1. laporan pendahuluan

24
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI I. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri/ cita-cita/ harapan langsung menghasilkan perasaan berharga. Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998). Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998 : 352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak 1

Upload: ananta-wijaya

Post on 15-Sep-2015

242 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

412312

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

I. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAHA. Pengertian

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri/ cita-cita/ harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998).

Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998 : 352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999).

Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.

Harga diri rendah dibedakan menjadi bagian 2 yaitu :

1. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.

2. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif.

Aktualisasi diriKonsep diri positifHarga diri rendahKerancuan identitasDepersonalisasi

Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan : Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata yang sukses diterima.

Konsep diri adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri

Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri maladaptif.

Kekacauan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.

Dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

B. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

1. Faktor Predisposisi

a. Harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks, tuntutan peran kerja, harapan peran kultural.

c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak percayaan orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam stuktural sosial.2. Faktor Presipitasi

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.

b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi.c. Transisi Peran situasi adalah terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran dan kematian.d. Transisi peran sehat sakit akibat pergeseran dari keadaan sehat ke sakit dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran bentuk, penampilan, fungsi tubuh, perubahan fisik berhubungan dengan tumbang normal moral dan prosedur medis keperawatan.C.Daftar Masalah Yang Terdapat Pada Pasien Dengan Harga Diri Rendah

1. Harga diri rendah

2. Kerusakan interaksi sosial

3. Koping individu tidak efektif

D. Pohon Masalah

--------------------------- Core Problem

E. Tanda dan Gejala

Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Keliat (1992). Tanda dan gejala yang ditemukan pada individu harga diri rendah :

1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri.

2. Merendahkan atau mengurangi martabat.3. Rasa bersalah dan khawatir.4. Manifestasi fisik.5. Menunda keputusan.6. Gangguan berhubungan.7. Menarik diri dari realitas.8. Merusak diri.9. Merusak atau melukai orang lain.Menurut Stuart dan Sundeen (1998) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri atau orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, atau berlebihan, perasaan takut mengenal tubuhnya ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesmis, keluhan, pandangan hidup yang berlebihan, penolakan terhadap kemampuan sosial, perguruan dan menjauh diri secara sosial, pengurungan diri, menaruh diri secara sosial, penyalahgunaan zat.F. Penatalaksanaan dan Tindakan Keperawatan

Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksudmeliputi :

1. Psikofarmaka Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut:a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkatb) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecilc) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif maupun gejala negative skizofreniad) Lebih cepat memulihkan fungsi kogitife) Tidak menyebabkan kantukf) Memperbaiki pola tidurg) Tidak menyebabkan habituasi, adiksi dan dependensih) Tidak menyebabkan lemas otot. Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.

2. PsikoterapiTherapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.(Maramis,2005,hal.231).

3. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).4. Keperawatan Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998).

Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapy aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. (Keliat dan Akemat,2005).II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRIA. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Adapun data yang diperoleh dari klien dengan gangguan konsep diri yaitu:

a. Data Subjektif

Mengkritik diri sendiri/orang lain, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai diri sendiri, klien mengatakan bersedih dan kecewa, klien mengatakan pesimis dalam menghadapi kehidupan, mengatakan hal-hal yang negatif tentang keadaan tubuhnya.b. Data Objektif

Gangguan dalam berhubungan, pandangan bertentangan terhadap penolakan kemampuan personal, menarik diri secara personal, menarik dir secara sosial, menarik diri secara realitas, merusak diri sendiri dan orang lain, produktivitas menurun, bengong dan putus asa. Harga diri rendah merupakan karakteristik skizofrenia dimana pada klien skizofrenia harus dikaji riwayat keluarga karena salah satu faktor yang berperan serta bagi munculnya gejala tersebut adalah faktor genetik atau keturunan (Hawari,2001).Selain tanda dan gejala tersebut, kita juga dapat mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.Berikut ini pengkajian keperawatan jiwa menurut Dermawan & Rusdi (2013), yaitu :

Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajian meliputi:

a. Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontak dengan klien tentang: nama klien, panggilan klien, nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.

b. Keluhan utama/alasan masuk

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.

c. Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan apda klien/keluarga, apkaah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan/mengalami : penganiayaan fisik; seksual; penolakan dari lingkungan; kekerasan dalam keluarga; tindakan kriminal.

Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan:

1) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.

2) Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonates, dan anak-anak.

3) Sosial budaya

Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stres yang menumpuk.d. Aspek fisik/biologis

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernapasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kaji fungsi organ kalau ada keluhan.

e. Aspek psikososial1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.

2) Konsep diri

a) Citra tubuh : mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.

b) Identitas diri : status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya, dan kepuasan klien sebagai laki-laki/perempuan.

c) Peran : tugas yang diemban dalam keluarga/kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.

d) Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan, dan penyakitnya.

e) Harga diri : hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, baisanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sesuai wujud harga diri rendah.

3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.

