presus efusi perikardium-dahvia

Upload: edi-iskandar

Post on 03-Apr-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    1/20

    I. Identitas Pasien

    Nama : Ny. S

    Umur : 68 tahun

    Agama : Islam

    Status : janda (meninggal)

    Alamat : Kramat Jati

    Pekerjaan : tidak bekerja

    Tanggal masuk bangsal : 30 Mei 2012

    II. Anamnesis (autoanamnesis)

    Keluhan utama : sesak sejak 3 hari SMRS, nafas berat.

    Keluhan tambahan : nyeri ulu hati, demam, lemes, pusing, batuk.

    III. Riwayat Penyakit Sekarang

    OS datang ke IGD RSUD Pasar Rebo bersama anaknya pada tanggal 30 Mei 2012

    dengan keluhan sesak sejak 3 hari SMRS. OS juga mengeluh nyeri ulu hati, demam,

    lemes dan pusing. OS juga mengeluh batuk sudah 2 minggu dan rajin ke rumah sakit

    untuk beli obat. Anak OS bercerita kalau ibunya minum obat batuk ambroksol selama

    batuk.

    IV. Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat penyakit seperti ini disangkal.

    Waktu muda os pernah sakit batuk cukup lama.

    V. Riwayat Penyakit keluarga

    Riwayat DM disangkal. Riwayat Hipertensi disangkal.

    Anak OS meninggal dengan sakit kanker otak dan liver (2 orang).

    VI. Pemeriksaan fisik

    Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos mentis

    Tekanan Darah : 210/100 mmHg

    Laju Nadi : 80 X/menit

    1

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    2/20

    Laju Napas : 24 X/menit

    Suhu : 37oC

    Gizi : cukup

    Berat Badan : -

    Tinggi Badan : -

    BMI : -

    Kulit : lembab.

    Kepala : normocephal.

    Mata : konjungtiva sedikit anemis, sklera tidak ikterik.

    Mulut : mukosa normal, tonsil T1/T1, faring tidak hiperemis, lidah dbn.

    Leher : tidak teraba pembesaran KGB, tidak teraba pembesaran kelenjar

    tiroid.

    Ekstremitas : akral hangat, seluruh kulit lembab, edema kaki +/+

    Pemeriksaan Fisik

    a. Thorak

    I : gerakan dinding dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi

    P : tidak dilakukan

    P : tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan/lepas

    A : suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

    b. Jantung

    I : Ictus cordis tidak terlihat

    P : tidak dilakukan

    P : tidak dilakukan

    A : reguler BJ 1-2 normal, murmur -, gallop -

    c. Abdomen

    I : buncit, gerakan statis dinamis

    P : nyeri tekan epigastrium +, tes undulasi +

    P : tidak dilakukan

    A : bising usus +

    VII. Pemeriksaan penunjang

    2

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    3/20

    Darah Lengkap

    EKG

    Ekokardiografi

    Rontgen torak

    VIII. Resume

    Ny. S datang ke IGD RSUD Psr Rebo dengan keluhan sesak sejak 3 hari sebelum

    masuk rumah sakit. Ny. S juga mengeluh nyeri ulu hati, demam, lemas, pusing dan

    batuk. Batuk Ny. S rasakan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Ny. S

    mengonsumsi obat batuk ambroxol. Ny. S memiliki riwayat sakit batuk yang cukup

    lama tapi tidak ingat berapa lama dulu sewaktu muda. Riwayat hipertensi, DM dan

    asma disangkal. Dilakukan pemeriksaan darah lengkap waktu di IGD. Hasilnya

    menunjukkan penurunan kadar Hb yaitu 8,7 g/dl, Ht 26%, Leukosit 2270 uL, dan

    trombosit 71.000 uL.

    IX. Diagnosis

    Dispneu

    DD : HHD

    X. Terapi

    IVFD RA

    Ranitidin

    Lasix

    3

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    4/20

    FOLLOW UP PASIEN

    12.06.2012

    S :Napas terasa berat, lemes, badan pegel-pegel, batuk.

