refarat nipah ensefalitis

27
PENDAHULUAN Pada tahun 1998, wabah ensefalitis akut di Malaysia yang menyebabkan penemuan sejenis paramyxovirus yaitu virus Nipah. Virus nipah menyebabkan penyakit parah yang ditandai dengan peradangan pada otak (ensefalitis) dan sering di kenal dengan penyakit pernapasan. Infeksi virus Nipah merupakan penyakit endemik yang muncul di Asia Tenggara. Virus ini dibawa oleh kelelawar pemakan buah dari genus Pteropus, yang merupakan host yang dapat beradaptasi dengan baik. 1 Virus Nipah ditemukan pertama kali ketika terjadi wabah penyakit di Kampung Sungai Nipah, Malaysia pada tahun 1998. Virus ini bersama virus Hendra merupakan bentuk virus baru yaitu Henipavirus dalam family Paramyxoviridae. Infeksi virus Nipah ini di Malaysia dikenal juga dengan sebutan Porcine Respiratory and Ensefalitis Syndrome (PRES) dan nama umumnya adalah "Barking Sindrom Babi" (BSB). Nipah merupakan penyakit virus yang dapat menular pada hewan dan manusia. Wabah virus Nipah telah dilaporkan di Asia Tenggara (Malaysia, Singapura, India, dan Bangladesh). OIE and Australian Health Authorities

Upload: donny-heykel-madjido

Post on 28-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Refarat

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Pada tahun 1998, wabah ensefalitis akut di Malaysia yang menyebabkan penemuan

sejenis paramyxovirus yaitu virus Nipah. Virus nipah menyebabkan penyakit parah yang

ditandai dengan peradangan pada otak (ensefalitis) dan sering di kenal dengan penyakit

pernapasan. Infeksi virus Nipah merupakan penyakit endemik yang muncul di Asia

Tenggara. Virus ini dibawa oleh kelelawar pemakan buah dari genus Pteropus, yang

merupakan host yang dapat beradaptasi dengan baik.1 Virus Nipah ditemukan pertama kali

ketika terjadi wabah penyakit di Kampung Sungai Nipah, Malaysia pada tahun 1998. Virus

ini bersama virus Hendra merupakan bentuk virus baru yaitu Henipavirus dalam family

Paramyxoviridae. Infeksi virus Nipah ini di Malaysia dikenal juga dengan sebutan Porcine

Respiratory and Ensefalitis Syndrome (PRES) dan nama umumnya adalah "Barking

Sindrom Babi" (BSB). Nipah merupakan penyakit virus yang dapat menular pada hewan

dan manusia. Wabah virus Nipah telah dilaporkan di Asia Tenggara (Malaysia, Singapura,

India, dan Bangladesh). OIE and Australian Health Authorities merekomendasikan bahwa

virus Nipah merupakan zoonosis yang sangat serius dengan kasus kematian 40-70%.2

Awalnya, sindrom ini tidak teridentifikasi karena mordibitas dan tingkat kematian

yang tidak berlebihan dan tanda – tanda klinis yang tidak berbeda dengan penyakit lain.

Namun, penyakit ini tampaknya berhubungan erat dengan epidemik ensefalitis virus yang

terjadi pada para pekerja peternakan babi di Malaysia. Virus Nipah dapat menular dari

hewan ke manusia, dan juga dapat menular langsung dari manusia ke manusia. Di

Bangladesh, setengah dari kasus yang dilaporkan antara 2001 dan 2008 adalah penularan

yang terjadi dari manusia ke manusia. Virus Nipah dapat menyebabkan penyakit yang

parah pada hewan domestik seperti babi. Kelelawar buah dari family Pteropodidae yang

adalah hospes alami dari virus Nipah.1 Pada bulan Februari tahun 1999, penyakit serupa

diidentifikasi pada babi dan manusia di daerah – daerah lain di Malaysia, dimana ini adalah

hasil dari perpindahan babi yang terinfeksi ke daerah lain yang menimbulkan wabah baru.

Pada bulan Maret tahun 1999, terdapat 11 kasus penyakit pernapasan dan ensefalitis yang

tercatat di Singapura yang terjadi pada pekerja di rumah potong hewan yang menangani

babi yang berasal dari daerah wabah di Malaysia. Wabah di Singapura berakhir ketika

impor babi dari Malaysia dilarang, dan wabah di Malaysia berhenti ketika 11 juta babi

dimusnahkan dari daerah wabah dan disekitarnya. Sebanyak 265 kasus ensefalitis, dimana

105 kasus mengakibatkan kematian yang dikaitkan dengan wabah di Malaysia.3

PEMBAHASAN

A. Definisi

Virus Nipah ditemukan pertama kali ketika terjadi wabah penyakit di Kampung

Sungai Nipah, Malaysia pada tahun 1998. Virus ini bersama virus Hendra merupakan

bentuk virus baru yaitu Henipavirus dalam family Paramyxoviridae (Anno 1999).

