pbl ss modul 2 tuli

101
1. Jelaskan tentang Anatomi Pendengaran!

Upload: nyazzz

Post on 02-Feb-2016

84 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

PBL SS MODUL 2 TULIKasus pada anak berumur 12 tahun yang datang dengan keluhan pendengaran menurun

TRANSCRIPT

Page 1: PBL SS MODUL 2 TULI

1. Jelaskan tentang Anatomi Pendengaran!

Page 2: PBL SS MODUL 2 TULI

ANATOMI TELINGA

Dibagi menjadi 3:1. Telinga luar2. Telinga tengah3. Telinga dalam

Page 3: PBL SS MODUL 2 TULI

Telinga luarA. Auricula

-Helix-Lobulus auriculae-Trabeculum auricula-Antihelix-Tragus-scapha-Crura antihelicus-Cymba conchae-Crus helicus-Concha auriculae-Antitragus -Incisura anterior-Cavitas conchae-Incisura intertragica

B. meatus acusticus eksternusC. membran timpani

Page 4: PBL SS MODUL 2 TULI

Telinga tengah

• Cavitas tympanica

• Maleus• Incus• Stapes• Tuba

auditiva

Page 5: PBL SS MODUL 2 TULI
Page 6: PBL SS MODUL 2 TULI

Telinga Dalam

Labyrinthus : L. Osseus • Cochlea• Vestibulum• Canalis Semisirkularis

L. MembranaseusMeatus Acusticus Internus

Page 7: PBL SS MODUL 2 TULI

2. Jelaskan tentang Histologi Pendengaran!

Page 8: PBL SS MODUL 2 TULI

• Telinga merupakan alat vestibulocochlearis, sebagai alat keseimbangan dan pendengaran. Telinga dapat dibagi menjadi 3 bagian:– Telinga luar (auris eksterna)– Telinga tengah (auris media)– Telinga dalam (auris interna)

yang secara anatomis, histologis, dan fungsional berbeda.

Page 9: PBL SS MODUL 2 TULI

TELINGA LUAR

Terdiri dari:• Daun telinga:– Tulang rawan elastis– Jaringan kulit tipis, posterior lebih tebal dari

anterior– Folikel rambut, glandula sudorifera– Lobus auricula jaringan adiposa

Page 10: PBL SS MODUL 2 TULI
Page 11: PBL SS MODUL 2 TULI

• Meatus Acusticus Externus:– Panjang ± 25 mm, terarah ke jurusan medio inferior– Dinding luar: kartilago elastis– Dinding dalam: os temporal– Jaringan kulit tipis, folikel rambut, gladula sebacea,

glandula serumen (modifikasi glandula sudorifera tubuler bergelung, apokrin)

– Sekret glandula serumen bercampur dengan sekret glandula sebacea disebut serumen (earwax) yang sifatnya bakterisid, berbentuk seperi malam, dan berwarna kecoklatan.

Page 12: PBL SS MODUL 2 TULI

• Membrana timpani:– Oval, semi transparan– Luar: epidermis tipis tanpa rambut dan kelenjar– Dalam: epitel selapis gepeng/kuboid, jaringan

pengikat kolagen, jaringan pengikat elastis, fibroblas– Pars flaccid/membran Shrapnell: kuadran

anterosuperior, daerah segitiga kecil yang lunak, tidak terdapat serat kolagen.

– Pars tensa: bagian terbesar di luar pars flaccid

Page 13: PBL SS MODUL 2 TULI

TELINGA TENGAH

• Terdiri dari:• Kavum timpani:– Isi: udara– Posterior: berhubungan dengan ruangan-ruangan processus

mastoideus– Anterior: berhubungan dengan tuba Eustachii– 3 tulang yang menghubungkan membrana timpani dengan

foramen ovalis: os maleus, os incus, os stapes. Memiliki fungsi meneruskan getaran dari membrana timpani ke cairan di telinga dalam.

– Dilapisi mukosa yang terdiri dari epitel selapis gepeng/kuboid, lamina propria tipis, dan periosteum.

Page 14: PBL SS MODUL 2 TULI

• Tuba Eustachii:– Merupakan saluran antara bagian anterior kavum

timpani dan bagian latero posterior nasofaring– Lumen sempit, gepeng– 2/3 bagian kartilago elastis– 1/3 bagian tulang– Epitel selapis silindris/epitel bertingkat silindris– Lamina propria tipis– Mukosa dekat nasofaring: kelenjar tubuloalveolar, sel

goblet, limfosit

Page 15: PBL SS MODUL 2 TULI

TELINGA DALAM

• Terdiri dari:• Labirin tulang:

– Vestibulum– Saluran semisirkularis tulang– Cochlea

• Labirin membanosa:– Utriculus– Sacculus– Saluran semisirkularis membranosa– Ductus dan saccus endolimfaticus– Ductus reuniens– Ductus cochlearis

Page 16: PBL SS MODUL 2 TULI
Page 17: PBL SS MODUL 2 TULI

• Cochlea:– Scala vestibuli: dinding dilapisi jaringan pengikat

tipis dengan epitel selapis gepeng.– Scala media/ductus cochlearis dengan membrana

vestibularis Reissner.– Scala tympani: dinding dilapisi jaringan pengikat

tipis dengan epitel selapis gepeng.