4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

f. Status mental

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya titik diri.

g. Kebutuhan persiapan pulang

1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan dan merapikan pakaian

3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien

4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah

5) Pantau pengggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat

h. Masalah psikososial dan lingkungan

Data dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.

i. Pengetahuan

j. Data yang didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

k. Aspek medik

Terapi yang diterima oleh klien : ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi kelurga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.B. Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa keperawatan yang muncul dari pohon masalah di atas adalah:

1. Harga diri rendah2. Koping individu tidak efektif3. Kerusakan interaksi sosialC. Perencanaan

Perencanaan terdiri dari 3 aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana perawatan.Diagnosa keperawatan : gangguan konsep diriTujuan Umum :Pasien memiliki konsep diri yang positif.Tujuan Khusus :1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dengan kriteria hasil: pasien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, mau membalas salam, mau menjabat tangan, mau menyebutkan nama, ada kontak mata, pasien mau duduk berdampingan dengan perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Intervensi :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :

a. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya

f. Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasieng. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannyaRasional : BHSP merupakan langkah pertama perawat agar pasien bisa trust kepada perawat, sehingga perawat bisa lebih mudah menggali informasi dari pasien, dan selanjutnya bisa membantu pasien dalam mengatasi masalahnya.

2. Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki, dengan kriteria hasil : pasien menyebutkan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki pasien, aspek positif keluarga, aspek positif lingkungan pasien.

Intervensi :

2.1 Diskusikan dengan pasien tentang :

a. Aspek positif yang dimiliki pasien, keluarga, lingkungan

b. Kemampuan yang dimiliki pasienRasional : Menggali aspek-aspek positif seperti kemampuan dan prestasi yang dimiliki pasien2.2 Bersama pasien buat daftar tentang :a. Aspek positif, keluarga, lingkungan

b. Kemampuan yang dimiliki pasienRasional : Memberikan penguatan pada pasien, bahwa dia masih memiliki hal-hal positif pada dirinya2.3 Setiap bertemu beri pujian positif, hindarkan penilaian negativeRasional : Untuk membantu meningkatkan harga diri pasien.

3. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan, dengan kriteria hasil : pasien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan.

Intervensi :

3.1 Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih bisa digunakan saat iniRasional : Menggali kemampuan yang masih bisa dilakukan pasien dalam kondisi perawatan3.2 Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasienRasional : Mengingatkan pasien kembali pada kemampuan yang ada pada dirinya, sehingga memotivasi peningkatan harga diri3.3 Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktifRasional : Meyakinkan pasien, bahwa kita benar-benar ingin membantu mengatasi masalah pasien4. Pasien dapat menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dengan kriteria hasil : pasien membuat rencana kegiatan harian.

Intervensi :

4.1 Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan pasien :

a. Kegiatan mandiri

b. Kegiatan dengan bantuanRasional : Agar pasien memiliki panduan yang bisa dipakai dalam melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi pasienRasional : Menyesuaikan kegiatan dengan kondisi pasien.4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat pasien lakukanRasional : Pasien memiliki gambaran tentang aktifitas yang akan dilakukan.5. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya, dengan kriteria hasil : pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat.5.1 Beri kesempatan pasien mencoba rencananya

Rasional : Memotivasi pasien untuk memperlihatkan kemampuan yang bisa digunakan.

5.2 Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan

Rasional : Agar pasien memiliki gambaran tentang pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan.

5.3 Bersama pasien peragakan kegiatan yang ditetapkan

Rasional : Pasien bisa membuktikan dirinya mampu melakukan kegiatan sesuai kemampuanya.

5.4 Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasienRasional : Untuk membantu meningkatkan harga diri pasien.

6. Pasien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada dengan kriteria hasil : pasien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.

6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan harga diri rendah.Rasional : Meningkatkan pengetahuan keluarga sebagai system pendukung pasien6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama pasien dirawatRasional : Agar keluarga bisa membantu pasien dalam meningkatkan harga dirinya6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumahRasional : Agar keluarga siap merawat pasien di rumah7. Pasien mampu memanfaatkan obat dengan benar dengan kriteria hasil : pasien mengenal obat yang didapat dan minum obat pada waktunya.Intervensi :

7.1 Bantu pasien mengenal obat yang didapat

Rasional : Memudahkan dalam pemberian therapy7.2 Ajarkan pasien minta minum obat pada waktunyaRasional : Pasien teratur dalam minum obat, sehingga menunjang keberhasilan therapy

7.3 Berikan obat dengan prinsip 6 BRasional : Untuk menunjang keberhasilan program terapeutik

D. Pelaksanaan

Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam pelaksanaan disesuaikan dengan rencana keperawatan dan kondisi pasien. E. Evaluasi

Merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang sehat.

Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:S: respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan

O: respon objektif pasien terhadapa keperawatan yang dilaksanakan

A

:analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masih tetap atau masuk giliran baru.

P: Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respom pasien.

Adapun hasil yang diharapkan yaitu :

1. Pasien mengungkapkan perasaannya terhadap keadaan yang diderita2. Pasien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya

3. Pasien berperan serta dalam perawatan dirinya

4. Pasien percaya diri dengan menetapkan keinginan atau tujuan yang realistisDAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC, JakartaDermawan & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen PublishingHawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta : EGCIsaacs, Ann. (2009). Keperawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatrik ( Edisi 3). Jakarta : EGCKeliat, Budi Anna dkk.1992.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC, Jakarta.

Maramis, W.F. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University PressStuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC

Townsend, Mary C.1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC

Respon maladaptif

Respon adaptif

Koping individu tidak efektif ----------------------- Penyebab

Harga diri rendah

Kerusakan interaksi sosial (menarik diri) ----------------- Akibat

15