laporan pendahuluan depresi[1]

24
LAPORAN PENDAHULUAN DEPRESI A. DEFINISI Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas- aktivitas yang biasa dan pada waktu yang lampau (Townsend,1998:179). Rentang respon emosi individu dapat berfluktuasi dalam rentang respon emosi dari adaptif sampai maladaptif. Respon depresi merupakan emosi yang mal adaptif (Keliat,1996:2). B. JENIS-JENIS DEPRESI Penggolongan depresi dapat dibedakan (Wilkinson,1995:18 - 26): 1. Menurut gejalanya Depresi neurotik Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya seringkali dipenuhi trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita depresi neurotik bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau ketakutan yang abnormal seperti Universitas Wiraraja Sumenep

Upload: mashita-adishakina-islami

Post on 10-Jul-2016

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

oke

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

LAPORAN PENDAHULUAN

DEPRESI

A. DEFINISI

Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya minat atau

kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang lampau

(Townsend,1998:179). Rentang respon emosi individu dapat berfluktuasi dalam

rentang respon emosi dari adaptif sampai maladaptif. Respon depresi merupakan

emosi yang mal adaptif (Keliat,1996:2).

B. JENIS-JENIS DEPRESI

Penggolongan depresi dapat dibedakan (Wilkinson,1995:18 - 26):

1. Menurut gejalanya

Depresi neurotik

Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang

menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya

seringkali dipenuhi trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya

kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, milik berharga, atau seorang

kekasih. Orang yang menderita depresi neurotik bisa merasa gelisah, cemas

dan sekaligus merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau ketakutan

yang abnormal seperti agrofobia tetapi mereka tidak menderita delusi atau

halusinasi.

Depresi psikotik

Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi yang

berkaitan dengan delusi dan halusinasi atau keduanya.

Psikosis depresi manik

Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai

gangguan suasana hati yang berat. Orang yang mengalami gangguan ini

menunjukkan gabungan depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini

dapat diganti dengan perasaan gembira, gairah, dan aktivitas secara

berlebihan gambaran ini disebut 'mania'.

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 2: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

Pemisahan diantara keduanya

Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak hanya

berdasarkan gejala lain yang ada dan seberapa terganggunya perilaku orang

tersebut.

2. Menurut Penyebabnya

Depresi reaktif

Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti

kehilangan seseorang atau kehilangan pekerjaan.

Depresi endogenus

Pada depresi endogenous, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor lain.

Depresi primer dan sekunder

Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang disebabkan

penyakit fisik atau psiatrik atau kecanduan obat atau alkohol (depresi

'sekunder') dengan depresi yang tidak mempunyai penyebab-penyebab ini

(depresi 'primer'). Penggolongan ini lebih banyak digunakan untuk penelitian

tujuan perawatan.

3. Menurut arah penyakit

Depresi tersembunyi

Diagnosa depresi tersembunyi (atau atipikal) kadang-kadang dibuat

bilamana  depresi dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang tidak

dapat diterangkan, misalnya rasa sakit yang lama tanpa sebab yang nyata atau

hipokondria atau sebaliknya perilaku yang tidak dapat diterangkan seperti

wanita lanjut usia yang suka mengutil.

Berduka

Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan terhadap

suatu kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu

menerima kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang

menimpa, menderita putusnya hubungan dengan orang yang dicintai dan

penyesuaian kembali.

Depresi pascalahir

Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode gangguan emosional

dalam 10 hari pertama setelah melahirkan bayi ketika emosi mereka masih

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 3: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

labil dan mereka merasa sedih dan suka menangis. Seringkali hal itu

berlangsung selama satu atau dua hari kemudian berlalu.

Depresi dan manula

Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap depresi. Namun,

kadang-kadang depresi pada manula ditutupi oleh penyakit fisik dan cacat

tubuh seperti penglihatan atau pendengaran yang terganggu. Oleh karena itu,

sangatlah penting untuk mengingat kemungkinan terjadinya penyakit depresi

pada orang tua.

