uap chf simat

Upload: dian-safitri

Post on 07-Apr-2018

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    1/67

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung

    kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden

    dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun

    pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung

    berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan

    perawatan ulang di rumah sakit (Read mission) meskipun pengobatan rawat jalan telah

    diberikan secara optimal. Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia)

    karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF merupakan penyebab tersering

    lansia dirawat di rumah sakit. Sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. Pada

    umumnya CHF diderita lansia yang berusia 50 tahun, insiden ini karena terus bertambah

    setiap tahun pada lansia berusia di atas 50 tahun. Menurut penelitian sebagian besar

    lansia yang didiagnosis CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun.

    Dari hasil pencatatan dari bulan Mei 2009 sampai dengan bulan Juli 2009 di lantai VI

    perawatan umum RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad tercatat bahwa jumlah pasien yang

    dirawat sebanyak 60 orang dengan kasus CHF sebanyak 15 orang dengan persentas

    25%. Banyak permasalahan yang dapat terjadi pada pasien dengan CHF akibat

    ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh dimana pasien merasa

    1

    1

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    2/67

    lelah bila beraktifitas dan juga merasa nafas sesak sehingga masalah yang muncul antara

    lain penurunan curah jantung, risiko gangguan pertukaran gas, intoleransi aktifitas,

    risiko infeksi.

    Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan peran perawat dalam

    memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan standar-standar praktek

    keperawatan baik dilihat dari aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Aspek

    promotif dimana perawat memberikan perawatan untuk mencegah komplikasi lebih

    lanjut, aspek kuratif dimana perawat memberikan pengobatan yang sesuai dengan

    penyakit yang diderita klien agar tidak terhadi kegawatan dengan menganjurkan klien

    untuk mengurangi aktifitas. Melihat begitu banyaknya masalah keperawatan yang

    dialami oleh klien dengan CHF, maka penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan

    keperawatan pada klien CHF dengan menggunakan proses keperawatan.

    B. Tujuan Penulisan

    1. Tujuan Umum

    Adapun tujuan umum penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk mendapatkan

    pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Gagal

    Jantung Kongestif dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

    2. Tujuan Khusus

    Tujuan khusus dari pembuatan makalah ilmiah ini adalah agar penulis mampu :

    a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Congestive Hearth Failure (CHF)

    2

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    3/67

    b. Menganalisa data yang ditemukan pada klien dengan Congestive Hearth Failure

    (CHF)

    c. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan Congestive Hearth Failure

    (CHF)

    d. Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun pada klien dengan

    Congestive Hearth Failure (CHF)

    e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan Congestive Hearth Failure

    (CHF)

    f. Membuat pendokumentasian pada klien dengan Congestive Hearth Failure

    (CHF)

    g. Mengidentifikasi adanya kesenjangan asuhan keperawatan antara teori dengan

    kasus serta justifikasinya.

    h. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat serta alternatif

    penyelesaiannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada setiap langkah

    proses keperawatan.

    C. Ruang Lingkup

    Penulisan makalah ini membahas asuhan keperawatan pada Tn.A dengan Congestive

    Hearth Failure (CHF) yang dirawat di lantai VI Perawatan Umum RSPAD Gatot

    Soebroto Ditkesad yang dilaksanakan selama tiga hari mulai tanggal 27 Juli 2009

    sampai dengan 30 Juli 2009.

    D. Metode Penulisan

    3

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    4/67

    Metoda yang digunakan penulis dalam penyelesaian makalah ilmiah ini adalah metode

    deskriptif tipe:

    1. Studi kasus dimana penulis mengambil satu kasus dengan

    Congestive Hearth Failure (CHF), dan diberikan asuhan

    keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses

    keperawatan. Dalam pengumpulan data, teknik yang

    digunakan dengan cara wawancara, observasi dan

    pemeriksaan fisik pada klien. Sumber data yang digunakan

    adalah data primer yang diperoleh langsung dari klien,

    data sekunder yang diperoleh dari keluarga, dan data

    tersier yang diperoleh dari tenaga kesehatan lain,

    dokumentasi catatan keperawatan dan hasil pemeriksaan

    penunjang lainnya.

    2. Studi kepustakaan, yaitu mempelajari buku sumber yang

    berhubungan dengan asuhan keperawatan yang diberikan

    pada klien dengan Congestive Hearth Failure (CHF).

    E. Sistematika Penulisan

    Adapun sistematika penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari lima bab yang meliputi :

    Bab satu : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang

    lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua : Tinjauan teori yang

    terdiri dari pengertian, patofisiologi, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa

    keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab tiga : Tinjauan kasus terdiri

    4

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    5/67

    dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab

    empat : Pembahasan yang di mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

    perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab lima : Penutup yang terdiri dari kesimpulan

    dan saran.

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Pengertian

    Gagal Jantung adalah suatu keadaan ketidakmampuan untuk memompakan

    darah ke seluruh tubuh sesuai dengan kebutuhan metabolisme. (National Cardiovaskuler

    Harkit, 2001)

    Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan

    akan oksigen dan nutrisi . (Smeltzer, 2001).

    Gagal Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan sirkulasi yang

    adekuat, ditandai dengan dispneu, dilatasi vena dan edema. (Kamus Kedokteran

    Dorland, 1998)

    5

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    6/67

    Gagal Jantung adalah gagal jantung kiri dan kananyang mengakibatkan

    ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

    jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik (Doengoes, 2000).

    Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Gagal Jantung

    adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh tubuh sesuai

    dengan kebutuhan untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat.

    B. Patofisiologi

    Adanya peningkatan frekwensi jantung, distensi, hipertropi dan peningkatan isi

    sekuncup akan mempengaruhi simpati pada jantung. Arteri dan vena ini akan

    mengakibatkan peningkatan frekwensi jantung, peningkatan aliran balik vena dan

    peningkatan kekuatan kontraksi bila terkompensasi. Tekanan darah akan normal, bila

    tidak tubuh akan mengalami kekurangan oksigen yang mana kebutuhan oksigen akan

    meningkat dan adanya peningkatan kontraksi oleh jantung ini akan meningkat. Ini akan

    mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, usus dan kulit menurun dan akan

    mengakibatkan asidosis tingkat jaringan begitu juga dengan otak bila aliran oksigen ke

    otak. Otak akan mengalami asidosis tingkat jaringan lalu akan terjadi iskemia pada

    miokard kemudian terjadi penurunan curah jantung.

    Dari penurunan aliran ke ginjal, usus dan kulit bisa juga mengakibatkan penurunan

    haluaran urin, letargi dikulit dingin dan sianosis semua iti terjadi karena adanya tekanan

    dari natrium dan H2O akan mengakibatkan peningkatan volume darah sirkulasi dan

    6

    5

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    7/67

    peningkatan balik vena. Bisa juga kelebihan kemampuan memompa yang akan

    mengakibatkan kongesti vaskuler pulmonal.

    Berdasarkan hubungan antara aktivitas tubuh dengan keluhan dekompensasi,

    New York Health Association membagi, Gagal Jantung terdiri atas 4 (empat) kelas

    fungsional, yaitu :

    1. Kelas I : Pasien dengan penyakit jantung tetapi tidak memiliki keluhan pada

    kegiatan sehari-hari.

    2. Kelas II : Pasien dengan penyakit jantung yang menimbulkan hambatan aktivitas

    hanya sedikit, akan tetapi jika ada kegiatan berlebih akan menimbulkan capek,

    berdebar, sesak serta angina.

    3. Kelas III : Pasien dengan penyakit jantung dimana aktivitas jasmani sangat

    terbatas dan hanya merasa sehat jika beristirahat.

    4. Kelas IV : Pasien dengan penyakit jantung yang sedikit saja bergerak langsung

    menimbulkan sesak nafas atau istirahat juga menimbulkan sesak nafas.

    C. Penatalaksanaan

    Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai

    aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan harapan

    hidupnya. Pendekatannya dilakukan melalui tiga segim yaitu mengobati penyakit

    penyebab gagal jantung, menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal

    jantung dan mengobati gagal jantung.

    1. Mengobati penyebab gagal jantung

    a. Pembedahan bisa dilakukan untuk :

    7

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    8/67

    1) Memperbaiki penyempitan atau kebocoran pada katup jantung

    2) Memperbaiki hubungan abnormal diantara ruang-ruang jantung

    3) Memperbaiki penyumbatan arteri koroner

    b. Pemberian antibiotic untuk mengatasi infeksi

    c. Kombinasi obat-obatan, pembedahan dan terapi penyinaran terhadap kelenjar

    tiroid yang terlalu aktif.

    d. Pemberian obat anti hipertensi.

    2. Menghilangkan faktor yang memperburuk gagal jantung

    Merokok, garam, kelebihan berat badan dan alkohol akan memperburuk gagal jantung.

    Dianjurkan untuk berhenti merokok, melakukan perubahan pola makan, berhenti minum

    alcohol atau melakukan olahraga secara teratur untuk memperbaiki kondisi tubuh secara

    keseluruhan. Untuk penderita gagal jantung berat, tirah baring selama beberapa hari

    merupakan bagian penting dari pengobatan. Penggunaan garam berlebihan dalam

    makanan sehari-hari bisa menyebabkan penimbunan cairan yang akan menghalangi

    pengobatan medis. Penderita gagal jantung yang berat biasanya akan mendapatkan

    keterangan terperinci mengenai jumlah asupan garam yang masih diperbolehkan.

    Kenaikan lebih dari 1 kg/hari hampir dapat dipastikan disebabkan oleh penimbunan

    cairan. Penambahan berat badan yang cepat dan terus menerus merupakan petunjuk dari

    memburuknya gagal jantung. Karena itu penderita diharuskan menimbang berat badan

    setepat mungkin setiap hari, terutama pada pagi hari, setelah berkemih dan sebelum

    sarapan

    8

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    9/67

    Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan gagal jantung berdasarkan

    4 (empat) kelas fungsional gagal jantung menurut New York Health Association, yaitu :

    1. Kelas I : Non Farmakologis (istirahat, Diit Rendah Garam, menjaga BB ideal,

    manajemen stres).

    2. Kelas II, III : Diuretik, Digitalis, ACE Inhibitor, vasodilator, kombinasi diuretik

    digitalis yang cukup memadai.

