

penggunaan dalam suppositoria dan injeksi intramuskuler (nyeri). Pada

serangan asma, obat ini digunakan sebagai injeksi i.v.

Page 34: Makalah Efusi Pleura

9. Management Medis

Pleura adalah membran serosa yang licin, mengkilat, tipis dan transparan. Membran ini menutupi jaringan paru dan terdiri dari 2 lapis:

1. Pleura viseralis: terletak disebelah dalam, langsung menutupi permukaan paru.

2. Pleura parietalis: terletak disebelah luar, berhubungan dengan dinding dada.

Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel  (yang memproduksi cairan), membran basalis, jaringan elastik dan kolagen, pembuluh darah dan limfe.

Membran pleura bersifat semipermiabel. Sejumlah cairan terus menerus merembes keluar dari pembuluh darah yang melalui pleura parietal. Cairan ini diserap oleh pembuluh darah pleura viseralis, dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali kedarah. Efusi terjadi jika pemnbentukan cairan oleh pleura parietalis melampau batas pengambilan yang dilakukan pleura viseralis.

Rongga pleura adalah rongga potensial, mempunyai ukuran tebal 10-20 mm, berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang tidak bewarna, mengandung protein < 1,5 gr/dl dan ± 1.500 sel/ml. Sel cairan pleura didominasi oleh monosit, sejumlah kecil limfosit, makrofag dan sel mesotel. Sel polimormonuklear dan sel darah merah dijumpai dalam jumlah yang sangat kecil didalam cairan pleura.

Keluar dan masuknya cairan dari dan ke pleura harus berjalan seimbang agar nilai normal cairan pleura dapat dipertahankan

12. Nursing management

a. Pengkajian

Data yang sudah dikumpulakan/dikaji meliputi

1) Identitas pasien

Keluhan Utama merupakan faktor yang mendorong pasien mencari pertolongan

atau berobat kerumah sakit. Biasanya pada pasien Efusi pleura didapatkan keluhan

utama brupa sesak nafas, sara sesak pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura

yang bersifat tajam dan telokalisasi terutama pada saat batuk dan bernafas serta

batuk non-produktif.

2) Riwayat penyakit sekarang

Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan tanda-tanda seperti

batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada berat badan (-) dst. Perlu

Page 35: Makalah Efusi Pleura

juga datangakan mubi kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan-tindakan yang

dilakukan untuk menurunkan/menhilangkan keluhan, keluhan tersebut.

3) Riwayat penyakit terdahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah, mengalami penyakit TBC paru,

pneumoni, gagal jantung, osites dst. Hal ini deperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya faktor predisposisi.

4) Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang

disingelir sebagai penyabab efusi pleura ex.kanker paru, asma, TB paru dst.

5) Riwayat psikososid

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya dan

bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya

6) Pengkajian pola-pola tatalaksana hidup sehat

Pola persepsi tata laksana hidup sehat

Adanya tindakan medis dan perawat di RS mempengaruhi perubahan persepsi

tentang kesehatan tepi kadang juga memculkan presepsi yang salah terhadap

pemeliharaan kesehatan.

Pola nutrisi dan metabolism

Dalam melakukan pengkajian pola nutrisi dan metabolisme perlu melakukan

pengukuran tinggi badan dan berat badan atau mengetahui status nutrisi

pasien. Pasien dengan epusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan

akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abd. Peningkatan

metabolism akan terjadi akibat proses penyakit. Pasien degan efusi pleura

keadaan umumnya lemah

Pola elimenasi

Perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defeksi pre dan post mrs.

Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih benyak bed rest

sehingga akan menghasilkan konstipasi, selain akibat prncernaan pada struktur

abdomen menyebabkan penurunan peristaltic otot-otot degastiuus.

Pola aktifitas dan latihan

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan pasien

akan cepat mengalami pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga

mengurangi aktivitasnya, akibat adanya nyeri dada dan untuk memenuhi

Page 36: Makalah Efusi Pleura

kebutuhan ADLnyasebagai kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan

keluarganya.

Pola tidur dan istirahat

Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh

terhadap penularan kebutuhan tidak dan istirahat.

Pola hubungan dan peran

Akibat dari sakit, secara langsung pasien akan mengalami perubaha, misalnya

IRT, pasien tidakbisa menlakukannya.

Pola presepsi dan konsep diri

Presepsi terhadap dirinya akan berubah, pasien yang tadinya sehat tiba-tiba

mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada.

Pola sensori dan kongnitif

Fungsi panca indra pasien tidak mengalami perubahan demikian juga

berpikirnya

Pola reproduksi seksual

Dalam hal inii hubungan sek intercourse terganggu karena sedang di rawat.

Pola tata nilai dan kepercayaan.

7) Pemeriksaan fisik

Status kesehatan umum

Tingkat kesadaran perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum,

ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasein

terhdapa petugas, bagaimana mood pasien, setelah mengetahui tingkat

kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi

badan dan berat badan.

System sespirasi

- Infeksi

Bentuk manitorax yang sakit mecembung, iga mendatar, ruang artar

igamelebar, pergerakan nafas menurun, perdorongan mediasfinom kearah

hemithorax kontrak lakteral yang diketahui dari posisi trachea dan lobus

kordis, Pr meningkat dan pasien alas an orasanga dyspreu. Fremitus torak

menurun terutama pada efusi pleura yang jumlah cairannya >250cc.

- Palpasi

Ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit

- Perkusi

Page 37: Makalah Efusi Pleura

Redup sampai peka tergantung jumlah cairannya

- Auskultasi

suara nafas menurun sampai menghilang

BAB III Daftar pustaka

Page 38: Makalah Efusi Pleura

1. Doenges M.E,dkk, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk Perencanaan

dan perdokumentasi perawatan pasien, penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta

2. Nanda, 2001, nursing Diagnosa : Definisi fior ard dassifaution 2001-2002,

Philadelphia

3. Tamsuri anas, 2004, klien gangguan pernafasan : Seri Asuhan Keperawatan, penerbit

buka kedokteran EGC, Jakarta