    O : TD = 110/70 mmHg, N = 68 x/menit, T = 36oC, R = 24 x/menit.

    Tho : vesikuler, Wh -, Rh -

    Cor : BJ I - BJ II reguler, menjauh, G -, M -

    Abd : NT ulu hati -, BU +, tes undulasi +, teraba masa mobile

    Ext : akral hangat, edema -/-

    A : Efusi Perikardium

    P : Infus Combiflex/24 jam

    Re TB 1x1

    Biocoliv 1x1

    Stabixim 2x1 gram

    Hasil Rontgen

    4

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    5/20

    5

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    6/20

    Hasil Darah Lengkap

    Tanggal Hb (g/dl) Ht (%) Trombosit (uL) Leukosit (uL)

    30.05.2012 8,7 26 71.000 2270

    31.05.2012 8,2 24 79.000 2190

    03.06.2012 8,8 26 74.000 2550

    05.06.2012 9,4 28 96.000 9920

    12.06.2012 8,9 29 63.000 12.220

    31.05.2012 LED Prot. Total Albumin Globulin

    6 4,4 2,3 2,1

    Bilirubin tot. Bil. Direk Bil. Indirek A. fosfatase

    0,06 0,42 0,24 60

    01.06.2012 LED

    10

    02.06.2012 Albumin

    3,0

    Pada tanggal 31.05.2012 : Diberikan albumin 100 cc 20%

    PRC 200 cc, lasix 1 amp.

    Pada tanggal 01.06.2012 : Albumin 20%

    6

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    7/20

    Hasil Ekokardiografi

    Hasil : Rongga-tongga jantung normal, LV menebal, EF 84%, katub normal, ada cairan

    intrapericard & fibrin positif, volume kurang lebih 60 cc.

    Diagnosis : Efusi Perikardium susp. TB, tamponade -.

    Hasil EKG 13.06.2012

    7

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    8/20

    13.06.2012

    S : napas masih berat, batuk, badan pegel-pegel, lemes.

    O : TD = 110/70 mmHg, N = 68 x/menit, T = 36oC, R = 24 x/menit.

    Tho : vesikuler, Wh -, Rh -

    Cor : BJ I - BJ II reguler, menjauh, G -, M -

    Abd : NT ulu hati -, BU +, tes undulasi +, teraba masa mobile

    Ext : akral hangat, edema -/-

    A : Efusi Perikardium

    P : Infus Combiflex/24 jam.

    8

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    9/20

    Terapi selama dirawat :

    Injeksi

    Cernevit / drip

    Lasix (30.05.2012)

    Farmadol drip

    OMZ

    Cedantron

    Triject

    Stabix

    Vit K

    Dycinon

    Oral

    Xanax 3x0,25

    Cedocard 3x5

    Sistenol ext

    Herbeser CD 1x200

    9

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    10/20

    SARI PUSTAKA

    EFUSI PERIKARDIUM

    Definisi

    Efusi perikardium adalah penumpukan cairan abnormal dalam ruang perikardium. Ini

    dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistemik, lokal atau idiopatik. Cairan tersebut dapat

    berupa transudat, eksudat, pioperikardium, atau hemoperikardium. Efusi perikardium bisa

    akut atau kronis, dan lamanya perkembangan memiliki pengaruh besar terhadap gejala-gejala

    pasien. Efusi perikardium merupakan hasil perjalanan klinis dari suatu penyakit yang

    disebabkan oleh infeksi, keganasan maupun trauma. Gejala vang timbul dari keadaan efusi

    perikardium tidak spesifik dan berkaitan dengan penyakit yang mendasari terjadinya efusi

    perikardium.

