tugas kasus kmb(chf)

57
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola hidup menyebabkan pola penyakit berubah, dari penyakitinfeksi dan penyakit rawan gizi ke penyakit-penyakit degeneratif kronik seperti penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling tinggiprevalensinya dalam masyarakat umum dan berperan besar terhadapmortalitas dan morbiditas. Penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakanakan menjadi penyebab utama kematian secara menyeluruh dalam waktu limabelas tahun mendatang, meliputi Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia.Hal tersebut dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi penyakitkardiovaskuler secara cepat di negara-negara berkembang dan Eropa Timur.Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompatidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Gagal jantung menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya terutama padalansia. Gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure) adalahketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Masalah kesehatan dengan gangguan system kardiovaskuler termasuk didalammya Congestive heart Failure (CHF) masih menduduki peringkatyang tinggi, menurut data WHO dilaporkan bahwa sekitar 3000 1

Upload: muliana-musibo

Post on 26-Dec-2015

74 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Kasus Kmb(Chf)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perubahan pola hidup menyebabkan pola penyakit berubah, dari

penyakitinfeksi dan penyakit rawan gizi ke penyakit-penyakit degeneratif

kronik seperti penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling tinggiprevalensinya

dalam masyarakat umum dan berperan besar terhadapmortalitas dan morbiditas.

Penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakanakan menjadi penyebab utama

kematian secara menyeluruh dalam waktu limabelas tahun mendatang, meliputi

Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia.Hal tersebut dimungkinkan dengan adanya

peningkatan prevalensi penyakitkardiovaskuler secara cepat di negara-negara

berkembang dan Eropa Timur.Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana

jantung sebagai pompatidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme

jaringan. Gagal jantung menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya terutama

padalansia. Gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure)

adalahketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

Masalah kesehatan dengan gangguan system kardiovaskuler

termasuk didalammya Congestive heart Failure (CHF) masih menduduki

peringkatyang tinggi, menurut data WHO dilaporkan bahwa sekitar 3000

penduduk Amerika menderita CHF. American Heart Association (AHA) tahun

2004melaporkan 5,2 juta penduduk Amerik menderita gagal jantung,

asuransikesehatan Medicare USA paling banyak mengeluarkan biaya untuk diagnosis

dan pengobatan gagal jantung dan diperkirakan lebih dari 15 juta kasus barugagal

jantung setiap tahunnya di seluruh dunia. (Cokat, 2008 dalam Necel,2009).Walaupun

angka yang pasti belum ada untuk seluruh Indonesia, tetapidengan bertambah

majunya fasilitas kesehatan dan pengobatan dapatdiperkirakan jumlah penderita gagal

jantung akan bertambah setiap tahunnya.(Sitompul, 2004)

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa manpuhmemahami konsep

dan mampuh mengaplikasikan ilmukeperawatan medical bedah dan merumuskan

1

Page 2: Tugas Kasus Kmb(Chf)

prinsip-prinsip pengelolahan asuhan keperawatan pada klien dewasa

yangmengalami gangguan fungsi pada system tubuh terutama padakasus gagal

jantung.

2. Tujuan Khusus Tujuan KhususPada akhir penyelesaian makalah ini diharapkan mahasiswadiharapkan mampu:a. Memahami kansep dasar tentang berbagai gangguan systemkardioveskular.b. Melakukan pengkajian pada klien yang mengalami gangguansystem

kardioveskular.c. Menegakan diagnosa keperawatan pada klien yangmengalami gangguan

system kardioveskular.d. Membuat rencana tindakan pada klien yang mengalaigangguan system

kardiovaskular

2

Page 3: Tugas Kasus Kmb(Chf)

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR

1. Definisi

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa

darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.

Istilah gagal jantung kongestif paling sering digunakan apabila terjadi gagal

jantung sisi kiri dan sisi kanan.

Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa

darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap

oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat

jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan

dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian

ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).

Gagal jantung kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi

miokardium. Tempat kongesti bergantung pada ventrikel yang terlibat. Disfungsi

pada ventrikel kiri atau gagal jantung kiri menimbulkan kongesti pada vena

pulmonalis. Sedangkan disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan

mengakibatkan kongesti vena sistemik.

New York Heart Assosiation (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4

kelas, yaitu :

Kelas 1 : bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan

Kelas 2 : bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas

sehari-hari tanpa keluhan

Kelas 3 : bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan

Kelas 4 : bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan

harus tirah baring

2. Etiologi

Kelainan Otot Jantung

Penderita kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya kontraktilitas

jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup

3

Page 4: Tugas Kasus Kmb(Chf)

aterosklerosisi koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degenaratif atau

inflamasi.

Aterosklerosis Koroner

Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke

otot jantung. Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam

laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului

terjadinya gagal jantung.

Hipertensi Sistemik atau Pulmonal

(Peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada

gilirannya mengakibatka hipertropi serabut otot jantung. Efek tersebut

(hipertropi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena

akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alas an yanmg tidak

jelas, hipertropi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan

akhirnya akan terjadi gagal jantung.

Peradangan dan Penyakit Miokardium Degenaratif

Berhubunagan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara lansung

merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

Penyakit Jantung Lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang lain.

Sebenarnya tidak lanisung mempengaruhi jantung. Mekanime yang biasanya

terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (misalnya, stenosis

katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (misalnya,

temponade pericardium, perikarditis kontriktif atau stenosis katup AV),

peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik

(hipertensi “Maligna”) dapat mengakibatkan gagal jantung meskipun tidak

ada hipertropi miokardial.

Faktor Sistemik

Terdapat sejumlah factor yang berperan dalam perkembangan dan bertnya

gagal jantung :

a. Meningkatnya laju metabolisme (misalnya, demam dan tirotoksikosis)

4

Page 5: Tugas Kasus Kmb(Chf)

b. Hipoksia dan anemia : memerlukan peningkatan cairan jantung untuk

memenuhi kebutuhan oksigen sistemik ; menurunkan suplai oksigen ke

jantung.

c. Asidosis (respiratori atau metabolik)

d. Abnormalitas elektrolit : menurunkan kontrktilitas jantung.

e. Disritmia jantung : terjadi denga sendirinya atau secara sekunder akibat

gagal jantung menurunkan efisiensi keseluruhan fungus jantung.