C. FAKTOR PREDISPOSISI

Terdapat 2 teori untuk menjelaskan faktor pendukung terjadinya depresii

(Townsend,1998:181 - 183):

1) Teori Biologis

a. Genetik. Dari sejumlah penyelidikan yang telah dilakukan ditemukan

bahwa terdapat dukungan keterlibatan herediter dalam penyakit depresi.

Luasnya akibat pada pokoknya tampak menjadi lebih tinggi diantara

individu-individu yang memiliki hubungan keluarga dengan kelainan

tersebut daripada diantara populasi umum (DSM-III-R, 1987).

b. Biokimia. Ketidakseimbangan elektrolit tampak memainkan peranan

dalam penyakit depresif. Suatu kesalahan hasil metabolisme dalam

perubahan natrium dan kalium di dalam neuron (Gibbons, 1960).

Teori biokimia yang lainnya menyangkut biogenik amin norepinefrin,

dopamin, dan serotinin. Tingkatan zat-zat kimia ini mengalami defisiensi

dalam individu dengan penyakit depresif (Janowsky et al, 1988).

2) Teori Psikososial

a. Psikoanalisa. Teori ini (Klein, 1934) melibatkan suatu ketidakpuasan

dalam hubungan awal ibu-bayi sebagai suatu predisposisi untuk penyakit

depresif. Kebutuhan bayi tidak terpenuhi, suatu kondisi yang digambarkan

sebagai suatu kehilangan. Respons berduka belum terpecahkan, dan

kemarahan dan permusuhan ditunjukkan kepada diri sendiri. Ego tetap

lemah, sementara superego meluas dan menjadi menghukum.

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 4: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

b. Kognitif. Ahli teori-teori ini (Beck et al, 1979) yakin bahwa penyakit

depresif terjadi sebagai suatu hasil dari kelainan kognitif. Kelainan proses

pikir membantu perkembangan evaluasi diri individu. Persepsi merupakan

ketidakadekuatan dan ketidakberhargaan. Pandangan untuk masa depan

merupakan suatu kepesimisan keputusasaan.

c. Teori Pembelajaran. Teori ini (seligman, 1973) mengemukakan bahwa

penyakit depresif dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa ada kurang

kontrol atau situasi-situasi kehidupannya. Ini dianggap bahwa keyakinan

ini muncul dari pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan kegagalan

(baik yang dirasakan atau yang nyata). Setelah sejumlah kegagalan,

individu merasa tidak berdaya untuk berhasil dalam usaha-usaha yang

keras, dan oleh karena itu berhenti mencoba. Pembelajaran

ketidakberdayaan ini digambarkan sebagai suatu predisposisi untuk

penyakit depresif.

d. Teori Kehilangan Objek. Teori ini (Bowly, 1973) menyatakan bahwa

penyakit depresif terjadi jika pribadi tersebut terpisah dari atau ditolak

orang terdekat selama 6 bulan pertama kehidupan. Proses ikatan

diputuskan, dan anak menarik diri dari orang lain dan lingkungan.

D. FAKTOR PENCETUS

Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam

perasaan (Sundeen,Stuart,1998:260):

1) Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk

kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena

elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi

pasien merupakan hal yang sangat penting.

2) Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode

depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi

sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.

3) Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan

depresi, terutama pada wanita.

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 5: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

4) Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik,

seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat

mencetuskan gangguan alam perasaan.

E. PENGELOLAAN DEPRESI

1) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada usia lanjut :

a. Obat-obatan

Beberapa jenis obat seperti digoksin, L-dopa, steroid, penyekat beta dan anti

hipertensi lainnya, pemberian benzodiazepin jangka panjang, fenobarbiton,

dan pemakaian neuroleptik jangka lama dapat mengakibatkan depresi.

b. Neurobiologik

Perubahan neuroendokrinologik seperti hormon, neurotransmiter (serotonin,

dopamin, dll) menyebabkan usia lanjut rentan terhadap depresi. Depresi pada

usia lanjut dapat diakibatkan oleh proses neurodegeneratif, misalnya depresi

sebagai gejala dari demensia.

c. Psikososial

Kepribadian pasien sebelum sakit turut berperan dalam manifestasi gejala

depresi, misalnya orang yang pencemas semasa mudanya ketika

mengalami depresi di usia lanjut memperlihatkan gambaran depresi

neurotik yang menyolok.