Page 18: PBL SS MODUL 2 TULI
Page 19: PBL SS MODUL 2 TULI
Page 20: PBL SS MODUL 2 TULI
Page 21: PBL SS MODUL 2 TULI
Page 22: PBL SS MODUL 2 TULI

3. Jelaskan tentang Fisiologi Pendengaran!

Page 23: PBL SS MODUL 2 TULI

PROSES KONDUKSI

GELOMBANG BUNYI

AURIKULIM MEATUS AKUSTIKUS

EKSTERNUS

MEMBRANA TIMPANI

TULANG-TULANG PENDENGARAN (MELEUS, INKUS, STAPES)

PROSES SENSORINEURAL

Page 24: PBL SS MODUL 2 TULI

PROSES SENSORINEURAL

KOKLEA DAN

RETROKOKLEA

GERAKAN CAIRAN

PERILIMPE

MEMBRANA REISNER ENDOLIMFE

MEMBRANA BASALIS DAN MEMBRANA TEKTORIADEFLEKSI STEREOSILIA SEL-SEL RAMBUT

KANAL ION TERBUKA

PELEPASAN IOL DARI BADAN

SEL

DEPOLARISASI PADA SEL RAMBUT

MELEPASKAN NEUROTRANSMITTER KE DALAM SINAPSIS

POTENSIAL AKSI PADA SARAF AUDITORIUS

NUKLEUS AUDITORIUS DI BATANG OTAK

PUSAT PENDENGARAN KORTEKS SEREBRI LOBUS TEMPORALIS AREA 39-40

Page 25: PBL SS MODUL 2 TULI

4. Jelaskan tentang Penurunan dan Klasifikasi Penurunan

Pendengaran!

Page 26: PBL SS MODUL 2 TULI

Definisi(menurut WHO)

• Penurunan pendengaran pada dewasa sebagai ambang batas pendengaran permanen tanpa bantuan (rata-rata untuk frekuensi 0,5, 1, 2, 4 kHz (kiloHertz)) untuk telinga yang lebih baik dari 41 dB atau lebih besar

• Pada anak di bawah usia 15 tahun, gangguan penurunan pendengaran didefinisikan sebagai ambang batas pendengaran tanpa bantuan permanen (rata-rata untuk frekuensi 0,5, 1, 2, 4 kHz) untuk telinga yang lebih baik dari 31 dB atau lebih besar

Page 27: PBL SS MODUL 2 TULI

Klasifikasi Penurunan Pendengaran

Page 28: PBL SS MODUL 2 TULI

Tuli Konduktif

• Disebabkan karena kelainan atau penyakit di teling bagian luuar atau tengah. Gangguan pendengaran konduktif menunjukkan obstruksi hantaran suara dari atmosfer ke telinga bagian dalam.

Page 29: PBL SS MODUL 2 TULI

Tuli Sensorineural

• pengurangan sensitivitas ambang pendengaran. Patologi mungkin terletak di koklea dan / atau di saraf pendengaran dan pusat sistem saraf pendengaran (retrocochlear).

Page 30: PBL SS MODUL 2 TULI

Tuli Campuan

• Gangguan pendengaran campuran mengacu pada adanya gabungan dari kedua tuli konduktif dan sensorineural.

Page 31: PBL SS MODUL 2 TULI

5. Jelaskan tentang Etiologi Penurunan Pendengaran!

Page 32: PBL SS MODUL 2 TULI

Menurut klasifikasinya :

a. Tuli konduktif (tuli hantar)

b. Tuli sensorineural

c. Tuli campur

Telinga luar : atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, osteoma liang telinga.Telinga tengah : tuba katar atau sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran.

Tuli sensorineural koklea : aplasia (kongenital), labirinitis (bateri atau vius), intoksikasi obat streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal atau alkohol. Tuli sensorineural retrokoklea :mieloma multiple, cedera otak, perdarahhan otak, dan kelainan otak lainnya

Radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam

Page 33: PBL SS MODUL 2 TULI

Penyebab secara umum :a.Penyakit

Telinga

b. Cedera telinga

c. Kecelakaand. Zat lilin (serumen)

telinga

f. Suara keras

Page 34: PBL SS MODUL 2 TULI

6. Jelaskan Adakah Hubungan Keluar Cairan dari Telinga dengan

Penurunan Kesadaran?

Page 35: PBL SS MODUL 2 TULI

Peradangan Perforasi membran T.

