278677842 laporan pendahuluan sdh 1

Upload: rafie-odong-odong

Post on 07-Jul-2018

269 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    1/25

    LAPORAN PENDAHULUAN

    SUBDURAL HEMATOMA

    1. Pengertian Subdural Hematoma

    Subdural hematoma adalah penimbunan darah di dalam rongga subdural (di

    antara duramater dan arakhnoid). Perdarahan ini sering terjadi akibat robeknya vena-

    vena jembatan yang terletak antara kortek cerebri dan sinus venous tempat vena tadi

     bermuara, namun dapat terjadi juga akibat laserasi pembuluh arteri pada permukaan

    otak. Perdarahan subdural paling sering terjadi pada permukaan lateral hemisferium dan

    sebagian di daerah temporal, sesuai dengan distribusi bridging veins. Perdarahan subdural

     juga menutupi seluruh permukaan hemisfer otak dan kerusakan otak dibawahnya

     berat.

    ambar !. Subdural hematoma

    (boards.medscape.com dan stonybrookphysician.adam.com)

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    2/25

    ambar ". #eningen

    (withfr enshi p.com)

    Perdarahan subdural yang disebabkan karena perdarahan vena, biasanya darah yang

    terkumpul hanya !$$-"$$ cc dan berhenti karena tamponade hematom sendiri. Setelah %-

    & hari hematom mulai mengadakan reorganisasi yang akan terselesaikan dalam !$-"$

    hari. 'arah yang diserap meninggalkan jaringan yang kaya dengan pembuluh darah

    sehingga dapat memicu lagi timbulnya perdarahan-perdarahan kecil dan membentuk 

    suatu kantong subdural yang penuh dengan cairan dan sisa darah. Subdural hematome

    dibagi menjadi fase, yaitu akut, subakut dan kronik. 'ikatakan akut apabila kurang dari

    &" jam, subakut -& hari setelah trauma, dan kronik bila "! hari atau minggu lebih

    setelah trauma.

    2. Eidemiologi

    Subdural hematoma akut dilaporkan terjadi pada %-"% pasien dengan trauma

    kepala berat, berdasarkan suatu penelitian. Sedangkan kronik subdural hematoma

    terjadi !- kasus per !$$.$$$ populasi. *aki-laki lebih sering terkena daripada

     perempuan dengan perbandingan +!. 'i ndonesia belum ada catatan nasional

    mengenai morbiditas dan mortalitas perdarahan subdural. #ayoritas perdarahan

    subdural berhubungan dengan faktor umur yang merupakan faktor resiko pada cedera

    kepala (blunt head injury). Perdarahan subdural biasanya lebih sering ditemukan pada

     penderita-penderita dengan umur antara %$-&$ tahun. Pada orang-orang tua bridging 

    veins mulai agak rapuh sehingga lebih mudah pecahrusak bila terjadi trauma. Pada

     bayi-bayi ruang subdural lebih luas, tidak ada adhesi, sehingga perdarahan subdural

     bilateral lebih sering di dapat pada bayi-bayi.

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    3/25

    !. "la#i$i%a#i

    a. Perdarahan akut

    ejala yang timbul segera kurang dari &" jam setelah trauma. iasanya terjadi

     pada cedera kepala yang cukup berat yang dapat mengakibatkan perburukan lebih lanjut

     pada pasien yang biasanya sudah terganggu kesadaran dan tanda vitalnya. Perdarahan

    dapat kurang dari % mm tebalnya tetapi melebar luas. Pada gambaran /t-scan,

    didapatkan lesi hiperdens.

     b. Perdarahan sub akut

    iasanya berkembang dalam beberapa hari sekitar 0-"! hari sesudah trauma.

    1walnya pasien mengalami periode tidak sadar lalu mengalami perbaikan status

    neurologi yang bertahap. 2amun, setelah jangka waktu tertentu penderita memperlihatkan

    tanda-tanda status neurologis yang memburuk. Sejalan dengan meningkatnya tekanan

    intrakranial, pasien menjadi sulit dibangunkan dan tidak berespon terhadap rangsang

    nyeri atau verbal. Pada tahap selanjutnya dapat terjadi sindrom herniasi dan menekan

     batang otak. Pada gambaran skening tomografinya didapatkan lesi isodens atau

    hipodens. *esi isodens didapatkan karena terjadinya lisis dari sel darah merah dan

    resorbsi dari hemoglobin.

    c. Perdarahan kronik iasanya terjadi setelah "! hari setelah trauma bahkan bisa lebih. Perdarahan

    kronik subdural, gejalanya bisa muncul dalam waktu berminggu- minggu ataupun

     bulan setelah trauma yang ringan atau trauma yang tidak jelas, bahkan hanya

    terbentur ringan saja bisa mengakibatkan perdarahan subdural apabila pasien juga

    mengalami gangguan vaskular atau gangguan pembekuan darah. Pada perdarahan

    subdural kronik, kita harus berhati hati karena hematoma ini lama kelamaan bisa

    menjadi membesar secara perlahan- lahan sehingga mengakibatkan penekanan dan

    herniasi.