    Perikardium terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan dalam atau lapisan serosa dan lapisan

    luar atau fibrosa. Bentuk lapisan fibrosa perikardium seperti botol dan berdekatan dengan

    diafragma, sternum dan kartlago kosta. Lapisan serosa lebih tipis dan berdekatan dengan

    permukaan jantung. Perikardium berfungsi sebagai barier proteksi dari infeksi atau inflamasi

    organ-organ sekitarnya. Jumlah normal cairan perikardium 15-50 ml, disekresi oleh sel

    mesotelial. Akumulasi abnormal cairan dalam ruangan perikardium dapat menimbulkan efusi

    perikardium. Selanjutnya akumulasi tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan

    perikardium, penurunan cardiac output dan hipotensi (tamponade jantung). Akumulasi cairan

    yang sangat cepat akan mempengaruhi hemodinamik.

    10

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    11/20

    Etiologi

    Penyebab terjadinya efusi perikardium antara lain :

    Inflamasi dari pericardium (pericarditis) adalah sebagai suatu respon dari

    penyakit, injury atau gangguan inflamasi lain pada pericardium. Pericarditis

    dapat mengenai lapisan visceral maupun parietal perikardium dengan eksudasi

    fibrinosa. Jumlah efusi perikardium dapat bervariasi tetapi biasanya tidak banyak, bisa

    keruh tetapi tidak pernah purulen. Bila berlangsung lama maka dapat menyebabkan

    adhesi perikardium visceral dan parietal.

    Penyebab spesifik dari efusi pericardial adalah :

    a. Infeksi dari Virus, bakterial, jamur dan parasit

    b. Inflamasi dari perikardium yg idiopatik

    c. Inflamasi dari pericardium akibat operasi jantung dan heart attack (Dressler's

    syndrome)

    d. Gangguan Autoimmune, seperti rheumatoid arthritis atau lupus

    11

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    12/20

    e. Produksi sampah dari darah akibat gagal ginjal (uremia)

    f. Hypothyroidism

    g. HIV/AIDS

    h. Penyebaran kanker (metastasis), khususnya kanker paru, kanker payudara,

    leukemia, non-Hodgkin's lymphoma atau penyakit Hodgkin's

    i. Kanker dari pericardium yang berasal dari jantung

    j. Therapy radiasi untuk kanker

    k. Tindakan Chemotherapy untuk kanker

    l. Trauma atau luka tusuk didekat jantung

    m. Obat-obat tertentu seperti obat high blood pressure; isoniazid, phenytoin

    (Dilantin, Phenytek, others), obat kejang epileptic.

    Penyebab tersering efusi perikardium pada keganasan ialah kanker paru dan payudara

    (25-35%). Penyebab lainnya ialah : limfoma, kanker saluran cerna, dan melanoma. Tumor

    primer perikardium seperti mesotelioma atau rhabdomiosarkoma jarang sebagai penyebab

    efusi perikardial. Perluasan langsung keganasan disekirat jantung seperti kanker esofagus dan

    paru dapat juga menyebabkan efusi perikardial. Perikarditis pasca radisi pada penderita

    kanker dapat menimbulkan efusi perikardial yang dapat timbul setelah beberapa minggu

    sampai 12 bulan.

    Patofisiologi

    Pada kasus efusi perikardial metastasis perikardial multipel lebih sering dijumpai pada

    perikardium parietalis dibandingkan dengan perikardium viseralis. Tumor ini secara langsung

    dapat mensekresi cairan (eksudat), tetapi dapat juga menghalangi aliran limfe. Adanya tumor,timbunan cairan serta penebalan perikardium akan mengganggu gerak jantung. Penimbunan

