pre presus fraktur

Upload: amelia-frischananta

Post on 07-Apr-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    1/19

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    A. IDENTITAS

    Nama : An. S

    Usia : 8 tahun

    Berat badan : 21 kg

    Jenis kelamin : Perempuan

    Alamat : Setieng, Kejajar

    Pekerjaan : Pelajar kelas 2 SD

    Agama : Islam

    No RM : 51 05 55

    Tanggal masuk RS : 9 oktober 2011

    Tanggal keluar RS : 24 oktober 2011

    B. ANAMNESIS

    Keluhan Utama : nyeri saat menggerakkan paha

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang ke IGD post KLL 1,5 jam SMRS dimana pasien pasien tertabraksepeda

    motor saat menyeberang jalan. Pasien mengeluh nyeri pada paha kanan serta

    nyeri bila di gerakkan. Pasien tidak ingat kejadian saat tertabrak motor.Pingsan (+), mual (+), muntah (-).

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien belum pernah opname sebelumnya.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Tidak ada yang keluarga yang mempunyai riwayat opname karena patah tulang,osteoporosis, dan osteoarthritis.

    Anamnesis Sistem

    Sistem Cerebrospinal : Pasien sadar, tidak demam, tidak pusing

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    2/19

    Sistem Respirasi : Tidak batuk, tidak sesak nafas

    Sistem Kardiovaskuler : Tidak berdebar-debar

    Sistem Gastrointestinal : BAB tidak ada keluhan. Kentut (+)Sistem Urinarius : BAK tidak sulit dan tidak nyeri dan terasa tuntas

    Sistem Muskuloskeletal : nyeri pada paha kanan tengah saat di tekan, terutama bila di

    gerakkanSistem Integumentum : Suhu raba hangat, turgor kulit baik

    Ringkasan Anamnesis

    Pasien perempuan berusia 8 tahun datang ke IGD setelah kecelakaan lalu lintas yaitu

    tertabrak sepeda motor sewaktu menyeberang jalan. Pada paha kanan pasien terasa nyeri

    sewaktu di gerakkan. Pasien tidak ingat bagaimana kejadian tabrakan tersebut. Pasienmerasa mual, tidak muntah. Pasien tidak merasa sesak napas.

    C. PEMERIKSAAN FISIK

    (24 Oktober 2011)

    Keadaan Umum : pasien tampak sakit sedang

    Kesadaran : compos mentis

    Vital Sign

    Tekanan darah : 90/60 mmHg

    Nadi : 108x/menit, isi dan tegangan cukup, teratur

    Respiratory rate : 24x/menit, reguler Suhu 36,7 C

    Status Generalisata

    Pemeriksaan Kepala

    Kepala : Bentuk mesochepal

    Wajah : Simetris, pigmentasi (-), tanda-tanda radang (-)

    Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+)

    Hidung : Deformitas (-), sekret (-)

    Mulut : Bibir kering (-), lidah kotor (-)

    Telinga : Discharge (-), pendengaran normal

    Pemeriksaan Leher

    Kelenjar parotis tidak membesar, limfonodi cervikalis kanan dan kiri tidak membesar, JVP

    tidak meningkat.

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    3/19

    Pemeriksaan Toraks

    Cor

    Inspeksi : simetris, deformitas (-), sikatrik (-), ketinggalan gerak (-)

    Palpasi : iktus kordis tak teraba

    Perkusi : Kanan atas : SIC III LPS dextra

    Kanan bawah : SIC V LPS dextra

    Kiri atas : SIC III LMC sinistra

    Kiri bawah : SIC V LMC sinistra

    Auskultasi : bunyi jantung S1 S2 tunggal, bising (-)

    Pulmo

    Inspeksi : simetris, deformitas (-), sikatrik (-), ketinggalan gerak (-), retraksi (-)

    Palpasi : ketinggalan gerak (-), vokal fremitus kanan = kiri

    Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

    Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

    Pemeriksaan Abdomen

    Inspeksi : dinding dada//dinding perut, massa (-), sikatrik (-)

    Auskultasi : bunyi usus peristaltik normal

    Perkusi : timpani, redup hepar di SIC VI

    Palpasi : supel, massa tumor (-), nyeri tekan (-)

    Hepar tak teraba. Lien tak teraba.