Vasodilatasi vaskuler di

membran T.

Terbentuk eksudat di cavum T.

Perforasi TimpaniKeluar cairanGangguan

pendengaran

Infeksi

Hubungan Keluar Cairan dari Telinga dengan Penurunan Pendengaran

Page 36: PBL SS MODUL 2 TULI

7. Mengapa Pasien Merasa Pusing!

Page 37: PBL SS MODUL 2 TULI

VertigoVertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata.

Jenis-jenis vertigo:• Vertigo Peripheral

Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.

• Vertigo SentralVertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,

khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).

Page 38: PBL SS MODUL 2 TULI

Vertigo Perifer

Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.

Page 39: PBL SS MODUL 2 TULI

Penyebabnya diperkirakan akibat serpihan debris (kristal kalsium karbonat) yang lepas dari dinding saluran telinga bagian dalam. Serpihan ini hanya menyebabkan gangguan jika masuk ke saluran telinga bagian dalam yang penuh cairan.

Serpihan tersebut biasanya akan hanyut di sepanjang saluran telinga bagian dalam akibat gerakan kepala tertentu dan menyebabkan gerakan cairan yang abnormal. Gerakan tersebut akan mengirim sinyal membingungkan ke otak dan memicu vertigo.

Page 40: PBL SS MODUL 2 TULI

8. Sebutkan dan Jelaskan cara mendiagnosis DD 1 dan cara menyingkirkan DD lainnya!

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Page 41: PBL SS MODUL 2 TULI

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIKD

EFIN

ISI • OMSK adalah stadium

dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis dari

telinga tengah dan mastoid dan membran

timpani tidak intak (perforasi) dan

ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul. Istilah

kronik digunakan apabila penyakit ini hilang timbul atau menetap selama 2 bulan atau lebih.

EPID

EMIO

LOG

I • Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 Universitas Sumatera Utara prevalensi OMSK adalah 3, 1%-5, 20% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK.

ETIO

LOG

I • Lingkungan • Genetik • Otitis media

sebelumnya• Infeksi• Infeksi saluran nafas

atas• Autoimun• Alergi• Gangguan fungsi tuba

eustachius

Page 42: PBL SS MODUL 2 TULI

KLASIFIKASI

Tipe tubotimpani

Penyakit aktif

Penyakit tidak aktif

Tipe atikoantral

Kolesteatom

Kolesteatom kongenital

Kolesteatom didapat

Page 43: PBL SS MODUL 2 TULI

• Otitis Media Akut dengan perforasi membrane timpai menjadi Otitis Media Supuratif Kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut Otitis Media Supuratif Subakut. Beberapa factor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.

PERJALANAN KLINIS

GEJALA KLINIS

Telinga berair

Gangguan pendengaran Nyeri telinga

Vertigo

Page 44: PBL SS MODUL 2 TULI

9. Sebutkan dan Jelaskan cara mendiagnosis DD 2 dan cara menyingkirkan DD lainnya!

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK DENGAN KOLESTESTOMA

Page 45: PBL SS MODUL 2 TULI

OMSK dengan Kolesteatoma

• Definisi Kolesteatoma dapat didefinisikan sebagai lesi non neoplastik dan destruktif yang mengandung lapisan keratin pada suatu kavitas yang dilapisi oleh epitel skuamus dan jaringan ikat subepitelial .

• Epidemiologi Insiden kolesteatoma berkisar antara 3 kasus dari 100.000 pada anak anak dan 9 kasus dari 100.000 pada dewasa dan lebih dominan terhadap laki- laki dibanding perempuan

Page 46: PBL SS MODUL 2 TULI

Patogenesis kolesteatoma • Kongenital kolesteatoma• Kista keratin bisa terakumulasi

karena epitel yang dihasilkan tertutup. Pada umumnya, kista akan terbentuk sebagai kelainan pertumbuhan atau karena penyebab iatrogenik. Kolesteatoma dikatakan kongenital apabila memiliki syarat sebagai berikut yakni: – Massa putih medial dengan

membran timpani utuh. – Pars tensa dan pars plaksida

normal. – Tidak ada riwayat telinga berair,

perforasi ataupun prosedur otologik sebelumnya.

• Acquired kolesteatoma• Kolesteatoma acquired dibagi

menjadi primer dan sekunder. – Primary acquired

cholesteatoma adalah kolesteatoma yang berasal dari retraksi pars flaksida

– Secondary acquired cholesteatoma adalah kolesteatoma yang terjadi akibat perforasi membran timpani, biasanya pada kuadran posterior superior telinga tengah.

Page 47: PBL SS MODUL 2 TULI

Gejala OMSK

• Telinga berair berkepanjangan melalui membran timpani yang tidak utuh lagi.