    Pada subdural kronik, didapati kapsula jaringan ikat terbentuk mengelilingi

    hematoma, pada yang lebih baru, kapsula masih belum terbentuk atau tipis di daerah

     permukaan arachnoidea. 3apsula melekat pada araknoidea bila terjadi robekan pada

    selaput otak ini. 3apsula ini mengandung pembuluh darah yang tipis dindingnya terutama

     pada sisi duramater. 3arena dinding yang tipis ini protein dari plasma darah dapat

    menembusnya dan meningkatkan volume dari hematoma. Pembuluh darah ini dapat

     pecah dan menimbulkan perdarahan baru yang menyebabkan menggembungnya

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    4/25

    hematoma.

    'arah di dalam kapsula akan membentuk cairan kental yang dapat

    menghisap cairan dari ruangan subaraknoidea. 4ematoma akan membesar dan

    menimbulkan gejala seprti pada tumor serebri. Sebagaian besar hematoma subdural

    kronik dijumpai pada pasien yang berusia di atas %$ tahun. Pada gambaran skening

    tomografinya didapatkan lesi hipodens.

    5amieson dan 6elland mengklasifikasikan S'4 berdasarkan keterlibatan jaringan

    otak karena trauma. 'ikatakan S'4 sederhana ( simple SDH ) bila hematoma ekstra aksial

    tersebut tidak disertai dengan cedera parenkim otak, sedangkan S'4 kompleks

    (complicated SDH ) adalah bila hematoma ekstra a7ial disertai dengan laserasi

     parenkim otak, perdarahan intraserebral (PS) dan apa yang disebut sebagai 8e7ploded

    temporal lobe8. *ebih dari &$ perdarahan intraserebral, laserasi dan kontusio

     parenkim otak yang berhubungan dengan S'4 akut disebabkan oleh kontra kup

    (contrecoup) trauma, kebanyakan dari lesi parenkim ini terletak di lobus temporal

    dan lobus frontal. *ebih dari dua pertiga fraktur pada penderita S'4 akut terletak di

     posterior dan ini konsisten dengan lesi kontra cop.

    &. Etiologi

    3eadaan ini timbul setelah cederatrauma kepala hebat, seperti perdarahan

    kontusional yang mengakibatkan ruptur vena yang terjadi dalam ruangan subdural.

    Perdarahan subdural dapat terjadi pada+

    a. 9rauma kapitis

    9rauma di tempat lain pada badan yang berakibat terjadinya geseran atau putaran

    otak terhadap duramater, misalnya pada orang yang jatuh terduduk. 9rauma pada leher 

    karena guncangan pada badan. 4al ini lebih mudah terjadi bila ruangan subdura lebar 

    akibat dari atrofi otak, misalnya pada orangtua dan juga pada anak-anak.

     b. 2on trauma

    Pecahnya aneurysma atau malformasi pembuluh darah di dalam ruangan subdural.

    angguan pembekuan darah biasanya berhubungan dengan perdarahan subdural yang

    spontan, dan keganasan ataupun perdarahan dari tumor intrakranial. Pada orang tua,

    alkoholik, gangguan hati, penggunaan antikoagulan.

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    5/25

    '. Pato$i#iologi

    Perdarahan terjadi antara duramater dan arakhnoidea. Perdarahan dapat terjadi

    akibat robeknya vena jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena di

     permukaan otak dan sinus venosus di dalam duramater atau karena robeknya

    araknoidea. 3arena otak yang bermandikan cairan cerebrospinal dapat bergerak,

    sedangkan sinus venosus dalam keadaan terfiksir, berpindahnya posisi otak yang

    terjadi pada trauma, dapat merobek beberapa vena halus pada tempat d i mana mereka

    menembus duramater. Perdarahan yang besar akan menimbulkan gejala-gejala akut

    menyerupai hematoma epidural.

    3ebanyakan perdarahan subdural terjadi pada konveksitas otak daerah

     parietal. Sebagian kecil terdapat di fossa posterior dan pada fisura interhemisferik 

    serta tentorium atau diantara lobus temporal dan dasar tengkorak. Perdarahan

    subdural akut pada fisura interhemisferik pernah dilaporkan, disebabkan oleh ruptur 

    vena- vena yang berjalan diantara hemisfer bagian medial dan falks : juga pernah

    dilaporkan disebabkan oleh lesi traumatik dari arteri pericalosal karena cedera kepala.