    12

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    13/20

    cairan akan mengganggu pengisian diastolik ventrikel kanan sehingga menurunkan isi

    sekuncup (stroke volume). Hal ini diimbangi oleh mekanisme kompensasi berupa takikardia

    dan peningkatan kontraksi miokardium. Tetapi jika mekanisme kompensasi ini dilewati,

    curah jantung (cardiac output) menurun maka akan terjadi gagal jantung, syok sampai

    kematian. Berapa jumlah cairan agar dapat menimbulkan keadaan ini tergantung dari

    kecepatan pembentukan cairan dan distensibilitas perikardium.3,4

    Perikardium dapat terinfeksi mikobakterium TB secara hematogen, limfogen ataupun

    penyebaran langsung Perikarditis TB sering terjadi tanpa TB paru maupun TB di luar paru

    lain. Penyebaran tersering karena infeksi di nodus mediastinum, secara langsung masuk ke

    perikardium, terutama di sekitar percabangan trakeobronkial.. Protein antigen mikobakterium

    TB menginduksi delayed hypersensitive response dan merangsang limfosit untuk

    mengeluarkan limfokin yang mengaktifasi makrofag dan mempengaruhi pembentukan

    granuloma.

    Terdapat 4 stadium evolusi perikarditis TB

    1. Stadium fibrinosa: terjadi deposit fibrin luas bersamaan dengan reaksi granuloma.

    Stadium ini sering tidak menimbulkan gejala klinis sehingga tidak terdiagnosis.

    2. Stadium efusi : terbentuk efusi dalam kantong perikardium. Reaksi hipersensitif terhadap

    tuberkuloprotein, gangguan resorbsi dan cedera vaskuler dipercaya dapat membentuk efusiperikardium. Permukaan perikardium menjadi tebal dan berwarna abu-abu tampak seperti

    bulu-bulu kusut yang menunjukkan eksudasi fibrin. Efusi dapat berkembang melalui

    beberapa fase yaitu: serosa, serosanguinous, keruh atau darah. Reaksi seluler awal cairan

    tersebut mengandung sel polimorfonuklear (PMN). Jumlah total sel berkisar 500-10000/

    mm3. Terjadi perubahan kimiawi yang ditandai dengan penurunan glukosa dan peningkatan

    protein. Pada stadium ini dapat terjadi efusi masif sebanyak 4 L.

    13

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    14/20

    3. Absorpsi efusi dengan terbentuknya granuloma perkijuan dan penebalan perikardium.

    Pada stadium ini terbentuk fibrin dan kolagen yang menimbulkan fibrosis perikardium.

    4. Penebalan perikardium parietal, konstriksi miokardium akan membatasi ruang gerak

    jantung dan ada deposit kalsium di perikardium. Pada kasus ini sudah terjadi penebalan

    perkardium parietal dan konstriksi miokardium. Bila volume cairan melebihi "penuh" di

    tingkat perikardium itu, efusi perikardial mengakibatkan tekanan pada jantung dan terjadi

    Cardiac Tamponade (tamponade jantung) yaitu terjadinya kompresi jantung akibat darah

    atau cairan menumpuk di ruang antara miokardium (otot jantung) dan perikardium (kantung

    jantung). Kompresi tersebut menyebabkan fungsi jantung menurun.

    Tamponade jantung yang merupakan kompresi jantung yang cepat atau lambat, akibatakumulasi cairan, pus, darah, bekuan atau gas di perikardium; menyebabkan peningkatan

    tekanan intraperikardial yang sangat mengancam jiwa dan fatal jika tidak terdeteksi. Insidens

    tamponade jantung di Amerika Serikat adalah 2 kasus per 10.000 populasi. Lebih sering pada

    anak laki-laki (7:3) sedangkan pada dewasa tidak ada perbedaan bermakna (laki-laki :

    perempuan - 1,25:1).7 Morbiditas dan mortalitas sangat tergantung dari kecepatan diagnosis,

    penatalaksanaan yang tepat danpenyebab.

    Manifestasi Klinis

    Banyak pasien dengan efusi perikardial tidak menunjukkan gejala. Kondisi ini sering

    ditemukan ketika pasien melakukan foto dada x-ray atau echocardiogram untuk mendiagnosa

    penyakit lain. Awalnya, pericardium dapat meregang untuk menampung kelebihan cairan.