    3. Kelas IV : Kombinasi diuretic digitalis, ACE inhibitor seumur hidup.

    Obat-obatan lain yang dapat diberikan pada pasien dengan gagal jantung adalah aspirin,

    antikoagulan, antagonis beta adrenoreseptor, agonis reseptor dopamine. Pemberian

    morfin dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan yang biasanya menyertai edema

    pulmoner akut, mengurangi laju pernafasan, memperlambat denyut jantung dan

    mengurangi beban jantung.

    3. Penatalaksanaan diit

    Pada pasien dengan gagal jantung penatalaksanaan diitnya adalah untuk mengurangi

    risiko hipokalemia, maka klien yang mendapat pengobatan diuretik harus diberi

    tambahan kalium (kalium klorida), seperti pisang, jus jeruk, plum kering, kismis,

    aprikot, kurma, persik dan bayam.

    D. Pengkajian

    Pengkajian pada pasien dengan gagal jantung menurut Doengoes (1999), yaitu :

    1. Aktivitas / Istirahat

    9

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    10/67

    Gejala : keletihan / kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan

    aktivitas, dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga.

    Tanda : Gelisah, perubahan status mental, mis : letargi, tanda vital berubah pada

    aktivitas.

    2. Sirkulasi

    Gejala : Riwayat hipertensi, MCI akut, episode GJK(Gagal Jantung Kongestive)

    sebelumnya, penyakit katup jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septic.

    Tanda : TD mungkin rendah (gagal pemompaan), normal (GJK ringan atau kronis), atau

    tinggi (kelebihan beban cairan). Nadi, mungkin sempit, menunjukkan penurunan volume

    sekuncup. Frekuensi jantung : takikardia (gagal jantung kiri). Irama jantung : Disritmia,

    mis : fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel premature/takikardia, blok jantung. Nadi apical

    : PMI mungkin menyebar dan berubah posisi secara inferior ke kiri. Murmur sistolik dan

    diastolic dapat menandakan adanya stenosis katup atau insufisiensi. Nadi perifer

    berkurang, perubahan dalam kekuatan denyutan dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat,

    mis: nadi jugularis, karotis, abdominal terlihat. Warna : kebiruan, pucat, abu-abu,

    sianotik. Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat. Hepar :

    Pembesaran/dapat teraba, refleks hepatojugularis. Bunyi napas : krekels, ronki. Edema

    mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada ekstremitas.

    3. Integritas Ego

    Gejala : Ansietas, kuatir, takut. Stress yang berhubungan dengan penyakit/keprihatinan

    finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)

    Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misal ansietas, marah, ketakutan, mudah

    tersinggung.

    4. Eliminasi

    10

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    11/67

    Gejala : Penurunan berkemih, urine berwarna gelap. Berkemih malam hari (nokturia).

    Diare/konstipasi.

    5. Makanan / Cairan

    Gejala : Kehilangan nafsu makan. Mual/muntah. Penambahan berat badan signifikan.

    Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Pakaian/sepatu terasa sesak. Diet tinggi

    garam/makanan yang telah diproses, lemak, gula, dan kafein. Penggunaan diuretik.

    Tanda : Penambahan berat badan cepat. Distensi abdomen (ansites), edema (umum,

    dependen, tekanan, pitting).

    6. Hygiene

    Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.

    Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.

    7. Neurosensori

    Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.

    Tanda : Letargi, kusut pikir, disorientasi. Perubahan perilaku, mudah tersinggung.

    8. Nyeri / Kenyamanan

    Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis. Nyeri abdomen kanan atas. Sakit pada otot.

    Tanda : Tidak tenang, gelisah. Fokus menyempit (menarik diri). Perilaku melindungi

    diri.

    9. Pernapasan

    Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa bantal. Batuk

    dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat penyakit paru kronis. Penggunaan bantuan

    pernapasan, mis : oksigen atau medikasi.

    11

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    12/67

    Tanda : Pernapasan : takipnea, napas dangkal, pernapasan labored, penggunaan otot

    aksesori penapasan. Batuk : kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus

    menerus dengan/tanpa pembentukan sputum. Sputum : mungkin bersemu darah, merah

    muda/berbuih (edema pulmonal). Bunyi napas : mungkin tidak terdengar, dengan

    krakels basilar dan mengi. Fungsi mental : mungkin menurun, letargi, kegelisahan.

    Warna kulit : pucat atau sianosis.

    10. Keamanan

    Gejala : Perubahan dalam fungsi mental. Kehilangan kekuatan/tonus otot. Kulit lecet.

    11. Interaksi Sosial

    Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan

    12. Pembelajaran / Pengajaran

    Gejala : Menggunakan/lupa menggunakan obat jantung, misal : penyekat saluran

    kalsium.

    Tanda : Bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan

    13. Pemeriksaan Diagnostik

    a. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis, iskemia dan

    kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia, mis : takikardia, fibrilasi atrial,

    mungkin sering terdapat KVP. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau

    lebih setelah infark miokard menunjukkan adanya aneurisma ventrikuler (dapat

    menyebabkan gagal/disfungsi jantung).

    b. Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram dopple) : dapat menunjukkan

    perbesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup, atau area penurunan

    kontraktilitas ventrikular.

    12

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    13/67

    c. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan

    dinding.

    d. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu

    membedakan gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosis katup atau

    insufisiensi, juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan

    kedalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan

    kontraktilitas.

    e. Rontgen dada : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, bayangan

    mencerminkan dilatasi/hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah

    mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal.

    f. Enzim hepar : meningkat dalam gagal/kongesti hepar.

    g. Elektrolit : Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi

    ginjal, terapi diuretik.

    h. Oksimetri nadi : saturasi oksigen mungkin rendah, mungkin rendah, terutama

    jika GJK akut akan memperburuk PPOM atau GJK kronis.

    i. AGD : gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini)

    atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2(akhir)

    j. BUN, kreatinin : peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal.

    Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

    k. Albumin/transferin serum : mungkin menurun sebagai akibat penurunan

    masukan protein atau penurunan sintesis protein dalam hepar yang mengalami

    kongesti.

    13

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    14/67

    l. HSD : mungkin menunjukkan anemia, polisitemia, atau perubahan kepekatan

    menandakan retensi air. SDP mungkin meningkat, mencerminkan MI baru/akut,

    perikarditis, atau status inflamasi atau infeksius lain.

    m. Kecepatan sedimentasi (ESR) : mungkin meningkat, menandakan reaksi

    inflamasi akut.

    n. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas

    tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung kongetive.

    E. Diagnosa Keperawatan

    Setelah data dikumpulkan dilanjutkan dengan analisa data untuk menentukan diagnosa

    keperawatan. Menurut Doenges (2002) diagnosa keperawatan pada klien dengan CHF

    adalah sebagai berikut :

    1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

    miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik,

    Perubahan structural.

    2. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung

    3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai okigen

    dengan kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi.

    4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju

    filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH

    dan retensi natrium/air.

    5. Risiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu

    makan menurun dan intake kurang

    14

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    15/67

    6. Risiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

    kapiler-alveolus.

    7. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah

    baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.

    8. Risiko kambuh berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai perawatan gagal

    jantung

    9. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan tentang

    penyakit serta penanganan yang akan didapatkan.

    10. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program

    pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang

    hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.

    F. Perencanaan

    Setelah diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan menyusun perencanaan

    untuk masing-masing diagnosa yang meliputi prioritas diagnosa keperawatan, penetapan

    tujuan dan kriteria evaluasi sebagai berikut :

    1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

    miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi

    listrik, Perubahan structural.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penurunan curah jantung

    dapat teratasi.

    Kriteria hasil : Klien akan menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima

    (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , melaporkan penurunan

    15

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    16/67

    epiode dispnea, angina, ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.

    Intervensi : a. Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, irama jantung. b. Catat bunyi

    jantung. c. Palpasi nadi perifer. d. Pantau TD. e. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.

    f. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi.

    g. Berikan obat sesuai indikasi (diuretik, vasodilator, captopril, morfin sulfat, sedatif,

    antikoagulan. h. Pemberian cairan IV, pemberian jumlah total sesuai indikasi, hindari

    cairan garam. i. Pantau/ganti elektrolit. j. Pantau seri EKG dan perubahan seri foto dada.

    k. Pantau pemeriksaan laboratorium (BUN, kreatinin, pemeriksaan fungsi hati,

    PT/APTT. l. Siapkan untuk insersi/mempertahankan alat pacu jantung, bila

    diindikasikan. m. Siapkan pembedahan sesuai indikasi.

    2. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah

    jantung

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penurunan perfusi

    jaringan dapat teratasi.

    Kriteria hasil : klien dapat menunjukkan tanda-tanda kulit hangat dan kering, dan

    memperlihatkan perbaikan status mental

    Intervensi : a. Ukur tanda vital per 8 jam. b. Kaji status mental klien secara teratur.

    c. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer dan diaforesis secara teratur. d. Kaji

    kualitas peristaltik k/p pasang sonde. e. Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan

    atas. f. Pantau hasil lab : Hb, Ht, BUN.

    16

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    17/67

    3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

    okigen dengan kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring

    lama/immobilisasi.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat mentoleransi

    aktifitas.

    Kriteria hasil : Klien akan Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi

    perawatan diri sendiri, mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,

    dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.

    Intervensi : a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila

    klien menggunakan vasodilator, diuretic dan penyekat beta. b. Catat respons

    kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan

    pucat. c. Kaji presipitator/penyebab kelemahan. d. Evaluasi peningkatan intoleran

    aktivitas. e. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.

    f. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas.

    4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi

    glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan

    retensi natrium/air.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kelebihan volume cairan

    dapat teratasi.

    Kriteria hasil : Klien akan mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan

    keseimbangan masukan dan pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam

    rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema., menyatakan

    pemahaman tentang pembatasan cairan individual.

    17

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    18/67

    Intervensi : a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis

    terjadi. b. Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.

    c. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.

    d. Timbang BB setiap hari. e. Pantau TD dan CVP (bila ada). f. Kaji bising usus. Catat

    keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi. g. Ukur lingkar abdomen

    seuai indikasi. h. Palpasi hepatomegali. i. Pemberian obat sesuai indikasi (Diuretik,

    Tiazid, tambahan kalium). j. Pertahankan cairan/pembatasan natrium sesuai indikasi.

    (11) Konsul dengan ahli diet. k. Pantau foto torak.

    5. Risiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan nafsu makan menurun dan intake kurang.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi kurang

    dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.