3. Patofisiologi

Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan

kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah

jantung normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan

CO= HR X SV

Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung

berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk

mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk

mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup

jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.

Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut

otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat

dipertahankan.

Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung

pada tiga faktor yaitu: preload, kontraktilitas, dan avterload

Preload, adalah sinonim dengan hukum starling yang menyatakan bahwa

jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang

ditimbulkan oleh panjangnya renggang serabut jantung

Kontraktilitas, mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada

tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan

kadar kalsium

Afterload, mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan

untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh

tekanan arteriole.

Bila reservasi jantung (cardiac reserved) normal untuk berespons terhadap

stres tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung

5

Page 6: Tugas Kasus Kmb(Chf)

gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa,dan akibatnya terjadi gagal

jantung. Demikian juga, pada tingkat awal, disfungsi komponen pompa secara

nyata dapat mengakibatkan gagal jantung. Jika reservasi jantung normal

mengalami kepayahan dan kegagalan, respons fisiologis tertentu pada penurunan

curah jantung adalah penting. Semua respons ini menunjukkan upaya tubuh untuk

mempertahankan perfusi organ vital tetap normal. Terhadap empat mekanisme

respons primer terhadap gagal jantung meliputi :

a. Meningkatnya Aktivitas Adrenergik Simpatis

Menurunnya volume sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan

respons simpatis kompensatoris. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis

merangsang pengeluaran katekolamin dan saraf-saraf adrenergik jantung dan

medula adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk

meningkatkan curah jantung. Arteri perifer juga melakukan vasokonstriksi

untuk menstabilkan tekanan arteri dan reditribusi volume darah dengan

mengurangi aliran darah ke organ-organ yang rendah metabolismenya seperti

kulit dan ginjal. Hal ini bertujuan agar perfusi ke jantung dan otak dapat

dipertahankan. Venokonstriksi akan meningkatkan aliran balik vena kesisi

kanan jantung, untuk selanjutnya menambah kekuatan kontraksi sesuai dengan

hukum starling.

Aktivitas sistem saraf simpatis yang berlebihan menyebabkan peningkatan

kadar noradrenalin plasma, yang selanjutnya akan menyebabkan

vasokonstriksi, takikardia, serta retensi garam dan air. Aktivitas simpatis yang

berlebihan juga dapat menyebabkan nekrosis sel otot jantung. Perubahan ini

dapat dihubungkan dengan observasi yang menunjukkan bahwa penyimpanan

norepinefrin pada miokardium menjadi berkurang pada gagal jantung kronis.

b. Peningkatan Beban Awal melalui Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron

Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) menyebabkan retensi

natrium dan air oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel, dan regangan

serabut. Peningkatan beban awal ini akan menambah kontraktilitas

miokardium sesuai dengan hukum starling. Mekanisme pasti yang

mengakibatkan aktivasi sistem RAA pada gagal jantung masih belum jelas.

Sistem RAA bertujuan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit yang

adekuat serta mempertahankan tekanan darah.

6

Page 7: Tugas Kasus Kmb(Chf)

Renin adalah enzim yang disekresikan oleh sel-sel juxtaglomerulus, yang

terletak berbatasan dengan arteriol renal aferen dan bersebelahan dengan

makula densa pada tubulus distal. Renin merupakan enzim yang mengubah

angiotensinogen (sebagian besar berasal dari hati) menjadi angiotensin I.

c. Hipertrofi ventrikel

Respons terhadap kegagalan jantung lainnya adalah hipertrofi ventrikel atau

bertambahnya ketebalan dinding ventrikel. Hipertrofi meningkatkan jumlah

sarkomer dalam sel-sel miokardium; bergantung pada jenis beban

hemodinamika yang mengakibatkan gagal jantung. Sarkomer dapat bertambah

secara paralel atau serial. Sebagai contoh, suatu beban tekanan yang

ditimbulkan oleh adanya stenosis aorta,akan disertai penambahan ketebalan

dinding tanpa penambahan ukuran ruang di dalamnya. Respons miokardium

terhadap beban volume seperti pada regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi

dan bertambahnya ketebalan dinding. Kombinasi ini diduga merupakan akibat

dari bertambahnya jumlah sarkomer yang tersusun secara serial. Kedua pola

hipertrofi ini dikenal sebagai hipertrofi konsentris dan hipertrofi eksentris.

d.   Volume cairan berlebihan (overload volume).

Remodelling jantung terjadi agar dapat menghasilkan volume sekuncup yang

besar. Karena setiap sarkomer mempunyai jarak pemendekan puncak yang

terbatas, maka peningkatan volume ventrikel. Pelebaran ini membutuhkan

ketegangan dinding yang lebih besar agar dapat menimbulkan tekanan

intraventrikel yang sama sehingga membutuhkan peningkatan jumlah

miofibril paralel. Sebagai akibatnya, terjadi peningkatan ketebalan dinding

ventrikel kiri. Jadi, volume cairan berlebihan menyebabkan pelebaran ruang

dan hipertrofi eksentrik.

Keempat respons ini adalah upaya untuk mempertahankan curah jantung.

Mekanisme–mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah

jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini dan pada

keadaan istirahat. Tetapi, kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah

jantung biasanya tampa pada saat beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal

jantung, maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif.

4. Manifestasi Klinis

7

Page 8: Tugas Kasus Kmb(Chf)

Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler.

Kongestif jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat

menurunnya curah jantung pada kegagalan jantung. Peningkatan tekanan vena

pulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli,

akibatnya terjadi edema paru, yang dimanifestasikan dengan batuk dan nafas

pendek. Meningkatknya tekanan vena sistemik dapat mengakibatkan edema

perifer umum dan penambahan berat badan.