    Perdarahan subdural interhemisferik akan memberikan gejala klasik 

    monoparesis pada tungkai bawah. Pada anak- anak kecil perdarahan subdural di fisura

    interhemisferik posterior dan tentorium sering ditemukan karena goncangan yang hebat

     pada tubuh anak ( shaken baby syndrome). ;alaupun perdarahan subdural jenis ini tidak 

     patognomonis akibat penyiksaan kejam (child abused ) terhadap anak, kemungkinannya

    tetap harus dicurigai. Perdarahan yang tidak terlalu besar akan membeku dan di

    sekitarnya akan tumbuh jaringan ikat yang membentuk kapsula. umpalan darah lambat

    laun mencair dan menarik cairan dari sekitarnya dan mengembung memberikan

    gejala seperti tumor serebri karena tekanan intracranial yang berangsur meningkat.

     

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    6/25

      ambar . *apisan subdural

    Perdarahan subdural kronik umumnya berasosiasi dengan atrofi cerebral.

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    7/25

    tekanan onkotik di dalam subdural kronik ternyata hasilnya normal yang mengikuti

    hancurnya sel darah merah. 9eori yang ke dua mengatakan bahwa, perdarahan

     berulang yang dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan subdural kronik, faktor 

    angiogenesis juga ditemukan dapat meningkatkan terjadinya perdarahan subdural

    kronik, karena turut memberi bantuan dalam pembentukan peningkatan vaskularisasi di

    luar membran atau kapsul dari subdural hematoma. *evel dari koagulasi, level

    abnormalitas en=im fibrinolitik dan peningkatan aktivitas dari fibrinolitik dapat

    menyebabkan terjadinya perdarahan subdural kronik.

    Penyembuhan pada perdarahan subdural dimulai dengan terjadinya pembekuan

     pada perdarahan. Pembentukan skar dimulai dari sisi dura dan secara bertahap meluas

    ke seluruh permukaan bekuan. Pada waktu yang bersamaan, darah mengalami

    degradasi. 4asil akhir dari penyembuhan tersebut adalah terbentuknya jaringan skar 

    yang lunak dan tipis yang menempel pada dura. Sering kali, pembuluh darah besar 

    menetap pada skar, sehingga membuat skar tersebut rentan terhadap perlukaan

     berikutnya yang dapat menimbulkan perdarahan kembali. ;aktu yang diperlukan

    untuk penyembuhan pada perdarahan subdural ini bervariasi antar individu,

    tergantung pada kemampuan reparasi tubuh setiap individu sendiri.

    Prinsipnya kalau berdarah, pasti ada suatu proses penyembuhan. 9erbentuk 

    granulation tissue pada membrane luar. >ibroblas kemudian akan pindah kemembrane yang lebih dalam untuk mengisi daerah yang mengalami hematom. ?ntuk 

    sisanya, ada dua kemungkinan (!) direabsorbsi ulang, tapi menyisakan hemosiderofag

    dengan heme di dalamnya, dan (") tetap demikian dan berpotensi untuk terjadi

    kalsifikasi.

     

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    8/25

    ambar 0. Patofisiologi S'4

    (id.prmob.net)

    (. Mani$e#ta#i "lini#

    ambaran klinis ditentukan oleh dua faktor+ beratnya cedera otak yang terjadi pada

    saat benturan trauma dan kecepatan pertambahan volume S'4. Penderita-penderita dengan

    trauma berat dapat menderita kerusakan parenkim otak difus yang membuat mereka tidak 

    sadar dengan tanda-tanda gangguan batang otak. Penderita dengan S'4 yang lebih

    ringan akan sadar kembali pada derajat kesadaran tertentu sesuai dengan beratnya

     benturan trauma pada saat terjadi kecelakaan (initial impact ). 3eadaan berikutnya

    akan ditentukan oleh kecepatan pertambahan hematoma dan penanggulangannya. Pada

     penderita dengan benturan trauma yang ringan tidak akan kehilangan kesadaran pada

    waktu terjadinya trauma. S'4 dan lesi massa intrakranial lainnya yang dapat membesar 

    hendaklah dicurigai bila ditemukan penurunan kesadaran setelah kejadian trauma. Stone

    dkk melaporkan bahwa lebih dari separuh penderita tidak sadar sejak kejadian

    trauma, yang lain menunjukkan beberapa lucid interval .