    Nyeri ketok costovertebra dextra et sinistra (-).

    Pemeriksaan Ekstremitas

    Ekstremitas superior:

    simetris, telapak tangan tidak pucat, akral hangat, WPK

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    4/19

    asimetris, telapak kaki tidak pucat, akral hangat, WPK

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    5/19

    D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Foto femur dextra (15 Oktober 2011)

    Kesan : Struktur tulang baik

    Tampak fraktur femur dextra 1/3 distal proximal

    Posisi fragmen fraktur tidak baik

    E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM1. Pemeriksaan darah laboratorium

    Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

    Darah, 9 Oktober 2011

    AL H 20,9x103

    EO% 1,10

    PLT 525x103

    F. DIAGNOSIS

    Close fraktur femur 1/3 tengah proximal complete oblique non complicata

    G. TERAPI

    Traksi Hamilton Russel (skin traction) 2 minggu kemudian Gips hemispica

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    6/19

    H. RIWAYAT INAP DAN FOLLOW UP

    9 Oktober 2010 Pasien perempuan berusia 8 tahun datang ke IGD setelahkecelakaan lalu lintas yaitu tertabrak sepeda motor sewaktu menyeberang jalan. Pada paha

    kanan pasien terasa sangat nyeri sewaktu di gerakkan. Pasien tidak ingat bagaimana

    kejadian tabrakan tersebut. Pasien merasa mual, tidak muntah. Keadaan umum pasien sakitsedang, compos mentis, GCS: E4V5M6. TD: 100/70 mmHg t: 38C nadi: 96x/menit. RR:

    28x/menit. Diberikan terapi infus RL 20 tpm, ketorolac i.v. 2x1/2 ampul, ranitidin i.v. 2x1/2

    ampul, piracetam i.v. 3x1gram, citicholin 3x125mg. Pasien dirawat di unit bedah (bangsalBougenville).

    10 Oktober 2011 (Bangsal Bougenville) Pasien masih merasa nyeri di paha kanan.

    umum pasien sakit sedang, compos mentis, GCS: E4V5M6. TD: 100/70 mmHg t: 38C

    nadi: 92x/menit. RR: 28x/menit. Diberikan terapi infus RL = 20 tpm, Ranitidine2x1/2ampul, Paracetamol 3x1/2. Dan pasien mendapat program skin traksi dengan beban

    3kg.

    11 Oktober 2011 Nyeri di paha kanan masih terasa. Keadaan umum pasien sakit

    sedang, compos mentis, GCS: E4V5M6. TD: 100/70 mmHg t: 38C nadi: 96x/menit. RR:28x/menit. Status lokalis: akral hangat (+). Denyut arteri dorsalis pedis dextra teraba,WPK

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    7/19

    20 Oktober 2011 D: 90/50mmHg t: 36,8C nadi: 64x/menit rr: 20x/menit. Terapi

    dilanjutkan.

    21 Oktober 2011 D: 90/70mmHg t: 37,3C nadi: 116x/menit rr: 24x/menit. Terapi

    dilanjutkan.

    22 Oktober 2011 D: 90/60mmHg t: 37C nadi: 108x/menit rr: 24x/menit. Terapidilanjutkan.

    23 Oktober 2011 Terapi dilanjutkan.

    24 Oktober 2011 D: 90/60mmHg t: 36,7C nadi: 108x/menit rr: 24x/menit. Traksi di lepas.

    Pasien di pasang Gips hemispica

    Diagnosis akhir: Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Tertutup Complete Oblique Non-complicata

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    8/19

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi Fraktur

    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

    Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya.

    Kebanyakan kasus fraktur sekarang di akibatkan oleh tinggainya angka kecelakaan yang terjadidi jalan raya yang di akibatkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat dalam menggunakan alat-

    alat yang memenuhi standar keselamatan dalam berkendaraan. Seperti menggunakan helm yang

    standar untuk pengendara sepeda motor dan menggunakan sabuk pengaman untuk pengendaramobil.