Dukungan sosial yang buruk, kapasitas membina keakraban yang lemah

juga berperan  dalam terjadinya depresi.

Berbagai peristiwa kehidupan seperti kematian pasangan, problem

keuangan yang berat, pindah rumah, peringatan peristiwa sedih, anak yang

cacat menanjak dewasa, dan sebagainya lebih sering terjadi pada pasien-

pasien usia lanjut dengan depresi dibandingkan dengan usia lanjut yang

sehat.

2) Gambaran Klinis Depresi Pada Usia Lanjut

Seorang usia lanjut yang mengalami depresi kebanyakan menyangkal

adanya mood depresi. Yang terlihat adalah gejala hilangnya tenaga (loyo),

hilangnya rasa senang, tidak bisa tidur atau keluhan rasa sakit dan nyeri.

Menurut Brodaty (1991) gejala yang sering tampil adalah ansietas (kecemasan),

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 6: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

preokupasi gejala fisik, perlambatan motorik, kelelahan, mencela diri sendiri,

pikiran bunuh diri dan insomnia.

Gambaran klinik depresi pada pasien berusia lanjut (dibandingkan dengan pasien

yang lebih muda), adalah mereka lebih banyak menonjolkan gejala somatiknya

disamping mengeluh tentang gangguan memori, dan umumnya cenderung

meminimalkan atau menyangkal mood depresinya. Hal lain yang tidak

menguntungkan adalah pasien usia lanjut umumnya kurang mau mencari

bantuan psikiater karena tak dapat menerima penjelasan yang bersifat psikologis

untuk gangguan depresi yang mereka alami.

3) Diagnosis Depresi

Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat sesuai

dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan

seseorang. Menurut ICD 10, pada gangguan depresi ada 3 gejala utama yaitu :

Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung / sedih),

Hilang minat atau gairah,

Hilang tenaga dan mudah lelah, yang disertai dengan gejala lain seperti :

Konsentrasi menurun,

Harga diri menurun,

Perasaan bersalah,

Pesimis memandang masa depan,

Ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri,

Pola tidur berubah,

Nafsu makan menurun.

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 7: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

Tabel 2.1Pedoman Berat Ringannya Depresi

Depresi Gejala

Utama

Gejala lain Fungsi Keterangan

Ringan 2 2 Baik Distress +

Sedang 2 3 atau 4 Terganggu Berlangsung

minimal 2

minggu

Berat 3 4 Terganggu

berat

Intensitas gejala

sangat berat

               Sumber:Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI,2000                   

F. PEMERIKSAAN PASIEN DEPRESI

Salah satu langkah awal yang penting dalam penatalaksanaan depresi adalah

mendeteksi atau mengidentifikasi. Sampai saat ini belum ada suatu konsensus atau

prosedur khusus untuk penapisan / skrining depresi pada populasi usia lanjut. Salah

satu instrumen yang dapat membantu adalah Geriatric Depression Scale (GDS)

yang terdiri atas 30 pertanyaan yang harus dijawab oleh pasien sendiri. GDS ini

dapat dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan saja.

Bilamana ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada depresi, harus

dilakukan lagi pemeriksaan yang lebih rinci sebagai berikut :

1. Riwayat klinik / anamnesis

a. Riwayat keluarga

b. Gangguan psikiatri yang lampau

c. Kepribadian

d.  Riwayat sosial

e.  Ide / percobaan bunuh diri

f.  Gangguan-gangguan somatik

g.  Perkembangan gejala-gejala depresi

2.    Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien depresi sangat penting karena gejala-gejala

depresi sering disertai dengan penyakit fisik.

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 8: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

3.    Pemeriksaan kognitif

Penilaian Mini Mental State Examination (MMSE) pada usia lanjut yang

menunjukkan gejala depresi bermanfaat dalam tindak lanjut penatalaksanaan

pasien. Perbaikan pada MMSE setelah dilakukan terapi terhadap depresi,

menunjukkan bahwa pasien dengan depresi mengalami masalah konsentrasi

dan memori yang mempengaruhi fungsi kognitifnya.