    Kriteria hasil : klien dapat menunjukkan tanda-tanda mau makan, tidak terdapat mual

    ataupun muntah, porsi makanan yang disediakan habis

    Intervensi : a. Jelaskan tentang manfaat makan bila dikaitkan dengan kondisi klien saat

    ini. b. Anjurkan agar klien makan makanan yang disediakan di RS. c. Beri makanan

    dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diit TKTP RG.

    6. Risiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

    membran kapiler-alveolus.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan pertukaran gas

    tidak terjadi.

    18

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    19/67

    Kriteria hasil : Klien akan mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi adekuat pada

    jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress

    pernapasan., berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi.

    Intervensi : a. Pantau bunyi nafas, catat krekles. b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif,

    nafas dalam. c. Dorong perubahan posisi. d. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri

    GDA, nadi oksimetri. e. Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi

    7. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah

    baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit

    tidak terjadi.

    Kriteria Hasil : Klien akan mempertahankan integritas kulit, mendemonstrasikan

    perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.

    Intervensi : a. Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya

    terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus. b. Pijat area kemerahan atau yang

    memutih. c. Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak

    pasif/aktif. d. Berikan perawatan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.

    e. Hindari obat intramuskuler.

    8. Risiko kambuh berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai perawatan

    gagal jantung

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penyakit klien tidak

    kambuh.

    19

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    20/67

    Kriteria hasil : Klien dapat menjelaskan fungsi normal jantung, manfaat diet rendah

    garam, rendah lemak dan mempertahankan berat badan yang ideal, dapat memeriksa diri

    bila ada tanda-tanda kambuh. Keluarga dan klien dapat mengerti dan memahami faktor-

    faktor yang dapat meningkatkan resiko kambuh dan dapat memanfaatkan sarana

    kesehatan yang ada di masyarakat.

    Intervensi : a. Diskusikan mengenai fungsi normal jantung. b. Jelaskan manfaat diet

    rendah garam, rendah lemak dan mempertahankan berat badan yang ideal. c. Jelaskan

    kepada klien dan keluarga mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko

    kambuh. d. Jelaskan untuk memeriksa diri bila ada tanda-tanda kambuh. e. Saran kepada

    keluarga untuk memanfaatkan sarana kesehatan di masyarakat.

    9. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan

    tentang penyakit serta penanganan yang akan didapatkan.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cemas teratasi

    Kriteria hasil : klien menunjukkan tampak rileks, melaporkan cemas berkurang sampai

    tingkat yang dapat diatasi, mendemonstrasikan kemampuan mengatasi masalah dan

    menggunakan sumber-sumber secara efektif.

    Intervensi : a. Kaji tanda dan ekspresi verbal kecemasan. b. Temani klien saat periode

    cemas. c. Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktifitas yang diharapkan.

    d. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan cemasnya. e. Lakukan pendekatan

    dan komunikasi. f. Berikan penjelasan tentang penyakit, penyebab dan penanganannya.

    g. Kolaborasi pemberian obat anti cemas.

    20

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    21/67

    10. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program

    pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi

    tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan mengenai

    kondisi dan program pengobatan bertambah.

    Kriteria hasil : Klien akan : a. Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan

    episode berulang dan mencegah komplikasi. b. Mengidentifikasi stress pribadi/faktor

    resiko dan beberapa teknik untuk menangani. c. Melakukan perubahan pola

    hidup/perilaku yang perlu.

    Intervensi : a. Diskusikan fungsi jantung normal. b. Kuatkan rasional pengobatan.

    c. Anjurkan makanan diet pada pagi hari. d. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok

    pendukung suatu indikasi.

    G. Pelaksanaan

    Pelaksanaan menurut Tim Departemen Kesehatan RI, (1994) dan Patricia A. Potter,

    (2005). Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah

    ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Tindakan

    keperawatan tersebut dilaksanakan sebagian oleh pasien itu sendiri, oleh perawat secara

    mandiri atau mungkin bekerja sama dengan tim kesehatan lain misalnya, ahli gizi dan

    fisiotherapist. Hal ini sangat tergantung jenis tindakan, kemampuan / keterampilan,

    pasien serta tenaga perawat itu sendiri.

    Proses pelaksanaan dari keperawatan mempunyai lima tahap, yaitu:

    21

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    22/67

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    23/67

    yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat serta lingkungan fisik dimana harus

    dilakukan.

    H. Evaluasi

    Evaluasi menurut Patricia A. Potter, (2005). Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian

    tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Langkah-langkah evaluasi terdiri

    dari pengumpulan data-data perkembangan pasien, menafsirkan (menginterprestasikan)

    perkembangan pasien, membandingkan data keadaan sebelum dan sesudah dilakukan

    tindakan dengan kriteria pencapaian tujuan yang ada telah ditetapkan, mengukur dan

    membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang berlaku.

    a. Tujuan tercapai, tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan

    perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan

    kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

    b. Tujuan tercapai sebagian, tujuan tercapai sebagian adalah bila

    pasien menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan

    hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah

    ditetapkan

    c. Tujuan sama sekali tidak tercapai, jika pasien menunjukkan

    perubahan perilaku perkembangan kesehatan atau bahkan

    timbul masalah baru.

    Evaluasi dari revisi rencana perawatan dan berfikir kritis, sejalan dengan telah di

    evaluasinya tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat sesuai dengan

    keperluan. Setelah melakukan evaluasi keperawatan tahap selanjutnya adalah mencatat

    hasil tindakan keperawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bukti jadi

    23

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    24/67

    pelaksanaan keperawatan yang menggunakan metode pendekatan proses keperawatan

    dan catatan respon klien terhadap tindakan medis, tindakan keperawatan atau reaksi

    klien terhadap penyakitnya.

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

    24

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    25/67

    Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada salah seorang

    klien yang dirawat diruang perawatan umum lantai VI RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.

    Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien tersebut pendekatan yang digunakan

    adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

    perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

    A. Pengkajian

    Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Juli 2009 pada klien dengan diagnosa medik

    gagal jantung dilantai VI Perawatan Umum RSPAD Gatot Soebroto Dikesad. Klien

    masuk perawatan tanggal 24 Juli 2009 dengan nomor register 33-37-89, dan diperoleh

    data sebagai berikut.

    1. Identitas Klien

    Klien bernama Tn. A, jenis kelamin laki-laki, usia 66 tahun, menikah, beragama islam,

    suku bangsa Betawi, pendidikan SMP, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia,

    pekejaan Pensiunan PNS, klien tinggal di Kampung Tengah Rt.07/Rw 01 Jakarta Timur.

    2. Riwayat Keperawatan

    a. Riwayat kesehatan sekarang

    25

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    26/67

    Keluhan utama saat ini adalah klien mengatakan sesak bila beraktivitasi. Faktor pencetus

    Bila klien melakukan aktivitas, timbulnya keluhan mendadak, lamanya sejak empat hari

    yang lalu, upaya mengatasinya dengan istirahat dan minum obat..

    b. Riwayat kesehatan masa lalu

    Klien mengatakan tidak mempunyai alergi obat, makanan, binatang, dan lingkungan,

    klien tidak mempunyai riwayat kecelakaan, klien tidak pernah di rawat di RS

    sebelumnya, klien menggunakan obat-obatan jantung

    c. Riwayat kesehatan keluarga / genogram

    Berdasarkan genogram diatas, tidak ditemukan faktor penyakit keturunan yang dapat

    mempengaruhi klien seperti hipertensi, diabetes melitus, asma.

    66 th

    61th 59th 56th

    35th 28th

    Hipertensi

    26

    Ket :

    : meninggal

    : laki-laki

    : perempuan

    : klien

    : tinggal satu rumah

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    27/67

    d. Riwayat psikososial dan spiritual

    Klien mengatakan orang yang terdekat dengan klien adalah istri dan anak klien, interaksi

    dalam keluarga baik, pembuat keputusan dalam keluarga adalah klien dan istri klien.

    Klien mengatakan mengikuti kegiatan masyarakat seperti arisan. Dampak penyakit klien

    tehadap keluarga adalah keluarga sangat khawatir dengan keadaan klien saat ini.

    Masalah yang mempengaruhi klien yaitu klien ingin cepat pulang dari perawatan.

    Mekanisme koping terhadap stress dengan jalan-jalan. Persepsi klien terhadap

    penyakitnya, hal yang dipikirkan klien saat ini adalah ingin penyakitnya cepat-cepat

    sembuh. Harapan klien setelah menjalani perawatan, klien mengatakan ingin cepat

    kembali berkumpul dengan keluarga dirumah. Perubahan yang dirasakan setelah jatuh

    sakit, klien mengatakan badan klien merasa lemas, cepat capek, suka sesak tiba-tiba.

    Tidak ada nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan, aktivitas agama / kepercayaan

    yang dilakukan adalah sholat lima waktu.

    e. Kondisi lingkungan rumah

    Klien tinggal di perumahan, dekat dengan jalan raya, ventilasi rumah cukup,bebas dari

    asap pabrik.

    f. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum sakit dan dirumah sakit.

    1) Pola nutrisi: sebelum sakit klien makan 3 x/hari, nafsu

    makan baik, tidak ada mual dan muntah, porsi makan 1

    piring. Klien tidak menyukai makanan sate kambing

    karena akan mengakibatkan badannya terasa panas, tidak

    ada makanan yang membuat alergi, tidak ada makanan

    pantangan, tidak ada makanan diet, dan tidak ada

    penggunaan obat-obatan sebelum makan, tidak ada

    27

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    28/67

    penggunaan alat bantu (NGT). Saat dirumah sakit klien

    makan 3 x/hari, kilen mengatakan nafsu makan baik, tidak

    ada mual ataupun muntah, porsi makan yang dihabiskan 1

    porsi, tidak ada makanan yang tidak disukai, tidak ada

    alergi dan pantangan, klien makan dengan diet rendah

    lemak, tidak menggunakan obat sebelum makan, tidak

    menggunakan alat bantu (NGT).

    2) Pola Eliminasi: BAK, sebelum sakit frekuensi BAK 6-7

    x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan, tidak

    menggunakan alat bantu (kateter), BAB, sebelum sakit

    frekuensi BAB 1 x/hari, waktu tidak tentu, warna kuning,

    konsistensi setengah padat, tidak ada keluhan tidak

    menggunakan laxatif. Saat dirumah sakit frekuensi BAK

    8-10x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan dan

    penggunaan alat bantu (kateter), frekuensi BAB 1 x/hari,

    warna kuning, konsistensi setengah padat, tidak ada

    keluhan dan tidak ada penggunaan laxatif.