Infeksi virus Nipah ini di Malaysia dikenal juga dengan sebutan Porcine Respiratory

and Ensefalitis Syndrome (PRES) dan nama umumnya adalah "Barking Sindrom

Babi" (BSB).

Nipah (nee-pa) merupakan penyakit virus yang dapat menular pada hewan dan

manusia. Wabah virus Nipah telah dilaporkan di Asia Tenggara yaitu Malaysia,

Singapura, India, dan Banglades. OIE and Australian Health Authorities

merekomendasikan bahwa virus Nipah merupakan zoonosis yang sangat serius

dengan kasus kematian 40-70%.

B. Penyebab

a. Agen

Agen penyebab dari virus Nipah yaitu berasal dari family Paramyxoviridae.

Klasifikasi dari virus Nipah tersebut yaitu sebagai berikut:

Grup : Grup V ((-) ssRNA)

Ordo : Mononegavirales

Famili : Paramyxoviridae

Genus : Henipavirus

Type spesies : Hendravirus

Spesies : Nipah virus

b. Karakteristik Virus

1) Morfologi Virus Nipah

a. Spiral yang simetris

b. Memiliki selubung yang jelas (amplop)

c. Ukuran diameter 150-200 nm

d. Panjang 10.000-10.040 nm

e. Berbentuk bulat dan berfilamen

f. Bentuknya bervariasi

g. Ukuran diameter inti kapsid 13-18 nm

2) Komposisi Genetik

a. Virus RNA

b. Umumya bersifat negatif

c. Panjang nukleotida 15.200-15.900

d. Beruntai tunggal

3) Struktur Nirus Nipah

Gambar 1. Struktur virus Nipah

4) Siklus

Hidup

Replikasi virus Nipah sering terjadi pada epitel pernapasan host.

Replikasi virus ini mirip dengan virus lain yang terdapat dalam kelompok

Paramyxoviridae dan secara keseluruhan sangat mirip dengan virus

influenza. Replikasi kelompok virus ini terjadi di sitoplasma. Virus melekat

pada permukaan sel inang, masuk membran plasma, dan inti kapsid

dilepaskan ke dalam sel. RNA negatif ditranskripsikan menjadi RNA

pembawa dan RNA positif yang digunakan untuk membuat RNA negatif.

Setelah terjadi pertemuan antara kedua virus RNA tersebut, kemudian virus

mulai bertunas dari membran sel. Virus ini memiliki kemampuan seperti

sel-sel yang dapat berfusi dan menciptakan sel-sel berinti besar yang disebut

syncytia. Virus dapat shedding dan berpindah ke tubuh inang lainnya

melalui feses, urin, air liur dan batuk.

5) Vektor biologis

Virus Nipah telah terbukti dapat menyebabkan penyakit klinis pada

babi dan manusia serta terjadi perubahan serologi di beberapa hewan seperti

tikus, kucing, anjing, kuda, dan hewan ternak lainnya. Virus Nipah juga

sangat umum di berbagai spesies kelelawar yang menjadi inang difinitif dari

virus ini. Penularan virus ini baik dari hewan ke hewan maupun dari hewan

ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung pada hewan yang

terinfeksi (biasanya babi) sehingga pada proses transmisi tidak melalui

vektor biologis.

C. Epidemiologi

Sejauh ini, virus Nipah telah menginfeksi 477 orang dan membunuh 252 sejak

tahun 1998. Penyebaran wabah virus Nipah di Bangladesh dan India selama 2001-

2008 ditunjukkan pada Gambar 1. Wabah Nipah di Asia memiliki pola musiman yang

kuat dan jangkauan geografis yang terbatas. Morbiditas dan data kematian infeksi

virus Nipah pada manusia disajikan pada Tabel 2. Tingkat fatalitas kasus yang

disebabkan oleh virus Nipah berkisar antara 40-70% meskipun telah setinggi 100%

pada beberapa wabah.

D. Sumber Infeksi Dan Cara Penularan

1. Host Definitif

Inang alami virus Nipah adalah sejenis kelelawar buah dari genus Pteropus.