    B.Anatomi dan Fisiologi Tulang

    Nama nama tulang pada manusia:

    1. Cranium (tengkorak)

    2. Mandibula (tulang rahang)3. Clavicula (tulang selangka)

    4. Scapula (tulang belikat)

    5. Sternum (tulang dada)6. Rib (tulang rusuk)

    7. Humerus (tulang pangkal lengan)

    8. Vertebra (tulang punggung)

    9. Radius (tulang lengan)10. Ulna (tulang hasta)

    11. Carpal (tulang pergelangan tangan)

    12. Metacarpal (tulang telapak tangan)13. Phalanges (ruas jari tangan dan jari

    kaki)

    14. Pelvis (tulang panggul)15. Femur (tulang paha)

    16. Patella (tulang lutut)

    17. Tibia (tulang kering)18. Fibula (tulang betis)

    19. Tarsal (tulang pergelangan kaki)

    20. Metatarsal (tulang telapak kaki)

    Tulang dalam garis besarnya di bagi atas:

    a. Tulang panjang

    Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus.

    b. Tulang pendek

    Contoh dari tulang pendek adalah tulsng vertebra dan tulsng-tulang karpal

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    9/19

    c. Tulang pipih

    Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, scapula, dang tulang pelvis

    Bagian-bagian dari tulang panjang yaitu:

    a) Diafisis ( batang )Merupakan bagian tengah tulang yang berbentuk silinder, bagian ini tersusun dari tulang

    kortikal yang memiliki kekuatan yang besar.

    b) MetafisisAdalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama

    disusun oleh tulang trabekula atau spongiosa yang mengandung, sumsum merah. Metafisis

    juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlekatan tendon

    pada epifisis. Daerah ini merupakan suatu daerah yang sangat sering di temukan adanyakelainan atau penyakit, oleh karena daerah ini merupakan daerah metabolik yang aktif dan

    banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan pada daerah

    lempeng epifisis akan menyebabkan kelianan pertumbuhan.

    c) EpifisisLempeng epifisis adalah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan

    menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat dengan sendi tulangpanjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti.

    Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yaitu: yang

    mengandung selsel yang berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal

    tulang panjang

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    10/19

    Klasifikasi Fraktur

    1. Klasifikasi etiologi

    Fraktur traumatik, terjadi karena trauma tiba-tiba

    Fraktur patologis, terjadi karena kelelahan tulang sebelumnya akibat proses patologis

    didalam tulang

    Fraktur stres, terjadi akibat trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.2. Klasifikasi klinis

    Fraktur tertutup (simple fracture) adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan

    dengan dunia luar.

    Fraktur terbuka (compound fracture) adlah fraktur yang mempunyai hubungan dengandunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, terbagi atas :

    o Derajat I : Laserasi 2cm dengan kontusi otot disekitarnya, dislokasi fragmen jelas.

    o Derajat III : Luka lebar, rusak hebat atau hilangnya jaringan di sekitarnya, dengan

    fraktur komunitif, segmental dan fragmen tulang ada yang hilang.

    Fraktur dengan komplikasi

    Fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, non union,infeksi tulang.

    3. Klasifikasi Radiologi

    Menurut lokalisasi

    a. Diafisial

    b. Metafisialc. Intra-artikuler

    d. Fraktur dengan dislokasi

    Menurut konfigurasia. Fraktur transversal: suatu fraktur komplit yang garis patahnya tegak lurus terhadap

    sumbu tulang.

    b. Fraktur oblik: fraktur komplit yang melalui korteks secara diagonal.c. Fraktur spiral: bila garis patah terdapat mengelilingi sepanjang korteks.d. Fraktur komunitif: Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan

    e. Fraktur segmental: garis patah lebih dari satu, tetapi tidak berhubungan

    f. Fraktur depresi: garis patahnya masuk ke arah medial tulang

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    11/19

    Penyembuhan Fraktur pada Anak

    Proses penyembuhan fraktur adalah suatu proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap

    fraktur. Setiap tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut.

    Proses penyembuhan mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan bila

    lingkungannya memadai maka bisa sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis seperti

    imobilisasi sangat penting untuk penyembuhan, selain itu faktor biologis juga sangat esensial

    dalam penyembuhan fraktur.

    Proses penyembuhan fraktur berbeda-beda pada tulang kortikal (pada tulang panjang), tulang

    kanselosa (pada metafisis tulang panjang dan tulang-tulang pendek) dan pada tulang rawan

    persendian.

    Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    12/19

    Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :

    1. Fase hematoma

    Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati

    kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan akan membentukhematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum.

    Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi

    sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.

    Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur akan kehilangandarah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada

    sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.

    2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal

    Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan.Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang berproliferasi dari

    periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus

    interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat

    pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidakberdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi

    pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada

    jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan selulertidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa

    minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada

    pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah

    radiolusen.

    3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)

    Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal

    dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat osteoblast

    diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlengketan polisakarida oleh garam-garamkalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone.

    Pada pemeriksaan radiologi kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi

    radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.

    4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)

    Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah menjadi tulang

    yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamelar dan kelebihan kalus

    akan diresorpsi secara bertahap.

    5. Fase remodeling

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    13/19

    Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang menyerupai

    bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini, perlahan-

    lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dankalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang

    yang kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan

    untuk membentuk ruang sumsum.

    Faktor-faktor yang yang mempengaruhi penyembuhan tulang, antara lain :

    a. Faktor yang mengganggu penyembuhan fraktur

    1. Imobilisasi yang tidak cukup

    Imobilisasi dalam balutan gips umumnya memenuhi syarat imobilisasi, asalkan

    persendian proksimal dan distal dari patah tulang turut di imobilisasi.

    Gerakan minimal pada ujung pecahan patah tulang di tengah otot dan di dalam lingkaran

    kulit dalam gips, yang misalnya disebabkan oleh latihan ekstremitas yang patah tulangtidak mengganggu, bahkan dapat merangsang perkembangan kalus. Hal ini berlaku nutukatah tulang yang ditangani gips maupun traksi.

    2. Infeksi

    Infeksi di daerah patah tulang merupakan penyulit berat

    Hematom merupakan lingkungan subur untuk kuman patologik yang dapat menyebabkan

    osteomyelitis di kedua ujung patah tulang, sehingga proses penyembuhan sama sekali

    tidak dapat berlangsung.3. Ruang diantara kedua fragmen serta Interposisi oleh jaringan lunak

    Interposisi jaringan seperti otot atau tendo antara kedua fragmen patah tulang dapat

    menjadi halangan perkembangan kalus antara ujung patahan tulang

    Penyebab yang lain, karena distraksi yang mungkin disebabkan oleh kelebihan traksi atau

    karena tonus dan tarikan otot.

    4. Gangguan perdarahan setempatPendarahan jaringan tulang yang mencukupi untuk membentuk tulang baru merupakan syarat

    mutlak penyatuan fraktur.

    6. Nekrosis avaskuler

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    14/19

    Apabila kedua fragmen mempunyai vaskularisasiyang baik, maka penyembuhan biasanya

    tanpa komplikasi akan tetapi bila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya jelek sehingga

    mengalami kematian maka akan menghambat penyembuhannya.7. Fraktur intra artikuler (cairan sinovial mengandung fibrolisin, yang akan melisis bekuan

    darah awal dan memperlambat pembentukan jendalan)

    8. Usia (lansia sembuh lebih lama) Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepatDaripada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena aktifitas proses osteogenesis

    pada periosteum dan endosteum dan juga berhubungan dengan proses remodeling tulang

    pada bayi sangat aktif dan makin berkurang apabila umur bertambah.

    b. Faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur

    1. Imobilisasi fragmen tulang

    2. Kontak fragmen tulang maksimal3. Asupan darah yang memadai (dengan syarat imobilisasi yang baik)

    4. Nutrisi yang baik

    5. Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid kalsitonin, vitamain D, steroid anabolic

    Penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu sampai 4 bulan. Waktu

    penyembuhan pada anak secara kasar waktu penyembuhan pada dewasa.

    Penegakan Diagnosis Fraktur

    Pemeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya patah tulang terdiri atas empat langkah:

    tanyakan (anamnesis, adakah cedera khas), lihat (inspeksi, bandingkan kiri dan kanan), raba

    (analisis nyeri), dan gerakan (akif dan/atau pasif).

    1. Riwayat pasien

    Sering kali pasien datang sudah dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena jelasnya keadaan

    patah tulang tersebut bagi pasien. Sebaliknya juga mungkin, fraktur tidak disadari oleh penderita

    dan mereka datang dengan keluhan keseleo, terutama patah yang disertai dislokasi fragmen yangminimal. Dalam persepsi penderita trauma tersebut bisa dirasa berat meskipun sebenarnya

    ringan, sebaliknya bisa dirasakan ringan meskipun sebenarnya berat.