    ejala-gejala klinis terjadi akibat cedera otak primer dan tekanan oleh massa

    hematoma. Pupil yang anisokor dan defisit motorik adalah gejala klinik yang paling

    sering ditemukan. *esi pasca trauma baik hematoma atau lesi parenkim otak biasanya

    terletak ipsilateral terhadap pupil yang melebar dan kontralateral terhadap defisit

    motorik. 1kan tetapi gambaran pupil dan gambaran motorik tidak merupakan

    indikator yang mutlak bagi menentukan letak hematoma. ejala motorik mungkin

    tidak sesuai bila kerusakan parenkim otak terletak kontralateral terhadap S'4 atau

    karena terjadi kompresi pedunkulus serebral yang kontralateral pada tepi bebas

    tentorium. 9rauma langsung pada saraf okulomotor atau batang otak pada saat terjadi

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    9/25

    trauma menyebabkan dilatasi pupil kontralateral terhadap trauma. Perubahan

    diamater pupil lebih dipercaya sebagai indikator letak S'4.

    Secara umum, gejala yang nampak pada subdural hematom seperti pada

    tingkat yang ringan (sakit kepala) sampai penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran

    hematom subdural tidak begitu hebat seperti kasus cedera neuronal primer, kecuali bila

    ada efek massa atau lesi lainnya. ejala yang timbul tidak khas dan meruoakan

    manisfestasi dari peninggian tekanan intrakranial seperti+ sakit kepala, mual, muntah,

    vertigo, papil edema, diplopia akibat kelumpuhan n. , epilepsi, anisokor pupil, dan

    defisit neurologis lainnya, kadang kala dengan riwayat trauma yang tidak jelas,

    sering diduga tumor otak.

    a. Hematoma Subdural Akut 

    4ematoma subdural akut menimbulkan gejala neurologik dalam "0 sampai 0@ jam

    setelah cedera. 'an berkaitan erat dengan trauma otak berat. angguan neurologik 

     progresif disebabkan oleh tekanan pada jaringan otak dan herniasi batang otak dalam

    foramen magnum, yang selanjutnya menimbulkan tekanan pada batang otak. 3eadan ini

    dengan cepat menimbulkan berhentinya pernapasan dan hilangnya kontrol atas denyut

    nadi dan tekanan darah.

    b. Hematoma Subdural Subakut 

    4ematoma ini menyebabkan defisit neurologik dalam waktu lebih dari 0@ jamtetapi kurang dari " minggu setelah cedera. Seperti pada hematoma subdural akut,

    hematoma ini juga disebabkan oleh perdarahan vena dalam ruangan subdural. 1namnesis

    klinis dari penderita hematoma ini adalah adanya trauma kepala yang menyebabkan

    ketidaksadaran, selanjutnya diikuti perbaikan status neurologik yang perlahan-lahan.

     2amun jangka waktu tertentu penderita memperlihatkan tanda- tanda status neurologik 

    yang memburuk. 9ingkat kesadaran mulai menurun perlahan- lahan dalam beberapa

     jam. 'engan meningkatnya tekanan intrakranial seiring pembesaran hematoma,

     penderita mengalami kesulitan untuk tetap sadar dan tidak memberikan respon

    terhadap rangsangan bicara maupun nyeri. Pergeseran isi intracranial dan

     peningkatan intracranial yang disebabkan oleh akumulasi darah akan menimbulkan

    herniasi unkus atau sentral dan melengkapi tanda-tanda neurologik dari kompresi batang

    otak.

    c. Hematoma Subdural Kronik 

    9imbulnya gejala pada umumnya tertunda beberapa minggu, bulan dan

     bahkan beberapa tahun setelah cedera pertama. 9rauma pertama merobek salah satu vena

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    10/25

    yang melewati ruangan subdural. 9erjadi perdarahan secara lambat dalam ruangan

    subdural. 'alam & sampai !$ hari setelah perdarahan terjdi, darah dikelilingi oleh

    membrane fibrosa. 'engan adanya selisih tekanan osmotic yang mampu menarik cairan

    ke dalam hematoma, terjadi kerusakan sel-sel darah dalam hematoma. Penambahan

    ukuran hematoma ini yang menyebabkan perdarahan lebih lanjut dengan merobek 

    membran atau pembuluh darah di sekelilingnya, menambah ukuran dan tekanan

    hematoma. 4ematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling sering terjadi

     pada usia lanjut (karena venanya rapuh) dan pada alkoholik. Pada kedua keadaan ini,

    cedera tampaknya ringan, sehingga selama beberapa minggu gejalanya tidak 

    dihiraukan. 4asil pemeriksaan /9 scan dan #A bisa menunjukkan adanya genangan

    darah. 4ematoma subdural pada bayi bisa menyebabkan kepala bertambah besar 

    karena tulang tengkoraknya masih lembut dan lunak. 4ematoma subdural yang kecil pada

    dewasa seringkali diserap secara spontan. 4ematoma subdural yang besar, yang

    menyebabkan gejala-gejala neurologis biasanya dikeluarkan melalui pembedahan.