• Telinga biasanya tidak terasa sakit. • Pasien juga mengeluhkan telinga berair. • Pemeriksaan otoskopi biasanya menemukan

perforasi membran timpani dengan mukosa telinga tengah yang sedikit edema. Pada OMSK tipe bahaya, juga sering disertai dengan adanya jaringan granulasi pada sekitar daerah perforasi.

Page 48: PBL SS MODUL 2 TULI

Tanda- tanda klinis OMSK tipe bahaya adalah :

• Terdapat abses atau fistel retroaurikuler • Terdapat polip atau jaringan granulasi di liang

telinga luar yang berasal dari dalam telinga tengah.

• Terlihat kolesteatoma pada telinga tengah terutama di epitimpanum.

• Sekret berbau nanah dan berbau khas

Page 49: PBL SS MODUL 2 TULI

Diagnosis

• Anamnesis Penyakit ini datang dengan perlahan –lahan dan gejala yang paling sering dijumpai adalah– Telinga berair – Adanya sekret di liang telinga yang berbau busuk – Terkadang disertai jaringan granulasi ataupun polip,

maka sekret yang keluar berupa darah. – Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang

pendengaran atau telinga berdarah• Pemeriksaan otoskopi• Pemeriksaan radiologi• Pemeriksaan audiologi

Page 50: PBL SS MODUL 2 TULI

10. Sebutkan dan Jelaskan cara mendiagnosis DD 3 dan cara menyingkirkan DD lainnya!

LABIRINTIS

Page 51: PBL SS MODUL 2 TULI

Definisi Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin).

Keadaan ini dapat ditemukan sebagai bagian dari suatu proses sistemik atau merupakan suatu proses tunggal pada labirin saja.

Page 52: PBL SS MODUL 2 TULI

Etiologi Labirinitis

Labirinitis bakteri (supuratif)

1. Labirinitis akut atau toksik (serous)2. Labirinitis akut supuratif 3. Labirinitis kronik supuratif 4. Labirinitis fibroseus

Labirinitis Viral

Labirinitis viral adalah infeksi labirin yang disebabkan oleh

berbagai macam virus. Seperti: - infeksi virus mumps

- virus influenza

Page 53: PBL SS MODUL 2 TULI

Patogen penyebab Labirinitis Akut (serous):- S. pneumoni- Streptokokus - Hemofilus influenza. Labirinitis Kronik: mikroorganisme penyebab biasanya disebabkan campuran dari basil gram negative- Pseudomonas- Proteus - E.coli. VIRUS- Cytomegalo virus- virus campak- mumps dan rubella (measles, mumps, rubella =

MMR)- virus herpes- influenza- HIV merupakan patogen penyebab pada

labirinitis viral.

Page 54: PBL SS MODUL 2 TULI

Klasifikasi Labirinitis secara klinis terdiri dari 2 subtipe, yaitu: 1. Labirinitis lokalisata (labirinitis

sirkumskripta, labirinitis serosa)

Merupakan komplikasi otitis media dan muncul ketika mediator toksik dari otitis media mencapai labirin bagian membran tanpa adanya bakteri pada telinga dalam. 2. Labirinitis difusa (labirinitis purulenta, labirinitis supuratif)

Merupakan suatu keadaan infeksi pada labirin yang lebih berat dan melibatkan akses langsung mikroorganisme ke labirin tulang dan membran.

Page 55: PBL SS MODUL 2 TULI

Tanda dan Gejala Labirinitis lokalisata merupakan hasil dari gangguan fungsi vestibular dan gangguan koklea yaitu terjadinya :1. vertigo dan kurang pendengaran derajat ringan

hingga menengah secara tiba-tiba. Labirinitis difusa (supuratif):- Didapati gangguan vestibular- Vertigo yang hebat- Mual dan muntah dengan disertai nistagmus. - Gangguan pendengaran menetap- Tidak dijumpai demam- Tidak ada rasa sakit di telinga. - Penderita berbaring dengan telinga yang sakit

ke atas dan menjaga kepala tidak bergerak. - Pada pemeriksaan telinga tampak perforasi

membrana timpani. LABIRINITIS VIRAL Pada labirinitis viral biasanya telinga yang dikenai unilateral. 

Page 56: PBL SS MODUL 2 TULI

Pemeriksaan Penunjang Fistula dilabirin dapat diketahui dengan testula: 1. Tes fistula positif akan menimbulkan

nistagmus atau vertigo.

2. Tes fistula negatif, bila fistulanya bisa tertutup oleh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati atau paresis kanal.

Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT Scan kadang-kadng dapat memperlihatkan fistula labirin, yang biasanya ditemukan dikanalis semisirkularis horizontal.

Page 57: PBL SS MODUL 2 TULI

11. Sebutkan dan Jelaskan cara mendiagnosis DD 4 dan cara menyingkirkan DD lainnya!

OTOSKLEROSIS

Page 58: PBL SS MODUL 2 TULI

OTOSKLEROSISD

EFIN

ISI • Otosklerosis

merupakan penyakit pada kapsul tulang

labirin yang mengalami

spongiosis di daerah kaki stapes,

sehingga stapes menjadi kaku dan

tidak dapat menghantarkan getaran suara ke

labirin dengan baik.