    Diagnosis fraktur juga dimulai dengan anamnesis adanya trauma tertentu, seperti jatuh, terputar,tertumbuk, dan berapa kuatnya trauma tersebut. Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat

    mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera

    tersebut. Selain riwayat trauma, biasanya didapati keluhan nyeri meskipun fraktur yang fragmenpatahannya stabil, kadang tidak menimbulkan keluhan nyeri. Banyak fraktur mempunyai cedera

    yang khas.

    Perlu ditanyakan mengenai keluhan penderita dan lokasi keluhannya. Keluhan klasik fraktur

    komplet adalah sakit, bengkak, deformitas, dan penurunan fungsi. Sakit akan bertambah apabila

    bagian yang patah digerakkan. Deformitas fraktur harus dijelaskan dengan lengkap. Kita harus

    mengetahui bagaimana terjadinya kecelakaan, tempat yang terkena dan kemungkinan adanya

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    15/19

    faktor presipitasi fraktur (misal, tumor tulang, dll). Untuk itu, perlu ditanyakan riwayat pasien

    sebelumnya, apakah pasien mengalami osteoporosis, hipertensi, mengkonsumsi kortikosteroid,

    dll. Perlu pula diketahui riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi,pekerjaan, obat-obatan yang dikonsumsi, merokok, riwayat alergi, dan riwayat osteoporosis serta

    penyakit lain.

    2. Pemeriksaan fisik

    a. Inspeksi / look

    Pada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat adanya asimetris pada konturatau postur, pembengkakan, dan perubahan warna local. Pasien merasa kesakitan, mencoba

    melindungi anggota badannya yang patah, terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa

    bengkok, terputar, pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang tidak normal. Adanya luka kulit,laserasi atau abrasi, dan perubahan warna di bagian distal luka meningkatkan kecurigaan adanya

    fraktur terbuka. Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan bagian distal lesi, bandingkan dengan

    sisi yang sehat.

    Look (Inspeksi)

    - Deformitas : angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi (rotasi, perpendekan

    atau perpanjangan).

    - Bengkak atau kebiruan.

    - Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak)

    Feel (Palpasi)

    - Tenderness (nyeri tekan) pada derah fraktur.

    - Krepitasi.

    - Nyeri sumbu.

    Move (Gerakan)

    - Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.

    - Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.

    Pemeriksan trauma di tempat lain seperti kepala, thorak, abdomen, tractus urinarius dan pelvis.

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    16/19

    Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskular bagian distal fraktur yang berupa pulsus

    arteri, warna kulit, temperatur kulit, pengembalian darah ke kapiler (Capillary refil test), sensasi

    motorik dan sensorik.

    Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pemeriksan Radiologi. Untuk melengkapi

    deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Foto rontgen minimal harus dua proyeksiyaitu AP dan lateral.

    b. Palpasi / feel

    Nyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapat juga secara objektif padapalpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu

    menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah dengan sumbunya.

    Keempat sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang tepat sama.

    Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah

    ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yangmengalami nyeri, efusi, dan krepitasi. Neurovaskularisasi yang perlu diperhatikan pada bagiandistal fraktur diantaranya, pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler (capillary refill

    test), sensibilitas.

    Palpasi harus dilakukan di sekitar lesi untuk melihat apakah ada nyeri tekan, gerakan abnormal,

    kontinuitas tulang, dan krepitasi. Juga untuk mengetahui status vaskuler di bagian distal lesi.

    Keadaan vaskuler ini dapat diperoleh dengan memeriksa warna kulit dan suhu di distal fraktur.Pada tes gerakan, yang digerakkan adalah sendinya. Jika ada keluhan, mungkin sudah terjadi

    perluasan fraktur.

    c. Gerakan / moving

    Gerakan antar fragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena menimbulkan nyeri dan

    mengakibatkan cedera jaringan. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalampemeriksaan rutin fraktur. Gerakan sendi terbatas karena nyeri, akibat fungsi terganggu (Loss of

    function).

