03_aspek legal dan etik keperawatan kritis.pdf

Upload: imam-setiawan

Post on 06-Jul-2018

1.549 views

Category:

Documents


321 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 03_Aspek legal dan etik keperawatan Kritis.pdf

    1/12

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    47

    ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN CRITICAL CARE

    V. Nurhayati

    HIPERCCI JATENG/ RS Panti Wilasa Dr Cipto

    DESKRIPSI SINGKAT

    Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam

    mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa tanggung

     jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi (Kelly, 1987). Jika

    anggota profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut, maka pihak

    organisasi berhak memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak tersebut dari

    organisasi tersebut. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan sebagai penghubungantara perawat dengan tenaga medis, klien, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta

    kolaborasi yang maksimal.

    Perawat professional tentu saja memahami kode etik atau aturan yang harus dilakukan,

    sehingga dalam melakukan suatu tindakan keperawatan mampu berpikir kritis untuk

    memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai prosedur yang benar tanpa ada kelalaian.

     Namun mengapa masih banyak terjadi berbagai bentuk kelalaian tanpa tanggung jawab dan

    tanggung gugat? Hal ini dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan perawat dalam memahami

    kode etik itu sendiri. Sehingga tindakan yang dilakukan adakalanya akan berdampak pada

    keselamatan pasien. Oleh sebab itu, banyak perawat dimata masyarakat di anggap kurang

     berpotensi dalam melakukan asuhan keperawatan yang pada akhirnya berdampak pada

     persepsi masyarakat pada seluruh tenaga keperawatan. Oleh karena itu, sebagai calon perawat

    maupun para perawat harus mampu memahami dengan baik dan benar tentang kode etik dan

    salah satu kuncinya yaitu banyak membaca dan memahami pentingnya keselamatan pasien

    sehingga keinginan untuk mempelajari kode etik sebagai landasan tindakan bisa lebih

     bermanfaat.

    1.  Pengertian Legal

    Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup

    wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan

    kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.

    KONSEP LEGAL

  • 8/17/2019 03_Aspek legal dan etik keperawatan Kritis.pdf

    2/12

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    48

    Keterkaitan dengan legal formal dalam memberikan pelayanan keperawatan kritis

    Keterkaitan dengan kebijakan yang memberikan jaminan hukum terhadap pelayanan

    keperawatan kritis, seperti: UU Kes, PERMENKES dan peraturan lainnya

    2.  Maksud dan Tujuan

    a.  Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai

    dengan hukum

     b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain

    c.  Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri

    d. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi

     perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

    e.  Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang

    melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk

     penyelamatan jiwa.

    3.  Penerapan legal dalam area critical care

    Aspek legal Keperawatan  pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan

    kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat

    Tanda Registrasi (STR) bila bekerja di dalam suatu institusi. 

    Kewenangan  itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan, namun

    memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang

    didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang. 

    Kompetensi  dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang

    tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. 

    Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh

    Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan

    kedokteran.

    Sementara  itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau

    kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing. 

    a.  Fungsi Hukum dalm Praktik Perawat 

      Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang

    sesuai dengan hukum 

     

    Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain 

    http://www.jaringankomputer.org/aspek-legal-asuhan-keperawatan-pada-asuhan-profesikeperawatan/http://www.jaringankomputer.org/aspek-legal-asuhan-keperawatan-pada-asuhan-profesikeperawatan/http://www.jaringankomputer.org/aspek-legal-asuhan-keperawatan-pada-asuhan-profesikeperawatan/

  • 8/17/2019 03_Aspek legal dan etik keperawatan Kritis.pdf

    3/12

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    49

      Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri 

      Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan

     posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum. 

    b.  Kepmenkes 1239/2001 Tentang Praktik Keperawatan pasal 15 dan 16 

      Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan diagnosa

    keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi. 

      Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dokter  

      Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban : 

    Menghormati hak pasien 

    Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

     berlaku 

    Memberikan informasi 

    Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan 

    Melakukan catatan perawatan dengan baik  

    c.  Larangan 

      Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam izin dan

    melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi 

    d.  Sanksi: sesuai dengan kebijakan pimpinan rumah sakit

    e.  Hak dan Kewajiban Perawat 

    Aspek Legal Keperawatan juga meliputu Kewajiban dan hak Perawat : 

    1)  Kewajiban: 

      Setiap perawat wajib mempunyai:

    - Sertifikat kompetensi

    - Surat Tanda Registrasi

    - Surat ijin Praktek (SIP)

    - Memperbaharui sertifikat kompetensi

      Menghormati hak pasien 

      Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani 

  • 8/17/2019 03_Aspek legal dan etik keperawatan Kritis.pdf

    4/12

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    50

      Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan aturan undang-undang

    keperawatan 

      Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan kewenangan 

     

    Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat sesuai dgnkondisi pasien baik secara tertulis. 

      Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP

    yang berlaku 

      Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam

    melaksanakan praktik  

      Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK  

     

    Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dengankewenangan 

      Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan

    masyarakat 

      Mentaati semua peraturan perundang-undangan 

      Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dgn

    anggota tim kesehatan lainnya. 

    2)  Hak-Hak Perawat 

      Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum.

      Hak mendapat upah yang layak.

      Hak bekerja di lingkungan yang baik

      Hak terhadap pengembangan profesional.

      Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.

    1.  Pengertian Etik

    Etik  adalah sistem nilai pribadi yang digunakan untuk memutuskan apa yang benar atau

    apa yang paling tepat, memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang ada

    dalam organisasi dan diri pribadi.

    KONSEP ETIK 

  • 8/17/2019 03_Aspek legal dan etik keperawatan Kritis.pdf

    5/12

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    51

    Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar atau salah dan tindakan apa yang akan

    dilakukan. Etika Keperawatan merefleksikan bagaimana seharusnya perawat berprilaku,

    apa yang harus dilakukan perawat terhadap kliennya dalam memberikan pelayanan

    keperawatan kritis.

    2.  Maksud dan Tujuan Aspek Etik dalam Crritical Care

    Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut (kozier, Erb. 1990):

    a.  Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan anggota

    tenaga kesehatan lainnya.

     b.  Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang

    melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang

    tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil.

    c. 

    Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk

    mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik keperawatan

     profesional.

    d. 

    Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional

    3.  Penerapan pengetahuan etik di area critical care

    Terdapat delapan asas etik dalam keperawatan yaitu

    a.  Autonomi (otonomy)

    Yaitu menghormati keputusan pasien untuk menentukan nasibnya, dalam hal ini

    setiap keputusan medis ataupun keperawatan harus memperoleh persetujuan dari

     pasien atau keluarga terdekat. Dengan mengikuti prinsip autonomi berarti menghargai

     pasien untuk mengambil keputusan sendiri berdasarkan keunikan individu secara

    holistik.

    b.  Non maleficence (tidak merugikan)

    yaitu keharusan untuk menghindari berbuat yang merugikan pasien, setiap tindakan

    medis dan keperawatan tidak boleh memperburuk keadaan pasien. Berarti tindakan

    yang dilakukan tidak menyebabkan bahaya bagi pasien, bahaya disini dapat berarti

    dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan dan bahaya yang tidak

    disengaja

  • 8/17/2019 03_Aspek legal dan etik keperawatan Kritis.pdf

    6/12

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    52

    c.  Beneficence ( kemurahan hati)

    yaitu keharusan untuk berbuat baik kepada pasien, setiap tindakan medis dan

    keperawatan harus ditujukan untuk kebaikan pasien. Berarti melakukan yang baik

    yaitu mengimplementasikan tindakan yang menguntungkan pasien dan keluargad.  Justice (perlakuan adil)

    yaitu sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus bersifat adil, dokter dan

     perawat harus menggunakan rasa keadilan apabila akan melakukan tindakan kepada

     pasien

    e.  Fidelity (setia, menepati janji ),

    Berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh

    seseorang.Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada kesepakatan

    dan tanggung jawab yang telah dibuat . Setiap tenaga keperawatan mempunyai

    tanggung jawab asuhan keperawatan kepada individu, pemberi kerja, pemerintah dan

    masyarakat.

    Apabila terdapat konflik diantara berbagai tanggungjawab, maka diperlukan

     penentuan prioritas sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

    f.  Veracity (kebenaran, kejujuran),

    Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran,

    tidak berbohong atau menipu orang lain. Kejujuran adalah landasan untuk “informed

    concent” yang baik. Perawat harus dapat menyingkap semua informasi yang

    diperlukan oleh pasien maupun keluarganya sebelum mereka membuat keputusan.

    g.  Confidenciality ( kerahasiahan )

    Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua informasi tentang

     pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat menerima bahwa informasi

    yang diberikan kepada tenaga profesional kesehatan akan dihargai dan tidak

    disampaikan/ diberbagikan kepada pihak lain secara tidak tepat. Perlu dipahami

     bahwa berbagi informasi tentang pasien/klien dengan anggota kesehatan lain yang

    ikut merawat pasien tersebut bukan merupakan pembeberan rahasia selama informasi

    tersebut relevan dengan kasus yang ditangani

    h.  Accountability ( akuntabilitas )

    Dalam menerapkan prinsip etik, apakah keputusan ini mencegah konsekwensi bahaya,

    apakah tindakan ini bermanfaat, apakah keputusan ini adil, karena dalam pelayanan

    kesehatan petugas dalam hal ini dokter dan perawat tidak boleh membeda-bedakan

  • 8/17/2019 03_Aspek legal dan etik keperawatan Kritis.pdf

    7/12

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    53

     pasien dari status sosialnya, tetapi melihat dari penting atau tidaknya pemberian

    tindakan tersebut pada pasien.

    Hak-hak pasien haruslah dihargai dan dilindungi, hak-hak tersebut menyangkut

    kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self determination, perlakuan adil danintegritas diri. Dilema moral masih mungkin terjadi apabila prinsip moral otonomi

    dihadapkan dengan prinsip moral lainnya, atau apabila prinsip beneficence

    dihadapkan dengan non maleficence, misalnya apabila keinginan pasien (otonomi)

    ternyata bertentangan dengan dengan beneficence atau non maleficence, atau bisa saja

    apabila sesuatu tindakan mengandung beneficence dan nonmaleficence terjadi secara

     bersamaan sepeti “  Rule of Double Effect   ( RDE)” yaitu apabila suatu tindakan untuk

    memberikan kenyamanan berdasarkan prinsip beneficence tetapi sekaligus memiliki

    resiko terjadinya perburukan sehingga berlawanan dengan prinsip nonmaleficence.

    Contoh: pemberian morphin sulfat untuk mengendalikan rasa nyeri hebat yang terjadi

     pada pasien penderita cancer stadium akhir yang beresiko akan memberikan efek

    depresan yang dapat menekan pusat pernafasan pasien.

    Dalam keadaan RDE biasanya dikenal 4 elemen yang harus dipenuhi yaitu:

    1.  Sifat tindakan haruslah baik atau setidaknya netral

    2. 

     Niat tindakan adalah untuk tujuan baik, dampak buruk boleh saja telah dapat

    dibayangkan tetapi harus bukan diniatkan.

    3.  Dampak buruk haruslah bukan cara untuk mencapai tujuan baik

    4. 

    Dampak baik harus melebihi dampak buruk

    INFORMED CONSENT

    Definisi : informed consent adalah pernyataan sepihak dari orang yang berhak (pasien,

    keluarga atau walinya) yang isinya berup ijin atau persetujuan kepada dokter untuk

    melakukan tindakan medis sesudah orang yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya.

    Informed consent adalah suatu proses komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien dan

     bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap

     pasien. Bila dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai perjanjian antara dua fihak,

    melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain. 

    Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 / MENKES / PER / IX /2008

    tentang Persetujuan Tindakan Medis.

  • 8/17/2019 03_Aspek legal dan etik keperawatan Kritis.pdf

    8/12

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    54

    Informed consent perlu diberikan karena tidak semua kejadian dalam pengobatan

     berlangsung seperti yang diharapakan, tidak ada kepastian dan jaminan yang pasti dalam

    dunia kedokteran karena setiap kasus bagaikan teori permutasi kombinasi, latar belakang

    setiap orang tidak sama, riwayat kesehatan berbeda, derajat pengobatan yang diberikan jugatidak sama serta reaksi tubuh terhadap respon pengobatan juga bebeda

    Tiga Element Informed Consent

    1.  Threshold Element

    Elemen ini sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang

    kompeten (mampu). Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat

    keputusan medis. Kompetensi manusia untuk membuat keputusan sebenarnya

    merupakan suatu kontinuum, dari sama sekali tidak memiliki kompetensi hingga

    memiliki kompetensi yang penuh. Diantaranya terdapat berbagai tingkat kompetensi

    membuat keputusan tertent. Secara hukum seseorang dianggap kompeten apabila

    memenuhi kriteria antara lain telah dewasa, sadar dan berada dalam keadaan mental yang

    tidak di bawah pengampuan. Dewasa diartikan sebagai usia telah mencapai 21 tahun atau

    telah pernah menikah. Sedangkan keadaan mental yang dianggap tidak kompeten adalah

    apabila mempunyai penyakit mental sedemikian rupa sehingga kemampuan membuat

    keputusan menjadi terganggu.