Turunnya curah jantung pada gagal jantung dimanifestasikan secra luas karena

darah tidak dapat mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah) untuk

menyampaikan oksigen yang dibutuhkan. Bebrapa efek yang biasanya timbul

akibat perfusi rendah adalah pusing, konfusi, kelelahan, intoleran terhadap latihan

dan napas, ektermitas dingin, dan haluaran urin berkurang (oliguri). Tekanan

perfusi ginjal menurun, mengakibatkan pelepasan rennin dari ginjal yang pada

gilirannya akan mengikibatkan sekresi aldosteron, retensi Natrium dan cairan,

serta peningkatan volume intravascular.

1. Gagal Jantung kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak

mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam

sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi

klinis yang terjadi meliputi:

Dispnu terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu

pertukaran gas. Dispnu bahkan dapat terjadi saat istirahat atau dicetuskan

oleh gerakan yang minimal atau sedang. Dapat terjadi Ortopnu, kesulitan

bernapas saat berbaring. Pasien yang mengalamiortopnu tidaka akan mau

berbaring, tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak ditempat tidur

atau duduk di kursi bahkan saat tidur

Beberapa pasien hanya mengalami ortopnu pada malam hari, suatu

kondisi dinamakn proxismal nokturnal Dispnea (PND). Hal ini terjadi

bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan tangan

di bawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan

yang tertimbun di ekstremitas yang sebelumnya berada di bawah mulai di

absorpsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu, tidak mampu

mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat. Akibatnya, tekanan

8

Page 9: Tugas Kasus Kmb(Chf)

dalam sirkulasi paru meningkat dan lebih lanjut, cairan berpindah ke

alveoli.

Batuk, Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering

dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah, yaitu batuk

yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak yang kadang

disertai bercak darah.

Mudah lelah, Terjadi akibat curah jantung yang kurang yang

menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya

pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya

energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat

distres pernapasan dan batuk.

Kegelisahan dan kecemasan, Terjadi akibat ganggguan oksigenasi

jaringan, stres akibat kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung

tidak berfungsi dengan baik. Begitu terjadi kecemasan, terjadi juga

dispnea, yang pada gilirannya memperberat kecemasan, menciptakan

lingkaran setan.

2. Gagal Jantung Kanan

Bila ventrikel kanan gagal, uyang menunjang adalah kongestif visera dan

jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu

mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak mengakomodasi

semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.

Manifestasi klinis yang tampak meliputi : edema ekstremitas bawah (edema

dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,

hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites ( penimbunan

cairan di dalam rongga peritoneum), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.

Edema. Dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen), dan secara

bertahap bertahap bertambah di atas tungkai dan paha, dan pada akhirnya

ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah. Edema sakral sering jarang

terjadi pada pasien yang berbaring lama, karena daerah sakral menjadi

daerah yang dependen. Pitting edema , adalah edema yang akan tetap

lcekung bahkan setelah penekanan ringan denga ujung jari, baru jelas

terlihat setelah terjadi retensi cairan pakling tidak sebanyak 4,5 kg.

9

Page 10: Tugas Kasus Kmb(Chf)

Hepatomegali, Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas

abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar . bila proses ini

berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga

cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan

asites. Pengumpulan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan

tekanan pada difragma dan distres pernapasan.

Anoreksia (hilangnya selera makan), Anoreksia dan mual terjadi akibat

pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen.

Nokturia, Nokturia atau rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi

karena perfusi renal didukung oleh posisi penderita pada saat baring.

Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah janutng akan

membaik dengan istirahat

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau

efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF

b. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan

iskemi (jika disebabkan AMI),

c. Ekokardiogram. Pada ekhokardiografi terlihat pembesaran dan disfungsi

ventrikel kiri, kelainan bergerak katup mitral saat diastolik.

d. Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar

natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan

retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah

6. Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gaagal jntung kongesif adalah

sebagai berikut:

1. Dukung istirahat untuk mengurangi bebn kerjaa jantung

2. Meningkatkan kekuataan dan evisiensi kontraksi jantung dengaan bahan-

bahan farmakologis

3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik

diet dan istirahat.

10

Page 11: Tugas Kasus Kmb(Chf)

Terapi farmakologis

a. Glikosida jantung,

Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat

frekuensi jantung.

Efek yang dihasillkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena

dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.

b. Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui

ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan

hipokalemia

c. Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi

(tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki

pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan

pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan dan dapat dicapai penurunan

dramatis kongesti paru dengan cepat.

Dukungan diet

Dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot jantung

minimal, dan status nutrisi terpelihara, seuai dengan selera dan pola makan pasien.

Pembatasan natrium, ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi

udem seperti pada hipertensi atau gagal jantung.

Pasien yang dibatasi diet natriumnya juga harus di ingatkan untuk tidak meminum

obat-obat tanpa resep seperti antasida, sirup obat batuk, pencahar, penenang atau

pengganti garam, karena produk tersebut mengandung natrium atau jumlah kalium

yang berlebihan, obat-obat bebas jangan digunakan tanpa kunsultasi dahulu

dengan dokter.

Bila diet sangat dibatasi terhadap lemak dan natrium, pasien pasti merasa

makanan menjadi tidak enak dan menolak makan. Berbagai penyedao makanan

seperti jus lemon dan rempah-rempah dapat digunakan untuk menambah selera

makan dan membuat pasien mau meneriam diet yang di anjurkan. Segala usaha

harus dilakukan untuk sedapat mungkin memenuhi selera pasien.

11

Page 12: Tugas Kasus Kmb(Chf)

7. Pathway

Factor predisposisi faktor pencetus

12

Kontraktilitas miokard ↓

Beban sistolik > kemampuan ventrikel (systolyc overload)

Preload > kapasitas ventrikel (diastolic overload)

Hambatan pengosongan ventrikel

stroke volum dan cardiac output↓

V dan P akhir diastolik dalam ventrikel ↑

Kebutuhan sirkulasi tubuh↑

Kebutuhan belum terpenuhi

Kebutuhan metabolik↑

CO↓

Hambatan pengisian ventrikel

Output ventrikel ↓

CO↓

Gangguan aliran venous return

-hilangnya jaringan kontraktil (infark miokard)

-miokarditis

Kerja jantung maksimal

CO tinggi

Beban berlebihan

Kontraktilitas ↓

BEBAN JANTUNG↑

- asupan garam↑- ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung- IMA(mungkin yang tersembunyi)-hipertensi-aritmia akut-demam atau infeksi-emboli paru-anemia-tirotoksikosis-kehamilan-endokarditis infektif.