EPID

EMIO

LOG

I

• Insiden penyakit ini paling tinggi pada

bangsa kulit putih (8-10%), 1% pada bangsa Jepang dan 1% pada bangsa kulit hitam.

Angka insiden di Indonesia belum pernah dilaporkan, tetapi telah dibuktikan penyakit ini

ada pada hampir semua suku bangsa di

Indonesia, termasuk warga keturunan Cina,

India dan Arab. Penyakit ini pada bangsa kulit

puth mempunyai factor herediter tetapi dari

pasien-pasien yang ada di Indonesia belum pernah di temukan.

ETIO

LOG

I • Penyebab penyakit ini belum dapat di

pastikan. Diperkirakan

beberapa factor ikut sebagai penyebab

seperti, factor keturunan dan

gangguan perdarahan pada

stapes.

Page 59: PBL SS MODUL 2 TULI

• Pendengaran terasa berkurang secara progresif. Keluhan lain yang sering adalah tinnitus dan kadang vertigo. Dari pengamatan sebagian besar pasien yang dating berobat, terutama disebabkan karena gangguan tinnitus dan ketulian telah mencapai 30-40 dB. Penyakit ini lebih sering terjadi bilateral dan perempuan lebih banyak dari laki-laki, umur pasien antara 11-45 tahun. Pada pemeriksaan ditemukan membrane timpani utuh, normal atau dalam batas-batas normal. Tuba biasanya paten dan tidak terdapat riwayat penyakit telinga atau trauma kepala atau telinga sebelumnya. Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan audiometri nada murni dan pemeriksaan impedance.

• Dilaporkan juga bahwa kemungkinan terlihat gambaran membrane timpani yang kemerahan oleh karena terdapat pelebaran pembuluh darah promontium (Schwarte’s sign). Pasien merasa pendengaran terdengar lebih baik dalam ruangan bising (Paracusis Willisii).

GEJALA KLINIS

Page 60: PBL SS MODUL 2 TULI

12. Sebutkan dan Jelaskan cara mendiagnosis DD 5 dan cara menyingkirkan DD lainnya!

OTOTOKSISITAS

Page 61: PBL SS MODUL 2 TULI

Definisi

• Gangguan yang terjadi pada alat pendengaran yang terjadi karena efek samping dari konsumsi obat-obatan.

• biasanya bermanifestasi menjadi tuli sensoryneural.

• Dapat bersifat reversibel maupun permanen.

Page 62: PBL SS MODUL 2 TULI

Gejala Klinis

• Tinitus• gangguan pendengaran• vertigo

Gejala utama ototoksisitas

berupa

Page 63: PBL SS MODUL 2 TULI

Patomekanisme

Aminoglikosida

mengaktifkan nitric oxide synthetase

meningkatkan konsentrasi nitric

oxide

menghasilkan radikal bebas di telinga

dalam

Terjadi reaksi antara oksigen radikal

dengan nitric oxide

Membentuk peroxynitrite radical

yang bersifat destruktif

Mampu menstimulasi kematian sel

(apoptosis) secara langsung

Terjadi kerusakan permanen sel rambut

luar koklea

Berakibat gangguan pendengaran

permanen

Page 64: PBL SS MODUL 2 TULI

Alur Diagnosis

Anamnesis

• Keluhan utama• RPS : Keterangan lengkap gejala-gejala ototksisitas (kapan terjadinya, mendadak, unilateral atau

bilateral)• Riwayat penyakit dahulu (apa pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya)• Riwayat medis dahulu (pernah trauma, riwayat perawatan di RS, riwayat sakit telinga).

Singkirkan penyebab lain, misalnya riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma kustik, terpajan bising, atau pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influenza berat, dan meningitis.

• Riwayat pengobatan (obat-obatan apa saja yang sedang dikonsumsi, dosisnya, dan sudah berapa lama menggunakan obat tersebut)

Page 65: PBL SS MODUL 2 TULI

Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan fisik dilakukan berupa tes pendengaran, yaitu tes penala dan tes bisik.

• Tes penala meliputi tes Rinne, tes Schwabach, dan tes stenger.

• Gangguan pendengaran akibat ototoksik biasanya adalah tuli sensorineural sehingga akan didapatkan hasil tes Rinne positif, tes weber terjadi lateralisasi ke telinga yang sehat, dan tes scwabach memendek.

Page 66: PBL SS MODUL 2 TULI

Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan menggunakan audiometer untuk membuat audiogram.