    3) Pola Personal Hygiene.

    a) Mandi. Sebelum sakit frekuensi mandi 2 x/hari, pagi dan sore. Saat di rumah

    sakit klien mandi 2x/hari, saat pagi dan sore hari.

    b) Oral hygiene. Sebelum sakit frekuensi oral hygiene klien 3x/hari, pagi, sore, dan

    malam hari, saat di rumah sakit klien 2x/hari sikat gigi, pagi dan sore hari.

    c) Cuci rambut. Sebelum sakit frekuensi cuci rambut klien 2x/minggu

    menggunakan shampoo. Rambut tampak bersih.

    28

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    29/67

    4) Pola istirahat dan tidur. Sebelum sakit lama tidur siang

    klien 1-2 jam /hari, lama tidur malam 8-9 jam / hari,

    kebiasaan sebelum tidur berdoa. Saat di rumah sakit lama

    tidur siang klien 30 menit sampai 1 jam / hari, lama tidur

    malam 3-4 jam / hari dan sering terbangun karena sesak

    5) Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit klien bekerja

    pada pagi hari, suka berolahraga lari, 2-3 x / minggu,

    keluhan saat beraktivitas cepat lelah dan nyeri dada tiba-

    tiba yang menjalar dari lengan hingga ke punggung. Saat

    di rumah sakit, klien tidak bekerja, tidak melakukan

    olahraga, keluhan dalam beraktifitas cepat lelah dan nyeri

    dada tiba-tiba yang menjalar dari lengan hingga ke

    punggung.

    6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan, sebelum

    sakit klien merokok 1-2 bungkus / hari, klien merokok

    sejak SD, klien juga sering minum minuman keras, 2-3

    botol / hari, klien minum sejak klien berumur 20 tahun.

    Saat di rumah sakit, klien tidak merokok ataupun minum

    minuman keras / NABZA.

    3. Pengkajian Fisik

    a. Pemeriksaan fisik umum:

    29

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    30/67

    Berat badan sebelum sakit 87 kg, berat badan saat ini 85 kg, tinggi badan 174 cm,

    tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 66 x/menit, frekuensi nafas 28 x/menit, suhu tubuh

    36 0 C, keadaan umum sedang, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

    b. Sistem penglihatan

    Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva

    ananemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor, otot-otot mata tidak ada

    kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, tidak menggunakan

    kacamata atau lensa mata, reaksi terhadap cahaya positif.

    c. Sistem pendengaran

    Daun telinga normal, letak simetris, tidak ada serumen, kondisi telinga tidak ada

    kemerahan, lesi atau bengkak, tidak ada cairan telinga, tidak ada perasaan penuh di

    telinga, tidak ada tinitus, fungsi pendengaran baik, tidak ada gangguan keseimbangan,

    klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

    d. Sistem wicara

    Klien tidak mengalami kesulitan atau kelainan dalam wicara.

    e. Sistem pernafasan

    Jalan nafas bersih, klien mengatakan pernafasan sesak, klien tampak menggunakan otot

    bantu pernafasan, frekuensi 26 x/menit, irama teratur, jenis pernafasan spontan,

    pernafasan dangkal, klien batuk tidak produktif, tidak terdapat sputum, darah, suara

    nafas vesikuler, tidak nyeri saat bernafas, bila klien sesak, klien menggunakan alat bantu

    nafas, yaitu selang oksigen kanul.

    f. Sistem kardiovaskuler

    30

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    31/67

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    32/67

    Balance cairan :Intake 2500 ml; Output 2100 ml, tidak ada perubahan pola berkemih,

    BAK warna kuning jernih, tidak ada distensi / ketegangan kandung kemih, tidak ada

    keluhan sakit pinggang.

    l. Sistem integumen

    Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit baik,

    tidak ada kelainan kulit, klien banyak mengeluarkan keringat, lengket, tidak terdapat

    tanda-tanda infeksi pada daerah pemasangan heplock seperti panas, merah, bengkak,

    ataupun perubahan fungsi.

    m. Sistem muskoloskeletal

    Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan, tidak sakit pada tulang, tidak ada

    kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus

    otot baik, kekuatan otot 5555 5555

    5555 5555

    Data tambahan: klien mengatakan telah mengetahui tentang penyakit gagal jantung yang

    dideritanya dari perawat dan dokter yang merawatnya.

    4. Pemeriksaan penunjang

    Hasil laboratorium tanggal 23 Juli 2009

    Hematologi:

    Haemoglobin : 11,80 g/dl (13-18 g/dL)

    Hematokrit : 39 % (40-52 %)

    Eritrosit : 3,8 juta/uL (4,3-6,0 juta /uL)

    Leukosit : 5900 /uL (4.800 10.800 /ul)

    32

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    33/67

    Trombosit : 94.000 /uL (150.000-400.000 / ul)

    MCV : 89 fl (80 96 fl)

    MCH : 29 pg (27 32 pg)

    MCHC : 32 (32 36 g/dL)

    Kimia darah:

    CPK : 1984 U/L (

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    34/67

    AGD

    PH : 7,36 (7,37-7,45)

    PCO2 : 27,9 mmhg (32-46 mmhg)

    PO2 : 94,5 mmhg (71-104 mmhg)

    HCO3 : 15,6 mmhg (21-29 mmhg)

    Base excis : -5,0 MEq/L (-2-1 Meq/L)

    O2 Sat : 97,1 % (94-98 %)

    Hasil laboratorium tanggal 27 Juli 2009

    Kimia :

    HBSAG : - (Non reaktif)

    Anti HCV : - (Non reaktif)

    Albumin : 3,4 g/dl (3,5-5 g/dl)

    Globulin : 2,4 g/dl (2,5-3,5 g/dl)

    Kolesterol : 214 mg/dl (< 200 mg/dl)

    Trigliserida : 180 mg/dl (< 160 mg/dl)

    SGOT : 37 u/l ( < 35 u/l)

    SGPT : 42 u/l (< 40 u/l)

    Ureum : 60 mg/dl ( 20-50 mg/dl)

    Kreatinin : 2,1 mg/dl (0,1-1,5 mg/dl)

    Asam urat : 8,1 mg/dl (

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    35/67

    Kalium : 4,0 MEq/l (3,5-5,3 MEq/l)

    Klorida : 103 MEq/l (97-107 MEq/l)

    EKG tanggal 24 Juli 2009 :

    Kesan: Aritmia

    Echocardiogram tanggal 27 Juli 2009

    Kesan: cardiomyopathi.

    5. Penatalaksanaan

    Tanggal 24 Juli 2009

    - Inj. Lasix 1 x 40 mg per 24 jam

    - ISDN 2 x 5 mg per 8 jam

    - Cardipront syr :3 x 1 cth

    Tanggal 27 Juli 2009

    - Inj. Lasix 2 x 20 mg per 12 jam

    - Inj. Cefotaxime 2x1 gr

    - Maintate 1x25 mg

    - ISDN 3 x 10 mg per 8 jam

    - Allopurinol 1 x 300 mg

    6. Resume

    Klien bernama Tn. A, umur 66 tahun, datang ke RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad

    tanggal 23 juli 2009 pukul 23.00 wib melalui IGD dengan keluhan meriang dan sesak

    35

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    36/67

    nafas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,. Klien memiliki riwayat penyakit jantung

    sejak tahun 2004, tetapi klien jarang minum obat. Klien juga mengatakan mual dan

    muntah. Masalah keperawatan yang ditemukan adalah penurunan curah jantung,

    penurunan perfusi jaingan, intoleransi aktifitas, kelebihan volume cairan, resiko

    kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko kerusakan pertukaran gas, resiko

    tinggi terhadap kerusakan integritas kulit, risiko kambuh, cemas . Di IGD, tindakan yang

    telah dilakukan adalah mengukur TTV, TD: 110/70 mmHg, N: 66x/menit, RR:

    28x/menit, Sh: 360C, memasang infus RL 5-7 tts/menit, memberikan O2 3-4 liter/menit,

    mengambil darah untuk pemeriksaan Darah Rutin, CPK, CKMB, merekam EKG, foto

    thorax, dan konsul jantung. Lalu klien dirujuk untuk dirawat di lantai VI unit perawatan

    umum RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.

    Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 27 Juli 2009, ditemukan data sebagai berikut :

    klien mengatakan nyeri dada pada dada sebelah kiri yang menjalar hingga ke punggung

    dengan skala nyeri 5, sesak napas, batuk kering, sulit tidur pada malam hari karena sesak

    nya timbul pada malam hari, cemas dengan keadaan jantung nya yang semakin

    melemah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran klien compos mentis, keadaan

    umum klien tampak sakit sedang, temperatur kulit hangat, wajah klien tampak meringis

    kesakitan, klien tampak memegangi bagian yang sakit, bila klien sesak klien tampak

    menggunakan selang 02 kanul, balance cairan -200 ml, klien tampak lemas.

    Berdasarkan data diatas, masalah keperawatan yang dapat ditemukan adalah penurunan

    curah jantung, risiko kerusakan pertukaran gas, risiko infeksi, cemas, gangguan pola

    tidur. Tindakan yang telah dilakukan adalah mengukur TTV, merekam jantung tiap 24

    36

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    37/67

    jam, memberikan oksigen 3-4 liter/menit bila sesak timbul, menganjurkan klien untuk

    beristirahat yang cukup, mengatur posisi klien semi fowler, memberikan injeksi lasix 1 x

    40 mg, ISDN 3 x 10 mg, Dari kelima masalah diatas belum ada yang teratasi, sehingga

    tindakan keperawatan dilanjutkan.

    7. Data Fokus

    Data subjektif :

    - Klien mengatakan nyeri dada pada dada sebelah kiri yang menjalar hingga ke

    punggung dengan skala nyeri 5

    - Klien mengatakan sesak napas, batuk kering,

    - Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari karena sesak nya timbul pada malam

    hari,

    - Klien mengatakan cemas dengan keadaan jantungnya yang semakin melemah.

    Data objektif :

    - Kesadaran klien compos mentis,

    - Keadaan umum klien tampak sakit sedang,

    - Temperatur kulit hangat,

    - Terdapat diaporesis

    - Wajah klien tampak meringis kesakitan,

    - Klien tampak memegangi bagian yang sakit,

    - Mata : simetris, konjungtiva ananemis,

    - Capillary refill < 3 detik,

    - Klien tampak menggunakan otot bantu pernapasan,

    37

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    38/67

    - Ekspansi paru kanan kiri simetris,

    - Balance cairan per 24 jam -200 ml, intake : 2500 ml, output : 2100 ml.