Keadaan yang membatasi pengisian ventrikelStenosis mitral, kardiomyopati, penyakit pericardial, infeksi, infark

P. menimbulkan fx ventr: Arteri koroner, hipertensi, kardiomyopati, penyakit pembuluh darah, penyakit jantung congenital, arritmia

Penurunan Curah Jantung

Page 13: Tugas Kasus Kmb(Chf)

RAA : Renin Angiostensin Aldosteron

LVED : Left Ventricle End Diastolyc

13

GAGAL JANTUNG

GAGAL POMPA VENTRIKEL KANAN

GAGAL POMPA VENTRIKEL KIRI

Bendungan vena sistemik

penimbunan as.laktat

Tekanan diastole↑

Bendungan atrium kanan

Forward failure Backward failure

lien hepar

hepatomegalisplenomegali

Mendesak diafragma

Sesak napas

Pola nafas tidak efektif

Asidosis metabolik

Suplai darah ke jar↓

ATP↓

Metabolisme anaerob

fatigue

Intoleransi aktifitas

Suplai O2 ke otak↓

Renal flow ↓

aldosteron↑

↑RAA

ADH↑

Penurunan perfusi jaringan

sinkop

Tekanan vena pulmonal↑

↑LVED

Risiko tinggi kelebihan volume cairan

Retensi Na +H2OBeban Vent kanan↑

Edema paru

Tekanan kapiler paru↑

Penyempitan ventrikel kanan

Hipertrophi ventrikel kanan

Gangguan pertukaran gas

Terdapat jarak (cairan ↑) antara alveolus-kapiler

Page 14: Tugas Kasus Kmb(Chf)

B. KONSEP KEPERAWATAN

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses

keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam

menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasi

kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat di peroleh melalui anamnesa,

pemeriksaan fisik pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lainnya.

a) Anamnese

Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,

tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

Keluhan Utama

Adanya rasa sesak baik pada saat beraktivitas ataupun istirahat, pada

saat berbaring, kelemahan.

Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya sesak, penyebab terjadinya sesak,

serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit hipertensi, aterosklerosisi koroner, infark

miokard akut, atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya

dengan kegagalan jantung untuk memompa darah. Tindakan medis

yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan

oleh penderita.

Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota

keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang

dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,

jantung.

Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang

dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan

14

Page 15: Tugas Kasus Kmb(Chf)

keluarga terhadap penyakit penderita.

b) Pemeriksaan Fisik

1) Aktivitas/istirahat

Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,

insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.

Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital

berubah pad aktivitas.

2) Sirkulasi

Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,

penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic,

bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.

Tanda :

a) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).

b) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.

c) Irama Jantung ; Disritmia.

d) Frekuensi jantung ; Takikardia.

e) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah

f) posisi secara inferior ke kiri.

g) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi,

S1 dan S2 mungkin melemah.

h) Murmur sistolik dan diastolic.

i) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.

j) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian

k) kapiler lambat.

l) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.

m) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.

n) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting

o) khususnya pada ekstremitas.

3) Integritas ego

Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan

penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)

Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah,

ketakutan dan mudah tersinggung.

15

Page 16: Tugas Kasus Kmb(Chf)

4) Eliminasi

Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam

hari (nokturia), diare/konstipasi.

5) Makanan/cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat

badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah,

pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah

diproses dan penggunaan diuretic.

Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen

(asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).

6) Higiene

Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan

diri.

Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.

7) Neurosensori

Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.

Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan

mudah tersinggung.

8) Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan

atas dan sakit pada otot.

Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku

melindungi diri.

9) Pernapasan

Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan

beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat

penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.

Tanda :

a) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori

pernpasan.

b) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus

menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.

c) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema

pulmonal)

16

Page 17: Tugas Kasus Kmb(Chf)

d) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.

e) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.

f) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.

10) Keamanan

Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot,

kulit lecet.

11) Interaksi sosial

Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa

dilakukan.

b. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas

miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi

listrik, Perubahan structural, ditandai dengan ;

a) Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan

gambaran pola EKG

b) Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).

c) Bunyi ekstra (S3 & S4)

d) Penurunan keluaran urine

e) Nadi perifer tidak teraba

f) Kulit dingin kusam

g) Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.

2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai

okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai

dengan : Kelemahan, kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya disrirmia,

Dispnea, pucat, berkeringat.

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi

glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan

retensi natrium/air. ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3,

Oliguria, edema, Peningkatan berat badan, hipertensi, Distres pernapasan,

bunyi jantung abnormal.

4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan

menbran kapiler-alveolus.

17

Page 18: Tugas Kasus Kmb(Chf)

5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah

baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan, dan predisposisi untuk

kerusakan kulit/terjadinya infeksi..

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program

pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi

tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal, ditandai dengan :

Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode GJK yang

dapat dicegah.

c. INTERVENSI

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas

miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan

konduksi listrik, Perubahan structural, ditandai dengan ;

a. Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan

gambaran pola EKG

b. Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).

c. Bunyi ekstra (S3 & S4)

d. Penurunan keluaran urine

e. Nadi perifer tidak teraba

f. Kulit dingin kusam

g. Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.

Tujuan

Klien akan :

Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia

terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung ,

Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina,

Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.

Intervensi

a. Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung

Rasional : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat)

untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.

b. Catat bunyi jantung

18

Page 19: Tugas Kasus Kmb(Chf)

Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja

pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran

darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan

Inkompetensi/stenosis katup.

c. Palpasi nadi perifer

d. Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya

nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin

cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.

e. Pantau TD

Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat

meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi

mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi.

f. Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis

Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder

terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan anemia.

Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering

berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.

g. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat

sesuai indikasi (kolaborasi)

Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard

untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan

untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas

dan menurunkan kongesti.

2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar

suplai okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi.

Ditandai dengan : Kelemahan, kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya

disrirmia, Dispnea, pucat, berkeringat.

Tujuan /kriteria evaluasi :

Klien akan :

Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri

sendiri,

19

Page 20: Tugas Kasus Kmb(Chf)

Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,

dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan.

Intervensi

a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya

bila klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.

Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena

efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh

fungsi jantung.

b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,

diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.

Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk

meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan

peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga

peningkatan kelelahan dan kelemahan.

c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.

Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung

daripada kelebihan aktivitas.

d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)

Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja

jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan

fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat

membaik kembali,

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi

glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH

dan retensi natrium/air. ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3,

Oliguria, edema, Peningkatan berat badan, hipertensi, Distres

pernapasan, bunyi jantung abnormal.

Tujuan /kriteria evaluasi,

Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan

keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda

20

Page 21: Tugas Kasus Kmb(Chf)

vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada

edema., Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.

Intervensi :

a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana

diuresis terjadi.

Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena

penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis

sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.

b. Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24

jam

Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan

tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.

c. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama

fase akut.

Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan

menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.

d. Pantau TD dan CVP (bila ada)

Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan

cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru,

gagal jantung.

e. Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen

dan konstipasi.

Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat

mengganggu fungsi gaster/intestinal.

f. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)

g. Konsul dengan ahli diet.

Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang

memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.

4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan

menbran kapiler-alveolus.

21

Page 22: Tugas Kasus Kmb(Chf)

Tujuan /kriteria evaluasi,

Klien akan : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada

jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas

gejala distress pernapasan., Berpartisipasi dalam program pengobatan

dalam btas kemampuan/situasi.

Intervensi :

a. Pantau bunyi nafas, catat krekles

Rasional : menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret

menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.

b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.

Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran

oksigen.

c. Dorong perubahan posisi.

Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.

d. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.

Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.

e. Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi

5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.

Tujuan/kriteria evaluasi

Klien akan : Mempertahankan integritas kulit, Mendemonstrasikan

perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.

Intervensi

a. Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya

terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.

Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer,

imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.

b. Pijat area kemerahan atau yang memutih

Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia

jaringan.

22

Page 23: Tugas Kasus Kmb(Chf)

c. Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak

pasif/aktif.

Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu

aliran darah.

d. Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.

Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat

kerusakan.

e. Hindari obat intramuskuler

Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat

absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya

infeksi..

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program

pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi

tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal, ditandai dengan :

Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode GJK yang

dapat dicegah.

Tujuan/kriteria evaluasi

Klien akan :

a. Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode

berulang dan mencegah komplikasi.

b. Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik

untuk menangani.

c. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.

Intervensi

a. Diskusikan fungsi jantung normal

Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat

memudahkan ketaatan pada program pengobatan.

b. Kuatkan rasional pengobatan.

Rasional : Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang

dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih

sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.

23

Page 24: Tugas Kasus Kmb(Chf)

c. Anjurkan makanan diet pada pagi hari.

Rasional : Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum

waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.

d. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu

indikasi

Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan

sendiri/penatalaksanaan dirumah

24

Page 25: Tugas Kasus Kmb(Chf)

TINJAUAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Kardiovaskuler dengan CHF di Ruang IGD Non Bedah RSU Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2012

A. Pengkajian Keperawatana. Identitas

1. Nama : Tn.D

2. Jenis kelamin : Laki - Laki

3. Umur : 53 Tahun

4. Status perkawinan : Duda

5. Pendidikan : SD

6. Suku/Bangsa :  Jawa/ Indonesia

7. Alamat : Landono

8. Agama : Islam

9. Pekerjaan : Petani

10. No. Rekam Medis : 334900

11. Tanggal MRS : 11 Desember 2012

12. Tanggal Pengkajian : 12 - Desember - 2012

13. Sumber informasi : Klien dan rekam medik

14. Diagnosa Medis : CHF

b. Status Kesehatan

1. Riwayat kesehatan saat ini

a) Alasan masuk rumah sakit 3 hari sebelum masuk rumah sakit klien merasa sesak pada bagian dada, dan itu alasan yang membuat klien masuk rumah sakit

b) Keluhan utamaKlien mengeluh sesak nafas

c) Keluhan lain yang menyertaid) Selain merasa sesak, klien juga mengeluh lemah, sehingga dia tidak bisa

beraktivitas, dan hanya bisa berbaring ditempat tidur.e) Riwayat keluhan utama

Klien mengatakan bahwa dia akan bertambah sesak jika berbaring, dan sesaknya akan berkurang jika duduk.

25

Page 26: Tugas Kasus Kmb(Chf)

f) Tindakan yang dilakukanKlien mengatakan upaya yang dia lakukan untuk mengurangi sesaknya adalah beristirahat dengan cara duduk, sesekali dia batuk untuk mengeluarkan ssecret yang ada di jalan napasnya.