    Petunjuk dilakukannya pengaliran perdarahan ini adalah+

    a.  sakit kepala yang menetap

     b. rasa mengantuk yang hilang-t imbul

    c. linglung

    d. perubahan ingatan

    e. kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berlawanan.

    ). Pemeri%#aan Penun*ang

    a. *aboratorium

    Pemeriksaan laboratorium minimal meliputi, pemeriksaan darah rutin,

    elektrolit, profil hemostasiskoagulasi.

     b. >oto tengkorak 

    Pemeriksaan foto tengkorak tidak dapat dipakai untuk memperkirakan adanya

    S'4. >raktur tengkorak sering dipakai untuk meramalkan kemungkinan adanya

     perdarahan intrakranial tetapi tidak ada hubungan yang konsisten antara fraktur 

    tengkorak dan S'4. ahkan fraktur sering didapatkan kontralateral terhadap S'4.

    c. /9-Scan

    Pemeriksaan /9 scan adalah modalitas pilihan utama bila disangka terdapat suatu

    lesi pasca-trauma, karena prosesnya cepat, mampu melihat seluruh jaringan otak dan

    secara akurat membedakan sifat dan keberadaan lesi intra-aksial dan ekstra-aksial

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    11/25

    !) Perdarahan Subdural 1kut

    Perdarahan subdural akut pada /9-scan kepala (non kontras) tampak sebagai

    suatu massa hiperdens (putih) ekstra-aksial berbentuk bulan sabit sepanjang bagian

    dalam (inner table) tengkorak dan paling banyak terdapat pada konveksitas otak di

    daerah parietal. 9erdapat dalam jumlah yang lebih sedikit di daerah bagian atas

    tentorium serebelli. Subdural hematom berbentuk cekung dan terbatasi oleh garis

    sutura. 5arang sekali, subdural hematom berbentuk lensa seperti epidural hematom dan

     biasanya unilateral.

    Perdarahan subdural yang sedikit (small S'4) dapat berbaur dengan

    gambaran tulang tengkorak dan hanya akan tampak dengan menyesuaikan /9

    window width. Pergeseran garis tengah (midline shift) akan tampak pada perdarahan

    subdural yang sedang atau besar volumenya. ila tidak ada midline shift harus

    dicurigai adanya massa kontralateral dan bila midline shift hebat harus dicurigai

    adanya edema serebral yang mendasarinya. Perdarahan subdural jarang berada di fossa

     posterior karena serebelum relatif tidak bergerak sehingga merupakan proteksi terhadap

    8bridging veins8 yang terdapat disana. Perdarahan subdural yang terletak diantara

    kedua hemisfer menyebabkan gambaran falks serebri menebal dan tidak beraturan dan

    sering berhubungan dengan child abused .

    ") Perdarahan Subdural Subakut

    'i dalam fase subakut perdarahan subdural menjadi isodens terhadap jaringan otak 

    sehingga lebih sulit dilihat pada gambaran /9. Bleh karena itu pemeriksaan /9 dengan

    kontras atau #A sering dipergunakan pada kasus perdarahan subdural dalam waktu 0@- &"

     jam setelah trauma kapitis. Pada gambaran 9!-weighted #A lesi subakut akan

    tampak hiperdens. Pada pemeriksaan /9 dengan kontras, vena-vena kortikal akan

    tampak jelas dipermukaan otak dan membatasi subdural hematoma dan jaringan otak.Perdarahan subdural subakut sering juga berbentuk lensa (bikonveks) sehingga

    membingungkan dalam membedakannya dengan epidural hematoma. Pada alat /9

    generasi terakhir tidaklah terlalu sulit melihat lesi subdural subakut tanpa kontras.

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    12/25

    ) Perdarahan Subdural 3ronik 

    Pada fase kronik lesi subdural menjadi hipodens dan sangat mudah dilihat pada

    gambaran /9 tanpa kontras. Sekitar "$ subdural hematom kronik bersifat bilateral

    dan dapat mencegah terjadi pergeseran garis tengah. Seringkali, hematoma subdural

    kronis muncul sebagai lesi heterogen padat yang mengindikasikan terjadinya perdarahan

     berulang dengan tingkat cairan antara komponen akut (hyperdense) dan kronis

    (hipodense).