    - Klien tampak lemas.

    - Klien tampak gelisah dan ketakutan bila sesaknya timbul.

    - Klien tampak makan tidak terkontrol,

    - Klien tampak menggunakan alas kaki

    - Kaki klien tampak kering dan pecah-pecah.

    - Klien terpasang infus NACL 10 tts/mnt pada tangan sebelah kanan

    - Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada daerah pemasangan infus seperti panas,

    merah, bengkak, dan perubahan fungsi.

    - TTV : TD : 110/70 mmHg, N: 66x/menit, RR: 26x/menit, Sh: 360C.

    - Ureum : 60 mg/dL

    - Kreatinin : 2,1 mg/dL

    - SGOT : 47 U/L

    - SGPT : 41 U/L

    - Hb : 11,0 g/dL

    - CPK : 1984 U/L

    - CKMB :120 U/L

    - Natrium :143 mEq/L

    - Kalium : 3,7 mEq/L

    - Klorida :103 mEq/L

    - Glukosa sewaktu :180 mg/dl

    - Leukosit : 5900 /uL

    - Hasil EKG tgl 24 Juli 2009 : Aritmia

    38

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    39/67

    8. Analisa Data

    No Data Masalah Etiologi

    1 DS: Klien mengatakan nyeri dada pada

    dada sebelah kiri yang menjalar hingga ke

    punggung dengan skala nyeri 5.

    DO :

    - Kesadaran klien compos mentis

    - Keadaan umum klien tampak sakit

    sedang

    - Temperatur kulit hangat

    - Wajah klien tampak meringis kesakitan

    - Terdapat diaforesis

    - Klien tampak memegangi bagian yang

    sakit

    - Mata : simetris, konjungtiva ananemis

    - Capillary refill 3 detik

    - Tidak terdapat sianosis

    - Wajah klien tidak pucat

    - Balance cairan per 24 jam -200 ml,

    intake : 2500 ml, output : 2100 ml

    - Klien tampak lemas

    - TTV : TD : 110/70 mmHg, N:

    Penurunan curah

    jantung

    Perubahan

    kontraktilitas

    miokardial.

    39

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    40/67

    66x/menit, RR: 28x/menit, Sh: 360C.

    - Ureum : 60 mg/dL

    - Kreatinin : 2,0 mg/dL

    - SGOT : 47 U/L

    - SGPT : 41 U/L

    - CPK 1984 U/L

    - CKMB 120 U/L

    - Natrium 144 mEq/L

    - Kalium 4,0 mEq/L

    - Klorida 10,1 mEq/L

    - Hb : 11,8 g/dL

    - Hasil EKG tgl 24 Juli 2009 : Aritmia

    2. DS : Klien mengatakan sesak napas dan

    batuk kering

    DO :

    - Jalan nafas bersih tidak terdapat

    sumbatan,

    - Paru-paru : suara napas vesikuler

    - Kedalaman dangkal,

    - Tidak terdapat ronchi atau wheezing,

    - Klien tampak menggunakan otot bantu

    pernapasan,

    - Ekspansi paru kanan kiri simetris

    Risiko kerusakan

    pertukaran gas

    Perubahan

    membran

    kapiler-alveolus

    40

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    41/67

    - Klien tampak lemas

    - TTV : TD : 110/70 mmHg, N:

    66x/menit, RR: 26x/menit, Sh: 360C

    3. DS : Klien mengatakan sulit tidur pada

    malam hari karena sesak nya timbul pada

    malam hari

    DO :

    - Kesadaran klien compos mentis

    - Keadaan umum klien tampak sakit

    sedang

    - Konjungtiva ananemis

    - Capillary refill 3 detik

    - Wajah klien tidak pucat

    - Klien tampak lemas

    - Klien tampak gelisah dan ketakutan bila

    sesaknya timbul

    - Hb : 11,8 g/dL

    - TTV : TD : 110/70 mmHg, N:

    92x/menit, RR: 26x/menit, Sh: 360C

    Gangguan pola

    tidur

    Sering

    terbangun

    sekunder akibat

    gangguan

    pernapasan

    4. DS : Klien mengatakan cemas dengan

    keadaan jantung nya yang semakin

    melemah

    DO :

    - Kesadaran klien compos mentis

    Cemas Perubahan

    status kesehatan

    41

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    42/67

    - Keadaan umum klien tampak sakit

    sedang

    - Temperatur kulit hangat

    - Wajah klien tidak pucat

    - Klien tampak lemas

    - Klien tampak gelisah dan ketakutan bila

    sesaknya timbul

    - TTV : TD : 120/70 mmHg, N:

    66x/menit, RR: 26x/menit, Sh: 36

    0

    C

    - Hasil EKG tgl 24 Juli 2009 : Aritmia

    5 DS: -

    DO :

    - Klien terpasang infus NACL 10 tts/mnt

    pada tangan sebelah kanan

    - Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada

    daerah pemasangan infus seperti panas,

    merah, bengkak, dan perubahan fungsi.

    - TTV : TD : 110/70 mmHg, N:

    66x/menit, RR: 26x/menit, Sh: 360C.

    - Leukosit : 5900 /uL

    Risiko terjadinya

    infeksi

    Masuknya

    mikroorganisme

    sekunder

    terhadap

    tindakan invasif

    (pemasangan

    infus)

    B. Diagnosa Keperawatan

    42

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    43/67

    Setelah data dianalisa, maka diagnosa keperawatan prioritas yang ditemukan pada

    tanggal 27 Juli 2009 sebagai berikut:

    1. Penurunan curah jantung

    berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial.

    2. Risiko kerusakan pertukaran gas

    berhubungan dengan perubahan

    membran kapiler-alveolus

    3. Gangguan pola tidur berhubungan

    dengan sering terbangun sekunder

    akibat gangguan pernapasan

    4. Cemas berhubungan dengan

    perubahan status kesehatan

    5. Risiko terjadinya infeksi

    berhubungan dengan masuknya

    mikroorganisme sekunder terhadap

    tindakan invasif (pemasangan infus)

    C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi

    Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan selanjutnya penulis membuat perencanaan,

    dilanjutkan dengan pelaksanaan dan evaluasi untuk setiap diagnosa sesuai dengan

    prioritas masalah sebagai berikut:

    1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

    miokardial.

    43

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    44/67

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    45/67

    Pukul 10.00 menganjurkan klien untuk beristirahat yang cukup, hasil : klien mengerti

    dan mau mengikuti anjuran perawat. Pukul 11.00 memberikan injeksi anti diuretik, lasix

    40 mg per IV, tidak terdapat tanda-tanda alergi. Pukul 12.10 memantau hasil lab

    elektrolit, hasil : Natrium 144 mEq/L, Kalium 4,0 mEq/L, Klorida 103 mEq/L. Pukul

    13.00 memantau hasil lab BUN, kreatinin, pemeriksaan fungsi hati, hasil : Ureum : 60

    mg/dL, Kreatinin :2,1 mg/dL, SGOT : 47 U/L Pukul 13.15 memberikan ISDN 5 mg,

    cardypront syrup 1 sdm,per oral, hasil : obat masuk per oral, klien tidak terdapat mual

    ataupun muntah. Pukul 14.00 memantau intake dan output klien per 8 jam, hasil : intake

    1500 ml, output : 700 ml, balance : +800 ml. Pukul 15.00 mengukur TTV, hasil : TD :

    120/80 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 28x/menit, Sh : 360C. Pukul 19.00 menganjurkan

    klien untuk beristirahat yang cukup, hasil : klien mengerti dan mau mengikuti anjuran

    perawat. Pukul 21.00 memantau intake dan output klien, hasil : intake 800 ml, output

    600 ml, balance cairan +200ml. Pukul 21.15 memberikan ISDN 5 mg dan cardypront

    syrup 1 sdm per oral, hasil : obat masuk per oral, tidak terdapat mual ataupun muntah.

    Pukul 22.00 mengukur TTV, hasil : TD : 110/70 mmHg, N : 84x/menit, RR : 28x/menit,

    sh : 360C. Pukul 22.10 memberikan klien oksigen dengan kanula nasal 4 liter/menit,

    hasil : klien mengatakan sesak berkurang. Pukul 05.00 merekam jantung, hasil : rekam

    jantung telah dilakukan. Pukul 05.15 memberikan klien obat ISDN 5 mg dan cardypront

    syrup 1 sdm per oral, hasil : obat masuk per oral, tidak terdapat mual ataupun muntah.

    Pukul 06.30 memantau intake dan output klien, hasil : intake : 900 ml, output : 500 ml,

    balance : +400ml.

    Tanggal 28 Juli 2009

    Pukul 08.00 mengukur TTV, hasil : TD: 120/90 mmHg, N : 84x/menit, RR:20x/menit,

    Sh : 360C. Pukul 09.00 mengkaji kulit terhadap pucat atau sianosis, hasil : klien tampak

    45

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    46/67

    pucat, tidak terdapat sianosis. Pukul 10.00 menganjurkan klien untuk beristirahat yang

    cukup, hasil : klien mengerti dan mau mengikuti anjuran perawat. Pukul 11.00

    memberikan injeksi anti diuretik, lasix 40 mg per IV hasil : injeksi Lasix 20 mg per IV

    telah diberikan, tidak terdapat tanda-tanda alergi. Pukul 12.00 memberikan ISDN 5 mg,

    1 tab per oral, hasil : obat masuk per oral, klien tidak terdapat mual ataupun muntah.

    Pukul 14.00 memantau intake dan output klien per 8 jam, hasil : intake 2000 ml, output :

    1100 ml, balance : +900 ml. Pukul 15.00 mengukur TTV, hasil : TD : 120/80 mmHg,

    N : 84 x/menit, RR : 22x/menit, Sh : 360C. Pukul 19.00 menganjurkan klien untuk

    beristirahat yang cukup, hasil : klien mengerti dan mau mengikuti anjuran perawat.

    Pukul 20.00 memberikan obat ISDN 5 mg, hasil : obat masuk per oral, tidak terdapat

    mual ataupun muntah. Pukul 21.00 memberikan injeksi anti diuretik, lasix 40 mg per IV,

    hasil : injeksi Lasix 20 mg per IV telah diberikan, tidak terdapat tanda-tanda alergi.