• Kriteria ototoksisitas yang digunakan adalah -Penurunan ambang nada murni sebesar 20db atau lebih dalam 1 frekuensi. - Penurunan 10db atau lebih di dua frekuensi. - Kehilang respon pada 3 frekuensi

Page 67: PBL SS MODUL 2 TULI

13. Jelaskan Faktor Resiko Penurunan Pendengaran!

Page 68: PBL SS MODUL 2 TULI

Faktor Resiko Penurunan Pendengaran

• Hipertensi• Masa Kerja dan Umur• Gizi• Merokok• Kadar Kolesterol Total

Page 69: PBL SS MODUL 2 TULI

14. Jelaskan Patomekanisme Otorrhea!

Page 70: PBL SS MODUL 2 TULI

Otorrhea• Telinga berair (otore) adalah keluarnya sekret dari

liang telinga.• Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi

telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umunya berasal dari telinga tengah.

• Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatoma.

• Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor.

• Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor serebrospinal

Page 71: PBL SS MODUL 2 TULI

Infeksi saluran atas yang melibatkan nasofaring

Inflamasi ini akan menjalar dari nasofaring

ke tuba eustachius

Memicu stasis & mengubah tekanan di dalam telinga tengah

Memicu infeksi bakteri patogenik yg

berasal dari nasofaring

Terjadi reaksi inflamasi akut yang ditandai dgn vasodilatasi, eksudasi,

invasi leukosit, fagositosis & respon

imun lokal

Semakin lama eksudasi semakin banyak

Mendesak membran timpani

Membran timpani perforasi

Keluar cairan dari telinga (otorrhea)

Page 72: PBL SS MODUL 2 TULI
Page 73: PBL SS MODUL 2 TULI

15. Jelaskan Derajat Ketulian!

Page 74: PBL SS MODUL 2 TULI

Derajat Ketulian

• Derajat ketulian dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher yaitu : (AD 500 Hz + AD 1000 Hx + AD 2000 Hz) : 3

• Pada interpretasi audiogram harus ditulis :– Telinga yang mana– Apa jenis ketuliannya– Bagaimana derajat ketuliannya

Page 75: PBL SS MODUL 2 TULI

Derajat Ketulian

0 – 25 dB normal>25 – 40 dB Tuli ringan>40 – 55 dB Tuli sedang>55 – 70 dB Tuli sedang berat>70 – 90 dB Tuli berat>90 dB Tuli sangat berat

Page 76: PBL SS MODUL 2 TULI

16. Jelaskan Pencegahan dari Penurunan Pendengaran!

Page 77: PBL SS MODUL 2 TULI

• Kenakan Pelindung pendengaran • Gunakan Penyumbat telinga (earplug)• Gunakan Penutup telinga (earmuffs) • Gunakan Penyumbat telinga dan penutup

telinga (earplug dan earmuffs)• Jangan mendengarkan suara keras terlalu lama • Memperkecil kenyaringan suara. • Hindari factor risiko• Penyuluhan mengenai kesehatan telinga• Skrining

Page 78: PBL SS MODUL 2 TULI

17. Jelaskan Tatalaksana dari Setiap DD!

Page 79: PBL SS MODUL 2 TULI

Otitis Media Supuratif Kronik

Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan

medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga berupa larutan

H2O2 3% selama 3-5 hari.

Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat

tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Secara

oral diberikan antibiotika dari golongan ampicillin atau eritromisin

sebelum hasil tes resistensi diterima.

Pada infeksi yang dicurigai ada resistensi terhadap ampicillin dapat

diberikan ambicillin dengan asam klavulanat. Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka

idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.

Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara

permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah

terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta

memperbaiki pendengaran.

Page 80: PBL SS MODUL 2 TULI

Otitis Media Supuratif Kronik dengan Kolesteatoma

• Mastoidektomi Sederhana • Mastoidektomi Radikal • Mastoidektomi radikal dengan Modifikasi • Miringoplasti • Timpanoplasti • Timpanoplasti dengan Pendekatan Ganda

Ada beberapa jenis teknik operasi yang dapat dilakukan

pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau bahaya, antara

lain :

Prinsip terapi OMSK tipe bahaya atau maligna (OMSK disertai dengan kolesteatoma) adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa

timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses

subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan sebelum mastoidektomi. Infeksi kronis telinga tengah dapat menyebabkan mastoiditis.

Page 81: PBL SS MODUL 2 TULI

Labirinitis

Antibiotik Antihistamin

Operasi Perawatan Suportif

Page 82: PBL SS MODUL 2 TULI

Otoskelorosis

Pengobatan penyakit ini adalah dengan operasi stapedektomi atau stapedotomi, yaitu stapes diganti dengan bahan protesis. Operasi ini merupakan salah satu operasi bedah mikro yang sangat rumit dalam bidang THT. Pada kasus yang tidak dapat dilakukan operasi, Alat Bantu Dengar (ABD) dapat sementara membantu pendengaran pasien.

Page 83: PBL SS MODUL 2 TULI

Ototoksik

Tuli yang diakibatkan oleh obat-obatan ototoksik tidak dapat diobati.