    Oleh karena itu, tanda dan gejala terjadinya penyakit.mungkin akan terjadi ketika sejumlah

    besar cairan telah terkumpul.

    Jika gejala muncul, maka kemungkinan akan terdeteksi dari kelainan organ

    disekitarnya, seperti paru-paru, lambung atau saraf frenik (saraf yang terhubung ke

    diafragma). Gejala juga dapat terjadi karena gagal jantung diastolik (gagal jantung yang

    terjadi karena jantung tidak dapat berdetak normal seperti biasanya pada setiap gerakan

    karena kompresi ditambahkan). Biasanya gejala yang timbul pada efusi perikardial yaitu :

    1. Dada seperti ditekan dan terasa sakit

    14

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    15/20

    2. Sesak Napas

    3. Terasa mual

    4. Perut terasa penuh dan kesulitan menelan

    Sedangkan gejala efusi perikardial yang menyebabkan tamponade jantung yaitu :

    1. Kebiruan pada bibir dan kulit

    2. Penderita mengalami syok

    3. Perubahan Status mental

    Gejala klinik tergantung dari jumlah cairan dan kecepatan penimbunan cairan dalam

    kavum perikardium. Penderita efusi perikardial tanpa tamponade sering asimtomatik. Kurang

    dari 30% penderita menunjukkan gejala seperti nyeri dada, napas pendek, ortopnea atau

    disfagia. Pada pemeriksaan fisik tampak vena leher terbendung, suara jantung terdengar jauh,

    tekanan nadi mengecil dan takikardia. Tamponade jantung memberikan gejala : gelisah, sesak

    napas hebat pada posisi tegak dan sesak nafas agak berkurang jika penderita membungkuk

    kedepan, takikardia, tekanan nadi menyempit, pulsus paradoksus (tekanan sistolik turun lebih

    dari 10 mmHg pada inspirasi), hipotensi sampai syok. Batas jantung melebar, suara jantung

    terdengar jauh, terdengar gesekan perikardial, serta vena leher melebar dan berdenyut.

    Gejala klinik tamponade jantung sangat dipengaruhi oleh kecepatan akumulasi cairan

    perikardium. Akumulasi lambat memberi kesempatan kompensasi jantung yang lebih baik

    yaitu: takikardi, peningkatan resistensi vaskuler perifer dalam beberapa hari atau beberapa

    minggu. Tetapi akumulasi yang cepat akan menimbulkan peregangan perikardium yang tidak

    adekuat dan berakibat fatal dalam beberapa menit.

    Pemeriksaan fisis tamponade jantung :

    Trias Beck meliputi hipotensi, peningkatan JVP dan suara jantung melemah.

    Pulsus paradoksus: penurunan tekanan sistolik lebih dari 12 mm Hg pada saat

    inspirasi.

    Kussmaul sign: penurunan tekanan dan distensi JVP yang sebelumnya meningkat saat

    inspirasi.

    15

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    16/20

    Tanda Ewart: gambaran redup di daerah di bawah skapula kiri ; terjadi pada efusi

    perikardial luas.

    Diagnosis

    1. Foto thorak akan menunjukkan jantung membesar berbentuk globuler (water bottle

    heart). Gambaran jantung seperti ini baru tampak jika cairan lebih dari 250 ml. Sering

    juga dijumpai efusi pleura.

    16

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    17/20

    2. Elektrokardiografi : menunjukkan takikardia, gelombang QRS rendah, elevasi

    segmen ST yang cekung, dan electrical alternans.

    3. Ekokardiografi merupakan pemeriksaan noninvasif yang paling akurat. Disini akan

    ampak adanya akumulasi cairan didalam kavum perikardium, kadang-kadang juga

    adanya metastasis pada dinding perikardium. Ekokardiografi merupakan alat

    diagnostik pilihan dan sensitif untuk mendiagnosis efusi perikardium dan tamponadejantung.