    Pukul 21.10 memantau intake dan output klien, hasil : intake 1000 ml, output 800 ml,

    balance cairan +200ml. Pukul 22.30 mengukur TTV, hasil : TD : 120/70 mmHg, N :

    82x/menit, RR : 26x/menit, sh : 360C. Pukul 22.40 memberikan klien oksigen dengan

    kanula nasal 4 liter/menit, hasil : klien mengatakan sesak berkurang. Pukul 05.00

    merekam jantung, hasil : rekam jantung telah dilakukan. Pukul 05.20 memberikan klien

    obat ISDN 5 mg, hasil : obat masuk per oral, tidak terdapat mual ataupun muntah. Pukul

    06.30 memantau intake dan output klien, hasil : intake : 800 ml, output : 500 ml, balance

    +300 ml.

    Tanggal 29 Juli 2009

    Pukul 08.00 mengukur TTV, hasil : TD: 130/90 mmHg, N : 82x/menit, RR:24x/menit,

    Sh : 360C. Pukul 09.00 memberikan injeksi anti diuretik, lasix 40 mg per IV hasil :

    injeksi Lasix 20 mg per IV telah diberikan, tidak terdapat tanda-tanda alergi. Pukul

    46

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    47/67

    09.30 mengkaji kulit terhadap pucat atau sianosis, hasil : klien tampak pucat, tidak

    terdapat sianosis. Pukul 10.30 menganjurkan klien untuk beristirahat yang cukup, hasil :

    klien mengerti dan mau mengikuti anjuran perawat. Pukul 11.50 merekam jantung,

    hasil : RBBB.Pukul 13.20 memberikan ISDN 5 mg, per oral, hasil : obat masuk per oral,

    klien tidak terdapat mual ataupun muntah. Pukul 14.00 memantau intake dan output

    klien per 8 jam, hasil : intake 1500 ml, output : 900 ml, balance : +600 ml. Pukul 15.00

    mengukur TTV, hasil : TD : 120/80 mmHg, N : 84 x/menit, RR : 22x/menit, Sh : 360C.

    Pukul 19.00 menganjurkan klien untuk beristirahat yang cukup, hasil : klien mengerti

    dan mau mengikuti anjuran perawat. Pukul 21.00 memberikan injeksi anti diuretik, lasix

    40 mg per IV, hasil : injeksi Lasix 40 mg per IV telah diberikan, tidak terdapat tanda-

    tanda alergi. Pukul 21.15 memantau intake dan output klien, hasil : intake 2100 ml,

    output 1300 ml, balance cairan +800 ml. . Pukul 21.20 memberikan obat ISDN 5 mg,

    hasil : obat masuk per oral, tidak terdapat mual ataupun muntah. Pukul 22.30 mengukur

    TTV, hasil : TD : 120/70 mmHg, N : 76x/menit, RR : 26x/menit, sh : 360C. Pukul 22.40

    memberikan klien oksigen dengan kanula nasal 4 liter/menit, hasil : klien mengatakan

    sesak berkurang. Pukul 05.20 memberikan klien obat ISDN 5 mg, hasil : obat masuk per

    oral, tidak terdapat mual ataupun muntah. Pukul 06.00 memantau intake dan output

    klien, hasil : intake : 700 ml, output : 400 ml, balance +300 ml.

    Evaluasi

    Tanggal 30 Juli 2009

    S : Klien mengatakan masih nyeri dada dan hilang timbul, skala nyeri 5

    O : Kesadaran klien compos mentis, keadaan umum klien tampak sakit sedang,

    temperatur kulit hangat, wajah klien tampak meringis kesakitan, klien tampak

    memegangi bagian yang sakit, mata : simetris, konjungtiva ananemis, kelenjar getah

    47

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    48/67

    bening tidak teraba, capillary refill 3 detik, tidak terdapat sianosis, wajah klien tidak

    pucat, balance cairan per 24 jam : intake : 4300 ml, output : 2600 ml, balance : +1700

    ml, klien tampak lemas, TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 82x/menit, RR : 26x/menit, sh :

    360C, hasil lab tgl 27 Juli 2009 Ureum : 60 mg/dL, Kreatinin : ,21 mg/dL, SGOT: 47

    U/L, , Klorida 101 mEq/L, CPK 1984 U/L, CKMB 120 U/L, Natrium 144 mEq/L,

    Kalium 4,0 mEq/L, Hb : 11,8 g/dL, Hasil EKG tgl 27 Juli 2009 : Aritmia

    A : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi

    P : Tindakan keperawatan dilanjutkan sesuai dengan rencana no. a, b, c, d, e, f, g, h, i.

    2. Risiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

    membran kapiler-alveolus

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

    kerusakan pertukaran gas tidak terjadi.

    Kriteria Hasil : a. Jalan nafas bersih tidak terdapat sumbatan. b. Paru-paru : suara napas

    vesikuler. c. Kedalaman dalam. d. Tidak terdapat ronchi atau wheezing. e. Klien tampak

    tidak menggunakan otot bantu pernapasan. f. Ekspansi paru kanan kiri simetris.

    g. RR dalam batas normal 18-20x/menit. h. Klien tampak tidak lemas.

    Perencanaan : a. Pantau bunyi nafas. b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas

    dalam. c. Motivasi klien untuk merubah posisi. d. Pertahankan duduk di kursi/tirah

    baring dengan kepala tempat tidur tinggi 200-300, posisi semi fowler. e. Kolaborasi

    dalam memantau hasil AGD. f. Berikan obat anti diuretik, inj. Lasix 1x40 mg per 24 jam

    g. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

    48

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    49/67

    Pelaksanaan

    Tanggal 27 Juli 2009

    Pukul 08.30 memantau bunyi nafas klien, hasil : suara nafas vesikuler, tidak terdapat

    ronchi ataupun wheezing, RR : 26 x/menit. Pukul 09.30 mengajarkan klien batuk efektif,

    hasil : klien mengerti dan mau mengikuti anjuran perawat. Pukul 10.15 mengajarkan

    klien nafas dalam bila sesak timbul, hasil : klien mengerti dan mau mengikuti anjuran

    perawat. Pukul 11.00 memberikan injeksi anti diuretik, lasix 40 mg per IV, hasil : injeksi

    Lasix 40 mg per IV telah diberikan, tidak terdapat tanda-tanda alergi. Pukul 11.15

    Memotivasi klien untuk merubah posisi, hasil : klien mengerti dan mau mengikuti

    anjuran perawat. Pukul 12.10 mengatur posisi klien semi fowler, hasil : klien

    mengatakan merasa nyaman. Pukul 17.00 memantau bunyi nafas klien, hasil : suara

    nafas vesikuler, tidak terdapat ronchi ataupun wheezing, RR : 26x/menit. Pukul 22.00

    memberikan oksigen 3-4 liter dengan kanula nasal bila sesak timbul, hasil : klien merasa

    nyaman, dan sesak berkurang.

    Tanggal 28 Juli 2009

    Pukul 08.30 memantau bunyi nafas klien, hasil : suara nafas vesikuler, tidak terdapat

    ronchi ataupun wheezing, RR: 22x/menit. Pukul 11.00 memberikan injeksi anti diuretik,

    lasix 40 mg per IV, hasil : injeksi Lasix 40 mg per IV telah diberikan, Pukul 12.10

    mengatur posisi klien semi fowler, hasil : klien mengatakan merasa nyaman. Pukul

    17.00 memantau bunyi nafas klien, hasil : suara nafas vesikuler, tidak terdapat ronchi

    ataupun wheezing, RR : 26 x/menit. Pukul 20.00 memberikan oksigen 3-4 liter dengan

    kanula nasal bila sesak timbul, hasil : klien merasa nyaman, dan sesak berkurang. Pukul

    21.00 memberikan injeksi anti diuretik, lasix 40 mg per IV, hasil : injeksi Lasix 40 mg

    per IV telah diberikan, tidak terdapat tanda-tanda alergi.

    49

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    50/67

    Tanggal 29 Juli 2009

    Pukul 08.45 memantau bunyi nafas klien, hasil : suara nafas vesikuler, tidak terdapat

    ronchi ataupun wheezing, RR : 24 x/menit. Pukul 09.00 memberikan injeksi anti

    diuretik, lasix 40 mg per IV, hasil : injeksi Lasix 40 mg per IV telah diberikan, tidak

    terdapat tanda-tanda alergi. Pukul 12.10 mengatur posisi klien semi fowler, hasil : klien

    mengatakan merasa nyaman. Pukul 19.00 memotivasi klien untuk merubah posisi, hasil :

    klien mengerti dan mau mengikuti anjuran perawat Pukul 21.00 memberikan injeksi anti

    diuretik, lasix 40 mg per IV, hasil : injeksi Lasix 40 mg per IV telah diberikan, tidak

    terdapat tanda-tanda alergi. Pukul 21.20 memantau bunyi nafas klien, hasil : suara nafas

    vesikuler, tidak terdapat ronchi ataupun wheezing, RR : 26 x/menit. Pukul 21.30

    memberikan oksigen 3-4 liter dengan kanula nasal bila sesak timbul, hasil : klien merasa

    nyaman, dan sesak berkurang.

    Evaluasi

    Tanggal 30 Juli 2009

    S : Klien mengatakan masih sesak napas dan batuk kering.

    O : Jalan nafas bersih tidak terdapat sumbatan, paru-paru : suara napas vesikuler,

    kedalaman dangkal, tidak terdapat ronchi atau wheezing, klien tampak menggunakan

    otot bantu pernapasan, ekspansi paru kanan kiri simetris, TTV : TD : 120/70 mmHg, N:

    82x/menit, RR: 22x/menit, Sh: 360C

    A : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi.

    P : Tindakan keperawatan dilanjutkan sesuai dengan rencana no. a, b, c, d, e

    50

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    51/67

    3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder

    akibat gangguan pernapasan

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan

    gangguan pola tidur teratasi.

    Kriteria hasil : a. kesadaran klien compos mentis. b. keadaan umum baik.

    c. konjungtiva ananemis. d. capillary refill 2-3 detik. e. wajah klien tampak tidak pucat.

    f. klien tampak tidak lemas. g. Klien tampak tenang. h. Hb : 13-18 g/dL. i. TTV dalam

    batas normal : TD : 110/60-130/80 mmHg, N: 80-100x/menit, RR : 18-20x/menit,

    Sh : 36-370C

    Perencanaan : a. Diskusikan bersama klien apa yang membuat klien tidak dapat tidur.

    b. Diskusikan bersama klien untuk mengatur suasana ruangan menjadi nyaman. c. Atur

    posisi klien semi fowler, dengan menyanggah punggung klien dengan bantal. d. Kaji

    kesadaran, konjunctiva, capillary refill klien. e. Diskusikan bersama klien kebiasaan

    sebelum tidur. f. Menganjurkan klien untuk minum obat bila sakitnya kambuh

    Pelaksanaan :

    Tanggal 27 Juli 2009

    Pukul 10.20 mengkaji kesadaran, konjunctiva, capillary refill klien, hasil : klien tampak

    lemas, kesadaran klien compos mentis, capillary refill 3 detik, wajah klien tidak pucat.