    0) #A (Magnetic resonance imaging)

     Magnetic resonance imaging   (#A) sangat berguna untuk mengidentifikasi

     perdarahan ekstraserebral. 1kan tetapi /9-scan mempunyai proses yang lebih cepat danakurat untuk mendiagnosa S'4 sehingga lebih praktis menggunakan /9-scan

    ketimbang #A pada fase akut penyakit. #A baru dipakai pada masa setelah trauma

    terutama untuk menetukan kerusakan parenkim otak yang berhubungan dengan

    trauma yang tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan /9-scan. #A lebih sensitif 

    untuk mendeteksi lesi otak nonperdarahan, kontusio, dan cedera a7onal difus. #A

    dapat membantu mendiagnosis bilateral subdural hematom kronik karena pergeseran

    garis tengah yang kurang jelas pada /9-scan.

    +. "omli%a#i

    Setiap tindakan medis pasti akan mempunyai resiko. /edera parenkim otak 

     biasanya berhubungan dengan subdural hematom akut dan dapat meningkatkan

    tekanan intrakranial. Pasca operasi dapat terjadi rekurensi atau masih terdapat sisa

    hematom yang mungkin memperlukan tindakan pembedahan lagi. Sebanyak sepertiga

     pasien mengalami kejang pasca trauma setelah cedera kepala berat. nfeksi luka dan

    kebocoran /S> bisa terjadi setelah kraniotomi. #eningitis atau abses serebri dapat

    terjadi setelah dilakukan tindakan intrakranial.

    Pada pasien dengan subdural hematom kronik yang menjalani operasi

    drainase, sebanyak %,0-!C mengalami komplikasi medis atau operasi. 3omplikasi

    medis, seperti kejang, pneumonia, empiema, dan infeksi lain, terjadi pada !D,C

    kasus. 3omplikasi operasi, seperti massa subdural, hematom intraparenkim, atau

    tension pneumocephalus terjadi pada ", kasus.

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    13/25

    Aesidual hematom ditemukan pada C" pasien berdasarkan gambaran /9 scan 0

    hari pasca operasi. 9indakan reoperasi untuk reakumulasi hematom dilapaorkan

    sekitar !"-"". 3ejang pasca operasi dilaporkan terjadi pada -!$ pasien. Empiema

    subdural, abses otak dan meningitis telah dilaporkan terjadi pada kurang dari !

     pasien setelah operasi drainase dari hematoma subdural kronis (S'4). Pada pasien

    ini, timbulnya komplikasi terkait dengan anestesi, rawat inap, usia pasien, dan kondisi

    medis secara bersamaan.

    ,. Progno#i#

    9idak semua perdarahan subdural bersifat letal. Pada beberapa kasus,

     perdarahan tidak berlanjut mencapai ukuran yang dapat menyebabkan kompresi pada otak,

    sehingga hanya menimbulkan gejala-gejala yang ringan. Pada beberapa kasus yang lain,

    memerlukan tindakan operatif segera untuk dekompresi otak. 9indakan operasi pada

    hematoma subdural kronik memberikan prognosis yang baik, karena sekitar C$ kasus

     pada umumnya akan sembuh total. 4ematoma subdural yang disertai lesi parenkim otak 

    menunjukkan angka mortalitas menjadi lebih tinggi dan berat dapat mencapai sekitar %$

    .

    Pada penderita dengan perdarahan subdural akut yang sedikit (diameter F ! cm),

     prognosanya baik. Sebuah penelitian menemukan bahwa &@ dari penderita perdarahan subdural kronik yang dioperasi (burrhole evacuation) mempunyai

     prognosa baik dan mendapatkan penyembuhan sempurna. Perdarahan subdural akut yang

    sederhana ( simple SDH ) ini mempunyai angka mortalitas lebih kurang "$.

    Perdarahan subdural akut yang kompleks (complicated SDH ) biasanya

    mengenai parenkim otak, misalnya kontusio atau laserasi dari serebral hemisfer 

    disertai dengan volume hematoma yang banyak. Pada penderita ini mortalitas

    melebihi %$ dan biasanya berhubungan dengan volume subdural hematoma dan

     jauhnya midline shi!t . 1kan tetapi, hal yang paling penting untuk meramalkan

     prognosa ialah ada atau tidaknya kontusio parenkim otak.

    1ngka mortalitas pada penderita dengan perdarahan subdural yang luas dan

    menyebabkan penekanan (mass e!!ect ) terhadap jaringan otak, menjadi lebih kecil

    apabila dilakukan operasi dalam waktu 0 jam setelah kejadian. ;alaupun demikian bila

    dilakukan operasi lebih dari 0 jam setelah kejadian tidaklah selalu berakhir dengan

    kematian. Pada kebanyakan kasus S'4 akut, keterlibatan kerusakan parenkim otak 

    merupakan faktor yang lebih menentukan prognosa akhir (outcome) daripada

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    14/25

    tumpukan hematoma ekstra a7ial di ruang subdural.