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

a) Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan, dahulunya tekanan darahnya tinggi, dan dia juga

menderita asama. Sewaktu masih kanak-kanak klien mengatakan bahwa

dia sering demam. Klien juga mengatakan bahwa dirinya pernah dirawat

di rumah sakit sebanyak dua kali ditahun ini dengan penyakit yang sama

yaitu sesak nafas

b) Riwayat alergi : klien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah alergi

c) Klien memiliki kebiasaan minum teh

d) Konsumsi Obat-obatan

Klien pernah mengkonsumsi obat-obat nafasin kurang lebih 5 bulan

lamanya, dengan resep sendiri

c. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum: klien tampak lemahb) Tanda – tanda vital

TD : 160/90FN : 104 X/mntFP : 26X/ mntSuhu : 36,5o C

c) Pemeriksaan head to toe1. Kepala

Bentuk : simetris, tidak ada benjolan Keluhan yang berhubuuungggan dengan ( sakit/pusing kepala ) :

sakit kepala Kebersihan rambut dan kulit kepala : bersih dan rambut mulai

rontok2. Mata

Bentuk / posisi mata : simetris kiri dan kanan Konjungtiva : pucat Sclera : berkabut Reaksi terhadap cahaya : ada reaksi terhadap cahaya Fungsi penglihatan : kabur Kesan terhadap warna : klien mengatakan masih dapat membedakan

warna

26

Page 27: Tugas Kasus Kmb(Chf)

Lapang pandang : lapang pandang menurun Tanda-tanda radang : tidak terdapat tanda – tanda radang Pemeriksaan mata terakhir : katarak Riwayat operasi : klien mengatakan tidak pernah melakukan operasi

mata Penggunaan kaca mata/lensa kontak : klien mengatakan tidak

menggunakan kaca mata/lensa kontak3. Telinga Kondisi meatus eksterna dan membrane timpani : bersih Keluhan pendengaran: tidak ada keluhan Penggunaan alat bantu dengar : klien mengatakan tidak menggunakan alat

bantu dengar Kebersihan telinga : bersih 4. Hidung Keluhan nyeri/gangguan penciuman ( anosmia ) : klien mengatakan tidak

ada nyeri maupun gangguan penciuman Reaksi alergi : klien mengatakan tiak ada reaksi alergi Tanda sinus paranasalis : tidak terlihat tanda sinus paranasalis Discharge/pengeluaran dari hidung : berair/mukoid/purulen/bercampur

darah,dll : tidak ada Polip : tida ada polip Kondisi mukosa nasal : tidak terlihat lesi, tidak ada

pembengkakan,massa,perdarahan/epitaksis.5. Mulut dan tenggorokan Gigi geligi : ada karies Tonsil : tidak ada pembengkakan Membran mukosa mulut: Lidah : normal ( merah muda ) Gangguan bicara : tidak ada gangguan bicara Kesulitan menelan : klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan 6. Leher Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada Tekanan vena jugularis : ada peningkatan tekanan vena jugularis Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid7. Dada1. paru-paru

Inspeksi :- bentuk dada ( skoliosis/lordosis/kifosis/barrel cest,dll ) : normal- kesimetrisan : simetris dada kiri dan kanan- pengembagan dada : tidak normal (tidak simetris antara dada kiri dan

kanan- penggunaan otot bantu pernapasan: penggunaan cuping hidung -2. Frekuensi dan irama napas : 26 X/menit

27

Page 28: Tugas Kasus Kmb(Chf)

3. Jantung inspeksi

iktus kordis : tidak terlihat iktus kordis4. abdomen inspeksi

bentuk : 5. ekstremitas kesimetrisan ekstremitas : simetris kiri dan kanan tanda-tanda deformitas : tidak ada tanda-tanda deformitas tanda edema,massa atau pembengkakan : kedua kaki mengarah ke edema tanda memar,nyeri atau trauma lainnya : tidak terlihat tanda-tanda memar kesulitan bergerak dan kekakuan sendi : tidak ada6. genitourinaria dan anus : tidak terpasang kateter7. kulit :

Pola nutrisi

a. Berat badan/tinggi badan : 70 kg/160 cm

b. Jenis makanan yang biasa di konsumsi : klien mengatakan makanan yang

sering dimakan sehari-hari ( nasi, ikan, daging dan sayur)

c. Makanan yang disukai : daging ayam, daging sapi dan daging kambing

d. Makanan yang tidak disukai : klien mengatakan tidak ada makanan yang

tidak disukai

e. Makanan pantangan : klien mengatakan tidak ada makanan pantangan

f. Nafsu makan : berkurang, klien mengatakan bahwa dia tidak nafsu makan

g. Jenis diet : diet garam

h. Intake cairan : terpasang infus, minum air 6 gelas per hari

i. Perubahan berat badan dalam 3 bulan terakhir : klien mengatakan belum

pernah ditimbang

Pola eliminasi

1. BAB sebelum sakit

- frekuensi : 1x sehari pada pagi hari

- konsistensi : padat

- pengunaan pencahar : klien mengatakan mengunakan obat pencahar

melalui anus

- kolostomi / iliostomi : klien mengatakan tidak ada

- perubahan BAB saat sakit : klien mengatakan sudah 10 hari tidak BAB

28

Page 29: Tugas Kasus Kmb(Chf)

2. BAK sebelum sakit

- Frekuensi : pada malam hari frekuensi BAK klien > 4 kali sehari

- warna : kuning pekat

- bau : klien mengatakan kencingnya bau obat

- urine output : Tidak dikaji

- penggunaan kateter : klien tidak menggunakan kateter

- perubahan BAK saat sakit : pasien mengatakan bahwa dia sering

kencing pada malam hari

3. Pola tidur dan istirahat

- waktu tidur ( jam ) : klien mengatakan tidur pada malam hari jam 22.00

sampai jam 04.30. klien tidak pernah tidur siang

- lamanya tidur/per hari : 6 jam

- perubahan saat sakit: klien mengatakan selama sakit tidak bisa tidur

karena sesak nafas

4. Pola aktivitas dan latihan

- Kegiatan dalam pekerjaan : petani bersawah dan berkebun

- Kegiatan diwaktu luang : istirahat dirumah

- Perubahan saat sakit : klien mengatakan tidak bisa beraktivitas seperti

biasanya ( istirahat ditempat tidur) karena sesak

5. Pola pekerjaan

- Jenis pekerjaan : petani

- Jumlah jam kerja : 8 jam

- Jadwal kerja : pagi dari jam 07.00 sampai 03.00

I. Riwayat keluarga

Tidak dikaji

II. Riwayat lingkungan

- kebersihan : Tidak dikaji

III. Aspek psikososial

a. pola pikir dan persepsi

alat bantu yang digunakan : klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan

ataupun alat bantu pendengaran

kesulitan yang dialami : klien mengatakan sering pusing,sakit kepala dan

klien masih bisa membaca dan menulis

b. persepsi sendiri

29

Page 30: Tugas Kasus Kmb(Chf)