    Pukul 10.30 mendiskusikan bersama klien apa yang menyebabkan klien tidak dapat

    tidur, hasil : klien mengatakan sesak pada malam hari, sehingga klien tidak dapa tidur

    dengan nyaman. Pukul 11.30 mengatur posisi klien, hasil : klien merasa nyaman. Pukul

    13.00 mendiskusikan bersama klien untuk mengatur suasana ruangan menjadi nyaman,

    hasil : klien mengerti dan mau mengikuti anjuran perawat. Pukul 19.00 mengkaji

    51

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    52/67

    kesadaran, konjunctiva, capillary refill klien, hasil : klien tampak sakit sedang, wajah

    klien tidak pucat, conjunctiva ananemis, capilary refill 3 detik. Pukul 22.10 mengatur

    posisi klien, hasil : klien tampak merasa nyaman.

    Tanggal 28 Juli 2009

    Pukul 08.20 mengkaji kesadaran, konjunctiva, capillary refill klien klien, hasil :

    kesadaran compos mentis, konjunctiva ananemis, capillary refill 3 detik, klien

    mengatakan semalam tidak bisa tidur, karena sesaknya kambuh. Pukul 11.30 mengatur

    posisi klien, hasil : klien merasa nyaman. Pukul 13.00 mendiskusikan bersama klien

    untuk mengatur suasana ruangan menjadi nyaman, hasil : klien mengerti dan mau

    mengikuti anjuran perawat. Pukul 20.50 mengkaji kesadaran, konjunctiva, capillary

    refill klien, hasil : kesadaran klien compos mentis, konjunctiva ananemis, capillary refill

    3 detik, klien tampak sakit sedang, wajah klien tampak pucat. Pukul 22.10

    menganjurkan klien untuk minum obat bila sakitnya kambuh, hasil : klien mengerti dan

    mau mengikuti anjuran perawat.

    Tanggal 29 Juli 2009

    Pukul 08.20 mengkaji kesadaran, konjunctiva, capillary refill klien, hasil : kesadaran

    klien compos mentis, konjunctiva ananemis, capillary refill 3 detik, klien tampak sakit

    sedang, wajah klien tampak pucat. Pukul 11.30 mengatur posisi klien, hasil : klien

    merasa nyaman. Pukul 13.00 mendiskusikan bersama klien untuk mengatur suasana

    ruangan menjadi nyaman, hasil : klien mengerti dan mau mengikuti anjuran perawat.

    Pukul 21.00 mengkaji kesadaran, konjunctiva, capillary refill klien, hasil : kesadaran

    klien compos mentis, konjunctiva ananemis, capillary refill 3 detik, klien tampak sakit

    sedang, wajah klien tampak pucat. Pukul 21.30 menganjurkan klien untuk minum obat

    bila sakitnya kambuh, hasil : klien mengerti dan mau mengikuti anjuran perawat.

    52

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    53/67

    Evaluasi

    Tanggal 30 Juli 2009

    S : Kklien mengatakan sulit tidur pada malam hari karena sesak nya timbul pada malam

    hari

    O : Kesadaran klien compos mentis, keadaan umum klien tampak sakit sedang,

    konjungtiva ananemis, capillary refill 3 detik, wajah klien tampak pucat, klien tampak

    lemas, Klien tampak gelisah dan ketakutan bila sesaknya timbul, Hb : 11,8 g/dL, TTV :

    TD : 120/70 mmHg, N : 76x/menit, RR : 26x/menit, sh : 360C.

    A : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.

    P : Tindakan keperawatan dilanjutkan sesuai dengan rencana no. c, d, f

    4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan cemas

    teratasi

    Kriteria hasil : a. kesadaran klien compos mentis. b. keadaan umum klien baik.

    c. temperatur kulit hangat. d. DVJ tidak ada, JVP 5-1 cmH20, kelenjar getah bening

    tidak teraba. e. Bunyi jantung I-II normal. f. wajah klien tampak tidak pucat. g. klien

    tampak tidak lemas. h. Klien tampak rileks. i. TTV dalam batas normal : TD : 110/60-

    130/80 mmHg, N: 80-100x/menit, RR : 18-20x/menit, Sh : 36-370C.

    Perencanaan : a. Kaji kesadaran klien, temperatur kulit. b. Diskusikan bersama klien

    apa yang membuat klien cemas. c. Berikan klien informasi mengenai penyakit dan terapi

    pengobatan yang akan dijalani klien. d. Beri motivasi kepada klien untuk dapat

    mengatasi kegelisahan klien. e. Berikan dorongan kepada klien untuk bertanya mengenai

    53

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    54/67

    informasi penyakit dan terapi pengobatan yang akan dijalani klien. f. Kolaborasi dengan

    ahli psikiatri.

    Pelaksanaan :

    Tanggal 27 Juli 2009

    Pukul 09.15 mengkaji kesadaran klien, temperatur kulit, hasil : kesadaran compos

    mentis, temperatur kulit hangat, klien tampak lemas. Pukul 10.05 Mendiskusikan

    bersama klien apa yang membuat klien cemas, hasil : klien mengatakan takut bila malam

    tiba, karena pada malam hari sesak yang dialaminya timbul, dan serasa ingin mati. Pukul

    10.40 Memberikan klien informasi mengenai penyakit dan terapi pengobatan yang akan

    dijalani oleh klien, hasil : klien mengerti dan memahami mengenai informasi yang

    diberikan. Pukul 11.20 memberikan dorongan kepada klien untuk bertanya mengenai

    informasi penyakit dan terapi yang akan dijalani klien, hasil : klien banyak bertanya

    mengenai terapi apa saja yang akan dijalani oleh klien. Pukul 20.50 mengkaji kesadaran

    klien, temperatur kulit, hasil : kesadaran compos mentis, temperatur kulit hangat, klien

    tampak lemas. Pukul 21.05 memberikan motivasi kepada klien untuk dapat mengatasi

    kegelisahan yang klien alami, hasil: klien tampak merasa lebih rileks dalam menghadapi

    sesak klien dan percaya bahwa akan diatasi oleh petugas kesehatan.

    Tanggal 28 Juli 2009

    Pukul 09.00 mengkaji kesadaran klien, temperatur kulit, hasil : kesadaran compos

    mentis, temperatur kulit hangat, klien tampak lemas. Pukul 10.40 Memberikan klien

    informasi mengenai penyakit dan terapi pengobatan yang akan dijalani oleh klien, hasil :

    klien mengerti dan memahami mengenai informasi yang diberikan. Pukul 11.10

    kolaborasi dengan ahli psikiatri, hasil : ahli psikiatri memberikan terapi obat penenang

    54

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    55/67

    bila cemas klien muncul. Pukul 20.50 mengkaji kesadaran klien, temperatur kulit, hasil :

    kesadaran compos mentis, temperatur kulit hangat, klien tampak lemas. Pukul 22.15

    memberikan motivasi kepada klien untuk dapat mengatasi kegelisahan yang klien alami,

    hasil: klien merasa lebih rileks dalam menghadapi sesak klien.

    Evaluasi

    Tanggal 29 Juli 2009

    S : Klien mengatakan merasa lebih rileks dalam menghadapi penyakit klien.

    O : Kesadaran klien compos mentis, keadaan umum klien baik, temperatur kulit hangat,

    wajah klien tampak pucat, klien tampak lemas, klien tampak merasa lebih rileks dalam

    menghadapi sesak klien, TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 82x/menit, RR : 26x/menit, sh :

    360C, Hasil EKG tgl 27 Juli 2009 : Aritmia

    A : Tujuan tercapai, masalah teratasi

    P : Tindakan keperawatan dihentikan.

    5. Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme

    sekunder terhadap tindakan invasif (heplock)

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan infeksi

    tidak terjadi.

    Kriteria : a. tidak ada tanda-tanda infeksi (sakit, merah, bengkak). b. tidak terdapat

    eksudat. c. hasil laboratorium : leukosit dalam batas normal (4800 10800 mg/ul).

    d. tanda-tanda vital dalam batas normal.

    55

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    56/67

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    57/67

    Pukul 22.30 WIB mengukur TTV hasil : TD : 120/70 mmHg, N : 82x/menit, RR :

    26x/menit, sh : 360C.

    Evaluasi

    Tanggal 30 Juli 2009

    S :-

    O : Daerah pemasangan heplock tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, sakit).

    TTV TD : 120/70 mmHg, N : 82x/menit, RR : 26x/menit, sh : 36 0C. Leukosit 9000/uL

    A : Tujuan tercapai sebagian masalah belum teratasi.

    P : Tindakan keperawatan dilanjutkan sesuai dengan rencana no. a, b, c, d.

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    57

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    58/67

    Pada Bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus

    mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

    A. Pengkajian

    Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus terdapat kesenjangan, yaitu pada teori

    ditemukan adanya distensi vena jugularis, namun pada kasus tidak ditemukan karena

    klien mengalami gagal jantung kiri dimana adanya gangguan pemompaan darah oleh

    ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan akhir diastolic

    dalam ventrikel kiri dan volume akhir diastolic dalam ventrikel kiri meningkat. Tidak

    ditemukan kelelahan terus menerus dan konjunctiva ananemis pada klien karena suplay

    O2 ke seluruh tubuh adekuat dan ditandai dengan hasil lab yang masih dalam batas

    normal (Hb 11,3 g/dL). Pada kasus ditemukan edema, karena adanya peningkatan

    tekanan pulmonal akibat gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga akan

    mengakibatkan terbendungnya akumulasi cairan secara sistemik di kaki, ascites,

    hepatomegali, dll.

    Mual/muntah tidak ditemukan karena tidak adanya penumpukan cairan pada paru-paru

    yang dapat menyebabkan penekanan pada dinding abdomen, ataupun diafragma yang

    dapat menimbulkan mual atau muntah. Pada teori ditemukan urine berwarna pekat,

    namun pada kasus tidak ditemukan karena tidak adanya penurunan perfusi ginjal yang

    ditandai dengan hasil lab tgl. 27 Juli 2009 Ureum 60 mg/dL dan Kreatinin 2,1 mg/dL,

    dimana hasil tersebut masih dalam batas normal dan merupakan indicator adanya

    perubahan fungsi ginjal.