Berat ringannya ketulian yang terjadi tergantung kepada jenis obat, jumlah dan lamanya pengobatan. Kerentanan pasien

termasuk yang menderita insufisiensi ginjal dan sifat obat itu sendiri.

Apabila ketulian sudah terjadi dapat dicoba melakukan rehabilitasi antara lain dengan Alat

Bantu Dengar (ABD), psikoterapi, auditory trainning, termasuk cara menggunakan sisa

pendengaran dengan ABD, belajar komunikasi total dengan belajar membaca bahasa isyarat.

Pada tuli total bilateral mungkin dapat dipertimbangkan pemasangan implan koklea.

Page 84: PBL SS MODUL 2 TULI

18. Jelaskan Komplikasi dari Setiap DD!

Page 85: PBL SS MODUL 2 TULI

Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronik

Komplikasi ditelinga tengah

• Perforasi persisten• Erosi tulang

pendengaran• Paralisis nervus

fasial

Komplikasi telinga dalam

• Fistel labirin• Labirinitis supuratif• Tuli saraf

( sensorineural)

Komplikasi ekstradural

• Abses ekstradural• Trombosis sinus

lateralis• Petrositis

Komplikasi ke susunan saraf pusat

• Meningitis• Abses otak• Hindrosefalus otitis

Page 86: PBL SS MODUL 2 TULI

Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronik dengan Kolesteatoma

komplikasi yang sering terjadi karena terjadi erosi pada rangkaian tulang pendengaran.

Tuli konduksi Terdapatnya tuli sensorineural menandakan terdapatnya keterlibatan labirintin.

Tuli sensorineural

Page 87: PBL SS MODUL 2 TULI

Setelah operasi sebanyak 3% telinga yang dioperasi mengalami kerusakan permanen karena penyakitnya sendiri atau komplikasi proses penyembuhan.

Kehilangan pendengaran

total- Disebabkan karena hancurnya tulang diatas nervus fasialis 7

- Paralisis dapat berkembang secara akut mengikuti infeksinya atau lambat dari penyebaran kronik kolesteatomanya.

Paralisis fasialis

Page 88: PBL SS MODUL 2 TULI

- Fistula labyrinthin terjadi pada 10% pasien dengan infeksi kronik dengan kolesteatoma.

- Fistula dicurigai pada pasien dengan gangguan tuli sensorineural yang sudah berjalan lama dan atau vertigo dengan perubahan tekanan pada telinga tengah

Fistula labirintin - Komplikasi intrakranial

seperti abses periosteal, trombosis sinus lateral dan abses intrakranial terjadi pada 1% penderita kolesteatoma.

- Komplikasi intra kranial ditandai dengan gejala otore maladorous supuratif, biasanaya dengan nyeri kepala kronik, nyeri dan atau demam.

Intrakranial

Page 89: PBL SS MODUL 2 TULI

Komplikasi labirinitis

Komplikasi seperti hidrops endolimfatik dan penyakit Meniere’s.

Penyebaran peradangan ke daerah lain di telinga.

Tuli total dan meningitis serta abses intracranial.

kerusakan vestibulokoklea yang lebih lanjut.

Intrakranial melalui perineural dan perivaskuler.

Subaratiroid melalui aqua duktus koklearis ( Perilimfe ).

Durameter melalui duktus endolimfatik ( endolimfe ).

Gangguan pendengaran menjadi parah dan progresif.

Page 90: PBL SS MODUL 2 TULI

Komplikasi Otosklerosis

Tuli kondusif

Glomus jugulare (tumor yang tumbuh dari bulbus jugularis)

Neuroma nervus fasialis (tumor yang berada pada nervus VII, nervus fasialis)

Granuloma Kolesterin. Reaksi sistem imun terhadap produksi samping darah

Timpanosklerosis. Timbunan kolagen dan kalsium didalam telinga tengah yang dapat mengeras disekitar osikulus sebagai akibat infeksi berulang

Page 91: PBL SS MODUL 2 TULI

Komplikasi Ototoksik

Terjadinya gangguan fungsional pada telinga dalam yang disebabkan karena terjadi perubahan struktur anatomi pada organ telinga dalam.

Degenerasi stria vaskularis

Degenerasi sel epitel sensori

Degenerasi sel ganglion

Tuli permanen

Page 92: PBL SS MODUL 2 TULI

19. Jelaskan Prognosis dari Setiap DD!

Page 93: PBL SS MODUL 2 TULI

Prognosis dari Setiap Differntial DiagnosisOMSK• Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan kontrol yang baik terhadap proses

infeksinya. Keterlambatan penanganan dapat menimbulkan kematian karena telah mengalami komplikasi intrakanial.