    #enurut 5amieson dan 6elland derajat kesadaran pada waktu akan dilakukan

    operasi adalah satu-satunya faktor penentu terhadap prognosa akhir (outcome)

     penderita S'4 akut. Penderita yang sadar pada waktu dioperasi mempunyai

    mortalitas C sedangkan penderita S'4 akut yang tidak sadar pada waktu operasi

    mempunyai mortalitas 0$ - D%. 9etapi Aichards dan 4off tidak menemukan

    hubungan yang bermakna antara derajat kesadaran dan prognosa akhir. 1bnormalitas

     pupil, bilateral midriasis berhubungan dengan mortalitas yang sangat tinggi. Seelig dkk 

    melaporkan pada penderita S'4 akut dengan kombinasi refleks okulo-sefalik negatif,

    relfleks pupil bilateral negatif dan postur deserebrasi, hanya mempunyai !unctional 

     survival sebesar !$.

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    15/25

     A. Clinical Pathway

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    16/25

    B. A#u-an "eeraatan

    1. Peng%a*ian

    a.  "reathing 3ompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga

    terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa

    /heyne Stokes atau 1ta7ia breathing. 2apas berbunyi, stridor, ronkhi, whee=ing

    ( kemungkinana karena aspirasi ), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan

    napas.

     b.  "lood 

    Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. 9ekanan pada

     pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang

    akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan

    intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan

     bradikardia, disritmia).

    c. "rainangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan otak 

    akibat cidera kepala. 3ehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,

    sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. ila perdarahan hebatluas

    dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi+

    1) Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emositingkah laku dan memori):

    2) Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian

    lapang pandang, foto fobia:

    )  Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata:

    0)  9erjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh:

    %)  angguan nervus hipoglosus. angguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi,

    disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.

    d.  ladder Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,

    ketidakmampuan menahan miksi.

    e. owel

    9erjadi penurunan fungsi pencernaan+ bising usus lemah, mual, muntah (mungkin

     proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. angguan menelan (disfagia) dan

    terganggunya proses eliminasi alvi.

    f. 

    one

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    17/25

    Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi yang

    lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau

    ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya

    hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi

     penurunan tonus otot.

    2. Diagno#a "eeraatan

    'iagnosa 3eperawatan yang bisa muncul adalah+

    a.  9idak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak:

     b.  9idak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum:

    c.  angguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak:

    d.  3eterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (sporos-coma):e.  Potensial gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya

    sirkulasi perifer:f.  3ecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien.

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    18/25

    !. Ren/ana tinda%an %eeraatan

    No Diagno#a "eeraatan Tu*uan0"riteria Ha#il Ren/ana Tinda%an

    1. Pola Na$ a# tida% e$e%ti$ 

     berhubungan dengan +

    - 4i perventilasi

    - Penurunan 

    energik elelahan

    -

    Perusak an pelemah

    an musk ulo-sk eletal

    - 3 elelahan otot

     pernaf asan

    - 4i poventilasi sindrom

    -  2yeri

    - 3 ecemasan

    - 'isf ungsi 2euromusk uler 

    - B besitas

    - ,njuri tulang belak ang

    NO

     A es piratory status+

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    19/25

    'S+

    - 'ys pnea

    -  2af as  pendek 

    'B+

    Penurunan tek anan

    ins pirasiek s pirasi

    (mampu mengeluark an

    sputum)

    #onitor  res pirasi dan status B"

    .ersihk an mulut, hidung dan

    secret trakea

    2. Ber#i-an  4alan  Na$ a#

    tida% 

    e$e%ti$  berhubungan

    dengan+

    - ,nf ek si,  disf ungsi

    neuromuskular,

    hi perplasia dinding

     bronkus, alergi jalan

    naf as, asma, trauma

    - B bstruk si jalan  naf as  +

    spasme jalan  naf as,

    sek resi tertahan,

     banyaknya mukus,

     2B/+

      A es piratory  status +

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    20/25

    adanya jalan  naf as

     buatan, sek resi bronkus,

    adanya eksudat di

    alveolus, adanya benda

    asing di jalan naf as.

    'S+

    - 'is pneu

    'B+

    - Penurunan suara naf as

    - Brthopneu

    - /yanosis

    - 3 elainan  suara naf as

    (rales, whee=ing)

    - 3 esulitan  berbicara

    - .atuk ,  tidak   ef ek otif 

    atau tidak  ada

    - Produk si sputum

    - elisah

    n batuk ef ek tif dan suara

    naf as  yang bersih, tidak 

    ada sianosis  dan

    dyspneu (mampu

    mengeluark an   sputum,

     bernaf as   dengan

    mudah, tidak   ada pursed

    li ps)

      #enunjuk k an  jalan

    naf as  yang paten (k lien

    tidak   merasa tercek ik ,

    irama  naf as,  f rek uensi

     pernaf asan dalam

    rentang normal,

    tidak ada suara

    naf as a bnormal)

      #ampu

    mengidentif ik asik an  dan

    mencegah f ak tor   yang

    suara tambahan

    .erik an  bronkodilator  +

    - GGGGGGGGG

    - GGGGGGGGG.