    58

    56

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    59/67

    Pemeriksaan diagnostic menurut teori terdiri dari EKG, sonogram, skan jantung,

    kateterisasi jantung, rontgen dada, enzim hepar, elektrolit, oksimetri nadi, AGD, BUN,

    kreatinin, albumin/transferin serum, ESR, dan pemeriksaan tiroid. Sedangkan pada

    kasus, klien hanya dilakukan pemeriksaan EKG, Echocardiogram, pemeriksaan darah

    Kimia, Rutin, dan Urin, karena pada pemeriksaan tersebut sudah jelas bahwa klien

    mengalami gagal jantung.

    Pada saat pengkajian penulis tidak menemukan hambatan karena klien yang sangat

    kooperatif dalam memberikan informasi yang dibutuhkan serta kerjasama yang baik dari

    perawat ruangan kepada penulis.

    B. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan yang ada pada teori ditemukan 10 (sepuluh) diagnosa

    keperawatan, namun pada kasus hanya ditemukan 3 (tiga) diagnosa yang sesuai dengan

    teori. Diagnosa yang ada pada teori namun tidak ditemukan pada kasus, yaitu :

    1. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung, hal

    ini dikarenakan data-data yang ada kurang menunjang untuk mengangkat

    masalah ini.

    2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara oksigen

    dengan kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama/imobilisasi, karena klien

    masih dapat mentoleransi aktifitas secara mandiri dan juga ditunjukkan oleh hasil

    lab yang masih dalam batas normal (Hb 11,8 g/dL).

    3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi

    glomerulus/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air, karena tidak

    59

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    60/67

    ditemukannya penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan hasil lab yang

    masih berada dalam batas normal.

    4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah

    baring lama, edema, penurunan perfusi jaringan, karena klien masih dapat

    mentoleransi aktifitas, sehingga klien tidak mengalami tirah baring yang lama

    yang dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit.

    5. Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    nafsu makan menurun dan intake yang kurang, hal ini tidak diangkat karena data-

    data yang ada tidak menunjang.

    6. Risiko kambuh berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai perawatan gagal

    jantung, hal ini tidak diangkat karena klien telah diberikan informasi sebelumnya

    oleh petugas kesehatan sehingga klien dapat mengetahui mengenai perawatan

    gagal ginjal dan dapat bekerjasama dengan perawat ataupun dokter untuk

    mengatasi masalah yang ada pada klien.

    7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan

    dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi

    jantung/penyakit/gagal, karena klien telah diberikan informasi oleh dokter

    mengenai penyakit yang dideritanya.

    Sedangkan diagnosa yang ditemukan pada kasus namun tidak ditemukan pada teori

    adalah :

    1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder akibat

    gangguan pernafasan, hal ini dikarenakan klien mengatakan sesak yang

    60

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    61/67

    dialaminya selalu timbul pada malam hari yang mengakibatkan tidurnya

    terganggu.

    2. Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme

    sekunder terhadap tindakan invasif (infus), hal ini dikarenakan klien terpasang

    infus sejak tanggal 24 Juli 2009.

    Pada diagnosa keperawatan tidak ditemukan hambatan, karena diagnosa dirumuskan

    berdasarkan data yang ada sebagai respon klien terhadap penyakitnya. Faktor pendukung

    yaitu adanya sumber-sumber mengenai gagal jantung yang dapat membantu untuk

    menetapkan diagnosa yang sesuai dengan keadaan klien saat ini.

    C. Perencanaan

    Pada perencanaan menurut teori harus berdasarkan prioritas masalah dan menetapkan

    tujuan dan kriteria hasil serta menyusun rencana tindakan, sedangkan pada kasus penulis

    juga membuat perencanaan berdasarkan prioritas masalah, tujuan dan kriteria hasil serta

    rencana tindakan yang disesuaikan dengan kondisi klien.

    Pada penetapan tujuan ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus, pada teori

    tidak terdapat batasan waktu dalam mengatasi masalah, sedangkan pada kasus penulis

    sudah menetapkan batasan waktu dalam mengukur waktu pencapaian tujuan akhir dan

    menggunakan metode SMART. Pada kasus, batasan waktu yang digunakan penulis

    adalah 3x24 jam sesuai dengan waktu dinas penulis selama 3 hari. Hal ini berdampak

    terhadap penetapan kriteria yang harus disesuaikan dengan waktu pemberian asuhan

    keperawatan.

    61

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    62/67

    Pada perencanaan di teori sama dengan yang ada pada kasus, tindakan pada kasus

    disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Dalam

    perencanaan penulis tidak mengalami kesulitan karena sudah disusun sesuai dengan

    kondisi klien dan mengacu pada teori serta mendapat dukungan dan kerja sama dari

    klien dan perawat ruangan.

    D. Pelaksanaan

    Pada pelaksanaan tidak semua rencana tindakan dapat dilaksanakan sendiri oleh penulis,

    karena penulis hanya berdinas selama 8 jam dalam 1 kali shift. Untuk mengatasinya

    maka tindakan keperawatan tersebut didelegasikan kepada perawat ruangan sehingga

    pelaksanaannya dapat berkelanjutan.

    Semua tindakan yang telah dilakukan oleh penulis maupun perawat ruangan serta respon

    klien terhadap tindakan langsung didokumentasikan di catatan keperawatan yang

    mencakup waktu, tindakan, serta respon klien juga tidak lupa tanda tangan perawat yang

    melakukan tindakan sebagai aspek legal pendokumentasian. Namun dalam

    pendokumentasian di ruangan masih terdapat kekurangan yaitu pada catatan

    keperawatan belum dicantumkan kolom-kolom seperti nomor diagnosa keperawatan,

    tanggal dan waktu pelaksanaan, jenis tindakan dan respon klien serta tanda tangan

    perawat yang melakukan secara lengkap.

    Dalam pendokumentasian tidak sesuai dengan yang diharapkan pada teori, seperti

    kelalaian dalam pencatatan balance cairan. Oleh karena itu penulis menyarankan agar

    klien dapat memiliki catatan intake dan output per 8 jam sendiri, agar apabila perawat

    62

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    63/67

    lalai dalam mendokumentasikan balance cairan, klien memiliki catatan sehingga dapat

    dicantumkan pada dokumentasi keperawatan.

    Faktor pendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien adalah sikap klien

    yang sangat kooperatif dan mau bekerjasama apabila penulis hendak melakukan

    tindakan keperawatan pada klien.

    E. Evaluasi

    Dari 5 diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien, hanya 1 yang teratasi, dan ada

    4 masalah yang belum teratasi, yaitu penurunan curah jantung, risiko kerusakan

    pertukaran gas, gangguan pola tidur, dan risiko terjadinya infeksi. Untuk diagnosa

    pertama yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

    miokardial, tujuan tercapai sebagian karena dari 14 kriteria hasil yang ditetapkan hanya

    4 yang belum dapat tercapai, seperti wajah klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri

    5, klien tampak memegangi bagian yang sakit, nyeri yang dialami klien belum hilang,

    dan masih hilang timbul, sehingga perlu adanya tindak lanjut untuk mengatasi masalah

    tersebut.

    Untuk diagnosa kedua risiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

    membran kapiler-alveolus, tujuan tercapai sebagian, karena dari 8 kriteria hasil yang

    ditetapkan hanya 4 yang belum dapat tercapai, seperti klien masih tampak sesak, tampak

    menggunakan otot bantu pernapasan, kedalaman dangkal, klien tampak lemas, RR :

    26x/menit. Klien mengatakan masih mengalami sesak, terutama dimalam hari.

    63

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    64/67

    Untuk diagnosa ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun

    sekunder akibat gangguan pernapasan, tujuan tercapai sebagian karena dari 9 kriteria

    hasil yang ditetapkan, 4 yang belum tercapai, seperti wajah klien tampak pucat, klien

    tampak lemas, klien tampak gelisah dan ketakutan bila sesaknya timbul, klien

    mengatakan masih mengalami sesak yang timbul pada malam hari, sehingga kebutuhan

    tidur klien pada malam hari menjadi terganggu.

    Untuk diagnosa keempat risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya

    mikroorganisme sekunder terhadap tindakan invasive (infus) tujuan belum tercapai,

    karena infus masih terpasang pada tangan kanan klien, karena klien masih mendapatkan

    terapi injeksi lasix 1x40 mg.

    Karena keempat diagnosa keperawatan tersebut belum teratasi dan klien masih

    memerlukan perawatan yang berkelanjutan, maka penulis mendelegasikan kepada

    perawat ruangan untuk melanjutkan kembali asuhan keperawatan yang telah dibuat

    untuk mengatasi masalah keperawatan klien. Faktor penunjang dalam melakukan

    evaluasi adalah klien dan perawat ruangan bersikap kooperatif dan mau bekerjasama

    dengan penulis.

    BAB V

    64

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    65/67

    PENUTUP

    Pada Bab ini penulis akan menyimpulkan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan.

    Untuk selanjutnya memberikan masukan berupa saran yang diharapkan dapat

    bermanfaat bagi pihak rumah sakit, perawat ruangan, serta klien.

    A. Kesimpulan

    Setelah memberikan asuhan keperawatan dan melakukan pembahasan antara teori dan

    kasus, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :

    1. Ditemukan adanya perbedaan pada pengkajian antara teori dan kasus yaitu pada

    kasus tidak ditemukan adanya distensi vena jugularis dan tidak adanya edema

    pada ekstremitas, serta pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada kasus hanya

    EKG, echocardiogram dan pemeriksaan darah kimia, hal ini disebabkan respon

    setiap orang berbeda terhadap penyakit, tergantung keparahan dan daya tahan

    tubuh klien itu sendiri.

    2. Ditemukan adanya perbedaan diagnosa antara teori dan kasus. Diagnosa yang

    ada pada teori terdapat 10 (sepuluh) diagnosa, namun pada kasus hanya diangkat

    6 diagnosa, yang terdiri dari 3 (tiga) diagnosa yang sesuai dengan teori dan

    ditemukan 3 diagnosa yang tidak ada pada teori namun terdapat pada kasus.

    Diagnosa yang diangkat pada kasus disesuaikan dengan respon klien saat ini,

    sehingga perbedaan antara teori dan kasus dapat dipahami.

    65

    63

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    66/67

  • 8/6/2019 uap CHF simat

    67/67