Hewan ini mendistribusikan virus ke wilayah timur, barat, dan tenggara wilayah

Australia, Indonesia, Malaysia, Filipina dan sebagian wilayah Pulau Pasifik.

Kelelawar diketahui rentan terinfeksi penyakit ini namun tidak menunjukan gejala

klinis. Virus Nipah ditemukan pada banyak spesies kelelawar buah, diantaranya

adalah Pteropus hyomelanus, Pteropus vampyrus, Pteropus giganticus, Pteropus

lylei, Cynopterus brchyotis, Eonycteris spelaea, Hipposideros larvatus dan

Scotophilus insectivorous kuhlii. Kelelawar buah dari genus Pteropus seperti

Pteropus vampyrus dan Pteropus hypomelanus di Malaysia dan Pteropus lylei

yang ditemukan di bagian Indochina merupakan induk semang alami virus Nipah.

Beberapa distribusi dari spesies Nipah yang berada di Asia di sajikan pada Tabel

1. Berhubung distribusi virus Nipah yang dari kelelawar buah melimpah secara

local di Asia Selatan, maka dampak wabah dari virus ini mungkin akan terus

terjadi di negara – negara lain.

2. Host Reservoir

Induk semang antara virus Nipah adalah babi. Babi adalah hewan yang

diketahui secara umum memiliki kemiripan genetik dengan manusia, maka dari

itu sering sekali virus yang menyerang manusia dengan beradaptasi terlebih

dahulu di tubuh babi, termasuk virus Nipah. Babi yang terinfeksi virus Nipah

dapat menunjukkan gejala asimptomatis dan juga simptomatis. Gejala yang

simptomatis sering membuat kekhawatiran para peternak. Penularan virus Nipah

dari kelelawar buah ke babi dapat terjadi karena adanya tumpang tindih antara

habitat kelelawar dan peternakan babi di semenanjung Malaysia.

3. Penularan dari Hewan ke Hewan

Babi adalah induk semang antara yang berpotensi tinggi menyebarkan

penyakit. Babi yang terkena virus Nipah mempunyai beberapa karakter, ada yang

tidak menunjukkan gejala klinis dan ada yang menunjukkan gejala klinis. Virus

Nipah disebarkan oleh kelelawar yang sering bermigrasi. Virus dapat ditemukan

didalam urin, feses, dan sisa buah yang telah dimakan oleh kelelawar tersebut.

Data surveillance menunjukkan bahwa virus Nipah menyebar dengan cepat

diantara babi dalam satu peternakan dan penularannya melalui kontak dengan

sekreta seperti urin, air liur, semen ekskreta dari hewan yang terinfeksi dan hewan

yang menjadi pembawa vrus (carrier). Hewan lain yang dapat terinfeksi adalah

kuda dengan gejala penyakit ensefalitis, anjing dengan gejala mirip distemper,

demam, gangguan pernafasan, dan keluarnya cairan dari hidung dan mata. Kucing

juga bisa terkena infeksi virus Nipah dengan gejala demam, depresi, dan

gangguan pernafasan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyakit ini dapat

ditransmisikan kepada hamster.

4. Penularan dari Hewan ke Manusia

Virus Nipah tidak hanya menyerang babi tetapi juga dapat menyerang

manusia. Kontak langsung dengan babi yang terinfeksi merupakan cara penularan

utama. Kasus pertama ditemukan dalam wabah besar di Malaysia pada tahun

1999. Manusia yang diidentifikasi terinfeksi sebanyak 90% adalah peternak babi

atau pernah kontak dengan babi. Infeksi pada manusia dapat bervariasi dari tidak

ada gejala hingga meninggal. Selama periode epidemik tahun 1998-1999 di

Malaysia, 40-50% dari kasus di manusia mengakibatkan kematian.

Beberapa wabah yang lebih kecil pada manusia terjadi setiap tahun di

Bangladesh dan India Selatan sejak tahun 2001. Tingkat fatalitas lebih dari 200

kasus adalah sekitar 70%. Menurut penelitian Luby dkk pada tahun 2006, kurma

mentah yang terkontaminasi oleh air liur, air seni atau feses kelelawar dianggap

sebagai cara penting dalam penularan virus Nipah ke manusia. Kemunculan

kelelawar yang berhubungan dengan infeksi virus ke manusia diakibatkan

hilangnya habitat alami kelelawar. Habitat kelelawar hancur akibat aktivitas

manusia sehingga hewan tersebut stres, lapar, sistem kekebalan tubuh semakin

lemah, dan jumlah virus dalam urin dan air liur kelelawar bertambah.