hal yang dipikirkan saat ini : klien mengatakan ingin capat pulang karena

semenjak dirawat tidak ada perubahan dengan sesaknya dan susah tidur

harapan setelah menjalani perawatan : klien mengatakan agar cepat sembuh

dan bisa pulang ke rumah

c. suasana hati : tidak tenang, khawatir dan cemas dengan penyakit yang dialami

Rentang perhatian : klien mengatakan ada perhatian dari menantu dan

saudaranya

d. Hubungan / komunikasi :

bicara masih jelas mampu mengekspresikan dan mampu mengerti orang

lain, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia

tempat tinggal : rumah sendiri dan tinggal sendiri

kehidupan keluarga :

o Adat istiadat yang di anut : adat jawa

o Pembuatan keputusan dalam keluarga : ia sendiri

o Pola komunikasi : baik

Keluhan dalam keluarga : tidak ada keluhan dengan menantu ,hubungan

dengan sanak saudara maupun hubungan perkawinan klien mengatakan

sudah lama cerai dengan istrinya.

e. Kebiasaan seksual

f. Pertahanan koping

- Pengambilan keputusan : anak tertuanya

- Yang ingin diubah dari kehidupan :

- Yang dilakukan jika stress : klien mengatakan jika sedang stress klien

menyelesaikan masalah penyebab stres.

g. Sistem nilai – kepercayaan

- Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan

- Tuhan,agama sangat penting untuk klien

- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan : sholat 5 waktu dan

pengajian

- Kegiatan agama selama dirumah sakit : tidak

h. Tingkat perkembangan ( usia dan karateristik ) : tahap perkembangan ke 6

( tahap usia dewasa tengah )

30

Page 31: Tugas Kasus Kmb(Chf)

IV. PENGKAJIAN FISIK

d) Tanda – tanda vital

TD : 160/90

FN : 104 X/mnt

FP : 26X/ mnt

Suhu : 36,5o C

e) Kepala

Bentuk : simetris, tidak ada benjolan

Keluhan yang berhubuuungggan dengan ( sakit/pusing kepala ) : sakit

kepala

Kebersihan rambut dan kulit kepala : bersih dan rambut mulai rontok

f) Mata

Bentuk / posisi mata : simetris kiri dan kanan

Konjungtiva : pucat

Sclera : berkabut

Reaksi terhadap cahaya : ada reaksi terhadap cahaya

Fungsi penglihatan : kabur

Kesan terhadap warna : klien mengatakan masih dapat membedakan warna

Lapang pandang : lapang pandang menurun

Tanda-tanda radang : tidak terdapat tanda – tanda radang

Pemeriksaan mata terakhir : katarak

Riwayat operasi : klien mengatakan tidak pernah melakukan operasi mata

Penggunaan kaca mata/lensa kontak : klien mengatakan tidak menggunakan

kaca mata/lensa kontak

g) Telinga

Kondisi meatus eksterna dan membrane timpani : bersih

Keluhan pendengaran: tidak ada keluhan

Penggunaan alat bantu dengar : klien mengatakan tidak menggunakan alat

bantu dengar

Kebersihan telinga : bersih

h) Hidung

Keluhan nyeri/gangguan penciuman ( anosmia ) : klien mengatakan tidak

ada nyeri maupun gangguan penciuman

Reaksi alergi : klien mengatakan tiak ada reaksi alergi

31

Page 32: Tugas Kasus Kmb(Chf)

Tanda sinus paranasalis : tidak terlihat tanda sinus paranasalis

Discharge/pengeluaran dari hidung : berair/mukoid/purulen/bercampur

darah,dll : tidak ada

Polip : tida ada polip

Kondisi mukosa nasal : tidak terlihat lesi, tidak ada

pembengkakan,massa,perdarahan/epitaksis.

i) Mulut dan tenggorokan

Gigi geligi : ada karies

Tonsil : tidak ada pembengkakan

Membran mukosa mulut:

Lidah : normal ( merah muda )

Gangguan bicara : tidak ada gangguan bicara

Kesulitan menelan : klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan

j) Leher

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

Tekanan vena jugularis : ada peningkatan tekanan vena jugularis

Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

k) Dada

1. paru-paru

Inspeksi :

- bentuk dada ( skoliosis/lordosis/kifosis/barrel cest,dll ) : normal

- kesimetrisan : simetris dada kiri dan kanan

- pengembagan dada : tidak normal (tidak simetris antara dada kiri

dan kanan

- penggunaan otot bantu pernapasan: penggunaan cuping hidung

8. Frekuensi dan irama napas : 26 X/menit

9. Jantung

inspeksi

ktus kordis : tidak terlihat iktus kordis

perkusi :

suara perkusi normal (pekak) : pekak

10. abdomen

inspeksi

bentuk :

32

Page 33: Tugas Kasus Kmb(Chf)

11. ekstremitas

kesimetrisan ekstremitas : simetris kiri dan kanan

tanda-tanda deformitas : tidak ada tanda-tanda deformitas

tanda edema,massa atau pembengkakan : kedua kaki mengarah ke

edema

tanda memar,nyeri atau trauma lainnya : tidak terlihat tanda-tanda

memar

kesulitan bergerak dan kekakuan sendi : tidak ada

12. genitourinaria dan anus : tidak terpasang kateter

13. kulit :

14. pemeriksaan penunjang : EKG

PENGOBATAN

1. Infus RL lini /12tpm

2. Injeksi forasemide 2 A/1 2jam/ IV

3. Digoxin 1X1

4. Forasemide tab 1-0-0

5. Ij capropin 3 X 25 gram

6.