    3. Pemeriksaan penunjang

    Pada pemeriksaan radiologis dengan pembuatan foto Rontgen dua arah 90o didapatkangambaran garis patah. Pada patah yang fragmennya mengalami dislokasi, gambaran garis patah

    biasanya jelas. Dalam banyak hal, pemeriksaan radiologis tidak dimaksudkan untuk diagnostik

    karena pemeriksaan klinisnya sudah jelas, tetapi untuk menentukan pengelolaan yang tepat dan

    optimal. Sehingga pemeriksaan radiologi untuk fraktur ini dapat digunakan untuk diagnosis,konfirmasi diagnosis dan perencanaan terapi, serta untuk mengetahui prognosis trauma.

    Pada tulang, panjang persendian proksimal maupun yang distal harus turut difoto. Bila adakesangsian atas adanya fraktur atau tidak, sebaiknya dibuat foto yang sama dari anggota gerak

    yang sehat untuk perbandingan. Bila tidak diperoleh kepastian adanya kelainan, seperti fisura,

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    17/19

    sebaiknya foto diulang setelah satu minggu, retak akan menjadi nyata karena hiperemia setempat

    sekitar tulang yang retak itu akan tampak sebagai dekalsifikasi.

    Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :

    a. Memuat 2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral

    b. Memuat 2 sendi di proksimal dan distal fraktur

    c. Memuat gambaran foto 2 ekstremitas, yaitu ekstremitas yang tidak terkena cedera (pada anak)

    d. Dilakukan foto sebanyak 2 kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan

    Penatalaksanaan Fraktur

    Enam prinsip umum penatalaksaan fraktur:

    1. Jangan membuat keadaan lebih jelek

    2. Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat

    3. Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus:

    a. Menghilangkan nyeri

    b. Memperoleh posisi yang baik dari fragmen

    c. Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang

    d. Mengembalikan fungsi secara optimal

    4. Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami

    5. Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatan

    6. Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual

    Pilihan penatalaksanaan fraktur adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus mengingat

    tujuan pengobatan fraktur, yaitu : mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu

    sesingkat mungkin.

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    18/19

    I. Terapi Konservatif

    a. Proteksi saja

    Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik.

    b. Immobilisasi saja tanpa reposisi

    Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.

    c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

    Misalnya fraktur supracondylair, fraktur colles, fraktur smith. Reposisi dapat dengan anestesi

    umum atau anestesi lokal dengan menyuntikkan obat anestesi dalam hematoma fraktur. Fragmen

    distal dikembalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen proksimal dan dipertahankan

    dalam kedudukan yang stabil dalam gips. Misalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam

    pronasi penuh dan fleksi pergelangan.

    d. Traksi

    Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dipasang gips setelah

    tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi Hamilton Russel/traksi Bryant).

    Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan beban

    tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana tidak maka diteruskan

    dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus traksi skeletal berupa

    balanced traction.

    II. Terapi Operatif

    a. Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis (image

    intensifier, C-arm) :

    1. Reposisi tertutup-Fiksasi eksterna

    Setelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka dipasang alat fiksasieksterna.

    2. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna

    Misalnya : reposisi fraktur tertutup supra condylair pada anak diikuti dengan pemasangan paralel

    pins. Reposisi tertutup fraktur collumum pada anak diikuti pinning dan immobilisasi gips.

    Cara ini sekarang terus dikembangkan menjadi close nailing pada fraktur femur dan tibia, yaitupemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka frakturnya.

  • 8/3/2019 Pre Presus Fraktur

    19/19

    b. Terapi operatif dengan membuka frakturnya :

    1. Reposisi terbuka dan fiksasi interna

    ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)

    Keuntungan cara ini adalah :

    - Reposisi anatomis.

    - Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.

    Indikasi ORIF :

    a. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avascular nekrosis tinggi, misalnya :

    - Fraktur talus.

    - Fraktur collum femur.

    b. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya :

    - Fraktur Monteggia.

    2. Excisional Arthroplasty

    Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi, misalnya :

    - Fraktur caput radii pada orang dewasa.

    - Fraktur collum femur yang dilakukan operasi Girdlestone.

    3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis

    Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore atau yang lainnya.

    Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi maka sejak awal sudah

    harus diperhatikan latihan-latihan untuk mencegah disuse atropi otot dan kekakuan sendi, disertai

    mobilisasi dini. Pada anak jarang dilakukan operasi karena proses penyembuhannya yang cepatdan nyaris tanpa komplikasi yang berarti.