    2.  Information Elements

    Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan understanding

    (pemahaman). Dalam hal ini, seberapa ”baik” informasi harus diberikan kepada

     pasien,dapat dilihat dari 3 standar yaitu :

    a.  Standar Praktik Profesi.

    Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-adekuat-an informasi

    ditentukan bagaimana biasanya dilakukan dalam komunitas tenaga keperawatan.

    Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa kebiasaan tersebut di atas tidak sesuai

    dengan nilai-nilai sosial setempat, misalnya resiko yang ”tidak bermakna” (menurut

    medis) tidak diinformasikan, padahal mungkin bermakna dari sisi sosial pasien.

     b. 

    Standar Subyektif

    Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien secara

     pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien tersebut

    dalam membuat keputusan. Kesulitannya adalah mustahil (dalam hal

  • 8/17/2019 03_Aspek legal dan etik keperawatan Kritis.pdf

    9/12

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    55

    waktu/kesempatan) bagi profesional medis memahami nilai-nilai yang secara

    individual dianut oleh pasien.

    c.  Standar pada reasonable person

    Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya, yaitudianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah memenuhi kebutuhan

    umumnya orang awam.

    3.  Consent Elements

    Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) dan

    authorization (persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan,

    misrepresentasi ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari ”tekanan” yang dilakukan

    tenaga medis yang bersikap seolah-olah akan ”dibiarkan” apabila tidak menyetujui

    tawarannya.

    Informed consent harus meliputi :

    1.  Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai diagnosa, tindakan, terapi dan

     penyakitnya

    2. 

    Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang diharapkan dan seberapa besar

    kemungkinan keberhasilannya

    3.  Pasien harus diberitahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan akibat apabila

     penyakit tidak diobati

    4.  Pasien harus diberitahu mengenai risiko apabila menerima atau menolak terapi,

    disertai upaya antisipasi yang dilakukan untuk menghindari resiko tersebut. Risiko

    yang harus disampaikan meliputi efek samping yang mungkin terjadi dalam

     penggunaan obat atau tindakan pemeriksaan dan operasi yang dilakukan.

    5.  Biaya yang menyangkut tindakan tersebut walaupun tidak selalu diutamakan

    Pasien juga berhak untuk mengetahui semua prognosa, komplikasi, sekuele, ketidak

    nyamanan, kesulitan yang mungkin dalami dengan adanya tindakan tersebut.

    Masalah yang ditemukan dalam proses informed consent

    1.  Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan terlalu teknis

    2. 

    Perilaku dokter yang terburu-buru atau tidak perhatian atau tidak ada waktu untuk

    tanya-jawab

    3.  Pasien sedang dalam keadaan stres emosional sehingga tidak mampu mencerna

    informasi

  • 8/17/2019 03_Aspek legal dan etik keperawatan Kritis.pdf

    10/12

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    56

    4. 

    Pasien dalam keadaan tidak sadar/ mengamuk

    DILEMA ETIK

    a. 

    Pulang PaksaPulang paksa adalah istilah yang digunakan apabila pasien tidak mau lagi melanjutkan

    /menjalani rawat inap lebih lama dan minta dipulangkan , tetapi secara medis belum

    cukup stabil untuk menjalani perawatan dirumah

    Penyebab pulang paksa antara lain:

    1.  Pasien tidak mengerti kmengapa walaupun dirinya sudah menjalani perawatan

    tetapi belum juga sembuh atau merasa belum ada perbaikan sehingga merasa

    tidak menjaani perawatanpun tidak ada pengaruhnya, dalam hal ini ada beberapa

    faktor yang mempengaruhi antara lain: penjelasan dokter yang tidak jelas

    sehingga tidak dipahami pasien, tingkat pendidikan, budaya (sebagian masih

    menganggap pengobatan alternatif lebih baik)

    2.  Pasien tidak merasa nyaman dirawat yang dapat dipengaruhi oleh suasana,

    keadaan ruangan, makanan, teman satu ruangan (pasien lain).

    3.  Pelayanan dinilai kurang baik, perlakuan tenaga kesehatan dalam hal ini dokter

    dan perawat yang dianggap kurang simpatik.

    4. 