33

Page 34: Tugas Kasus Kmb(Chf)

PATHWAY KASUS

Hipertensi

Peninkatan afterload

Curah jantung menurun

Beban kerja jantung

Hipertrofi ventrikel (mekanisme kompensasiUntuk meningkatkan kontraktilitas)

Mekanisme kompensasi terlampaui

34

Gagal Jantung

GAGAL POMPA VENTRIKEL KIRI

Forward failure Backward failure

Asidosis metabolik

Suplai darah ke jar↓

ATP↓

Metabolisme anaerob

fatigue

Intoleransi aktifitas

Suplai O2 ke otak↓

Renal flow ↓

aldosteron↑

↑RAA

ADH↑

Penurunan perfusi jaringan

sinkop

Tekanan vena pulmonal↑

↑LVED

Risiko tinggi kelebihan volume

Retensi Na +H2O

Beban Vent kanan↑

Edema paru

Tekanan kapiler paru↑

Hipertrophi ventrikel kanan

Gangguan pertukaran

Terdapat jarak (cairan ↑) antara alveolus-kapiler

Sesak pada saat baring

Gangguan pola tidur

Page 35: Tugas Kasus Kmb(Chf)

ANALISA DATA

No Data Masaalah

1. Ds: klien mengeluh sesak napas, dan sesaknya

akan bertambah jika klien berbaring

Do:

pada saat dikaji, klien beristirahat

dalam posisi duduk

klien menggunakan alat bantu

pernapasan (cuping hidung)

TTV

TD : 160/90

FN : 104 X/mnt

FP : 26X/ mnt

Suhu : 36,5o C

Gangguan pertukaran gas

2. Ds: klien mengatakan bahwa ia sering

kencing pada malam hari

Do:

Kedua tungkai mengarah ke edema

TTV

TD : 160/90

FN : 104 X/mnt

FP : 26X/ mnt

Suhu : 36,5o C

Resiko tinggi kelebihan volume

cairan

3. Ds: klien mengatakan susah tidur karena

sesak

Do: TTV

TD : 160/90

FN : 104 X/mnt

FP : 26X/ mnt

Suhu : 36,5o C

Gangguan pola tidur

4. Ds: klien mengatakn lemah

Do:

aktivitas klien di bantu oleh keluarga,

Intoleransi aktivitas

35

Page 36: Tugas Kasus Kmb(Chf)

klien hanya bisa istirahat di tempat tidur

TTV

TD : 160/90

FN : 104 X/mnt

FP : 26X/ mnt

Suhu : 36,5o C

DIAGNOSA KEPERAWATAN

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan cairan pada paru

3) Resiko Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium

4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas pada saat bebaring

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

RENCANA KEPERAWATAN

1. Dx.1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan

cairan pada paru

Tujuan: gangguan pertukaran gas akan terkurangi

Kriteria hasil

Dispnea pada saat istirahat dan aktivitas tidak ada

Gelisah, sianosis, dan keletihan tidak ada

PaO2, PaCO2, Ph arteri dan saturasi O2 dalam batas normal

Intervensi

Kaji bunyi paru, frekuensi napas, kedalaman, dan usaha

Pantau saturasi O2 dengan oksimeter nadi

Pantau status mental (misalnya, tingkat kesadaran, gelisah dan konfusi)

Observasi terhadap sianosis terutama membran mukosa mulut

Ajarkan kepada pasien tekhnik bernapas dan relaksasi

Ajarkan batuk secara efektiv

Atur posisi untuk memaksimalkan potensial ventilasi

Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang perencanaan perawatan dirumah,

misalnya pengobatan, aktivitas, alat-alat bantu, tanda dan gejala yang perlu

dilaporkan

36

Page 37: Tugas Kasus Kmb(Chf)

Berikan obat yang diresepkan (misalnya, natrium bikarbonat) untuk

mempertahankan asam basa

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas pada saat

bebaring

Tujuan: jumlah jam tidur tidak terganggu, tidak ada masalah dengan pola, kualitas, dan

rutinitas tidur

Kriteria Hasil:

Perasaan segar setelah tidur atau istirahat

Terjaga dengan waktu yang sesuai

Intervensi

Pantau pola tidur pasien, dan catat hubungan faktor-faktor fisik atau faktor-faktor

psikologis yang dapat berpengaruh pada gangguan pola tidur

Hindari suara keras dan penggunaan lampu saat tidur malam, berikan lingkungan

yang tenang, damai dan minimalkan gangguan

Atur posisi untuk meminimalkan sesak (misalnya tidur dengan posisi duduk)

Kelompokan aktivitas perawatan untuk meminimalkan tindakan yang dapat

membangunkan

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

Tujuan: klien dapat mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukan dengan

daya tahan, penghematan energi, dan perawatan diri

Kriteria hasil:

Klien dapat menyeimbangkan aktivitas dan istirahat

Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas

Intervensi

Tentukan penyebab keletihan

Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (misalnya, takikardi, dispnea,

diaforesis, pucat, dll)

Pantau respon oksigen pasien

Ajarkan tentang pengaturan aktivitasdan tekhnik manajemen waktu untuk

mencegah kelelahan

Hindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat

37

Page 38: Tugas Kasus Kmb(Chf)

Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik untuk merencanakan dan

memantau program aktivitas, sesuai dengan kebutuhan.

4. Resiko Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium

Tujuan: kelebihan cairan akan terkurangi

Kriteria hasil:

Tidak ad asites, distensi vena leher, dan edema perifer

Berat badan stabil

Tidak ada bunyi napas tambahan

Intervensi

Tentukan lokasi, dan derajat edema perifer, sakral, dan preorbital pada skala 1+

sampai 4+

kaji edema ekstermitas, atau bagian tubuh terhadap gangguan sirkulasi dan

integritas kulit

pantau secara teratur lingkar abdomen atau tungkai bawah

tinggikan ekstermitas untuk meningkatkan aliran darah balik vena

konsultasikan kedokter jika tanda dan gejala kelebihan volume cairan muncul atau

memburuk

berikan diuretik sesuai keperluan

38

Page 39: Tugas Kasus Kmb(Chf)

DAFTAR PUSTAKAA

Brunner & Suddarth (2002), Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8, Vol 3, Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC

Price, A Sylvia & kawan-kawan (1995), Pato Fisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Edisi 4, Buku 2, Jakarta : EGC

Wilkinson M. Judith, buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC, jakarta : EGC

39