    - GGGGGGGGG

    #onitor  status hemodinamik 

    .erik an  pelemba b  udara 3 assa  basah

     2a/l

    *emba b

    .erik an anti biotik  +

    GGGGGGGG.

    GGGGGGGG.

    1tur   intak e  untuk cairan

    mengoptimalk an k eseimbangan.

    #onitor  res pirasi dan status B"

    Pertahank an  hidrasi yang adekuat

    untuk mengencerkan sekret

    5elask an   pada  pasien  dan k eluarga

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    21/25

    - Perubahan  f rek uensi

    dan irama naf as

     penyebab.

    Saturasi B" dalam

     batas nor mal

      >oto  thorak dalam

     batas nor mal

    tentang penggunaan peralatan+ B",

    Suction, ,nhalasi.

    !. Per$u#i *aringan /erebral

    tida% e$e%ti$b0d gangguan

    a$inita# Hb o%#igen5

    enurunan %on#entra#i Hb5

    Hier6olemia5 Hio6entila#i5

    gangguan tran#ort O25

    gangguan aliran arteri dan

    6ena

    DO

    7 8angguan #tatu# mental

    7 Peruba-an erila%u

    7 Peruba-an re#on motori% 

    7 Peruba-an rea%#i uil

    7 "e#ulitan menelan

     2B/ +

      /irculation status

      2eurologic status

      9issue Prefusion + /erebral

    Setelah dilakukan asuhan

    selamaGGG ketidakefektifan

     perfusi jaringan cerebral teratasi

    dengan kriteria hasil+

      9ekanan systole dan diastole

    dalam rentang yang diharapkan

      9idak ada ortostatikhipertensi

     3omunikasi jelas

      #enunjukkan konsentrasi dan

    orientasi

     2/ +

     #onitor 99<

      #onitor 1', ukuran pupil, ketajaman,

    kesimetrisan dan reaksi

      #onitor adanya diplopia, pandangan kabur,

    nyeri kepala

     #onitor level kebingungan dan orientasi

     #onitor tonus otot pergerakan

    #onitor tekanan intrkranial dan respon

    nerologis

      /atat perubahan pasien dalam merespon

    stimulus

     #onitor status cairan

      Pertahankan parameter hemodinamik 

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    22/25

    7 "elema-an atau arali#i#

    e%#trermita#

    7 Abnormalita# bi/ara dari

    a%ti6ita# %e*ang

      Tida% mengalami n9eri

    %eala

      Pupil seimbang dan reaktif 

      ebas

      9inggikan kepala $-0% derajat tergantung pada

    konsisi pasien dan order medis

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    23/25

    DA:TAR PUSTA"A

    runner H Suddarth. !CC&. "uku Ajar Kepera#atan Medikal"edah $olume %. 5akarta+Penerbit uku 3edokteran E/.

    'oenges, #arilynn E, dkk. !CC.  &encana Asuhan Kepera#atan' edoman ntuk 

     erencanaan Dan endokumentasian era#atan asien. *akarta+ Penerbit

    uku 3edokteran E/.

    'oenges, #arilynn E.!CCC. Aencana 1suhan 3eperawatan Edisi . E/ + 5akarta, hal

    %DC I %C%.

    4arsono, "$$. 3apita Selekta 2eurologi. Edisi 3edua, adjah #ada ?niversity

    Press, 6ogyakarta.

    #ansjoer, 1rif, dkk. "$$$.  Kapita Selekta Kedokteran +disi %. 5akarta+ #edia

    1esculapius

    Smelt=er, Su=anne /. "$$". "uku Ajar Kepera#atan Medikal"edah $olume ,. E/+ 5akarta.

    Sastrodiningrat, 1. . "$$D.  Memahami -akta-akta pada erdarahan Subdural 

     Akut . #ajalah 3edokteran 2usantara . "$!$. Sch#art67s rinciples o! Surgery' Edition 2inth. ?nited State of 

    1merica + 9he #craw-4ill.

    erard, #., "$$, 8urrent Surgical Diagnosis 9 :reatment' edition eleven'

    4alaman @&-@0.

    Engelhard, 4. 4., dkk, Subdural Hematoma Surgery, #edscape Aeference, "$!!.

    #eagher, A. dkk. Subdural Hematoma, #edscape Aeference, "$!!

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    24/25

  • 8/19/2019 278677842 Laporan Pendahuluan Sdh 1

    25/25