4.    Pemeriksaan status mental

Penampilan dan perilaku

Mood / suasana perasaan hati 

Pembicaraan

Isi pikiran 

Gejala ansietas

Gejala hipokondriakal

5.    Pemeriksaan lainnya

Mengingat pasien usia lanjut rentan terhadap gangguan metabolik sekunder

akibat penyakit depresi yang berat, seperti tidak adekuatnya asupan cairan,

maka perlu dipertimbangkan pemeriksaan sebagai berikut :

Ureum dan elektrolit

Darah lengkap dan hitung jenis

Vitamin B12 dan Folat

Tes fungsi Tiroid 

Foto dada

Lain-lain : serum sifilis,Electro Cardio Graphy ( ECG),Electro Encephalo

Graphy ( EEG), CT-scan dst.

6.    Prognosis

Prognosis depresi pada usia lanjut tidaklah berbeda dengan

prognosis pada usia yang lebih muda. Umumnya pasien akan sembuh dan tetap

dapat berfungsi dengan baik jika depresi diobati dan ditatalaksana dengan baik.

Hasil terapi yang kurang baik tampaknya berhubungan dengan episode awal

yang parah dan adanya komorbiditas dengan penyakit kronik.

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 9: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

7.    Penatalaksanaan Depresi Pada usia Lanjut

a) Terapi fisik

1) Obat

Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya. Pemilihan

jenis antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus dan pengenalan

terhadap berbagai jenis antidepresan. Biasanya pengobatan dimulai

dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan

sampai ada perbaikan gejala.

2)  Terapi Elektrokonvulsif (ECT)

Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh

diri atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang

efektif dan aman. ECT diberikan 1- 2 kali seminggu pada pasien rawat

nginap, unilateral untuk mengurangi confusion/memory problem.Terapi

ECT diberikan sampai ada perbaikan mood (sekitar 5 - 10 kali),

dilanjutkan dengan anti depresan untuk mencegah kekambuhan.

b) Terapi Psikologik

1) Psikoterapi

Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika

dilakukan bersama-sama dengan pemberian antidepresan. Baik

pendekatan psikodinamik maupun kognitif behavioursama

keberhasilannya. Meskipun mekanisme psikoterapi tidak sepenuhnya

dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses

terapeutik akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih

nyaman, lebih mampu mengatasi persoalannya serta lebih percaya

diri.

2) Terapi kognitif

Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang

selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak

mampu dan sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif.

Ternyata pasien usia lanjut dengan depresi dapat menerima metode

ini meskipun penjelasan harus diberikan secara singkat dan terfokus.

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 10: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas tertentu terapi

kognitif bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir.

3) Terapi keluarga

Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit

depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting.

Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi

dari dominan menjadi dependen pada orang usia lanjut. Tujuan

terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk

meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah dan

memperbaiki sikap / struktur dalam keluarga yang menghambat

proses penyembuhan pasien.

4) Penanganan Ansietas (Relaksasi)

Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif

baik secara langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis

okupasional) atau melalui tape recorder.Teknik ini dapat dilakukan

dalam praktek umum sehari-hari. Untuk menguasai teknik ini

diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.

8. Dukungan Keluarga dalam Kaitannya dengan Depresi

Keluarga memainkan suatu peranan yang signifikan dalam

kehidupan pada hampir semua orang lanjut usia (lansia). Ketika keluarga tidak

menjadi bagian kehidupan seseorang yang telah lansia, umumnya

menyebabkan orang tersebut tidak mempunyai tempat tinggal, atau ada

masalah-masalah yang telah berlangsung lama dan keterasingan. Sebaliknya,

kepercayaan yang umum, ketika orang lansia akan membutuhkan bantuan

keluarga menyediakan sekurang-kurangnya 80% dukungan / bantuan.

Dibandingkan dengan "kenyamanan di hari tua", keluarga saat ini menyediakan

kepedulian yang lebih luas selama periode waktu yang lama (Schmall, Pratt,

1993).