    Keterbatasan finansial (biaya) atau keinginan dirawat ditempat yang lebih

     bergengsi (pada pasien golongan atas)

    5.  Ada kepentingan pribadi yang dinilai lebih berharga daripada menjalani rawat

    inap

    b.  DO NOT RESUSCITATE (DNR): WITH HOLDING/ WITH DRAWAL

    With holding  adalah menunda terapi atau bantuan hidup pada pasien yang dianggap

    sudah tidak punya harapan hidup lagi, sedangkan with drawal artinya menghentikan

     bantuan hidup pada pasien yang biasanya terpasang alat bantu penunjang kehidupan

    seperti ventilasi mekanik, alat pacu jantung, dll. Baik with holding maupun with drawing

    dilakukan pada pasien yang secara medis tidak punya harapan hidup lagi. Keputusan

    melakukan ini harus dikomunikasikan dengan keluarga setelah team medis

    mendiskusikannya dengan team lain.

  • 8/17/2019 03_Aspek legal dan etik keperawatan Kritis.pdf

    11/12

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    57

    c.  EUTHANASIA

    Kematian pada umumnya disepakati sebagai berhentinya kehidupan, meninggal dunia

    adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi

    otak, pernafasan dan atau denyut jantung seseorang telah berhentiKematian sebenarnya bukanlah suatu titik waktu, melainkan merupakan suatu tahapan

    waktu, dimulai dari kematian klinis, kemudian kematian otak, kematian biologis dan

    akhirnya kematian seluler. Pada kematian klinis ditemukan berhentinya fungsi

    kardiovaskuler dan pernafasan, yang kemudian akan diikuti oleh kematian otak, kecuali

    apabila dilakukan resusitasi dan berhasil. Otak tidak dapat hidup lagi dalam waktu 6

    sampai 10 menit tanpa oksigen. Kematian otak juga bertahap, biasanya dimulai pada

    korteks serebri, kemudian disusul oleh serebelum (otak kecil) dan diakhiri dengan

    kematian batang otak. Apabila terjadi kematian korteks serebri tanpa kematian pusat

    sirkulasi dan pernafasan, maka terjadilah keadaan ketidaksadaran yang permanen, tetapi

    kardiovaskuler dan pernafasan masih tetap berfungsi (persistent vegetative state).

    Setelah semua bagian otak berhenti bekerja maka terjadilah kematian biologis, suatu

    kematian yang permanen. Selanjutnya dimulailah kematian seluler, yang berbeda-beda

    waktunya bagi masing-masing jenis jaringan.

    “kapankah seseorang dapat dinyatakan mati, apa kriterianya dan bagaimana prosedur

     penentuannya”. Ketika pasien belum dapat dinyatakan mati, dokter melakukan tindakan

    secara aktif menghentikan kehidupannya, maka ia dapat dinyatakan sebagai melakukan

     pembunuhan. Sebaliknya apabila pasien sudah dapat dinyatakan mati, tetapi dokter

    masih melakukan tindakan terapetik maka ia dapat dinyatakan melanggar profesi karena

    melakukan tindakan medik pada mayat.

    Pengakuan atas hak otonomi pasien sedemikian kuat, sehingga tidak hanya hak hidup,

    hak atas informasi dan hak memperoleh layanan yang layak saja yang dituntut,

    melainkan juga hak untuk mati secara bermartabat.

  • 8/17/2019 03_Aspek legal dan etik keperawatan Kritis.pdf

    12/12

    Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

    58

    DAFTAR PUSTAKA

    Hegner, Barbara R.2003. Nursing Assistant: a Nursing Proses Approach. Jakarta: EGC.

    http://ppnikabupatenbanjar.wordpress.com/2011/03/30/kode-etik-dalam-keperawatan-indonesia_/20/12/2011_09.01 

    Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001

    Tentang Praktik Keperawatan

    Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 / MENKES / PER / IX /2008

    tentang Persetujuan Tindakan Medis.

    .

    http://ppnikabupatenbanjar.wordpress.com/2011/03/30/kode-etik-dalam-keperawatan-indonesia_/20/12/2011_09.01http://ppnikabupatenbanjar.wordpress.com/2011/03/30/kode-etik-dalam-keperawatan-indonesia_/20/12/2011_09.01http://ppnikabupatenbanjar.wordpress.com/2011/03/30/kode-etik-dalam-keperawatan-indonesia_/20/12/2011_09.01http://ppnikabupatenbanjar.wordpress.com/2011/03/30/kode-etik-dalam-keperawatan-indonesia_/20/12/2011_09.01http://ppnikabupatenbanjar.wordpress.com/2011/03/30/kode-etik-dalam-keperawatan-indonesia_/20/12/2011_09.01