    17

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    18/20

    4. Perikardiosentesis diagnostik sebaiknya memakai tuntunan ekokardiografi sehingga

    lebih aman. Sekitar 50% cairan aspirat bersifat hemoragik dan 10% serosanguinus.

    Pada cairan ini dilakukan pemeriksaan kultur, hitung sel dan sitologi. Pemeriksaan

    sitologi cukup sensitif dengan kemampuan diagnostik sekitar 80%, tetapi hasil negatif

    palsu sering dijuampai pada limfoma maligna gan mesotelioma. Dalam keadaan

    demikian dilakukan biopsi perikardium.

    5. Pemeriksaan lain: kateterisasi jantung jarang diperlukan. Disini dijumpai tekanan

    disatolik dalam atrium kana, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis hampir sama.

    Terapi

    Terapi untuk efusi perikardial maligna terdiri dari :

    Terapi non-spesifik atau simtomatik

    Perikardiosentesis terapeutik : Tindakan ini merupakan tindakan darurat pada

    tamponade jantung. Disini dapat dipasang pig tail cathether selama 2-3 hari.

    Selama itu penderita harus diberi antibiotika. Perikardiotomi subxiphoidea dapat

    dilakukan dibawah anestesi lokal. Angka kekambuhan sekitar 6-12%.

    Pembuatan pericardial window : Tindakan ini memerlukan torakotomi dan

    dilakukan drainase dari kavum perikardium ke kavum pleura. Angka kekambuhan

    sekitar 5-20%.

    Perikardiodesis : Disini dilakukan pemberian tetrasiklin, thiothepa atau bleomisin

    ke dalam kavum perikardium untuk melengketkan perikard. Tetrasikin 500 mg

    dalam 25 ml salin dimasukkan dalam 2-3 menit, atau bleomisin 30 unit dalam 20

    ml salin.

    Perikardiektomi : Disini sebagian besar perikardium diangkat sehingga angka

    kekambuhan kecil, tetapi mortalitas dan morbiditas lebih besar. Perikardiektomi

    terutama dilakukan pada perikarditis konstriktif.

    Terapi spesifik

    Terapi ini ditujukkan untuk mengatasi kanker yang menjadi penyebabefusi tersebut.

    Kemoterapi : Kemoterapi terutama diberikan pada kanker payudara, kanker paru

    sel kecil, limfoma dan leukimia. Tindakan ini tidak dapat segera mengurangi

    gejala efusi dan respons jangka panjang tergantung pada sensitifitas kanker

    terhadap kemoterapi.

    18

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    19/20

    Radioterapi : Untuk kanker yang radiosensitif diberikan radiasi dengan dosis

    2000-3000cGy dalam 2-3 minggu.

    Perikardiosentesis : Suatu prosedur pembedahan dimana perikardium dibuka untuk

    mengalirkan cairan yang terkumpul didalamnya. Perikardiosentesis terbuka bisa dilakukan

    denganmembuat insisi kecil dibawah ujung sternum atau melalui suatu insisi kecil diantara

    tulang iga di sisi kiri toraks.

    Indikasi operasi

    Efusi perikardium berulang atau masif dengan tamponade jantung

    Biopsi Perikardium

    Pemasangan alat pacu jantung epikardium

    Kontra indikasi operasi

    Efusi perikardium berulang, kronis Berta bloody

    Perikarditis infeksiosa

    Etiologi Efusi Perikardium

    Infeksi

    Keganasan

    Pemeriksaan Penunjang

    EKG

    Ekokardiografi

    Sitologi cairan

    Biopsi

    CT Scan

    19

  • 7/28/2019 Presus Efusi Perikardium-dahvia

    20/20

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Lily, dkk.Buku Ajar Kardiologi. FKUI. Jakarta: 1996

    2. Sudoyo,Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jil II Ed V. Interna

    Publishing. Jakarta:2009.

    20