Pada saat terjadi wabah virus Nipah di Bangladesh virus dapat ditularkan

secara langsung dan tidak langsung dari kelelawar yang terinfeksi ke manusia.

5. Penularan dari Manusia ke Manusia

Pada awal wabah di Malaysia dan Singapura, sebagian besar infeksi pada

manusia berasal dari kontak langsung dengan babi yang sakit atau bagian jaringan

yang terkontaminasi. Penularan dari manusia ke manusia ditemukan di

Bangladesh pada tahun 2004. Sumber infeksi yang paling mungkin terjadi pada

saat wabah di Bangladesh dan India adalah melalui konsumsi buah-buahan atau

produk buah (misalnya jus kurma mentah) yang terkontaminasi dengan urin atau

air liur dari kelelawar buah yang terinfeksi.

Setelah kejadian wabah di Bangladesh dan India, virus Nipah menyebar

secara langsung dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan orang

terinfeksi melalui sekresi dan ekskresi. Kasus manusia ke manusia juga telah

dilaporkan terjadi pada penjaga dan pekerja rumah sakit di India pada tahun 2001.

Petugas kesehatan dan pengunjung rumah sakit menjadi terinfeksi setelah kontak

langsung dengan pasien rawat inap yang terinfeksi virus Nipah.

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang terlihat sangat bervariasi pada kelompok usia babi. Babi

menunjukkan kematian mendadak akibat gangguan pernapasan yang parah. Babi tua

menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi. Hewan rentan lain yang dapat terkena

virus ini adalah hewan domestik seperti kuda, kambing, domba, kucing, dan anjing.

Secara alami, infeksi Nipah pada hewan lain selain babi, tidak menimbulkan gejala

yang sama seperti pada babi.

Anjing yang terinfeksi virus Nipah menunjukkan gejala hampir sama dengan

gejala klinis yang disebabkan oleh infeksi distemper, yaitu konjungtivitis, mata berair,

ingusan, kadang-kadang disertai sesak napas, sedangkan pada kucing dapat

menimbulkan gangguan pernafasan dan kuda menunjukkan gejala ensefalitis.

Selain itu, manifestasi klinis pada babi sangat bervariasi pada setiap tingkatan

usianya, diantaranya adalah:

Tingkatan Usia Gejala yang khas

Semua usia Gejala klinis berubah sesuai dengan

tingkat pertumbuhannya yaitu

- Gelisah

- Kejang

- Fasikulasi otot

- Kelemahan tulang belakang

- Kematian 1-2 hari setelah

menyerang system pernapasan

- Virus menyerang pernapasan dan

peredaran darah

Babi yang menyusui Tidak terdapat laporan terjadinya penyakit

ini pada babi yang masih menyusui

Babi muda - Batuk

- Pernapasan melalui mulut

- Bentuk tubuh tidak normal

- Konvulsi

Pertumbuhan - Demam

- Penurunan nafsu makan

- Sesak nafas

- Batuk

Dewasa Gangguan saraf yaitu

- Kejang

- Gelisah

- Keguguran

- Kematian saat lahir

- Kematian mendadak

- Demam

- Penurunan nafsu makan

- Sesak nafas

- Pneumoni

- Batuk

- Sekresi hidung berwarna kuning

hijau dan sedikit kemerahan

Manifestasi klinis dari infeksi virus Nipah pada manusia adalah demam, sakit

kepala, cepat lelah, batuk, sakit pada tulang punggung, muntah-muntah, lemah, radang

tenggorokan (susah menelan), dan penglihatan berkurang. Manifestasi dari infeksi

virus Nipah pada manusia ini mirip dengan flu seperti demam dan nyeri otot. Virus

Nipah dalam beberapa kasus juga dapat menyebabkan radang otak yang ditandai

dengan demam, gangguan syaraf, dan sulit bernafas.

Manusia yang terinfeksi penyakit ini mempunyai sifat infeksi yang asimptomatik

(gejala tidak terlihat) sampai yang berat yaitu ensefalitis. Infeksi virus Nipah

menyebabkan demam tinggi selama 3-14 hari, sakit kepala yang sulit diobati dengan

obat-obatan golongan analgesik, diare, gangguan pernafasan, batuk, dan flu. Gejala

ensefalitis yang paling utama yaitu depresi, pusing, inkoordinasi, konvulsi, epilepsi dan

koma. Infeksi virus Nipah umumnya menyerang orang dewasa yang pernah kontak

dengan babi yang terinfeksi. Hal ini berkaitan erat dengan jenis pekerjaan yaitu sebagai

pekerja di peternakan babi atau rumah potong hewan.

Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) terjadi antara 4-45

hari. Penyakit yang disebabkan oleh virus Nipah dapat diketahui setelah penderita

mengalami demam dan sakit kepala terus menerus. Gejala ini akan berkembang

menjadi koma dalam 24-48 jam. Kebanyakan orang yang bertahan hidup dari

ensefalitis akut dapat pulih kembali, namun sekitar 20% masih mengalami konsekuensi

tanda neurologis seperti kejang persisten dan perubahan kepribadian. Sejumlah kecil

orang yang sembuh akan kambuh kembali dan dapat mengalami ensefalitis kronis.

Neurologis yang tidak berfungsi persisten dapat terjadi lebih dari 15% dalam jangka

waktu yang lama. Tingkat fatalitas kasus pada manusia diperkirakan mencapai 9-75%,

tergantung pada kemampuan virus menginfeksi.

F. Diagnostik Agen Penyebab

Virus Nipah merupakan virus yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia,

maka diagnosa infeksi virus Nipah memerlukan penanganan khusus. Diagnosa

penyakit dapat dilakukan berdasarkan epidemiologi penyakit, pengamatan gejala klinis

yang ditimbulkan, pemeriksaan laboratorium yang mencakup deteksi antibodi yang

spesifik, isolasi virus penyebab, deteksi virus antigen dari sampel yang dicurigai, dan

pemeriksaan patologi anatomi.

Berbagai tes untuk virus atau antibodi virus Nipah antara lain serum

neutralization (SN), polymerase chain reaction (PCR), enzyme-linked immunosorbent

assay (ELISA) dan teknik antibody fluorescence. Virus mudah tumbuh didalam kultur

jaringan. Virus Nipah merupakan zoonosis patogen biosecurity level 4 (BSL 4) dan

harus sangat hati-hati dalam penanganan hewan yang terinfeksi, dalam mengumpulkan

dan menguji sampel (Daniel et al. 2001).

Uji SN merupakan uji yang paling sensitif dan spesifik untuk virus Nipah,

sehingga uji tersebut dijadikan gold standard pengujian virus Nipah. Uji SN tersebut

tidak tepat digunakan untuk melakukan surveillance karena pada uji SN digunakan

virus hidup yang penangannnya mutlak dilakukan di laboratorium yang memiliki

tingkat keamanan sangat tinggi dengan fasilitas Biosecurity Level (BSL) 4 sehingga

biayanya menjadi sangat mahal. Sebagian besar negara di Wilayah Asia Tenggara tidak

memiliki fasilitas yang memadai untuk mendiagnosa virus atau cara

mengendalikannya. Bangladesh, India dan Thailand telah mengembangkan kapasitas

laboratorium untuk tujuan diagnostik dan penelitian.

Uji ELISA dapat digunakan dan diterapkan di laboratorium yang sederhana

karena menggunakan virus yang telah dimatikan sebagai antigen. Uji ELISA ini

merupakan uji pilihan yang paling tepat dalam melakukan pengujian terhadap infeksi

virus Nipah. Balai Besar Penelitian Veteriner (B Balivet) telah menerapkan uji ELISA

terhadap serum babi dari beberapa daerah di Indonesia. Konfirmasi terhadap infeksi

virus Nipah harus dilakukan dengan uji SN yang saat ini hanya dapat dilakukan di

laboratorium Australian Animal Health Laboratory (AAHL), Australia.

Deteksi antigen dengan menggunakan uji immuno-histokimia dari sampel organ

yang terinfeksi merupakan uji yang sangat memungkinkan dapat diterapkan di

Indonesia. Deteksi antigen dapat pula dilakukan dengan menggunakan polymerase

chain reaction (PCR) atau teknik antibodi fluorescence (IFAT), namun pemeriksaan ini

membutuhkan pengamanan yang khusus dan dilakukan di laboratorium dengan fasilitas

BSL 3.

Pemeriksaan virus Nipah dapat dilakukan juga dengan kultur sel. Spesimen darah

10 ml, darah utuh dalam tabung EDTA 10 ml, fiksasi spesimen paru-paru segar, otak,

organ-organ dan jaringan utama.