Walaupun anak yang telah dewasa adalah suatu sumber utama yang

memberi bantuan terhadap orangtua yang lansia, beberapa trend demografi dan

sosial mempunyai akibat / impak yang signifikan pada kemampuan anggota

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 11: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

keluarga dalam menyediakan dukungan. Hal ini tidak berarti bahwa keluarga

bertanggung jawab atas timbulnya depresi pada seseorang namun sudah jelas

bahwa banyak masalah depresi berkisar di seputar kesulitan dalam cara

anggota keluarga saling berkomunikasi dan saling berhubungan.

G. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

ALAM PERASAAN

1. Pengkajian\

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor Genetik

Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan

melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan pada kembar

monozigote dari dizigote.

2) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri

Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan dari perasaan marah

yang dialihkan pada diri sendiri. Diawali dengan proses kehilangan

terjadi ambivalensi terhadap objek yang hilang tidak mampu

mengekspresikan kemarahan marah pada diri sendiri.

3) Teori Kehilangan

Berhubungan dengan faktor perkembangan : misalnya kehilangn

orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan

orang yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatsi kehilangan.

4) Teori Kepribadian

Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan

seseorang mengalami depresi atau mania.

5) Teori Kognitif

Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang

dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri sendiri, lingkungan dan

masa depan.

6) Teori Belajar Ketidakberdayaan

Mengemukakan bahwa depresi dilmulai dari kehilangan kendali

diri, lalu menjdi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemidian

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 12: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

individu timbul dengan keyakinan akan ketidakmampuam

mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan

respon yang adaptif.

7) Model Prilaku

Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian

positif selama berinteraksi dengan lingkungan.

8) Model Biologis

Mengemukakan bahwa depresi terjadi prubahan kimiawi, yaitu

defisiensi katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi

kortisol.

b. Faktor Presipitasi

Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi

faktor biologis, psikologis, dan social budaya. Faktor biologis meliputi

perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai

penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan ketidakseimbangan

metabolisme. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk

kehilangan cinta, seseorang dan kehilangan harga diri. Faktor social budaya

meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan

c. Perilaku dan Mekanisme Koping

Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan

depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi.

Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang

adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat. 

2. Gangguan alam perasaan: depresi

a. Data subyektif:

1) Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering

mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi,

tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh

diri.

b. Data obyektif:

1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk

dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 13: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

dengan langkah yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien

tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.

Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi

terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai

daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang

mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham Data Obyektifsa,

depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka menunjukkan

sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka

diganggu.

Koping maladaptif

1. Data Subyektif : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia,

tak ada harapan.

2. Data Obyektif : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat

mengontrol impuls.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi

2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.

2. Tujuan khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

   Tindakan:

1. Perkenalkan diri dengan klien

2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap

empat

3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih

banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan

sentuhan, anggukan

4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan

keinginanny

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 14: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan

mudah dimengerti

6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.

b. Klien dapat menggunakan koping adaptif

Tindakan:

1. Beri Data Obyektifrongan untuk mengungkapkan perasaannya dan

mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.

2. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi

perasaan sedih/menyakitkan

3. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan

4. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.

5. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk memilih koping yang

paling tepat dan dapat diterima

6. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk mencoba koping

yang telah dipilih

7. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan

masalah.

c. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri

       Tindakan:

1. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.

2. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien

untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan

terkunci.

3. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.

4. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh

peramat/petugas.

d. Klien dapat meningkatkan harga diri

       Tindakan:

1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi

keputusasaannya.

2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 15: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal:

hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

e. Klien dapat menggunakan dukungan sosial

       Tindakan:

1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-

orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung,

agama yang dianut).

2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu,

aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).

3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka

agama).

6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

       Tindakan:

1. Diskusikan tentang obat (nama, Data Obyektifsis, frekuensi, efek

dan efek samping minum obat).

2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien,

obat, Data Obyektifsis, cara, waktu).

3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.

4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

 

Universitas Wiraraja Sumenep

Page 16: Laporan Pendahuluan Depresi[1]

DAFTAR PUSTAKA

Maramis, W. F. 1900. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Dalami, E. dkk. 2009. Askep Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info

Media.

Kaplan, H. I. dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara.

Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC

Keliat, B.A. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Universitas Wiraraja Sumenep