OMSK Kolesteatoma• Biasanya kerusakan bukan merupakan suatu ancaman bagi kehidupan penderita tetapi dapat menyebabkan

ketidak nyamanan dan dapat berakhir dengan komplikasi yang serius.

Labirinitis• Gejala-gejala akut seperti vertigo dan mual dan muntah akan hilang setelah beberapa hari atau minggu

pada segala tipe labirinitis, namun gangguan pendengaran bisa bervariasi. Labirinitis supuratif hampir selalu mengakibatkan kehilangan pendengaran permanen

Otoskeloris• Pemeriksaan garpu tala menentukan keberhasilan dari tindakan bedah, diikuti dengan alat – alat bedah dan

tehnik pembedahan yang digunakan ikut menentukan prognosis.

Ototksik• Prognosis sangat tergantung kepada jenis obat, jumlah obat, lamanya pengobatan dan kerentanan pasien.

Adanya faktor resiko seperti gagal ginjal akut ataupun kronis dan pengobatan ototoksik yang lain secara bersamaan akan tetapi pada umumnya prognosis tidak begitu baik dan malah makin memburuk.

Page 94: PBL SS MODUL 2 TULI

20. Jelaskan Pencegahan dari setiap DD!

Page 95: PBL SS MODUL 2 TULI

Pencegahan OMSK

Pencegahan primer OMSK dapat dilakukan dengan cara mencegah terjadinya pencetus OMSK yaitu:

- infeksi saluran pernapasan atas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, meningkatkan hygiene perorangan dan sanitasi lingkungan

- rajin berolahraga

- Tidak membersihkan telinga dengan benda yang berujung keras,

- Tidak terlalu lama berada dalam air ketika berenang jika tidak menggunakan pelindung telinga.

Page 96: PBL SS MODUL 2 TULI

OMSK dengan kolesteatoma

Terdapat dua jenis gangguan kolestetoma, yaitu :

1. Kolesteatoma kongenital tumbuh di belakang

gendang telinga ( membran timpani ) dan merupakan bawaan sejak lahir . Diperkirakan bahwa beberapa sel kulit berkembang di tempat yang salah di telinga sehingga terbentuk sebuah kolesteatoma

2. Kolestetoma akuital

Labirinitis

a. Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk membersihkan telinga sebaiknya dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping

b. Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak, dapat terjadi bahaya di atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan nafas.

Page 97: PBL SS MODUL 2 TULI

Pencegahan Otosklerosis

• RasBeberapa studi menunjukan bahwa otosklerosis umumnya terjadi pada ras Kaukasian. Sekitar setengahnya terjadi pada populasi oriental. Dan sangat jarang pada orang negro dan suku Indian Amerika.

• Faktor KeturunanOtosklerosis biasanya dideskripsikan sebagai penyakit yang diturunkan secara autosomal dominant dengan penetrasi yang tidak lengkap (hanya berkisar 40%). Derajat dari penetrasi berhubungan dengan distribusi dari lesi otosklerotik lesi pada kapsul tulang labirin.

• GenderOtosklerosis sering dilaporkan 2 kali lebih banyak pada wanita dibanding pria.

• Sejarah keluargaSekitar 60% dari pasien dengan klinikal otosklerosis dilaporkan memiliki keluarga dengan riwayat yang sama.

Page 98: PBL SS MODUL 2 TULI

Pencegahan ototoksisitas akibat obat sistemik

Pencegahan dilakukan dengan memonitor kadar obat dalam serum dan fungsi ginjal serta pemeriksaan pendengaran sebelum, selama dan sesudah terapi.

Aminoglikosid bertahan lama di kokhlea sehingga pasien harus diedukasi untuk menghindari lingkungan yang bising sampai dengan 6 bulan sesudah terapi dihentikan karena mereka lebih rentan terjadi kerusakan kokhlea akibat bising.

Pencegahan Ototoksisitas akibat diuretik

Pencegahan ototoksisitas akibat diuretik dapat dilakukan dengan penggunaan dosis yang terendah yang masih bisa mencapai efek terapi dan menghindari penggunaan intravena dengan tetesan cepat.

Page 99: PBL SS MODUL 2 TULI

Pencegahan ototoksisitas akibat obat kemoterapi

Pada pasien yang akan menerima obat kemoterapi usahakan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan sebelum, selama dan sesudah terapi bahkan sampai 6 bulan kemudian. Anjurkan pasien untuk menghindari suasana yang bising sampai 6 bulan sesudah terapi selesai.

Page 100: PBL SS MODUL 2 TULI

21. Jelaskan Klasifikasi dari Cairan yang Keluar dari Telinga!

Page 101: PBL SS MODUL 2 TULI

Ada tiga jenis cairan yang keluar dari telinga :• Cairan encer dan bening• Cairan lengket dan kental • Serumen

kering berwarna kekuning-kuningan atau abu abu

basah berwarna coklat, licin, lengket dan dapat berubah warna menjadi gelap bila terpapar udara bebas