G. Tindakan Pencegahan Dan Pengendalian

Pencegahan merupakan sebagian dari komponen pengendalian. Sejak

ditemukannya virus Nipah di Malaysia dan Singapura kebijakan-kebijakan mulai

dikembangkan untuk membantu membasmi penyakit tersebut. Salah satunya adalah

membasmi penyebaran virus Nipah dengan memilih babi yang berkualitas,

memberikan vaksin pada ternak, mencari informasi lebih lanjut tentang pembawa

utama virus, epidemiologi, dan patogenesis virus. Pencegahan lainnya adalah dengan

tidak melakukan kontak langsung terhadap cairan tubuh dan jaringan hewan yang

terinfeksi. Pencegahan terbaik pada hewan adalah berusaha menghindari babi yang

diduga telah kontak dengan kelelawar buah dan mencegah hewan lain mendekati babi

yang terinfeksi virus tersebut.

Pencegahan pada manusia yang terbaik adalah berusaha menghindari kontak

langsung dengan hewan yang dapat ditularkan oleh virus Nipah seperti memakan

daging hewan yang tertular dan tidak memakan buah yang mungkin terkontaminasi

oleh air liur atau urin kelelawar buah penyebab virus Nipah tersebut. Pekerja kesehatan

yang menangani pasien terinfeksi virus Nipah juga diharapkan lebih waspada dengan

selalu menggunakan standar keamanan ketika menangani pasien dan diberi vaksin

sebagai antisipasinya.

Pengawasan berulang (surveillance) adalah cara penting deteksi dini untuk

penyakit yang disebabkan oleh virus Nipah. Cara ini telah diimplementasikan di

Malaysia, Thailand, dan Bangladesh. Antibodi untuk henipavirus dapat ditemukan pada

kelelawar buah di Madagaskar (Pteropus rufus, Eidolon dupreanum) dan selain itu

dapat ditemukan juga pada kelelawar buah di Ghana (Eidolon helvum). Hal ini

menandakan suatu distribusi geografi yang luas tetapi tidak ditemukan adanya infeksi

pada manusia atau spesies lain di Kamboja, Thailand atau Afrika. Kesadaran pada

infeksi virus ini harus ditingkatkan pada lokasi endemik yang disebabkan oleh

kelelawar buah. Pengawasan pada hewan seperti kuda dan babi juga penting untuk

deteksi dini infeksi virus Nipah.

Tidak ada vaksin yang spesifik untuk mencegah infeksi virus Nipah namun

vaksin aktif virus Nipah dan transfer pasif dari antibodi virus ini telah menunjukkan

hasil yang baik pada penelitian dengan menggunakan hamster. Penelitian yang

dilakukan oleh Walpita dkk pada tahun 2011, mendeskripsikan vaksin potensial dari

virus Nipah (NiV) yang menyerupai partikel virus (NiV VLPs) dan tersusun oleh tiga

protein virus Nipah yaitu protein G, F dan M. Ekspresi yang dihasilkan dari protein ini

mengoptimalkan kondisi dalam jumlah yang dapat dihitung dari VLPs dengan banyak

vaksin yang diinginkan termasuk beberapa VLPs dari paramyxovirus yang tidak

terdeskripsikan. Vaksin yang dibuat dengan formulasi sub-unit vaksin rekombinan

yang dapat melindungi agen letal virus Nipah berubah pada kucing. Vaksin virus Nipah

F dan G dari vektor ALVAC Canarypox dapat menjadi vaksin untuk babi dan

berpotensi untuk manusia. Strategi utama adalah untuk mencegah virus Nipah pada

manusia.

Virus Nipah mudah diinaktifasikan oleh berbagai disinfektan, deterjen, sabun dan

natrium hipoklorit (pemutih). Pembersihan fisik secara rutin dengan penggunaan

disinfektan komersial atau pemutih akan mengendalikan virus di dalam lingkungan

namun belum ada obat yang terbukti efektif dalam mengobati infeksi.

Pengobatan awal dapat dilakukan dengan menggunakan obat antiviral yaitu

ribavarin yang dapat mengurangi demam dan gejala lainnya. Keefektifan pengobatan

ini belum dipastikan dalam meningkatkan kelangsungan hidup penderita. Pengobatan

ini difokuskan pada demam dan gejala saraf pada penderita. Bagi pasien yang terinfeksi

virus cukup parah disarankan untuk dirawat di rumah sakit dan bila perlu menggunakan

ventilator. Ribavarin diberikan secara oral atau intravena untuk 140 orang yang

terinfeksi oleh virus ini dan asiklovir diberikan kepada semua pasien selama wabah di

Singapura.